Anda di halaman 1dari 117

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA SEDIAAN MASKER

GEL PEEL OFF PERASAN LABU SIAM (Sechium edule)

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

TIARA AYUNANDA
1608E042

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2018

1
ii

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA SEDIAAN MASKER


GEL PEEL OFF PERASAN LABU SIAM (Sechium edule)

KARYA TULIS ILMIAH


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai
Gelar Derajat Ahli Madya

Oleh :

TIARA AYUNANDA
1608E042

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2018

ii
iii

HALAMAN PERSETUJUAN

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA SEDIAAN MASKER


GEL PEEL OFF PERASAN LABU SIAM (Sechium edule)

Oleh :

TIARA AYUNANDA

1608E042

DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH:

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Heru Nurcahyo, S.Farm.,M.Sc.,Apt Anggy Rima Putri,M.Farm.,Apt


NIDN : 0611058001 NIDN : 0601068801

iii
iv

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

NAMA : TIARA AYUNANDA

NIM : 1608E042

Juruan / Program Studi : FARMASI

Judul Karya Tulis Ilmiah : UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA

SEDIAAN MASKER GEL PEEL OFF PERASAN LABU SIAM (Secium edule)

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Farmasi pada Jurusan / Program Studi DIII Farmasi, Politeknik Harapan
Bersama Tegal.

TIM PENGUJI

Penguji 1 : Aldi Budi Riyanta, S.Si., M.T (...............................)

Penguji 2 : Heru Nurcahyo, S.Farm., M.Sc., Apt (...............................)

Penguji 3 : Anggy Rima Putri, M.Farm., Apt (...............................)

Tegal,

Program Studi DIII Farmasi


Ketua Program Studi,

Heru Nurcahyo, S.Farm.,M.Sc.,Apt


NIDN : 0611058001

iv
v

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber

baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

NAMA : Tiara Ayunanda


NIM : 1608E042
Tanda Tangan :

Tanggal : 10 Januari 2019

v
vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Politeknik Harapan Bersama Tegal, saya yang bertanda
tangan dibawah ini :
Nama : Tiara Ayunanda
NIM : 1608E042
Jurusan / Program Studi : Farmasi
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Polteknik Harapan Bersama Tegal Hak Bebas Royalti Nonekslusif (None-
exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA SEDIAAN MASKER GEL PEELOFF
PERASAN LABU SIAM (Sechium edule)
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas
Royalti/Noneksklusif ini Politeknik Harapan Bersama Tegal berhak menyimpan,
mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan karya ilmiah saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di :

Pada Tanggal : 10 Januari 2019


Yang menyatakan

Tiara Ayunanda

vi
vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Jika kau tak suka sesuatu, ubahlah! Jika kau tak bisa, maka ubahlah cara

pendangmu tentangnya.

Sukses adalah saat persiapan dan kesempatan bertemu.

Kesempatan bukanlah hal yang kebetulan. Kau harus menciptakannya.

Barang siapa beriman kepada allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata

baik atau diam.

Kupersembahkan buat :

Kedua orang tuaku

Teman-teman angkatanku

Keluarga kecil Prodi DIII Farmasi

Almamaterku

vii
viii

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“Uji Aktivitas Antioksidan Pada Sediaan Masker Gel Peel Off Perasan Labu Siam

(Sechium edule)” tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat hingga akhir zaman.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka melengkapi

salah satu syarat menyelesaikan studi Diploma III program studi Farmasi di

Politeknik Harapan Bersama Tegal. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan

bimbingan dari beberapa pihak akan sulit untuk menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ir. MC. Chambali, B.eng M.Kom selaku Direktur Politeknik Harapan

Bersama Tegal.

2. Heru Nurcahyo, S.Farm., M.Sc, Apt selaku Ka. Prodi DIII Farmasi

Politeknik Harapan Bersama Tegal, sekaligus selaku Pembimbing I

yang telah membantu terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Anggy Rima Putri, M.Farm., Apt selaku Pembimbing II yang telah

membantu terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Bapak, Ibu, dan Adikku tercinta yang telah memberikan dukungan moral

dan material serta doa dan semangat sehingga penulis mampu

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.


ix

5. Laboran Farmasi yang telah membantu dalam proses penelitian.

6. Teman-temanku tersayang Sabila, Hajar, Verrens, Rima, Mba Jati, dan

Mba Izza atas dukungan, motivasi dan kebersamaannya selama ini.

7. Teman-temanku kelas H dan satu angkatan.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan agar Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih baik. Semoga Karya Tulis

Ilmiah ini bermanfaat bagi pembacanya.

Tegal, Januari 2019

Penulis

ix
x

INTISARI

Ayunanda,Tiara.2018,”Uji Aktivitas Antioksidan Pada Sediaan Masker


GelPeel Off Perasan Labu Siam (Sechium edule)”.

KARYA TULIS ILMIAH DIII FARMASI POLITEKNIK HARAPAN


BERSAMA TEGAL

Tanaman labu siam (Sechium edule) merupakan salah satu tanaman yang
mengandung zat antioksidan untuk wajah. Tanaman labu siam mengandung tanin
senyawa antioksidan merupakan zat yang digunakan untuk menghambat radikal
bebas. Masker gel peel off merupakan masker yang praktis dalam penggunaannya
dan dapat diangkat atau dilepaskan seperti membran elastik. Biasanya dibuat
dalam bentuk gel atau pasta, yang dioleskan kekulit wajah.
Telah dilakukan penelitian mengenai uji aktivitas antioksidan pada sediaan
masker gel peel off perasan labu siam (Sechium edule) dengan menggunakan
metode DPPH dengan spektrofotometri. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antioksidan pada sediaan masker gel peel off perasan labu
siam dengan konsentrasi perasan 10%, 20%, 30%. Untuk menguji ada atau
tidaknya tanin untuk mengetahui adanya antioksidan yang terkandung dalam labu
siam dilakukan uji kualitatif perubahan warna. Masker gel yang diperoleh
dilakukan uji aktivitas antioksidan dan uji sifat fisik yang meliputi uji organoleptis,
homogenitas, pH, daya sebar, daya lekat, dan daya proteksi.
Pengujian aktivitas antioksidan pada masker gel peel off perasan labu siam
pada konsentrasi 10%, 20%, dan 30% dengan metode DPPH memiliki nilai IC50
berturut-turut 340,32 µg/ml, 301,57 µg/ml, dan 287,54 µg/ml, sedangkan pada uji
fisik yang dihasilkan uji organoleptis sediaan yang berbau khas perasan, bentuk
kental dan warna putih; sediaan masker gel homogen; mempunyai pH 6; daya
sebar 6,36 cm; daya lekat yang paling besar 22,5 detik; daya proteksi yang paling
besar 08,58 detik. Hasil penelitian menunjukan kandungan antioksidan yang
dihasilkan bersifat lemah dan perbedaan konsentrasi mempengaruhi sifat fisik
masker gel peel off.

Kata kuci : Tanaman Labu Siam, Masker Peel Off, Gel, Perasan, Tanin, Sifat
Fisik, Antioksidan.

x
xi

Abstract

Ayunanda, Tiara. Heru Nurcahyo, S.Farm.,M.Sc.,Apt, Anggy Rima


Putri,M.Farm.,Apt, 2018. Antioxidant Activity Test toward Peel Off Gel
Mask from Chayote (Sechium edule)Juice
Chayote (Sechium edule) is a plant that contains antioxidants for the
face. Chayote plants contain tannins antioxidant compounds are substances that
are used to inhibit free radicals. The peel off gel mask is a practical mask in its use
and can be removed or released like an elastic membrane. Usually made in the
form of a gel or paste, which is applied to the skin of the face.

Research had been carried out on the antioxidant activity test on the
preparation of peel off gel mask in chayote juice (Sechium edule) using the DPPH
method with spectrophotometry. This study aimd to determine the antioxidant
activity of peel-off gel mask preparations with chayote juice with a concentration
of 10%, 20%, 30%. To test for the presence or absence of tannins to determine the
presence of antioxidants contained in chayote qualitative test of color change was
carried out. Gel masks obtained were tested for antioxidant activity and physical
properties including organoleptic tests, homogeneity, pH, dispersion, adhesion,
and protection power.

Testing of antioxidant activity on peel off gel masks of chayote juice at


concentrations of 10%, 20%, and 30% with DPPH method had IC50 values of
340.32 µg / ml, 301.57 µg / ml, and 287.54 µg respectively. / ml, whereas in the
physical test an organoleptic test of the preparations produced which smelled of
special juice, thick and white in color; homogeneous gel mask preparations; has a
pH of 6; spread of 6.36 cm; greatest adhesion power of 22.5 seconds; the highest
protection power is 08.58 seconds. The results showed that the antioxidant content
produced was weak and differences in concentration affected the physical
properties of the peel off gel mask.

Keywords : Chayote, Peel Off Mask, Gel, Juice, Tannin, Physical Properties,
Antioxidant

xi
xii

DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul .............................................................................................. i
Halaman Judul.................................................................................................. ii
Halaman Persetujuan ........................................................................................ iii
Halaman Pengesahan ....................................................................................... iv
Halaman Pernyataan Orisinalitas.. ................................................................... v
Halaman Persetujuan Publikasi ........................................................................ vi
Halaman Motto dan Persembahan .................................................................. vii
Prakata............................................................................................................. viii
INTISARI........................................................................................................ x
ABSTRACT.................................................................................................... xi
DAFTAR ISI.................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3
1.3 Batasan Masalah ....................................................................................... 4
1.4 Tujuan Masalah ......................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
1.6 Keaslian Penelitian .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS.................................. 6
2.1 Tinjauan Pustaka..................................................................................... 6
2.1.1 Labu Siam.............................................................................................. 6
1. Klasifikasi Labu Siam.................................................. 6
2. Morfologi Labu Siam.................................................. 7

xii
xiii

3. Kandungan Kimia Labu Siam..................................... 7


4. Manfaat Labu Siam....................................................... 8
2.1.2 Tanin.................................................................................................... 8
2.1.3 Antioksidan.......................................................................................... 9
2.1.4 Gel....................................................................................................... 11
1. Komponen Gel............................................................ 13
2. Monografi Bahan Tambahan....................................... 14
2.1.5 Masker Gel Peel Off........................................................................... 17
2.1.6 Uji Identifikasi Tanin........................................................................ 17
2.1.7 Evaluasi Gel.......................................................................... 18
2.1.8 Uji Aktivitas Antioksidan.................................................................. 20
2.2 Hipotesis........................................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 23
3.1 Objek Penelitian................................................................................. 23
3.2 Sampel dan Teknik Sampling........................................................... 23
3.3 Variabel Penelitian........................................................................... 24
1. Variabel bebas..................................................................... 24
2. variabel terikat.................................................................... 24
3. Variabel terkontrol.............................................................. 24
3.4 Teknik Pengumpulan Data............................................................. 25
3.5 Cara Kerja....................................................................................... 26
3.6 Evaluasi Sediaan Gel...................................................................... 31
3.7 Uji Aktivitas Antioksidan............................................................. 38
3.8 Cara Analisis................................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 44

xiii
xiv

BAB V SIMPULAN DAN SARAN.......................................................... 73


5.1 Simpulan....................................................................................... 73
5.2 Saran............................................................................................. 73
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 74
LAMPIRAN............................................................................................... 77

xiv
xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Keaslian Penelitian..................................................................... 5


Tabel 2 Formulasi Sediaan Gel Peel Off.................................................. 29
Tabel 3 Uji makroskopis.......................................................................... 45
Tabel 4 Uji mikroskopis.......................................................................... 45
Tabel 5 Uji identifikasi kandungan tanin................................................ 46
Tabel 6 Hasil uji organoleptis................................................................. 49
Tabel 7 Hasil uji homogenitas................................................................. 50
Tabel 8 Hasil pengukuran pH.................................................................. 52
Tabel 9 Hasil uji daya sebar.................................................................... 53
Tabel 10 Analisa Anova uji daya sebar beban 150 g................................ 55
Tabel 11 Hasil uji daya lekat..................................................................... 57
Tabel 12 Analisa Anova uji daya lekat...................................................... 58
Tabel 13 Hasil uji daya proteksi................................................................ 59
Tabel 14 Analisa Anova uji daya proteksi................................................. 61
Tabel 15 Hasil ringkasan uji sediaan masker gel...................................... 62
Tabel 16 Data absorbansi panjang gelombang.......................................... 64
Tabel 17 Data hasil absorbansi & % inhibisi........................................... 67
Tabel 18 Tingkat kekuatan antioksidan.................................................... 68
Tabel 19 Data regresi linier....................................................................... 69
Tabel 20 Data hasil aktivitas antioksidan................................................. 72

xv
xvi

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1. Tanaman Labu Siam............................................................ 6


2. Gambar Skema 3.1. Cara Kerja Pengumpulan Bahan.............................. 27
3. Gambar Skema 3.2. Uji Mikroskopis....................................................... 28
4. Gambar Skema 3.3. Uji Makroskopis...................................................... 28
5. Gambar Skema 3.4. Uji Identifikasi Tanin............................................... 29
6. Gambar Skema 3.5. Pembuatan Masker Gel............................................ 31
7. Gambar Skema 3.6. Uji Organoleptis....................................................... 32
8. Gambar Skema 3.7. Uji Homogenitas...................................................... 32
9. Gambar Skema 3.8. Uji pH...................................................................... 33
10. Gambar Skema 3.9. Uji Daya Sebar......................................................... 34
11. Gambar Skema 3.10. Uji Daya Lekat....................................................... 35
12. Gambar Skema 3.11. Uji Daya Proteksi................................................... 37
13. Gambar Skema 3.12. Pembuatan Larutan DPPH..................................... 38
14. Gambar Skema 3.13. Pembuatan Larutan Induk 1000 ppm..................... 39
15. Gambar Skema 3.14. Pembuatan Larutan Seri......................................... 40
16. Gambar Skema 3.15. Penentuan Panjang Gelombang............................. 41
17. Gambar Skema 3.16. Pengukuran Serapan Antioksidan.......................... 42
18. Gambar Skema 4.1. Kurva Pengukuran Panjang Gelombang................... 65
19. Gambar Skema 4.2. Kurva Linier Formula I............................................ 69
20. Gambar Skema 4.3. Kurva Linier Formula II........................................... 70
21. Gambar Skema 4.4. Kurva Linier Formula III.......................................... 71
22. Gambar Skema 4.5. Kurva Linier Formula IV......................................... 71

xvi
xvii

LAMPIRAN

1. Lampiran 1. Perhitungan Formula.......................................................... 77

2. Lampiran 2. Perhitungan Daya Sebar.................................................... 80

3. Lampiran 3. Perhitungan Konsentrasi.................................................... 85

4. Lampiran 4. Perhitungan % Inhibisi...................................................... 87

5. Lampiran 5. Perhitungan Nilai IC50...................................................... 89

6. Lampiran 6. Perhitungan Presisi............................................................. 92

7. Lampiran 7. LOD & LOQ...................................................................... 94

8. Lampiran 8. Foto Penelitian................................................................... 97

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit memiliki peran yang sangat besar dalam perlindungan tubuh

dari lingkungan luar, seperti benturan fisik maupun paparan radikal bebas

(Aisah, 2018). Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang

mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital

terluarnya. Senyawa radikal bebas timbul akibat berbagai proses kimia

kompleks dalam tubuh, berupa hasil samping dari proses oksidasi atau

pembakaran sel yang berlangsung pada oksidasi yang berlebihan. Berbagai

bukti ilmiah menunjukkan bahwa senyawa antioksidan mengurangi resiko

terhadap penyakit kronis seperti kanker dan penyakit jantung koroner

(Rosahdi dkk, 2013).

