Anda di halaman 1dari 58

1

Profil Peresepan Antidiabetika Oral pada Pasien DM tipe II di


Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Islam Jakarta
Pondok Kopi Periode Januari – Maret 2016

Karya Tulis Ilmiah

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya


Kesehatan bidang Farmasi

Oleh:

Apriani Dwi Indahsari

P2.31.39.0.13.005

JURUSAN FARMASI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

2016

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


2

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


3

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


4

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


5

ABSTRAK
Profil Peresepan Antidiabetika Oral pada Pasien DM tipe II di Instalasi Farmasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi periode Januari-Maret 2016

Oleh:
Apriani Dwi Indahsari
P2.31.39.0.13.005

Pendahuluan: Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis dimana kadar


gula darah seseorang melebihi normal karena tubuh tidak lagi memiliki insulin
atau insulin tidak dapat bekerja dengan baik. Tingginya jumlah penderita DM
menyebabkan meningkatnya penggunaan antidiabetika oral. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Profil Peresepan Antidiabetika Oral pada Pasien DM
tipe II di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi
periode Januari-Maret 2016.
Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan
mengumpulkan semua resep periode Januari–Maret 2016, selanjutnya
mengelompokkan resep yang mengandung antidiabetika berdasarkan zat aktif,
nama generik dan nama dagang, golongan, kombinasi antar golongan, kombinasi
ADO dan insulin, obat lain yang diresepkan bersama antidiabetika, kemudian
dihitung jumlah dan persentasenya.
Hasil dan Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian, peresepan antidiabetika
terbanyak adalah metformin sebanyak 312 R/ (44,57%). Peresepan antidiabetika
terbanyak menggunakan nama generik yaitu sebanyak 424 R/ (57,14%).
Peresepan antidiabetika berdasarkan golongan terbanyak adalah golongan
biguanid sebanyak 312 R/ (44,57%). Kombinasi antar golongan antidiabetika
terbanyak adalah golongan sulfonilurea dan biguanid sebanyak 60 lembar resep
(51,72%). Kombinasi golongan antidiabetika dan insulin terbanyak adalah dengan
insulin kerja panjang yaitu sebanyak 37 R/ (69,81%) Kombinasi dengan obat lain
yang diresepkan bersama antidiabetika terbanyak adalah obat kardiovaskuler yaitu
sebanyak 228 R/ (35,85%)

Kata Kunci: Antidiabetika, Resep, Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi

v Poltekkes Kemenkes Jakarta II


6

ABSTRACT
Prescription Profile of Oral Antidiabetics for Type II DM Outpatients at
Pharmacy Installation Jakarta Islamic Hospital Pondok Kopi within the Period
January-March 2016

By:
Apriani Dwi Indahsari
P2.31.39.0.13.005

Introduction: Diabetes Mellitus (DM) is a chronic disease in which the blood


sugar level is beyond normal because the body cannot produce insulin or the
insulin does not function effectively. The high prevalence of DM patients results
in the increase of oral antidiabetics consumption. This research aims to find out
the Prescription Profile of Oral Antidiabetics for Type II DM Outpatients at
Pharmacy Installation Jakarta Islamic Hospital Pondok Kopi within the Period
January-March 2016
Method: The method used in this research is quantitative descriptive by
collecting all prescriptions within the period from January to March 2016. After
being collected, the prescriptions containing antidiabetics are then grouped based
on the active subtances, generic and trade name, class, combination between
different classes, combination of ADO and insulin, and other drugs prescribed
with antidiabetics. The number and percentage of the prescriptions are then
calculated.
Result and Conclusion: According to the result, the most frequent antidiabetic
drug prescribed is metformin with a total of 312R/ (44,57%). And the most
frequent antidiabetics prescribed is using generic name with a total of 424 R/
(57,14%). The most frequent antidiabetic drugs prescribed based on class are
biguanide with a total of 312R/ (44,57%). The most frequent combination
between classes prescribed is sulfonylurea and biguanide with a total of 60 R/
(51,72%). The most frequent insulin group prescribed with antidiabetics is long-
acting insulin with a total of 37 R/ (69,81%). And the most frequent other drugs
prescribed with antidiabetics are cardiovascular drugs with a total of 228 R/
(35,85%).

Keyword: Antidiabetics, Prescriptions, Jakarta Islamic Hospital Pondok Kopi

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


7

KATA PENGANTAR

vi
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
karena dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah (KTI) dengan judul “Profil Peresepan Antidiabetika Oral pada Pasien DM
tipe II di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi
Periode Januari – Maret 2016”.

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Ahli Madya Farmasi. Dalam penyusunan KTI penulis mendapat dukungan moral
maupun materil serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Junaedi, S.Si, M.Farm., Apt., selaku Ketua Jurusan Farmasi Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jakarta II.
2. Bapak dr.H.Denny P. Machmud, Sp.THT., selaku direktur Rumah Sakit Islam
Jakarta Pondok Kopi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian dan pengambilan data.
3. Ibu Ida Yuliasari, S.Farm, Apt, selaku Manager Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Islam Jakarta Pondok Kopi yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian dan mengambil data.
4. Ibu Dra. Yusmaniar, M.Biomed, Apt, selaku pembimbing akademik penulis
yang senantiasa memberikan bimbingan selama penulis kuliah.
5. Bapak Surahman, S.Pd, M.Kes., selaku pembimbing I yang senantiasa
meluangkan waktu untuk memberikan arahan, masukan, serta semangat
kepada penulis dalam penusyunan KTI.
6. Ibu Dra. Tati Suprapti, M.Biomed, Apt., selaku pembimbing II yang
senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan arahan, masukan, serta
semangat kepada penulis dalam penyusunan KTI.
7. Kedua orang tua tercinta, kakak, adik dan seluruh keluarga besar penulis yang
telah memberikan doa, kasih sayang, semangat, kepercayaan dan
pengorbanannya selama penulis menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


vii
8

8. Sahabat baik penulis Maulida Cahya Khairini dan Harliza Syahra yang selalu
memberikan semangat, motivasi, saran, keceriaan dan doa dari jauh selama
penyusunan KTI ini.
9. Teman-teman Biofar khususnya Rayan Ayessha Aulia, Endah
Kusumaningrum, Aulia Fitria Sari, Rabiah Lurusati, Yoan Nurfaizal, Panggah
Pinarcoyo yang selalu memberikan semangat, motivasi, saran, keceriaan dan
doa selama penyusunan KTI ini.
10. Puri, Rita, Ayu Sekar, Disty, Astrid, Okta dan Raden selaku teman
sepembimbingan.
11. Tri Murtiani selaku teman dari kecil hingga saat ini yang selalu memberikan
semangat, motivasi, saran, keceriaan dan doa selama penyusunan KTI ini
12. Teman-teman pengurus Fosti Farmasi dan adik-adik tingkat yang telah
memberikan semangat dan dukungan dalam pembuatan KTI ini.
13. Seluruh teman-teman angkatan 2013 yang tidak dapat disebutkan satu persatu
oleh penulis yang telah membantu dan bersama-sama selama tiga tahun ini
dalam suka dan duka.
14. Seluruh dosen, staf dan karyawan Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Jakarta II, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per
satu yang telah membantu sehingga karya tulis ini dapat diselesaikan dalam
lindungan serta mendapat rahmat dan karunia-Nya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan KTI ini masih terdapat
banyak kekurangan mengingat kemampuan penulis yang terbatas. Meskipun
demikian, penulis berharap KTI ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, Juni 2016

Penulis

viii Poltekkes Kemenkes Jakarta II


9

DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................... i


Halaman Pernyataan Bebas Plagiat ................................................................... ii
Halaman Pengesahan Karya Tulis Ilmiah ........................................................... iii
Halaman Persetujuan Publikasi Tugas Akhir ..................................................... iv
Abstrak ................................................................................................................ v
Kata Pengantar .................................................................................................... vii
Daftar Isi ............................................................................................................. ix
Daftar Tabel ........................................................................................................ xi
Daftar Gambar .................................................................................................... xii
Daftar Lampiran .................................................................................................. xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian........................................................................................ 2
1.3.1. Tujuan Umum................................................................................. 2
1.3.2. Tujuan Khusus................................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian...................................................................................... 3
1.4.1. Bagi Penulis.................................................................................... 3
1.4.2. Bagi Akademik............................................................................... 3
1.4.2. Bagi Masyarakat............................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 4


2.1. Diabetes Mellitus........................................................................................ 4
2.1.1. Penyebab Diabetes Mellitus........................................................... 4
2.1.2. Diagnosa Diabetes Mellitus............................................................ 5
2.1.3. Gejala Diabetes Mellitus ............................................................... 6
2.1.4. Klasifikasi Diabetes Mellitus ........................................................ 6
2.2. Pengobatan Diabetes Mellitus.................................................................... 8

ix Poltekkes Kemenkes Jakarta II


10

2.2.1. Pengobatan Non Farmakologis....................................................... 8


2.2.2. Pengobatan Farmakologis............................................................... 8
2.3. Definisi Operasional................................................................................... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 16


3.1. Desain Penelitian........................................................................................ 16
3.2. Tempat dan Waktu Pengambilan Data....................................................... 16
3.3. Populasi dan Sampel................................................................................... 16
3.3.1. Populasi ........................................................................................... 16
3.3.2. Sampel ............................................................................................. 16
3.4. Cara Pengumpulan Data............................................................................. 16
3.5. Analisis dan Pengolahan Data.................................................................... 17

BAB IV GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA


PONDOK KOPI.................................................................................... 18
4.1 Sejarah Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi...................................... 18
4.2 Visi dan Misi Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi............................ 19
4.3 Visi, Misi dan Tujuan Instalasi Farmasi..................................................... 19

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 21


5.1 Hasil............................................................................................................ 21
5.2 Pembahasan................................................................................................ 24

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 27


6.1 Kesimpulan................................................................................................. 27
6.2 Saran........................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 28

x Poltekkes Kemenkes Jakarta II


11

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Pengendalian DM ............................................................... 4


Tabel 5.1 Peresepan Antidiabetika Berdasarkan Zat Aktif............................... 21
Tabel 5.2 Peresepan Antidiabetika Berdasarkan Nama Generik dan Nama
Dagang ............................................................................................. 22
Tabel 5.3 Peresepan Antidiabetika Berdasarkan Golongan.............................. 22
Tabel 5.4 Kombinasi Antar Golongan Antidiabetika Oral .............................. 23
Tabel 5.5 Kombinasi Golongan Antidiabetika Oral dan Insulin ..................... 23
Tabel 5.6 Kombinasi Dengan Kelas Terapi Lain ............................................. 24

xi Poltekkes Kemenkes Jakarta II


12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Mekanisme Kerja Insulin ............................................................ 12

xii Poltekkes Kemenkes Jakarta II


13

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Peresepan Antidiabetika Berdasarkan Zat Aktif


