Anda di halaman 1dari 104

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2018

Analisis Kandungan Formaldehid pada


Cat Kuku yang Terdaftar dan Tidak
Terdaftar Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM) serta Tingkat
Pengetahuan dan sikap Konsumen
terhadap Cat Kuku yang di Jual di
Beberapa Pasar di Kota Binjai Tahun 2018

Titania, Thia Miranda


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/6052
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS KANDUNGAN FORMALDEHID PADA CAT KUKU YANG
TERDAFTAR DAN TIDAK TERDAFTAR BADAN PENGAWASAN OBAT
DAN MAKANAN (BPOM) SERTA TINGKAT PENGETAHUAN DAN
SIKAP KONSUMEN TERHADAP CAT KUKU YANG DIJUAL
DI BEBERAPA PASAR DI KOTA BINJAI
TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh :

THIA MIRANDA TITANIA


NIM : 141000086

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISIS KANDUNGAN FORMALDEHID PADA CAT KUKU YANG
TERDAFTAR DAN TIDAK TERDAFTAR BADAN PENGAWASAN OBAT
DAN MAKANAN (BPOM) SERTA TINGKAT PENGETAHUAN DAN
SIKAP KONSUMEN TERHADAP CAT KUKU YANG DIJUAL
DI BEBERAPA PASAR DI KOTA BINJAI
TAHUN 2018

Skripsi ini diajukan sebagai


Salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

THIA MIRANDA TITANIA


NIM : 141000086

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS

KANDUNGAN FORMALDEHID PADA CAT KUKU YANG TERDAFTAR

DAN TIDAK TERDAFTAR BADAN PENGAWASAN OBAT DAN

MAKANAN (BPOM) SERTA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP

KONSUMEN TERHADAP CAT KUKU YANG DIJUAL DI BEBERAPA

PASAR DI KOTA BINJAI TAHUN 2018” ini beserta seluruh isinya adalah

benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara – cara yang tidak dengan etika keilmuan yang berlaku

dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko

atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak

lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Mei 2018


Yang Membuat Pernyataan

Thia Miranda Titania

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Cat kuku merupakan salah satu kosmetik yang sering digunakan oleh
wanita. Cat kuku akan menjadi tidak aman apabila tercemar bahan – bahan kimia
berbahaya seperti formaldehid dan dapat menimbulkan efek pada kesehatan
manusia. Formaldehid pada cat kuku dapat masuk melalui inhalasi, kontak dengan
kulit atau mata dan saluran pernafasan. Pengetahuan yang banyak dan sikap yang
baik akan membentuk tindakan konsumen dalam memilih produk cat kuku yang
aman.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kandungan formaldehid,
tingkat pengetahuan dan sikap konsumen tentang bahaya dan keberadaan
formaldehid didalam cat kuku.
Lokasi penelitian di beberapa pasar di Kota Binjai. Jenis penelitian bersifat
deskriptif dimana populasi konsumen adalah konsumen yang menggunakan cat
kuku di Kota Binjai.Sampel diambil dengan menggunakan rumus Lemeshow
sebanyak 96 konsumen dengan teknik Accidental Sampling. Data dianalisis secara
deskriptif dalam bentuk tabel dan narasi.
Hasil penelitian didapatkan 4 sampel mengandung formaldehid yang
terdiri dari A1 sebesar 0,6 %, A2 sebesar 1,75 %, B2 sebesar 0,52 % dan C2 sebesar
0,67% (memenuhi syarat peraturan BPOM RI yaitu ≤ 5 %). Tingkat pengetahuan
konsumen dalam kategori baik (50,0 %). Sikap konsumen dalam kategori baik
(90,6 %).
Disarankan kepada BPOM RI untuk memberikan informasi lebih banyak
lagi tentang cat kuku yang mengandung formaldehid kepada masyarakat dan
disarankan kepada konsumen untuk lebih berhati – hati dalam memilih cat kuku
yang akan digunakan.

Kata Kunci :Formaldehid, Cat Kuku, Pengetahuan, Sikap

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

Nail polish is one of the most frequently used cosmetics by women. Nail
polish will become unsafe if contaminated with harmful chemicals such as
formaldehyde and may have an effect on human health. In nail polish,
formaldehyde can enter through inhalation, contact with skin or eyes and
respiratory tract. By having much knowledge and good attitudes will shape
consumer actions in choosing a safe nail polish product.
The purpose of this study is to analyze the content of formaldehyde, the
level of consumer knowledge and attitudes about the dangers and the presence of
formaldehyde in nail polish.
The research of this study was located in several markets in Binjai City.
The type of research was descriptive where the consumer population was a
consumer who uses nail polish in Binjai City. The samples were taken by using
Lemeshow formula of 96 consumers with Accidental Sampling technique. The
data were analyzed descriptively in the form of tables and narratives.
The result of the research showed 4 samples containing formaldehyde
consist of A1 of 0,6%, A2 of 1,75%, B2 of 0,52% and C2 of 0,67% (fulfill
requirement of BPOM RI regulation≤ 5%). The level of consumer knowledge in
both categories (50.0%). Consumer attitude in good category (90,6%).
It is recommended to BPOM RI to provide more information about nail
polish which containing of formaldehyde to the public and the consumers to be
more careful in choosing nail polish to be used.

Keywords: Formaldehyde, Nail Polish, Knowledge, Attitude

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Thia Miranda Titania, lahir pada tanggal 17 Juni 1997 di

Medan, Sumatera Utara. Beragama islam dan bertempat tinggal di Jln. Jamin No.

22 Lingk. II Desa Kwala Begumit. Penulis merupakan anak pertama dari dua

bersaudara pasangan Ayahanda Turino Hadi S dan Ibunda Ratna Ningsih.

Pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 2000 di TK Swasta Tunas Pelita

Binjai, Sumatera Utara dan selesai pada tahun 2002. Kemudian penulis

melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SD Swasta Tunas Pelita Binjai,

Sumatera Utara dan selesai pada tahun 2008. Pada tahun 2008, penulis

melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 6 Binjai

hingga tahun 2011 dan melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1

Binjai dan selesai pada tahun 2014. Penulis kemudian menempuh pendidikan S–1

di Universitas Sumatera Utara, Fakultas kesehatan Masyarakat, Program studi

Ilmu Kesehatan Masyarakat dan selesai pada tahun 2018.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang

Maha Esa yang telah memberikan kesehatan, keselamatan, rezeki serta semangat

hidup dan kesabaran untuk senantiasa berusaha menyelesaikan tanggung jawab

sebagaimana mestinya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Analisis Kandungan Formaldehid pada Cat Kuku yang Terdaftar

dan Cat Kuku yang Tidak Terdaftar serta Tingkat Pengetahuan dan Sikap

Konsumen terhadap Cat Kuku yang di Jual di Beberapa Pasar di Kota

Binjai Tahun 2018 ”. Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapatkan bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Oleh karena

itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum., selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. dr. Taufik Ashar, MKM., selaku Kepala Departemen Kesehatan

Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Ir. Indra Chahaya S, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, arahan dan

dorongan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Dr. Surya Dharma, MPH selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan

saran, perhatian dan masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

6. Dr. dr. Wirsal Hasan, MPH selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan

saran, perhatian dan masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

7. Eka Lestari Mahyuni, SKM, M.kes Dosen Penasehat Akademik yang telah

memperhatikan dan membimbing penulis selama mengikuti pendidikan di

FKM USU.

8. Dian Afriyanti, selaku staf Departemen Kesehatan Lingkungan yang telah

meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk membantu penulis dalam

member informasi apapun yang penulis butuhkan.

9. Seluruh dosen beserta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

10. Pak Sihombing dan Pak Jono yang telah memberi pengarahan dan membantu

penulis dalam melaksanakan penelitian.

11. Teristimewa kepada kedua Orang tua tercinta, Bapak Turino Hadi S dan Ibu

Ratna Ningsih, yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang,

bimbingan, semangat, dukungan moril maupun materil dan segala yang

terbaik untuk penulis.

12. Tante dan Om serta seluruh keluarga besar yang selalu ada dan setia member

dukungan serta motivasi kepada saya sampai selesainya pengerjaan skripsi

ini.

13. Sepupu – sepupu tercinta kiki, ika, dan devi yang selalu membantu,

mendukung dan memberikan semangat kepada penulis.

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14. Sahabat 4A tersayang Rama, Una dan Taza yang selalu memberikan

semangat dan dukungannya kepada penulis.

15. Sahabat – sahabat tercinta Tanti, Poe, Devi, Suci, Icak, Rina dan alm Tiara

yang selalu mendukung, membantu, memberikan semangat, mendoakan dan

memotivasi satu sama lain.

16. Teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi Imay, Tiara, Qiqi, Dinda,

Ismi, Fatimah, Icak. Sahabat PBL seperjuangan hidup di Desa Batang Terap

Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Kakak Selvi, Maria,

Riani, dan Iit. Teman – teman LKP di Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah Intan, Suci, dan Putri.

17. Seluruh teman – teman Peminatan Kesehatan Lingkungan lainnya yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu yang selalu mendukung, memberikan

semangat dan berbagi pengalaman kepada penulis.

18. Setiap pribadi yang mengenal penulis yang tidak dapat disebutkan satu per

satu yang membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan baik dalam

materi maupun tata cara penulisan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran

dan kritik yang membangun dari para pembaca demi memperkaya materi skripsi

ini. Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Mei 2018

Penulis

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI....................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii
ABSTRAK......................................................................................................... iii
ABSTRACT........................................................................................................ iv
RIWAYAT HIDUP........................................................................................... v
KATA PENGANTAR....................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 7
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................... 7
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 7
1.4.1 Manfaat Teoritis................................................................................... 7
1.4.2 Manfaat Aplikatif................................................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 9

2.1 Kosmetik ...................................................................................................... 9


2.1.1 Pengertian Kosmetik........................................................................... 9
2.1.2 Penggolongan Kosmetik… ................................................................ 10
2.1.3 Kosmetik Dekoratif…........................................................................ 12
2.1.4 Pembagian Kosmetik Dekoratif.......................................................... 13
2.2 Cat Kuku .................................................................................................... 14
2.2.1 Pengertian dan Persyaratan Cat Kuku................................................. 14
2.2.2 Komposisi Cat Kuku.......................................................................... 15
2.2.3 Jenis – Jenis Cat Kuku ....................................................................... 17
2.3 Formaldehid............................................................................................... 19
2.3.1 Pengertian Formaldehid .................................................................... 19
2.3.2 Sifat Fisik dan Kimia Formaldehid..................................................... 19
2.3.3 Kegunaan Formaldehid ...................................................................... 20
2.3.4 Jalur Masuk Formaldehid ke Dalam Tubuh........................................ 22
2.3.5 Metabolisme Formaldehid dalam Tubuh ............................................ 22
2.3.6 Efek Formaldehid pada Manusia........................................................ 25
2.3.7 Penanganan Bila Terpapar Formaldehid............................................. 29
2.3.8 Formaldehid pada Cat Kuku............................................................... 30
2.3.9 Standar Kadar Cat Kuku .................................................................... 30
2.4 Pengetahuan................................................................................................ 30
2.4.1 Tingkat Pengetahuan.......................................................................... 32
2.5 Sikap........................................................................................................... 33

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2.6 Kerangka Konsep........................................................................................ 36

BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 37

3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 37


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................... 37
3.2.1 Lokasi Penelitian .............................................................................. 37
3.2.2 Waktu Penelitian............................................................................... 37
3.3 Objek Penelitian.......................................................................................... 37
3.4 Populasi dan Sampel ................................................................................... 38
3.4.1 Populasi ............................................................................................. 38
3.4.2 Sampel............................................................................................... 38
3.5 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 39
3.5.1 Data Primer....................................................................................... 39
3.5.2 Data Sekunder .................................................................................. 39
3.6 Defenisi Operasional................................................................................... 39
3.7 Metode Pengukuran ................................................................................... 40
3.7.1 Cara Pengukuran Kadar Formaldehid pada Cat Kuku......................... 40
3.7.2 Tingkat Pengetahuan Konsumen Terhadap Cat Kuku......................... 42
3.7.3 Sikap Konsumen Terhadap Cat Kuku…............................................. 43
3.8 Analisa Data .............................................................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................... 45

4.1 Jumlah Merek Cat Kuku yang Terdaftar dan Tidak Terdaftar Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang Dijual di Beberapa Pasar di
Kota Binjai Tahun 2018 ............................................................................. 45
4.2 Kadar Formaldehid pada Cat Kuku Terdaftar dan Tidak Terdaftar Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang Dijual di Beberapa Pasar di
Kota Binjai Tahun 2018 ............................................................................. 46
4.3 Karakteristik Responden ............................................................................ 47
4.4 Pengetahuan Konsumen di Kota Binjai Tahun 2018................................... 49
4.5 Sikap Konsumen di Kota Binjai Tahun 2018.............................................. 52

BAB V PEMBAHASAN .................................................................................. 56

5.1 Kandungan Formaldehid pada Cat Kuku yang Terdaftar dan Tidak Terdaftar
Badan Pengawasan Obat dan Makanan ....................................................... 56
5.2 Tingkat Pengetahuan Konsumen Terhadap Cat Kuku.................................. 59
5.3 Sikap Konsumen Terhadap Cat Kuku.......................................................... 60

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 63


6.1 Kesimpulan................................................................................................ 63
6.2 Saran........................................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 65
DAFTAR LAMPIRAN

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

TABEL 2.1 Efek Akut Formaldehid pada Kesehatan Manusia pada Berbagai
Konsentras .................................................................................. 26
TABEL 4.1 Jumlah Merek Cat Kuku yang Terdaftar dan Tidak Terdaftar Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang Dijual di Beberapa
Pasar di Kota Binjai Tahun 2018................................................ `45
TABEL 4.2 Kadar Formaldehid pada Cat Kuku Terdaftar dan Tidak Terdaftar
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang Dijual di
Beberapa Pasar di Kota Binjai Tahun 2018 ................................. 46
TABEL 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden
Konsumen di Kota Binjai Tahun 2018......................................... 47
TABEL 4. 4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Konsumen di Kota
Binjai Tahun 2018....................................................................... 50
TABEL 4.5 Distribusi Responden Konsumen Berdasarkan Tingkat
Pengetahuan di Kota Binjai ......................................................... 51
TABEL 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Konsumen di Kota Binjai
Tahun 2018 ................................................................................. 52
TABEL 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap di Kota Binjai
Tahun 2018 ................................................................................. 54

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1 . Kuesioner .................................................................................. 67


Lampiran 2. Master Data ................................................................................ 72
Lampiran 3. Output ........................................................................................ 82
Lampiran 4. Dokumen Penelitian ................................................................... 85
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian ................................................................... 87
Lampiran 6. Surat Keterangan Selesai Penelitian ........................................... 88

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara global, ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan

kualitas hidup manusia. Pada kenyataannya, gaya hidup masyarakat industri

ditandai oleh pemakaian produk berbasis kimia. Hal itu merupakan tantangan

yang besar bagi lingkungan hidup, kesehatan dan kelangsungan hidup manusia

serta makhluk hidup lain (UU RI, 1997)

Salah satu industri yang memanfaatkan bahan kimia dalam proses

produksinya adalah industri kosmetik yang sering digunakan hampir semua

wanita di kehidupan sehari – harinya untuk menunjang penampilannya.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 220/Men.Kes/Per/IX/76

menyatakan kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,

dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam,

dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk

membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak

termasuk golongan obat.

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan

Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015 tentang Persyaratan Teknis Bahan

Kosmetika menyatakan bahwa kosmetika adalah bahan atau sediaan yang

dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,

rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa

mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada

kondisi baik.