Radikal bebas yang dihasilkan secara terus menerus selama proses

metabolisme normal, dianggap sebagai penyebab terjadinya kerusakan

fungsi sel-sel tubuh yang akhirnya menjadi pemicu timbulnya penyakit

degenaratif(Bahriul dkk, 2014). Radikal bebas dalam tubuh bersifat sangat

reaktif dan akan berinteraksi secara destruktif melalui reaksi oksidasi

dengan bagian tubuh maupun sel-sel tertentu yang tersusun atas lemak,

protein, karbohidrat, DNA, dan RNA sehingga memicu berbagai penyakit

seperti jantung koroner, penuaan dini dan kanker. Oleh

1
2

sebab itu dibutuhkan antioksidan untuk mengatasi radikal bebas (Rosahdi

dkk, 2013).

Menurut Aisah (2018), saat ini antioksidan telah banyak beredar

antara lain dalam bentuk sediaan gel. Pemanfaatan efek antioksidan pada

sediaan yang ditujukan pada kulit wajah, lebih baik bila diformulasikan

dalam bentuk sediaan kosmetika topikal dibandingkan oral. Salah satu

bentuk sediaan kosmetika topikal adalah masker dalam bentuk gel, seperti

masker peel-off.

Masker wajah dalam kalangan masyarakat sangat digemari

terutama bagi seorang wanita. Masker kecantikan yang berwujud sediaan

gel, pasta dan serbuk yang dioleskan untuk membersihkan,

mengencangkan kulit, menyegarkan, melembabkan, melembutkan kulit

wajah, dan mampu merilekskan otot-otot wajah(Sukmawati dkk, 2013).

Masker gel peel off merupakan masker yang praktis, dalam

penggunaannya, setelah kering masker dapat langsung dilepas dan

menghilangkan sisa-sisa kotoran yang menempel pada permukaan kulit

wajah (Izzati, 2014).

Berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Rahayu dan Suarna,

2017), pertumbuhan pasar industri ini rata-rata mencapai 9,67% pertahun

dalam 6 tahun terakhir (2009 – 2015). Diperkirakan Market Size pasar

kosmetik sebesar Rp. 46,4 triliun ditahun 2017. Dengan jumlah tersebut,

Indonesia merupakan Potential Market bagi para pengusaha Industri


3

kecantikan baik dari luar maupun dalam negeri. Ekspornya pun tergolong

tinggi, yaitu mencapai Rp. 11 Triliun pada tahun 2015.

Salah satu buah yang memiliki potensi antioksidan yang tinggi dan

digunakan sebagai bahan aktif dalam sediaan masker wajah yaitu labu

siam. Menurut Khikmawati (2009), daging buah labu siam terdiri dari 90%

air dan 7,5% karbohidrat, sehingga pada penelitian ini digunakan metode

perasan dari buah labu siam. Labu siam ini memiliki senyawa antara lain

saponin, tanin, alkaloid, polifenol, antosianin, dan flavonoid(Aisah, 2018).

Pengukuran aktivitas antioksidan dapat dilakukan dengan beberapa

metode diantaranya dengan metode DPPH. Metode DPPH menggunakan

1,1-difenil-2-pikrilhidrazil sebagai sumber radikal bebas. Metode DPPH

merupakan metode yang mudah, cepat dan sensitif untuk pengujian

aktivitas antioksidan senyawa tertentu atau ekstrak tanaman. Prinsipnya

adalah reaksi penangkapan hydrogen oleh DPPH dari zat antioksidan

(Handayani, 2016).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian

mengenai Uji Aktivitas Antioksidan Pada Sediaan Masker Gel Peel Off

Perasan Labu Siam (Sechium edule)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah formulasi sediaan masker gel peel off perasan labu siam

mengandung antioksidan?

2. Pada formulasi berapa sediaan masker gel peel off perasan labu siam

yang memiliki aktivitas antioksidan yang paling tinggi?


4

1.3 Batasan Masalah

1. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu siam yang

diperoleh dari Desa Adiwerna, Kecamatan Adiwerna, Kabupaten

Tegal.

2. Sifat fisik gel yang diujikan antara lain uji organoleptis, pH,

homogenitas, daya sebar, daya lekat, daya proteksi.

3. Metode yang digunakan dalam pembuatan gel peel off yaitu perasan.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah sediaan masker gel peel off perasan labu

siam memiliki kandungan antioksidan.

2. Untuk mengetahui aktivitas antioksidan yang paling tinggi pada

formulasi sediaan masker gel peel offperasan labu siam.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai dasar untuk melakukan penelitian dalam rangka

pengembangan labu Siam (Sechium edule).

2. Untuk memberitahukan bahwa labu siam dapat dimanfaatkan sebagai

bahan dalam gel.

3. Memberikan pengetahuan kepada pembaca khususnya tentang

manfaat labu Siam (Sechium edule).


5

1.6 Keaslian Penelitian

Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil pemikiran penulis

sendiri dari penelitian orang lain sebagai acuan untuk diteliti.

Tabel 1. Keaslian Penelitian

Pembeda Peneliti I Peneliti II Peneliti KTI

(Aisah, 2018) (Handayani, 2016) Ayunanda, 2019

Judul Uji Aktivitas Formulasi Uji Uji Aktivitas


Penelitian Antioksidan Sediaan Aktivitas Antioksidan
Gel Masker Peel Off Antioksidan Sediaan Pada Sediaan
Ekstrak Kulit Kacang Gel Ekstrak Daun Masker Gel Peel
Tanah Binahong Off Perasan Labu
(ArachisHypogeae) (Anrederacordifolia Siam
Dengan Penambahan (Tenore) Steenis (Sechiumedule)
Perasan Kulit Nanas
(AnanasComosus L)
Sampel Kulit Kacang Tanah Daun Binahong Labu Siam
Penelitian (ArachisHypogeae) (Anrederacordifolia (Sechiumedule)
Dengan Penambahan (Tenore) Steenis
Perasan Kulit Nanas
(Ananas Comosus L)
Tempat Pasar bawang dan Daerah Pepedan, Pasar bawang
Penelitian pasar Pepedan daerah Kecamatan Adiwerna,
KabupatenTegal Dukuhturi, Kecamatan
Kabupaten Tegal Adiwerna,
Kabupaten Tegal
Metode Kualitatif dan Kualitatif dan Kualitatif dan
analisis Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif
Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada judul, sampel yang

digunakan dantempat penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1. Labu Siam (Sechium edule)

Gambar 2.1.Tanaman Labu Siam

1. Klasifikasi Tanaman

Menurut Riana (2010), klasifikasi tanaman labu siam

adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Cucurbitales

Keluarga : Cucurbitaceae

Marga : Sechium

Varietas : Sechium edule

71
8

2. Morfologi Tanaman

Labu siam (Sechium edule) merupakan tanaman perdu yang

beradaptasi paling baik pada iklim tropis panas dan tidak tahan

pada daerah kering dan pada ketinggian yang sangat tinggi.

Labu siam memiliki batang lunak, beralur, banyak cabang,

terdapat pembelit berbentuk spiral, kasap dan berwarna hijau.

Bunga dari labu siam berwarna kuning dengan dengan putik

satu. Labu siam berakar tunggang, berwarna putih kecoklatan.

Buah berukuran agak lebih besar dari kepalan tangan,

berbentuk membulat kebawah, ada alur pada kulit luar yang

agak mirip dengan pembagian ruang dalam buah. Daun

berbentuk jantung, tepi bertoreh, ujung meruncing, pangkal

runcing, kasap, panjang 4-25 cm, lebar 3-20 cm, tangkai

panjang, pertulangan menjari dan berwarna hijau. Sedangkan

biji berbentuk pipih , berkeping dua dan berwarna putih (Riana,

2010).

3. Kandungan Kimia Labu Siam

Buah labu siam mengandung saponin, alkaloid, tanin,

polifenol, antosianin dan flavonoid. Sedangkan daunnya

mengandung saponin (Riana, 2010).


9

4. Manfaat Labu Siam

Dalam bidang pengobatan, labu siam memiliki aktivitas

diuretik, antihiperlipidemia, antiinflamasi, dan penurunan kadar

glukosa darah (Putri, 2012). Saponin sangat bermanfaat dalam

menghambat dan mencegah penyerapan kolesterol dalam

tubuh. Alkaloid mampu memperlancar peredaran darah

sehingga dapat mencegah stroke, sedangkan tanin memiliki

aktivitas antimikroba. Senyawa polifenol, antosianin, dan

flavonoid memiliki aktivitas antioksidan, menurunkan risiko

penyakit jantung, menurunkan tekanan darah, membantu

mencegah kanker, dan membantu menghentikan proses

inflamasi. Labu siam juga memiliki efek antioksidan

antimikrobial aksi diuretik dan antihipertensi Selain itu labu

siam mempunyai efek hipoglikemik pada kehamilan. Labu

siam memiliki saponin sangat bermanfaat dalam menghambat

dan mencegah penyerapan kolesterol dalam tubuh. Alkaloid

mampu memperlancar peredaran darah sehingga dapat

mencegah stroke, sedangkan tanin memiliki aktivitas

antimikroba.

2.1.2 Tanin

Tanin merupakan senyawa alami dengan berat molekul

500-3000, dengan beberapa gugus hidroksi fenol bebas, terbentuk


10

ikatan stabil dengan protein dan biopolimer (Ryanata, 2015).Tanin

terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisakhkan dan sukar

mengkristal, mengendapkan protein dari larutannya dan

bersenyawa dengan protein tersebut. Tanin dibagi menjadi dua

kelompok yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin

memiliki peranan biologis yang kompleks mulai dari pengendap

protein hingga pengkhelat logam. Tanin juga dapat berfungsi

sebagai antioksidan biologis (Malangngia dkk, 2012).

Tanin merupakan senyawa aktif metabolit sekunder yang

diketahui mempunyai beberapakhasiat yaitu sebagai astringen,

antidiare, antibakteri, dan antioksidan. Banyak juga digunakan

sebagai penyamak kulit karena kemampuannya untuk

mengendapkan protein tanpa mengubah sifat fisika dan kimia kulit,

selain itu, tanin digunakan sebagai zat pewarna, bahan pengawet

minuman, bahan baku pembuatan obat-obatan (Danarto dkk,

2011).

2.1.3. Antioksidan

Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat

menyumbangkan satu atau lebih elektron pada radikal bebas,

sehingga radikal bebas tersebut dapat diredam (A. A. S. Putri dan

Hidajati, 2015). Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan

satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan sehingga


11

aktivitas senyawa oksidan tersebut bisa dihambat. Keseimbangan

oksidan dan antioksidan sangat penting karena berkaitan dengan

berfungsinya sistem imunitas tubuh (Damayanthi dkk, 2010).

Antioksidan dalah unsur kimia atau biologi yang dapat

menetralisasi potensi kerusakan yang disebabkan oleh radikal

bebas tadi. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antioksidan

diklarifikasikan menjadi dua kategori, yaitu antioksidan pencegah

dan antioksidan pemutus rantai. Antioksidan pencegah bekerja

dengan menghambat pembentukan reactive oxygen species (ROS),

seperti enzim katalase, peroksidase, superoksida dismutase, dan

transferin. Antioksidan pemutus rantai merupakan senyawa yang

menangkap radikal oksigen kemudian memutus rantai reaksi

radikal, contohnya vitamin C, vitamin E, asam urat, bilirubin,

polifenol, dan sebagainya. Antioksidan pemutus rantai memiliki

dua jalur reaksi. Jalur pertama merupakan jalur transfer atom

hidrogen dengan mekanisme radikal oksigen menangkap hirogen

dan antioksidan, sedangkan jalur kedua, antioksidan mendeaktivasi

radikal bebas dengan transfer elektron tunggal. Transfer elektron

tunggal sangat dipengaruhi oleh kestabilan pelarut pada muatan

tertentu (Aisah, 2018).

Beberapa antioksidan endogen (seperti enzim superoxide-

dismutase dan katealase) dihasilkan oleh tubuh, sedangkan yang


12

lain seperti vitamin A, C, dan E merupakan antioksidan eksogen

yang harus didapat dari luar tubuh seperti buah-buahan dan sayur-

sayuran. Antioksidan mampu melindungi sel dari efek berbahaya

radikal bebas oksigen reaktif, yang dikaitkan sebagai penyebab

berbagai penyakit, seperti penyakit-penyakit degeratif, kanker dan

proses penuaan dini (Handayani, 2016).

2.1.4. Gel

Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang

dibuat dari partikel organik yang kecil atau molekul organik yang

besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (Handayani, 2016).

Gel, kadang-kadang disebut jeli, merupakan sistem semi

padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang

kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu

cairan (Suyudi, 2014). Gel mempunyai kekakuan yang disebabkan

oleh jaringan yang saling menganyam dari fase terdispersi yang

mengurung dan saling memegang medium pendispersi. Perubahan

temperatur dapat menyebabkan gel tertentu mendapatkan kembali

bentuk sol atau bentuk cairnya. Juga beberapa gel menjadi encer

setelah pengocokan dan segera menjadi setengah padat atau padat

kembali setelah dibiarkan tidak terganggu untuk beberapa waktu,

peristiwa ini dikenal sebagai tiksotropi (Suyudi, 2014).


13

Gel dapat dikelompokan menjadi : lipophilic gels dan

hydrophilic gels. Lipophilic gels (oleogel) merupakan gel basis

yang terdiri dari paraffin cair, polietilen atau minyak lemak yang

ditambah dengan silika koloid atau sabun alumunium atau seng.

Sedangkan hydrophylic gels, basisnya terbuat dari air, gliserol atau

propilen glikol, yang ditambah gelling agent seperti amilum,

turunan selulosa, carbomer dan magnesium-aluminium silikat

(Suyudi, 2014).