Lampiran 2 Data Peresepan Antidiabetika Berdasarkan Nama Generik
Lampiran 3 Data Peresepan Antidiabetika Berdasarkan Nama Dagang
Lampiran 4 Data Peresepan Antidiabetika Berdasarkan Nama Golongan
Lampiran 5 Data Peresepan Antidiabetika Berdasarkan Kombinasi Antar
Golongan
Lampiran 6 Data Peresepan Antidiabetika Berdasarkan Kombinasi Golongan
dan Insulin
Lampiran 7 Data Peresepan Antidiabetika Berdasarkan Kombinasi dengan
Kelas Terapi Lain
Lampiran 8 Contoh Lembar Resep yang Mengandung Antidiabetika

xiii Poltekkes Kemenkes Jakarta II


14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin maju
menyebabkan perubahan di berbagai faktor ekonomi dan sosial. Perkembangan
tersebut juga menyebabkan perubahan pada pola hidup manusia. Masyarakat pada
umumnya mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan
kolesterol tanpa diimbangi dengan adanya olahraga dan aktivitas yang dapat
membakar lemak, ditambah lagi dengan gaya hidup yang kurang sehat seperti
merokok, minum–minuman keras serta minum yang banyak mengandung gula.
Hal ini yang mengakibatkan semakin meningkatnya penyakit tidak menular atau
penyakit degeneratif.
Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah menjadi masalah kesehatan baik
secara global, regional, nasional, dan lokal. Salah satu PTM yang banyak menyita
perhatian adalah Diabetes Mellitus (DM).1 DM lazim disebut penyakit kencing
manis. Dalam hal ini, kadar gula darah seseorang melebihi normal karena tubuh
tidak lagi memiliki insulin atau insulin tidak dapat bekerja dengan baik. 2 Pada
keadaan normal kadar glukosa darah yang mengalir dalam darah akan selalu
terkendali, berkisar sekitar 70-110 mg/dL, oleh pengaruh kerja hormon insulin
yang diproduksi oleh kelenjar pankreas.3
WHO membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap
diabetes di atas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu
25 tahun kemudian, pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300
juta orang. Global status report on NCD World Health Organization (WHO)
tahun 2010 melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur adalah DM.
Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat DM dan 4% meninggal sebelum usia 70
tahun. Di Indonesia diperkirakan pada tahun 2030 akan memiliki penyandang DM
sebanyak 23,1 juta jiwa.1 Menurut hasil riset yang telah dilakukan oleh riskesdas
bahwa kasus DM di Indonesia terjadi peningkatan pada tahun 2013 adalah 2,1%.
Angka tersebut lebih tinggi dibanding dengan tahun 2007 (1,1%) 4

1 Poltekkes Kemenkes Jakarta II


2
15

Meningkatnya jumlah penderita DM


mengakibatkan kebutuhan obat
semakin meningkat. Hal tersebut dikarenakan
pada penderita DM membutuhkan
pengobatan yang terus menerus untuk menjaga kestabilan kadar gula darah dalam
tubuhnya. Jika kebutuhan obat tidak terpenuhi dan pasien tidak mengelola
penyakitnya dengan baik, maka dapat meningkatkan risiko timbulnya komplikasi
pada berbagai organ tubuh. Komplikasi yang kemungkinan terjadi seperti pada
mata dan ginjal, serta pada otak, jantung dan pembuluh darah kaki. Kebutuhan
obat untuk penyakit DM perlu adanya perhatian serta pengelolaan yang baik, juga
adanya monitoring pada penggunaannya agar mencapai efek terapi yang optimal.
Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi adalah salah satu rumah sakit
yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum dengan
berbagai macam penyakit yang ditangani salah satunya adalah diabetes.
Pengelolaan DM pada pasien harus dilakukan dengan baik terutama pengelolaan
farmakologis dengan pemberian antidiabetika. Dengan meningkatnya jumlah
pasien DM maka dibutuhkan ketersedian obat yang cukup untuk memberikan
pengobatan dan hasil yang maksimal.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui
Profil Peresepan Antidiabetika Oral pada Pasien DM tipe II di Instalasi Farmasi
Rawat Jalan Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi Periode Januari – Maret
2016.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Profil Peresepan Antidiabetika Oral pada Pasien DM tipe II di
Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi Periode
Januari – Maret 2016.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan umum

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


16

Mengetahui Profil Peresepan Antidiabetika Oral pada Pasien DM tipe II di


Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi Periode
Januari – Maret 2016.
3

1.3.2 Tujuan Khusus


Untuk mengetahui jumlah dan presentase antidiabetika yang banyak
diresepkan berdasarkan :
1. Zat aktif antidiabetika oral
2. Nama generik dan nama dagang
3. Golongan obat antidiabetika oral
4. Lima besar kombinasi antar golongan antidiabetika oral
5. Kombinasi antidiabetika oral dengan insulin
6. Lima besar kombinasi dengan kelas terapi lain

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi penulis
Sebagai sarana dalam mengaplikasikan ilmu yang didapat selama masa
perkuliahan, menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai penyakit
diabetes mellitus serta dapat menganalisis peresepan obat yang diberikan pada
pasien diabetes mellitus.

1.4.2 Bagi akademik


Sebagai tambahan bacaan dan referensi di perpustakaan Poltekkes
Kemenkes Jakarta II Jurusan Farmasi serta dapat bermanfaat bagi yang membaca.

1.4.3 Bagi rumah sakit


Sebagai bahan pertimbangan Rumah Sakit dalam perencanaan, evaluasi
atau referensi tentang penggunaan obat antidiabetika

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


17

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diabetes Mellitus


Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemik yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. Hiperglikemik kronik pada diabetes berhubungan
dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh,
terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah.5
Tampak pada tabel 2.1 apabila puasa semalam, glukosa darah yang baik
adalah 80-109 mg/dL. Apabila gula darah pada saat puasa diatas 126 mg/dL dan 2
jam sesudah makan diatas 180 mg/dL, maka dapat dipastikan seseorang terkena
diabetes.

Tabel 2.1 Kriteria Pengendalian DM.3

Pemeriksaan Pengendalian DM
Baik Sedang Buruk
Glukosa Darah
(mg/dL)
- GDP 80-109 110-125 > 126

- GD2PP 80-144 145-179 > 180

HbA1C < 6,5 6,5-8 >8


Keterangan: GDP= Gula Darah Puasa, GD2PP= Gula Darah 2 Post Prandial, HbA 1c= Hemoglobin
A1c
2.1.1. Penyebab Diabetes
Diabetes mellitus disebabkan oleh kekurangan hormon insulin yang
berfungsi memungkinkan glukosa masuk ke dalam sel untuk dimetabolisir

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


18

(dibakar) dan demikian dimanfaatkan sebagai sumber energi. Akibatnya ialah


glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya diekskresikan
lewat kemih tanpa digunakan (glycosuria). Karena itu, produksi kemih sangat
meningkat dan penderita sering berkemih, merasa amat haus, berat badan
5
menurun dan merasa lelah.
Penyebab lain terjadinya diabetes adalah:
1. Faktor keturunan
4
Bila orang tuanya menderita diabetes maka anak-anaknya cenderung
menderita diabetes juga.
2. Faktor kegemukan
Pada kegemukan, tubuh akan mengalami gangguan dalam menggunakan
insulin yang dibuat tubuh itu sendiri. Keadaan inilah yang dinamakan sebagai
“resistensi insulin”. Pada insulin yang resisten, pankreas akan terus membuat
semakin banyak insulin untuk menurunkan glukosa darah, namun tubuh tidak
memberikan respons sebagaimana mestinya.7
3. Faktor usia
Diabetes lebih sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Hal tersebut
disebabkan karena perubahan gaya hidup yang tidak baik.
4. Faktor kurang gerak badan
Ketidakseimbangan antara jumlah asupan makanan dengan aktivitas fisik
yang dikeluarkan dapat mengakibatkan diabetes.
5. Faktor infeksi virus
Beberapa virus dapat menghancurkan sel-sel pankreas yang menghasilkan
insulin. Virus yang dicurigai adalah virus Coxsackie-B, Epstein Barr, morbili
(measles) dan virus parotitis.6

2.1.2 Diagnosa diabetes melitus


Diagnosis diabetes melitus baru didasarkan atas pemeriksaan kadar
glukosa darah dan tidak dapat ditegakkan hanya atas dasar adanya glukosuria saja.
Untuk diagnosis diabetes, pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.
Diagnosis diabetes dipastikan bila :

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


19

1. Terdapat keluhan khas diabetes (poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan


berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya) disertai dengan suatu nilai
pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa darah sewaktu ≥ 200 6

mg/dL atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dL)


2. Terdapat keluhan khas yang tidak lengkap atau terdapat keluhan tidak khas
(lemah, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi, pruritus vulvae)
disertai dengan dua nilai pemeriksaan glukosa darah tidak normal (glukosa
darah sewaktu ≥ 200 mg/dl atau glukosa darah puasa ≥ 126 mg/dl yang
diperiksa pada hari yang sama atau pada hari yang berbeda).8

2.1.3 Gejala diabetes melitus


Diabetes sering diketahui sesudah ada komplikasi seperti stroke, PJK,
dsb. Namun, gejala dan tanda-tanda penyakit diabetes melitus dapat digolongkan
menjadi gejala akut dan gejala kronik.
1. Gejala akut, meliputi banyak makan (polifagia), banyak minum (polidipsia),
banyak kencing (poliuria) berat badan turun dengan cepat
2. Gejala kronik, meliputi kulit terasa panas, terasa tebal dikulit, mudah
mengantuk, mata kabur, gatal disekitar kemaluan, gigi mudah goyah dan
mudah lepas. 9

Selain meningkatnya kadar gula dalam darah, penyakit diabetes juga


memiliki ciri adanya gula dalam kemih (glycosuria) sehingga penderita diabetes
banyak berkemih karena glukosa yang diekskresikan mengikat banyak air.
Akibatnya timbul rasa sangat haus, kehilangan energi, turunnya berat badan dan
rasa letih.
Tubuh mulai membakar lemak untuk memenuhi kebutuhan energinya,
yang disertai dengan pembentukan zat–zat perombakan, antara lain aseton, asam
hidroksibutirat, dan diasetat sehingga membuat darah menjadi asam. Keadaan ini
sering terjadi pada diabetes tipe 1, dapat berbahaya karena menyebabkan pingsan.
Napas penderita diabetes sering kali berbau aseton 6