Kosmetika sudah dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu, dan baru

abad ke 19 mendapat perhatian khusus, yaitu selain untuk kecantikan juga

mempunyai fungsi untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta

industrinya baru di mulai secara besar-besaran pada abad ke 20 dan kosmetik

menjadi salah satu bagian dari dunia usaha. Penggunaan kosmetik pada

masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik

melalui make-up, meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang,

melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultra violet, polusi dan faktor

lingkungan yang lain, mencegah penuaan,dan secara umum membantu seseorang

lebih menikmati dan menghargai hidup (Tranggono dan Latifa, 2014).

Dewasa ini banyak wanita yang ingin tampil cantik dan banyak dari

mereka yang menggunakan kosmetik untuk menunjang penampilannya. Berbagai

macam kosmetik digunakan para wanita untuk tampil cantik seperti bedak,

lipstick, celak alis, cat rambut dan cat kuku. Namun banyak wanita yang tidak

menyadari bahwa diantara produk kecantikan yang biasa mereka gunakan

kemungkinan mengandung bahan berbahaya yaitu bahan kimia (phthalates,

formaldehid, petroleum), logam berat (timbal, merkuri, arsen, cadmiun) dan zat

pewarna sintetis.

Banyak sekali kosmetik yang dijual di pasaran dari yang bermerek hingga

tidak bermerek, mulai yang harganya mahal hingga yang murah, yang legal

sampai yang illegal. Banyaknya tawaran tersebut memudahkan para konsumen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

untuk memilih dan membeli kosmetik sesuai dengan selera dan budget yang

mereka miliki. Tetapi konsumen juga harus berhati-hati, karena banyaknya

peredaran produk tersebut terutama yang ilegal, patut dicermati kualitasnya agar

tidak membahayakan diri konsumen.

Efek samping dari kosmetika menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi

penggunanya, karena kemungkinan akan timbulnya efek samping yang ringan

maupun berat terhadap dirinya sangat besar. Namun sejauh ini informasi tentang

efek samping kosmetika masih sangat sedikit.

Banyak kosmetik yang dijual dipasaran, salah satu kosmetik yang sering

dipergunakan para konsumen adalah cat kuku. Cat kuku adalah pernis yang

digunakan pada kuku tangan atau kuku kaki manusia untuk menghias,

memperindah, dan melindungi lempeng kuku. Formula kuteks telah diperbarui

berulang kali untuk meningkatkan efek dekoratif dan mengurangi risiko retak atau

terkelupas. Kuteks terbuat dari polimer organik dengan campuran berbagai zat

aditif (Wikipedia).

Beraneka cat kuku ditawarkan pada konsumen, bermacam merek, jenis

dan warna. Kebanyakan wanita memilih cat kuku terutama karena warnanya yang

menarik. Ternyata dibalik keindahan warna dan manfaat cat kuku, banyak juga

produsen yang melakukan kecurangan dalam memproduksi cat kuku. Untuk

menghasilkan produk yang murah, banyak diantaranya yang sengaja

menambahkan kandungan zat- zat kimia yang ternyata berbahaya bagi tubuh

manusia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

Menurut Tranggono dan Latifa (2014), Salah satu zat kimia yang terdapat

didalam cat kuku adalah formaldehid. Formaldehid (CH2O) merupakan suatu

campuran organic yang dikenal dengan nama aldehide, membeku pada suhu

<920C dan mendidih pada suhu 3000C. formaldehid awalnya disintesa kimiawi

asal Rusia Alexander Butlerov pada tahun 1859, tetapi diindetifikasi oleh

Hoffman tahun 1867. Formaldehid dihasilkan dengan membakar bahan yang

mengandung karbon. Dalam atmosfer bumi, formaldehid dihasilkan dari reaksi

cahaya matahari dan oksigen terdapat metana dan hidrokarbon lain yang ada di

atmosfer. Formaldehid terdapat dalam bentuk gas, larutan dan padatan (Windholz,

1979).

Formaldehid ini berfungsi agar cat kuku lebih rekat, lebih tebal.

Formaldehid ini memiliki efek samping sangat berbahaya bagi kesehatan. Akibat

jangka pendek yang terjadi bila terpapar formalin dalam jumlah yang banyak

adalah bersin, radang tonsil, radang tenggorokan, sakit dada yang berlebihan,

lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual diare dan muntah (Rushdie, 2009).

Penggunaan formaldehid pada cat kuku dalam jangka pendek dapat

menyebabkan kuku menjadi kering serta menguning. Kuku menjadi kuning terjadi

setelah pemakaian cat kuku terus-menerus selama 7 hari. Cat kuku yang lepas

atau digunakan lebih dari 4 hari dapat meningkatkan jumlah bakteri yang kembali

pada ujung jari setelah cuci tangan (Harjanti, Setiyawati & Winarni, 2009). Selain

itu bila cat kuku yang mengandung formaldehid tersentuh tangan, maka akan

timbul reaksi alergi yang berupa ruam dan berujung pada kondisi kulit dermatitis.

Bila terhirup formalin mengakibatkan iritasi pada hidung dan tenggorokan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-

batuk. Kerusakan jaringan sistem saluran pernafasan bisa mengganggu paru-paru

berupa pneumonia (radang paru) atau edema paru ( pembengkakan paru).

Di dalam tubuh, formaldehid dapat menyebabkan kerusakan DNA karena

senyawa ini terikat cepat dengan protein yang menyebabkan ikatan silang DNA –

protein dan memecahkan DNA menjadi single Stranded DNA (DNA menjadi

rusak) (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan

Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, 2014).

Hasil temuan Badan POM selama periode Januari – Oktober 2016,

menemukan 80% kosmetika illegal. Kosmetika illegal tersebut adalah kosmetika

impor illegal. Temuan produk illegal tersebut terdiri dari kosmetika impor

mengandung bahan berbahaya, kosmetika impor tanpa izin edar atau nomor

notifikasi dan kosmetika impor yang masuk kedalam wilayah Indonesia secara

illegal. Selain itu dari hasil pengawasan selama semester II tahun 2016, Badan

POM menemukan 39 jenis kosmetika mengandung bahan berbahaya yang

didominasi oleh produk kosmetika dekoratif dan produk perawatan kulit. Bahan

berbahaya yang teridentifikasi terkandung dalam temuan tersebut antara lain

Merkuri, Hidrokinon, Asam Retinoat, serta bahan pewarna merah K3, merah K10

dan Sudan IV (BPOM RI, 2016)

Penelitian Yolanda (2011), bahwa ditemukan kandungan bahan kimia

formaldehid pada 2 sampel pembalut wanita yang telah diuji. Berdasarkan hasil

pemeriksaan pada 3 sampel pembalut wanita (sampel A, sampel B dan sampel C).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

ditemukan adanya kandungan formaldehid pada sampel A dan C dengan kadar

yang diperoleh 1,400 ± 0,0473 ppm dan 0,858 ± 0,0449 ppm.

Penelitian yang dilakukan oleh Nelli (2013), bahwa terdapat bahan kimia

formaldehid pada cat kuku. Sebanyak 6 sampel sedian cat kuku yang telah diuji,

seluruh sampel positif mengandung formaldehid yang melebihi batas persyaratan

yang telah ditetapkan. Rentan kadar formaldehid dalam sampel sediaan cat kuku

adalah 8,434% - 9,744%.

Banyak merek cat kuku yang beredar di beberapa pasar di Kota Binjai,

mulai dari cat kuku bermerek sampai cat kuku yang tidak bermerek serta

banyaknya masyarakat yang menggunakan cat kuku untuk menunjang

penampilannya. Berdasarkan keadaan ini, banyak dari konsumen yang tidak tahu

tentang adanya bahan kimia yang terkandung di dalam cat kuku tersebut.

Sehingga perlu diketahui tingkat pengetahuan dan sikap konsumen tentang cat

kuku sebab cat kuku merupakan produk konsumen yang sangat sering digunakan

khususnya bagi wanita..

Berdasarkan hal-hal diatas, maka dilakukan penelitian tentang “analisis

kandungan formaldehid pada cat kuku yang terdaftar dan tidak terdaftar Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) serta tingkat pengetahuan dan sikap

konsumen terhadap cat kuku yang dijual di beberapa pasar di Kota Binjai tahun

2018”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis ingin mengetahui ada

tidaknya kandungan bahan kimia Formaldehid pada cat kuku yang terdaftar dan

tidak terdaftar Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) serta bagaimana

tingkat pengetahuan dan sikap konsumen terhadap cat kuku yang dijual di

beberapa pasar di Kota Binjai tahun 2018.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui keberadaan bahan kimia formaldehid pada cat kuku

yang beredar di beberapa Pasar di Kota Binjai dan tingkat pengetahuan, sikap dan

tindakan konsumen tentang bahaya Formaldehid.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui kadar Formaldehid pada cat kuku yang beredar di

beberapa pasar di Kota Binjai.

2. Untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan konsumen

tentang bahaya Formaldehid pada cat kuku yang dijual di beberapa

pasar di Kota Binjai.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Sebagai informasi bagi masyarakat bahwa adanya penggunaan bahan

kimia formaldehid pada cat kuku.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

2. Sebagai bahan referensi untuk penelitian lanjutan oleh peneliti lain

dalam topik yang sama

1.4.2 Manfaat Aplikatif

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak pemerintah tentang kemungkinan

kandungan formaldehid pada cat kuku yang terdaftar dan tidak terdaftar

yang terdaftar di kota Binjai sehingga dapat mengawasi peredaran

produk cat kuku yang mengandung bahan kimia berbahaya.

2. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat khususnya para

kaum wanita sehingga meningkatkan pengetahuan dan wawasan

tentang kandungan formaldehid pada cat kuku yang terdaftar dan tidak

terdaftar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kosmetik

2.1.1 Pengertian Kosmetik

Kosmetik berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”.

Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari

bahanbahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetik dibuat manusia

tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk maksud

meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 220/Men.Kes/Per/IX/76

menyatakan kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,

dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam,

dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk

membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak

termasuk golongan obat.(Wasitaatmaja, 1997)

Kosmetika Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan

Makanan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015 tentang Persyaratan Teknis

Bahan Kosmetika menyatakan bahwa kosmetika adalah bahan atau sediaan yang

dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis,

rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan membran mukosa

mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan

dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada

kondisi baik.

9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10

2.1.2 Penggolongan kosmetik

1. Penggolongan kosmetik menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, Kosmetik dibagi ke dalam 13

kelompok :

1. Preparat untuk bayi, misalnya minyak bayi, bedak bayi, dll.

2. Preparat untuk mandi, misalnya sabun mandi, dll.

3. Preparat untuk mata, misalnya mascara, eye – shadow, dll.

4. Preparat wangi – wangian, misalnya parfum, toilet water, dll.

5. Preparat untuk rambut, misalnya hair foam, hair spray, dll.

6. Preparat pewarna rambut, misalnya cat rambut, dll.

7. Preparat make –up (kecuali mata), misalnya bedak, lipstick, dll.

8. Preparat untuk kebersihan mulut, misalnya pasta gigi, mouth wash,

dll.

9. Preparat untuk kebersihan badab, mislanya deodorant, dll.

10. Preparat kuku, misalnya cat kuku, nail lotion, dll.

11. Preparat perawatan kulit, misalnya pembersih, pelembab, pelindungan

, dll.

12. Preparat cukur, misalnya sabun cukur, dll.

13. Preparat untuk suntan dan sunscreen, misalnya sunscreen foundation,

dll. (Tranggono dan Latifa, 2014)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

2. Penggolongan kosmetik menurut sifat dan cara pembuatannya

1. Kosmetik modern

Diramu dari bahan kimia dan diolah secara modern (termasuk

antaranya adalah cosmedics)

2. Kosmetik tradisional

a. Betul – betul tradisional, mislanya mangir, lulur yang dibuat dari

bahan alami dan diolah menurut resep dan cara yang turun

temurun.

b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet

agar tahan lama.

c. Hanya namanya saja tradisional, tetapi bahan – bahannya tidak

diramu secara tradisional dan juga tanpa ada komponen yang

tradisional melainkan dibentuk sedemikian rupa sehingga

menyerupai kosmetik berbahan tradisional. (Tranggono dan Latifa,

2014)

3. Penggolongan menurut kegunaannya bagi kulit

1. Kosmetik perawatan kulit (skin – care cosmetics)

Jenis ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit. Termasuk di

dalamnya:

a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya: sabun,

cleansing cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).

b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mosturizer), misalnya:

mosturizer cream, night cream, anti wrinkel cream.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya: sunscreen cream, sunscreen

foundation dan sun block cream/lotion.

d. Kosmetik untuk menipiskan kulit (peeling), misalnya: scrub cream

yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai

pengamplas (abrasiver)

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up) Jenis ini diperlukan untuk

merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan

yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti

percaya diri (self confident). Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan

pewangi sangat besar (Tranggono dan Latifa, 2014).

2.1.3 Kosmetik Dekoratif

Kosmetik dekoratif semata – mata hanya melekat pada alat tubuh yang

dirias dan tidak bermaksud untuk diserap ke dalam kulit serta mengubah secara

permanen kekurangan (cacat) yang ada. Dengan demikian kosmetika dekoratif

akan terdiri atas bahan aktif berupa zat warna dalam berbagai bahan dasar dengan

pelengkap bahan pembuat stabil dan parfum.(Wasitaatmadja, 1997)

Kekhasan dari kosmetik dekoratif (make – up) ialah bahwa kosmetik ini

tujuannya semata – mata untuk mengubah penampilan, agar nampak lebih cantik

dan noda – noda atau kelainan – kelainan pada kulit dapat tertutupi. Kosmetik

dekorasi tidak perlu menambah kesehatan kulit cukup tidak merusak kulit atau

sesedikit mungkin merusak kulit. Pemakaian kosmetik dekoratif lebih berdasarkan

psikologis daripada berdasarkan kesehatan kulit. Dengan memakai kosmetik

dekoratif, diharapkan dapat menyembunyikan kekurangan pada kulitnya dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

memberikan penampilan yang lebih cantik, lebih menarik kepada dunia

luar.(Tranggono dan Latifa, 2014)

2.1.4 Pembagian Kosmetik Dekoratif

Kosmetik dekoratif dapat dibagi dalam dua golongan besar, yaitu :

1. Kosmetik dekoratif yang hanya berefek di permukaan serta dipakainya

hanya sebentar, seperti misalnya bedak, lipstick, pemerah bibir, eye –

shadow, dll.

2. Kosmetik dekoratif yang berefek sampai mendalam dan biasanya lama

baru luntur kembali, seperti mislanya kosmetik pemutih kulit, cat rambut,

pengeriting rambut, preparat penghilang rambut dan cat kuku. (Tranggono

dan Latifa, 2014)

Menurut Wasitaatmadja (1997), berdasarkan bagian tubuh yang dirias,

kosmetika dekoratif dapat dibagi menjadi:

1. Kosmetika rias kulit (wajah).

2. Kosmetika rias bibir.

3. Kosmetika rias rambut.

4. Kosmetika rias mata.

5. Kosmetika rias kuku.

Kuku adalah bagian tubuh manusia yang terdapat atau tumbuh di ujung

jari (Wikipedia). Kuku merupakan salah satu bagian penting yang dapat

menunjang penampilan pemakainya. Pada keadaan tertentu kuku bias berubah

warna menjadi lebih kusam, lebih kehitaman atau ke kuningan (Wasitaatmadja,

1997).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Kosmetika rias kuku terdiri atas :

1. Cat dan vernis kuku (nail lacquer)

2. Penghapus cat kuku (nail lacquer remover)

3. Penghilang dan pelunak kutikel kuku (cuticle remover and softener)

4. Krim kuku (nail cream)

2.2 Cat Kuku

2.2.1 Pengertian dan Persyaratan Cat Kuku

Cat kuku adalah sediaan rias kuku yang digunakan untuk maksud

menyalut kuku dengan lapisan tidak berwarna atau mewarnai kuku dengan warna,

baik warna kemudaan maupun warna kontras nyata, sesuai dengan estetika kuku

yang dikehendaki (Depkes RI, 1985). cat kuku adalah pernis yang digunakan pada

kuku tangan atau kuku kaki manusia untuk menghias, memperindah, dan

melindungi lempeng kuku. Kuku biasanya berwarna putih, dengan keadaan

tertentu kuku bisa berubah warna menjadi lebih kusam, lebih kehitaman atau

kekuningan. Cat kuku atau vernis kuku dibutuhkan untuk menutupi warna kuku

yang kurang baik (Wasitaatmadja, 1997).

