Anda di halaman 1dari 45

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN HAND AND BODY

LOTION EKSTRAK ETANOL BUAH KUPA (Shyzygium


polycephalum Miq.)

PROPOSAL PENELITIAN

Duajukan sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah

Metodologi Penelitian

MUTIA AMBAR PERMATASARI

31118020

PROGRAM STUDI S1-FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA


TASIKMALAYA

2021

1
FORMULASI SEDIAAN HAND AND BODY LOTION
EKSTRAK ETANOL BUAH KUPA (Shyzygium polycephalum
Miq.)

PROPOSAL PENELITIAN

Duajukan sebagai salah satu syarat kelulusan mata kuliah

Metodologi Penelitian

MUTIA AMBAR PERMATASARI

31118020

PROGRAM STUDI S1-FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAKTI TUNAS HUSADA


TASIKMALAYA

2021

i
HALAMAN PERNYATAAN ORSINALITAS

Proposal imi adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang
dikuip telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Mutia Ambar Permatasari

NIM :311118020

Tanda tangan :

Tanggal :

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal ini diajukan oleh :

Nama : Mutia Ambar Permatasari

NIM : 31118020

Program Studi : S1-Farmasi

Telah disetujui oleh Gatut Ari Wardani, M,Sc dan apt. Mohamad Rizkie
Rienaldi, S.Farm dan siap diajukan

Ditetapkan di :

Tanggal :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Gatut Ari Wardani, M,Sc apt. M. Rizkie Rienaldi, S.Farm

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal ini diajukan oleh :

Nama : Mutia Ambar Permatasari

NIM : 31118020

Program Studi : S1-Farmasi

Judul Proposal : Formulasi dan Evaluasi Sediaan Hand and Body Lotion
Ekstrak Etanol Buah Kupa (Shyzygium polycephalum Miq.)

Telah disetujui oleh Gatut Ari Wardani, M,Sc dan apt. Mohamad Rizkie,
S.Farm dan siap diajukan

Ditetapkan di :

Tanggal :

Pembimbing I, Pembimbing II,

Gatut Ari Wardani, M,Sc apt. M. Rizkie Rienaldi, S.Farm

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal ini diajukan oleh :

Nama : Mutia Ambar Permatasari

NIM : 31118020

Program Studi : S1-Farmasi

Judul Proposal : Formulasi dan Evaluasi Sediaan Hand and Body Lotion
Ekstrak Etanol Buah Kupa (Shyzygium polycephalum Miq.)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji, telah diperbaiki


sesuai dengan saran dari tim penguji serta diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk kelulusan mata kuliah Metodologi
Penelitian

Program Studi S1-Farmasi

STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Gatut Ari Wardani, M,Sc

Pembimbing : apt. Mohamad Rizkie Rienaldi, S.Farm

Penguji :

Penguji :

Ditetapkan di :

Tanggal :

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan proposal ini. Penulisan proposal ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Farmasi di Prodi S1-Farmasi STIKes bakti Tunas Husada Tasikmalaya. Saya
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
kuliah sampai pada penyusunan proposal ini sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan proposal ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terimakasih
kepada :

(1) Gatut Ari Wardani, M,Sc, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan
proposal ini
(2) apt. Riezki, S.Farm, selaku pembimbing kedua yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan
proposal ini
(3) apt. Ilham Alifiar, M.Farm, selaku dosen wali yang selalu memberikan
semangat serta motivasi dalam penyelesaian proposal ini.
(4) Ucapan terimakasih kepada Prodi S1-Farmasi, STIKes Bakti Tunas Husada
Tasikmalaya yang banyak membantu dalam penelitian
(5) Seluruh staf dosen dan karyawan di lingkungan STIKes Bakti Tunas Husada
Tasikmalaya.
(6) Bapak tercinta alm. Iyan Suryana yang saya percaya beliau melihat perjuangan
saya dari tempat yang indah disisi-Nya. Ibu N. Ika kania, Trisna Nurmalasari,
M. Farhan Choerul Umam dan keluarga tercinta yang selalu mendukung,
mendoakan, memeberikan semangat, dan bantuan sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal ini.
(7) Teman-teman farmasi khususnya angkatan 2018 yang telah membantu dan
memberikan semangat pada penulis selama proses penyusunan proposal.
(8) Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu per satu.

vi
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari
sempurna, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan kemampuan dan pengetahuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun guna tercapainya kesempurnaan proposal ini. Harapan
penulis semoga proposal ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan.

Tasikmalaya, April 2021

vii
ABSTRAK

Formulasi Sediaan Hand and Body Lotion Ekstrak Etanol Buah Kupa
(Shyzygium polycephalum Miq.)

Mutia Ambar Permatasari


S1 Farmasi, STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

Abstrak
Buah kupa adalah salah satu tanaman yang mengandung senyawa flavonoid yang dapat berperan
sebagai antioksidan yaitu mampu menangkap molekul radikal bebas sehingga menghambat reaksi
oksidatif dalam tubuh. Hand and body Lotion adalah sediaan kosmetik pelembab kulit, memiliki
sifat sebagai pelembab bagi kulit, membuat kulit tangan dan badan menjadi lembut, tetapi tidak
berminyak dan mudah dioleskan pada kulit. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memformulasikan
dan evaluasi sediaan hand and body lotion ekstrak etanol buah kupa serta mengetahui efektivitas
sediaan hand and body lotion ekstrak etanol buah kupa terhadap kulit. Buah kupa diekstraksi
dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 95% dan dipekatkan dengan rotary evaporator.
Ekstrak buah kupa diformulasi dengan konsentrasi 0,5%,1%, 1,5% menggunakan dasar hand and
body lotion (blanko) yang terdiri dari dimethicone, vaselin, parafin liquid, setil alkohol, asam
stearat, triethanolamine, nipagin, essen lemon, dan akuades. Pemeriksaan mutu sediaan meliputi
homogenitas, tipe emulsi, viskositas, stabilitas dan pH selama penyimpanan 8 minggu. Pengujian
efektivitas sediaan untuk melembabkan kulit, menggunakan alat moisture checker setiap minggu
selama 8 minggu. Serta Pemeriksaan iritasi terhadap kulit sukarelawan.
Kata Kunci : Buah kupa, antioksidan, hand and body lotion

Abstract
Shyzygium polycephalum Miq is a plant that contains flavonoid compounds that can act as
antioxidants, which are able to capture free radical molecules so that they inhibit oxidative
reactions in the body. Hand and body lotion is a skin moisturizing cosmetic preparation, has
properties as a moisturizer for the skin, making the skin of the hands and body soft, but not greasy
and easy to apply to the skin. The purpose of this study was to formulate and evaluate the ethanol
extract of kupa fruit hand and body lotion and to determine the effectiveness of the kupa fruit
ethanol extract hand and body lotion on the skin. Kupa fruit was extracted by maceration using
95% ethanol solvent and concentrated using a rotary evaporator. Kupa fruit extract is formulated
with concentrations of 0.5%, 1%, 1.5% using the basis of hand and body lotion (blank) consisting
of dimethicone, vaseline, liquid paraffin, cetyl alcohol, stearic acid, triethanolamine, nipagin,
lemon essence, and distilled water. Inspection of the quality of the preparations included
homogeneity, type of emulsion, viscosity, stability and pH during 8 weeks of storage. Testing the
effectiveness of the preparation to moisturize the skin, using a moisture checker every week for 8
weeks. As well as examination of the skin irritation of volunteers.
Key word : Shyzygium polycephalum Miq, antioxidants, hand and body lotion

