Anda di halaman 1dari 54

ANALISIS KANDUNGAN HIDROKUINON PADA BEBERAPA KRIM YANG

DIJUAL DI PASAR 45 KOTA MANADO

Karya Tulis Ilmiah


Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Pendidikan
Diploma III Farmasi

Diajukan Oleh:

Astri Hi Dumade

NIRM. 1503011

Kepada

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH MANADO


PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
2018
LEMBARAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

ANALISIS KANDUNGAN HIDROKUINON PADA BEBERAPA KRIMYANG

DIJUAL DIPASAR 45 KOTA MANADO

Yang diajukan oleh

ASTRI HI DUMADE
1503011

Telah disetujui oleh

Pembimbing I

Drs. H. Amir Fatah Tanggal,..........................................


NIDN. 09 031049 01

Pembimbing II

Elly J Suoth S.Si., M.Farm Tanggal,.....................................


LEMBARAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini telah diterima dan disetujui oleh Tim Penguji Ujian Jenjang

Pendidikan Tinggi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado Program

Studi DIII Farmasi, sebagai salah satu persyaratan penyelesaian pendidikan ujian

akhir Diploma III pada bulan Juli

Ketua Penguji

Agust A. Laya SKM., M.Kes


NIP. 0805086 5002

Anggota Penguji

Ahlan Sangkal S.Pd., M.Si


NIDN. 0918069101

Drs. H. Amir Fatah


NIDN. 09 031049 01

Manado,.................. 2018

Ketua STIKES Muhammadiyah Manado Ketua Program Studi

Agust A. Laya, SKM., M.Kes Drs. Amir Fatah


NIP. 08050865002 NIDN. 0903104901
A. IDENTITAS
Nama : AstriHi Dumade
NIRM : 1503011
Tempat, tanggal lahir : Gam-ici, 15 Februari 1998
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam

Alamat : Jln. Karya Abadi, Desa Gam-Ici

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 2006 – 2011 : SD Pertiwi Gam-ici
Tahun 2011 – 2013 : SMP Negeri 1 IBU
Tahun 2013 – 2015 : SMA Negeri 2 Halmahera Barat
Tahun 2015 – 2018 : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Manado Program Studi DIII

Farmasi
ABSTRAK

Dumade. Hi Astri. 2018. “Analisis Kandungan Hidrokuinon Pada Beberapa


Krim Yang Dijual Dipasar 45 Kota Manado”. Dibimbing oleh Drs. H. Amir
Fatah selaku pembimbing I dan Elly J. Suoth M.Farm sebagai pembimbing II

Hidroquinon adalah bahan aktif yang dapat mengendalikan produksi


pigmen yang tidak merata, tepatnya berfungsi untuk mengurangi atau
menghambat pembentukan melanin kulit. Hidroquinon sebaiknya tidak
digunakan pada kulit yang sedang terbakar sinar matahari, kulit yang iritasi,
kulit yang luka terbakar, dan kulit pecah. Tujuan penelitian untuk mengetahui
kandungan hidrokuinon terdapat dalam krim yang dijual di pasar 45 kota
manado. Penelitian dilakukan untuk menganalisis kandungan Hidrokuinon
pada krim yang dijual di pasar 45 kota Manado dengan metode Kromatografi
Lapis Tipis dengan menggunakan fase gerak campuran toluene : asam asetat
glasial (8:2) dan fase diam berupa silica gel 60, dengan penampak bercak
menggunakan sinar UV 254 nm. Hasil yang telah diperoleh dibaca
menggunakan lampu UV kemudian dilakukan perhitungan faktor retensi atau
Rf. Hasil positif hidroquinon ditandai dengan terbentuknya warna gelap atau
terdapat bercak hitam pada silika gel saat dibaca dibawah sinar UV.
Pembacaan dibawah sinar UV sampel tersebut tidak berfluoresensi sehingga
dapat diketahui bahwa sampel tersebut tidak mengandung hidroquinon.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menggunakan metode KLT dapat
disimpulkan bahwa sampel krim a, b, dan c yang digunakan sebagai krim
pemutih wajah dan beredar di Kota Manado tidak mengandung hidrokuinon.

Kata Kunci : Hidrokuinon, Kosmetik krim pemutih, Kromatografi Lapis


Tipis
ABSTRACT

Dumade .Hi astri. 2018.”The analysis hydroquinone on some of the cream sold
dipasar 45 cities manado”. Is guided by the drs .H .Amir fatah was shot as guardian
or guide for those and damage to property caused I and Elly j .Suoth m.farm as of the
tutors II

Hidroquinon is the active that can control production pigment uneven, exactly
serves to reduce or inhibits the formation of melanin the skin. Hidroquinon should not
used on the skin that is on the fire sunlight, the skin that of irritation, the skin singe,
and skin rupture.Research objectives to see if hydroquinone there are in cream sold in
45 cities manado market.The research was done to analyze the womb hydroquinone
to the cream sold in market 45 cities manado with the methods chromatography thin
layer by using phases of the motion a mixture of toluene: acetic acid glacial ( 8: 2 )
and phase silent of silica gel 60, with penampak patches use light uv 254 nm. The
results of that which has accrued be read use a uv then will be fees for civil servant
employees factors other than a fuel retention or Rf. Of a positive outcome
hidroquinon characterized by to the establishment of the of a dark color or if there
were a black spot on silica the swiftness of the exposition will they believe after bank
indonesia bi miranda goeltom may reach less than percent uv ray. May reach less than
percent uv ray people understood the reading of these sample do not berfluoresensi so
that it can be it was discovered that the of these sample does not contain hidroquinon

Keywords: Hydroquinone, of cosmetic creams bleach, chromatography thin


layer
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Allhamdulilahi Robbil’aalamiin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang memberi petunjuk dan

karunia’Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “ANALISIS KANDUNGAN HIDROKUINON PADA BEBERAPA

KRIM YANG DIJUAL DIPASAR 45 KOTA MANADO” Karya Tulis Ilmiah ini

dibuat sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Farmasi di Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado.