Cat kuku mempunyai komposisi yang berisi zat warna dalam pelarut yang

cepat kering, mudah mengeras, lekat pada kuku dan tahan goresan yaitu terdiri

dari pelarut pigmen, zat plastik, zat pembentuk selaput utama, dan zat pembentuk

selaput pelengkap (wasitaatmadja, 1997). Selain itu, juga ditambahkan bahan

pelarutdan bahan pengeras seperti formaldehid yang masih bisa digunakan

dengan batasan dan persyaratan dalam penggunaannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

Cat kuku yang digunakan untuk pembuatan sediaan cat kuku harus

memunuhi syarat sebagai berikut:

1. Tidak menimbulkan reaksi iritasi pada kulit dan kuku.

2. Mudah dan enak digunakan.

3. Harus stabil dalam penyimpanan yang ditinjau dari segi homogenitas,

pemisahan, sedimentasi, warna, dan interaksi di antara bahan yang

terkandung di dalamnya.

4. Memberikan selaput dengan ciri khas yang dikehendaki yang meliputi

ketebalan serba sama yang dapat dicapai jika memilki sifat alir dan

pembasahan yang baik, warna seragam, berkilauan, daya lekat pada kuku

sangat baik, kekenyalan dan kelenturannya baik sehingga tidak mudah

rapuh (getas atau retak) , permukaan selaput keras tidak lengket yang

dapat dalam waktu singkat, sifat pengeringan baik (Depkes RI, 1985).

Berdasarkan Peraturan Kelapa Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI

Nomor 18 Tahun 2015 Tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika, dinyatakan

bahwa batas kadar maksimum untuk formaldehid yaitu 5% dihitung sebagai

formaldehid.

2.2.2 Komposisi Cat Kuku

Bahan utama di dalam cat kuku bukan zat warna melainkan bahan

pembentuk lapisan film yang tak tembus air dan udara serta jenis – jenis resin.

Bahan – bahan dalam cat kuku adalah sebagai berikut (Tranggono dan Latifa,

2014) :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

1. Bahan – bahan pembentuk lapisan film

Misalnya : nitrocellulose, cellulose acetate, cellulose aceto butyrate,

ethyl cellulose, methacrylate dan vinyl resin, tetapi bahan yang terbaik

adalah nitrocellulose. Selain bahan – bahan di atas, ada bahan lain yaitu

Plasticizer. Karena apabila hanya ditambahkan larutan nitrocellulose saja

pada saat kering di permukaan kuku akan membentuk lapisan yang keruh

dan mudah terkelupas, misalnya ester – ester polybasic acid, castor oil,

camphor, derivate urea, butyl stearate.

2. Resin – resin

Misalnya : gum dammar, benzoic resin, dan resin alam lainnya, tetapi

yang paling sering digunakan adalah resin sulfonamide – formaldehyde.

Tujuan dari pemakaian resin ini adalah agar cat kuku lebih rekat, lebih

tebal.

3. Pelarut

Pelarut adalah cairan organic volatile yang dapat mengkombinasikan

semua bahan – bahan menjadi suatu preparat kental yang homogeny.

Umumnya digunakan campuran berbagai pelarut. Baik pelarut maupun

uap tidak boleh bersifat irritant

4. Bahan – bahan pewarna

Umumnya digunakan kombinasi pigmen dengan lakes, karena soluble

dyes saja warna cat kuku kurang mendalam dan kurang intens

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

2.2.3 Jenis – Jenis Cat Kuku

1. Cream

Jenis cat kuku ini adalah yang paling umum digunakan. Teksturnya

polos seperti susu kental. Mengoleskannya pun harus lebih dari dua

lapis agar warnanya lebih terlihat.

2. Jelly

Hampir sama seperti krim, namun yang membedakannya adalah

teksturnya yang sedikit kenyal seperti agar-agar sehingga terlihat

sangat mengkilap. Perlu berlapis-lapis mengoleskannya agar warna

aslinya lebih keluar. Lapisi kuku dengan top coat agar lebih tahan

lama.

3. Shimmer

Cat kuku jenis ini sebenarnya merupakan percampuran antara warna

dasar dengan partikel – partikel kecil yang memberikan efek gemerlap.

Partikel tersebut biasanya berwarna perak dan emas. Teksturnya sangat

kental dan apabila dioleskan ke kuku warnanya langsung terlihat. Cat

kuku seperti ini bias diterapkan untuk kegiatan sehari – hari karena

tidak terkesan berlebihan.

4. Velvet

Velvet adalah cat kuku yang mempunyai tekstur halus dan berbulu,

layaknya beludru. Cara mengaplikasikannya cukup mudah, oleskan

terlebih dahulu cat kuku dengan warna senada, dalam keadaan masih

basah taburkan cat kuku velvet secara perlahan hingga menutupi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

bagian kuku anda dan diamkan hingga kering. Penggunaan cat kuku

jenis ini harus berhati – hati dan teliti.

5. Glitter

Cat kuku berjenis glitter memberikan efek terlihat sangat mengkilat

jika terkena pantulan cahaya sehingga para wanita biasanya ingin

menarik perhatian dengan mengenakan cat kuku berjenis ini . Terdapat

banyak jenis dan variasi jenis glitter, mulai dari bentuk bulat, pipih,

hingga dipenuhi dengan taburan manik-manik.

6. Metalik

Jenis cat kuku seperti ini merupakan campuran dari jenis shimmer dan

glitter. Warna-warna metalik umumnya berupa tembaga, emas dan

perak. Tambahkan top coat atau cat kuku transparan saat menggunakan

cat kuku jenis ini untuk menjaga riasan kuku agar lebih tahan lama dan

tidak terkelupas jika terkena air.

7. Hologram

riasan kuku bisa dibuat seolah-olah timbul dengan cat kuku hologram.

Warnanya pun mengandung unsur warna pelangi di dalamnya dan

terdapat sedikit glitter di dalamnya. Setelah dioleskan ke kuku,

hasilnya seolah tiga dimensi dan akan berubah warna apabila terkena

cahaya matahari.

8. Matte

Jenis cat kuku ini paling banyak digemari. Cat kuku jenis matte

mempunyai hasil yang kering dan tidak berkilau jika terkena cahaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

matahari. Namun jika tidak berhati-hati dalam menggunakannya, cat

kuku ini mudah terkena goresan sehingga cepat mengelupas.

2.3 Formaldehid

2.3.1 Pengertian Formaldehid

Formaldehid (CH2O) merupakan suatu campuran organic yang dikenal

dengan nama aldehide, membeku pada suhu <920C dan mendidih pada suhu

3000C. formaldehid awalnya disintesa kimiawi asal Rusia Alexander Butlerov

pada tahun 1859, tetapi diindetifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehid

dihasilkan dengan membakar bahan yang mengandung karbon. Dalam atmosfer

bumi, formaldehid dihasilkan dari reaksi cahaya matahari dan oksigen terdapat

metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehid terdapat dalam

bentuk gas, larutan dan padatan (Windholz, 1979).

Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat reaksi oksidasi katalitik

pada metanol. Oleh sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran

bahan yang mengandung karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran

hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehid

dihasilkan dari reaksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan

hidrokarbon lain yang ada di atmosfer.

Sinonim dari formaldehid antara lain adalah formalin, formic aldehyde,

methanal, methyl aldehyde, oxymethylene.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

2.3.2 Sifat Fisik dan Kimia Formaldehid

1. Sifat Fisik

Sifat fisik larutan formaldehid adalah merupakan cairan jernih, tidak

berwarna atau hampir tidak berwarna, bau menusuk, uap merangsang selaput

lender hidung dan tenggorokan dan jika disimpan di tempat dingin dapat menjadi

keruh. Biasanya disimpan dalam wadah tertutup, terlindung dari cahaya dengan

suhu tempat penyimpanan di atas 20º (Depkes RI, 1995).

2. Sifat Kimia

Formaldehid pada umumnya memiliki sifat kimia yang sama dengan

aldehide namun lebih reaktif dari pada aldehide lainnya. Formaldehid merupakan

elektrofil sehingga bias dipakai dalam reaksi substitusi aromatic elektrofilik dan

senyawa aromatic serta bias mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena.

Keadaan katalis basa mengakibatkan formaldehid bias menghasilkan asam format

dan methanol (Depkes RI, 1995)

2.3.3 Kegunaan Formaldehid

Formaldehid merupakan gas yang larut dalam air dengan konsentrasi 37 %

dan dikenal sebagai formalin. Sudah sejak lama dipakai untuk mempersiapkan

vaksin – vaksin melalui mensterilkan bakteri atau menginaktifkan bakteri atau

toksin maupun virus tanpa merusak antigenitasnya. Untuk keperluan ini

dibutuhkan konsentrasi 0,1 %. Formaldehid dapat juga digunakan sebagai gas

dalam mensterilkan permukaan – permukaan yang kering, misalnya di dalam

kamar dimana pasien mengalami infeksi yang serius atau jika hendak

mempersiapkan penjualan/pemakaian alat – alat plastik dalam laboratorium

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

bakteriologis. Akan tetapi reaksi yang terjadi pada permukaan itu hanya

berdasarkan adsorpsi dan menghasilkan sebuah polimer (paraformaldehid) yang

reversible (Kusnawidjaja, 1993).

Formaldehida memiliki banyak manfaat, seperti anti bakteri atau

pembunuh kuman, sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang,

pakaian atau pembasmi lalat, dan berbagai serangga lainnya. Dalam dunia

fotografi, formaldehid biasanya digunakan untuk untuk pengeras lapisan gelatin

dan kertas. Selain itu, formaldehid juga digunakan sebagai bahan pembuat pupuk

dalam bentuk urea, bahan pembuatan produk parfum, pengawet produk kosmetik,

pengeras kuku dan bahan insulasi busa (Rushdie, 2009).

Dunia farmasi bidang kosmetik menggunakan formaldehid sebagai sebagai

pengawet dan pengeras kuku. Untuk pengeras kuku formaldehid yang digunakan

biasanya dengan konsentrasi 5 % (Cahyadi, 2009). Dunia kedokteran juga

menggunakan formaldehid sebagai pengawet mayat. Konsentrasi formaldehid

yang digunakan untuk pengawet mayat ini sebesar 10 % (Cahyadi, 2009).

Formalin juga dipakai sebagai pencegah korosi untuk sumur minyak. Di

bidang industri kayu, formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk produk

kayu lapis (plywood). Dalam konsentrasi yang sangat kecil ( 1 persen), formalin

digunakan sebagai pengawet untuk berbagai bahan konsumen, seperti pembersih

barang rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, lilin dan karpet (Rushdie,

2009).

Formaldehid juga dipakai untuk reaksi kimia yang membentuk ikatan

polimer, dimana salah satu hasilnya menimbulkan warna produk menjadi lebih

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

cerah. Oleh karena itu, formalin dipakai di industri plastik, bahan pembuatan sutra

buatan, zat pewarna dan cermin kaca. Selain itu, formlain juga digunakan dalam

produk rumah tangga seperti piring, gelas dan mangkuk yang bersal dari plastic

atau melamin (Rushdie, 2009).

2.3.4 Jalur Masuk Formaldehid ke Dalam Tubuh

Menurut Amiruddin (dalam Wulandari, 2007), masuknya formaldehid ke

dalam tubuh melalui beberapa jalur yaitu :

1. Inhalasi

Paling banyak terpapar formaldehid terjadi melalui inhalasi. Penguapan

formaldehid diserap oloeh paru – paru.

2. Kontak Kulit atau Mata

Formaldehid diabsorpsi melalui kulit menyebabkan dermatitis kontak

alergi atau dermatitis kontak iritan. Paparan uap formaldehid pada mata

menyebabkan iritasi dan lakrimasi. Bergantung pada konsentrasi

formaldehid, cairan formaldehid dapat menyebabkan rasa tidak nyaman

dan iritasi atau efek yang berat seperti opafikasi kornea dan hilangnya

penglihatan.

3. Saluran Pernafasan

Telah dilaporkan mengkonsumsi cairan formaldehid 37 persen 30mL

dapat menyebabkan kematian pada orang dewasa.

2.3.5 Metabolisme Formaldehid dalam Tubuh

Formaldehid secara alami merupakan metabolit normal dari mamalia yang

mengambil bagian penting dalam proses biologi. Formaldehid terdapat dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

buah dan sayur. Formaldehid yang terdapat di udara merupakan produk dari

fotooksidasi asap mobil, produk dari fotooksidasi proses pembakaran, dan

incinerator (Laymena, 2012).

Paparan formaldehid terhadap manusia dapat terjadi melalui berbagai cara

karena diabsorbsi oleh semua permukaan tubuh, biasa terjadi melalui inhalasi,

peroral, atau kontak langsung (Laymena, 2012) .

Formaldehid endogen secara cepat dimetabolisme oleh berbagai sistem

enzim (sistem Glutathione-dependent Formaldehyde Dehydrogenase -FDH-

dikenal juga sebagai Alcohol Dehydrogenase 5 -ADH5- bersama dengan S-

FormylGlutathione-Hidrolase, metabolisme ini dapat juga dilakukan oleh sistem

Hydrogen peroxide/ sistem katalase) menjadi asam format yang terakumulasi atau

asam format dioksidasi dipecah menjadi format dan ion hidrogen masuk dalam

siklus karbon melalui tetrahidrofolat. Jalur asam tetrahidrofolat adalah jalur utama

dimana metabolisme asam format terjadi. Sekali format telah masuk dalam siklus

karbon, banyak reaksi terjadi dan mengarahkan format ke berbagai jalur termasuk

jalur asam sitrat dimana format dapat digunakan untuk kebutuhan energi,

melepaskan karbon dioksida dan air. Sedangkan kelebihan asam format dalam

tubuh akan diekskresikan melalui urin (Laymena, 2012).

Asam format, sebagai garam natrium, adalah salah satu bentuk karbon

endogen yang paling sederhana dan berperan pada banyak reaksi anabolik dan

katabolik. Format atau formaldehid telah terbukti berperan dalam transfer karbon

tunggal dari glisine, histidin, triptofan, serin, dan berbagai asam amino esensial

serta berperan dalam sintesis purin, pirimidin, metionin, dan cholase. Asam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

format juga sebagai inhibitor bagi enzim seperti heksokinase dan cholinesterase.

Juga menghambat oksidasi suksinat, dan glikolisis anaerobik. Pada tingkat sel,

asam format menghambat enzim sitokrom oksidase sehingga menyebabkan

hipoksia histotoksik dan menyebabkan penumpukkan asam (Laymena, 2012).