Menurut karakteristiknya, cairan yang ada dalam gel dapat

dibedakan menjadi gel hidrofobik (oleogel) dan hidrofilik. Oleogel

merupakan sediaan yang dapat dioleskan, yang mangandung kadar

air yang rendah. Hydrogel merupakan sediaan yang dapat

dioleskan, yang terbentuk melalui terbatas bahan makromolekul

organic atau senyawa anorganik. Hydrogel sangat cocok pada

pemakaian dikulit, setelah kering akan meninggalkan lapisan-

lapisan tipis tembus pandang, elastis dengan daya lekat tinggi.

Pelepasan obatnya dinilai sangat bagus. Bahan obatnya dilepaskan

dalam waktu singkat dan nyaris sempurna dari pembawanya

(Handayani, 2016).

Beberapa keuntungan sediaan gel seperti kemampuan

penyebarannya baik pada kulit, efek dingin yang dirasakan melalui

penguapan lembab dari kulit, tidak ada penghambatan fungsi


14

rambut secara fisiologis, kemudian pencuciannya dengan air, yang

baik dan pelepasan obatnya yang baik (Handayani, 2016).

1. Komponen Gel

a. Gelling agent

Gelling agent adalah bahan tambahan yang

digunakan untuk mengentalkan dan menstabilkan berbagai

macam sediaan obat dan sediaan kosmetika. Gelling agent

merupakan komponen polimer dengan bobot molekul tinggi

yang merupakan gabungan molekul-molekul dari lilitan

dari molekul polimer yang akan memberikan sifat kental

dan gel yang diinginkan. Pemilihan gelling agent dalam

sediaan farmasi dan kosmetika harus inert, aman, dan tidak

bereaksi dengan komponen lain. Contoh Na CMC, HPMC,

dan gelatin (Aisah, 2018).

b. Pengawet

Pengawet merupakan zat tambahan untuk mencegah

pertumbuhan jamur dan bakteri sehingga memiliki daya

simpan yang lama dan dapat mempertahankan sifat fisik

serta kimia dari sediaan. Contoh nipagin dan nipasol (Aisah,

2018).

c. Humektan

Humektan merupakan bahan tambahan yang

berfungsi untuk menjaga kelembaban dari sediaan dengan


15

cara mengikat air (hidrasi) sehingga sediaan tetap lembab

dan tidak kering selama penyimpanan. Contoh gliserin dan

sorbitol (Aisah, 2018).

d. Aquadest

Aquadest merupakan air suling yang biasanya

digunakan sebagai pelarut. Aquadest memiliki pemerian

bentuknya cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna serta

tidak mempunyai rasa (Handayani, 2016).

2. Monografi bahan tambahan

a. PVA

Polivinil alkohol adalah polimer sintetis yang larut

dalam air, sedikit larut dalam etanol (95%), dan tidak larut

dalam pelarut organik. Provinil alkohol umumnya dianggap

sebagai bahan yang tidak beracun. Bahan ini bersifat non

iritasi pada kulit dan mata pada konsentrasi sampai dengan

10%, serta digunakan dalam kosmetik pada konsentrasi

hingga 7% (Aisah, 2018).

b. Propil Paraben

Propil paraben berbentuk bubuk putih, kristal, tidak

berbau, dan tidak berasa. Propil paraben banyak digunakan

sebagai pengawet antimikroba dan kosmetik, produk makan

dan formulasi sediaan farmasi. Paraben lebih aktif terhadap

ragi dan jamur daripada terhadap bakteri. Mereka juga lebih


16

aktif terhadap gram-positif dibandingkan terhadap bakteri

gram-negatif (Aisah, 2018).

c. HPMC

Hidroksipropil metilselulosa (HPMC) atau bahan

hipermelosa secara luas digunakan sebagai bahan tambahan

dalam formulasi sediaan farmasi oral, mata, hidung, dan

topikal. Selain itu HPMC digunakan juga secara luas dalam

kosmetik dan produk makanan. Kegunaan HPMC

diantaranya sebagai zat peningkat viskositas, zat

pendispersi, zat pengemulsi, penstabil emulsi, zat penstabil,

zat pensuspensi, sustained-release agent, pengikat pada

sediaan tablet, dan zat pengental.

HPMC berbentuk granul atau serat berwarna putih

atau putih-krem. HPMC larut dalam air dingin, membentuk

larutan koloid kental, praktis tidak larut dalam air panas,

kloroform, etanol (95%), dan eter, tetapi larut dalam

campuran etanol dan diklorometana, campuran metanol dan

diklorometana, dan campuran air dan alkohol (Aisah,

2018).

d. Propilen glikol

Propilen glikol merupakan cairan bening, tidak

berwarna, kental, praktis tidak berbau, manis, dan memiliki

rasa sedikit tajam menyerupai gliserin. Propilen glikol larut


17

dalam aseton, kloroform, etanol (95%), gliserin dan air,

larut pada 1 pada 6 bagian eter, tidak larut dalam minyak

mineral ringan atau fixed oil, tetapi melarutkan beberapa

minyak esensial.

Propilen glikol biasa digunakan sebagai pengawet

antimikroba, desinfektan, humektan, plastcizer, pelarut, dan

zat penstabil. Sebagai humektan, konsentrasipropilen glikol

yang biasa digunakan adalah 15%(Aisah, 2018).

e. Metil Paraben

Metil paraben adalah senyawa anti jamur yang

digunakan sebagai bahan pengawet. Metil paraben diserap

melalui kulit dan saluran pencernaan. Metil paraben

berbentuk kristal tak berwarna atau bubuk kristal putih. Zat

ini tidak berbau atau hampir tidak berbau (Aisah, 2018).

f. Etanol

Etanol memiliki sinonim alkohol, etil alkohol,

methyl carbinol. Etanol jernih, tidak berwarna, sedikit

mudah menguap, memiliki bau yang khas dan rasa terbakar.

Etanol dapat larut dalam kloroform, eter, gliserin, dan air.

Etanol biasa digunakan sebagai antimikrobial, pelarut, dan

desinfektan (Aisah, 2018).

g. Aquadest
Merupakan air suling yang biasanya digunakan

sebagai pelarut. Aquadest memiliki pemerian bentuknya


18

cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna serta tidak

mempunyai rasa(Handayani, 2016).

2.1.5 Masker Gel Peel Off

Masker peel off biasanya dalam bentuk gel atau pasta, yang

dioleskan ke kulit muka. Setelah alkohol yang terkandung dalam

masker menguap, terbentuklah lapisan film yang tipis dan

transparan pada kulit muka. Setelah berkontak selama 15-30 menit,

lapisan tersebut diangkat dari permukaan kulit dengan cara

dikelupas. Selain itu efek dari zat aktif pada masker dapat lebih

lama berinteraksi dengan kulit wajah, dan dengan pemakaian

masker secara teratur dapat mengurangi kerutan halus pada kulit

wajah (Faradiba dkk, 2012). Masker gel peel off memiliki beberapa

manfaat diantaranya mampu merilekskan otot-otot wajah,

membersihkan, menyegarkan, melembabkan, dan melembutkan

kulit wajah, dengan penggunaannya yang mudah serta mudah

untuk dibilas dan dibersihkan. Selain itu, dapat juga diangkat atau

dilepaskan seperti membran elastik(Izzati, 2014).

2.1.6 Uji Identifikasi Tanin

Memasukan perasan labu siam kedalam tabung reaksi

sebanyak 2 ml lalu tambahkan 2-6 tetes larutan gelatin 1%. Amati

hingga terjadinya endapan (Sari, 2014).


19

2.1.7 Evaluasi Gel

1. Uji organoleptis

Uji organoleptis dimaksudkan untuk melihat tampilan fisik

suatu sediaan. Dilakukan dengan cara mengamati bentuk gel,

warna, rasa dan bau gel. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

gel yang dibuat sesuai dengan warna dan bau perasan yang

digunakan (Juwita dkk, 2013).

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengambil 1 gram

gel labu siam pada bagian atas, tengah, dan bawah kemudian

dioleskan pada sekeping kaca transparan. Diamati jika terjadi

pemisahan fase.

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah

pencampuran masing-masing komponen dalam pembuatan gel

tercampur merata atau tidak(Juwita dkk, 2013).

3. Uji daya sebar

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kualitas gel

yang dapat menyebar pada kulit dengan cepat pula memberikan

efek terapinya dan untuk mengetahui kelunakan dari sediaan

gel untuk dioleskan pada kulit. Daya sebar 5-7 cm


20

menunjukkan konsistensi semisolid yang sangat nyaman dalam

penggunaan (Aponno dkk, 2014).

Sediaan gel ditimbang sebanyak 0,5 gram, lalu diletakkan

gel pada kaca bulat yang dibawahnya disertai dengan skala

milimeter, kemudian ditutup dengan menggunakan kaca lain

yang telah ditimbang dan dibiarkan selama satu menit, lalu

diukur diameter sebarnya, setelah 1 menit, ditambahkan beban

50 gram dan dibiarkan 1 menit, kemudian diukur diameter

sebarnya. Hal yang sama dilakukan tiap 1 menit dengan

penambahan beban 50 gram secara terus-menerus hingga

diperoleh diameter yang cukup untuk melihat pengaruh beban

terhadap diameter sebar gel. Uji ini dilakukan sebanyak tiga

kali (Aisah, 2018).

4. Uji pengukuran pH

Uji pH dilakukan dengan cara mengukur pH menggunakan

kertas indikator pH. Mengoleskan sedikit gel pada stik pH, lalu

mencocokan warna stik pH yang dihasilkan dengan melihat

indikator pH.

Uji pH bertujuan untuk melihat tingkat keasaman sediaan

gel untuk menjamin sediaan gel tidak menyebabkan iritasi pada

kulit(Aisah, 2018).
21

5. Uji daya lekat

Gel dilakukan diatas objek glass, kemudian objek glass

yang lain diletakkan diatasnya dan ditekan dengan beban

seberat 1 kg selama 5 menit. Selanjutnya objek glass dipasang

pada alat uji. Kemudian beban seberat 80 g dilepaskan dan

dicatat waktunya sehingga kedua objek glass tersebut terlepas

(Dewantari dan Sugihartini, 2015).

6. Uji daya proteksi

Uji daya proteksi penting untuk mengevaluasi sediaan gel

yang dibuat, dengan uji ini dapat diketahui sejauh mana gel

dapat memberikan efek proteksi terhadap iritasi mekanik, panas

dan kimia. Hal ini untuk mencapai kriteria gel yang baik

sehingga dapat memberikan efek terapi yang diharapkan(Aisah,

2018).

2.1.8 Uji Aktivitas Antioksidan

Aktivitas antioksidan merupakan kemampuan antioksidan

untuk menghambat aktivitas radikal bebas (Aisah, 2018).

DPPH merupakan radikal bebas stabil pada suhu kamar dan

sering digunakan untuk menilai aktivitas antioksidan beberapa

senyawa atau ekstrak bahan alam. Interaksi antioksidan dengan

DPPH baik secara transfer electron atau radikal hydrogen pada

DPPH akan menetralkan karakter radikal bebas dari DPPH.


22

Metode ini dipilih karena sederhana, mudah, cepat, dan peka, serta

hanya memerlukan sedikit sampel untuk evaluasi aktivitas

antioksidan dari senyawa bahan alam sehingga digunakan secara

luas untuk menguji kemampuan senyawa yang berperan sebagai

pendonor electron. DPPH memiliki aktivitas penangkap radikal

bebas yang tinggi dalam pelarut organik polar, seperti metanol atau

etanol pada suhu kamar. DPPH disertai dengan penurunan serapan

pada panjang gelombang 515-517 nm (Handayani, 2016).

Aktivitas antioksdian dari sampel dinyatakan dalam %

inhibisi terhadap radikal bebas DPPH. Aktivitas antioksidan

menunjukan kemampuan suatu antioksidan dalam menghambat

radikal bebas yang dinyatakan dalam persen (%). % inhibisi ini

diperoleh dari perbedaan serapan antara absorbansi DPPH (kontrol)

dengan absorban sampel yang diukur dengan spekrtrofotometer

UV-VIS yang dinyatakan dengan persamaan berikut :

% inhibisi = Abs.kontrol – Abs.sampel x 100%


Abs.kontrol

Keterangan :

Absorbansi kontrol = Absorbansi tidak mengandung sample

Absorbansi sampel = Absorbansi sampel

Larutan DPPH yang awalnya berwarna ungu setelah

bereaksi dengan antioksidan alami akan membentuk warna kuning.


23

Semakin tinggi kandungan antioksidan maka warna ungu pada

larutan DPPH akan semakin berkurang dan membentuk warna

kuning. Dalam uji ini metanol berfungsi sebagai pelarut, sedangkan

inkubasi pada suhu 37° C dimaksudkan untuk mengoptimalkan

aktivitas DPPH. Prinsip uji DPPH adalah penghilangan warna

untuk mengukur kapasitas antioksidan yang langsung menjangkau

radikal DPPH dengan pemantauan absorbansi pada panjang

gelombang maksimum menggunakan spektrofotometer. Radikal

DPPH dengan nitrogen organic terpusat adalah radikal bebas stabil

dengan warna ungu gelap yang ketika direduksi menjadi bentuk

nonradikal oleh antioksidan menjadi warna kuning (Aisah, 2018).

2.2Hipotesis

1. Formulasi sediaan masker gel peel off perasan labu siam mengandung

antioksidan.

2. Formulasi III dengan konsentrasi 30% sediaan masker gel peel off perasan

labu siam mengandung aktivitas antioksidan paling tinggi.


24
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah ada atau

tidaknya aktivitas antioksidan pada sediaan masker gel peel off perasan

labu siam (Sechium edule).

3.2 Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian yang diambil dari populasi yang menjadi

objek penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah

labu siam (Sechium edule) yang diperoleh dari pasar Adiwerna,

Kecamatan Adiwerna, Kabupaten Tegal dan bahan-bahan lainnya yang

didapatkan dari Laboratorium Politeknik Harapan Bersama Tegal. Teknik

sampling adalah cara pengambilan sampel agar dapat mewakili

karakteristik dan jumlah populasinya. Teknik sampling yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pengambilan buah labu siam (Sechium edule)

dengan cara simple random sampling, yaitu pengambilan sampel secara

acak sederhana tanpa memperhatikan ukuran dalam populasi tersebut.

241
25

3.3 Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah faktor-faktor yang menjadi pokok

permasalahan yang ingin diteliti atau penyebab utama suatu gejala.

Variabel bebas dalam penelitian ini berupa perbedaan kadar

perasan dalam pembuatan sediaan gel yang menjadi sebab

timbulnya variabel terikat.