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN.............................................................................. ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH......................... iv
ABSTRAK........................................................................................................ v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... viii
1. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................... 3
1.4 Hipotesis.................................................................................................... 3
1.5 Manfaat Penelitian..................................................................................... 3
2. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................
2.1 Uraian Tumbuhan......................................................................................
2.1.1 Klasifikasi........................................................................................
2.1.2 Nama Daerah....................................................................................
2.1.3 Deskripsi Tanaman...........................................................................
2.1.4 Sebaran Tumbuh..............................................................................
2.1.5 Musim Buah.....................................................................................
2.1.6 Kandungan Kimia dan Khasiat........................................................
2.2 Ekstraksi....................................................................................................
2.3 Kulit...........................................................................................................
2.3.1 Struktur Kulit....................................................................................
2.3.2 Fungsi Kulit......................................................................................
2.4 Kosmetik....................................................................................................
2.4.1 Manfaat Kosmetik............................................................................
2.4.2 Penggolongan Kosmetik...................................................................
2.4.2.1 Kosmetik Perawatan Kulit (Skin-care Cosmetic)................
2.4.2.2 Kosmetik Riasan (Dekoratif atau Make-up)........................
2.4.3 Kosmetik Pelembab..........................................................................
2.5 Hand and Body Lotion...............................................................................
2.5.1 Pengertian.........................................................................................

ix
2.5.2 Fungsi dan Manfaat..........................................................................
2.5.3 Bahan-bahan Pembentuk..................................................................
2.6 Komponen Hand and Body Lotion yang Digunakan.................................
2.6.1 Dimethicone......................................................................................
2.6.2 Setil Alkohol.....................................................................................
2.6.3 Metil Paraben....................................................................................
2.6.4 Vaselin..............................................................................................
2.6.5 Parafin cair........................................................................................
2.6.6 Asam Stearat.....................................................................................
2.6.7 Triethanolamin..................................................................................
2.6.8 Air Suling.........................................................................................
3. METODE PENELITIAN..........................................................................
3.1 Alat dan Bahan..........................................................................................
3.1.1 Alat...................................................................................................
3.1.2 Bahan................................................................................................
3.2 Pengolahan Sampel....................................................................................
3.2.1 Pengumpulan Sampel.......................................................................
3.2.2 Determinasi Tanaman.......................................................................
3.2.3 Pembuatan Simplisia Buah Kupa.....................................................
3.3 Karakterisasi Simplisia Buah Kupa...........................................................
3.3.1 Makroskopik.....................................................................................
3.3.2 Mikroskopik......................................................................................
3.3.3 Skrining Fitokimia............................................................................
3.3.3.1 Pemeriksaan Golongan Senyawa Alkaloid..........................
3.3.3.2 Pemeriksaan Golongan Senyawa Flavonoid........................
3.3.3.3 Pemeriksaan Golongan Senyawa Saponin...........................
3.3.3.4 Pemeriksaan Golongan Senyawa Tanin dan Polifenol........
3.3.3.5 Pemeriksaan Golongan Senyawa Steroid dan Triterpenoid.
3.3.3.6 Pemeriksaan Golongan Senyawa Mono dan Seskuiterpen. .
3.3.3.7 Pemeriksaan Golongan Senyawa Kuinon............................
3.4 Parameter Mutu Simplisia Buah Kupa......................................................
3.4.1 Penetapan Kadar Air.........................................................................
3.4.2 Penetapan Kadar Abu.......................................................................
3.4.2.1 Penetapan Kadar Abu Total.................................................
3.4.2.2 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam............................
3.4.2.3 Penetapan Kadar Abu Larut Air...........................................
3.4.3 Penetapan Kadar Sari........................................................................

x
3.4.3.1 Penetapan Kadar Sari Larut Air...........................................
3.4.3.2 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol......................................
3.4.4 Penetapan Susut Pengeringan.................................................
3.5 Pembuatan Ekstrak....................................................................................
3.6 Karakterisasi Ekstak Buah Kupa...............................................................
3.6.1 Penetapan Kadar Air........................................................................
3.6.2 Penetapan Kadar Abu Total.............................................................
3.6.3 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam........................................
3.7 Pembuatan Sediaan Hand and Body Lotion Ekstrak Buah Kupa..............
3.7.1 Formula Dasar..................................................................................
3.7.2 Prosedur Pembuatan Sediaan Hand and Body Lotion......................
3.8 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan Hand and Body Lotion.........................
3.8.1 Uji Homogenitas...............................................................................
3.8.2 Uji Tipe Emulsi................................................................................
3.8.3 Uji Stabilitas.....................................................................................
3.8.4 Uji pH...............................................................................................
3.8.5 Uji Daya Lekat..................................................................................
3.8.6 Uji Daya Sebar..................................................................................
3.8.7 Uji Viskositas...................................................................................
3.8.8 Uji Iritasi...........................................................................................
3.8.9 Uji Efektivitas...................................................................................
3.9 Analisis Data..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Buah Gowok/ Kupa (Syzygium polycephalum Miq.)..................


Gambar 2.2 Struktur Fisiologis Kulit..............................................................

xii
GAMBAR TABEL

Tabel 3.1 Komposisi Bahan dalam Hand and Body Lotion.............................

xiii
xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pola hidup yang tidak sehat serta paparan polusi udara dapat menyebabkan
meningkatnya jumlah radikal bebas di dalam tubuh. Walaupun tubuh sebenarnya
mampu mensintesis senyawa antioksidan sendiri, namun tubuh juga memerlukan
antioksidan dari luar untuk menetralisir efek radikal bebas. Hal tersebut
dikarenakan efek yang ditimbulkan dari radikal bebas ini sangat berbahaya untuk
tubuh terutama pada kesehatan kulit.
Senyawa radikal bebas dapat merusak bagian serabut kolagen pada kulit dan
matrik dermis sehingga menyebabkan kulit menjadi keriput, kering, bersisik, dan
dapat menyebabkan penuaan dini. Efek buruk dari radikal bebas tersebut harus
dicegah karena dapat merusak sel-sel kulit tangan maupun badan dan bahkan jika
dibiarkan dalam waktu lama dapat menimbulkan penyakit kanker kulit. Adanya
kerusakan pada kulit dapat mengganggu kesehatan maupun penampilan manusia,
sehingga kulit perlu dilindungi dan dijaga kesehatannya (Purwaningsih et al.,
2014).
Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan kulit
maka semakin tinggi pula usaha yang dilakukan untuk pencegahan terhadap
kerusakan dan penyakit kulit. Berdasarkan hal tersebut perlu dirancang suatu
sediaan untuk menangkal dampak negative dari radikal bebas tersebut.
Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menangkal dampak negative
radikal bebas dalam tubuh. Antioksidan bekerja dengan cara menstabilkan radikal
bebas dengan menyumbangkan elektronnya pada senyawa yang bersifat
antioksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan bisa dihambat. Antioksidan dapat
membantu menjaga dan melindungi tubuh dari kerusakan sel-sel akibat radikal
bebas. Selain itu, berperan juga dalam memperlambat proses penuaan dengan
membantu menggantikan sel-sel tubuh pada tingkat yang lebih cepat dari usianya.
Tumbuhan merupakan sumber antioksidan alami dan umumnya merupakan
senyawa fenolik yang tersebar pada semua bagian tumbuhan. Salah satu bahan
alam yang sudah terbukti khasiatnya sebagai antioksidan adalah buah kupa.