Waktu paruh dari formaldehid dalam tubuh adalah 1,5 menit sehingga sulit

untuk mengukur formaldehid didalam tubuh karena langsung diubah menjadi

asam format. Sedangkan waktu paruh dari asam format adalah 90 menit. Dari data

tersebut, terlihat asam format secara lambat dimetabolisme menjadi karbon dan

air. Dimana proses metabolisme asam format ini bergantung pada folat. Folat

adalah vitamin yang ditemukan pada sayuran dan buah segar, merupakan bahan

baku untuk membangun tetrahidofolat. Defisiensi pada komponen esensial

biokimia pada jalur asam tetrahidrofolat akan menurunkan jumlah format yang

dimetabolisme menjadi karbon dioksida dan air. Defisiensi asam folat akan

menyebabkan metabolisme asam format menjadi lambat, menyebabkan akumulasi

asam format dalam tubuh, sehingga terjadi asidosis metabolik, penghambatan

respirasi pada mitokondria sehingga adenosin triphospat (ATP) yang terbentuk

lebih sedikit, dan peningkatan ekskresi format dalam urin. Keadaan ini dapat

dikoreksi dengan suplementasi sehingga output format dalam urin kembali normal

(Laymena, 2012).

Formaldehid sebagaimana telah dikatakan sebelumnya adalah suatu

substansi dapat tidak berbahaya pada konsentrasi minimal, namun pada paparan

konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan efek toksik. Setelah diabsorbsi ke dalam

tubuh formaldehid akan dioksidasi oleh enzim FDH di hepar dan di eritrosit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

Formaldehid dalam darah manusia normal berkisar dari 0 – 12 mg/L, sedangkan

dalam urin manusia normal berkisar antara 0 - 27 mg/L. 120 ml formalin

komersial peroral dapat meningkatkan asam format dalam darah hingga 500

mg/L, tingkat asam format ini dipengaruhi oleh perancu seperti asupan dan status

nutrisi, merokok (Laymena, 2012) .

2.3.6 Efek Formaldehid pada Manusia

Formaldehid sangat berbahaya bila terhirup, mengenai kulit maupun

tertelan karena formaldehid yang masuk ke dalam tubuh mengalami metabolisme

yang sangat kompleks. Konsentrasi 0,5 – 1 bpj formaldehid di udara dapat

dideteksi bari baunya. Konsentrasi 2 – 3 bpj dapat menyebabkan iritasi ringan.

Sedangkan konsentrasi 4 – 5 bpj pada umumnya tidak dapat di toleransi oleh

tubuh manusia (Cahyadi, 2009). Efek kesehatan akibat formaldehid juga

dipengaruhi oleh konsentrasi formaldehid di udara, pada konsentrasi 0,1 – 0,5

ppm menyebabkan iritasi mata dan hidung, efek neurologi, peningkatan resiko

asma dan atau alergi. Pada konsentrasi ˃ 50 ppm, percobaan pada binatang

menunjukkan adanya edema paru (Zachariah, 2015).

Formaldehid merupakan bahan beracun dan berbahaya bagi kesehatan

manusia. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara kimia

dengan hamper semua zat di dalam sel tubuh manusia sehingga menekan fungsi

sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada tubuh.

Kandungan formaldehid yang tinggi dalam tubuh juga dapat menyebabkan iritasi

lambung, alergi, bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat

mutagen (menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan). Orang yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

mengkonsumsi formaldehid akan mengalami muntah diare bercampur darah,

kencing bercampur darah dan kematian yang disebabkan adanya kegagalan

peredaran darah. Apabila formaldehid menguap, akan menimbulkan gas yang

tidak berwarna dengan berbau tajam menyesakkan sehingga merangsang hidung,

tenggorokan dan mata (Cahyadi, 2009).

Akibat jangka pendek yang terjadi bila terpapar formalin dalam jumlah

yang banyak adalah bersin, radang tonsil, radang tenggorokan, sakit dada yang

berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual diare dan muntah. Pada

konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian (Rushdie, 2009).

Formaldehid yang terhirup lewat pernafasan dalam jangka pendek dengan

konsentrasi sebesar 0,1 – 5,0 ppm dapat menyebabkan iritasi hidung dan

tenggorokan, konsentrasi 10 – 20 ppm dapat menyebabkan sulit bernafas, rasa

terbakar pada hidung dan tenggorokan, serta batuk, konsentrasi 25 – 50 ppm dapat

menyebabkan kerusakan jaringan dan kerusakan serius saluran pernafasan seperti

radang paru dan edema paru. Dalam jangka panjang, terhirup formaldehid secara

berulang atau terus menerus dapat menyebabkan sakit kepala, radang selaput

lendir hidung, mual, ngantuk, kerusakan sistem pernafasan, luka pada ginjal dan

sensitisasi pada paru. Paparan formaldehida jangka panjang dilaporkan

berhubungan dengan meningkatnya risiko kanker pada hidung, sinus aksesorius,

serta kanker nasofaring dan orofaring pada manusia (Direktorat Pengawasan

Produk dan Bahan Berbahaya).

Formaldehid yang tertelan dalam jangka pendek dapat menyebabkan luka

bakar pada mulut dan tenggorokan, sakit saat menelan, perut mual, muntah dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

diare, kemungkinan pendarahan, sangat nyeri pada perut, sakit kepala, hipotensi,

vertigo, stupor, kejang-kejang, kehilangan kesadaran dan koma. Paparan jangka

panjang bila tertelan formaldehid secara berulang dalam dosis kecil dapat

menyebabkan iritasi lambung dan usus, muntah, dan pusing. Dilaporkan terjadi

reaksi sensitisasi. Pria yang meminum susu yang mengandung formaldehida

selama 15 hari mengeluh adanya gejala nyeri perut atau usus dan sakit kepala.

Gejala lain meliputi rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu tubuh, dan

sebanyak 4 pria mengalami ruam yang terasa gatal pada dada dan paha (Direktorat

Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya).

Bila kontak dengan mata konsentrasi sebesar 0,05 – 3,0 ppm dapat

menyebabkan iritasi mata disertai kemerahan, gatal, nyeri, pandangan kabur dan

lakrimasi ringan. Konsentrasi sebesar 4 – 20 ppm dapat menyebabkan lakrimasi

dan kerusakan mata. Larutan formaldehida dalam air dapat menyebabkan efek

yang bersifat sementara, luka ringan dan ketidak nyamanan hingga luka berat,

keburaman kornea permanen dan kehilangan kemampuan melihat. Keburaman

kornea dapat tertunda dalam waktu beberapa menit hingga beberapa jam

(Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya).

Paparan jangka pendek pada kulit dapat perubahan warna kulit menjadi

putih, kulit menjadi kasar dan keras, mati rasa dan ada rasa terbakar.. Paparan

berulang atau terus-menerus dapat menyebabkan luka bakar tingkat dua, mati rasa

dan ruam yang terasa gatal, kerusakan kuku jari, pengerasan dan warna kulit

menjadi coklat serta mengalami sensitisasi (Direktorat Pengawasan Produk dan

Bahan Berbahaya).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

Efek neurofisiologi bila terhirup formaldehid meliputi gangguan tidur,

iritabilitas, gangguan keseimbangan tubuh, penurunan daya ingat, penurunan daya

konsentrasi, dan perubahan suasana hati (Direktorat Pengawasan Produk dan

Bahan Berbahaya).

Bila cat kuku mengandung formaldehid tersentuh tangan maka akan

menyebabkan reaksi alergi, kerusakan kulit dan berujung pada kondisi kulit

dermatitis.

Menurut Bloemen dan Burn (dalam Cahyadi, 2009) Formaldehid telah

dibuktikan dapat menjadi mutagen di beberapa sistem in vitro dan telah di

klasifikasikan sebagai mutagen yang lemah. Formaldehid mendukung mutasi,

konversi gen, pemecahan DNA dan cross – link protein DNA pada fungi, mutasi

dan kerusakan DNA pada bakteri. Pada sel hama, formladehid mendukung

transformasi sel, penyimpangan kromosom dan pertukaran kromatik pada tikus.

Secara in vivo, formaldehid hanya menyebabkan mutagen pada larva jantan

Droshopila.

1. Efek Formaldehid Berdasarkan Dosis Pemaparannya

Formaldehid masuk kedalam tubuh manusia dapat terjadi dengan berbagai

cara misalnya lewat udara, saluran pencernaan dan kontak langsung dengan kulit.

Berikut ini disajikan sumber yang memparkan berbagai konsentrasi yang

ditimbulkan formaldehid pada tubuh manusia berdasarkan dosis pemaparannya :

Tabel 2.1 Efek Akut Formaldehid pada Kesehatan Manusia pada Berbagai
Konsentrasi
Konsentrasi (ppm) Efek Kesehatan
0 – 0,5 Tidak ada efek
0,05 – 1,05 Efek neurofisiologi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

0,005 – 1 Ambang bau


0,05 – 2 Iritasi mata
0,10 – 25 Iritasi saluran nafas bagian atas
5 – 30 Efek saluran nafas bagian bawah dan paru
50 – 100 Edema paru, radang, pneumonia
˃ 100 Kematian
2.3.7 Penangan Bila Terpapar Formaldehid

Penanganan bila terpapar formaldehid dapat dilakukan berdasarkan jalur

masuk formaldehid ke dalam tubuh (Rushdie, 2009):

1. Bila terkena hirupan atau terkena kontak langsung

Jika area aman untuk dimasuki, jauhkan korban dari paparan. Jika

diperlukan gunakan masker berkatup atau peralatan sejenisnya untuk

melakukan pernafasan buatan.

2. Bila tertelan

Segera minum susu atau norit untuk mengurangi penyerapan zat

berbahaya tersebut. Bila diperlukan segera hubungi dokter dan dibawa

ke rumah sakit.

3. Bila terkena mata

Basuh mata segera dengan air yang banyak atau gunakan larutan

garam dapur 0,9 % (larutkan seujung sendok teh garam dapur dengan

segelas air) sambil sesekali mata di kedipkan hingga tidak ada bahan

kimia yang tertinggal. Tutupi dengan perban steril dan segera bawa ke

dokter.

4. Bila terkena kulit

Lepaskan segera pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkontaminasi.

Cuci bagian yang terkontaminasi dengan sabun atau deterjen lunak dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

air yang banyak hingga tidak ada bahan kimia yang tertinggal ( ± 15 –

20 menit). Untuk luka bakar lindungi dengan perban steril dan segera

bawa ke dokter.

2.3.8 Formaldehid pada Cat Kuku

Beberapa cat kuku ditemukan mengandung formaldehid. Formaldehid

digunakan sebagai bahan pengeras serta pengawet cat kuku. Kosmetika mudah

teroksidasi oleh udara sehingga terjadi pemecahan bahan yang terkandung di

dalamnya yang akan mengubah warna dan bentuk kosmetika (Wasitaadmadja,

1997).

Sebuah penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kandungan

formaldehid pada cat kuku yaitu penetapan kadar formaldehida dalam sediaan cat

kuku yang beredar di daerah pasar tengah. Dari 6 sampel sedian cat kuku yang

telah diuji, seluruh sampel positif mengandung formaldehid yang melebihi batas

persyaratan yang telah ditetapkan. Rentan kadar formaldehid dalam sampel

sediaan cat kuku adalah 8,434% - 9,744% (Nelli, 2013).

2.3.9 Standar Kadar Formaldehid

Standar kadar formaldehid pada cat kuku menurut Peraturan Kepala Badan

Pengawasan Obat dan Makanan RI Nomor 18 Tahun 2015 Tentang Persyaratan

Teknis Bahan Kosmetika adalah 5 %. Dan batas aman formaldehid menurut IPCS

(International Programme on Chemical Safety), secara umum ambang batas aman

di dalam tubuh adalah 1 miligram per liter.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

2.4 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar

pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera

penglihatan (mata).

Berdasarkan pendapat Notoatmodjo (2007) yang mengutip hasil penelitian

Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru,

dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yang disebut AIETA,

yakni :

1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau objek

2. Interest (merasa tertarik), yakni orang mulai tertarik terhadap stimulus

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi

4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa

yang dikehendaki oleh stimulus

5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses

seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka

perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

perilaku itu tidak disasari pengetahuan dan kesadaran maka tidak berlangsung

lama.

2.4.1 Tingkatan Pengetahuan

Pengetahuan memiliki enam tingkatan (Notoatmodjo, 2007):

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk di dalam pengetahuan ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu”

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur

bahwa seseorang tahu dapat diukur dari kemampuan orang tersebut

menyebutkannya, menguraikan mendefinisikan, menyatakan, dan

sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar. Orang telah paham terhadap suatu objek atau materi

harus dapat menejelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,

meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang

telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,

metode, prinsip dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur

organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Untuk

mengukur kemampuan analisis seseorang dapat diukur dari kemampuan

orang tersebut menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya

5. Sintesis (synthetis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun

formalisasi dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilain - penilaian ini didasarkan pada

suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteri-kriteria

yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin

diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan

yang ingin diketahui dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

2.5 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan

suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan. Sikap

itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Lebih

jelasnya sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai

suatu penghayatan terhadap objek.

Menurut Notoatmodjo (2007) yang mengutip pendapat Allport (1954),

sikap mempuyai tiga komponen pokok yaitu

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai

tingkatan yaitu

1. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang atau subjek mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

2. Merespons (responding) yaitu memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu

indikasi dari sikap. Karna dengan suatu usaha untuk menjawab

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari

pekerjaan itu benar atau salah berarti orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valving) yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan

atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat

ketiga.

4. Bertanggung jawab (responsible), bertanggung jawab atas segala

sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan

tingkatan sikap yang paling tinggi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

2.6 Kerangka konsep Penelitian

Peraturan Kepala Badan


Pengawasan Obat dan
Pemeriksaan Makanan Nomor 18
Laboratorium Tahun 2015

Memenuhi
syarat :
Kandungan
≤5%
Formaldehid pada Ada
cat kuku
bermerek dan Tidak
tidak bermerek Tidak Ada memenuhi
syarat :
≥5%

 Tingkat
pengetahuan
konsumen terhadap
cat kuku bermerek
dan tidak bermerek
yang dijual
dipasaran
 Sikap konsumen
terhadap cat kuku
bermerek dan tidak
bermerek yang
dijual dipasaran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian bersifat deskriptif yaitu menganalisis

kandungan formaldehid pada cat kuku yang terdaftar dan tidak terdaftar serta

tingkat pengetahuan dan sikap konsumen terhadap cat kuku yang dijual di

beberapa pasar di Kota Binjai tahun 2018.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pusat pasar di Kota Binjai. Adapun alasan

peneliti dalam pemilihan lokasi tersebut sebagai tempat penelitian adalah:

1. Pasar tersebut merupakan pasar tradisional dan menjadi pusat jual beli

yang mudah dijangkau masyarakat

2. Terdapat toko-toko yang menyediakan berbagai produk kecantikan

3. Terdapat berbagai merek cat kuku yang dijual di pasar tersebut

Selanjutnya, sampel di bawa ke Balai Laboratorium Kesehatan RI untuk di

periksa

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2018 – Mei 2018.

3.3 Objek Penelitian

Untuk pengambilan sampel uji menggunakan metode purposive sampling.

Objek pada penelitian ini adalah 5 cat kuku yang terdaftar dan 5 cat kuku yang

tidak terdaftar.

37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Populasi penelitian terdiri dari populasi objek dan populasi subjek.

Populasi objek yaitu cat kuku. Populasi subjek yaitu konsumen yang

menggunakan cat kuku yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar.