2.1.4. Klasifikasi diabetes melitus

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


20

1. Diabetes tipe I
Umumnya diabetes tipe I ini terjadi pada seseorang dengan usia dibawah
7
40 tahun, bahkan separuh dari pengidap penyakit ini didiagnosa pada saat mereka
berumur kurang dari 20 tahun.3
Pada tipe ini terdapat destruksi dari sel–beta pankreas, sehingga tidak
memproduksi insulin lagi dengan akibat sel–sel tidak dapat menyerap glukosa dari
darah. Karena itu kadar glukosa darah meningkat di atas sepuluh mmol/l, yakni
nilai ambang ginjal, sehingga glukosa berlebih dikeluarkan lewat urin bersama
banyak air (glikosuria). Penyebab terjadinya diabetes tipe I ini belum begitu jelas,
tetapi terdapat indikasi kuat bahwa jenis ini disebabkan oleh suatu infeksi virus
yang menimbulkan reaksi auto-imun. Akibatnya sel-sel pertahanan tubuh tidak
hanya membasmi virus melainkan juga merusak sel-sel Langerhans. Virus yang
dicurigai adalah virus Coxsackie, Epstein-Barr, Morbilli (measles) dan virus
parotitis. Pengobatan satu-satunya terhadap tipe I adalah pemberian insulin
seumur hidup. Oleh sebab itu, tipe I juga disebut IDDM (Insulin Dependent
Diabetes Mellitus).6

2. Diabetes tipe II
Diabetes tipe II adalah jenis yang paling banyak ditemukan (lebih dari
90%). Separuh dari kasus baru diabetes tipe II terjadi pada kelompok orang
berumur 55 tahun atau lebih.3 Diabetes tipe II ini tidak tergantung pada insulin
maka disebut juga NIDDM (Non-insulin Dependent Diabetes Mellitus) dan dapat
diobati dengan antidiabetika oral.
Penyebab diabetes tipe II ini karena penyusutan sel–sel beta yang
progresif serta penumpukan amiloid di sekitarnya. Sel–sel beta pada umumnya
masih aktif, tetapi sekresi insulinnya semakin berkurang. Selain itu, kepekaan
reseptornya juga menurun, sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel
insulin dan akibatnya gula darah meningkat (hiperglikemia).6
Kekerapan diabetes tipe II akan meningkat disebabkan oleh berbagai hal
misalnya bertambahnya usia harapan hidup, berkurangnya kematian akibat infeksi
dan meningkatnya faktor risiko yang disebabkan oleh gaya hidup yang salah
seperti kegemukan, kurang gerak dan pola makan yang tidak sehat.8

3. Diabetes tipe lain

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


21

Kelainan pada diabetes tipe lain ini adalah akibat kerusakan atau kelainan
fungsi kelenjar pankreas yang dapat disebabkan oleh obat - obatan, zat kimia, atau
penyakit pada kelenjar tersebut.7
8

4. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional adalah diabetes yang terjadi pada saat kehamilan
dan menjadi normal kembali setelah persalinan.7 Secara umum, DM pada
kehamilan dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
a. DM yang memang sudah diketahui sebelumnya dan kemudian menjadi hamil
(Diabetes Melitus Hamil/DMH)
b. DM yang baru ditemukan saat hamil (Diabetes Melitus Gestasional/DMG).5

2.2. Pengobatan Diabetes Mellitus


2.2.1. Pengobatan Non Farmakologis
Pengobatan non farmakologis pada dasarnya ditujukan sebagai langkah
pencegahan. Pengobatan ini dapat mengontrol penyakit diabetes mellitus sehingga
penggunaan dengan obat dapat diturunkan dosisnya. Pengobatan non
farmakologis ini mencakup pengaturan pola makan, latihan fisik dan edukasi
berbagai masalah yang terkait tentang penyakit diabetes mellitus.5

2.2.2. Pengobatan Farmakologis


Pengobatan farmakologis ini digunakan apabila pengobatan non
farmakologis tidak berhasil menurunkan kadar glukosa darah sampai batas normal
1. Pengobatan dengan antidiabetika oral
Umumnya antidiabetika oral banyak digunakan pada penderita diabetes
tipe II. Tujuan pengobatannya adalah untuk memelihara konsentrasi glukosa darah
dalam batas normal dan untuk mencegah timbulnya komplikasi penyakit jangka
waktu yang lama. Pengurangan berat badan, latihan dan pengaturan pola makan
dapat menurunkan resistensi insulin dan memperbaiki hiperglikemia pada
beberapa penderita.
Antidiabetika oral dibagi menjadi 6 yaitu:
a. Sulfonilurea

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


22

Mekanisme kerja golongan sulfonilurea adalah dengan merangsang sel


beta pankreas untuk melepaskan insulin yang tersimpan, sehingga hanya
9
bermanfaat pada pasien yang masih mampu mensekresi insulin. Golongan obat ini
tidak dapat dipakai pada diabetes melitus tipe I.5
Sulfonilurea mempunyai dua generasi, generasi pertama terdiri dari
tolbutamid, tolazamid, asetoheksimid dan klorpropamid. Generasi kedua yang
potensi hiperglikemik lebih besar terdiri dari glibenklamid, glipizid, gliklazid dan
1
glimepirid. Plasma-t -nya berkisar antara 4-5 jam (tolbutamid, glipizid), 6-7 jam
2
(glibenklamid) sampai 10 jam (glikazid) atau lebih dari 30 jam (klorpropamid).6
Efek samping yang terjadi pada penggunaan penggunaan obat ini adalah
hipoglikemia. Efek samping lain, reaksi alergi jarang sekali terjadi, mual, muntah,
diare, gejala hematologik, susunan saraf pusat, mata, dan sebagainya.10
Efek akut obat golongan sulfonilurea berbeda dengan efek pada
pemakaian jangka lama. Glibenklamid misalnya mempunyai masa paruh 4 jam
pada pemakaian akut, tetapi pada pemakaian jangka lama > 12 minggu, masa
paruhnya memanjang sampai 12 jam. (Bahkan sampai > 20 jam pada pemakaia
kronik dengan dosis maksimal). Karena itu dianjurkan untuk memakai
glibenklamid sehari sekali. Glibenklamid menurunkan glukosa darah puasa lebih
besar daripada glukosa sesudah makan, masing-masing sampai 36% dan 21%. 5
Sedangkan glimepirid sendiri digunakan sekali sehari dan dimetabolisme di hati
menjadi metabolit inaktif. Pemakaian pada non-lansia biasanya dosis awal
diberikan sebanyak 1-2 mg dan untuk dosis terapi sebanyak 2 mg serta pada lansia
dosis awal sebanyak 0,5-1 mg dan untuk dosis terapi sama dengan dosis yang
diberikan pada non-lansia. 11
Contoh obat golongan ini adalah tolbutamida, klorpropamida,
glibenklamida.

b. Glinid
Mekanisme kerja golongan ini juga melalui reseptor sulfonilurea dan
mempunyai struktur yang mirip dengan sulfonilurea, perbedaannya adalah pada
masa kerjanya yang lebih pendek. Mengingat lama kerjanya yang pendek maka
glinid digunakan sebagai obat prandial. Repaglinid dan nateglinid kedua-duanya

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


23

diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan cepat dikeluarkan
melalui metabolisme dalam hati sehingga diberikan dua sampai tiga kali sehari.5
Golongan antidiabetika oral ini merangsang insulin dengan menutup
10
kanal K yang ATP-independent di sel beta pankreas.10

Contoh obat golongan ini adalah repaglinid dan nateglinid 10

c. Tiazolidindion
Mekanisme kerja dari golongan ini yaitu mengurangi resistensi insulin
dan meningkatkan sensitivitas jaringan perifer untuk insulin. Oleh karena ini,
penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan otot meningkat. Efeknya ialah
kadar insulin, glukosa dan asam lemak bebas dalam darah menurun, begitu pula
glukoneogenesis dalam hati.6 Frekuensi pemberian pioglitazon untuk dosis awal
sebanyak 15-30 mg satu kali sehari ditingkatkan menjadi 45 mg sekali sehari
disesuaikan dengan respon. Sedangkan untuk rosiglitazon dosis awal, 4 mg sehari,
jika digunakan tunggal atau kombinasi dengan metformin dapat ditingkatkan
menjadi 8 mg sehari (dalam 1 atau 2 dosis terbagi) setelah 8 minggu disesuaikan
dengan respon. 12
Efek samping penggunaan obat golongan ini yaitu peningkatan berat
badan, edema, menambah volume plasma dan memperburuk gagal jantung
kongestif.10
Contoh obat golongan ini adalah rosiglitazon dan pioglitazon 10

d. Biguanida
Sebenarnya dikenal 3 jenis ADO dari golongan biguanid yaitu fenformin,
buformin, dan metformin tetapi yang pertama telah ditarik dari peredaran karena
sering menyebabkan asidosis laktat. Saat ini golongan biguanida yang paling
banyak digunakan adalah metformin 10
Mekanisme kerja dari golongan ini adalah memperbaiki sensitivitas
insulin, terutama menghambat pembentukan glukosa dalam hati serta menurunkan
kolesterol-LDL dan trigliserida, menekan nafsu makan serta dan tidak

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


24

meningkatkan berat badan.6 Frekuensi pemberian obat golongan ini yaitu 1 – 3


kali sehari, dengan dosis harian 250 mg sampai 3000 mg. 5
Efek samping yang terjadi adalah gangguan lambung usus, antara lain
mual, muntah, diare, dan ketosis.10

11

e. Penghambat glukosidase alfa


Mekanisme kerja dari golongan ini yaitu menghambat enzim α
glukosidase di mukosa duodenum, sehingga reaksi penguraian polisakarida
menjadi monosakarida terhambat. Dengan demikian glukosa dilepaskan lebih
lambat dan absorpsinya di dalam darah juga lambat, sehingga dapat menghindari
puncak kadar gula dalam darah.6 Frekuensi pemberian golongan obat ini adalah 3
kali sehari dengan dosis harian 100-300 mg. 5
Efek samping yang timbul dari penggunaan obat ini adalah akibat
maldigesti karbohidrat berupa gejala gastrointestinal seperti meteorismus, flatulen
dan diare.5
Contoh obat golongan ini adalah akarbose dan miglitol 6

f. Penghambat Dipeptidyl peptidase 4 (DPP-4 blockers)


Mekanisme kerja dari golongan ini yaitu menurunkan efek incretin.
Incretin berperan utama terhadap produksi insulin di pankreas dan yang terpenting
yaitu glucagon-like peptide (GLPI) dan glucose–dependent insulinotropic
polypeptide (GIP). Dengan penghambatan enzim ini, senyawa gliptin mengurangi
penguraian dan inaktivitasi incretin, sehingga kadar insulin akan meningkat.6
Efek samping dari penggunaan obat ini adalah nasofaringitis,
peningkatan risiko infeksi saluran kemih dan sakit kepala.5
Contoh obat dari golongan ini adalah sitagliptin dan vildagliptin 6

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih obat hiperglikemik oral:


a. Terapi dimulai dengan dosis rendah yang kemudian dinaikkan secara
bertahap.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


25

b. Harus diketahui betul bagaimana cara kerja, lama kerja dan efek samping
obat-obat tersebut.
c. Bila memberikannya bersama obat lain, pikirkan kemungkinan adanya
interaksi obat.
d. Pada kegagalan sekunder terhadap obat hiperglikemik oral, usahakanlah
menggunakan obat oral golongan lain, bila gagal, baru beralih kepada insulin.
12
e. Usahakan agar harga obat terjangkau oleh pasien.