1
Ekstrak metanol kulit batang tumbuhan gowok mengandung senyawa metabolit
sekunder alkaloid, fenolik, flavonoid, saponin, dan tannin (Wardana et al., 2015).
Kandungan

2
3

utama dalam buah kupa yaitu flavonoid merupakan senyawa antioksidan yang
sangat tinggi. Senyawa flavonoid banyak ditemukan dalam sayur-sayuran dan
buah-buahan, dan dilaporkan sebagai antioksidan berpotensi lebih kuat
dibandingkan dengan vitamin C dan E (Rice-Evans, 1995 dalam Rahmiyani,
2018).
Menurut (Nurmalasari et al., 2016) aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa
ekstrak etanol buah kupa (S. polycephalum) berpotensi sebagai antioksidan
dengan nilai IC50 60,187 ppm terhadap radikal DPPH. Munurut (Ode &
Zubaydah, 2017) ekstrak etanol buah kupa (S. polycephalum) memiliki aktivitas
antioksidan yang sangat tinggi dengan dua metode maserai, yaitu dengan metode
maserasi termodifikasi memiliki nilai IC50 8,27 mg/L dan dengan metode maserasi
konvensial memiliki nilai IC50 31,59 mg/L.
Kebutuhan kosmetik menjadi kebutuhan yang dianggap penting bagi sebagian
orang. Berbagai macam produk kosmetik digunakan untuk merawat tubuh
khususnya kulit agar tampil menarik. Hand and body lotion merupakan salah satu
sediaan kosmetik yang biasa digunakan untuk melembabkan kulit. Selain
membutuhkan pelembab, kulit juga membutuhkan antioksidan untuk menjaga
kesehatan kulit.
Hand and body lotion biasanya berbentuk emulsi karena penampakannya
menarik serta mempunyai konsistensi menyenangkan. Emulsi dibuat dari
campuran air, minyak dan emulgator sebagai basis emulsi serta penambahan
ekstrak tanaman sebagai bahan aktif (Sayuti et al., 2016).
Pengetahuan dan penelitan tentang tumbuhan gowok masih sangat sedikit
baik dari komponen-komponen kimia, biokativitas, maupun formulasi sediaannya.
Menurut (Puspitasari & Sofandi, 2020)buah kupa dapat diformulasikan menjadi
sediaan emulgel dan menghasilkan karakteristik fisik sediaan yang baik.
Penelitian mengenai pembuatan formulasi dan evaluasi sediaan hand and
body lotion buah kupa belum pernah dilakukan membuat penulis tertarik untuk
memformulasikan kandungan antioksidan yang terkandung dalam buah kupa
sebagai bahan aktif dalam pembuatan sediaan hand and body lotion. Dipilihnya
sediaan hand and body lotion dikarenakan konsistensi sediaan yang berbentuk cair
4

sehingga dapat memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan
kulit dibandingkan dengan sediaan lain seperti krim atau salep.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apakah ekstrak etanol buah kupa (Shyzygium polycephalum Miq.) dapat
diformulasikan dalam sediaan hand and body lotion?
1.2.2 Bagaimana pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak etanol buah kupa
(Shyzygium polycephalum Miq.) dalam sediaan hand and body lotion
terhadap efektifitas sebagai pelembab kulit ?

1.3 Hipotesis
1.3.1 Ekstrak etanol buah kupa (Shyzygium polycephalum Miq.) dapat
diformulasikan dalam sediaan hand and body lotion.
1.3.2 Perbedaan konsentrasi ekstrak etanol buah kupa (Shyzygium polycephalum
Miq.) dalam sediaan hand and body lotion mempengaruhi efektivitas
sebagai pelembab kulit.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Untuk memformulasikan sediaan hand and body lotion ekstrak etanol buah
kupa (Shyzygium polycephalum Miq.)
1.4.2 Untuk mengetahui adanya pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak etanol
buah kupa (Shyzygium polycephalum Miq.) dalam sediaan hand and body
lotion yang efektif sebagai pelembab kulit.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi ilmiah
tentang ekstrak etanol buah kupa (Shyzygium polycephalum Miq.) yang
diformulasikan dalam sediaan hand and body lotion antioksidan.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan


2.1.1 Klasifikasi

Gambar 2.1 Buah Gowok/ Kupa (Syzygium polycephalum Miq.)

Buah gowok atau kupa berasal dari Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta,
Kelas Magnoliopsida, Bangsa Myrtales, Suku Myrtaceae, Marga Eugenia, dan
Jenis Eugenia polycephala Miq. Sinonim Syzygium polycephalum Miq. (Yuniarti
et al., 2016).

2.1.2 Nama Daerah


Nama-nama daerah buah ini adalah gohok (Betawi), kupa, kupa beunyeur
(Sunda), gowok, dompyong (Jawa), pasui (Makassar).

2.1.3 Deskripsi Tanaman


Tinggi pohon kupa dapat mencapai 8 - 20 m dengan diameter 50 cm. Daun
berbentuk lonjong dengan ukuran 17-25 cm x 6-7 cm. Buah bergerombol dan
berada di bagian pucuk. Buahnya berdaging, berbentuk bulat agak gepeng dengan
diameter berkisar 2-3 cm, berwarna ungu tua dan berkilat. Bentuk benih
menyerupai buah namun dengan ukuran yang lebih kecil. Benih berwarna
keputihan, tidak keras (Yuniarti et al., 2016).

2.1.4 Sebaran Tumbuh

6
7

Kupa merupakan tanaman asli di Indonesia terdapat di Jawa dan


Kalimantan. Umumnya masih tanaman alam, pembudidayaannya masih kurang.
Tumbuh pada hutan sekunder pada ketinggian berkisar 200-800 m dpl. Ditanam
sebagai tanaman pekarangan sebagai tanaman buah-buahan (Putri & Suita, 2005).

2.1.5 Musim Buah


Tanaman kupa berbunga pada bulan Agustus dan berbuah pada bulan
September sampai dengan Oktober. Buah berbentuk bulat agak gepeng dengan
diameter berkisar 2-3 cm, berkelompok, ungu tua, mengkilat, daging buah putih,
rasa asam-manis (Putri & Suita, 2005).

2.1.6 Kandungan Kimia dan Khasiat


Manfaat utama dari tanaman ini adalah bagian buahnya. Masyarakat
mengenal jenis ini sebagai tanaman buah-buahan. Buahnya dimakan untuk
dijadikan rujak, daun kupa dapat dijadikan lalapan oleh masyarakat Jawa Barat,
kayunya dapat digunakan untuk kayu konstruksi bangunan (DJ & Suita, 2019).
Marga Syzygium umumnya digunakan sebagai antiinflamasi, analgesik,
antipiretik dan antijamur, dan memiliki metabolit sekunder yang kaya akan
polifenol, tanin, dan flavonol. Syzygium polycephalum adalah salah satu dari
banyak tanaman yang digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan disentri.
Batang dari tumbuhan kupa diketahui memiliki sifat anti jamur (R Jemi, W Syafii,
F Febrianto, 2018). Selain itu pada kulit batang tumbuhan gowok diketahui
mengandung senyawa metabolit sekunder alkaloid, fenolik, flavonoid, saponin,
dan tannin (Wardana et al., 2015).

2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Senyawa
aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam
golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, dan lain-lain. Dengan diketahui
senyawa aktif yang terkandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut
dan cara ekstraksi yang tepat (Depkes RI, 2000). Ekstrak adalah sediaan pekat
8

yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia
hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua
pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Kemenkes RI, 2014).
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia menggunakan pelarut dengan
beberapa kali perendaman dan pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).
Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada kesetimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan
yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama, dan
seterusnya (Depkes RI, 2000).
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Bahan simplisia
yang dihaluskan sesuai dengan syarat farmakope (umumnya terpotong-potong
atau berupa serbuk kasar) disatukan dengan bahan pengekstraksi. Selanjutnya
rendaman tersebut disimpan terlindung dari cahaya langsung (mencegah reaksi
yang dikatalisis cahaya atau perubahan warna) dan dikocok kembali. Waktu
lamanya maserasi berbeda-beda antara 4-10 hari (Gafur et al., 2012).