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah

dari karakteristik yang dimiliki. Pengambilan sampel konsumen sebagai

responden dengan metode Accidental Sampling yaitu konsumen yang memakai

cat kuku. Jumlah populasi pada penelitian ini tidak diketahui, maka untuk

mengetahui jumlah sampel digunakan rumus Lameshow :



Z . p. (1 − p)
=
d

1.96 × 0,25
=
0,01

= 96 responden

Keterangan :

n = jumlah sampel

Z = Z score pada 1 − α 2 tingkat kepercayaan

p = estimasi proporsi

d = presisi

Berdasarkan perhitungan diatas dapat diketahui sampel pada penelitian ini

adalah 96 responden.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

3.5 Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Data Primer

1. Data hasil pemeriksaan Formaldehid pada cat kuku yang terdaftar dan tidak

terdaftar yang dijual di Kota Binjai yang dilakukan di Balai Laboratorium

Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.

2. Pengambilan data tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan konsumen terhadap

cat kuku dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan pengumpulan

informasi berupa data – data seperti jurnal penelitian sebelumnya yang relevan

dengan penelitian ini.

3.6 Defenisi Operasional

1. Kandungan formaldehid pada cat kuku adalah kadar formaldehid sebagai

hasil pengukuran dari cat kuku yang terdaftar dan tidak terdaftar yang di jual

di pasar di Kota Binjai dengan menggunakan metode Reaksi Asam

Kromatopat.

2. Tingkat pengetahuan konsumen terhadap cat kuku adalah tingkat

pengetahuan konsumen yang diukur dengan menggunakan kuesioner yang

berisi pertanyaan tentang cat kuku yang terdaftar dan tidak terdaftar dan

formaldehid sehingga menunjukkan hasil pengetahuan yang baik, sedang atau

buruk.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

3. Sikap konsumen terhadap cat kuku adalah reaksi atau respon dari konsumen

tentang cat kuku yang mengandung formaldehid dan cat kuku yang terdaftar

dan tidak terdaftar.

4. Ada adalah apabila ditemukan kandungan formaldehid pada cat kuku yang

terdaftar dan tidak terdaftar.

5. Tidak ada adalah apabila tidak ditemukan kandungan formaldehid pada cat

kuku yang terdaftar dan tidak terdaftar.

6. Memenuhi syarat adalah apabila kandungan formaldehid belum melebihi

batas maksimum yang diperbolehkan yaitu ≤ 5 % berdasarkan Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 18

Tahun 2015.

7. Tidak memenuhi syarat adalah apabila kandungan formaldehid telah melebihi

batas maksimum yang diperbolehkan yaitu ≤ 5 % berdasarkan Peraturan

Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor 18

Tahun 2015.

3.7 Metode Pengukuran

3.7.1 Cara Pengujian Kadar Formaldehid pada Cat Kuku

1. Peralatan

a. Neraca analitik

b. Erlenmeyer

c. Seperangkat alat destilasi

d. Tabung reaksi

e. Penangas air

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

2. Bahan

a. Cat kuku

b. Aquadest

c. Asam phospat 85 %

d. Asam kromatropat 0,5 % dalam H2SO4 60 %

e. Larutan AgNO3

f. Larutan NH4OH 2 N

g. Larutan Fehling A dan Fehling B

3. Cara Kerja

A. Pemeriksaan Kualitatif

1. Ukur 50 ml sampel, masukkan ke dalam labu destilat

2. Tambahkan 100 aquadest dan 5 ml asam fosfat 85 %

3. Pasang alat destilasi, lakukan destilasi sampai diperoleh destilat + 50 ml

yang di tambung di dalam Erlenmeyer yang berisi 10 ml aquadest (ujung

pendingin harus tercelup ke dalam aqudest)

4. Lakukan test kualitatif terhadap destilat yaitu :

- Reaksi Asam Kromatopat

Sebagian di destilat masukkan ke dalam tabung reaksi + asam

kromatopat 0,5 % dalam H2SO4 60 %, panaskan di atas waterbath

sampai berubah menjadi warna ungu ( + Formaldehid)

B. Pemeriksaan Kuantitatif

1. Timbang berat Erlenmeyer kosong

2. Ukur sampel sebanyak 3 ml

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

3. Ditambahkan 25 ml H2O2 encer dan 50,0 ml NaOH kemudian di panaskan

di penangas hingga berhenti berbuih (15 menit)

4. Sampel di keluarkan dari penangas air kemudian didinginkan selama 30

menit

5. Ditambahkan indicator PP (phenolfthalen) sebanyak 3 tetes ke dalam

larutan sampel

6. Larutan sampel menjadi warna merah jambu

7. Sampel di titrasi dengan HCL 0,1 N sampai warna menjadi warna

semula’dilihat berapa ml HCL yang habis

8. Dibuat larutan blanko yaitu 25 ml NaOH 0,1 N ditambah indicator PP

sebanyak 3 tetes kemudian dititrasi dengan HCL 0,1 N hingga warna

merah jambu hilang

9. Rumus kadar Formaldehid

× ×
,
Kadar Formaldehid =
x 100 %

Ket : V sampel = Volume titrasi sampel

N = Normalitas NaOH yang digunakan

3.7.2 Tingkat Pengetahuan Konsumen Terhadap Cat Kuku

Tingkat pengetahuan konsumen terhadap cat kuku diukur dengan

menggunakan jawaban responden dari semua pertanyaan yang diberikan di dalam

kuesioner. Tingkat pengetahuan konsumen terhadap cat kuku masing-masing

diukur melalui pertanyaan yang diajukan dengan total skor 24.

Untuk pertanyaan memiliki 3 pilihan jawaban :

1. Jawaban a dengan skor 1.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

2. Jawaban b dengan skor 2.

3. Jawaban c dengan skor 3.

Kriteria pengukuran adalah sebagai berikut (Pratomo dalam Elizabeth,

2015) :

1. Pengetahuan baik, apabila jawaban responden nilainya > 75% atau

responden mampu menanggapi pertanyaan dengan total skor > 22,5.

2. Pengetahuan sedang, apabila jawaban responden nilainya 40 - 75% atau

responden mampu menanggapi pertanyaan dengan total skor 12 - 22,5.

3. Pengetahuan kurang, apabila jawaban responden nilainya < 40% atau

reponden mampu menanggapi pertanyaan dengan skor < 12.

3.7.3 Sikap Konsumen Terhadap Cat Kuku

Sikap konsumen terhadap lipstik diukur dengan menggunakan jawaban

responden dari semua pertanyaan yang diberikan di dalam kuesioner. Sikap

konsumen masing-masing diukur melalui 10 pertanyaan yang diajukan dengan

total skor 20.

Kategori jawaban yaitu : apabila responden menjawab “Tidak setuju” akan

diberi skor = 0, sedangkan apabila responden menjawab “Setuju” akan diberi skor

= 2.

Selanjutnya dikategorikan atas baik, sedang, dan kurang dengan ketentuan

sebagai berikut :

1. Baik, Jika jawaban responden nilainya > 75% dari total skor jawaban pada

kuisioner = skor > 15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

2. Sedang, jika jawaban responden nilainya 40 - 75% dari total skor jawaban

pada kuisioner = skor 8 - 15

3. Buruk, jika jawaban responden nilainya < 40% dari total skor jawaban

pada kuisioner = skor < 8

3.8 Analisa Data

Analisa data dimulai dengan mentabulasi data. Data disajikan dalam

bentuk tabel distribusi frekuensi dan dianalisa secara deskriptif. Untuk data

tingkat pengetahuan dan sikap konsumen akan di analisa secara deskriptif.

Untuk data hasil pengukuran kadar formaldehid akan dibandingkan dengan

Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 18 Tahun 2015

tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika yaitu kandungan formaldehid pada

cat kuku yaitu ≤ 5 % serta merujuk pada referensi yang relevan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Jumlah Merek Cat Kuku yang Terdaftar dan Tidak Terdaftar Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang Dijual di Beberapa Pasar

di Kota Binjai Tahun 2018

Jumlah Merk Cat Kuku yang Terdaftar dan Tidak Terdaftar yang Dijual di

Beberapa Pasar di Kota Binjai Tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 4.1

Tabel 4.1 Jumlah Merek Cat Kuku yang Terdaftar dan Tidak Terdaftar
Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang Dijual di
Beberapa Pasar di Kota Binjai Tahun 2018
Cat Kuku Jumlah
n %
Terdaftar 15 68,2
Tidak Terdaftar 7 31,8
Total 22 100,0

Pemilihan merek cat kuku terdaftar dan tidak terdaftar di beberapa pasar di

kota Binjai berdasarkan jumlah merekcat kuku yang terdaftar dan tidak terdaftar

yang paling banyak dijual di beberapa pasar di kota Binjai, sehingga diasumsikan

bahwa merek cat kuku tersebut paling banyak digunakan dan diminati oleh

masyarakat.

Jumlah sampel uji secara keseluruhan sebanyak 10 sampel uji yang terdiri

dari 5 cat kuku terdaftar dan 5 cat kuku yang tidak terdaftar.

45
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46

4.2 Kadar Formaldehid pada Cat Kuku Terdaftar dan Tidak Terdaftar

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang Dijual di

Beberapa Pasar di Kota Binjai Tahun 2018

Pemeriksaan kadar formaldehid pada cat kuku terdaftar dan tidak terdaftar

dilakukan di Laboratorium Kesehatan Daerah Medan dengan menggunakan

metode destilasi.

Tabel 4.2 Kadar Formaldehid pada Cat Kuku Terdaftar dan Tidak
Terdaftar Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) yang
Dijual di Beberapa Pasar di Kota Binjai Tahun 2018
No Kode Merek Cat Kandungan Memenuhi Syarat*
Kuku Terdaftar dan Formaldehid
Tidak Terdaftar (%)
1 A1 0,6 Ya
2 B1 - Ya
3 C1 - Ya
4 D1 - Ya
5 E1 - Ya
6 A2 1,75 Ya
7 B2 0,52 Ya
8 C2 0,67 Ya
9 D2 - Ya
10 E2 - Ya
Keterangan :

 =≤5%

A1, B1, C1, D1, E1 =Cat Kuku Terdaftar

A2, B2, C2, D2, E2 = Cat Kuku Tidak Terdaftar

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa terdapat 4 merek cat kuku baik yang terdaftar

dan tidak terdaftar mengandung bahan kimia formaldehid, terdiri dari A1 sebesar

0,6 %, A2 sebesar 1,75 %, B2 sebesar 0,52 % dan C2 sebesar 0,67%. Hasil uji

kandungan bahan kimia formaldehid pada cat kuku menunjukkan bahwa dari 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

sampel uji yang positif mengandung formaldehid, tidak ada sampel cat kuku yang

melebihi batas yang ditetapkan oleh BPOM RI yaitu ≤ 5 %.

4.3 Karakteristik Responden

Karakteristik responden meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan. Distribusi

responden berdasarkan karakteristik responden konsumen di kota Binjai tahun

2018 dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Responden


Konsumen di Kota Binjai Tahun 2018
No Umur Konsumen
n %
I 14 – 25 70 72,9
26 – 37 12 12,5
38 – 49 8 8.3
50 – 61 6 6,3
Total 96 100,0
II Pendidikan
SD 2 2,1
SMP 28 29,2
SMA/SMK 16 16,7
Tamat SMA 28 29,2
D-1 1 1,0
D-3 3 3,1
S-1 18 18,8
Total 96 100,0
III Pekerjaan
Pelajar 30 31,3
Mahasiswi 28 29,2
Guru 14 14,6
Wiraswasta 6 6,3
SPG 4 4,2
Brand Ambasador 4 4,2
MUA 2 2,1
Karyawan 6 6,3
IRT 2 2,1
Total 96 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Berdasarkan tabel 4.3 diketahui konsumen cat kuku di Kota Binjai tahun

2018 paling banyak yang berumur 14 – 25 tahun yaitu sebanyak 70 orang (72,9

%), responden yang berumur 26 – 37 sebanyak 12 orang (12,5 %), responden

yang berumur 38 – 49 sebanyak 8 orang (8,3 %), dan responden yang berumur 50

- 61 tahun sebanyak 6 orang (6,3 %).Dari hasil tersebut diketahui bahwa

pengguna cat kuku sebagian besar adalah kalangan remaja (14 – 25 tahun). Hal ini

disebakan karena usia remaja merupakan masa pubertas dimana pada masa itu

para remaja selalu menjaga penampilannya agar terlihat cantik. Semakin dewasa

usia konsumen semakin sedikit jumlah konsumen yang mengunakan cat kuku.hal

ini disebakan karena minat konsumen untuk menggunakan cat kuku semakin

berkurang.

Jenis kelamin reponden konsumen di Kota Binjai tahun 2018 berdasarkan

hasil analisis dapat diketahui bahwa seluruh responden konsumen memiliki jenis

kelamin perempuan.

Berdasarkan tingkat pendidikan konsumen di kota Binjai tahun 2018 dapat

dilihat pada tabel 4.3 yang menunjukkan bahwa responden konsumen lebih

banyak memiliki tingkat pendidikan SMP yaitu sebanyak 28 orang (29,2%) dan

tamat SMA yaitu sebanyak 28 orang (29,2 %). Responden yang memiliki tingkat

pendidikan SMA/SMK sebanyak 16 orang (16,7 %), responden yang memiliki

tingkat pendidikan S-1 sebanyak 18 orang (18,8 %), responden yang memiliki

tingkat pendidikan D-3 sebanyak 3 orang (3,1 %), responden yang memiliki

tingkat pendidikan SD sebanyak 2 orang (2,1 %) dan responden yang memiliki

tingkat pendidikan D-1 sebanyak 1 orang (1,0 %).Dari hasil tersebut diketahui

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

bahwa pengguna cat kuku sebagian besar berada dalam rentang pendidikan SMP

dan Tamat SMA. Hal ini disebakan karena pada rentang pendidikan itu respon

masih dalam kategori usia 14 – 25 tahun. Dimana pada usia itu merupakan masa

pubertas, pada masa itu para remaja selalu ingin menjaga penampilannya agar

selalu terlihat cantik.

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa responden konsumen lebih banyak pelajar

sebanyak 30 orang (31,3 %), responden mahasiswi sebanyak 28 orang (29,2 %),

responden yang bekerja sebagai guru sebanyak 14 orang (14,6 %), responden

yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 6 orang 6,3%), responden yang bekerja

sebagai karyawan sebanyak 6 orang (6,3 %), responden yang bekerja sebagai

brand ambassador sebanyak 4 orang (4,2 %), responden yang bekerja sebagai

SPG atau Sales Promotion Girl sebanyak 4 orang (4,2 %), responden yang bekerja

sebagai MUA atau Makeup Artistsebanyak 2 orang ( 2,1 %) dan responden yang

bekerja sebgai IRT atau Ibu Rumah Tangga sebanyak 2 orang (2,1 %).

4.4 Pengetahuan Konsumen di Kota Binjai Tahun 2018

Distribusi responden berdasarkan pengetahuan konsumen di kota Binjai tahun

2018 dapat dilihat pada tabel 4.4.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Konsumen di


Kota Binjai Tahun 2018
No Pengetahuan Jawaban Konsumen
Paling Tepat Kurang
Tepat Tepat
n % n % n %
1 Defenisi cat kuku 57 59,4 9 9,4 30 31,3
2 Ciri – ciri cat kuku yang tidak 62 64,6 17 17,7 17 17,7
aman
3 Reaksi negatif akibat cat 75 78,1 6 6,3 15 15,6
kuku yang tidak aman
4 Manfaat formaldehid 43 44,8 22 45,8 9 9,4
5 Efek keracunan formaldehid 38 39,6 14 14,6 44 45,8
6 Masuknya formaldehid 50 52,1 15 15,6 31 32,3
kedalam tubuh
7 Pengetahuan tentang cat kuku 51 53,1 11 11,5 34 35,4
yang mengandung
formaldehid
8 Tindakan apabila terdapat 81 84,4 11 11,5 4 4,2
bahan kimia formaldehid
didalam cat kuku
Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa berdasarkan pertanyaan pengetahuan

yang diberikan kepada responden konsumen di kota Binjai tahun 2018 dapat

disimpulkan bahwa responden memiliki pengetahuan yang sedang dan baik.