2. Variabel Terikat

Merupakan titik persoalan yang akan diteliti akibat adanya

variabel bebas. Dalam hal ini adalah sifat fisik dari sediaan gel dan

aktivitas antioksidan pada sediaan gel perasan labu siam (Sechium

edule). Sifat fisik dari gel antara lain meliputi Uji Organoleptis, uji

pH, Uji Daya lekat, Uji daya Sebar, Uji daya proteksi dan Uji

Homogenitas.

3. Variabel Terkontrol

Variabel terkontrol adalah variabel yang dibuat konstan

sehingga tidak mempengaruhi variabel yang akan diteliti. Variabel

terkontrol yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembuatan

sediaan gel dengan cara perasan buah labu siam (Aisah, 2018).
26

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan bersifat kualitatif dan kuantitatif.

Metode pengumpulan data menggunakan eksperimen laboratorium.

1. Alat dan bahan yang digunakan

a. Alat

Peralatan yang digunakan dalam penelitian untuk

identifikasi adalah tabung reaksi dan pipet tetes. Peralatan

untuk pembuatan gel meliputi timbangan analitik, cawan

uap, mortar, stemfer, batang pengaduk, kaca arloji, sudip,

penangas air, pot salep, dan kertas perkamen. Alat untuk uji

sifat fisik meliputi alat uji daya lekat, alat uji daya sebar, uji

daya proteksi, alat uji homogenitas, kertas saring dan kertas

indikator pH.

b. Bahan

Bahan – bahan yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah perasan Labu siam. Bahan penyusun

gel antara lain PVA, HPMC, Propilen glikol, Metil paraben,

Propil paraben, Etanol 96%, dan Aquades.


27

3.5 Cara kerja

1. Pengumpulan bahan

Buah labu siam diperoleh dari pasar Bawang kabupaten

Tegal. Sortasi dapat dilakukan secara manual dengan memisahkan

bahan baku yang baik dengan bahan baku yang cacat.

Buah labu siam kemudian dicuci, sebelum dicuci

membuang getah terlebih dahulu pada labu siam. Pencucian

dilakukan sebanyak 3 kali dengan air mengalir untuk

membersihkan kotoran yang menempel pada kulit buah yang

terbawa saat pengambilan atau pada saat sortasi basah baku

dilakukan. Pencucian yang sempurna akan mengurangi jumlah

kotoran yang terbawa selama proses berlangsung, setelah

pencucian selesai, tiriskan dalam wadah. Selanjutnya pembuatan

perasan labu siam dilakukan dengan cara mengumpulkan labu siam

kemudian dihaluskan dengan cara diblender, setelah halus

kemudian diperas dan disaring lalu perasan tersebut dimasukan

kedalam botol (buah labu siam hanya diperas saja) (Aisah, 2018).
28

Mengumpulkan labu siam, sortasi basah dan mencuci labu siam


dengan air mengalir

Mensortasi dan membersihkan sampel dari kotoran maupun


dari getahnya dengan air mengalir, kemudian tiriskan dalam
wadah

Membersihkan labu siam, kemudian dipotong-potong untuk


mempermudah dalam proses penghalusan

Mengumpulkan labu siam yang sudah dipotong, kemudian


dihaluskan dengan cara diblender, lalu diperas

Perasan tersebut dimasukan kedalam botol

Gambar Skema 3.1. Cara kerja pengumpulan bahan

2. Uji Mikroskopis

Uji mikroskopis dilakukan dengan cara menyiapkan

mikroskop. Lalu mengambil sedikit serbuk buah labu siam dan

tempatkan diobjek glass. Kemudian metesi dengan aquadest 1-2

tetes dan tutup dengan deg glass. Terakhir mengamati simplisia

menggunakan mikroskop dan mencatat gambar fragmen-

fragmennya(Aisah, 2018).
29

Menyiapkan mikroskop, lalu mengambil sedikit serbuk buah


labu siam dan tempatkan diobjek glass

Menetesi sampel dengan aquadest 1-2 tetes dan tutup dengan


deg glass

Mengamati simplisia dengan mikroskop, dan catat fragmennya

Gambar Skema 3.2. Uji Mikroskopis

3. Uji Makroskopis

Uji makroskopis dilakukan dengan cara, mengambil sedikit

labu siam. Lalu mengamati labu siam berdasarkan bentuk, warna,

bau, dan rasa (Aisah, 2018).

Mengambil sedikit labu siam

Mengamati bentuk, warna, bau dan rasa dari simplisia

Gambar Skema 3.3.Uji Makroskopis

4. Uji identifikasi senyawa tanin dengan uji warna

Uji identifikasi tanin, menyiapkan alat dan bahan kemudian

masukan 2 ml perasan labu siam, dimasukkan kedalam tabung

reaksi lalu tambahkan 2-6 tetes larutan gelatin 1%. Amati hingga

terjadinya endapan (Sari, 2014).


30

Menyiapkan alat dan bahan

Memasukkan 2 ml perasan labu siam kedalam tabung reaksi

Menambahkan 2-6 teteslarutan gelatin 1%. Mengamati hingga


terjadinya endapan
Gambar Skema 3.4. Uji identifikasi tanin

5. Formulasi sediaan

Tabel 2. Formulasi sediaan gel peel off

Bahan F1 F2 F3 F4 Range Fungsi Literatur


(%)
Perasan 10% 20% 30% - 10-30% Zat aktif (Marsigi,
labu 2017)
siam
PVA 10% 10% 10% 10% 10-16% Gelling (Sukma
agent wati,
2013)
HPMC 2% 2% 2% 2% 1-15% Peningkat (Aisah,
viskositas 2018)
Propilen 15% 15% 15% 15% 8-15% Humektan (Aisah,
glikol 2018)
Metil 0,2% 0,2% 0,2% 0,2% 0,02- Pengawet (Aisah,
paraben 0,3% 2018)
Propil 0,1% 0,1% 0,1% 0,1% 0,01- Pengawet (Aisah,
paraben 0,6% 2018)
Etanol 15% 15% 15% 15% 10-90% Pelarut (Aisah,
96% 2018)
Aquadest 100 100 100 100 - Pelarut -
ad
31

Keterangan :
Setiap formula dibuat 15 gram
Setiap formula dibuat 3 replikasi
Formula 1 : perasan labu siam dengan konsentrasi 10%
Formula 2 : perasan labu siam dengan konsentrasi 20%
Formula 3 : perasan labu siam dengan konsentrasi 30%
Formula 4 : tanpa menggunakan perasan labu siam (sebagai

kontrol (-) )

6. Pembuatan gel masker peel-off

Pembuatan gel masker antioksidan memiliki beberapa

tahapan yaitu melarutkan perasan dalam etanol 96% sedikit demi

sedikit hingga perasan larut sempurna. Kemudian ditempat terpisah,

PVA dikembangkan hingga mengembang sempurna, lalu

dihomogenkan (wadah A). Selanjutnya HPMC dikembangkan

dalam aquadest dingin dengan pengadukan yang konstan hingga

mengembang (wadah B). Pada wadah terpisah lainnya (wadah C),

larutkan nipagin dan nipasol ke dalam propilen glikol. Kemudian

campurkan wadah B, dan wadah C secara berturut-turut kedalam

wadah A lalu diaduk hingga homogen. Tambahkan perasan yang

telah dilarutkan dalam etanol 96% sedikit demi sedikit, lalu aduk

hingga homogen, kemudian tambahkan aquadest hingga 100 gram

dan aduk hingga homogen (Aisah, 2018).


32

Melarutkan perasan Labu siam dengan etanol 96%

Mengembangkan gelling agent (PVA) dengan aquadest hingga


mengembang sempurna, lalu homogen (campuran I)

Mengembangkan HPMC dalam aquadest dingin dengan


pengadukan yang konstan hingga mengembang (campuran II)

Melarutkan nipagin dan nipasol kedalam propilen glikol


(campuran III)

Mencampurkan (campuran II) dan (campuran III) kedalam


(campuran I) lalu aduk hingga homogen, dan mencampur
perasan yang telah dilarutkan dalam etanol 96% sedikit demi
sedikit, diaduk hingga homogen, tambahkan aquadest hingga
100 mldiaduk hingga homogeny
Gambar Skema 3.5. Pembuatan masker gel

3.6 Evaluasi sediaan gel

1. Uji organoleptis

Melakukan pengamatan terhadap sifat fisik sediaan dan

menyimpulkan perubahan fisik yang terjadi seperti bentuk sediaan,

bau, rasa, dan warna sediaan (Juwita dkk, 2013).


33

Mengambil sediaan secukupnya

Mengamati bentuk, warna, dan bau menggunakan panca indra

Gambar Skema 3.6. Uji organoleptis

2. Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah

pencampuran masing-masing komponen dalam pembuatan gel

tercampur merata atau tidak. Menempelkan sampel pada objek

glass lalu tutup dengan objek glass yang sudah dioleskan sediaan

gel antioksidan dengan deck glass dan amati apakah sediaan

homogen atau tidak (Puspitasari dkk, 2017).

Menyiapkan sediaan gel yang akan diuji

Mengoleskan gel secukupnya pada objek glass dan menutupnya


dengan deck glass

Mengamati sampel, homogen atau terdapat gumpalan, catat


hasil pengamatan
Gambar Skema 3.7. Uji homogenitas
34

3. Uji pH

Uji pH dilakukan untuk melihat tingkat keasaman sediaan

gel untuk menjamin sediaan gel tidak menyebabkan iritasi pada

kulit(Mappa dkk, 2013).

Mengoleskan sedikit gel pada stik pH, lalu mencocokan

warna stik yang dihasilkan dengan melihat indikator pH. Nilai

pH yang baik 4,5-6,5 atau sesuai dengan nilai pH manusia

(Aisah, 2018).

Menyiapkan sediaan gel yang akan diuji

Mengoleskan gel pada stik pH

Mengukur pH dengan melihat pada indikator pH, lalu catat


hasil pH
Gambar Skema 3.8. Uji pH

4. Uji daya sebar

Uji daya sebar dilakukan untuk mengetahui kualitas gel

yang dapat menyebar pada kulit dengan cepat pula memberikan

efek yang diharapkan dan untuk mengetahui kelunakan dari

sediaan gel untuk dioleskan pada kulit. Uji daya sebar dilakukan

dengan menimbang sampel sebanyak 0,5 g pada kaca arloji,

kemudian tutup dengan kaca arloji lain lalu diberi beban diatas
35

tumpukan kaca arloji tersebut seberat 50 g, diamkan selama 1

menit. Mencatat diameter dan jari-jarinya dan menghitung masing-

masing luar permukaan beban 50 g dan 100 g. Daya sebar yang

baik yaitu 5-7 cm (Aponno dkk, 2014).

Menyiapkan sediaan gel yang akan diuji

Menimbang 0,5 g gel diletakkan diatas kaca arloji, kaca arloji


lainnya diletakkan diatasnya

Menambahkan beban diatasnya seberat 50 g

Membiarkan selama 1 menit, dan mengukur diameter sebar gel


tersebut

Mengulangi uji daya sebar pada beban 100 g

Mencatat hasil pengamatan

Gambar Skema 3.9. Uji daya sebar

5. Uji daya lekat

Uji daya lekat dilakukan untuk mengetahui daya lekat gel

terhadap kulit. Daya lekat penting untuk mengevaluasi gelkarena

dengan kelengkapan dapat diketahui sejauh mana gel dapat


36

menempel pada kulit, sehingga efek diharapkan bisa tercapai.

Apabila gel memiliki daya lekatnya terlalu lemah, efek yang

diharapkan tidak tercapai. Uji daya lekat dilakukan dengan

menempelkan sampel sebanyak 0,5 g pada lempengan, ditutup

dengan lempengan lain kemudian diberi beban diatasnya lalu

memberi beban 500 gram diatasnya selama 1 menit, setelah 1

menit lepaskan beban 500 gram dan catat waktu berapa lama kedua

lempengan tersebut tidak saling menempel. Persyaratan daya lekat

gel yang baik yaitu lebih dari 4 detik(Dewantari dan Sugihartini,

2015).

Menyiapkan sediaan gel yang akan diuji

Menempatkan sampel sebanyak 0,5 g pada lempengan, tutup


dengan lempeng lain

Memberi beban diatas tumpukan lempengan tersebut dengan


berat 500 gram

Mendiamkan selama 1 menit, lalu lepaskan beban

Mencatat waktu berapa lama kedua lempengan tersebut tidak


menempel
Gambar Skema 3.10. Uji daya lekat
37

7. Uji daya proteksi

Uji daya proteksi penting untuk mengevaluasi sediaan gel

yang dibuat, karena dengan uji ini dapat diketahui sejauh mana

gel dapat memberikan efek proteksi terhadap iritasi mekanik,

panas dan kimia. Uji daya proteksi bertujuan untuk mencapai

kriteria gel yang baik sehingga dapat memberikan efek yang

diharapkan. Uji daya proteksi dilakukan dengan mengambil

sepotong kertas saring kemudian dibasahi indikator fenolftalein

kemudian dikeringkan. Gel dioleskan pada kertas saring

tersebut, saring yang lain, lalu mengoleskan kertas saring

tersebut dengan paraffin padat yang telah dilelehkan, kemudian

dikeringkan, setelah itu kedua kertas saring tersebut kemudian

diteteskan dengan larutan KOH 0,1 N, diamati dan dicatat

waktu untuk perubahan warna merah muda pada waktu 15

detik, 30 detik, 45 detik, 60 detik, 1 menit, dan 5 menit. Jika

tidak timbul warna pink, berarti gel memiliki daya proteksi

yang baik(Aisah, 2018).


38

Mengambil kertas saring (kertas saring I)

Membasahi dengan larutan fenoltalein untuk indikator,


keringkan

Mengoleskan kertas saring dengan gel

Mengambil kertas saring yang lain (kertas saring II)

Mengoleskan tepi-tepi kertas saring dengan paraffin padat


yang telah dilelehkan, keringkan

Menempelkan kertas saring I dan II, kemudian teteskan


dengan larutan KOH 0,1 N

Mencatat waktu kertas saring dengan menunjukan noda


warna merah atau kemerahan
Gambar Skema 3.11. Uji daya proteksi
39

3.7 Uji Aktivitas Antioksidan sediaan Gel Masker dengan DPPH

1. Pembuatan Larutan DPPH

Serbuk DPPH sebanyak 50 mg dimasukan kedalam labu

ukur 50 ml kemudian volume dicukupkan dengan metanol sampai

tanda batas dan kocok sampai homogen (Aisah, 2018).

Memasukan 50 mg DPPH kedalam labu ukur 50 ml

Menambahkan metanol sampai 100 ml, kocok sampai homogen

Memasukan kedalam Erlenmeyer

Mendapatkan larutan DPPH dengan konsentrasi 1000 ppm

Gambar Skema 3.12. Pembuatan larutan DPPH

2. Pembuatan Larutan Induk 1000 ppm

Gel perasan labu siam ditimbang sebanyak 50 mg dan

larutkan dengan metanol, kemudian masukkan kedalam labu ukur

50 ml. Volume dicukupkan dengan metanol sampai tanda batas dan

kocok sampai homogen (Aisah, 2018).


40

Menimbang gel perasan labu siam dengan penambahan


sebanyak 50 mg

Melarutkan gel dengan methanol

Memasukan kedalam labu ukur 50 ml sampai tanda batas

Mengocok larutan sampai homogeny

Masukan kedalam Erlenmeyer

Gambar Skema 3.13. Pembuatan larutan induk 1000 ppm

3. Pembuatan Larutan Seri 10, 20, 40, 80 (ppm)

Larutan induk gel masing-masing dipipet 0,1, 0,2, 0,4, 0,8

(ml) dimasukan kedalam gelas ukur 10 ml. Volume dicukupkan

dengan metanol sampai tanda batas (Aisah, 2018).


41

Mengambil larutan induk masing-masing dipipet 0,1, 0,2, 0,4, 0,8


(ml)

Memasukan kedalam gelas ukur 10 ml

Menambahkan metanol sampai tanda batas

Mengocok larutan sampai homogeny

Gambar Skema 3.14. Pembuatan larutan seri

4. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum DPPH

Larutan DPPH sebanyak 2 ml dimasukkan kedalam vial

kemudian ditambahkan metanol sebanyak 2 ml, dikocok sampai

homogen. Masukan kedalam kuvet dengan menggunakan blanko

metanol dan diukur pada panjang gelombang 450-550 nm dengan

menggunakan spektrofotometri UV-Vis (Aisah, 2018).


42

Memasukan larutan DPPH 2 ml + metanol 2 ml

Mengocok larutan sampai homogeny

Memasukan kedalam kuvet

Mengukur pada panjang gelombang 450-550 nm dengan


spektrofotometri UV-Vis
Gambar Skema 3.15. Penentuan panjang gelombang maksimum DPPH

5. Pengukuran Serapan Aktivitas Antioksidan Gel Masker

Larutan seri gel antioksidan perasan labu siam sebanyak 2

ml dimasukan kedalam vial ditambahkan dengan larutan DPPH

sebanyak 2 ml, kemudian dikocok sampai homogen dan diinkubasi

dalam ruang gelap selama 30 menit selanjutnya serapan diukur

dengan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang

maksimum (Aisah, 2018).


43

Mengambil 2 ml larutan uji seri gel antioksidan kedalam vial

Menambahkan larutan DPPH sebanyak 2 ml

Mengocok larutan sampai homogeny

Menginkubasikan larutan dalam ruang gelap selama 30 menit

Mengukur serapan dengan spektrofotometri pada panjang


gelombang maksimum
Gambar Skema 3.16. Pengukuran serapan aktivitas Antioksidan Gel Masker

6. Pengukuran Aktivitas Antioksidan

Penentuan aktivitas antioksidan dengan menggunakan

metode DPPH dinyatakan dengan nilai perendaman DPPH (%

inhibisi), semakin besar nilai perendamannya maka akan semakin

besar juga nilai antioksidannya. Prosentase aktivitas penghambatan

DPPH pada masing-masing perasan. Dinyatakan dengan rumus

(Aisah, 2018).
44

Rumus Inhibisi :

% Inhibisi = Absorbansi kontrol – Absorbansi sampel x 100%

Absorbansi control

Keterangan :
Absorbansi kontrol = Absorbansi tidak mengandung sample
Absorbansi sampel = Absorbansi sampel

3.8 Cara analisis

1. Pendekatan Teoritis

Hasil uji pH, uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya lekat,

uji daya proteksi membandingkan dengan literatur yang ada.

2. Pendekatan Statistik

Hasil uji daya sebar, uji daya lekat, uji daya proteksi yang

diperoleh diuji statistik dengan tabel one way anova dan tabel

descriptives.
45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini, dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan sediaan

masker gel peel off perasan labu siam. Dengan metode DPPH menggunakan

spektrofotometri UV-Vis dan dari penelitian ini dapat diketahui sediaan masker

gel peel off perasan labu siam yang akan menghasilkan kandungan antioksidan

yang lebih tinggi.

Penelitian ini dengan proses awalan memilih sampel labu siam secara acak.

Labu siam yang telah diperoleh kemudian dicuci dengan air mengalir untuk

membersihkan kotoran yang melekat pada kulit labu siam, setelah pencucian

selesai membersihkan getah dan membuang biji labu siam, setelah itu dicuci ulang.

Kemudian pembuatan perasan labu siam dengan cara memotong labu siam hingga

menjadi kecil, kemudian dihaluskan dengan cara diblender, kemudian diperas dan

disaring, perasan labu siam dimasukan kedalam botol.

Labu siam dilakukan uji makroskopik dan uji mikroskopik untuk

memastikan kebenaran sampel. Uji makroskopik dilakukan untuk

mengidentifikasi sampel dilihat dari bentuk, bau, warna, dan rasa. Sedangkan uji

mikroskopik dilakukan untuk mengidentifikasi sampel dilihat dari fragmen yang

ada didalam sampel menggunakan alat mikroskop.

45
46

Berikut hasil uji makroskopik dari labu siam :

Tabel 3. Hasil uji makroskopik labu siam

Pengamatan Hasil pengamatan Foto


Bentuk Buah
Bau Khas
Warna Hijau
Rasa Pahit

Hasil uji makroskopik diatas menunjukkan bahwa labu siam

memiliki bau khas labu siam, berwarna hijau, dan memiliki rasa pahit.

Hasil tersebut telah sesuai literatur, artinya bahwa sampel yang digunakan

adalah benar labu siam.

Selanjutnya hasil uji mikroskopik dari labu siam :

Tabel 4. Hasil uji mikroskopik labu siam


No Hasil Materia Medika Nama Fragmen
Indonesia

1 Jaringan palisade
dengan kutikula

2 Parenkim kulit biji

3 Tetes minyak
47

Uji mikroskopik labu siam diatas didapatkan fragmen yaitu :

jaringan palisade dengan kutikula, parenkim kulit biji, dan tetes minyak.

Fragem tersebut terdapat pada familia cucurbitae. Maka dapat disimpulkan

bahwa sesuai dengan pustaka (Materia Medika Indonesia, 1995)maka

dapat dikatakan bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

benar-benar labu siam.

Uji kandungan tanin pada perasan labu siam dengan metode uji

warna. Pereaksi yang digunakan adalah pereaksi larutan gelatin 1%.

Tujuan dilakukan pengujian tersebut adalah untuk mengetahui ada atau

tidaknya kandungan tanin pada labu siam.

Tabel 5. Hasil identifikasi senyawa tanin pada perasan labu siam

No Perlakuan Pustaka Hasil Keterangan

2 ml perasan + Adanya
1 2-6 tetes gelatin endapan Positif (+)
1% (Sari, 2014)

Berdasarkan reaksi diatas dapat diketahui untuk uji kandungan

senyawa tanin dengan menggunakan larutan gelatin 1% hasil uji positif.

Hal ini sesuai dengan pustaka (Sari, 2014) yaitu adanya endapan. Dari uji

diatas dapat disimpulkan bahwa perasan labu siam mengandung senyawa

tanin.
48

Metode yang digunakan penelitian ini adalah perasan. Proses

perasan dilakukan dengan cara membuang getah pada labu siam terlebih

dahulu. Kemudian dicuci dengan air mengalir, untuk membersihkan

kotoran yang menempel pada kulit labu siam serta dari getahnya. Setelah

pencucian selesai, tiriskan dalam wadah. Selanjutnya pembuatan perasan,

labu siam yang sudah bersih kemudian dipotong menjadi kecil. Kemudian

memasukan dalam blender, dan dihaluskan. Setelah halus, kemudian

diperas dan disaring menggunakan kain flanel, lalu perasan dimasukan

kedalam botol.

Hasil perasan labu siam digunakan sebagai zat aktif dalam

pembuatan sediaan masker gel peel off empat formulasi, dimana ada satu

formulasi tanpa zat aktif. Dimana masing-masing formulasi dibuat

sebanyak 3 replikasi. Dalam pembuatan masker gel ini menggunakan

konsentrasi perasan yang berbeda yaitu 10%, 20%, 30% dan tanpa perasan.

Bahan tambahan seperti PVA menggunakan konsentrasi 10%, HPMC 2%,

Nipagin 0,2% dan Nipasol 0,1% digunakan sebagai pengawet supaya tidak

mudah ditumbuhi jamur. Menggunakan Propilenglikol 15% karena

sebagai pelembut dan pembasah sehingga gel yang dibuat mampu

menghasilkan sediaan yang lembut dan tidak terlalu encer, etanol 96% dan

aquadest ad 100 ml sebagai pelarut bahan.

Proses pembuatan masker gel peel off, alat dan bahan yang akan

digunakan disiapkan terlebih dahulu. Kemudian menimbang semua bahan

yang akan digunakan, kemudian melarutkan perasan dalam etanol 96%,


49

kemudian diwadah 1 PVA dikembangkan dengan aquadest, lalu

dihomogenkan. Selanjutnya diwadah 2 HPMC dikembangkan dalam

aquadest dingin dengan pengadukan yang konstan. Pada wadah 3, larutkan

nipagin dan nipasol kedalam propilenglikol. Kemudian mencampurkan

wadah 2, dan wadah 3 secara berturut-turut kedalam wadah 1 kemudian

aduk hingga homogen, tambahkan perasan yang telah dilarutkan dalam

etanol 96% sedikit demi sedikit, lalu aduk hingga homogen, kemudian

tambahkan aquadest ad 100 ml sambil diaduk hingga homogen. Gel yang

sudah jadi dimasukan kedalam pot salep sebanyak 15 gram. Kemudian

dilakukan uji sediaan gel yang meliputi uji organoleptis, uji homogenitas,

uji pH, uji daya sebar, uji daya lekat, dan uji daya proteksi.

1. Uji Organoleptis

Uji organoleptis bertujuan untuk mengamati adanya perubahan

bentuk, warna, rasa, dan bau dari sediaan masker gel peel off perasan

labu siam dan masker gel peel off tanpa perasan. Pada penelitian ini

hasil uji organoleptis dapat dilihat pada tabel berikut.


50

Tabel 6. Hasil uji organoleptis


Formula Bau Rasa Bentuk Warna Gambar

I Khas Lengket Kental/ Putih


labu siam Semisoli pekat
d

II Khas Lengket Kental/ Putih


labu siam Semisoli pekat
d
Putih
III Khas Lengket Kental/ kekunin
labu siam Semisoli gan
d
Putih,
IV Khas gel Lengket Kental/ terlihat
Semisoli jernih
d
Sumber : (Izzati, 2014)
Keterangan :
Formula I : Perasan labu siam 10%
Formula II : Perasan labu siam 20%
Formula III : Perasan labu siam 30%
Formula IV : Tanpa perasan

Berdasarkan dari tabel diatas hasil uji organoleptis menunjukan

bahwa pada formula I dan II menghasilkan gel yang kental, warna

putih pekat, bau khas perasan labu siam dan rasa dikulit lengket. Pada

formula III menghasilkan gel yang kental, warna putih kekuningan,

bau khas perasan labu siam dan rasa dikulit lengket. Sedangkan pada

formula IV (tanpa perasan) menghasilkan gel yang sangat kental,


51

warna putih jernih, bau khas gel dan rasa dikulit sangat lengket, hal ini

disebabkan karena sediaan tanpa menggunakan perasan. Jadi

perbedaan formulasi I, II, dan III yaitu perbedaan warna, karena

formulasi III menggunakan perasan yang lebih banyak dari formulasi I

dan II. Perbandingan formulasi IV dengan perbandingan formulasi I, II,

dan III yaitu, perbedaan warna, bau, dan rasa yang dikulit saat

digunakan.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan dari semua

formulasi, bahwa ada pengaruh perbedaan konsentrasi perasan labu

siam terhadap uji organoleptis masker gel peel off.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas perlu dilakukan untuk memenuhi karakteristik

sediaan gel yang baik, homogenitas ditujukan dengan tidak adanya

butiran kasar pada sediaan sehingga saat dioleskan pada kulit

terasalembut dan merata. Pada penelitian ini hasil homogenitas dapat

dilihat pada tabel berikut :


52

Tabel 7. Hasil uji homogenitas


Literatur Foto
Uji Homogenitas (Aisah, 2018)
Repli

kasi FI FII FIII FIV


Menunjukkan
1 Homogen Homogen Homogen Homogen susunan yang
homogen dan
2 Homogen Homogen Homogen Homogen tidak terasa
adanya
3 Homogen Homogen Homogen Homogen partikel padat

Keterangan :
Formula I : Perasan labu siam 10%
Formula II : Perasan labu siam 20%
Formula III : Perasan labu siam 30%
Formula IV : Tanpa perasan

Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan gel

sekucupnya pada objek glass dan menutupnya dengan deck glass.

Mengamati sampel, homogen atau terdapat gumpalan.

Hasil uji homogenitas diatas dapat diketahui bahwa empat

formulasi gel perasan labu siam dan gel tanpa perasan semuanya homogen.

Hal ini sesuai dengan persyaratan yang tertera, dimana gel harus

menunjukan susunan yang homogen dan tidak terasa adanya partikel padat,

karena pada saat pembuatan gel terus menerus diaduk secara konstan dan

homogen sehingga gel yang dihasilkan tidak mengandung partikel-partikel

bahan padat. Hal ini menunjukan bahwa zat aktif dan bahan lainnya telah

tercampur secara homogen, sehingga efek terapi yang dihasilkan baik.


53

3. Uji Pengukuran pH

Uji pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui apakah gel bersifat

asam atau basa. pH yang dihasilkan harus sesuai dengan pH kulit agar

menjamin keamanan saat digunakan. Pengukuran pH dilakukan

dengan cara mengoleskan sedikit gel pada stik pH, lalu mencocokan

warna stik pH yang dihasilkan dengan melihat indikator pH.

Tabel 8. Hasil pengukuran pH


Formulasi Replikasi I Replikasi II Replikasi III Literatur
I 6 6 6
II 6 6 6 pH sediaan
III 6 6 6 topikal 4,5-6,5
IV 6 6 6 (Aisah, 2018)
Rata-rata 6 6 6
Keterangan :
Formula I : Perasan labu siam 10%
Formula II : Perasan labu siam 20%
Formula III : Perasan labu siam 30%
Formula IV : Tanpa perasan

Berdasarkan dari tabel diatas hasil uji pH menunjukan bahwa pada

formulasi I, II, III, dan IV (tanpa perasan) menunjukan pH 6. Hal ini

menunjukan bahwa semua formulasi memiliki pH yang normal bagi

kulit karena sediaan topikal memiliki pH 4,5-6,5. Nilai pH penting

untuk mengetahui tingkat keasaman dari sediaan gel agar tidak

mengiritasi kulit. Jika gel memiliki pH yang terlalu basa dapat

menyebabkan kulit bersisik, sedangkan pH yang terlalu asam dapat

menyebabkan iritasi kulit (Aisah, 2018).


54

4. Uji Daya Sebar

Uji daya sebar gel bertujuan untuk mengetahui seberapa baik

sediaan gel menyebar dipermukaan kulit, karena dapat mempengaruhi

absorbsi obat dan kecepatan pelepasan zat aktif ditempat

pemakaiannya menjamin pemerataan gel saat diaplikasikan pada kulit.

Kriteria gel yang baik memiliki kekentalan yang baik sehingga mudah

dioleskan dan tidak terlalu encer. Hasil uji daya sebar gel diameter

yang baik 5-7 cm (Aisah, 2018). Berikut data yang diperoleh dari

penelitian uji daya sebar dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Hasil data uji daya sebar


Beban 50 gram Beban 100 gram
Formula cm Cm Literatur
Diameter (d) Luas Diameter Luas Permukaan
Permukaan (d)
2,3 4,15 3 7,06

I 3 7,06 3 7,06

1,5 1,76 1,5 1,76

Rata-rata 2,26 4,32 2,5 5,30

1 0,785 1 0,785

II 1,5 1,76 1,5 1,76 Diameter 5-


7cm
3,5 9,61 3,5 9,61 (Aisah, 2018)
Rata-rata 2 4,05 2 4,05

2,3 4,15 2,3 4,15

III 3 7,06 4 12,56

2,5 4,90 2,5 4,90

Rata-rata 2,6 5,37 3 7,20

2,3 4,15 3 7,06


55

2,3 4,15 1,5 1,76


IV
1,5 1,76 1,5 1,76

Rata-rata 2,03 3,35 2 3,52

Keterangan :
Formula I : Perasan labu siam 10%
Formula II : Perasan labu siam 20%
Formula III : Perasan labu siam 30%
Formula IV : Tanpa perasan

Berdasarkan dari tabel hasil uji daya sebar bahwa didapatkan hasil

uji daya sebar dengan beban 50 gram masing-masing formula tidak

memenuhi syarat literatur kecuali formula III yaitu diameter (5-7 cm), dan

pada uji daya sebar dengan beban 100 gram dari masing-masing formula

tidak memenuhi syarat literatur kecuali formula III. Hal ini dikarenakan

pada formula I, II, IV sediaan gel terlalu kental, sehingga pada uji daya

sebar tidak memenuhi syarat literatur yaitu diameter (5-7 cm). Pada

formula III memiliki kemampuan menyebar paling besar. Hal ini

dikarenakan penambahan perasan labu siam yang lebih banyak yaitu 30%.

Data yang sudah diperoleh kemudian dilakukan analisa data

dengan menggunakan One-Way Anova, untuk memperkuat hasil penelitian.

Berikut analisa tabel anova uji daya sebar masker gel peel off dengan

beban 50 gram dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


56

Tabel 10. Hasil tabel anova uji daya sebar 50 gram

ANOVA
HasilUjiDayaSebar50gram
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 6,302 3 2,101 ,243 ,864

Within Groups 69,281 8 8,660


Total 75,584 11

Berdasarkan dari tabel analisis anova diatas hasil menunjukan

bahwa rata-rata diameter uji daya sebar dengan beban 50 gram pada

formula I yaitu sebesar 4,32 cm, dan pada formula II yaitu sebesar 4,05 cm.

Tabel diatas menunjukan diameter daya sebar formula I lebih baik dari

formula II. Pada formula III yaitu 5,37 cm, dan pada formula IV (tanpa

perasan) yaitu 3,35 cm. Tabel diatas menunjukan diameter daya sebar

sediaan gel formula III lebih baik dari formula. Pada formula II daya

sebarnya lebih kecil dari formula I, dikarenakan sediaan gelnya terlalu

kental. Jadi nilai rata-rata diamter uji daya sebar dengan beban 50 gram

berdasarkan daya menyebarnya paling baik terdapat pada formula III

memiliki rata-rata diameter paling tinggi yaitu 5,37 cm karena dilihat dari

sediaan yang kental dan daya sebarnya luas sehingga masker gel peel off

mudah dioleskan pada muka dan cepat memberikan efek terapinya dan

yang kurang baik pada formula II dikarenakan sediaan gelnya terlalu

kental dan pada formula IV dikarenakan tanpa menggunakan perasan labu

siam.
57

Berdasarkan drari tabel perhitungan One-WayAnova diatas

didapatkan nilai signifikasi 0,864 nilai F hitung 0,243 dan nilai F tabel

4,066. Dari hasil diatas F hitung lebih kecil dari f tabel sehingga Hipotesis

yang diajukan ditolak.

Berikut analisa tabel anova uji daya sebar masker gel peel off

dengan beban 100 gram dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 11. Hasil tabel anova uji daya sebar 100 gram

ANOVA
HasilUjiDayaSebar100gram
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 24,028 3 8,009 ,502 ,691
Within Groups 127,593 8 15,949
Total 151,621 11

Berdasarkan dari tabel analisis anova diatas hasil menunjukan

bahwa rata-rata diameter uji daya sebar beban 100 gram pada formula I

yaitu 5,29 cm, dan pada formula II yaitu sebesar 4,05 cm. Tabel diatas

menunjukan diameter daya sebar formula I lebih baik dari formula II. Pada

formula III yaitu sebesar 7,20 cm dan pada formula IV yaitu sebesar 3,52

cm. Jadi nilai rata-rata diameter uji daya sebar dengan beban 100 gram

berdasarkan daya menyebarnya paling baik terdapat pada formula III

memiliki nilai rata-rata diameter paling tinggi yaitu 7,20 cm karena dilihat

dari sediaan yang kental, daya sebarnya luas, dan penambahan konsentrasi

perasan labu siam sebanyak 30% sehingga masker gel peel off mudah

dioleskan pada muka dan cepat memberikan efek terapinya dan yang
58

kurang baik terdapat pada formula II sebesar 4,05 cm dan formula IV

sebesar 3,52 cm.

Dengan menggunakan uji F didapatkan hasil sebagai berikut :

Berdasarkan dari tabel perhitungan One-Way Anova diatas

didapatkan nilai signifikasi 0,691 nilai F hitung 0,502 dan nilai F tabel

4,066. Dari hasil diatas F hitung lebih kecil dari F tabel sehingga hipotesis

yang diajukan ditolak.

5. Uji Daya Lekat

Uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui lamanya gel

melekat pada kulit, sehingga efek terapi yang diharapkan dapat

tercapai. Daya lekat dari sediaan semisolid adalah lebih dari 1 detik.

Pada hasil penelitian uji daya lekat dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 12. Data hasil uji daya lekat

Replikasi Waktu ( detik )


Pustaka
FI F II F III F IV

1 15,20 18,25 22,35 10,11


Tidak kurang
2 15,23 17,20 20,80 10,15 dari 4
detik(Rahma
3 17,25 20,28 24,35 13,17 wati dan
Yetti, 2015)
Rata-rata 15,98 18,57 22,5 11,14
59

Keterangan :
Formula I : Perasan labu siam 10%
Formula II : Perasan labu siam 20%
Formula III : Perasan labu siam 30%
Formula IV : Tanpa perasan

Berdasarkan dari tabel diatas hasil uji daya lekat menunjukan bahwa

pada formula I, II, III, dan IV menunjukan daya lekat yang baik karena

memiliki nilai daya lekat lebih dari 4 detik. Pada formula III mempunyai

rata-rata nilai daya lekat yaitu 22,5 detik atau yang paling baik dari

formula lain dikarenakan ada pengaruh perbedaan konsentrasi perasan

labu siam yaitu 30% terhadap uji daya lekat masker gel peel off.

Hasil uji daya lekat diatas menunjukan keempat formula masker gel

mempunyai daya lekat yang baik karena memiliki daya lekat lebih dari 4

detik maka sesuai sesuai dengan nilai standar yaitu tidak kurang dari 4

detik. Data yang sudah diperoleh kemudian dilakukan analisa data dengan

menggunakan One-Way Anova, untuk memperkuat hasil penelitian.

Berikut analisa tabel One-Way Anova uji daya lekat masker gel peel off

perasan labu siam dapat dilihat pada tabel dibawah ini :


60

Tabel 13. Hasil tabel anova uji daya lekat

ANOVA
HasilUjiDayaLekat
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 204,774 3 68,258 27,085 ,000
Within Groups 20,161 8 2,520
Total 224,935 11

Berdasarkan tabel perhitungan analisis Anova uji daya lekat

memiliki signifikasi 0,000 dimana nilai F hitung > F tabel atau 27,085 >

4,066. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan

diterima. Artinya bahwa ada pengaruh perbedaan konsentrasi perasan labu

siam terhadap uji daya lekat masker gel peel off.

6. Uji Daya Proteksi

Uji daya proteksi dilakukan untuk mengevaluasi sediaan gel yang

dibuat, dengan uji ini dapat diketahui sejauh mana gel dapat

memberikan efek proteksi terhadap iritasi mekanik, panas dan kimia.

Halini untuk mencapai kriteria gel yang baik sehingga dapat

memberikan efek yang diharapkan. Kriteria sediaan gel yang baik

yaitu pada saat mengamati ada tidaknya noda pada waktu lebih dari 15

detik. Hasil penelitian uji daya proteksi dapat dilihat pada tabel

berikut :
61

Tabel 14. Data hasil uji daya proteksi


Replikasi Waktu ( detik )
Pustaka
FI F II F III F IV

1 06,76 07,80 10,81 04,70

2 07,55 08,55 11,65 06,67 Lebih dari 15


detik (Aisah,
3 06,98 08,43 11,89 07,83 2018).

Rata-rata 05,32 06,19 08,58 04,80

Keterangan :
Formula I : Perasan labu siam 10%
Formula II : Perasan labu siam 20%
Formula III : Perasan labu siam 30%
Formula IV : Tanpa perasan

Berdasarkan dari tabel diatas hasil uji daya proteksi

menunjukan bahwa pada formula I, II, III, IV menunjukan daya

proteksi atau menunjukan noda berwarna pink. Dari semua formula

yang memiliki waktu daya proteksi yang lebih lama yaitu formula III

meskipun belum mendekati standar uji daya proteksi, karena pada saat

memberikan sediaan gel yang menutupi kertas saring yang ditetesi

indikator PP (fenoltalein) dengan tetesan dari KOH 0,1 N sudah

merata. Sedangkan dari semua formula yang memiliki waktu daya

proteksi yang lebih pendek yaitu formula IV. Hal ini dikarenakan

kurang meratanya sediaan gel yang menutupi kertas saring yang

ditetesi indikator PP (fenoltalein) sehingga tetesan dari KOH 0,1 N

tidak melewati gel, sehingga langsung bereaksi dengan indikator PP.


62

Kemudian dianalisis menggunakan statistik One-way Anova. Adapun

hasilnya sebagai berikut :

Tabel 15. Hasil tabel anova uji daya proteksi

ANOVA
HasilUjiDayaProteksi
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 44,946 3 14,982 19,001 ,001
Within Groups 6,308 8 ,789
Total 51,254 11

Berdasarkan tabel perhitungan analisis Anova uji daya proteksi

memiliki signifikasi 0,001 dimana nilai F hitung > F tabel atau 19,001 >

4,066. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan

diterima. Artinya bahwa ada pengaruh perbedaan konsentrasi perasan labu

siam tehadap uji daya proteksi sediaan masker gel peel off.
63

Tabel 16. Tabel ringkasan hasil uji sediaan masker gel peel off
Uji sediaan gel Formulasi Hasil uji sediaan masker Literatur
gel
I Bau : khas labu siam
Rasa : lengket
Bentuk : kental
Warna : putih pekat
II Bau : khas labu siam
Rasa : lengket
Bentuk : kental
Uji organoleptis Warna : putih pekat
III Bau : khas labu siam (Izzati, 2014)
Rasa : lengket
Bentuk : kental
Warna : putih kekuningan
IV Bau : khas gel
Rasa : lengket
Bentuk : kental
Warna : putih jernih
I Homogen
II Homogen Homogen tidak
Uji homogenitas III Homogen adanya partikel
padat (Aisah,
IV Homogen 2018)
I 6
Uji pengukuran pH II 6 4,5-6,5 (Aisah,
III 6 2018)
IV 6
I 4,32
Uji daya sebar II 4,05 Diameter 5-7 cm
50gram (Aisah, 2018)
III 5,37
IV 3,35

I 5,30
100gram II 4,05 Diameter 5-7 cm
III 7,20 (Aisah, 2018)
IV 3,52
I 15,98 Tidak kurang
Uji daya lekat II 18,57 dari 4 detik
III 22,5 (Aisah, 2018)
IV 11,14
I 05,32 Lebih dari 15
Uji daya proteksi II 06,19 detik (Rahmawati
III 08,58 dan Yetti, 2015)
IV 04,80
64

6. Hasil Aktivitas Antioksidan

Aktivitas antioksidan pada gel perasan labu siam dengan metode

DPPH (1,1-diphenyl -2-picrylhydrazil), yaitu mengukur kemampuan

suatu senyawa antiokidan dalam menangkap radikal bebas dan dengan

mengukur absorbansinya pada gel perasan labu siam. Pada tahap

spektrofotometri UV-Vis terlebih dahulu menyiapkan larutan blanko,

larutan blanko yang digunakan adalah blanko pelarut yang digunakan

untuk melarutkan sampel yaitu metanol, sebelum dilakukan pengujian

dengan alat spektrofotometri UV-Vis membuat larutan DPPH terlebih

dahulu yaitu 1000 ppm, membuat larutan induk 1000 ppm dan

membuat larutan uji seri pada sediaan masker gel yang dibuat (Aisah,

2018).

Proses pembuatan larutan DPPH yaitu menimbang serbuk DPPH

50 mg, tambahkan metanol sampai 50 ml didalam labu ukur.

Pembuatan larutan induk 1000 ppm yaitu menimbang masker gel

perasan labu siam sebanyak 50 mg, kemudian dilarutkan dengan

metanol sebanyak 50 ml didalam labu ukur dan dikocok sampai

homogen. Larutan induk yang sudah jadi dimasukkan kedalam

erlenmeyer. Proses pembuatan larutan seri mengambil larutan induk

masing-masing sebanyak 0,1 ml, 02 ml, 0,4 ml, 0,8 ml. Kemudian

dimasukkan kedalam gelas ukur, lalu menambahkan metanol sampai

10 ml.
65

Setelah selesai membuat larutan DPPH, larutan induk dan larutan

seri, langkah selanjutnya yaitu penentuan panjang gelombang

maksimum DPPH yang dilakukan untuk mengetahui absorbansi

larutan terhadap sinar. Panjang gelombang yang digunakan yaitu range

450-550 nm. Hasil penentuan panjang gelombang makimum DPPH

tertera pada tabel berikut :

Tabel 17. Data absorbansi panjang gelombang maksimum DPPH


Panjang Gelombang (nm) Absorbansi

450 0,133

460 0,153

470 0,159

480 0,261

490 0,274

500 0,275

510 0,283
Panjang gelombang
520 0,298 maksimum

530 0,261

540 0,234

550 0,218

Hasil orientasi diperoleh data panjang gelombang maksimum

sampel adalah 520 nm. Penentuan kadar dilakukan dengan mengukur

serapan pada panjang gelombang maksimum (puncak kurva), agar

dapat memberikan serapan tertinggi untuk setiap konsentrasi. Dari


66

hasil absorbansi yang telah diperoleh, maka dapat dibuat kurva

panjang gelombang maksimum sebagai berikut :

Hubungan Panjang Gelombang Dengan


Absorbansi
0.35
0.3
0.25
Absorbansi

0.2
0.15
0.1
0.05
0
450 470 490 510 530 550 570
Panjang Gelombang (nm)

Hasil yang diperoleh pada penentuan panjang gelombang

maksimum berada pada panjang gelombang 520 nm dengan nilai

absorbansi 0,298. Setelah mengetahui panjang gelombang maksimum

kemudian mengukur absorbansi gel pada formulasi I, II, III, IV yang

telah dibuat larutan seri dengan larutan DPPH 1000 ppm yang telah

diencerkan menjadi 500 ppm tetapi larutan masih pekat, kemudian

diencerkan kembali menjadi 50 ppm untuk memperoleh kurva linier

dengan menggunakan panjang gelombang maksimum yang diperoleh

yaitu 520 nm.


67

Perhitungan % inhibisi menggunakan rumus :

% Inhibisi = absorbansi kontrol – absorbansi sampel x 100%

absorbansi kontrol

Hasil absorbansi dan % inhibisi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 18. Data hasil absorbansi dan % inhibisi


Sampel Konsentrasi Absorbansi Rata- %
(ppm) rata inhibisi
1 2 3

10 0,262 0,263 0,266 0,263 11,74


20 0,244 0,255 0,240 0,246 17,44
F1
40 0,221 0,223 0,222 0,222 25,50
80 0,215 0,211 0,219 0,211 29,19

F2 10 0,262 0,272 0,274 0,269 9,731


20 0,244 0,252 0,241 0,245 17,78
40 0,222 0,224 0,225 0,223 25,16
80 0,211 0,210 0,219 0,213 28,52

F3 10 0,272 0,273 0,271 0,272 8,724


20 0,265 0,253 0,262 0,260 12,75
40 0,232 0,244 0,235 0,237 20,46

80 0,211 0,210 0,219 0,213 28,52

F4 10 0,277 0,275 0,272 0,276 8,05


20 0,266 0,268 0,271 0,275 10,06

40 0,264 0,270 0,256 0,273 11,74


80 0,269 0,274 0,270 0,271 13,42
68

Tabel diatas menunjukkan semakin tinggi konsentrasi zat

uji maka nilai % inhibisinya juga semakin meningkat. Kemudian

dari hasil % inhibisi tersebut digunakan untuk mengetahui aktivitas

antioksidan dari suatu zat yaitu nilai IC50. Berikut merupakan

tingkat kekuatan aktivitas antioksidan dengan metode DPPH :

Tabel 19. Tingkat kekuatan aktivitas antioksidan dengan metode


DPPH

Intensitas Nilai IC50 (µg/ml)

Sangat aktif <50

Aktif 50-100

Sedang 101-250

Lemah 250-500

Tidak aktif >500

Sumber : (Aisah, 2018).

Nilai IC50 ditentukan dengan analisa probit dari data log

konsentrasi dengan probit % inhibisi. Data % inhibisi diplotkan ke tabel

probit untuk memperoleh nilai probit, kemudian dibuat grafik antara log

konsentrasi (x) dan probit (y) sehingga diperoleh persamaan linier y = ax +

b. Data hasil probit inhibisi, persamaan linier,dan nilai IC50 dapat dilihat

pada tabel berikut :


69

Tabel 20. Data hasil probit inhibisi, persamaan linier, dan nilai IC50
Sampel Log Probit Persamaan Linier IC50 (µg/ml)
Konsentrasi Inhibisi
F1 1 3,82 y = 0,753x + 3,092 340,32
1,3 4,08 R² = 0,975
1,6 4,36
1,9 4,48
F2 1 3,72 y = 0,823x + 2,958 301,57
1,3 4,08 R² = 0,941
1,6 4,36
1,9 4,45
F3 1 3,59 y = 0,966x + 2,623 287,54
1,3 3,87 R² = 0,943
1,6 4,19
1,9 4,45
F4 1 3,59 y = 0,346x + 3,272 96205,52
1,3 3,77 R² = 0,943
1,6 3,82
1,9 3,92

Hasil dari inhibisi ketiga formulasi kemudian dibuat persamaan

linier, berikut ini kurva persamaan linier dari ketiga formulasi :

Hubungan antara Log Konsentrasi dengan probit


% Inhibisi
4.6
y = 0.7533x + 3.0927
Probit % Inhibisi

4.4
R² = 0.9751
4.2
4
3.8
3.6
0 0.5 1 1.5 2
Log Konsentrasi

Gambar 4.1. Kurva persamaan linier Formula I


70

Hasil persamaan linier y = ax + b pada formula I menghasilkan y =

y = 0,753x + 3,092 dan nilai R² = 0,975. Sehingga diperoleh nilai IC50

dari formulasi I yaitu 340,32 µg/ml. Hasil aktivitas antioksidan yang

diperoleh yaitu lemah (Aisah, 2018).

Hubungan antara Log Konsentrasi dengan Probit


% Inhibisi
5
y = 0.8233x + 2.9587
Probit % Inhibisi

4
R² = 0.9419
3

0
0 0.5 1 1.5 2
Log Konsentrasi

Gambar 4.2. Kurva persamaan linier formula II

Hasil persamaan linier y = ax + b pada formula II menghasilkan y

0,823x + 2,958 = dan nilai R² = 0,941. Sehingga diperoleh nilai IC50 dari

formulasi II yaitu 301,57 µg/ml. Hasil aktivitas antioksidan yang diperoleh

yaitu lemah (Aisah, 2018).


71

Hubungan antara Log Konsentrasi dengan Probit


% Inhibisi
5
y = 0.9667x + 2.6233
probit % Inhibisi

4
R² = 0.9986
3
2
1
0
0 0.5 1 1.5 2
Log Konsentrasi

Gambar 4.3. Kurva persamaan linier formula III

Hasil persamaan linier y = ax + b pada formula III menghasilkan y

0,966x + 2,623 = dan nilai R² = 0,943. Sehingga diperoleh nilai IC50 dari

formulasi III yaitu287,54µg/ml. Hasil aktivitas antioksidan yang diperoleh

yaitu lemah (Aisah, 2018).

Hubungan antara Log Konsentrasi dengan Probit


% Inhibisi
4
Probit % Inhibisi

3.9 y = 0.3467x + 3.2723


R² = 0.9438
3.8
3.7
3.6
3.5
0 0.5 1 1.5 2
Log Konsentrasi

Gambar 4.4. Kurva persamaan linier formula IV

Hasil persamaan linier y = ax + b pada formula IV menghasilkan y

=0,346x + 3,272 dan nilai R² = 0,943. Sehingga diperoleh nilai IC50 dari
72

formulasi IV yaitu96205,52µg/ml. Hasil aktivitas antioksidan yang

diperoleh yaitu tidak aktif (Aisah, 2018).

Tabel 21. Ringkasan hasil uji aktivitas antioksidan

Formula Hasil IC50 Hasil Nilai IC50 Literatur


aktivitas (µg/ml)
antioksidan
I 340,32 µg/ml Lemah 250-500
II 301,57 µg/ml Lemah 250-500
III 287,54µg/ml Lemah 250-500 (Aisah, 2018)
IV 96205,52µg/ml Tidak aktif >500
73

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Sediaan masker gel peel off perasan labu siam dengan perbedaan

konsentrasi pada formulasi I,II, III mengandung aktivitas antioksidan.

2. Sediaan masker gel peel off perasan labu siam yang memiliki aktivitas

antioksidan yang paling tinggi pada formulasi III dengan konsentrasi 30%

sebesar 287,54 µg/ml.

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode lain

terhadap labu siam (Sechium edule) sebagai masker gel peel off.

2. Perlu perbaikan penelitian sejenis dengan memperbaiki formula agar

mendapatkan hasil yang lebih baik.

73
74

DAFTAR PUSTAKA

Aisah, Novi. 2018. “Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Gel Masker Peel-Off
Ekstrak Kulit Kacang Tanah (Arachis Hypogaea) Dengan Penambahan
Perasan Kulit Nanas (Ananas Comosus L.).” Karya Tulis Ilmiah, TEGAL:
POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA.

Aponno, Jeanly V, Paulina V Y Yamlean, dan Hamidah Supriati. 2014. “Jambu


Biji (Psidium Guajava Linn) Terhadap Penyembuhan Luka Yang
Terinfeksi Bakteri Staphylococcus Aureus Pada Kelinci (Orytolagus
Cuniculus)” 3 (3): 8.

Bahriul, Putrawan, Nurdin Rahman, dan Anang Wahid M. Diah. 2014. “Uji
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Daun Salam (Syzygium Polyanthum)
Dengan Menggunakan 1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil,” Agustus, 7.

Damayanthi, Evy, Lilik Kustiyah, Mahani Khalid, dan Henry Farizal. 2010.
“Aktivitas Antioksidan Bekatul Lebih Tinggi Daripada Jus Tomat Dan
Penurunan Aktivitas Antioksidan Serum Setelah Intervensi Minuman Kaya
Antioksidan.” Jurnal Gizi dan Pangan 5 (3): 205.
https://doi.org/10.25182/jgp.2010.5.3.205-210.

Danarto, YC, Stefanus Ajie Prihananto, dan Zery Anjas Pamungkas. 2011.
“Pemanfaatan Tanin Dari Kulit Kayu Bakau Sebagai Pengganti Gugus
Fenol Pada Resin Fenol Formaldehid.”

Dewantari, Dwi retno, dan Nining Sugihartini. 2015. “Formulasi Dan Uji
Aktivitas Gel Ekstrak Daun Petai Cina (Leucaena Glauca, Benth) Sebagai
Sediaan Obat Luka Bakar,” April, 6.

Faradiba, Ermina Pakki, Auliwati Rusli, dan Amelia Jabbar. 2012. “Formulasi
Masker Gel (Peel Off Mask) Sari Buah Tomat Apel (Licopersicum
Esculentum Mill),” 7.

Handayani, Aditya. 2016. “Formulasi Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan Gel


Ekstrak Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steenis.” Karya
Tulis Ilmiah, TEGAL: POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA.

Izzati, Myra Kharisma. 2014. “Formulasi Dan Uji Aktivitas Antioksidan Sediaan
Masker Peel-Off Ekstrak Etanol 50% Kulit Buah Manggis (Garcinia
Mangostana L.).” SKRIPSI, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.

Juwita, Anisa Puspa, Paulina V Y Yamlean, dan Hosea Jaya Edy. 2013.
“Formulasi Krim Ekstrak Etanol Daun Lamun (Syringodium Isoetifolium)”
2 (02): 6.
75

Khikmawati, wahidhah Nur. 2009. “Pengaruh Pemberian Perasan Labu Siam


(Sechium edule (jacq.) Sw.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah
Pada Kelinci Kantan New Zealand Yang Dibebani Glukosa.” SKRIPSI,
SURAKARTA: UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

Malangngia, Liberty P, Meiske S Sangia, dan Jessy J. E Paendonga. 2012.


“Penentuan Kandungan Tanin Dan Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Biji
Buah Alpukat (Persea americana Mill.).”

Mappa, Tiara, Hosea Jaya Edy, dan Novel Kojong. 2013. “Formulasi Gel Ekstrak
Daun Sasaladahan (peperomia pellucida (l.) H.b.k) Dan Uji
Efektivitasnya” 2 (02): 8.

Marsigit, Ellyana Jannet. 2017. “Formulasi Sediaan Pelembab Sari Buah Labu
Kuning (Cucurbita Moschata) Dalam Bentuk Sediaan Gel.” SKRIPSI,
SURABAYA: UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA.

Materia Medika Indonesia. 1995. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Puspitasari, Anita Dwi, Nurul Eka Yuita, dan Sumantri Sumantri. 2017. “Krim
Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Kopi Arabika (Coffea Arabica).” Jurnal
Ilmiah Teknosains 3 (2). https://doi.org/10.26877/jitek.v3i2.1884.

Putri, Ade Aprilia Surya, dan Nurul Hidajati. 2015. “Uji Aktivitas Antioksidan
Senyawa Fenolik Ekstrak Metanol Kulit Batang Tumbuhan Nyiri Batu
(Xylocarpus Moluccensis),” 6.

Putri, Olivia Bunga. 2012. “Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Labu Siam
(Sechium Edule) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Wistar
Yang Diinduksi Aloksan.” Karya Tulis Ilmiah, SEMARANG:
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG.

Rahayu, Yulianita, dan Indri Ferdiani Suarna. 2017. “Analisis Kesadaran dan
Loyalitas Merek Kosmetik Herborist” 2 (1): 18.

Rahmawati, Farida, dan Yetti O. K. 2015. “Uji Kontrol Kualitas Sediaan Salep
Getah Pepaya (Carica Papaya L) Menggunakan Basis Hidrokarbon.”

Riana, Maya. 2010. “Pengaruh Pemberian Ekstrak Alkohol 70% Kulit Buah Labu
Siam (Sechium edule (Jacq.) Sw.) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa
Darah Pada Kelinci Yang Dibebani Glukosa.” SKRIPSI, SURAKARTA:
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

Rosahdi, tina dewi, mimin kusmiyati, dan fitri retna wijayanti. 2013. “Uji
Aktivitas Daya Antioksidan Buah Rambutan Rapiah Dengan Metode
DPPH,” Mei, 15.
76

Ryanata, Ebry. 2015. “Penentuan Jenis Tanin Dan Penetapan Kadar Tanin Dari
Kulit Buah Pisang Masak (Musa Paradisiaca l.) Secara Spektrofotometri
Dan Permanganometri.”

Sari, Mita Permata. 2014. “Formulasi Krim Tabir Surya Fraksi Etil Asetat Kulit
Pisang Ambon Putih [Musa(Aaa Group)] Dan Penentuan Nilai Faktor
Pelindung Surya (Fps) Fraksi Etil Asetat Secara In Vitro.” SKRIPSI,
ISLAM BANDUNG.