2. Pengobatan dengan insulin


a. Insulin .
Insulin adalah hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino,
dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada
rangsangan pada sel beta, insulin disintetis dan kemudian disekresikan ke dalam
darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi glukosa darah.
Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (prekursor hormon
insulin) pada retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase,
preproinsulin mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang
kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung dalam sel tersebut. Proinsulin
diurai menjadi insulin dan peptida-C (C-peptide) yang keduanya sudah siap untuk
disekresikan secara bersamaan melalui membran sel.5

b. Mekanisme kerja insulin


Target organ utama insulin dalam mengatur kadar glukosa adalah hepar,
otot, dan adiposa. Efek anabolik insulin meliputi stimulasi, utilisasi, dan
penyimpanan glukosa, asam amino, asam lemak intrasel. Sedangkan proses
katabolisme (pemecahan glikogen, lemak, dan protein) dihambat.10

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


26

13
Gambar 2.1 Mekanisme Kerja Insulin. 13

c. Jenis – jenis Insulin


Secara umum insulin terbagi menjadi:
1. Insulin kerja singkat (Short acting)
Merupakan insulin reguler yang satu-satunya insulin jernih. Mula kerja
insulin reguler ini 30 menit mencapai puncaknya 1-3 jam kemudian dan bertahan
7-8 jam.6
Contoh insulin jenis ini adalah Actrapid, Humulin R 8
2. Insulin kerja sedang (medium acting)
Insulin jenis ini mulai menurunkan glukosa darah dalam waktu 2 jam
setelah pemberian dan melanjutkan kerjanya selama 10-12 jam. Insulin ini dapat
terus aktif sampai dengan 24 jam.7
Contoh insulin jenis ini adalah Monotard, Insulatard, Humulin N 8

3. Insulin kerja cepat (rapid acting)


Insulin jenis ini mulai menurunkan glukosa darah dalam waktu 5 menit
setelah diberikan, waktu puncak sekitar 1 jam dan tidak aktif dalam 3 jam.7
Contoh insulin jenis ini adalah Novorapid, Humalog dan Apidra 8

4. Insulin kerja panjang


Insulin jenis ini mula kerjanya setelah 6 jam dan akan bertahan selama 24
jam. Insulin ini diciptakan untuk mengendalikan secara terus menerus dan yang
membutuhkan hanya satu kali suntik per hari.7
Contoh insulin jenis ini adalah Glargine (Lantus), Detemir (Levemir).8

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


27

14

2.3. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur


1 Zat aktif peresepan Lembar Jumlah dan persentasi (%)
antidiabetika antidiabetika oral resep dari:
oral yang ditulis dokter 1. Metformin
berdasarkan zat yang 2. Glibenklamide
dikandungnya 3. Glikazide
4. Glimepiride
2 Nama generik Nama generik yang Lembar Jumlah dan persentasi (%)
diresepkan resep dari:
1. Metformin
2. Glimepiride
3. Glibenklamide
4. Dan lain-lain
3 Nama dagang Nama dagang yang Lembar Jumlah dan persentasi (%)
diresepkan resep dari:
1. Glucophage
2. Glurenorm
3. Amaryl
4. Glucobay
5. Dan lain-lain

4 Golongan Peresepan Lembar Jumlah dan persentase (%)


antidiabetika antidiabetika oral resep dari:
oral yang ditulis oleh 1. Sulfonilurea
dokter berdasarkan 2. Glinid
mekanisme kerjanya 3. Tiazolidindion
4. Biguanida
5. Penghambat alfa
glukosidase
6. Penghambat DPP4
5 Kombinasi Gabungan dari 2, 3, Lembar Jumlah dan persentase (%)
antar atau 4 golongan resep dari:
golongan antidiabetika 1. Sulfonilurea +
antidiabetika Biguanida
oral 2. Sulfonilurea + Glinid
3. Tiazolidindion +
penghambat DPP4

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


28

15
6 Insulin Insulin yang Lembar Jumlah dan persentase (%)
diresepkan dengan resep dari:
nama generik 1. Novomix-30
maupun dengan 2. Novorapid
nama dagang 3. Lantus

7 Kombinasi kelas terapi obat lain Lembar Jumlah dan persentase (%)
dengan kelas yang diresepkan resep dari:
terapi lain bersamaan dengan 1. Antihipertensi
obat antidiabetika 2. Obat kardiovaskuler
3. Obat mempengaruhi
darah
4. Multivitamin
5. Dan lain-lain

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan
menggunakan pengambilan data primer yang diperoleh dari lembar resep pada
periode Januari – Maret 2016 dari rekam medik pasien.

3.2. Tempat dan Waktu Pengambilan Data


Penambilan data dilaksanakan di Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok
Kopi dan pengambilan data dilakukan pada bulan Mei 2016.

3.3. Populasi dan Sampel


3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lembar resep yang mengandung
antidiabetika di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi
Periode Januari – Maret 2016.

3.3.2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini menggunakan total sampling dari seluruh
lembar resep yang mengandung antidiabetika pada periode Januari – Maret 2016.

3.4. Cara Pengumpulan Data


1. Mengumpulkan semua lembar resep yang berasal dari pasien di Instalasi
Farmasi Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi Periode Januari – Maret
2016.
2. Mencatat semua data yang ada pada lembar resep obat untuk pasien Diabetes
Mellitus yang meliputi usia, jenis kelamin, zat aktif obat antidiabetika, nama
generik dan nama dagang, golongan obat antidiabetika serta golongan obat
lain yang diresepkan bersama dengan obat andiabetika.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


30

17

3.5. Analisis Data dan pengolahan data


16
Langkah yang dilakukan untuk mengetahui Profil peresepan obat
antidiabetika pada Pasien Rawat Jalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam
Jakarta Pondok Kopi Periode Januari – Maret 2016 adalah sebagai berikut :
1. Mendata semua obat pada lembar resep pasien di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi yang mengandung obat antidiabetika.
2. Menghitung jumlah dan presentase obat antidiabetika berdasarkan usia dan
jenis kelamin.
3. Menghitung jumlah dan presentase obat antidiabetika berdasarkan zat aktif
obat.
4. Menghitung jumlah dan presentase obat antidiabetika berdasarkan nama
generik dan nama dagang.
5. Menghitung jumlah dan presentase obat antidiabetika berdasarkan golongan
obat.
6. Menghitung jumlah dan presentase obat lain yang banyak diresepkan
bersama obat antidiabetika.
7. Menyusun dan menyajikan seluruh data ke dalam bentuk tabel.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


31

BAB IV
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK
KOPI

4.1. Sejarah Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi


Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi terletak di Jalan Raya Pondok
Kopi, Jakarta Timur 13640. Pada awal berdirinya, RS Islam Jakarta Pondok Kopi
bernama RS Islam Jakarta wilayah Jakarta Timur yang kegiatan operasional
sehari-harinya diserahkan kepada YRSIJ (Yayasan Rumah Sakit Islam Jakarta)
oleh seorang penanggung jawab operasional Ibu Dr. H. Atikah M. Zaki.
Pada tanggal 12 Desember 1986 diresmikan cabang dari RS Islam Jakarta
di wilayah Jakarta Timur dengan nama RS Islam Jakarta Cabang Klender oleh
Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Bapak R. Soeprapto. Pelayanan
kesehatan yang diberikan masih terbatas pada pelayanan rawat jalan, yaitu: Unit
Gawat Darurat, Klinik Umum, Klinik Gigi, Klinik Anak, Klinik Penyakit Dalam,
Klinik Kebidanan, Klinik Bedah dan Unit Farmasi.
Pada tahun 1993, RS Islam Jakarta Cabang Klender dinyatakan berdiri
sendiri dan mendapat izin operasional dari Dirjen Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan RI berdasarkan kepurtusan tanggal 11 Maret 1993 Nomor
0103/YANMED/RSKS/SK/II/1993. Selanjutnya RS Islam Jakarta Cabang
Klender berganti nama menjadi RS Islam Jakarta Timur.
Pada tanggal 8 September 2004, berdasarkan keputusan YRSIJ Nomor:
028/SK-YRSIJ/IV.F/2.a/2004 tentang Penetapan Istilah Nama Baku Rumah Sakit
Islam Jakarta di Lingkungan Yayasan RS Islam Jakarta, RS Islam Jakarta Cabang
Klender berubah nama menjadi RS Islam Jakarta Pondok Kopi.
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehtatan RI Nomor:
HK.03.05/1/1543/12 yang ditetapkan pada tanggal 23 Agustus 2012, RS Islam
Jakarta Pondok Kopi merupakan rumah sakit Tipe B dan berfungsi sebagai sarana
pendidikan.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


32

RS Islam Jakarta Pondok Kopi memiliki slogan “Bekerja sebagai Ibadah,


19
Ihsan dalam Pelayanan”. Hal tersebut terwujud dalam kebijakan mutu RS Islam
Jakarta Pondok Kopi untuk memberikan pelayanan berkualitas yang dilakukan

dengan bekerja sepenuh hati, teliti, tepat waktu, tertib, sabar, benar, jujur,
18
dan ikhlas.