Responden konsumen paling banyak menjawab dengan pilihan yang sangat tepat

yaitu tindakan yang tidak akan menggunakan cat kuku apabila terdapat bahan

kimia formaldehid didalam cat kuku sebanyak 81 orang (84,4 %), reaksi negatif

akibat cat kuku yang tidak aman yaitu kuku menjadi rapuh dan alergi yaitu

sebanyak 75 orang (83,7 %), ciri – ciri cat kuku yang tidak aman sebanyak 62

orang (64,6 %), pengetahuan tentang cat kuku yang mengandung formaldehid

sebanyak 51 orang (53,1 %) dan masuknya formaldehid kedalam tubuh sebanyak

50 orang (52,1 %).

Pada tabel 4.4 diketahui responden konsumen yang lebih banyak tidak

mengetahui efek keracunan dari formaldehid sebanyak 44 orang (45,8 %),

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

pengetahuan tentang cat kuku yang mengandung formaldehid sebnayak 34 orang

(35,4 %) dan jalur masuk formaldehid ke dalam tubuh manusia sebanyak 31 orang

(32,4 %).

Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan konsumen terhadap

cat kuku yang dijual di beberapa Pasar di Kota Binjai tahun 2018 dapat dilihat

pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Distribusi Responden Konsumen Berdasarkan Tingkat


Pengetahuan di Kota Binjai
Tingkat Pengetahuan Konsumen
n %
Baik 48 50,0
Sedang 48 50,0
Total 96 100,0

Tabel 4.5 diatas menunjukkan dari hasil analisa data didapat rata – rata

distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan konsumen di Kota Binjai

tahun 2018 yaitu responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 48

orang (50,0 %) dan responden konsumen yang memiliki pengetahuan sedang

sebanyak 48 orang (50,0 %).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

4.5 Sikap Konsumen di Kota Binjai Tahun 2018

Distribusi responden berdasarkan sikap konsumen di Kota Binjai Tahun 2018

dapat dilihat pada tabel 4.6

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Konsumen di Kota Binjai


Tahun 2018
No Sikap Setuju Tidak Setuju

n % n %

1 cat kuku dapat meningkatkan estetika 63 65,6 33 34,4


dalam menunjang penampilan
sehingga perlu digunakan
2 cat kuku yang aman adalah cat kuku 93 96,9 3 3,1
yang tidak menyebabkan kuku
menjadi rapuh dan berwarna kuning
3 Perlu mencari informasi tentang cat 96 100,0 - -
kuku agar saat membeli cat kuku lebih
teliti dan berhati – hati dan agar
terhindar dari bahan berbahaya
4 Formaldehid adalah bahan kimia yang 92 95,8 4 4,2
memberikan efek racun terhadap
banyak fungsi organ dalam tubuh
5 Ciri-ciri cat kuku yang mengandung 84 87,5 12 12,5
formaldehid, apabila digunakan
berbau tajam
6 Formaldehid dapat masuk ke dalam 81 84,4 15 15,6
tubuh melalui Saluran pernafasan,
kontak kulit atau mata dan inhalasi
7 Gangguan kesehatan yang disebabkan 68 70,8 28 29,2
formaldehid adalah iritasi mata dan
hidung dan radang paru
8 Apabila terdapat formaldehid melebihi 94 97,9 2 2,1
batas aman pada cat kuku yang anda
gunakan, maka anda tidak
menggunakannya lagi dan mengganti
dengan cat kuku yang aman
9 Pemakaian cat kuku yang 93 96,9 3 3,1
mengandung bahan berbahaya
dilarang
10 cat kuku yang aman seharusnya bebas 96 100,0 - -
dari bahan berbahaya (seperti
formaldehid) dan dan terdaftar di
Badan POM (database Badan POM)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Berdasarkan hasil analisa data pengukuran sikap konsumen di Kota Binjai

pada tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa berdasarkan pertanyaan sikap yang

diberikan kepada responden konsumen di kota Binjai tahun 2018 dapat

disimpulkan bahwa responden memiliki sikap yang baik.

Sebanyak 63 orang (65,6 %) setuju bahwa cat kuku dapat meningkatkan

estetika dalam menunjang penampilan sehingga perlu digunakan. Sebanyak 93

orang (96,9 %) setuju cat kuku yang aman adalah cat kuku yang tidak

menyebabkan kuku menjadi rapuh dan berwarna kuning. Sebanyak 96 orang

(100,0 %) setuju perlu mencari informasi tentang cat kuku agar saat membeli cat

kuku lebih teliti dan berhati – hati dan agar terhindar dari bahan berbahaya.

Sebanyak 92 orang (95,8 %) setuju bahwa Formaldehid adalah bahan

kimia yang memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ dalam tubuh.

Sebanyak 84 orang (87,5 %) setuju Ciri-ciri cat kuku yang mengandung

formaldehid, apabila digunakan berbau tajam.

Sebanyak 81 orang (84,4 %) setuju bahwa formaldehid dapat masuk ke

dalam tubuh melalui Saluran pernafasan, kontak kulit atau mata dan inhalasi.

Sebanyak 68 orang (70,8 %) setuju gangguan kesehatan yang disebabkan

formaldehid adalah iritasi mata dan hidung dan radang paru.

Sebanyak 94 orang (97,9 %) setuju Apabila terdapat formaldehid melebihi

batas aman pada cat kuku yang anda gunakan, maka anda tidak menggunakannya

lagi dan mengganti dengan cat kuku yang aman. Sebanyak 93 orang (96,9 %)

setuju bahwa Pemakaian cat kuku yang mengandung bahan berbahaya dilarang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Sebanyak 49 orang (100,0 %) setuju bahwa cat kuku yang aman

seharusnya bebas dari bahan berbahaya (seperti formaldehid) dan dan terdaftar di

Badan POM (database Badan POM).

Distribusi responden berdasarkan sikap konsumen terhadap cat kuku yang

di jual di beberapa pasar di Kota Binjai tahun 2018 dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap di Kota Binjai


Tahun 2018
Sikap Konsumen
n %
Baik 87 90,6
Sedang 9 9,4
Total 96 100,0

Tabel diatas menunjukkan bahwa dari hasil rata – rata distribusi responden

konsumen berdasarkan kategori sikap di KotaBinjai tahun 2018 adalah responden

konsumen yang memiliki sikap baik sebanyak 87 orang (90,6 %) dan reponden

konsumen yang memiliki sikap sedang sebanyak 9 orang (9,4 %)

Sikap yang baik dapat dilihat banyaknya konsumen yang setuju bahwa

Formaldehid adalah bahan kimia yang memberikan efek racun terhadap banyak

fungsi organ dalam tubuh, ciri-ciri cat kuku yang mengandung formaldehid,

apabila digunakan berbau tajam, cat kuku dapat meningkatkan estetika dalam

menunjang penampilan sehingga perlu digunakan, cat kuku yang aman adalah cat

kuku yang tidak menyebabkan kuku menjadi rapuh dan berwarna kuning, perlu

mencari informasi tentang cat kuku agar saat membeli cat kuku lebih teliti dan

berhati – hati dan agar terhindar dari bahan berbahaya, formaldehid dapat masuk

ke dalam tubuh melalui Saluran pernafasan, kontak kulit atau mata dan inhalasi,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

apabila terdapat formaldehid melebihi batas aman pada cat kuku yang anda

gunakan, maka anda tidak menggunakannya lagi dan mengganti dengan cat kuku

yang aman, pemakaian cat kuku yang mengandung bahan berbahaya dilarang, cat

kuku yang aman seharusnya bebas dari bahan berbahaya (seperti formaldehid) dan

dan terdaftar di Badan POM (database Badan POM). Sikap yang sedang dapat

dilihat dari tidak setujunya responden bahwa gangguan kesehatan yang

disebabkan formaldehid adalah iritasi mata dan hidung dan radang paru

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Kandungan Formaldehid pada Cat Kuku yang Terdaftar dan Tidak

Terdaftar Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

Cat kuku yang diambil menjadi sampel uji sebanyak 10 sampel cat kuku,

terdiri dari 5 cat kuku yang terdaftar dan 5 cat kuku yang tidak terdaftar BPOM

yang dijual di beberapa pasar di Kota Binjai. Bahan Kimia formaldehid pada

semua sampel dianalisa dengan metode destilasi.

Bahan kimia formaldehid terdeteksi pada beberapa sampel cat kuku baik yang

terdaftar maupun yang tidak terdaftar BPOM. Hasil analisa dari cat kuku

ditemukan kadar formaldehid sebesar 0,6 %, 1,75%, 0,52 % dan 0,67 %.

Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Nomor 18

Tahun 2015 Tentang Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika, dinyatakan batas

kadar maksimum formaldehid pada cat kuku adalah ≤ 5 %. Hasil uji kandungan

bahan kimia formaldehid pada cat kuku menunjukkan bahwa dari 4 sampel uji

yang positif mengandung formaldehid, tidak ada sampel cat kuku yang melebihi

batas yang ditetapkan oleh BPOM RI yaitu ≤ 5 %.

Hasil tersebut memang tidak melebihi batas yang telah ditetapkan BPOM,

namun masyarakat juga perlu menyadari dan mengetahui bahwa bahan kimia

formaldehid bersifat akumulatif pada tubuh manusia dan berdampak negatif pada

kesehatan manusia.Sehingga seharusnya masyarakat harus berhati – hati terhadap

penyebaran kosmetik yang dijual di pasar.

56
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57

Kosmetika tidak boleh mengandung bahan yang dilarang dan/atau melebihi

batas kadar dan/atau tidak sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Bahan

kosmetika adalah bahan atau campuran bahan yang berasal dari alam dan/atau

sintetik.Pemilihan bahan kosmetik yang selektif merupakan kunci dari keamanan

suatu produk.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1175/MENKES/PER/VIII/2010 Tentang Izin Produksi Kosmetika menyatakan

bahwa pembuatan kosmetik yang baik adalah kegiatan pembuatan kosmetik yang

bertujuan untuk menjamin agar produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan

mutu yang ditetapkan sesuai dengan tujuan penggunaannya. Bahan baku adalah

semua bahan bermanfaat dan bahan pembantu yang digunakan dalam pengolahan

kosmetik. Bahan pengawet adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan

untuk mencegah kerusakan kosmetika yang disebabkan oleh mikroorganisme.

Berdasarkan penelitian Nelli (2013) di Bandar Lmpung, telah dilakukan

penelitian terhadap 6 sampel cat kuku yaitu A, B, C, D, E dan F. Diperoleh bahwa

sampel cat kuku A, B, C, D, E dan F menganung bahan kimia formaldehid dan

tidak memenuhi persyaratan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan

Makanan tentang kosmetik.Ini seharusnya sudah menjadi perhatian khusus dari

pemerintah karena begitu banyaknya beredarnya kosmetik yang tidak aman untuk

kesehatan manusia.

Formaldehid merupakan salah satu bahan kimia yang berbahaya.Dalam dunia

farmasi bidang kosmetik formaldehid digunakan sebagai pengawet dan pengeras

kuku.Untuk pengeras kuku biasanya digunakan formaldehid dengan konsentrasi 5

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

%.Di dunia kedokteran formaldehid digunakan dalam pengawet mayat.Untuk

pengawetan mayat digunakan formaldehid dengan konsentrasi 10 % (Cahyadi,

2009).

Formaldehid secara alami merupakan metabolit normal dari mamalia yang

mengambil bagian penting dalam proses biologi.Formaldehid adalah suatu

substansi dapat tidak berbahaya pada konsentrasi minimal, namun pada paparan

konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan efek toksik. Waktu paruh dari

formaldehid dalam tubuh adalah 1,5 menit sehingga sulit untuk mengukur

formaldehid didalam tubuh karena langsung diubah menjadi asam format.

Sedangkan waktu paruh dari asam format adalah 90 menit(Laymena, 2012).

Formaldehid yang masuk kedalam tubuh akan mengalami metabolisme

yang sangat kompleks sehingga sangat berbahaya bila terhirup mengenai kulit

maupun tertelan. Jika kandungannya dalam tubuh tinggi, akan bereaksi secara

kimia dengan hampir semua zat di dalam sel tubuh manusia sehingga menekan

fungsi sel dan menyebabkan kematian sel yang menyebabkan keracunan pada

tubuh (Cahyadi, 2009). Jangka pendek yang terjadi bila terpapar formalin dalam

jumlah yang banyak adalah bersin, radang tonsil, radang tenggorokan, sakit dada

yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual diare dan

muntah.Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan

kematian(Rushdie, 2009).

Menurut Bloemen dan Burn (dalam Cahyadi, 2009) Formaldehid telah

dibuktikan dapat menjadi mutagen di beberapa sistem in vitro dan telah di

klasifikasikan sebagai mutagen yang lemah. Formaldehid mendukung mutasi,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

konversi gen, pemecahan DNA dan cross – link protein DNA pada fungi, mutasi

dan kerusakan DNA pada bakteri. Pada sel hama, formladehid mendukung

transformasi sel, penyimpangan kromosom dan pertukaran kromatik pada tikus.

Secara in vivo, formaldehid hanya menyebabkan mutagen pada larva jantan

Droshopila.

5.2 Tingkat Pengetahuan Konsumen Terhadap Cat Kuku

Berdasarkan analisa data yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari 96

konsumen yang ada di Kota Binjai yang memiliki tingkat pengetahuan baik

sebanyak 48 orang (50,0 %) dan konsumen yang memiliki tingkat pengetahuan

sedang sebanyak 48 orang (50,0 %).

Tingkatan pengetahuan responden konsumen terhadap cat kuku memiliki

persentase yang sama. Salah satu penyebab dari hal ini adalah karena masih

sedikit informasi tentang bahaya dan keberadaan formaldehid pada cat kuku.

Banyak sumber informasi yang bisa digunakan untuk menambah pengetahuan

konsumen dalam memilih kosmetik yang ingin digunakan. Televisi, buku, internet

adalah beberapa sumber informasi yang dapat digunakan oleh konsumen untuk

mencari informasi. Selain itu informasi mengenai cat kuku yang mengandung

formaldehid juga bisa didapat dari orang lain yang memiliki pengalaman

menggunakan cat kuku yang mengandung formaldehid. Hal ini menunjukkan

bahwa tingkat pengetahuan yang baik bisa diperoleh dari pendidikan formal,

pendidikan informal, dan dari pengalaman pribadi orang lain atau pengalaman diri

sendiri.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

Berdasarkan Notoatmodjo (2007), pengetahuan memiliki enam tingkatan

yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis

(analysis), sintesis (synthetis) dan evaluation (evaluation). Pengetahuan yang baik

dapat dilihat jika seseorang dapat mudah mendefenisikan, memahami,

mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis masalah dan membuat keputusan

yang benar.

Pengetahuan merupakan awal yang sangat penting untuk terbetuknya sikap

dan tindakan seseorang. Tingkat pengetahuan yang baik dapat dilihat dari

banyaknya konsumen di Kota Binjai yang sudah mengetahui reaksi negatif akibat

dari cat kuku yang tidak aman. Sebagian besar konsumen juga sudah mengetahui

defenisi dari cat kuku, ciri – ciri cat kuku yang tidak aman serta jalur masuknya

formaldehid ke dalam tubuh manusia.

Namun masih banyak juga konsumen yang tidak mendapatkan informasi

tentang formaldehid pada cat kuku dan asal dari formaldehid itu didalam cat kuku.

Namun kebanyakan dari konsumen sudah mengetahui manfaat dari formaldehid

itu sendiri.