Sukmawati, Arisanti, dan Wijayanti. 2013. “Pengaruh Variasi Kosentrasi Pva,


Hpmc, Dan Gliserin Terhadap Sifat Fisika Masker Wajah Gel Peel Off
Ekstrak Etanol 96% Kult Buah Manggis (Garcinia Mangostana L),”
September, 8.

Suyudi, Salsabiela dwiyudrisa. 2014. “Formulasi Gel Semprot Menggunakan


Kombinasi Karbopol 940 Dan Hidroksipropil Metilselulosa (Hpmc)
Sebagai Pembentuk Gel.” SKRIPSI, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
77

LAMPIRAN 1

Perhitungan Formulasi ( 1 replikasi)

1. Formula I

Perasan labu siam 10% = 10 100 x 15 g = 1,5 g

PVA 10% =10 100 x 15 g = 1,5 g

HPMC 2% = 2 100 x 15 g = 0,3 g

Proplen glikol 15% = 15 100 x 15 g = 2,25 g

Metil paraben 0,2% = 0,2 100 x 15 g = 0,03 g

Propil paraben 0,1% = 0,1 100 x 15 g = 0,015 g

Etano 96% 15% = 15 100 x 15 g = 2,25 g

Aqua ad 100% = 15 g - (1,5+1,5+0,3+2,25+0,03+0,015+2,25) g

= 15 g – 7,845 g

= 7,155 ml (b/v)

2. Formula II

Perasan labu siam 20% = 20 100 x 15 g =3g

PVA 10% =10 100 x 15 g = 1,5 g

HPMC 2% = 2 100 x 15 g = 0,3 g

Proplen glikol 15% = 15 100 x 15 g = 2,25 g

Metil paraben 0,2% = 0,2 100 x 15 g = 0,03 g

Propil paraben 0,1% = 0,1 100 x 15 g = 0,015 g


78

Etano 96% 15% = 15 100 x 15 g = 2,25 g

Aqua ad 100% = 15 g - (3+1,5+0,3+2,25+0,03+0,015+2,25) g

= 15 g – 9,345 g

= 5,655 ml (b/v)

3. Formula III

Perasan labu siam 30% = 30 100 x 15 g = 4,5 g

PVA 10% =10 100 x 15 g = 1,5 g

HPMC 2% = 2 100 x 15 g = 0,3 g

Proplen glikol 15% = 15 100 x 15 g = 2,25 g

Metil paraben 0,2% = 0,2 100 x 15 g = 0,03 g

Propil paraben 0,1% = 0,1 100 x 15 g = 0,015 g

Etano 96% 15% = 15 100 x 15 g = 2,25 g

Aqua ad 100% = 15 g - (4,5+1,5+0,3+2,25+0,03+0,015+2,25) g

= 15 g –10,845

= 4,155 ml (b/v)

4. Formula IV (tanpa perasan)

PVA 10% =10 100 x 15 g = 1,5 g

HPMC 2% = 2 100 x 15 g = 0,3 g

Proplen glikol 15% = 15 100 x 15 g = 2,25 g

Metil paraben 0,2% = 0,2 100 x 15 g = 0,03 g

Propil paraben 0,1% = 0,1 100 x 15 g = 0,015 g


79

Etano 96% 15% = 15 100 x 15 g = 2,25 g

Aqua ad 100% = 15 g - (1,5+0,3+2,25+0,03+0,015+2,25) g

= 15 g – 6,345

= 8,655 ml (b/v)

LAMPIRAN 2

PERHITUNGAN LUAS PERMUKAAN DAYA SEBAR

1. Formulasi I (50 gram)


80

a. Replikasi 1

Luas permukaan =

= 3,14 x (1,15)²

= 4,15 cm²

b. Replikasi 2

Luas permukaan =

= 3,14 x (1,5)²

= 7,06 cm²

c. Replikasi 3

Luas permukaan =

= 3,14 x (0,75)²

= 1,76 cm²

(100 gram)

a. Replikasi 1

Luas permukaan =

= 3,14 x (1,5)²

= 7,06 cm²

b. Replikasi 2

Luas permukaan =

= 3,14 x (1,5)²
81

= 7,06 cm²

c. Replikasi 3

Luas permukaan =

= 3,14 x (0,75)²

= 1,76 cm²

2. Formulasi II (50 gram)

a. Replikasi 1

Luas permukaan =

= 3,14 x (0,5)²

= 0,785 cm²

b. Replikasi 2

Luas permukaan =

= 3,14 x (0,75)²

=1,76 cm²

c. Replikasi 3

Luas permukaan =

= 3,14 x (1,75)²

= 9,61 cm²

(100 gram)

a. Replikasi 1
82

Luas permukaan =

=3,14 x (0,5)²

= 0,785 cm²

b. Replikasi 2

Luas permukaan =

=3,14 x (0,75)²

= 1,76 cm²

c. Replikasi 3

Luas permukaan =

= 3,14 x (1,75)²

= 9,61 cm²

3. Formulasi III (50 gram)

a. Replikasi 1

Luas permukaan =

= 3,14 x (1,15)²

= 4,15 cm²

b. Replikasi 2

Luas permukaan =

= 3,14 x (1,5)²

= 7,06 cm²

c. Replikasi 3

Luas permukaan =
83

= 3,14 x (1,25)²

= 4,90 cm²

(100 gram)

a. Replikasi 1

Luas permukaan =

= 3,14 x (1,15)²

= 4,15 cm²

b. Replikasi 2

Luas permukaan =

= 3,14 x (2)²

= 12,56 cm²

c. Replikasi 3

Luas permukaan =

= 3,14 x (1,25)²

= 4,90 cm

4. Formulasi IV (50 gram)

a. Replikasi 1

Luas permukaan =

= 3,14 x (1,15)²

= 4,15 cm²

b. Replikasi 2

Luas permukaan =
84

= 3,14 x (1,15)²

= 4,15 cm²

c. Replikasi 3

Luas permukaan =

= 3,14 x (0,75)²

= 1,76 cm²

(100 gram)

a. Replikasi 1

Luas permukaan =

= 3,14 x (1,5)²

= 7,06 cm²

b. Replikasi 2

Luas permukaan =

= 3,14 x (0,75)²

= 1,76 cm²

c. Replikasi 3

Luas permukaan =

= 3,14 x (0,75)²

= 1,76 cm²

LAMPIRAN 3
85

PERHITUNGAN LARUTAN DPPH, LARUTAN INDUK DAN

LARUTAN SERI

1. Perhitungan Pembuatan larutan DPPH 1000 ppm

DPPH 1000 ppm = 1000 µg/ml = 1 mg/ml

DPPH yang dibutuhkan = 1 mg/ml x 50 ml = 50 mg

Metanol ad = 50 ml

a. Pengenceran larutan DPPH 500 ppm

V1 x N1 = V2 x N2

500 x N1 = 50 x 50

500 = = 5 ml

b. Pengenceran larutan DPPH 50 ppm

V1 x N1 = V2 x N2

50 x N1 = 4 x 50

50 = = 4 ml

2. Pembuatan larutan Induk Gel Antioksidan 1000 ppm

Formula 1000 ppm = 1000 µg/ml = 1 mg/ml

Gel yang dibutuhkan = 1 mg/ml x 50 ml = 50 mg

Metanol ad = 50 ml

3. Pembuatan larutan Seri 10 ppm, 20 ppm, 40 ppm, dan 80 ppm

V1 = Volume yang dibutuhkan V2 = Volume yang dibuat

N1 = Konsentrasi larutan induk N2 = Konsentrasi pengenceran

10 ppm = V1 x N1 = V2 x N2

= V1 x 1000 = 10 x 10
86

= V1 = = 0,1 ml metanol ad 10 ml

20 ppm = V1 x N1 = V2 x N2

= V1 x 1000 = 10 x 20

= V1 = = 0,2 ml metanol ad 10 ml

40 ppm = V1 x N1 = V2 x N2

= V1 x 1000 = 10 x 40

= V1 = = 0,4 ml metanol ad 10 ml

80 ppm = V1 x N1 = V2 x N2

= V1 x 1000 = 10 x 80

= V1 = = 0,8 ml metanol ad 10 ml

LAMPIRAN 4

PERHITUNGAN % INHIBISI
87

Rumus % Inhibisi

% inhibisi = absorbansi kontrol – absorbansi sampel x 100%

Absorbansi kontrol

Dengan absorbansi kontrol :

1. 0,706 [untuk F1 sampai F4 (0,1 & 0,2 ppm)]

2. 0,783 [untuk F4 (0,4 & 0,8 ppm) sampai kontrol +]

Formula I
, ,
10 ppm = x 100% = 62,88%
,

, ,
20 ppm = ,
x 100% = 65,43%

, ,
40 ppm = x 100% = 68,69%
,

, ,
80 ppm = ,
x 100% = 69,54%

Formula II

, ,
10 ppm = ,
x 100% = 62,88%

, ,
20 ppm = x 100% = 65,43%
,

, ,
40 ppm = ,
x 100% = 68,55%

, ,
80 ppm = x 100% = 70,11%
,

Formula III
88

, ,
10 ppm = x 100% = 61,47%
,

, ,
20 ppm = x 100% = 62,46%
,

, ,
40 ppm = x 100% = 67,13%
,

, ,
80 ppm = ,
x 100% = 70,11%

Formula IV

, ,
10 ppm = ,
x 100% = 60,76%

, ,
20 ppm = ,
x 100% = 62,32%

, ,
40 ppm = x 100% = 66,28%
,

, ,
80 ppm = ,
x 100% = 65,64%

LAMPIRAN 5

PERHITUNGAN NILAI IC50


89

1. Formula I

Hasil kurva :y = 0,753x + 3,092

R² = 0,975

IC50 = ax + b

( , )
5 =
,

= antilog 340,32

IC50 = 2,5319 µg/ml

2. Formula II

Hasil kurva :y = 0,823x + 2,958

R² = 0,941

IC50 = ax + b

( , )
5 =
,

= antilog 301,57

IC50 = 2,4794 µg/ml

3. Formulasi III

Hasil kurva :y = 0,966x + 2,623


90

R² = 0,943

IC50 = ax + b

( , )
5 =
,

= antilog 287,54

IC50 = 2,4587 µg/ml

4. Formulasi IV

Hasil kurva :y = 0,346x + 3,272

R² = 0,943

IC50 = ax + b

( , )
5 = ,

= antilog 96205,52

IC50 = 4,9832 µg/ml


91
92

LAMPIRAN 6

PERHITUNGAN PRESISI

Uji Presisi (SD)

( 1 − ) + ( 2 − ) + ( 3 − )
−1
SD =

SD = Simpangan Baku

X = Absorbansi Rata-rata

X1 = Absorbansi Replikasi 1

X2 = Absorbansi Replikasi 2

X3 = Absorbansi Replikasi 3

N = Jumlah Replikasi

Diketahui :

X = 0,231

X1 = 0,231

X2 = 0,232

X3 = 0,232

( 1 − ) + ( 2 − ) + ( 3 − )
−1
Jadi : SD =
93

(0,231 − 0,231) + (0,232 − 0,231) + (0,232 − 0,231)


3−1
=

(0) + (0,001) + (0,001)


3−1
=

0,000001 + 0,000001
2
=

0,000002
2
=

=√0,000001

= 0,001

!
RSD = "
X 100%

,
= x 100%
,

= 0,43%

Data diterima, data kurang dari 1% = sangat teliti


94

LAMPIRAN 7

PERHITUNGAN LOD DAN LOQ

1. Formulasi I

y = 0,753x + 3,092

LOD (Batas Deteksi)

K = 3,3

SD = 0,001
# " !
Q =
$

, % ,
= ,

= 0,0043 ppm

LOQ (Batas Kuantitas)

K = 10

SD = 0,001
# " !
Q = $

% ,
= ,

= 0,0132 ppm

2. Formulasi II

y = 0,823x + 2,958

LOD (Batas Deteksi)

K = 3,3

SD = 0,001
# " !
Q =
$
95

, % ,
=
,

= 0,0040 ppm

LOQ (Batas Kuantitas)

K = 10

SD = 0,001
# " !
Q = $

% ,
= ,

= 0,0121 ppm

3. Formulasi III

y = 0,966x + 2,623

LOD (Batas Deteksi)

K = 3,3

SD = 0,001
# " !
Q =
$

, % ,
= ,

= 0,0034 ppm
96

LOQ (Batas Kuantitas)

K = 10

SD = 0,001
# " !
Q =
$

% ,
= ,

= 0,0103 ppm

4. Formulasi IV

y = 0,346x + 3,272

LOD (Batas Deteksi)

K = 3,3

SD = 0,001
# " !
Q =
$

, % ,
= ,

= 0,0095 ppm

LOQ (Batas Kuantitas)

K = 10

SD = 0,001
# " !
Q =
$

% ,
=
,

= 0,0290 ppm
97

LAMPIRAN 8

FOTO PENELITIAN

Gel formula I Gel formula II Gel formula III

Gel formula IV Uji pH Uji Homogenitas

Uji Daya Proteksi


Uji Daya Sebar Uji Daya Lekat

Larutan Induk Larutan DPPH Larutan konsentrasi

setelah diinkubasi
98

Spektrofotometri Pembuatan sediaan Proses pencucian labu


masker gel siam

Proses penghalusan Penyaringan labu siam Uji identifikasi tanin

labu siam yang sudah dihaluskan


99

CURICULUM VITAE

Nama : Tiara Ayunanda

Tempat, Tanggal Lahir : Tegal, 05 Februari 1998

Alamat : Ds. Adiwerna Rt. 18 Rw. 06 Kec. Adiwerna Kab.


Tegal

Email :tiara.ayunanda@yahoo.com

Nomor HP : 0823-2841-5256

Pendidikan

SD : SD Negeri 01 Adiwerna

SMP : SMP Negeri 01 Adiwerna

SMK : SMK Saka Medika Dukuhwaru

DIII : Farmasi Politeknik Harapan Bersama

Judul KTI : Uji Aktivitas Antioksidan Pada Sediaan Masker


Gel Peel Off Perasan Labu Siam (Sechium edule)

Nama Orang Tua

Ayah : Rachmat Kartolo

Ibu : Sukinah
100

Pekerjaan Orang Tua

Ayah : Wiraswasta

Ibu : Pedagang

Alamat Orang Tua

Ayah : Ds. Adiwerna Rt. 18 Rw. 06 Kec. Adiwerna Kab.


Tegal

Ibu : Ds. Adiwerna Rt. 18 Rw. 06 Kec. Adiwerna Kab.


Tegal

Anda mungkin juga menyukai