4.2.Visi dan Misi Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi Jakarta
4.2.1 Visi
Menjadi rumah sakit yang berkualitas dan menjadi kepercayaan
masyarakat, yang peduli kepada kaum dhuafa dan Pusat Pengkaderan
Persyarikatan Muhammadiyah di bidang kesehatan se-Jakarta Timur dan
sekitarnya.
4.2.2 Misi
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional kepada seluruh lapisan
masyarakat secara adil dan ihsan
2) Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan dengan
mempertimbangkan ilmu pengetahuan dan tehnologi agar pelayanan mampu
bersaing di era globalisasi
3) Menyelenggarakan pelatihan, penelitian dan pengembangan manajemen yang
berkesinambungan untuk menghasilkan SDI yang memiliki kompetensi dan
berahlak mulia.14

4.3 Visi, Misi dan Tujuan Instalasi Farmasi


4.3.1 Visi
Menjadi Instalasi Farmasi yang profesional sesuai standar Rumah Sakit
Islam Jakarta Pondok Kopi
4.3.2 Misi
Memberikan pelayanan kefarmasian termasuk pelayanan farmasi klinik
yang professional islami baik dari aspek manejemen maupun teknik dengan
berorientasi kepada pasien, berwawasan lingkungan dan keselamatan kerja kode
etik farmasi.
4.3.3 Tujuan
Pelayanan Instalasi Farmasi RSIJ Pondok Kopi bertujuan untuk:

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


33

a. Melangsungkan pelayanan farmasi yang professional islami baik dalam


20
keadaan biasa maupun dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan
pasien maupun fasilitas yang tersedia
b. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional sesuai peraturan
perundang-undangan dan tuntunan ajaran agama islam dengan tidak
membedakan agama, golongan dan kedudukan.
c. Melaksanakan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) mengenai obat.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


34

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengolahan data yang penulis lakukan
terhadap peresepan antidiabetika di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Islam
Jakarta Pondok Kopi periode Januari–Maret tahun 2016, maka didapatkan data
sebagai berikut:

Tabel 5.1. Peresepan Antidiabetika Oral Berdasarkan Zat Aktif

Zat Aktif Bulan (R/) Jumlah Persentase


No.
Antidiabetika Oral Jan Feb Mar (R/) (%)
1. Metformin 116 96 100 312 44,57
2. Acarbose 41 49 31 121 17,29
3. Glimepiride 35 43 31 109 15,57
4. Gliquidon 29 13 21 63 9,00
5. Gliklazid 7 15 15 37 5,29
6. Pioglitazon 8 12 7 27 3,86
7. Linagliptin 6 4 7 17 2,43
8. Glibenklamid 3 2 3 8 1,14
9. Sitagliptin 1 2 0 3 0,43
10. Saxagliptin 1 0 1 2 0,29
11. Vildagliptin 0 0 1 1 0,14
Jumlah 247 236 217 700 100,00

Pada tabel 5.1 diperoleh jumlah R/ dan persentase antidiabetika oral


berdasarkan zat aktif yang paling banyak diresepkan adalah antidiabetika oral
metformin yaitu sebanyak 312 R/ (44,57%).

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


35

22

Tabel 5.2. Peresepan Antidiabetika Oral Berdasarkan Nama Generik Dan


Nama Dagang 21

No Jenis Jumlah (R/) Persentase (%)


1 Nama Generik 424 57,14
2 Nama Dagang 318 42,86
Jumlah 742 100,00

Pada tabel 5.2 diperoleh jumlah R/ dan persentase antidiabetika oral


berdasarkan nama generik dan nama dagang yang paling banyak diresepkan
adalah obat berdasarkan nama generik yaitu sebanyak 424 R/ (57,14%).

Tabel 5.3. Peresepan Antidiabetika Oral Berdasarkan Golongan

Golongan Bulan (R) Jumlah Persentase


No
Antidiabetika Oral Jan Feb Mar R/ (%)
1. Biguanid 116 96 100 312 44,57
2. Sulfonilurea 74 73 70 217 31,00
Penghambat enzim
3. 41 49 31 121 17,29
α glikosidase
4. Tiazolidindion 8 12 7 27 3,86
5. Penghambat DPP4 8 6 9 23 3,29
Jumlah 247 236 217 700 100,00
Keterangan: DPP4 = Dipeptidyl peptidase 4

Pada tabel 5.3 diperoleh jumlah dan persentase golongan antidiabetika


oral yang paling banyak diresepkan adalah biguanid yaitu sebanyak 312 R/
(44,57%).

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


36

23

Tabel 5.4. Lima Besar Kombinasi Antar Golongan Antidiabetika Oral

No Kombinasi Antar Golongan Bulan (R/) Jumlah Persentase


R/ (%)
Jan Feb Mar
1. Sulfonilurea + Biguanida 18 30 12 60 51,72
2. Penghambat enzim α 6 9 4 19 16,38
glukosidase + Sulfonilurea
3. Penghambat enzim α 5 7 3 15 12,93
glukosidase + Sulfonilurea +
Biguanida
4, Penghambat enzim α 6 2 4 12 10,34
glukosidase + Biguanida
5. Sulfonilurea + Biguanid + 2 2 6 10 8,62
DPP4
Jumlah 37 50 29 116 100,00
Keterangan: R/ = Lembar resep, DPP4 = Dipeptidyl peptidase 4

Pada tabel 5.4 diperoleh jumlah dan persentase lembar resep kombinasi
antar golongan antidiabetika oral yang paling banyak diresepkan adalah
kombinasi antar golongan sulfonilurea dan biguanida sebanyak 60 lembar resep
(51,72%).

Tabel 5.5. Kombinasi Golongan Antidiabetika Oral Dan Insulin

No Kombinasi golongan ADO dan Bulan (R/) Jumlah Persentase


Insulin Jan Feb Mar R/ (%)
1. Kerja Panjang + Biguanid + 21 11 5 37 69,81
Sulfonilurea + Penghambat α
Glukosidase + Tiazolidindion +
DPP4
2. Kerja Cepat + Penghambat α 4 4 3 11 20,75
Glukosidase + Biguanid + DPP4
3. Kerja Campuran + Biguanid 2 2 1 5 9,43
Jumlah 27 17 9 53 100,00
Keterangan: R/ = Lembar resep, DPP4 = Dipeptidyl peptidase 4

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


37

Pada tabel 5.5 diperoleh jumlah dan persentase lembar resep kombinasi
24
golongan antidiabetika oral dan insulin yang paling banyak diresepkan adalah
dengan kombinasi insulin kerja panjang yaitu sebanyak 37 R/ (69,81%).
Tabel 5.6. Lima Besar Obat Lain yang Diresepkan Bersama Dengan
Antidiabetika Oral Berdasarkan Kelas Terapi

Bulan (R/) Jumlah Persentase


No Nama Obat Lain
Jan Feb Mar (R/) (%)
1. Obat Kardiovaskular 80 70 78 228 35,85
2. Obat Saluran Cerna 68 29 27 124 19,50
3. Vitamin dan mineral 35 32 37 104 16,35
4. Antikolesterol 32 27 31 90 14,15
5. Antimikroba 41 29 20 90 14,15
Jumlah 256 187 193 636 100,00

Pada tabel 5.6 diperoleh jumlah dan persentase obat lain yang paling
banyak diresepkan bersama dengan antidiabetika oral berdasarkan kelas terapi
adalah obat kardiovaskuler yaitu sebanyak 228 R/ (35,85%)

5.2 Pembahasan
Hasil yang didapatkan berdasarkan penelitian mengenai peresepan
antidiabetika pada pasien di Apotek Rawat Jalan Rumah Sakit Islam Jakarta
Pondok Kopi periode Januari – Maret tahun 2016 berdasarkan tabel 5.1 yaitu
jumlah dan persentase terbanyak peresepan berdasarkan zat aktif adalah
metformin yaitu sebanyak 312 R/ (44,57%). Metformin adalah satu-satunya
golongan biguanid yang tersedia. Metformin terdapat dalam konsentrasi yang
tinggi di dalam usus dan hati, tidak dimetabolisme tetapi secara cepat dikeluarkan
melalui ginjal. Proses tersebut berjalan dengan cepat sehingga metformin biasanya
diberikan dua sampai tiga kali sehari kecuali dalam bentuk extended release.
Setelah diberikan secara oral, metformin akan mencapai kadar tertinggi dalam
darah setelah 2 jam dan diekskresi lewat urin dalam keadaan utuh dengan waktu
paruh 2,5 jam.5
Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui antidiabetika yang paling banyak
diresepkan adalah berdasarkan nama generik yaitu sebanyak 424 R/ (57,14%).

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


38

Obat Generik adalah obat dengan nama resmi International Non Propietary
Names (INN) yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia atau buku standar
lainnya untuk zat berkhasiat yang dikandungnya. Pada prinsipnya, tidak ada
perbedaan dalam hal mutu, khasiat dan keamanan antara obat generik dengan obat
bermerek, maupun obat paten dengan kandungan zat aktif yang sama. Sehingga
memiliki indikasi obat, dosis, dan efek samping yang sama.
Berdasarkan tabel 5.3 golongan antidiabetika yang paling banyak
diresepkan adalah golongan biguanid yaitu sebanyak 312 R/ (44,57%).
Penggolongan antidiabetika oral di apotek rawat jalan Rumah Sakit Islam Jakarta
Pondok Kopi terdiri dari enam golongan meliputi golongan biguanid, sulfoniurea,
glinid, penghambat enzim α-glukosidase, tiazolidindion dan penghambat DPP4.
Hal ini karena golongan biguanid bekerja menghambat glukoneogenesis dan
meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan.12 Golongan biguanid terdiri dari
metformin. Metformin bekerja menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya
terhadap kerja insulin pada tingkat seluler, distal reseptor insulin dan menurunkan
produksi glukosa hati. Metformin meningkatkan pemakaian glukosa oleh sel usus
sehingga menurunkan glukosa darah serta menghambat absorbsi glukosa di usus
sesudah asupan makan. Metformin tidak memiliki efek stimulasi pada sel beta
pankreas sehingga tidak mengakibatkan hipoglikemia dan penambahan berat
badan5
Berdasarkan tabel 5.4 kombinasi antar golongan antidiabetika oral yang
paling banyak diresepkan adalah golongan sulfonilurea dan biguanid sebanyak 60
lembar resep (51,72%). Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi sulfonilurea dan
biguanid merupakan kombinasi yang rasional karena mempunyai cara kerja
sinergis sehingga kombinasi ini dapat menurunkan glukosa darah lebih banyak
daripada pengobatan tunggal masing-masing, baik pada dosis maksimal keduanya
maupun pada kombinasi dosis rendah.5 Terapi kombinasi antar antidiabetika oral
harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang mempunyai mekanisme kerja
berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai, dapat pula diberikan
kombinasi tiga antidiabetika oral dari kelompok yang berbeda atau kombinasi
antidiabetika oral dengan insulin.15