2.3 Kulit
Kulit merupakan bagian yang paling luar dari tubuh dan merupakan organ
yang terluas. Kulit pembungkus elastis berupa jaringan yang menutup seluruh
tubuh dan melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan seperti cuaca, polusi,
temperatur udara, dan juga sinar matahari. Lapisan kulit pada dasarnya sama di
seluruh tubuh, kecuali bagian telapak tangan, telapak kaki, bibir (Tessa, 2010)

2.3.1 Struktur Kulit


Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu : kulit ari (epidermis), sebagai
lapisan yang paling luar, kulit jangat (dermis, korium atau kutis) dan jaringan
penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis)
(Kusantati et al., 2008).
9

Sebagai gambaran, penampang lintang dan visualisasi struktur lapisan kulit


tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.2 Struktur Fisiologis Kulit (Kusantati et al., 2008)

Kulit kering memiliki kadar minyak atau sebum yang sangat rendah dan
cenderung sensitif, sehingga terlihat parched karena kulit tidak mampu
mempertahankan kelembabannya. Ciri dari kulit kering adalah kulit terasa kaku
seperti tertarik setelah mencuci muka dan akan mereda setelah dilapisi dengan
krim pelembab. Kondisi kulit dapat menjadi lebih buruk apabila terkena angin,
perubahan cuaca dari dingin ke panas atau sebaliknya. Garis atau kerutan sekitar
pipi, mata dan sekitar bibir dapat muncul dengan mudah pada wajah yang berkulit
kering (Kusantati et al., 2008).

Kulit kering memiliki ciri-ciri : kulit halus tetapi mudah menjadi kasar,
mudah merekah dan terlihat kusam karena gangguan prose keratinisasi kulit ari,
tidak terlihat minyak berlebihan di daerah T yang disebabkan oleh berkurangnya
sekresi kelenjar keringat dan kelenjar palit atau kelenjar minyak. Ciri lainnya
yaitu mudah timbul kerutan yang disebabkan oleh menurunnya elastisitas kulit
dan berkurangnya daya kerut otot-otot, mudah timbul noda hitam, mudah bersisik,
riasan yang dikenakan tidak mudah luntur, reaktivitas dan kepekaan dinding
pembuluh darah terhadap rangsangan-rangsangan berkurang sehingga peredaran
darah tidak sempurna dan kulit akan tampak pucat, suram dan lelah (Kusantati et
10

al., 2008).

2.3.2 Fungsi Kulit


Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut :
1. Pelindung atau proteksi

Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringanjaringan


tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruhpengaruh luar seperti
luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan
lapisan tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu
tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam
tubuh serta menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari
matahari.
2. Penerima Rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan
dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai
alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.
3. Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh kapiler
serta melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang
sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,50C.
Ketika terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit
mengadakan penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur
panas adalah salah satu fungsi kulit sebagai organ antar tubuh dan lingkungan.
Panas akan hilang dengan penguapan keringat.
4. Pengeluaran (eksresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar
keringat yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam,
yodium dan zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja
disalurkan melalui keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis
sebagai pembentukan keringat yang tidak disadari.
5. Penyimpanan
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
11

6. Penunjang Penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak halus,
putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi lain dari kulit yaitu
kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat
maupun konstraksi otot penegak rambut (Kusantati et al., 2008).

2.4 Kosmetik
Menurut Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor 19 Tahun 2015 pengertian
kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada
bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital
bagian luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk
membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau
badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.

2.4.1 Manfaat Kosmetik


Tujuan utama penggunaan kosmetik pada masyarakat adalah untuk
kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make up, meningkatkan rasa
percay a diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan
sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan dan secara
umum membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup.
Dasar kecantikan adalah kesehatan, maka penampilan kulit yang sehat
adalah bagian yang langsung dapat kita lihat, karena kulit merupakan organ tubuh
yang paling luar dan berfungsi sebagai pembungkus tubuh. Dengan demikian
pemakaian kosmetika yang tepat untuk perawatan kulit, rias atau dekoratif akan
sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

2.4.2 Penggolongan Kosmetik


Menurut (Tranggono & Latifah, 2014), penggolongan kosmetik menurut
kegunaannya bagi kulit yaitu:
2.4.2.1 Kosmetik Perawatan Kulit (Skin-care Cosmetics)
Jenis kosmetik ini perlu untuk merawat kebersihan dan kesehatan kulit.
Termasuk didalamnya adalah:
12

1. Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser): misalnya sabun, cleansing


cream, cleansing milk, dan penyegar kulit (freshener).
2. Kosmetik untuk melembabkan kulit (moisturizer): misalnya, lotion,
moisturizing cream, night cream, anti-wrinkle cream, lip balm.
3. Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen
foundation, sun block cream / lotion.
4. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya
scrub cream.
2.4.2.2 Kosmetik Riasan (Dekoratif atau Make-up)
Jenis kosmetik ini diperlukan untuk merias dan menutupi cacat pada kulit
sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik.

2.4.3 Kosmetik Pelembab


Menurut (Tranggono & Latifah, 2014), kosmetika pelembab perlu
dipakaikan terutama pada kulit yang kering atau normal cenderung kering.
Kosmetika pelembab dibedakan atas dua tipe yaitu:
1. Kosmetika yang didasarkan pada lemak
Kosmetika yang didasarkan pada lemak akan membentuk lapisan lemak
dipermukaan kulit untuk mencegah penguapan air kulit dan menyebabkan kulit
menjadi lembab dan lembut
2. Kosmetika yang didasarkan pada gliserol atau humektan sejenis.
Kosmetika yang didasarkan pada gliserol atau humektan sejenis akan
membentuk lapisan yang bersifat higroskopis yang akan menyerap uap air dari
udara dan mempertahankannya di permukaan kulit. Bahan ini membuat kulit
nampak lebih halus dan mencegah dehidrasi lapisan stratum corneum kulit.

2.5 Hand and Body Lotion


2.5.1 Pengertian Hand and Body Lotion
Hand and body Lotion adalah sediaan kosmetik pelembab kulit yang
termasuk dalam golongan emolien (pelembut) dan memiliki beberapa sifat yaitu
sebagai sumber lembab bagi kulit, membuat tangan dan badan menjadi lembut,
tetapi tidak berminyak dan mudah dioleskan pada kulit (Wasitaatmadja,1997).
13

2.5.2 Fungsi dan Manfaat Hand and Body Lotion


Hand and Body Lotion dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai
pelindung atau untuk obat karena sifat bahan-bahannya. Kecairannnya
memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit yang
luas. Losion dimaksudkan segera kering pada kulit setelah pemakaian dan
meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan kulit.

2.5.3 Bahan-bahan Pembentuk


Bahan yang biasa terdapat dalam formula Hand and Body Lotion adalah :
a. Barrier agent (pelindung)
Berfungsi sebagai pelindung kulit dan juga ikut mengurandehidrasi. Contoh :
asam stearat, bentonit, seng oksida, dimethicone.
b. Emollient (pelembut)
Berfungsi sebagai pelembut kulit sehingga kulit memiliki kelenturan pada
permukaannya dan memperlambat hilangnya air dari permukaan kulit. Contoh :
lanolin, paraffin, stearil alcohol, vaselin.
c. Humectan (pelembab)
Bahan yang berfungsi mengatur kadar air atau kelembapan pada sediaan losion
itu sendiri maupun setelah dipakai pada kulit. Contoh : gliserin, propilen glikol,
sorbitol.
d. Pengental dan pembentuk film
Berfungsi mengentalkan sediaan sehingga dapat menyebar lebih halus dan
lekat pada kulit, disamping itu juga berfungsi sebagai stabilizer. Contoh : setil
alkohol, karbopol, vegum, tragakan, gum, gliseril monostearat.
e. Emulsifier (zat pembentuk emulsi)
Berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara minyak dan air, sehingga
minyak dapat bersatu dengan air. Contoh : trietanolamin, asam stearat, setil
alkohol