Penulis sepenuhnya menyadari bahwa banyak hambatan dan kesulitan dalam

menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, akan tetapi berkat bimbingan dan

arahan dari Drs. H Amir Fatah selaku pembimbing I dan Elly J. South M.Farm selaku

pembimbing II, sehinggah Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan. Penulis juga

mengucapkan rasa terimakasih kepada:

1. Bapak Agus Arthur Laya, SKM., M.Kes Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Manado, sekaligus Penguji I yang telah

memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan kritik maupun saran dalam

penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah.


2. Bapak I Made Rantiasa, S.Kep., M.Kes Selaku Wakil Ketua I Bidang

Akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado


3. Bapak Ns. Suwandi I Luneto, s.Kp., M.Kes Selaku Wakil Ketua II Sekolah

Tinggi Kesehatan Muhammadiyah Manado


4. Ns. Hj Zainar Kasim, S.Kep., M.Kes.,CWCCA selaku Wakil Ketua III

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado


5. Rizal Arsyad M.Ag selaku Wakil Ketua IV Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Manado
6. Drs. H. Amir Fatah selaku Ketua Program Studi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Manado.


7. Seluruh dosen dan staf Program Studi Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Muhammadiyah Manado yang telah memberikan ilmu

pengetahuan dan ketrampilan dalam penyusunan karya tulis ilmiah


8. Irham Pratama Ridwan S.Pd., S.Si dan Ahlan Sangkal S.Pd., S.Si selaku

Instruktur Laboratorium Kimia Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Manado, terimakasih telah banyak membantu dan

memberikan arahan selama penelitian


9. Untuk kedua Orang Tua yang sangat luar biasa (Bapak Almudafar Dumade

dan Ibu Aisun Bosse) yang telah mendidik, memberikan doa, motivasi, serta

dukungan baik materi maupun moral hingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan dengan baik


10. Keluargaku tercinta terima kasih telah banyak memberikan semangat,

dorongan dan inspirasi kepada penulis.


11. Sahabat-sahabatku Farmasi angkatan 2015 serta teman-temanku yang tidak

dapat disebut satu-persatu terimakasih telah banyak memberikan semangat,

dorongan, motivasi dan bantuan terimakasih banyak atas hari-hari yang telah

kita lewatkan bersama selama di bangku perkuliahan dalam dalam menggapai


mimpi menjadi seorang Ahli Madya Farmasi ini, akan menjadi pengalaman

yang sangat sulit untuk dilupakan dan hanya dapat dikenang.


12. Teman-temanku kelompok 10 PK/PKL Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Muhammadiyah Manado di desa BUKU, Terimakasih untuk pengalaman yang

di berikan.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun

sangat diharapkan bagi penulis guna menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah.

Harapan penulis, semoga karya tulis ilmiah ini bisa bermanfaat bagi kita

semua dan dapat dijadikan referensi untuk peniliti yang akan datang.

Manado, 8 Juli 2018

Astri Hi Dumade
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................................iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALISME..........................................................iv
CURICULUM VITAE...................................................................................................v
ABSTRAK....................................................................................................................vi
KATA PENGANTAR.................................................................................................viii
DAFTAR ISI.................................................................................................................xi
DAFTAR TABEL.......................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................5


2.1 Definisi Kulit...............................................................................................5
2.2 Definisi Kosmetik........................................................................................5
2.3 Penggolongan Kosmetik..............................................................................6
2.4 Efek Samping Kosmetik..............................................................................7
2.5 Hidrokuinon.................................................................................................8
2.6 Peraturan Penggunaan Bahan Hidrokuinon.................................................9
2.7 Metode Kromatografi................................................................................10
2.8 Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel (UV-Vis).........................................15
2.9 Kerangka Konsep.......................................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN..............................................................................18
3.1 Jenis Penelitian..........................................................................................18
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................18
3.3 Variabel Penelitian.....................................................................................18
3.4 Definisi Operasional..................................................................................18
3.5 Sampel Penelitian......................................................................................19
3.6 Bahan.........................................................................................................20
3.7 Alat............................................................................................................20
3.8 Prosedur Kerja...........................................................................................21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................23
4.1 Hasil Identifikasi........................................................................................23
4.2 Pembahasan...............................................................................................23
BAB V PENUTUP......................................................................................................26
5.1 Kesimpulan................................................................................................26
5.2 Saran..........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................27
LAMPIRAN................................................................................................................29
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Rf Hidrokuinon Dalam Krim................................................................23


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Kimia Hidrokuinon........................................................................8


Gambar 2. Skema Kerangka Konsep...........................................................................16
Gambar 3. Gambar Lempeng Kromatografi Lapis Tipis.............................................25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-19,

pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan

juga untuk kesehatan. Tidak dapat disangka lagi bahwa produk kosmetik sangat

diperlukan oleh manusia, baik laki-laki maupun perempuan, sejak lahir hingga

saat meninggalkan dunia ini. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap

hari dan di seluruh tubuh, mulai dari rambut sampai ujung kaki, sehingga

diperlukan persyaratan aman untuk dipakai (Tranggono dan Latifah, 2007).

Konferensi pers di Gedung BPOM RI pada 30 Juni 2016, BPOM

mengungkapkan bahwa ada 43 item kosmetik yang mengandung bahan berhaya.