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


26
39

Berdasarkan tabel 5.5 kombinasi golongan antidiabetika oral dan insulin


yang paling banyak diresepkan adalah dengan insulin kerja panjang yaitu
sebanyak 37 lembar resep (69,81%). Terapi kombinasi yaitu dengan memberikan
kombinasi dua atau tiga kelompok antidiabetika oral jika dengan obat tunggal
sasaran kadar glukosa darah belum tercapai. Dapat juga menggunakan kombinasi
antidiabetika oral dengan insulin apabila ada kegagalan pemakaian antidiabetika
oral baik tunggal maupun kombinasi. Insulin merupakan hormon polipeptida
dengan struktur kompleks. Insulin berperan mengatur metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein.12 Insulin bekerja menurunkan kadar gula darah dengan
menstimulasi pengambilan glukosa perifer dan menghambat produksi glukosa
hepatik.11 Insulin digolongkan menjadi insulin kerja singkat (short acting), insulin
kerja menengah (medium acting), insulin kerja cepat (rapid acting) dan insulin
kerja panjang. Levemir termasuk ke dalam golongan insulin kerja panjang. Insulin
jenis ini mula kerjanya setelah 6 jam dan akan bertahan selama 24 jam. Insulin ini
diciptakan untuk mengendalikan secara terus menerus dan yang membutuhkan
hanya satu kali suntik per hari.7
Berdasarkan tabel 5.6 obat lain yang diresepkan bersamaan dengan
antdiabetika yang paling banyak digunakan adalah obat kardiovaskuler yaitu
sebanyak 228 R/ (35,85%). Menurut American Heart Association (AHA) pada
Mei 2012, paling kurang 65% penderita DM meninggal akibat penyakit jantung
atau stroke. Selain itu, orang dewasa yang menderita DM berisiko dua sampai
empat kali lebih besar terkena penyakit jantung dari pada orang yang tidak
menderita DM. Mekanisme terjadinya penyakit jantung koroner sangatlah
kompleks dikaitkan dengan adanya aterosklerosis yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti hipertensi, hiperglikemia, dislipidemia, merokok, riwayat keluarga
serta obesitas.16
Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama
disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau
spasme atau kombinasi keduanya. Hasil laporan riskesdas 2007 menunjukkan
bahwa prevalensi nasional penyakit jantung adalah 7,2%. 17
Penyakit diabetes dengan kadar gula yang tinggi dapat merusak organ
dan jaringan pembuluh darah, hal tersebut menyebabkan arteri menyempit dan

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


40

sulit mengembang sehingga dapat memicu terjadinya hipertensi. Setiap tekanan 5


mmHg tekanan darah sistolik atau diastolik akan meningkatkan risiko penyakit
kardiovaskular sebesar 20-30% pada penderita diabetes.18

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan peresepan antidiabetika di Apotek Rawat
Jalan Rumah Sakit Islam Pondok Kopi periode Januari – Maret tahun 2016, dapat
disimpulkan berdasarkan data sebagai berikut:
1. Peresepan antidiabetika berdasarkan zat aktif yang terbanyak adalah metformin
yaitu sebanyak 312 R/ (44,57%).
2. Antidiabetika berdasarkan nama obat terbanyak adalah dengan menggunakan
nama generik yaitu sebanyak 424 R/ (57,14%)
3. Golongan antidiabetika terbanyak adalah golongan biguanid yaitu sebanyak
312 R/ (44,57%).
4. Kombinasi antar golongan antidiabetika terbanyak adalah golongan
sulfonilurea dan biguanid sebanyak 60 lembar resep (51,72%).
5. Kombinasi golongan antidiabetika dan insulin terbanyak adalah dengan insulin
kerja panjang sebanyak 37 R/ lembar resep (69,81%).
6. Peresepan obat lain bersama dengan antidiabetika terbanyak adalah obat
kardiovaskuler yaitu sebanyak 228 R/ (35,85%).

6.2 Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya tidak hanya melihat dari lembar resep
saja tetapi juga melihat dari rekam medik pasien.
2. Semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan perencanaan dan
pengadaan obat Diabetes Mellitus di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam
Jakarta Pondok Kopi pada periode selanjutnya.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


41

28

DAFTAR PUSTAKA

1. 27 kematian nomor 6 di dunia. Kemenkes


Anonim. Diabetes melitus penyebab
Dikutip www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2383. Diakses pada tanggal
6 Oktober 2015.

2. Tandra H. Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang diabetes. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama; 2008.

3. Darmowidjojo B, Yunir E, Ilyas EI, Rahajeng E, Semiardji G, Subekti I, dkk.


Hidup sehat dengan diabetes. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2007. h. 7, 58

4. Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan


Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Kemenkes RI; 2013.

5. Purnamasari D, Adam JMF, Soegondo S, Manaf A, Tjokroprawiro A,


Murtiwi S. Diabetes melitus. Dalam: Setiani S, Alwi I, Sudoyo AW,
Simadibrata M, Setyohadi B, Syam AF. Editor. Ilmu penyakit dalam. Jilid II
Edisi VI. Jakarta: Internal Publishing; 2014. h. 2323-2426.

6. Tan HT, Rahardja K. Obat – obat penting. Edisi 6. Jakarta: PT Gramedia;


2007. h. 738-51.

7. Soegondo S, Sukardji K. Hidup secara mandiri dengan diabetes melitus


kencing manis sakit gula. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2008. h. 3, 7, 106, 107.

8. Soegondo S. Penatalaksanaan diabetes melitus terpadu. Edisi kedua. Jakarta.


Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011. h. 18, 20,
114-15, 124.

9. Tjokroprawiro A. Hidup sehat dan bahagia bersama diabetes melitus. Jakarta:


Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. h. 6-8.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


42

10. Suherman SK. Insulin dan antidiabetik oral. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy
R, Nafrialdi, Elysabeth. Editor. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta:
Gaya Baru; 2007. h. 483-493

11. Yulinah E, Andrajati R, dkk. ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT ISFI Penerbitan;


29
2008.

12. Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI. Informatorium Obat Nasional
Indonesia. Jakarta; 2008.

13. Harrison’s principles of internal medicine, 17th. Dikutip dari


www.accessmedicine.com. Diakses pada tanggal 5 Februari 2016.

14. http://www.rumahsakitislam.com/ diakses pada tanggal 28 Mei 2016.

15. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). Konsensus pengelolaan


dan pencegahan DM tipe 2 di Indonesia. Jakarta; 2011.

16. American Heart Association (AHA). Cardiovascular Disease and Diabetes.


Di akses pada tanggal 31 Mei 2016.
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/Diabetes/WhyDiabetesMatter
s/Cardiovascular-Disease-Diabetes_UCM_313865_Article.jsp

17. Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan


Dasar (Riskesdas) 2007. Jakarta: Kemenkes RI; 2007.

18. Hongdiyanto A, Evaluasi kerasionalan pengobatan diabetes mellitus tipe 2


pada pasien rawat inap di RSUP PROF. Dr. R.D Kandou (Jurnal Ilmiah
Farmasi). Manado: UNSRAT; 2013.

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


43

Lampiran 1
Data Peresepan Antidiabetika Berdasarkan Zat Aktif

No Zat Aktif ADO Bulan Jumla Total Persentase


Jan Feb Mar h R/ (%)
R/
1 Metformin 312 44,57
Metformin 500 mg 84 66 66 216
Metformin 850 mg 6 4 7 17
Glucophage 500 mg 9 3 13 25
Glucophage 750 mg 2 2 2 6
Glucophage 850 mg 0 2 0 2
Benofomin 500 mg 14 15 11 40
Benofomin 850 mg 1 1 1 3
Glumin 0 3 0 3
Jumlah 116 96 100 312
2 Acarbose 121 17,29
Acarbose 50 mg 10 18 10 38
Acarbose 100 mg 11 12 9 32
Glucobay 50 mg 9 11 6 26
Glucobay 100 mg 7 4 6 17
Eclid 50 mg 4 4 0 8
Jumlah 41 49 31 121
3 Glimepirid 109 15,57
Glimepirid 1 mg 9 15 4 28
Glimepirid 2 mg 12 12 17 41
Glimepirid 3 mg 5 4 3 12
Glimepirid 4 mg 5 3 5 13
Amaryl 1 2 0 3
Friladar 2 mg 3 7 2 12
Jumlah 35 43 31 109
4 Gliquidon 63 9,00
Gliquidon 30 mg 9 4 6 19
Glurenorm 30 mg 20 9 15 44
Jumlah 29 13 21 63
5 Gliklazid 37 5,29
Diamicron MR 60 5 10 12 27
Glicab 0 3 2 5

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


44

Glucodex 80 mg 2 2 1 5
Jumlah 7 15 15 37
6 Pioglitazon 27 3,86
Deculin 15 mg 7 8 5 20
Deculin 30 mg 0 4 1 5
Actos 30 mg 1 0 1 2
Jumlah 8 12 7 27

7 Linagliptin 17 2,43
Trajenta 6 4 7 17

Jumlah 6 4 7 17
8 Glibenklamid 8 1,14
Glibenklamid 5 mg 3 2 3 8
Jumlah 3 2 3 8
9 Sitagliptin 3 0,43
Januvia 1 2 0 3
Jumlah 1 2 0 3
10 Saxagliptin 2 0,29
Onglyza 5 mg 1 0 1 2
Jumlah 1 0 1 2
11 Vildagliptin 1 0,43
Galvus 0 0 1 1
Jumlah 0 0 1 1
Total R/ 247 236 217 700 700 100,00

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


45

Lampiran 2
Data Peresepan Antidiabetika Berdasarkan Nama Generik

No Nama Generik Bulan Jumlah Persentase


Jan Feb Mar R/ (%)
1 Metformin 90 70 73 233 54.95
2 Glimepiride 31 34 29 94 22.17
3 Acarbose 21 30 19 70 16.51
4 Gliquidon 9 4 6 19 4.48
5 Glibenklamid 3 2 3 8 1.89
Total R/ 154 140 130 424 100.00