2.6 Komponen Hand and Body Lotion yang digunakan


2.6.1 Dimethicone
14

Dimethicone atau polydimethylsiloxane merupakan cairan tidak berwarna,


bersifat non polar dan tersedia dalam berbagai macam viskositas. Zat ini dapat
digunakan sebagai emolien, antifoaming agent, dan water-repelling agent.
Dimethicone mampu membentuk film pada kulit yang menyerap sebum (kulit
berminyak), mencegah kilauan, dan dapat menjadi barrier yang efektif terhadap
senyawa kimia yang dapat mengiritasi kulit (Styawan & Sukmawati, n.d.)
2.6.2 Setil Alkohol
Setil alkohol merupakan alkohol dengan bobot molekul yang tinggi, yang
dapat berfungsi sdebagai coating agent, emulsifying agent, stiffening agent,
emolien, dan bersifar water absorptive. Setil alkohol memiliki pemerian berupa
wax, granul, serpihan putih, kubus. Memiliki sifat kelarutan praktis tidak larut
dalam air, mudah larut dalam etanol (95%) dan eter, kelarutan akan meningkat
dengan meningkatnya suhu, dapat bercampur saat dilelehkan dengan ispropil
miristat, lemak, paraffin padat dan cair. Penggunaan setil alkohol yang kurang
tepat dapat menyebabkan sediaan krim menjadi menjadi terlalu kental, keras, dan
berubah menjadi gelap sehingga mengurangi tingkat kenyamanan pada saat
digunakan (Styawan & Sukmawati, n.d.)
2.6.3 Metil paraben
Nipagin memiliki pemerian yaitu hablur kecil, tidak berwarna, tidak
berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar. Kelarutannya
yaitu sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut dalam etanol dan dalam eter,
larut dalam minyak, propilen glikol dan dalam gliserol. Suhu leburnya antara 125-
128℃. Metil paraben digunakan sebagai pengawet dalam sediaan topikal dalam
jumlah 0,02-0,3% (Rowe et al., 2015).
Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan antimikroba dalam
kosmetik, produk makanan dan formulasi farmasi dan digunakan baik sendiri atau
dalam kombinasi dengan paraben lain atau dengan antimikroba lain dan efektif
pada kisaran pH yang luas dan memiliki aktivitas antimikroba yang kuat.
2.6.4 Vaselin
Vaselin putih adalah campuran hidrokarbon setengah padat yang telah
diputihkan, diperoleh dari minyak mineral. Pemerian massa lunak, lengket,
15

bening, putih, sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin
tanpa diaduk (Rowe et al., 2015).
2.6.5 Parafin cair
Parafin cair adalah campuran hidrokartbon yang diperoleh dari minyak
mineral. Pemerian cairan kental, transparan, tidak berfluorosensi, tidak berwarna,
hampir tidak berbau, hampir tidak mempunyai rasa (Rowe et al., 2015).
2.6.6 Asam stearate
Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh dari
lemak. Pemerian zat padat keras mengikat menunjukkan susunan hablur putih atau
kuning pucat mirip lemak lilin (Rowe et al., 2015).
2.6.7 Triethanolamin
Triethanolamin adalah campuran dari triethanolamin, diethanolamin, dan
monoethanolamin. Pemerian caitan kental tidak berwarna hingga kuning pucat,
bau lemah mirip amoniak, higroskopik (Rowe et al., 2015).
2.6.8 Air suling
Air suling dibuat dengan menyuling air yang dapat diminum. Pemerian
cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental yang meliputi


tahapan pengumpulan sampel, pengolahan sampel, skrining fitokimia,
karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak buah kupa, karakterisasi ekstrak buah
kupa, formulasi sediaan losion, serta pemeriksaan mutu fisik sediaan losion
meliputi uji homogenitas, uji pH, uji stabilitas, uji viskositas, uji iritasi sediaan,
dan uji efektivitas terhadap variasi sediaan yang dibuat. Penelitian ini dilakukan di
Laboratorium Formulasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya.

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat

Alat yang digunakan adalah neraca analitik, gelas ukur, beaker glass,
cawan penguap, mortir stamper, sudip, batang pengaduk, tabung reaksi, object
glass, stopwatch, alat uji daya sebar, alat uji daya lekat, waterbath, viskometer
DV-E Brookfield, rotary evaporator, penangas air, kertas saring, blender, pisau,
pH universal, botol 200 mL.

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah akuades, asam stearat, dimethicone, essen


lemon, nipagin, parafin liquid, setil alkohol, triethanolamin, vaselin, dan buah
kupa.

3.2 Pengolahan Sampel


3.2.1Pengumpulan Sampel

Sampel yang digunakan adalah buah kupa (Shyzygium polycephalum Miq.)


yang diperoleh dari Pasar Cikurubuk Kota Tasikmalaya.

3.2.2Determinasi Tanaman

Determinasi bahan dilakukan di Laboratorium Sekolah Ilmu dan untuk

16
17

memastikan identitas tanaman yang digunakan dalam penelitian.


18

3.2.3Pembuatan Simplisia Buah Kupa

Buah kupa yang digunakan adalah buah kupa yang telah matang yang
ditandai dengan kulit warna ungu. Pisahkan biji pada buah, dan ambil bagian
dagingnya. Buah yang dikumpulkan dilakukan sortasi basah, setelah itu dilakukan
pencucian dengan menggunakan air mengalir, bagian kulit dan daging buah
dipisahkan dari bijinya. Dilakukan proses pengeringan simplisia dengan cara
dioven pada suhu 40-60℃. Kemudian dilakukan sortasi kering untuk selanjutnya
dihaluskan sampai diperoleh serbuk simplisia.

3.3 Karakterisasi Simplisia Buah Kupa


3.3.1Maksroskopik
Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan pemeriksaan secara
organoleptik meliputi bentuk, warna, bau dan rasa. Pemeriksaan
makroskopik dilakukan terhadap simplisia kering dan serbuk simplisia
daging buah kupa.

3.3.2 Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia
daging buah kupa. Pemeriksaan dilakukan dengan menambahkan larutan
kloralhidrat kemudian diamati di bawah mikroskop.

3.3.3Skrining Fitokimia
Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa yang
terkandung dalam simplisia dan ekstrak daging buah kupa. Senyawa
tersebut meliputi alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan polifenol, steroid
dan triterpenoid, mono dan seskuiterpen, serta kuinon.

3.3.3.1 Pemeriksaan Golongan Senyawa Alkaloid

Sampel dibasakan dengan amonia encer, digerus dalam mortar


kemudian ditambahkan kloroform sambil terus digerus. Filtrat
ditambahkan asam klorida 2N. Lapisan asam dipisahkan dan dibagi
19

menjadi 3 bagian. Bagian pertama digunakan sebagai blanko, bagian


kedua ditambahkan pereaksi Mayer kemudian amati ada tidaknya endapan
putih, dan tabung ketiga ditambahkan pereaksi Dragendroff amati ada
tidaknya endapan berwarna coklat. Jika hasilnya menunjukan warna-warna
tersebut maka positif mengandung alkaloid.

3.3.3.2 Pemeriksaan Golongan Senyawa Flavonoid

Sampel digerus dalam mortar dan dipanaskan di atas penangas air,


kemudian disaring. Filtrat dimasukan ke dalam tabung reaksi. Setelah itu
tambahkan serbuk Mg, larutan asam klorida dan amil alcohol (1:1).
Kemudian campuran dikocok kuat-kuat, adanya flavonoid ditandai dengan
filtrat berwarna merah, kuning, atau jingga yang dapat ditarik dengan amil
alcohol.