Bahan berbahaya (dilarang) yang di identifikasi terkandung dalam kosmetika

tersebut sama dengan tahun- tahun sebelumnya, yaitu hidrokinon, merkuri dan

pewarna tekstil (BPOM, 2016). Bahan kimia sintesis yang ditambahkan dalam

suatu jenis kosmetik, seringkali menjadi penyebab utama irirtasi pada kulit wajah.

Apalagi bagi mereka yang memiliki kulit supersensitive (Dian Putriyanti, 2006).

Dua zat kimia yang sering ditambahkan dalam kosmetik adalah hidrokuinon dan

merkuri, karena kemampuan zat tersebut untuk menghambat pembentukan


melanin pada permukaan kulit dan menjadikan kulit putih mulus dalam waktu

yang relative singkat (Syafnir dkk, 2011).


Hidroquinon adalah bahan aktif yang dapat mengendalikan produksi

pigmen yang tidak merata, tepatnya berfungsi untuk mengurangi atau

menghambat pembentukan melanin kulit. Melanin adalah pigmen kulit yang

memberikan warna gelap kecokelatan, sehingga muncul semacam bercak atau

bintik cokelat atau hitam pada kulit. Banyaknya produksi melanin menyebabkan

terjadinya hiperpigmentasi. Hidroquinon digunakan untuk mencerahkan kulit

yang kelihatan gelap akibat bintik, melasma, titik-titik penuaan, dan chloasma.

Hidroquinon sebaiknya tidak digunakan pada kulit yang sedang terbakar sinar

matahari, kulit yang iritasi, kulit yang luka terbakar, dan kulit pecah (Asih, 2006).
Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk mencegah

peredaran dan penggunaan kosmetika mengandung bahan berbahaya yang

sekarang ini marak dijual secara online. Pemerintah dalam hal ini Badan POM

telah melakukan berbagai upaya untuk mengawasi dan menangani peredaran

kosmetika berbahaya ini (Dian Putriyanti, 2006). Sebuah data yang saya peroleh

dari salah satu klinik kecantikan yang berada di Ponorogo dalam satu bulan

pasien dengan keluhan kerusakan kulit akibat kosmetik pemutih kurang lebih

sebanyak 60 pasien. Dari wawancara yang dilakukan pada Mahasiswa Fakultas

Ekonomi Akuntansi semester 2 di Universitas Muhammadiyah Ponorogo tentang

dampak penggunaan kosmetik pemutih, ternyata 6 dari 10 mahasiswa pernah

mengalami iritasi, wajah terasa panas, kemerahan serta kulit mengelupas akibat

penggunaan kosmetik pemutih baik kosmetik yang banyak di jual dipasaran


maupun produk perawatan dokter kecantikan. Di Jepang menerima 15.192

keluhan dari pengguna yang memakai 54 produk mengandung bahan kimia

pemutih. Sepertiga keluhan tersebut berasal dari orang-orang dengan gejala serius

seperti sedikitnya tiga bintik atau satu bercak yang mengalami perubahaan warna

kulit dengan diameter berukuran lima sentimeter. Di luar negeri melaporkan 70

orang dengan reaksi yang serupa, 54 dari mereka di Taiwan dan lainnya di Hong

Kong, Korea Selatan dan Thailand (Antara, 2013. Dalam R Inta Dewi, 2014).
Berdasarkan uraian diatas dalam penulisan karya ilmiah ini peneliti

berkeinginan untuk melakukan analisis kandungan Hidrokuinon pada krim yang

dijual di pasar 45 kota manado dengan metode Kromatografi Lapis Tipis dengan

alasan karena pada lingkungan disekitar ada 7 teman sebaya yang memakai krim

pemutih wajah dan perubahan warna kulit mereka sangat cepat, dari pengalaman

tersebut peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa didalam krim tersebut

mengandung salah satu jenis zat yang sering ditambahkan dalam kosmetik berupa

hidrokuinon dan merkuri, karena kemampuan zat tersebut untuk menghambat

pembentukan melanin pada permukaan kulit dan menjadikan kulit putih mulus

dalam waktu yang relative singkat


1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat hidrokuinon didalam krim yang dijual di pasar 45 kota

manado ?

1.3 Tujuan Penelitian


Untuk mengetahui kandungan hidrokuinon dalam beberapa krim yang

dijual di pasar 45 kota manado.


1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Dapat mengetahui kandungan hidrokuinon dalam krim yang dijual di pasar 45

kota manado.
2. Bagi Institusi
Untuk menambah kepustakaan mengenai Analisis kandungan hidrokuinon

dalam beberapa krim di Kota Manado dengan metode Kromatografi Lapis

Tipis.
3. Bagi Masyarakat
Dapat mengetahui bahaya hidrokuinon yang terdapat didalam krim.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kulit

Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas dan besar, kira-kira 16%

dari berat tubuh manusia. Kulit merupakan permukaan luar tubuh yang membatasi

lingkungan dalam dengan lingkungan luar. Kulit digolongkan menjadi 4 jenis

yaitu: kulit normal, kulit berminyak, kulit kering, dan campuran, berikut adalah

tanda-tandanya:

1. Kulit Normal: kulit lembut, halus, segar, bercahaya, sehat, berpori tidak

kelihatan, tonus (daya kenyal) kulit bagus.


2. Kulit Berminyak: kelihatan basah dan mengkilat, pori-pori jelas terlihat,

sering terdapat jerawat, kulit terlihat lebih kusam.


3. Kulit Kering: bagian tengah normal, sekitar pipi dan dahi kering, tidak

lembab dan tidak berminyak, halus tipis dan rapuh.


4. Campuran: bagian tengah muka (sekitar hidung, dagu, dan dahi) kadang

berminyak atau normal, sedangkan pada bagian lain normal atau kering

(Dirjen Binfar dan Alkes, 2011).