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


46

Lampiran 3
Data Peresepan Antidiabetika Berdasarkan Nama Dagang

No Nama Dagang Bulan Jumlah Persentase


Jan Feb Mar R/ (%)
1 Glurenorm 30 mg 20 9 15 44 13.84
2 Glucobay 16 15 12 43 13.52
3 Benofomin 15 16 12 43 13.52
4 Glucophage 11 7 15 33 10.38
5 Diamicron MR 60 5 10 12 27 8.49
6 Deculin 7 12 6 25 7.86
7 Kombiglyze 5 6 8 19 5.97
8 Trajenta 6 4 7 17 5.35
9 Friladar 2 mg 3 7 2 12 3.77
10 Galvusmet 1 5 5 11 3.46
11 Actosmet 4 5 1 10 3.14
12 Eclid 50 mg 4 4 0 8 2.52
13 Glicab 0 3 2 5 1.57
14 Glucodex 2 2 1 5 1.57
15 Glumin 0 3 0 3 0.94
16 Amaryl 1 2 0 3 0.94
17 Januvia 1 2 0 3 0.94
18 Actos 1 0 1 2 0.63
19 Onglyza 5 mg 1 0 1 2 0.63
20 Glucovance 0 1 1 2 0.63
21 Galvus 0 0 1 1 0.31
Jumlah R/ 103 113 102 318 100.00

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


47

Lampiran 4
Data Peresepan Antidiabetika Berdasarkan Golongan

No Golongan Bulan Jumla Total Persentase


Jan Feb Mar h R/ (%)
R/
1 Biguanid 312 44,57
Metformin 116 96 100 312
Jumlah 116 96 100 312
2 Sulfonilurea 217 31,00
Glimepirid 35 43 31 109
Gliquidon 29 13 21 63
Gliklazid 7 15 15 37
Glibenklamid 3 2 3 8
Jumlah 74 73 70 217
Penghambat α
3 Glukosidase 121 17,29
Acarbose 41 49 31 121
Jumlah 41 49 31 121
4 Tiazolidindion 27 3,86
Pioglitazon 8 12 7 27
Jumlah 8 12 7 27
5 Penghambat DPP4 23 3,29
Linagliptin 6 4 7 17
Vildagliptin 0 0 1 1
Sitagliptin 1 2 0 3
Saxagliptin 1 0 1 2
Jumlah 8 6 9 23
Total R/ 247 236 217 700 700 100,00

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


48

Lampiran 5
Data Peresepan Antidiabetika Berdasarkan Kombinasi Antar Golongan

No Kombinasi Antar Golongan Bulan Jumlah Persentase


Jan Feb Mar R/ (%)
1 Sulfonilurea + Biguanida 18 30 12 60 42,25
2 Sulfonilurea + Penghambat α
Glukosidase 6 9 4 19 13,38
3 Biguanida + Sulfonilurea +
Penghambat α 5 7 3 15 10,56
4 Biguanid + Penghambat α Glukosidase 6 2 4 12 8,45
5 Sulfonilurea + Biguanid + DPP4 2 2 6 10 7,04
6 Biguanida + DPP4 0 5 2 7 4,93
7 Sulfonilurea + Tiazolidindion 0 4 1 5 3,52
8 Biguanid + Tiazolidindion +
Penghambat α Glukosidase 3 1 0 4 2,82
9 Biguanida + Sulfonilurea +
Tiazolidindion 1 1 1 3 2,11
10 Biguanid + Tiazolidindion 1 1 1 3 2,11
11 Sulfonilurea + DPP4 0 0 1 1 0,70
12 Sulfonilurea + Biguanid +
Tiazolidindion + Penghambat α 0 0 1 1 0,70
13 Sulfonilurea + Tiazolidindion +
Penghambat α 0 1 0 1 0,70
14 Penghambat α Glukosidase +
Tiazolidindion 1 0 0 1 0,70
Total R/ 43 63 36 142 100,00

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


49

Lampiran 6
Data Peresepan Antidiabetika Berdasarkan Kombinasi Golongan ADO dan Insulin

No Kombinasi Golongan ADO dan Insulin Bulan Jumlah Persentase


Jan Feb Mar (lembar R/) (%)
1 Levemir + Biguanid 5 2 1 8 15.09
2 Lantus + Biguanid 5 2 0 7 13.21
3 Humalog + Penghambat α Glukosidase 3 2 1 6 11.32
4 Novomix + Biguanid 2 2 1 5 9.43
5 Levemir + Sulfonilurea 3 0 0 3 5.66
6 Lantus + Biguanid + Penghambat α 1 0 2 3 5.66
Glukosidase
7 Lantus + Penghambat α Glukosidase 2 1 0 3 5.66
8 Lantus + Sulfonilurea + Biguanid 1 2 0 3 5.66
9 Humalog + DPP4 1 2 0 3 5.66
10 Humalog + Biguanid 0 0 2 2 3.77
11 Levemir + Sulfonilurea + Tiazolidindion 0 1 1 2 3.77
12 Levemir + Sulfonilurea + Biguanid + 1 0 1 2 3.77
DPP4
13 Lantus + Sulfonilurea 2 0 0 2 3.77
14 Levemir + Biguanid + Sulfonilurea 0 2 0 2 3.77
15 Levemir + Sulfonilurea + Penghambat α 1 1 0 2 3.77
Glukosidase
Total R/ 27 17 9 53 100.00

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


50

Lampiran 7
Data Peresepan Antidiabetika Berdasarkan Kelas Terapi Lain

No Kelas Terapi Bulan Jumlah Persentase


Jan Feb Mar R/ (%)
1 OBAT KARDIOVASKULER
Amlodipin 10 mg 13 13 11 37 16.23
Amlodipin 5 mg 11 10 6 27 11.84
Candesartan 8 mg 7 7 7 21 9.21
Candesartan 16 mg 7 6 4 17 7.46
Aspilet Chewble 2 2 6 10 4.39
Adalat Oros 30 mg 2 4 2 8 3.51
Bisoprolol 5 mg 3 3 1 7 3.07
Nitrokaf 2,5 mg 3 3 1 7 3.07
ISDN 5 mg 3 0 3 6 2.63
Farsix 1 1 4 6 2.63
Nifedipin 10 mg 3 2 1 6 2.63
Canderin 16 mg 2 1 3 6 2.63
Canderin 8 mg 1 1 3 5 2.19
Diltiazem 30 mg 3 1 1 5 2.19
Captopril 25 mg 1 2 2 5 2.19
Irbesartan 1 1 3 5 2.19
Tanapres 10 mg 1 2 1 4 1.75
Norvask 3 1 0 4 1.75
Concor 2,5 mg 2 1 0 3 1.32
Tanapres 5 mg 1 0 2 3 1.32
Micardis 80 mg 1 1 1 3 1.32
Diovan 80 mg 1 0 2 3 1.32
Propanolol 10 mg 1 0 1 2 0.88
Cedocard 2 0 0 2 0.88
Diovan 160 mg 0 1 1 2 0.88
Intervask 5 mg 0 1 1 2 0.88

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


51

Lisinopril 0 1 1 2 0.88
Coveram 10 mg 0 1 1 2 0.88
Interpril 5 mg 1 0 1 2 0.88
Exforge 1 1 0 2 0.88
Hyperil 5 mg 1 0 1 2 0.88
Maintate 0 0 1 1 0.44
Brainact 0 0 1 1 0.44
Neulin PS 0 1 0 1 0.44
Captopril 12,5 mg 0 0 1 1 0.44
Valsartan 0 1 0 1 0.44
Bipro 5 mg 0 0 1 1 0.44
Theravask 5 mg 0 0 1 1 0.44
Carpiaton 25 mg 0 0 1 1 0.44
Caduet 0 0 1 1 0.44
Tensinop 0 1 0 1 0.44
Ramipril 5 mg 1 0 0 1 0.44
Clonidin 1 0 0 1 0.44
Jumlah 80 70 78 228 100.00
2 OBAT SALURAN CERNA
Lansoprazole 30 mg 8 4 2 14 1.38
Ranitidin 150 mg 5 2 6 13 1.28
Pumpitor 5 3 1 9 0.89
Vosedon 10 mg 2 3 2 7 0.69
Omeprazole 20 mg 4 2 1 7 0.69
New Diatab 5 1 0 6 0.59
Enxyplex 2 3 1 6 0.59
Inpepsa Syr 4 2 0 6 0.59
Gastridin 150 mg 3 1 1 5 0.49
Domperidon 10 mg 3 1 1 5 0.49
Polysilane 1 1 2 4 0.39
Vitazym 4 0 0 4 0.39
Prazotec 30 mg 0 0 3 3 0.30
Pantoprazole 20 mg 1 1 1 3 0.30
Tilidon 10 mg 2 0 1 3 0.30
Pralax Syr 2 1 0 3 0.30
Ranitidin Inj 3 0 0 3 0.30
Magalat Syr 0 1 1 2 0.20
Antasida Syr 2 0 0 2 0.20
Braxidin 2 0 0 2 0.20
Strocain P 2 0 0 2 0.20
Ondansentron 2 0 0 2 0.20
Ondansentron Inj 2 0 0 2 0.20

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


52

Invomit Inj 0 0 1 1 0.10


Renatac Inj 0 1 0 1 0.10
Spasminal 0 0 1 1 0.10
Dulcolax 0 1 0 1 0.10
Rebamide 100 mg 0 0 1 1 0.10
Laxadine 0 0 1 1 0.10
Laxadine Syr 0 1 0 1 0.10
Disflathyl 1 0 0 1 0.10
Rillus 1 0 0 1 0.10
Renatac 1 0 0 1 0.10
Solans 1 0 0 1 0.10
Jumlah 68 29 27 124 12.20
3 VITAMIN DAN MINERAL
Neurosanbe 4 12 12 28 2.76
Calos 5 1 3 9 0.89
KSR 600 2 2 4 8 0.79
Asam Folat 5 1 2 8 0.79
Neurodex 2 2 2 6 0.59
Mecola 2 2 1 5 0.49
Imboost 0 4 1 5 0.49
Mecobalamin 250 mg 1 1 2 4 0.39
HP Pro 2 1 1 4 0.39
VIP Albumin 1 1 1 3 0.30
CaCO3 1 0 1 2 0.20
Vit B6 2 0 0 2 0.20
Dumocalcin 500 mg 1 0 1 2 0.20
Extrace Inj 0 1 1 2 0.20
CDR Sweet 1 1 0 2
Effervescent 0.20
Curvit 0 0 1 1 0.10
Neurosanbe Inj 0 0 1 1 0.10
Mecobalamin Inj 0 0 1 1 0.10
KSR 500 0 0 1 1 0.10
Vioxy FM 0 0 1 1 0.10
Biosanbe 0 1 0 1 0.10
Calcium Laktat 1 0 0 1 0.10
Neurobion 0 1 0 1 0.10
Viferron 0 1 0 1 0.10
Nerobat 1 0 1 0 0.10
Rebal Plus 1 0 1 0 0.10
Methyl Cobalt 1 0 1 0 0.10
Maltofer 1 0 1 0 0.10