3.3.3.3 Pemeriksaan Golongan Senyawa Saponin

Di atas penangas air, dalam tabung reaksi sampel ditambahkan air


dan dipanaskan beberapa saat, kemudian disaring. Setelah dingin filtrat
dalam tabung reaksi dikocok kuat selama beberapa menit. Terbentuknya
busa sedikitnya 1 cm dan persisten selama beberapa menit dan tidak hilang
dengan penambahan asam menunjukan adanya saponin.

3.3.3.4 Pemeriksaan Golongan Senyawa Tanin dan Polifenol

Sampel digerus dan dipanaskan di atas penangas air, kemudian


disaring. Filtrate dibagi menjadi 2 bagian, bagian pertama ditetesi pereaksi
FeCl3 1%. Terbentuknya warna biru hitam menunjukan adanya tanin dan
polifenolat. Bagian kedua ditambahkan larutan gelatin 1%, adanya
endapan putih menunjukan adanya tannin.

3.3.3.5 Pemeriksaan Golongan Senyawa Steroid dan Triterpenoid

Sampel disari dengan eter, kemudian sari eter diuapkan hingga


kering. Pada residu ditetesi pereaksi Lieberman-Burchard. Penambahan
pereaksi ini dilakukan dalam kadaan dingin. Terbentuknya warna ungu
menunjukan adanya senyawa senyawa kelompok triterpenoid, sedangkan
20

bila terbentuk warna hijau-biru menunjukan adanya senyawa kelompok


steroid.

3.3.3.6 Pemeriksaan Golongan Senyawa Mono dan Seskuiterpen

Sampel disari dengan eter, kemudian sari eter diuapkan hingga


kering. Pada residu ditetesi pereaksi vanillin-asam sulfat. Penambahan
pereaksi dilakukan dalam keadaan dingin. Terbentuknya warna-warna
menunjukan adanya senyawa monoterpenoid dan seskuiterpenoid.

3.3.3.7 Pemeriksaan Golongan Senyawa Kuinon

Sampel digerus dan dipanaskan dengan air, kemudian disaring.


Filtrat ditetesi dengan larutan NaOH. Terbentuknya warna kuning sampai
merah menunjukan adanya kelompok senyawa kuinon.

3.4 Parameter Mutu Simplisia Buah Kupa


3.4.1 Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan dengan metode destilasi azeotrop, pelarut


yang dipakai adalah xilen jenuh air. Sejumlah bahan simplisia ditimbang,
masukkan ke dalam labu kering. Masukkan batu didih ke dalam labu. Kemudian
masukkan lebih kurang 200 mL xilene jenuh air ke dalam labu, pasang rangkaian
alat. Masukan xilen jenuh air ke dalam tabung penerima melalui alat pendingin.
Panaskan dengan hati-hati selama 15 menit.

Setelah xilen mulai mendidih, suling dengan kecepatan lebih kurang 2 tetes tiap
detik hingga sebagian air tersuling. Kemudian naikkan kecepatan penyulingan
hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling, cuci bagian dalam pendingin
balik dengan xilen jenuh air. Lanjutkan penyulingan selama 5 menit, biarkan
tabung penerima dingin hingga suhu kamar. Baca volume air setelah air dan
toluen memisah sempurna. Hitung kadar air dalam % v/b (Kemenkes RI, 2011).

3.4.2 Penetapan Kadar Abu


3.4.2.1 Penetapan Kadar Abu Total
21

Bahan yang telah dihaluskan ditimbang dan dimasukan ke dalam krus


yang telah dipijar dan ditara, pijarkan perlahan-lahan hingga arang habis,
dinginkan dan timbang. Jika arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas,
aduk, saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan kertas saring beserta sisa
penyaringan dalam krus yang sama. Masukan filtrat ke dalam krus, uapkan dan
pijarkan hingga bobot tetap. Kadar abu total dihitung terhadap berat bahan uji,
dinyatakan dalam % b/b (Kemenkes RI, 2011).

2.6.8.1 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dididihkan


dengan 25 mL asam klorida encer selama 5 menit. Kumpulkan bagian
yang tidak larut dalam asam, saring melalui kertas saring bebas abu, cuci
dengan air panas, pijarkan dalam krus hingga bobot tetap. Kadar abu yang
tidak larut dalam asam dihitung terhadap berat bahan uji, dinyatakan
dalam % b/b (Kemenkes RI, 2011).

2.6.8.2 Penetapan Kadar Abu Larut Air

Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu total ditambahkan 25


mL air, kemudian dididihkan selama 5 menit. Abu yang tidak larut air
disaring dengan menggunakan kertas saring bebas abu. Kemudian cuci
dengan air panas, masukkan dalam krus dan pijarkan selama 15 menit
pada suhu tidak lebih dari 450 °C. Dinginkan krus dalam desikator ±
selama 30 menit, kemudian timbang. Kadar abu dihitung terhadap berat
awal sampel (Depkes RI, 1995).

3.4.3 Penetapan Kadar Sari


3.4.3.1 Penetapan Kadar Sari Larut Air

Ditimbang sebanyak 5 g serbuk simplisia. Masukan ke dalam


maserator, tambahkan 100 mL air jenuh kloroform, kocok berkali-kali
selama 6 jam pertama, biarkan selama 18 jam. Saring, uapkan filtrat
hingga kering dalam cawan yang telah dipanaskan 105 ℃ dan ditara,
22

panaskan sisa pada suhu 105 ℃ hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam %
sari larut air (Kemenkes RI, 2011).

3.4.3.2 Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

Ditimbang sebanyak 5 g serbuk simplisia. Masukan ke dalam


maserator, tambahkan 100 mL etanol p, kocok berkali-kali selama 6 jam
pertama, biarkan selama 18 jam. Saring, uapkan filtrat hingga kering
dalam cawan yang telah dipanaskan 105℃ dan ditara, panaskan residu
pada suhu 105℃ hingga bobot tetap. Hitung kadar dalam % sari larut
etanol (Kemenkes RI, 2011).

3.4.4 Penetapan Susut Pengeringan

Siapkan botol timbang dangkal dengan tutup kaca yang telah dikeringkan
selama 30 menit pada suhu penetapan, kemudian ditimbang sampai konstan.
Timbang serbuk simplisia, masukkan ke dalam botol lalu ditimbang dengan
seksama botol beserta isinya. Masukkan botol ke dalam oven dengan suhu 105 °C
dengan keadaan tutup yang dibuka. Kemudian setelah selesai dioven, berat
simplisia ditimbang hingga bobot konstan. Sebelum dan sesudah pengeringan,
biarkan botol dalam keadaan tertutup mendingin di dalam desikator hingga
mencapai suhu ruangan (Kemenkes RI, 2011).

3.5 Pembuatan Ekstrak

300 gram simplisia daging buah kupa dimaserasi dengan


menggunakan pelarut etanol 95%. Maserasi dilakukan selama 3 hari,
setiap 24 jam dilakukan pergantian pelarut dan dilakukan pengadukan
sesering mungkin. Maserat dikumpulkan kemudian ekstrak diuapkan
dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental.