2.2 Definisi Kosmetik
Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada

bagian luar badan (kulit, rambut, kuku,bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi

dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah

penampilan, memperbaiki bau badan,melindungiatau memelihara tubuh pada

kondisi baik (BPOM RI, 2011).


2.3 Penggolongan kosmetik (Iswari, 2007)

Kosmetik dapat digolongkan berdasarkan kegunaan bagi kulit:


1. Kosmetik perawatan kulit(skincare cosmetic)
a. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya sabun, susu

pembersih wajah dan penyegar kulit (freshner)


b. Kosmetik untuk melembabkan kulit (mouisturizer), misalnya mouisturizer

cream, night cream


c. Kosmetik pelindung kulit, misalnya suncreaan cream dan sunscreen

foundation, sun block cream/lotion


d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya

scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai

pengampelas (abrasive)
2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)
Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit

sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik. Dalam kosmetik

riasan peran zat pewarna dan zat pewangi sangat besar.

2.4 Efek Samping Kosmetik

Beberapa dampak yang terjadi akibat pemakaian kosmetika yang

dikenakan pada kulit dapat berupa:

1. Dermatitis kontak alergi atau iritan, akibat kontak kulit dengan bahan

kosmetika yang bersifat alergik atau iritan, misalnya: PPDA (paraphenyl


dyamine) pada cat rambut, natrium laurisulfat pada sabun, hidrokuinon

pada pemutih kulit.


2. Akne kosmetika, akibat kontak kulit dengan bahan kosmetika, yang

bersifat aknegenik, misalnya lanolin pada bedak padat atau masker

penepis, asam oleat pada pelembut janggut, alcohol larutan pada

pelembab.
3. Pigmented cosmetic dermatitis, merupakan kelainan mirip melanosis riehl

yang kadang-kadang terasa gatal.


4. Fotosensitifitas, akibat adanya zat yang bersifat foto alergi dalam

kosmetika, misalnya PPDA dalam pewarna raambut, beta-karoten,

sinamat, lavender, akrifin pada satu warna.


5. Bentuk reaksi kulit lain dapat terjadi meskipun sangat jarang atau bahkan

baru diperkirakan akan terjadi, misalnya dermatitis folikula akibat unsur

nikel, kobal, dan lainnya; granuloma akibat garam dzirkonium dalam

deodoran, merkuri dalam pemutih dan metal dalam tato

(Wasitaatmadja.S.M, 1997).

2.5 Hidrokuinon

2.5.1 Rumus Struktur


Gambar 2.1 Struktur Kimia Hidrokuinon

Nama Resmi : Hydroquinonum

Nama Lain : Hidrokuinon

Rumus kimia : C6 H6 O2

Berat molekul : 110,11

Pemerian : Berbentuk jarum halus, putih, mudah menjadi

gelap jika terpapar cahaya dan udara.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol, dan dalam eter.

Hidrokuinon mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari

100,5% C6H6O2 , dihitung terhadap zat anhidrat.

2.5.2 Jenis kosmetika yang mengandung Hidrokuinon

Dalam dunia kosmetika, Hidrokuinon banyak digunakan karena

kemampuannya sebagai zat pengoksidasi, pengadsopsi dan pigmentasi

misalnya:

1. Hidrokuinon batasan kegunaan sebagai bahan pengoksidasi warna

pada rambut dengan batasan kadar maksimum 0,3%.16


2. Selain itu hirokuinon digunakan juga dalam pemutih kulit dengan

kadar dibawah 2% untuk obat OTC (obat bebas) dan harus

berdasarkan resep dokter untuk kadar diatas 2% (BPOM, 2006).


2.6 Peraturan Penggunaan Bahan Hidrokuinon
Tujuan pokok penilaian, pengujian dan pendaftaran obat adalah agar

obat yang beredar terjamin berkhasiat nyata, aman, bermutu baik, serta sesuai

kebutuhan maka kebijaksanaan pemerintah dalam pendaftaran ialah setiap

obat yang beredar harus melalui proses penilaian, pengujian dan pendaftaran

terlebih dulu.
Konsentrasi hidrokuinon > 2 % dalam krim termasuk golongan obat

keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter (BPOM RI,

2007). Oleh karena itu, penggunaan hidrokuinon dalam kosmetika dengan

konsentrasi yang tinggi telah dilarang penggunaanya (Amponsah, 2010 Dalam

Irnawati dkk, 2016). Hidrokuinon adalah zat berbahaya yang sering digunakan

dalam krim pemutih, hidrokuion dilarang digunakan dalam krim pemutih

karena dapat merusak kesehatan. Pemakaian hidrokuinon konsentrasi tinggi

yaitu diatas 4% dapat menyebabkan kulit merah, iritasi dan rasa terbakar.

Sedangkan untuk pemakaian hidrokuinon dibawah 2% dalam jangka waktu

lama secara terus- menerus dapat terjadi leuokoderma kontak dan okronosis

eksogen (BPOM, 2013).

2.7 Metode Kromatografi


Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik

pemisahan tertentu. Keuntungan dari metode kromatografi yaitu merupakan

metode pemisahan yang cepat dan mudah dan menggunakan peralatan yang

murah dan sederhana (kecuali untuk kromatografi gas), hingga campuran

yang kompleks dapat dipisahkan dengan mudah. Keuntungan lebih lanjut

ialah hanya membutuhkan campuran cuplikan yang sangat sedikit sekali,

bahkan justru tak mungkin menggunakan jumlah yang besar dalam

kromatografi. Disamping itu pekerjaan dapat diulang.

Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase yaitu

satu fase diam (stasionary) dan yang lain fase gerak (mobile), pemisahan-

pemisahan tergantung pada gerakan relative dari dua fase ini.