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


53

Phytomenadion 1 0 1 0 0.10
Jumlah 35 32 37 104 10.24
4 ANTIKOLESTEROL
Atorvastatin 20 mg 11 9 13 33 3.25
Simvastatin 20 mg 4 9 9 22 2.17
Lipanthyl Penta 145 4 2 4 10 0.98
Atofar 20 mg 2 3 3 8 0.79
Atofar 10 mg 4 0 2 6 0.59
Simvastatin 10 mg 3 2 0 5 0.49
Crestor 10 mg 2 1 0 3 0.30
Fenofibrate 300 mg 0 1 0 1 0.10
Lipitor 1 0 1 0 0.10
Stator 1 0 1 0 0.10
Jumlah 32 27 31 90 8.86
5 ANTIMIKROBA
Levofloxacin 500 mg 7 7 6 20 1.97
Cefixime 200 mg 6 3 2 11 1.08
Ciprofloxacin 500 mg 6 2 1 9 0.89
Ceftriaxone Inj 5 2 0 7 0.69
Cefixime 100 mg 2 1 2 5 0.49
Claneksi 500 mg 1 4 0 5 0.49
Amoxcicilin 500 mg 3 1 1 5 0.49
Levocin 500 mg 1 1 2 4 0.39
Co. Amoxiclav 0 1 1 2 0.20
Metronidazol 1 1 0 2 0.20
Metronidazol Infus 0 2 0 2 0.20
Chloramfenikol 1 1 0 2 0.20
Baquinor 2 0 0 2 0.20
Clindamycin 2 0 0 2 0.20
Ricovir 1 0 1 2 0.20
Levofloxacin Infus 0 1 0 1 0.10
Cefat 500 mg 0 0 1 1 0.10
Amoxsan 0 0 1 1 0.10
Farlev 500 mg 0 0 1 1 0.10
Farlev Infus 0 1 0 1 0.10
Ciprofloxacin Infus 0 1 0 1 0.10
Cefabiotik 500 mg 0 0 1 1 0.10
Inteflox 1 0 0 1 0.10
Intermoxil 1 0 0 1 0.10
Cefoperazon Inj 1 0 0 1 0.10
Jumlah 41 29 20 90 8.86
6 ANALGETIK

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


54

Provelyn 7 mg 6 3 7 16 1.57
Mefinal 500 mg 3 5 2 10 0.98
Provelyn 50 mg 5 2 2 9 0.89
Meloxicam 3 6 0 9 0.89
Farmadol 500 mg 2 3 3 8 0.79
Tramset 1 5 1 7 0.69
Non Flamin 50 mg 2 2 1 5 0.49
Celebrex 200 mg 1 3 1 5 0.49
Paracetamol 500 mg 5 0 0 5 0.49
Arcoxia 1 2 1 4 0.39
Sumagesic 2 2 0 4 0.39
Farmasal 100 mg 0 1 1 2 0.20
Kalium Diklofenac 50 0 0 1 1
mg 0.10
Natrium Diklofenac 1 0 0 1 0.10
Coditam 0 1 0 1 0.10
Flamar 25 mg 1 0 0 1 0.10
Jumlah 33 35 20 88 8.66
7 OBAT MEMPENGARUHI DARAH
Thrombo Aspilet 80 9 9 3 21
mg 2.07
Ascardia 1 5 3 9 0.89
Clopidogrel 75 mg 3 1 1 5 0.49
Aptor 100 mg 3 0 1 4 0.39
Xarelto 20 mg 0 2 1 3 0.30
Thromboles 1 1 1 3 0.30
Ciloztazol 50 mg 2 0 1 3 0.30
Cilostazol 100 mg 1 1 1 3 0.30
Simarc 2 mg 1 0 1 2 0.20
Eprex Inj 0 1 1 2 0.20
Plasminex 1 1 0 2 0.20
Adona AC 17 mg 0 1 0 1 0.10
Pladogrel 0 1 0 1 0.10
Arixtra 2,5 mg 0 1 0 1 0.10
Cardioaspirin 1 0 0 1 0.10
Jumlah 23 24 14 61 6.00
8 OBAT SALURAN NAFAS
N-ACE 200 mg 3 4 1 8 0.79
Erdobat 0 4 3 7 0.69
Interpec Syr 30 ml 2 3 2 7 0.69
Codipront 1 3 1 5 0.49
FG Troches 2 3 0 5 0.49

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


55

Sistenol 2 1 1 4 0.39
Tremenza 1 1 0 2 0.20
OBH Nellco 1 0 1 2 0.20
Comtusi Syr 1 0 1 2 0.20
Mucopect Syr 0 0 1 1 0.10
Rhinofed 0 0 1 1 0.10
Cohistan Syr 0 0 1 1 0.10
Decolsin 0 0 1 1 0.10
Pectotil 200 0 1 0 1 0.10
Farbivent 1 0 0 1 0.10
Bisolvon 1 0 0 1 0.10
Prospan Syr 0 1 0 1 0.10
Mucoheksin 0 1 0 1 0.10
Nalgestan 1 0 0 1 0.10
Farbivent Inhalation 1 0 0 1 0.10
Pulmicort 1 0 0 1 0.10
Retaphyl SR 1 0 0 1 0.10
Inadryl Syr 1 0 0 1 0.10
Siran Forte 1 0 0 1 0.10
Jumlah 21 22 14 57 5.61
9 OBAT TOPIKAL
Counterpain Cream 1 3 1 5 0.49
Voltaren Gel 2 1 1 4 0.39
Scantaren Gel 0 2 2 4 0.39
Mediflex Cream 0 1 2 3 0.30
Clinium Gel 2 0 0 2 0.20
Fitajoint Rol Gel 0 0 1 1 0.10
Canesten Cream 0 0 1 1 0.10
Infeld Gel 0 0 1 1 0.10
Jointace Gel 0 1 0 1 0.10
Vicks Vaporub 0 1 0 1 0.10
Jumlah 5 9 9 23 2.26
10 ANTIKONVULSAN
Alpentin 100 mg 2 2 3 7 0.69
Gabapentin 100 mg 1 3 2 6 0.59
Pregabalin 75 mg 2 0 1 3 0.30
Lyrica 75 mg 0 0 2 2 0.20
Gabexal 1 0 0 1 0.10
Jumlah 6 5 8 19 1.87
11 ANTIVERTIGO
Betaserc 24 mg 4 2 3 9 0.89
Betahistin 6 2 0 2 4 0.39
Vertigosan 1 1 1 3 0.30

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


56

Stugeron 0 0 1 1 0.10
Jumlah 7 3 7 17 1.67

12 PSIKOFARMAKA
Esilgan 2 1 1 4 0.39
Clobazam 10 mg 1 2 0 3 0.30
Valisanbe 5 mg 1 0 1 2 0.20
Amitriptylin 25 mg 0 1 1 2 0.20
Alprazolam 1 0 0 1 0.10
Alganaz 0,25 mg 0 1 0 1 0.10
Zolmia 1 0 0 1 0.10
Estalin 1 0 0 1 0.10
Jumlah 7 5 3 15 1.48
13 OBAT MEMPENGARUHI TULANG
Osteocal 3 3 1 7 0.69
Cavit D3 2 1 2 5 0.49
Ostriol 1 0 0 1 0.10
Glucosamin 1 0 0 1 0.10
Jumlah 7 4 3 14 1.38
14 ANTIALERGI
Loratadin 1 1 3 5 0.49
Cetirizin 1 3 1 5 0.49
Cerini 10 0 0 1 1 0.10
Intirizin 0 1 0 1 0.10
Pronicy 1 0 0 1 0.10
Jumlah 3 5 5 13 1.28
15 OBAT SALURAN KEMIH
Bic Natric 2 0 2 4 0.39
Harnal 0,2 mg 0 1 2 3 0.30
Ketosteril 0 1 1 2 0.20
Aminefron 0 1 1 2 0.20
Avodart 0 1 0 1 0.10
Vesicore 5 mg 1 0 0 1 0.10
Jumlah 3 4 6 13 1.28
16 ANTIPIRAI
Allupurinol 100 mg 2 5 1 8 0.79
Puricemia 0 0 1 1 0.10
Zyloric 1 0 0 1 0.10
Jumlah 3 5 2 10 0.98
17 OBAT TBC
Rifampisin 1 2 1 4 0.39
INH 100 mg 1 2 1 4 0.39

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


57

Rimstar 1 0 0 1 0.10
Jumlah 3 4 2 9 0.89
18 NOOTROPIK
Interco 500 mg 1 2 2 5 0.49
Neurotam 0 1 0 1 0.10
Nootropil 1 1 0 2 0.20
Jumlah 2 4 2 8 0.79

19 DIURETIK
Furosemid 40 mg 1 1 2 4 0.39
Spironolakton 25 mg 1 0 2 3 0.30
Jumlah 2 1 4 7 0.69
20 RELAKSAN OTOT
Eperison 50 mg 1 1 1 3 0.30
Sirdalud 2 mg 0 0 1 1 0.10
Eprinoc 0 1 0 1 0.10
Myobat 0 1 0 1 0.10
Jumlah 1 3 2 6 0.59
21 KORTIKOSTEROID
Neurofenac Plus 0 1 1 2 0.20
Prednison 5 mg 1 0 1 2 0.20
Triamcinolon 0 1 0 1 0.10
Jumlah 1 2 2 5 0.49
22 HORMON
Norelut 0 1 2 3 0.30
Primolut 0 1 0 1 0.10
Sustanon Inj 0 1 0 1 0.10
Jumlah 0 3 2 5 0.49
23 KOLAGOGUM
Lesichol 175 mg 0 2 0 2 0.20
Tutofucin OPS Infus 0 0 1 1 0.10
Jumlah 0 2 1 3 0.30
24 ANTIMIGRAIN
Flunarizin 0 0 2 2 0,20
Jumlah 0 0 2 2 0,20
25 ANTIPARKINSON
Leparson 1 0 0 1 0.10
Hexymer 1 0 0 1 0.10
Jumlah 2 0 0 2 0.20
26 OBAT WASIR
Lanaven 1 0 0 1 0,10

Poltekkes Kemenkes Jakarta II


58

Jumlah 1 0 0 1 0,10
27 VASODILATOR
Cialis 10 mg 0 0 1 1 0,10
Jumlah 0 0 1 1 0,10
Total R/ 386 328 302 1016 100.00

Lampiran 8
Contoh Lembar Resep yang Mengandung Antidiabetika

Poltekkes Kemenkes Jakarta II

Anda mungkin juga menyukai