Meskipun berdasarkan hasil tingkat pengetahuan konsumen termasuk

kedalam kategori baik dan sedang, tetapi pengetahuan konsumen tetap harus

ditingkatkan lagi karena pengetahuan merupakan awal yang sangat penting untuk

terbentuknya sikap dan tindakan seseorang.

5.3 Sikap Konsumen Terhadap Cat Kuku

Berdasarkan analisa yang dilakukan dapat diketahui bahwa dari 96 konsumen

yang terdapat di Kota Binjai memiliki sikap dalam kategori baik sebanyak 87

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

orang (90,6 %) dan konsumen yang memiliki sikap kategori sedang sebanyak 9

orang (9,4 %). Sikap yang baik dapat dilihat dari banyaknya

Sikap yang baik dapat dilihat banyaknya konsumen yang setuju bahwa

Formaldehid adalah bahan kimia yang memberikan efek racun terhadap banyak

fungsi organ dalam tubuh, ciri-ciri cat kuku yang mengandung formaldehid,

apabila digunakan berbau tajam, cat kuku dapat meningkatkan estetika dalam

menunjang penampilan sehingga perlu digunakan, cat kuku yang aman adalah cat

kuku yang tidak menyebabkan kuku menjadi rapuh dan berwarna kuning, perlu

mencari informasi tentang cat kuku agar saat membeli cat kuku lebih teliti dan

berhati – hati dan agar terhindar dari bahan berbahaya, formaldehid dapat masuk

ke dalam tubuh melalui Saluran pernafasan, kontak kulit atau mata dan inhalasi.,

Apabila terdapat formaldehid melebihi batas aman pada cat kuku yang anda

gunakan, maka anda tidak menggunakannya lagi dan mengganti dengan cat kuku

yang aman, pemakaian cat kuku yang mengandung bahan berbahaya dilarang, cat

kuku yang aman seharusnya bebas dari bahan berbahaya (seperti formaldehid) dan

dan terdaftar di Badan POM (database Badan POM).

Dan sikap yang sedang dapat dilihat dari tidak setujunya responden bahwa

gangguan kesehatan yang disebabkan formaldehid adalah iritasi mata dan hidung

dan radang paru. Hal ini dapat ditingkatkan dengan cara pemberian penyuluhan

kepada mereka tentang efek dari keracunan dari formaldehid agar pengetahuan

konsumen menjadi bertambah dan diharapkan mereka bisa lebih berhati – hati

dalam memilih cat kuku yang akan digunakan dan tidak akan menggunakannya

lagi..

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan. Sikap itu masih

merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka.Lebih jelasnya sikap

merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu

penghayatan terhadap objek.Sama halnya dengan pengetahuan, sikap terdiri dari

berbagai tingkatan yaitu menerima (receiving), merespon (responding),

menghargai (valving), dan bertanggung jawab (responsible)..

Pengetahuan seseorang akan mempengaruhi sikap dan tindakannya dalam

menanggapi suatu hal. Hasil dilapangan, responden yang memiliki tingkat

pengetahuan yang baik dan sedang juga memiliki sikap dalam kategori yang baik

dan sedang pula.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil pemeriksaan 10 sampel cat kuku yang terdaftar dan tidak

terdaftar yang dilakukan di laboratorium ditemukan 1 sampel cat kuku yang

terdaftar dan 3 sampel cat kuku yang tidak terdaftar Badan Pengawasan Obat

dan Makanan (BPOM) yang dijual di beberapa pasar di Kota Binjai positif

mengandung formaldehid.

2. Berdasarkan hasil pemeriksaan pada 10 sampel cat kuku yang terdaftar dan

tidak terdaftar yang di jual di beberapa pasar di Kota Binjai sampel dengan

kode merek A1 memiliki kandungan formaldehid sebesar 0,6 %, sampel

dengan kode merek A2 memiliki kandungan formaldehid sebesar 1,75 %,

sampel dengan kode merek B2 memiliki kandungan formaldehid sebesar 0,52

% dan sampel dengan kode merek C2 memiliki kandungan formaldehid

sebesar 0,67%.

3. Tingkat pengetahuan konsumen di Kota Binjai tahun 2018 yaitu konsumen

yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 48 orang (50,0 %) dan

responden konsumen yang memiliki pengetahuan sedang sebanyak 48 orang

(50,0 %).

4. Sikap konsumen di Kota Binjai tahun 2018 adalah konsumen yang memiliki

sikap baik sebanyak 87 orang (90,6 %) dan reponden konsumen yang

memiliki sikap sedang sebanyak 9 orang (9,4 %).

63
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
64

6.2 Saran

1. BPOM RI sebaiknya memberikan informasi lebih banyak lagi tentang

kosmetik terutama cat kuku yang terdaftar dan tidak terdaftar yang

mengandung formaldehid kepada masyarakat agar masyarakat dapat lebih

berhati – hati memilih cat kuku yang digunakan dan dapat terhindar dari

gangguan kesehatan yang diakibatkan bahan kimia formaldehid.

2. Bagi masyarakat disarankan agar lebih berhati – hati dalam memilih kosmetik

dan lebih banyak mencari informasi untuk menambah wawasan dan

pengetahuan tentang kandungan formaldehid pada cat kuku baik yang

terdaftar maupun yang tidak terdaftar BPOM selanjutnya lebih

memperhatikan keterangan keamanan produk pada produk cat kuku dan

produk kosmetik lainnya serta lebih teliti mengecek nomor registrasi cat kuku

pada website BPOM RI Karena masih banyak merek cat kuku yang

menuliskan nomor registrasi pada produknya tetapi setelah dicek di website

BPOM nomor registrasi tersebut tidak ada.

3. Bagi peneliti lain, agar melakukan penelitian mengenai kandungan bahan

kimia lainnya yang terdapat di dalam cat kuku yang terdaftar maupun yang

tidak terdaftar BPOM RI.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2015. Peraturan Kepala Badan Pengawas
Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2015 Tentang
Persyaratan Teknis Bahan Kosmetika. (Publikasi Online). Diakses
pada 5 Januari 2018; www.pom.go.id

, 2016. Penertiban Kosmetika Impor


Ilegal Dan Kosmetika Mengandung Bahan Berbahaya. Diakses pada
6 Januari 2018; www.pom.go.id

Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi


Kelautan dan Perikanan. Toleransi Kandungan Residu Formaldehid
Pada Ikan Segar. Maret 3, 2014. www.Brsdm.kkp.go.id

Cahyadi,W. 2009. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.


Edisi Kedua . Jakarta: Bumi Aksara

Depkes RI. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi Keempat, Jakarta: Departemen


Kesehatan RI

Direktorat Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya. Formaldehida,


www.Kelair.bbpt.go.id

Harahap, I.W. 2007. Pemeriksaan Kadar Formaldehid Berdasarkan


Perbedaan Suhu Air yang Dimasukkan Kedalam Peralatan Makan
Melamin Yang Beredar Di kota Medan Tahun 2007. Skripsi. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Sumatera Utara

Harjanti, N., Setiyawati, E., & Winarni, D.R.A. 2008. Kosmetika Kuku: Antara
Keindahan dan Keamanan (Nail Cosmetics: Between Aesthetic
and Safety). Vol 21 No. 1. Jurnal Online (Diakses pada 6 Januari
2018)

Kusnawidjaja, 1993. Pengaruh Proses Kimia Terhadap Kesehatan


Masyarakat. Bandung: Penerbit Alumni

Laymena, E.H. 2012. Pengaruh Formalin Peroral Dosis Bertingkat Selama 12


Minggu Terhadap Gambaran Histopatologis Otak Tikus Wistar.
Fakultas Kedokteran: Universitas Diponegoro

Nelli, S.F., 2013. Penetapan Kadar Formaldehid Dalam Sedian Cat Kuku
Yang Beredar Di Daerah Pasar Tengah Secara Asidimetri. Akademi
Analisa Farmasi dan Makanan: Universitas Malahayati

65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta

Rushdie. 2009. Cara Mudah Hidup Sehat Tanpa Zat – Zat Kimia. Jogjakarta:
Garailmu

Tranggono, R., Latifa, F.,. 2014. Buku Pegangan Dasar Kosmetologi. Jakarta:
CV. Sagung Seto

Wasitaatmadja, S. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press

Yolanda, D. 2011. Analisis Formaldehid Dari Pembalut Wanita Dengan


Metoda Spektrofotometri Sinar Tampak Menggunakan Pereaksi
Nash Skripsi. Fakultas Farmasi : Universitas Andalas.

Zachariah, K. 2015. Hubungan Antar Pajanan Formaldehida Dengan


Eosinofil dan Neutrofil Swab Hidung Pada Peketja Industri Kain
Ban. Fakultas Kedokteran: Universitas Indonesia

65
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 1 Kuesoner Penelitian

KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP KONSUMEN


TERHADAP CAT KUKU YANG DIJUAL DI PASAR
DI KOTA BINJAI TAHUN 2018

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Merek cat kuku yang digunakan :

I. Tingkat Pengetahuan

Petunjuk :

Di bawah ini adalah pertanyaan – pertanyaan tentang pengetahuan. Berilah tanda

silang (X) pada salah satu jawaban yang menurut anda paling benar.

1. Apakah yang anda ketahui tentang cat kuku?

a. Pernis yang digunakan untuk mewarnai kuku

b. Pernis yang digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan rasa percaya

diri

c. Pernis yang digunakan pada kuku yang berguna untuk mewarnai, mengias,

memperindah dan melindungi lempeng kuku

2. Menurut anda bagaimana cat kuku yang tidak aman

a. Cat kuku yang tidak memiliki tanda registrasi Badan POM

b. Cat kuku yang membuat kuku mejadi rusak dan keras

67
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
68

c. Cat kuku yang mengandung bahan berbahaya dan tidak memiliki tanda

registrasi Badan POM

3. Apakah reaksi negatif yang disebabkan oleh cat kuku yang tidak aman ?

a. Kanker

b. Iritasi pada mata dan hidung

c. Kuku menjadi rapuh dan alergi

4. Apa manfaat formaldehid

a. Sebagai desinfektan

b. Sebagai bahan pengawet untuk mayat

c. Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku

5. Apa efek keracunan formaldehid?

a. Tidak tahu

b. Jantung berdebar

c. Sakit kepala, Muntah – muntah dan perasaan mual

6. Formaldehid dapat masuk ke dalam tubuh melalui?

a. Tidak tahu

b. Saluran pernafasan saja

c. Saluran pernafasan, kontak kulit atau mata dan inhalasi

7. Apakah yang anda ketahui tentang cat kuku yang mengandung formaldehid?

a. Tidak tahu

b. Sulit untuk kering ketika digunakan

c. Berbau tajam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

8. Apabila terdapat kadar formaldehid yang melebihi batas aman pada cat kuku

yang anda gunakan(> 5%), apa tindakan anda selanjutnya ?

a. Tetap menggunakannya

b. Menggunakannya sekali-sekali

c. Tidak menggunakannya lagi dan mengganti dengan cat kuku yang aman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

II. Sikap

Petunjuk :

Di bawah ini ada pertanyaan-pertanyaan tentang sikap. Berilah tanda checklist (√)

pada jawaban yang paling sesuai.

Pilihan jawaban :

S : Setuju TS : Tidak Setuju

NO PERTANYAAN S TS
1 Apakah saudara setuju, cat kuku dapat meningkatkan
estetika dalam menunjang penampilan sehingga perlu
digunakan
2 Apakah saudara setuju, cat kuku yang aman adalah cat
kuku yang tidak menyebabkan kuku menjadi rapuh dan
berwarna kuning
3 Apakah saudara setuju, perlu mencari informasi tentang cat
kuku agar saat membeli cat kuku lebih teliti dan berhati –
hati dan agar terhindar dari bahan berbahaya
4 Formaldehid adalah bahan kimia yang memberikan efek
racun terhadap banyak fungsi organ dalam tubuh
5 Ciri-ciri cat kuku yang mengandung formaldehid, apabila
digunakan berbau tajam
6 Apakah saudara setuju, formaldehid dapat masuk ke dalam
tubuh melalui Saluran pernafasan, kontak kulit atau mata
dan inhalasi
7 Gangguan kesehatan yang disebabkan cat kuku adalah
iritasi mata dan hidung dan radang paru
8 Apabila terdapat formaldehid melebihi batas aman pada cat
kuku yang anda gunakan, maka anda tidak
menggunakannya lagi dan mengganti dengan cat kuku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

yang aman
9 Pemakaian cat kuku yang mengandung bahan berbahaya
dilarang
10 Apakah saudara setuju, cat kuku yang aman seharusnya
bebas dari bahan berbahaya (seperti formaldehid) dan dan
terdaftar di Badan POM (database Badan POM)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

Lampiran 2. Master Data


 Master Data Karakterisik Responden Konsumen di Kota Binjai Tahun
2018
No Nama Umur Umurk Pendidikan Pekerjaan
1 Laily Maulida 14 1 1 1
2 Juliani Nst 43 3 4 3
3 Natasha 16 1 2 1
4 Sinta Kaisya 17 1 2 1
5 Adinda Sagala 17 1 2 1
6 Esther Berliana 16 1 2 1
7 Maria Christin 16 1 2 1
8 Putri Alycia Sitanggang 16 1 2 1
9 Riris Karina 17 1 2 1
10 Yesika Novita 17 1 2 1
11 Kathieen A.P 16 1 2 1
12 Eka Risti 16 1 2 1
13 Bella Rosa 16 1 2 1
14 Zenni 16 1 2 1
15 Vionika 16 1 2 1
16 Athahira Mahjatha hrp 22 2 4 2
17 Lidia Tumangger 18 1 4 2
18 Munawwarah 21 2 4 2
19 Riahta Br Sitepu 58 4 4 3
20 Sehukurta 50 4 4 3
21 Yohana Stevani Tarigan 34 3 4 3
22 Yara Ismaira 23 2 2 4
23 Pram Aditya 28 2 2 7
24 Rindi 23 1 2 6
25 Leni Mutiara Nst 23 1 4 6
26 Dewi Sarvilla 25 1 2 6
27 Suci Limbong 21 1 2 6
28 Diana 22 1 4 4
29 Siti Fatimah 27 2 2 5
30 Fanny 25 1 2 5
31 Windayani 30 2 2 8
32 Agustina P 27 2 2 5
33 Evita 23 1 4 4
34 Saur Nadeak 53 4 4 3
35 Jean Pristy Tarigan 17 1 2 1
36 Fany Mei A.S 17 1 2 1
37 Adelia Br Tarigan 16 1 2 1
38 Silvia Ramadani 21 1 4 2
39 Beby Audina 20 1 4 2
40 Devi Amanda Putri 21 1 4 2
41 Putri Indah Sari 24 1 2 4
42 Maria Margaretha 21 1 4 2
43 Anggi 22 1 4 2
44 Yosephin Theresa H 22 1 3 8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