3.6 Karakterisasi Ekstrak Buah Kupa


3.6.1 Penetapan Kadar Air

Tabung penerima dan pendingin dibersihkan dengan asam pencuci,


23

dibilas dengan air, dan dikeringkan dalam lemari pengering. Ke dalam


labu yang telah kering dimasukkan sejumlah zat yang akan ditimbang
seksama, yang diperkirakan mengandung 2 ml sampai 4 ml air. Dimasukkan ±
200 ml toluen ke dalam labu, kemudian alat dihubungkan. Toluen dituangkan
ke dalam tabung penerima melalui alat pendingin kemudian labu
dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, pengulangan
dimulai dengan kecepatan ± 2 tetes/detik hingga sebagian besar air tersuling,
kemudian kecepatan penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes/detik. Setelah semua
air tersuling, bagian dalam pendingin dicuci dengan toluen sambil dibersihkan.
Penyulingan dilangsungkan selama 5 menit dan tabung penerima dibiarkan
mendingin hingga suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, kadar
air ekstrak dihitung dalam persentase (Departemen Kesehatan RI, 2000).
3.6.2 Penetapan Kadar Abu Total
Lebih kurang 2 sampai 3 gram ekstrak kental yang telah digerus
dan ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam krus porselen yang telah
dipijar dan ditara, diratakan. Krus porselen bersama isinya dipijarkan perlahan
hingga arang habis, didinginkan, ditimbang sampai diperoleh bobot yang tetap.
Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Departemen
Kesehatan RI, 2000).
3.6.3 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut dalam Asam
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total didihkan dengan 25 ml
asam sulfat encer selama 5 menit, bagian yang tidak larut asam dikumpulkan,
disaring dengan kertas saring, lalu cuci dengan air panas. Residu dan kertas saring
dipijarkan sampai diperoleh bobot yang tetap, didinginkan dan ditimbang
beratnya. Kadar abu yang tidak larut asam dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara (Departemen Kesehatan RI, 2000).

3.7 Pembuatan Sediaan Hand and Body Lotion Ektrak Buah Kupa

Pembuatan Sediaan Hand and Body Lotion Ektrak Buah Kupa


3.7.1 Formula Dasar
Formula standar yang digunakan (NASUTION, 2020)
R/ Dimethicone 3,0
24

Parafin Liquid 1,5


Vaselin 1,0
Asam Stearat 2,5
Cetyl Alcohol 1,0
Triethanolamine 1,2
Pengawet 0,1
Pewangi 3 tetes
Air Suling 89,7
Selanjutnya dilakukan pengembangan formulasi sediaan hand and body lotion
yang mengandung ekstrak buah kupa dengan berbagai konsentrasi. Berdasarkan
hasil orientasi terhadap efektivitas sebagai pelembab kulit diperoleh hasil bahwa
ekstrak buah kupa dengan konsentrasi 0,5% mampu memberikan peningkatan
kelembaban kulit. Orientasi dilanjutkan dengan penggunaan ekstrak buah kupa
yaitu 0,5%,1%,1,5%.
Tabel 3.1 Komposisi Bahan dalam Hand and Body Lotion
Konsentrasi (g)
Bahan
F0 F1 F2 F3
Ekstrak Buah Kupa - 0,5 1 1,5
Dimethicone 3 3 3 3
Parafin Liquid 1,5 1,5 1,5 1,5
Vaselin 1 1 1 1
Asam Stearat 2,5 2,5 2,5 2,5
Setil Alkohol 1 1 1 1
Triethanolamine 1,2 1,2 1,2 1,2
Pengawet 0,1 0,1 0,1 0,1
Essen lemon 3 tetes 3 tetes 3 tetes 3 tetes
Air Suling ad 100 100 100 100

Keterangan :
F0 : Sediaan hand and body lotion tanpa ekstrak buah kupa (blanko)
F1 : Sediaan hand and body lotion dengan konsentrasi ekstrak buah kupa 0,5 %
F2 : Sediaan hand and body lotion dengan konsentrasi ekstrak buah kupa 1%
F3 : Sedian hand and body lotion dengan konsentrasi ekstrak buah kupa 1,5%

3.7.2 Prosedur Pembuatan Sediaan Hand and Body Lotion


Prinsip pembuatan hand and body lotion adalah pencampuran beberapa
25

bahan yang disertai pengadukan dan pemanasan yang sempurna. Bahan


dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu bahan yang larut dalam minyak dan bahan
yang larut dalam air. Bahan-bahan yang termasuk fase minyak antara lain asam
stearat, setil alkohol, vaselin album, paraffin cair, dan dimethicone. Bahan-bahan
yang termasuk fase air antara lain triethanolamin, air suling dan nipagin dan essen
lemon.
Panaskan fase minyak (A) dan fase air (B) pada suhu sekitar 70℃ dalam
wadah terpisah dan aduk hingga homogen. Tambahkan fase air panas (Fase B) ke
fase minyak panas (Fase A) sedikit demi sedikit sambil digerus hingga homogen.
Kecepatan penggerusan dan kecepatan penambahan harus konstan sehingga fase
minyak didispersikan dengan cepat dalam fase air selama penambahan. Namun,
kecepatan penggerusan tidak boleh terlalu cepat karena dapat menimbulkan
gelembung gelembung udara atau busa (foam). Setelah homogen, kedua massa
tersebut dicampur didalam lumpang yang telah dipanaskan sehingga terbentuk
massa C. Ekstrak etanol buah kupa digerus pada lumpang lain, kemudian
dicampur dengan massa C sedikit demi sedikit hingga ekstrak buah kupa
bercampur dengan basis hand and body lotion. Kemudian ditambahkan pewangi
(essen lemon). Setelah penambahan pewangi, pengadukan terus dilakukan hingga
terbentuk hand and body lotion ekstrak etanol buah kupa (Dayan 2017 dalam
Palevi, 2019)

3.8 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan Hand and Body Lotion

3.8.1 Uji Homogenitas


Pengujian homogenitas dilakukan dengan cara menimbang sebanyak 0,1 g
hand and body lotion ekstrak buah kupa. hand and body lotion diletakkan di
tengah object glass lalu diratakan dan ditutup dengan object glass lainnya.
Homogenitas lotion diamati menggunakan kaca pembesar, dan diperhatikan ada
tidaknya partikelpartikel kasar atau ketidakhomogenan pada sediaan.
3.8.2 Uji Tipe Emulsi
Metode zat warna yaitu sejumlah tertentu sediaan diletakkan diatas objek
gelas, ditambahkan 1 tetes metil biru ke dalam sediaan lalu diaduk. Kemudian
tutup dengan kaca penutup dan diamati. Bila metil biru tersebar merata berarti
26

sediaan tersebut tipe emulsi m/a, tetapi bila hanya bintik-bintik biru berarti
sediaan tersebut tipe emulsi a/m.
3.8.3 Uji Stabilitas
Sebanyak 50 ml dari masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam
pot plastik 100 ml. Selanjutnya dilakukan pengamatan berupa pecah atau tidaknya
emulsi, perubahan warna, dan perubahan bau pada saat sediaan selesai dibuat serta
dalam penyimpanan selama 1, 4, 8, dan 12 minggu pada suhu kamar.
3.8.4 Uji pH
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter
Dengan cara alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar
standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar asam (pH 4,01) hingga alat
menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan akuades, lalu
dikeringkan dengan tisu. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 g
sediaan dilarutkan dalam akuades sampai dengan 100 ml, elektroda dicelupkan
dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan
angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2003).
3.8.5 Uji Daya Lekat
Hand and body lotion ditimbang sebanyak 0,1 g diletakkan di tengah object
glass dan ditutup dengan object glass lainnya. Anak timbangan 50 g diletakkan di
atas object glass penutup selama 5 menit. Ujung object glass penutup dan ujung
object glass bagian bawah dikaitkan dengan penjepit pada alat uji daya lekat, lalu
penyangga beban dilepas. Lama waktu kedua object glass terlepas dari alat uji
dicatat sebagai waktu lekat sediaan.
3.8.6 Uji Daya Sebar
Pengujian daya sebar dilakukan dengan menimbang sediaan hand and body
lotion sebanyak 0,5 g diletakkan di tengah kaca bundar berskala, diatas sediaan
diletakkan kaca bundar lain yang telah ditimbang lalu didiamkan selama 1 menit
dan dicatat diameter penyebarannya. Beban seberat 50 g ditambahkan diatas kaca
penutup dan didiamkan selama 1 menit lalu dicatat diameter penyebarannya.
Pemberat ditambahkan dengan kelipatan 50 g hingga mencapai 200 g, kemudian
diukur diameter dan luas penyebarannya.
3.8.7 Uji Pengujian Viskositas
27

Pengujian viskositas sediaan hand and body lotion dilakukan dengan


memasukkan 120 gram sediaan ke dalam wadah, kemudian diukur viskositasnya
menggunakan viskometer Brookfield tipe DV-E. Pengukuran dimulai dengan
melakukan pemasangan spindle nomor 64 dengan memutar pengunci spindle
searah jarum jam. Kecepatan spindle diatur pada kecepatan 10 rpm. Pengukuran
viskositas dicatat dari angka yang paling lama dan sering muncul pada layar
viscometer dengan persentase kurang lebih 58%.
3.8.8 Uji Iritasi
Uji iritasi sediaan dilakukan terhadap sediaan hand and body lotion ekstrak
buah kupa dengan maksud untuk mengetahui bahwa hand and body lotion yang
dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak. Iritasi dapat dibagi menjadi
2 kategori yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah terjadi
pelekatan atau penyentuhan pada kulit dan iritasi sekunder yang reaksinya baru
timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit.
Percobaan ini dilakukan pada 18 orang sukarelawan. Sediaan sebanyak 500
mg dioleskan dibelakang telinga dengan diameter 3 cm, kemudian dibiarkan
selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa kemerahan, gatal, dan
pembengkakan pada kulit.
3.8.9 Uji Efekvitas
Pengujian efektivitas sediaan dilakukan terhadap 20 orang sukarelawan. Pengujian
dilakukan pada daerah kulit. Pengelompokan dibagi menjadi:
a) Kelompok I : 3 orang panelis menggunakan sediaan blanko
b) Kelompok II : 3 orang panelis menggunakan konsentrasi 0,5%
c) Kelompok III : 3 orang panelis menggunakan konsentrasi 1%
d) Kelompok IV : 3 orang panelis menggunakan konsentrasi 1,5 %

3.9 Analisis Data


Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical
Product and Service Solution) 22. Langkah pertama data dianalis dengan
menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov untuk menentukan homogenitas dan
normalitasnya. Kemudian jika data normal, dilanjutkan dengan dianalisis
menggunakan metode One Way Anova untuk menentukan perbedaan rata-rata
28

diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Post Hoc
Tukey HSD untuk melihat perbedaan antar perlakuan. Sedangkan jika data tidak
normal, dilanjutkan dengan dianalisis menggunakan metode Kruskal Wallis untuk
menentukan perbedaan rata-rata diantara kelompok. Jika terdapat perbedaan,
dilanjutkan dengan uji Post Mann-Whitney untuk melihat perbedaan antar
perlakuan.
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tanaman


Obat. In Departemen Kesehatan RI. Hal (Vol. 1, pp. 10–11).
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 300–304, 306.
DJ, S., & Suita, E. (2019). Kriteria bibit tanaman hutan siap tanam :
Gafur, M. A., Isa, I., & Bialangi, N. (2012). Isolasi dan Identifikasi Senyawa
Flavonoid dari Daun Jamblang (Syzygium cumini). Jurusan Kimia Fakultas
Mipa Universitas Negeri Gorontalo, 11.
Kemenkes RI. (2011). Buku Famakope Herbal Indonesia Edisi I.
Kusantati, H., Prihatin, P. T., & Wiana, W. (2008). Tata Kecantikan Kulit Untuk
SMK Jilid 2 (Vol. 53, Issue 9).
NASUTION, R. A. P. (2020).Formulasi Sediaan Hand and Body Lotion Ekstrak
Etanol Buah Goji Berry ( Lycium barbarum L.). Formulasi Sediaan Hand
and Body Lotion Ekstrak Etanol Buah Goji Berry ( Lycium Barbarum L., 4–
16.
Nurmalasari, T., Zahara, S., Arisanti, N., Mentari, P., Nurbaeti, Y., Lestari, T., &
Rahmiyani, I. (2016). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Kupa
(Syzygium polycephalum) Terhadap Radikal Bebas dengan Metode DPPH.
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-Ilmu Keperawatan,
Analis Kesehatan Dan Farmasi, 16(1), 61.
https://doi.org/10.36465/jkbth.v16i1.167
Ode, W., & Zubaydah, S. (2017). Anthoycanin Total and Antioxidant Activity of
Ruruhi (Syzygium Polycephalum Merr.) Fruits. Pharmacon, 6(3).
https://doi.org/10.35799/pha.6.2017.16868
29

Palevi, S. . (2019). Formulasi dan Uji Aktivitas Lotion Tabir Surya Ekstrak
Etanol Daun Ketumbar. (Coriandrum sativum L.). https://library.usu.ac.id
Purwaningsih, S., Salamah, E., & Budiarti, T. (2014). Formulasi Skin Lotion
Dengan Penambahan Karagenan Dan Antioksidan Alami Dari Rhizophora
Mucronata Lamk. Jurnal Akuatika Indonesia, 5(1), 245758.
Puspitasari, D. F., & Sofandi, A. (2020). ( Syzgium polycephalum Merr )
Phytochemical Screening, Physical Formulation and Characteristics Test
Double Emulsion Kupa Dried Fruit ( Syzgium polycephalum Merr) Sekolah
Tinggi Ilmu Farmasi ” Yayasan Pharmasi ” Semarang Pendahuluan. 5(1),
8–14.
Putri, K. P., & Suita, E. (2005). Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia, Jilid V. In
Atlas Benih Tanaman Hutan Indonesia, Jilid V, Edisi Khusus Andalan Jawa
Barat (Vol. 4, Issue 2).
R Jemi, W Syafii, F Febrianto, M. H. (2018). Sifat Anti Jamur Kayu Kupa
(Syzygium polycephalum (Mig)). Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kayu Tropis,
VIII, 93–108.
Rahmiyani, I. (2018). Penetapan Kadar Flavonoid Total Ekstrak Buah Kupa
(Shyzigium Polycepalum Miq.) Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis.
Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-Ilmu Keperawatan,
Analis Kesehatan Dan Farmasi, 17(2), 487.
https://doi.org/10.36465/jkbth.v17i2.276
Rowe, R. ., Sheskey, P. ., & Quinn, M. . (2015). Linked data annotation and
fusion driven by data quality evaluation. Revue Des Nouvelles Technologies
de l’Information, E.28, 257–262.
Sayuti, N. A., AS, I., & Suhendriyo, S. (2016). Formulasi Hand & Body Lotion
Antioksidan Ekstrak Lulur Tradisional. Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan,
5(2), 174–181. https://doi.org/10.37341/interest.v5i2.51
Styawan, A. A., & Sukmawati, I. (n.d.). Formulasi Sediaan Lipstik Ekstrak Daun
Jati (Tectona grandis L., f. ) Sebagai Zat Pewarna. 56–62.
Tessa, J. (2010). Karakterisasi simplisia, skrining fitokimia dan uji aktivitas
antioksidan ekstrak etanol dan fraksi bunga tumbuhan brokoli (.
Tranggono, R. I., & Latifah, F. (2014). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
30

Kosmetik. In Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik (pp. 5–23).


Wardana, A. P., Arwanda, R., & Nabila, S. (2015). Uji Skrining Fitokimia
Ekstrak Metanol Tumbuhan Gowok ( Syzygium polycephalum )
Phytochemical Scfeening Test on Methanol Extract of Gowok ( Syzygium
polycephalum ). June 2018, 3–4.
Yuniarti, N., Bramasto, Y., Jam’an, D. F., & Sudrajat, D. J. (2016). Teknologi
Perbenihan 10 Jenis Tanaman Hutan Andalan. Dc, 1–85.

Anda mungkin juga menyukai