Cara kromatografi dapat digolongkan sesuai sifat-sifat dari kedua fase

masing-masing kromatografi. Sehingga kromatografi dapat digolongkan

menjadi empat bagian yaitu:

1. Kromatografi Kertas
2. Kromatografi Gas
3. Kromatografi Kolom
4. Kromatografi Lapis Tipis
a. Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas yaitu suatu pemisahan dimana fase diam berupa

zat cair. Salah satu zat padat dapat digunakan untuk menyokong fase diam

yaitu bubuk selulosa. Kemudian dilakukan pemisahan asam-asam amino dan

peptida-peptida yang merupakan hasil hidrolisis protein wool dengan suatu


cara dimana kolom yang berisi bubuk diganti dengan lembaran kertas dan

kemudian diletakkan dalam bejana tertutup yang berisi uap jenuh larutan. Ini

merupakan jenis dari sistem partisi dimana fase diam adalah air, disokong

oleh molekul-molekul dari kertas, dan fase bergerak biasanya merupakan

campuran dari satu atau lebih pelarut-pelarut organic dan air (Sastrihamidjojo,

H, 1985).
b. Kromatografi Gas
Kromatografi gas merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan

dan deteksi senyawa-senyawa yang mudah menguap dalam suatu campuran.

Pemisahan komatrgrafi gas didasarkan pada titik didih suatu senyawa

dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solute dengan

fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solut dari ujung kolom

lalu menghantarkannya ke detektor. Penggunaan suhu meningkat bertujuan

untuk menjamin bahwa solute akan menguap dan karenanya akan cepat

terelusi.
Ada 2 jenis kromatografi gas:
1) Kromatografi gas-cair (KGC)
2) Kromatografi gas padat

Kromatografi gas dapat bersifat destruktif dan dapat bersifat non-

destruktif tergantung pada detektor yang digunakan (Ibnu, 2017).

c. Kromatografi Kolom
Kromatografi kolom merupakan metode terbaik untuk pemisahan

campuran dalam jumlah besar (lebih dari 1 g), dimana fase geraknya berupa

zat cair dan fase diamnya berupa zat padat.


Ada empat perubahan utama yang dilakukan pada cara kolom klasik.

Pertama, dipakai penyerap yang lebih halus dengan kisaran ukuran mesh lebih

sempit agar menciptakan kesetimbangan yang lebih baik didalam sistem.

Kedua, sistem tekanan, biasanya pompa mekanis, dipakai untuk mendorong

pelarut melalui penyerap yang halus. Ini perlu karena ukuran partikel kecil,

tetapi pompa itu juga menyebabkan kromatografi lebih cepat, jadi

memperkecil difusi. Ketiga, detektor telah dikembangkan sehingga diperoleh

analisis diperoleh analisis senyawa yang berkesinambungan ketika senyawa

itu keluar dari kolom (Roy, 1998).

d. Kromatografi Lapis Tipis


Kromatografi lapis tipis merupakan suatu proses pemisahan dimana

fase geraknya adalah berupa zat cait sedangkan fase diamnya berupa zat

padat. Pada kromatografi lapis tipis untuk pemisahan secara kualitatif yang

cepat sering digunakan gelas mikroskop (mikroskop slide). Kebanyakan alat-

alat dijual dalam bentuk plat kaca dengan ukuran 20 x 5 cm atau 20 x 20, dua

ukuran ini dianggap sebagai “standart”. Hal yang penting yaitu bahwa

permukaan dari plat harus rata.


Cara menempatkan cuplikan pada lapisan tipis seperti cara-cara yang

digunakan pada kromatografi kertas, tetapi pipa kapiler atau mikro pipet

adalah yang baik. Pelarut cuplikan merupakan pelarut yang mudah menguap

dan juga sedapat mungkin mempunyai polaritas yang rendah. Penempatan

noda diatas plat kira-kira 1 cm dari salah satu ujungnya dimana ujung ini nanti

dicelupkan dalam pelarut. Untuk plat kaca yang mempunyai ukuran 20 x 20


cm, penempatan noda kira-kira 1,5 cm dari ujung bawah dan dimulai dan

diakhiri kira-kira 0,5 cm dari samping kaca dan noda-noda diteteskan masing-

masing pada jarak kira-kira 1 cm dari masing-masing pusat noda. Garis awal

dapat diberi tanda pada ujung dari plat dengan pensil dan garis akhir dapat

dibuat dibagian atas dengan menggoreskan pensil, dan disebabkan goresan ini

aliran pelarut akan ditahan bila permukaan pelarut sampai pada garis.
Kebanyakan penyerap yang digunakan adalah silica gel. Silica gel

yang digunakan kebanyakan diberi pengikat (binder) yang dimaksud

untukmemberikan kekuatan pada lapisn, dan menambah adhesi pada gelas

penyokong. Pengikat yang digunakan kebanyakan kalsium sulfat.


Harga Rf dapat didefenisikan sebagai berikut:
Harga Rf = Jarak yang digerakan oleh senyawa dari titik asal
Jarak yang digerakan oleh pelarut dari titik asal
Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat di bandingkan

dengan harga-harga standar. Senyawa standart biasanya memiliki sifat- sifat

kimia yang mirip dengan senyawa yang dipisahkan pada kromatogram.


Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam

kromatografi lapis tipis yang juga mempengaruhi harga R yaitu:


a) Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.
b) Sifat dari penyerap dan derajat aktifitasnya.
c) Tebal dan kerataan dari lapisan penyerap
d) Pelarut (dan derajaat kemurniannya) fase bergerak.
e) Derajat kejenuhan dari uap dalam mana bejana pengembangan yang

digunakan.
f) Teknik percobaan
g) Jumlah cuplikan yang digunakan.
h) Suhu
i) Kesetimbangan (Sastrohamidjojo, H,1985).

2.8 Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel (UV-Vis)


Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis

spektroskopi yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat

(190-380) dan sinar tampak (380-780) dengan memakai instrument

spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang

cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis

lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif ketimbang kualitatif (Mulja

Suharman, 1995. Dalam Fitriani 2011).


Spektrofotometri UV-Vis dapat menentukan penentuan terhadap

sampel yang berupa larutan, gas, atau uap, untuk sampel yang berupa larutan

perlu diperhatikan antara lain:


1. Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap

terkonjunggasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna.


2. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis.
3. Kemurnian harus tinggi atau derajat yang dianalisis (Mulja Suharman,

1995).
Komponen-komponen pokok dari spektrofotometer meliputi:
1. Sumber tenaga radiasi yang stabil, sumber yang bisa digunakan adalah

lampu wolfarm.
2. Monokromator untuk memperoleh sumber yang monokromatis.
3. Sel absorpsi, pada pengukuran didaerah visible menggunakan kuvet

kaca atau kuvet kaca corex, tetapi pada pengukuran pada UV

menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada

daerah ini.
4. Detektor radiasi yang dihubungkan dengan sistem meter atau pencatat.

Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya

pada berbagai panjang gelombang (Khopkar, 1990).


Sumber tenaga radiasi terdiri dari benda yang tereksitasi menuju

ketingkat yang lebih tinggi oleh sumber listrik bertegangan tinggi atau oleh

pemanasan listrik. Monokromator adalah suatu piranti optis untuk

memencilkan radiasi dari sumber berkesinambungan. Digunakan untuk

memperoleh sumber sinar monokromatis.alat dapat berupa prisma atau

gunting (Khopkar, 1990). Pengukuran pada daerah UV harus menggunakan

sel kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Sel yang biasa

digunakan berbentuk persegi maupun berbentuk slinder dengan ketebalan 10

mm. sel tersebut adalah sel pengabsorpsi, merupakan sel untuk meletakan

cairan kedalam berkas cahaya spektrofotometer. Sel haruslah meneruskan

energi cahaya dalam daerah spectral yang diminati. Sebelum sel dipakai

dibersihkan dengan air atau dapat dicuci dengan larutan detergen asam nitrat

panas apabila dikhendaki (Sastrohamidjojo, 2001).


2.9 Kerangka Konsep

Sampel Krim Hidrokuinon (BBP)

Kromatografi Lapis Tipis

Harga Rf Harga Rf

Bila Rf sampel sama dengan Rf BBP = Positif


Bila Rf beda sama dengan Rf BBP = Negatif
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan metode Kromatografi Lapis Tipis di

Laboratorium untuk menganalisis kandungan Hidrokuinon didalam krim A, B,

dan C.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Program Studi DIII

Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Manado.


3.3 Variabel Penelitian
1. Variabel bebas: Krim A, B dan C
2. Variabel Terikat: Hidrokuinon
3.4 Definisi Operasional
1. Hidrokuinon merupakan senyawa kimia berupa Kristal putih berbentuk jarum,

tidak berbau, memiliki struktur kimia C6H6O2 dengan nama kimia 1,4

benzendiol dan mengalami oksidasi terhadap cahaya dan udara. Senyawa ini

duganakan sebagai bahan pemutih dan pencegahan pigmentasi yang bekerja

menghambat enzim tirosinase yang berperan dalam penggelapan kulit

(Ibrahim , 2004).
2. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Suharso dan Ana

Retnoningsih (2005), Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa

(karangan, perbuatan dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang

sebenarnya (sebab musabab, duduk perkara dan sebagainya). Dalam Kamus


Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional (2005) menjelaskan

bahwa analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa untuk

mengetahui keadaan yang sebenarnya. Dalam Kamus Bahasa Indonesia

Kontemporer karangan Peter Salim dan Yenni Salim (2002) menjelaskan

bahwa analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (perbuatan,

karangan dan sebagainya) untuk mendapatkan fakta yang tepat (asal usul,

sebab, penyebab sebenarnya, dan sebagainya).


3. Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan

obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Depkes RI,

1995). Krim (cremores) adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi

yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi

dalam bahan dasar yang sesuai dan mengandung air tidak kurang dari 60%

(Syamsuni, 2005).
3.5 Sampel Penelitian
Sampel penelitian yang akan digunakan yaitu krim yang di ambil di

pasar 45 kota manado.

3.6 Bahan

1. Krim A, B, dan C.
2. HCl 4 N
3. Etanol 95%
4. Fase diam: silica Gel GF 254
5. Fase gerak: Toluene, asam asetat glasial (8: 2)
3.7 Alat
1. Beaker glass
2. Neraca analitis
3. Pipet tets
4. Spatula
5. Hot plate
6. Kertas saring
7. Labu ukur 25ml
8. Plat silica GF
9. Pipa kapiler
10. Bejana kromatografi (Chamber)
11. Lampu UV
12. Pengaduk kaca
13. Gelas ukur

3.8 Prosedur kerja

3.8.1 Larutan uji

a) Ditimbang sebanyak 1,25 gr sampel krim A, B, dan C masing-masing

dimasukkan kedalam beaker glass


b) Ditambahkan 3 tetes HCl 4 N
c) Ditambahkan 5 ml etanol 95% kemudian dipanaskan pada suhu 800 C sambil

diaduk
d) Disaring dan dimasukan kedalam labu ukur 25 ml.
e) Ditambah dengan etanol 95% sampai garis tanda, dilakukan duplo

3.8.2 Larutan baku

a) Ditimbang sebanyak ± 25 mg hidrokuinon BBP


b) Dimasukan kedalam labu ukur 25ml
c) Ditambahkan etanol 95% sampai garis tanda

3.8.3 Cara kromatografi lapis tipis

a) Diatas plat kaca tipis ditotolkan larutan uji, larutan baku dan larutan uji

ditambahkan larutan baku dengan volume penotolan masing-masing


sebanyak 30 µL dengan menggunakan pipet tetes 10 µL dengan jarak 0,5 cm

dari bagian bawah.


b) Kemudian plat kaca tipis dimasukkan ke dalam chamber yang berisi fase

gerak yaitu toluene: asam asetat glasial dengan perbandingan (8: 2)


c) Kemudian dibiarkan fase gerak (pelarut) naik ke atas
d) Kemudian plat kaca diangkat dan dikeringkan
e) Untuk mengetahui lokasi dari noda dapat dilihat dengan meggunakan

cahaya ultra violet pada panjang gelombang 254 nm.


f) Kemudian diukur harga Rf-nya (Depkes RI, 1992).
3.8.4 Penetapan kadar hidrokuinon dengan Spektrofotometri UV-Vis
Jika pada uji dengan metode KLT sampel krim postitif mengandung

hidrokuinon, maka akan dilanjutkan dengan membaca panjang gelombang

menggunakan sprktrofotometri UV-Vis (Rahim Novita, 2011). Noda-noda

pada lempeng KLT diangkat kemudian dimasukan kedalam tabung reaksi

kemudian ditambahkan dengan pereaksinya, panaskan pada suhu 70o C selama

50 menit. Larutkan didinginkan pada suhu 2oC. Tambahkan etanol 95%

hingga volumenya 10 mL didalam gelas ukur. Larutan dikocok hingga

homogeny. Baca absorbansi larutan pada panjang gelombang maksimum 293

nm (Katya, 2014 Dalam Budiman dkk).

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dari beberapa sampel krim

pemutih wajah yang beredar dipasar 45 Kota Manado dengan Metode

Kromatografi Lapis Tipis diperoleh data yang dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 1. Hasil Rf Hidrokuinon dalam krim

Harfa Rf
No Bahan Uji Hasil
Rata-rata

1 Hidrokuinon Positif 0.35

2 Sampel A Negatif 0

3 Sampel B Negatif 0

4 Sampel C Negatif 0

4.2 Pembahsan
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kandungan hidrokuinon pada

beberapa krim pemutih wajah yang beredar di Kota Manado. Sampel yang

digunakan diperoleh dari beberapa krim pemutih wajah merek A, B, dan C yang

diperoleh dari pasar 45 Kota Manado dan telah dianalisis dengan metode

Kromatografi Lapis Tipis menggunakan larutan Baku Pembanding Hidrokuinon.


Sampel dimasukkan kedalam kaca arloji kemudian ditimbang dengan

timbangan analitik. Sampel kemudian dimasukkan kedalam beaker gelas lalu

ditambahkan 3 tetes HCl 4 N untuk memberikan suasana asam agar mudah ditarik

dalam fase gerak, kemudian sampel ditambahkan 5 mL etanol 95% dan

dipanaskan diatas hot plate untuk mempermudah melarutkan sampel. Baku

hidrokuinon juga ditimbang kemudian dilarutkan dengan etanol 95% secukupnya

lalu dihomogenkan. Etanol 95% dipakai sebagai pelarut karena sifat polar yang di

milikinya sehingga mudah diserap oleh fase diam (silica gel). Setelah sampel
larut, sampel disaring dan dimasukan dalam labu ukur 25 mL kemudian

ditambahkan etanol sampai batas tanda. Sampel selanjutnya ditotolkan di atas

plate silica gel dimana dalam satu plate terdapat satu baku, 1 seri sampel, dan 1

seri sampel baku pembanding. Sampel ditotolkan dengan menggunakan pipa

kapiler. Kemudian plate silica gel yang telah ditotolkan tadi dimasukan dalam

chamber yang berisi fase Gerak Tuluene : Asam asetat glasial (8 : 2) dan

dibiarkan fase gerak naik sampai batas tanda. Setelah itu hasilnya dapat dilihat di

bawah sinar UV 254 nm. Hasil yang telah diperoleh dibaca mengunakan lampu

UV kemudian dilakukan perhitungan faktor retensi atau Rf. Hasil positif

hidroquinon ditandai dengan terbentuknya warna gelap atau terdapat bercak hitam

pada silika gel saat dibaca dibawah sinar UV. Pembacaan dibawah sinar UV

sampel tersebut tidak berfluoresensi sehingga dapat diketahui bahwa sampel

tersebut tidak mengandung hidroquinon.

Gambar 4.1 Hasil Kromatgrofa Lapis Tipis pada Sampel


SHAPE \* MERGEFORMAT
SHAPE \* MERGEFORMAT

(a) KLT BBP(a) Sampel A (b) Sampel B (c) Sampel C

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan menggunakan metode

KLT dapat disimpulkan bahwa sampel krim a, b, dan c yang digunakan

sebagai krim pemutih wajah dan beredar di Kota Manado tidak mengandung

hidrokuinon.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai identifikasi zat tambahan

lainnya pada krim pemutih wajah yang beredar di pasar 45 Kota Manado.

2. Bagi masyarakat terutama kalangan wanita agar lebih berhatihati dalam

memilih krim pemutih wajah yang dijual di pasar dengan harga murah.
DAFTAR PUSTAKA

Asih, S. B. 2006. “Dampak Pengguna Kosmetika Pemutih terhadap Kesehatan Kulit


pada Ibu-ibu di RW II Desa Limpung Kecamatan Limpung Kabupaten Batang
Jawa”. Skripsi. Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang. Dalam:
Prabawati. D, Fatmawali. Yudhistira. A. Diakses pada tanggal 05, Januari
2018 pada jam 22:43 Dalam Url: http://download.portalgaruda.org/article .php
article=15362&val=1015
Budiman. S, Hodisoebroto. G, Nurfitriani.”Analisis penetapan kadar hidrokuinon
pada kosmetik krim pemutih yang beredar dibeberapa tempat dikota
bandung”. Diaskes pada 20 Januari 2018 jam 04:40
Url:https://www.researchgate.net/profile/Senadi_Budiman2/publication/3218
32237
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2007, Public
Warning/Peringatan Nomor Kh.00.01.432.6081 Tentang Kosmetik
mengandung Bahan Berbahaya dan Zat Warna Yang Dilarang” Jakarta
(Dalam Sahumena, M. Irnawati. Dewi, Nur W. 2016. Diakses pada tanggal
19 Januari 2018, pada jam 19:43) Dalam Url:https://ejournal. unsrat. ac.id
/index.php/pharmacon/article/viewFile/15074/14639
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2011. “Hidrokuinon”. Sentra Informasi
Keracunan Nasional: Jakarta
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2011. “Kosmetik Mengandung Bahan
Berbahaya”: Jakarta
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2013. “Public Warning” Keputusan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No:HM.04.01.1.43.05.13.2690. 13 Mei 2013: Jakarta
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2016. “Public Warning”: Keputusan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
No.IN.05.03.1.43.06.16.2848. 30 Juni 2016: Jakarta
Dirjen Binfar dan Alkes. 2011. “Pedoman Pelayanan Perizinan Industri Farmasi”:
Jakarta
Ditjen POM. 1995. “Farmakope Indonesia”. Departemen Kesehatan RI: Jakarta
Ibnu, G.G, dan Abdul, R,. 2007. “Kimia farmasi Analisis”. Cetakan Pertama:
Yogyakarta
Iswari Retno dan Fatma Latifah. 2007. “Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik”.
Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Putriyanti Dian. 2006. “100% Cantik”: Jakarta
Rizky, I Dewi. 2014. “Pengetahuan remaja tentang dampak buruk penggunaan
kosmetik pemutih”. Skripsi thesis, Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Diaskes pada tanggal, 25 Januari 2018, Jam 21:09 Dalam Url:
http://eprints.umpo.ac.id/906/
Roy, G.J, Bobbit M. James dan Schwarting, E. Arthur,. 1991. “Pengantar
Kromatografi”. ITB: Bandung
Syafnir, Livia dan Arlina, Prima Putri. 2011. “Pengujian kandungan merkuri dalam
sediaan kosmetik dengan spektrometri serapan atom”. Dalam Gianti 2013,
diakses pada tanggal 10 Januari, jam 13:19
DalamUrl://http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24315/1
/GIANTI-fkik
Sastrihamidjojo, H. 1985. “Kromatografi. Liberty”: Yogyakarta
Tranggono, R.I. dan Fatma Latifah. 2007. “Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik”.
PT.Utama: Jakarta
Wasitaatmadja, M.S,. 1997. “Penuntun Ilmu Kosmetik Medik”. UI-Press: Jakarta
Lampiran 1. Skema Kerja Analisis Kandungan Hidrokuinon

1. Pembuatan Larutan Uji

Sampel Krim “A” 1,25 gram

- Dimasukkan kedalam Beaker Gelas


- + 3 tetes HCl 4 N
- + 5 mL Etanol
- Panaskan
- Disaring dengan kertas saring yang berisi natrium
sulfat anhidrat

Filtrat

- Dipekatkan
- Dimasukkan kedalam vial
Larutan Uji

2. Larutan Uji

Hidrokuinon
- Dilarutkan dengan etanol 5 mL
- Dikocok sampai larut
- Dimasukkan kedalam vial

Larutan Baku Hidrokuinon


Lampiran 2. Skema Kerja Analisis Kandungan Hidrokuinon
1. Identifikasi Sampel
Plat KLT

- Ditotolkan Lurat A dan B dengan Pipa Kapiler


- Didiamkan hingga mengering

Plat KLT
- Dimasukkan kedalam chamber
- Dibiarkan fase gerak naik sampai mendekati batas atas
plat KLT
Plat KLT

- Diangkat kemudian dibiarkan hingga mongering


lalu hasilnya dilihat dibawah sinar UV

Noda 1 Rf = . . .

Noda 2 Rf = . . .
Lampiran 3. Hasil Nilai Rf Rata-rata Sampel dan BBP

Tabel 1. Hasil Rf Hidrokuinon dalam krim

Harfa Rf
No Bahan Uji Hasil
Rata-rata

1 Hidrokuinon Positif 0.35

2 Sampel A Negatif 0

3 Sampel B Negatif 0

4 Sampel C Negatif 0
Lampiran 4. Dokumentasi Lempeng KLT
SHAPE \* MERGEFORMAT

SHAPE \* MERGEFORMAT

Gambar (a) Lempeng BBP Gambar (b) Lempeng Sampel A


Gambar (c) Lempeng Sampel C Gambar (d) Lempeng Sampel D

Lampiran 5. Sampel Krim

a. Hidrokuinon b. Sampel Krim A


C. Sampel Krim B D. Sampel Krim C
SHAPE \* MERGEFORMAT

e. Kemasan Hidrokuinon
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
a. Penyiapan Sampel c . Penyaringan Sampel

b. Penotolan Sampel d. Penjenuhan eluen

Lampiran 7. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah


Dosen Pembimbing I
SHAPE

\* MERGEFORMAT
Lampiran 8. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Anda mungkin juga menyukai