45 Sri Lalita Dewi 16 1 2 1


46 Selviana Ginting 17 1 2 1
47 Sonny Mesriwaty Purba 43 1 4 3
48 Mahani 55 4 4 3
49 Rohillo Sormin 49 3 4 3
50 Turnip 15 1 2 1
51 Wulan Putri 16 1 2 1
52 Shely 16 1 2 1
53 Elis Adestania 16 1 2 1
54 Emya Pratiwi S 16 1 2 1
55 Fira 16 1 2 1
56 Caroline 17 1 2 1
57 Bella Meyliza 16 1 2 1
58 Cindy 16 1 2 1
59 Darni 50 4 6 3
60 Lukinar 53 4 6 3
61 Emi Ulina 42 3 6 3
62 Rosmina 46 3 6 3
63 Taruli S 23 1 3 2
64 Helena Armianti 22 1 3 2
65 Prenita Natalia 21 1 3 2
66 Yesica 20 1 3 2
67 Adelina M Sir 18 1 3 2
68 Serasi Ulina 20 1 3 2
69 Lina 19 1 3 2
70 Yuni Lingga 20 1 3 2
71 Tiara 21 1 3 2
72 Sari Rahma 21 1 3 2
73 Imay 22 1 3 2
74 Isnaini 22 1 3 2
75 Wahida Muntaza 21 1 3 2
76 Suci Rahmawandani 22 1 3 2
77 Merry 18 1 3 4
78 Devi Armaya 20 1 3 8
79 Ami Yunita 22 1 3 2
80 Dewi Ewita 40 3 4 8
81 Riski Putri 19 1 2 1
82 Dessi Fitrianti 21 1 3 2
83 Butet Nataria 22 1 3 2
84 Risda Chairunnisa 22 1 3 4
85 Irma Suriani 43 3 5 9
86 Annisa Oktavia 32 2 5 8
87 Rachel Putri 27 2 6 8
88 Marsha 26 2 3 5
89 Putri Ayu 27 2 3 7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

90 Nindi Puspa Sihombing 24 1 6 3


91 Ningsih 32 2 3 9
92 Suci Mawar 22 1 3 2
93 Winta Arfinna 22 1 3 2
94 Nur Rahmah Nst 22 1 3 2
95 Aisyah 14 1 1 1
96 Nur Aisyah 45 3 6 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

 Master Data Tingkat Pengetahuan Konsumen

No Nama P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 Total
1 Laily Maulida 1 1 3 2 3 3 3 3 19
2 Juliani Nst 1 1 3 2 1 1 3 3 15
3 Natasha 3 1 3 2 1 1 1 3 15
4 Sinta Kaisya 3 3 3 3 1 3 3 3 22
5 Adinda Sagala 1 2 3 2 1 2 1 2 14
6 Esther Berliana 3 3 3 1 1 1 2 3 17
7 Maria Christin 2 2 3 2 3 3 3 3 21
8 Putri Alycia S 1 2 3 2 3 2 1 3 17
9 Riris Karina 3 3 3 2 1 3 3 3 21
10 Yesika Novita 3 3 3 2 1 3 3 3 21
11 Kathieen A.P 2 1 2 2 2 3 2 3 17
12 Eka Risti 3 3 3 2 1 1 1 3 17
13 Bella Rosa 3 3 3 2 1 1 1 3 17
14 Zenni 1 2 2 2 1 1 1 2 12
15 Vionika 1 1 1 2 1 1 1 3 11
16 Athahira Mahjatha 3 3 3 3 2 1 3 3 21
17 Lidia Tumangger 3 3 3 3 3 3 3 3 24
18 Munawwarah 3 3 3 2 1 3 1 3 19
19 Riahta Br Sitepu 3 2 3 3 1 1 1 3 17
20 Sehukurta 3 3 3 2 1 1 1 3 17
21 Yohana Stevani T 1 2 3 2 1 1 1 3 14
22 Yara Ismaira 3 3 3 2 3 3 3 3 23
23 Pram Aditya 3 2 3 2 3 3 3 3 22
24 Rindi 3 3 3 3 3 3 3 3 24
25 Leni Mutiara Nst 1 1 3 3 2 3 3 3 19
26 Dewi Sarvilla 3 3 3 3 3 3 3 3 24
27 Suci Limbong 1 1 3 3 2 3 3 3 19
28 Diana 1 1 3 3 2 3 3 3 19
29 Siti Fatimah 1 1 3 3 2 3 3 3 19
30 Fanny 3 3 3 3 3 2 3 3 23
31 Windayani 3 3 3 3 3 3 3 3 24
32 Agustina P 2 3 3 3 1 3 2 3 20
33 Evita 2 1 1 1 1 2 3 2 13
34 Saur Nadeak 3 3 3 2 3 3 2 3 22
35 Jean Pristy Tarigan 3 2 3 3 1 3 3 3 21
36 Fany Mei A.S 3 3 3 3 1 3 3 3 22
37 Adelia Br Tarigan 3 3 3 3 2 3 3 3 23
38 Silvia Ramadani 3 3 3 1 1 1 3 3 18
39 Beby Audina 3 2 2 2 1 3 3 3 19
40 Devi Amanda Putri 3 3 1 2 3 3 1 3 19
41 Putri Indah Sari 1 3 3 3 1 1 1 3 16
42 Maria Margaretha 1 3 2 2 3 3 3 3 20
43 Anggi 3 3 1 2 3 1 1 3 17
44 Yosephin TheresaH 3 2 3 3 1 1 1 3 17
45 Sri Lalita Dewi 3 2 3 3 1 1 1 3 17

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

46 Selviana Ginting 1 3 3 3 1 1 1 3 16
47 Sonny Mesriwaty P 3 3 3 3 1 1 1 3 18
48 Mahani 1 3 3 3 1 3 3 3 20
49 Rohillo Sormin 1 1 3 2 1 1 1 3 13
50 Turnip 1 3 1 1 1 1 1 1 10
51 Wulan Putri 1 1 3 1 3 3 1 3 16
52 Shely 3 3 1 2 3 1 1 3 17
53 Elis Adestania 3 3 3 3 1 3 2 3 21
54 Emya Pratiwi S 2 3 3 2 2 2 3 3 20
55 Fira 1 1 1 3 1 1 1 2 11
56 Caroline 1 3 3 3 2 1 1 3 17
57 Bella Meyliza 3 1 1 2 3 2 2 2 16
58 Cindy 3 1 3 2 2 3 3 3 20
59 Darni 2 3 3 2 3 2 1 2 18
60 Lukinar 1 1 3 2 1 2 2 1 13
61 Emi Ulina 3 3 2 2 2 2 1 2 17
62 Rosmina 3 1 1 2 3 2 2 1 15
63 Taruli S 3 3 1 3 3 3 3 3 22
64 Helena Armianti 3 3 3 3 3 3 3 3 24
65 Prenita Natalia 3 3 3 3 3 2 3 3 23
66 Yesica 3 3 3 3 3 3 3 3 24
67 Adelina M Sir 3 3 3 2 1 3 1 3 19
68 Serasi Ulina 3 3 3 3 3 3 3 3 24
69 Lina 1 2 3 2 1 3 3 3 18
70 Yuni Lingga 3 3 3 2 3 3 3 3 23
71 Tiara 3 3 3 3 3 3 3 3 24
72 Sari Rahma 3 3 3 3 3 3 3 3 24
73 Imay 3 3 1 3 3 3 3 3 22
74 Isnaini 3 3 3 3 1 1 3 3 20
75 Wahida Muntaza 3 3 3 1 3 1 1 3 18
76 Suci R 3 3 3 3 2 3 3 2 22
77 Merry 3 3 3 2 1 3 3 3 21
78 Devi Armaya 3 3 3 1 3 3 3 3 22
79 Ami Yunita 2 3 3 2 1 1 1 3 16
80 Dewi Ewita 3 3 3 3 3 3 3 1 22
81 Riski Putri 1 3 3 1 1 2 1 3 15
82 Dessi Fitrianti 3 3 3 3 3 3 3 3 24
83 Butet Nataria 3 2 2 3 1 1 1 3 16
84 Risda Chairunnisa 1 3 3 2 3 1 3 3 19
85 Irma Suriani 1 3 1 2 1 3 2 2 15
86 Annisa Oktavia 3 3 3 1 2 2 3 3 20
87 Rachel Putri 1 3 3 2 3 3 2 3 20
88 Marsha 1 2 1 2 1 3 2 2 14
89 Putri Ayu 2 2 3 3 3 2 3 3 21
90 Nindi Puspa S 3 3 3 3 3 3 3 3 24
91 Ningsih 1 2 1 2 1 1 3 3 14
92 Suci Mawar 3 3 3 3 3 3 3 3 24
93 Winta Arfinna 1 3 3 3 1 1 1 3 16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

94 Nur Rahmah Nst 3 3 3 3 3 3 1 3 22


95 Aisyah 2 3 3 2 1 1 1 3 16
96 Nur Aisyah 1 2 1 2 2 2 3 2 15

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

 Master Data Sikap Konsumen

No Nama S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 Total


1 Laily Maulida 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 16
2 Juliani Nst 2 2 2 2 0 0 2 2 2 2 16
3 Natasha 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
4 Sinta Kaisya 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
5 Adinda Sagala 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
6 Esther Berliana 2 2 2 2 2 0 0 2 2 2 16
7 Maria Christin 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
8 Putri Alycia S 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
9 Riris Karina 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
10 Yesika Novita 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 16
11 Kathieen A.P 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 18
12 Eka Risti 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 16
13 Bella Rosa 0 2 2 0 0 0 0 0 2 2 8
14 Zenni 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
15 Vionika 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
16 Athahira Mahjatha 2 2 2 2 2 0 0 2 2 2 16
17 Lidia Tumangger 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
18 Munawwarah 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 18
19 Riahta Br Sitepu 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
20 Sehukurta 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
21 Yohana Stevani T 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
22 Yara Ismaira 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
23 Pram Aditya 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
24 Rindi 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
25 Leni Mutiara Nst 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
26 Dewi Sarvilla 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
27 Suci Limbong 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
28 Diana 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
29 Siti Fatimah 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
30 Fanny 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
31 Windayani 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
32 Agustina P 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
33 Evita 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
34 Saur Nadeak 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
35 Jean Pristy Tarigan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
36 Fany Mei A.S 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
37 Adelia Br Tarigan 2 2 2 2 2 0 0 2 2 2 16
38 Silvia Ramadani 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 16
39 Beby Audina 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
40 Devi Amanda Putri 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
41 Putri Indah Sari 2 2 2 2 0 2 0 2 2 2 16
42 Maria Margaretha 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
43 Anggi 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 18
44 Yosephin TheresaH 2 2 2 2 0 2 2 2 2 2 18
45 Sri Lalita Dewi 0 2 2 2 2 0 0 2 2 2 14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

46 Selviana Ginting 0 2 2 2 2 2 2 0 2 2 16
47 Sonny Mesriwaty P 2 2 2 2 2 0 0 2 2 2 16
48 Mahani 2 2 2 2 2 0 0 2 2 2 16
49 Rohillo Sormin 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 18
50 Turnip 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
51 Wulan Putri 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
52 Shely 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
53 Elis Adestania 2 2 2 0 2 2 0 2 2 2 16
54 Emya Pratiwi S 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 16
55 Fira 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
56 Caroline 2 2 2 2 2 0 0 2 2 2 16
57 Bella Meyliza 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
58 Cindy 2 2 2 2 2 2 0 2 2 2 18
59 Darni 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
60 Lukinar 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
61 Emi Ulina 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
62 Rosmina 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
63 Taruli S 0 0 2 2 2 2 0 2 2 2 14
64 Helena Armianti 2 2 2 0 0 2 0 2 2 2 14
65 Prenita Natalia 0 2 2 2 0 2 0 2 2 2 14
66 Yesica 0 2 2 2 2 2 2 2 0 2 16
67 Adelina M Sir 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
68 Serasi Ulina 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
69 Lina 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
70 Yuni Lingga 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
71 Tiara 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 18
72 Sari Rahma 2 2 2 2 2 2 2 2 0 2 18
73 Imay 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
74 Isnaini 2 2 2 2 0 0 0 2 2 2 14
75 Wahida Muntaza 2 2 2 2 0 0 0 2 2 2 14
76 Suci R 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
77 Merry 2 2 2 2 2 0 0 2 2 2 16
78 Devi Armaya 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
79 Ami Yunita 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
80 Dewi Ewita 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
81 Riski Putri 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
82 Dessi Fitrianti 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
83 Butet Nataria 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
84 Risda Chairunnisa 0 2 2 2 2 2 0 2 2 2 16
85 Irma Suriani 0 2 2 2 0 2 0 2 2 2 14
86 Annisa Oktavia 2 2 2 2 2 0 0 2 2 2 16
87 Rachel Putri 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
88 Marsha 2 0 2 2 2 2 2 2 2 2 18
89 Putri Ayu 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
90 Nindi Puspa S 0 2 2 2 0 0 0 2 2 2 12

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

91 Ningsih 2 2 2 0 2 2 0 2 2 2 16
92 Suci Mawar 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20
93 Winta Arfinna 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
94 Nur Rahmah Nst 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
95 Aisyah 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18
96 Nur Aisyah 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

 Keterangan Master Data

Keterangan Master Data

No. Nomor Responden

I. Karakteristik Responden
 Umur
1 = 14 sampai dengan 25 tahun
2 = 26 sampai dengan 37 tahun
3 = 38 sampai dengan 49 tahun
4 = 50 sampai dengan 61 tahun
 Pendidikan
1 = SMP
2 = SMP
3 = SMA/SMK
4 = D–1
5 = D-3
6 = S-1
 Pekerjaan
1 = Pelajar
2 = Mahasiswi
3 = Guru
4 = Wiraswasta
5 = SPG
6 = Brand Ambassador
7 = MUA
8 = Karyawan
9 = IRT

II. Tingkat Pengetahuan


P1 sampai dengan P10 dengan penilaian :
Jawaban a = skor 1
Jawaban b = skor 2
Jawaban c = skor 3

III. Sikap
P1 sampai dengan P10 dengan penilaian :
Jawaban setuju = skor 2
Jawaban tidak setuju = skor 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Lampiran 3 Output

 Output Karakterisik Responden Konsumen di Kota Binjai Tahun 2018

 Umurk

umurk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
14-25 70 72.9 72.9 72.9
26-37 12 12.5 12.5 85.4
Valid 38-49 8 8.3 8.3 93.8
50-61 6 6.3 6.3 100.0
Total 96 100.0 100.0

 Pendidikan

pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
SD 2 2.1 2.1 2.1
SMP 28 29.2 29.2 31.3
SMA/SMK 16 16.7 16.7 47.9
D-1 1 1.0 1.0 49.0
Valid
D-3 3 3.1 3.1 52.1
S-1 18 18.8 18.8 70.8
Tamat SMA 28 29.2 29.2 100.0
Total 96 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

 Pekerjaan

pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Pelajar 30 31.3 31.3 31.3
Mahasiswi 28 29.2 29.2 60.4
Guru 14 14.6 14.6 75.0
Wiraswasta 6 6.3 6.3 81.3
SPG 4 4.2 4.2 85.4
Valid
Brand Ambasador 4 4.2 4.2 89.6
MUA 2 2.1 2.1 91.7
Karyawan 6 6.3 6.3 97.9
IRT 2 2.1 2.1 100.0
Total 96 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

 Output Tingkat Pengetahuan Konsumen

totalscorepersenk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik (>75) 48 50.0 50.0 50.0
Valid Sedang (40-75) 48 50.0 50.0 100.0
Total 96 100.0 100.0

 Output Sikap Konsumen

totalscorepersenk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Baik (>75) 87 90.6 90.6 90.6
Valid Sedang (40-75) 9 9.4 9.4 100.0
Total 96 100.0 100.0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

Lampiran 4 Dokumentasi Penelitian

Gambar 9.1 Cat Kuku yang Terdaftar Badan Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM)

Gambar 9.2 Cat Kuku yang Tidak Terdaftar Badan Pengawasan Obat dan
Makanan (BPOM)

Gambar 9.3 Proses Destilasi Sampel

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

Gambar 9.4 Sampel Positif mengandung Formaldehid

Gambar 9.5 Peneliti Sedang Mewawancarai Kuesioner kepada Responden

Gambar 9.6 Responden Sedang Mengisi Kuesioner

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


88

Lampiran 6 Surat Keterangan dari Laboratorium Kesehatan Daerah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


89

 Hasil Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai