Oleh :
1608E041
2019
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Oleh :
1608E041
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
ii
HALAMAN PENGESAHAN
TIM PENGUJI
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS
Sebagai sivitas akademika Politeknik Harapan Bersama Tegal, saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : Rizki Nur Widarjati
NIM : 1608E041
Jurusan / Program Studi : Farmasi
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah
Dibuat di : Tegal
Pada Tanggal : 26 Februari 2019
Yang Menyatakan
v
MOTTO
“Pendidikan bukan hanya untuk yang muda tapi untuk segala umur.”
“Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah hal
yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanyalah sekali.
Ingat hanya pada Allah apapun dan di manapun kita berada kepada Dia-lah tempat
meminta dan memohon.”
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan buat :
Bapak Alm. Dulkarim tercinta, mama Rodiah tercinta, Terima kasih atas
doa, kasih sayang, dan dukungannya selama ini. Doa yang kupanjatkan tak
pernah berhenti untuk alm.Bapak dan Mama. Semoga aku bisa menjadi
anak yang membanggakan, membuat alm.Bapak dan mama senang dan
tersenyum dengan keberhasilanku ini.
Kakakku mba Wiwin dan Mas Toni,Terima kasih atas doa, bantuan, dan
dukungannya.
Keluarga besar Apotik Duta Sehat, Terima kasih banyak doa, bantuan dan
dukungannya selama ini.
Terima kasih kepada Keluarga kecil Prodi DIII Farmasi yang sudah
membantu proses Karya Tulis Ilmiah ini.
vii
PRAKATA
Puji syukur saya panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan karuniaNya, sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah saya yang berjudul “Pengaruh Perbedaan Pelarut Terhadap Kadar Total
salah satu syarat menyelesaikan studi III program studi Farmasi di Politeknik
Harapan Bersama Tegal. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan
dari beberapa pihak akan sulit untuk menyelesaikan Karya Tulis ilmiah ini. Oleh
karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang diberikan kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan.
Tegal.
yang dengan ikhlas dan sabar meluangkan waktunya dalam membimbing dan
penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
viii
5. Alm.Bapak, Ibu, Kakak, dan adikku tercinta yang telah memberikan
dukungan moral dan materil serta doa dan semangat sehingga penulis mampu
dukungannya.
7. Teman-temanku tersayang Iza, Tiara Dan Keluarga besar Apotik Duta Sehat
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutka satu persatu yang turut membantu
Penulis menyadari Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan agar Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih baik. Semoga Karya Tulis
Penyusun
ix
INTISARI
x
ABSTRACT
xi
DAFTAR ISI
Halaman
xii
2.1.2 Simplisia........................................................................ 11
1. Susut Pengeringan .................................................... 12
2. Rendemen ................................................................. 13
3. Proses Pembuatan Simplisia ..................................... 13
2.1.3 Pelarut ........................................................................... 14
2.1.4 Ekstraksi ........................................................................ 19
2.1.5 Maserasi ........................................................................ 20
2.1.6 Pemekatan ..................................................................... 21
2.1.7 Penapisan Fitokimia ...................................................... 22
2.1.8 Senyawa Fenol ............................................................... 22
2.1.9 Kromatografi Lapis Tipis ............................................. 24
2.1.10 Spektrofotometri UV-Vis ............................................ 26
2.2 Hipotesis .................................................................................. 29
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 30
3.1 Objek Penelitian....................................................................... 30
3.2 Sampel dan Teknik Sampling .................................................. 30
3.3 Variabel Penelitian................................................................... 30
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 31
3.4.1 Cara Pengumpulan Data................................................ 31
3.4.2 Alat dan Bahan ............................................................. 31
3.4.3 Cara Kerja ..................................................................... 32
3.5 Analisis Hasil ........................................................................... 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................. .. 45
BAB V SIMPULAN DAN SARAN..................................................... .. 58
5.1 Simpulan.............................................................................. .... 58
5.2 Saran.................................................................................... .... 58
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... ... 59
LAMPIRAN ........................................................................................ ... 63
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Tanaman Cabe Rawit ........................................................ 7
Gambar 3.1. Skema Pembuatan Serbuk Simplisia ................................. 32
Gambar 3.2. Skema Susut Pengeringan ................................................. 33
Gambar 3.3. Skema Uji Mikroskopik Buah Cabe Rawit ....................... 34
Gambar 3.4. Skema Pembuatan Ekstraksi Cabe Rawit .......................... 35
Gambar 3.5. Skema Uji Bebas Etanol 96 ............................................... 36
Gambar 3.6.Skema Uji Bebas Etil Asetat .............................................. 37
Gambar 3.7. Skema Uji Bebas N-Heksana ............................................ 37
Gambar 3.8. Skema Uji Kualitatif Pada Fenol Ekstrak Buah
Cabe Rawit. ....................................................................... 38
Gambar 3.9. Skema Kromatografi Lapis Tipis ................................... 40
Gambar 3.10. Skema Pembuatan Larutan Induk Asam Galat ............... 41
Gambar 3.11. Skema Pembuatan Larutan Na2CO3 20% ........................ 41
Gambar 3.12. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum................... . 42
Gambar 3.12. Skema Pembuatan Kurva Kalibrasi.................................. 43
Gambar 4.1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ...................... 54
Gambar 4.2.Kurva Kalibrasi Asam Galat ............................... ............... 56
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian ................................................................. 6
Tabel 4.1 Hasil Uji Susut Pengeringan ............................................... ... 46
Tabel 4.2 Hasil Identifikasi Makroskopis .............................................. 46
Tabel 4.3 Hasil Identifikasi Mikroskopis ............................................... 47
Tabel 4.4 Hasil Identifikasi Uji Bebas Pelarut ........................................ 50
Tabel 4.5 Hasil Rendemen Ekstrak .................................................. ...... 50
Tabel 4.6 Identifikasi Senyawa Fenol ............................................... ..... 51
Tabel 4.7 Data Rf Hasil KLT ................................................................. 53
Tabel 4.8 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum .......................... 54
Tabel 4.9 Nilai Absorbansi Asam Galat ................................................ 55
Tabel 4.10 Kandungan Total Fenol Dalam Ekstrak Cabai Rawit ........... 56
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
dalam industri kuliner nasional. Hal ini dapat tergambar dari ragam kuliner yang
memiliki cita rasa pedas yang diminati oleh masyarakat Indonesia. Pada
dibanding dengan jenis cabe besar (Capsicum annuum) (Dedi dkk,2017). Rasa
pedas pada buah cabai disebabkan oleh kandungan capsaicinoid yang ada pada
buah cabe tersebut. Buah cabai memiliki kandungan nutrisi yang cukup lengkap
seperti vitamin dan mineral. Selain itu buah cabe memiliki kandungan senyawa
fenol yang didominasi oleh kelompok senyawa capsaicinoid dan flavonoid serta
beberapa asam ferulat, asam kumarat, dan asam cinamat (Dedi dkk,2017)
Buah cabai rawit berkhasiat mengobati rematik, sariawan, sakit gigi, flu,
satu atau lebih gugus hidroksil. Senyawa fenol pada bahan makanan dapat
1
2
galat, hal ini karena asam galat bersifat stabil, memiliki sensivitas yang tinggi,
dan harganya cukup terjangkau. Kandungan fenolik dari standar asam galat
ekstraksi diantaranya jenis pelarut, rasio berat bahan dengan volume pelarut, suhu,
pengadukan, waktu ekstraksi, dan ukuran sampel. Salah satu metode ekstraksi
kelebihan seperti cara pengerjaan dan unit alat yang digunakan sederhana,biaya
organik dengan tingkat kepolaran yang berbeda yaitu etanol 96% (polar), etil
asetat (semi polar) dan n-heksana (non polar). Metode maserasi dipilih karena
dan tidak tahan panas. Adanya sistem perendaman ini maka pelarut akan
menembus dinding sel dan masuk kedalam sel yang mengandung zat aktif. Maka
zat aktif yang terdapat dalam sel akan larut dalam pelarut (Khoiriyah,2014).
Pemakaian etanol sebagai bahan pelarut karena etanol dapat larut dalam
air dan dapat juga larut pada bahan organik lainnya sehingga dapat memudarkan
proses ekstraksi pada cabai ini. Etanol adalah bahan pelarut organik yang mudah
3
menguap sehingga dapat memudahkan proses ekstraksi. Etanol 96% ini digunakan
senyawa dengan berat molekul rendah seperti saponin dan flavonoid. Etil asetat
merupakan pelarut yang bersifat semi polar sehingga dapat menarik senyawa yang
bersifat polar maupun nonpolar, memiliki titik didih yang rendah yaitu 770C ,
berwujud cairan yang tidak beracun, tidak berwarna, memiliki aroma khas, dan
mudah diuapkan sehingga dapat digunakan untuk ekstraksi buah cabai rawit
(Susanti, 2012). N-Heksana merupakan pelarut organik yang bersifat inert karena
non polarnya, banyak dipakai untuk ekstraksi minyak dari biji. Heksana biasa juga
dikenal dengan sebutan nama n-heksan yang termasuk dalam golongan pelarut
mudah menguap. Pelarut heksana memiliki sifat-sifat dan karakteristik yang tidak
mudah larut dalam air, sangat larut dengan etanol, dan dapat larut dalam dietil eter
menghasilkan ekstrak cabe rawit (Capsicum frutescens L.). Pelarut yang dipilih
L.)”.
4
1.2.Rumusan Masalah
permasalahan, yaitu:
1) Apakah ada kandungan senyawa fenol dari ekstrak cabai rawit (Capsicum
frutescens L.) dengan menggunakan pelarut etanol 96%, etil asetat, dan n-
heksana?
2) Manakah kadar total fenol tertinggi dari hasil ekstraksi maserasi cabai
rawit (Capsicum frutescens L.) dari pelarut etanol 96%, etil asetat, dan n-
heksana ?
1.3.Batasan Masalah
Dukuhturi, Tegal
mikroskopik.
1.4.Tujuan Penelitian
2) Mengetahui hasil total fenol tertinggi pada buah cabai rawit (Capsicum
frutescens L.) dengan pelarut etanol 96%, etil asetat, dan n-heksana.
frutescens L.).
masing pelarut, yaitu etanol 96%, etil asetat, dan n-heksana, pada buah
internasional, cabe rawit dikenal dengan nama thai pepper (Tjandra, 2011).
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Solanales
Family : Solanaceae
7
8
Genus : Capsicum
Cabai rawit adalah tanaman perdu yang tingginya hanya sekitar 50-
tanaman cabe meliputi akar, batang, cabang, daun, bunga, serta buah
dan biji.
a. Akar
terdiri atas akar utama (primer) dan lateral (sekunder). Akar tersier
Panjang akar primer sekitar 35-50 cm dan akar lateral sekitar 35-45
cm (Umah, 2012).
b. Batang
5 cm (Umah, 2012).
9
c. Daun
Umumnya berwarna hijau dan hijau tua. Bentuk daun ada yang
d. Bunga
dasar putih, putih dengan dasar ungu, atau ungu tergantung varietas.
benang sari antara 5-8 helai dan berbentuk lonjong. Posisi bunga
e. Buah
f. Biji
2012).
kimia yang terdapat banyak dalam buah cabai rawit adalah vitamin C,
Selain bermanfaat untuk kesehatan mata, cabai rawit juga cukup manjur
(Setiadi,2006).
sakit perut, bisul, iritasi kulit dan sekaligus untuk stimulan (perangsang)
2.1.2.Simplisia
lain, berupa bahan yang telah dikeringkan (DepKes RI, 1979 : 3).
tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman
hewan dan belum berupa zat kimia murni (DepKes RI, 1995).
bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah
1. Susut Pengeringan
XXXIII).
2. Rendemen
(Depkes RI,2000).
14
a. Pemeriksaan Makroskopik
b. Pemeriksaan Mikroskopik
2.1.3. Pelarut
1. Pelarut Polar
kloroform.
1. Selektivitas
dalam minyak.
lain.
polar (etanol 96%), pelarut semi polar (etil asetat), dan pelarut
melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan
lebih tinggi. Namun, senyawa ini tidak stabil dalam air yang
2011).
adalah jenis pelarut non polar yang murah, relative aman, secara
2.1.4. Ekstraksi
senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut
1994) :
2.1.5. Maserasi
beberapa hari pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya. Cairan
penyari akan masuk kedalam sel melewati dinding sel, isi sel akan
sel dengan diluar sel. Larutan yang konsentrasi tinggi akan terdesak
21
(Voight,1995 : 566).
1995 : 566).
2.1.6. Pemekatan
hijau, merah, ungu, biru, atau hitam yang kuat. Cara ini, yang
23
(III) klorida 1%, masih tetap digunakan sebagai cara umum untuk
1987).
(Robinson, 1995).
aktivitas antiradikal.
halus yang dipaliskan serta rata pada lempeng kaca. Lempeng yang
Setelah kering lalu dimasukkan dalam bejana. Bila fase gerak telah
plat berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini
fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut faktor retensi. Nilai
gelombang dari sinar putih dapat lebih di deteksi dan cara ini
(Gandjar,2007).
27
cahaya. Suatu daerah akan diabsorbsi oleh atom atau molekul dan
tampak umumnya terdiri dari satu atau beberapa pita absorbsi yang
lebih tinggi.
satu ikatan kovalen tunggal erat ikatannya dan radiasi dengan energy
(Wunas,2011)
zat yang sangat kecil. Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat,
gelombang.
terbuat dari kuarsa atau gelas, namun kuvet dari kuarsa yang
terbuat dari silika memiliki kualitas yang lebih baik. Hal ini
lebar 1 cm.
panas.
adalah :
sditentukan
tidak keruh
2.2. Hipotesis
1. Terdapat kandungan senyawa fenol pada pelarut etanol 96%, etil asetat,
dan n-heksana dari ekstrak buah cabai rawit (Capsicum frutescens L).
2. Adanya kadar total fenol tertinggi pada pelarut dari hasil ekstraksi
METODE PENELITIAN
Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah pengaruh perbedaan
pelarut terhadap kadar total fenol pada cabe rawit. Dalam hal ini penentuan
Sampel dalam penelitian ini adalah cabe rawit yang diperoleh dari Desa
ini adalah kadar fenol total ekstrak cabai rawit dari masing-masing
pelarut.
30
31
spektrofotometri UV-Vis.
1. Alat
2. Bahan
cabai rawit (Capsicum frutescens L), etanol 96%, etil asetat ,n-
2. Susut pengeringan
2008)
a. Makroskopis
b. Mikroskopis
pelarut yang berbeda, yaitu etanol 96%, etil asetat, dan n-heksana. Proses
Wadah atau bejana ditutup rapat dan rendam selama 1x24 jam pada
tempat yang terhindar dari cahaya dengan pengadukan setiap 6 jam sekali,
yang bebas dari pelarut. Menguji ekstrak dengan uji bebas etanol 96%, etil
Menutup wadah atau bejana dengan rapat dan rendam selama 1x24
jam pada suhu ruang dan ditempat yang terhindar dari cahaya
dengan pengadukan setiap hari 6 jam sekali selama 5 menit
yaitu jika tidak berbau ester maka ekstrak sudah terbebas dari etanol
dan jika masih berbau ester maka ekstrak belum terbebas dari etanol
(Fessenden, 1982)
tidak berbau etil asetat maka ekstrak sudah terbebas dari etil asetat dan
jika masih berbau etil asetat maka ekstrak belum terbebas dari etil
yang terbentuk yaitu jika tidak menghasilkan api dan asap maka
ekstrak sudah terbebas dari n-heksana dan jika menghasilkan api dan
asap maka ekstrak belum terbebas dari n-heksana dan perlu diuapkan
Membakar ekstrak
frutescens L)
FeCl3 1% yang sudah dilarutkan dengan air atau etanol. Hasil yang positif
fenolat dengan metode KLT. Menyiapkan alat dan bahan . plat KLT lapis
silika gel yang akan digunakan dioven terlebih dahulu selama 3 menit pada
Selanjutnya plat KLT yang sudah dioven diberi garis batas atas dan batas
perhitungan Rf.
jenuhkan dengan kertas saring sebagai tanda fase gerak yang dibuat sudah
batas bawah plat KLT lapis silica gel menggunakan pipa kapiler,
yang sudah dijenuhkan. Menunggu hingga eluen naik sampai garis batas
atas plat KLT. Mengangkat plat KLT dan dikering anginkan. Melihat
254 nm dan 366 nm. Menganalisa nilai Rf dan hRf standar teoritis.
40
Menotolkan sampel pada garis batas bawah Menjenuhkan dengan kertas saring
plat KLT menggunakan pipa kapiler sebagai indikatornya
Menunggu hingga kering plat KLT siap Menunggu jenuh dan fase gerak siap
digunakan digunakan
a. Pembuatan Pereaksi
100 mL aquades.
10, 25, 50, 100, dan 200 µl ke dalam tabung reaksi . Pada masing-
Ciocalteau
kadar total fenol ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) dengan metode
maserasi menggunakan pelarut Etanol 96% (polar), Etil Asetat (Semi Polar), dan
teknik random. Buah cabai rawit ini didapatkan di Desa Kepandean Kec.dukuhturi
Kab.Tegal. Langkah awal yang digunakan yaitu menimbang sampel buah cabai
rawit (Capsicum frutescens L) sebanyak 1043 g. Setelah itu dicuci hingga bersih
oven pada suhu 60oC. Dari proses pengeringan diperoleh berat kering sebanyak
yang sudah diayak untuk masing-masing pelarut. Selanjutnya melakukan uji susut
pengeringan, uji susut pengeringan ini bertujuan untuk memahami cara penetapan
45
46
Tabel 4.1 Hasil Uji Susut Pengeringan Pada Buah Cabe Rawit
2. Replikasi II 4% 5,3%
3. Replikasi III 7%
(rentang) besarnya senyawa yang hilang selama proses pengeringan. Nilai atau
pengeringan yang dipersyaratkan adalah kurang dari 10% (Agoes, 2007). Hasil uji
susut pengeringan yang diperoleh pada buah cabe rawit ini adalah 5,3%, sehingga
uji susut persyaratan pada cabe rawit ini sesuai yaitu kurang dari 10%.
bertujuan untuk mengetahui bentuk, bau, warna, dan rasa. uji makroskopik
bertujuan agar mengetahui fragmen yang ada pada simplisia buah cabai rawit
digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan karakteristik karena pada buah cabai
rawit (Capsicum frutescens L) memiliki bentuk bulat panjang, lurus atau bengkok
dan ujung meruncing, berwarna merah kekuningan dan mempunyai rasa yang
mikroskopik. Bertujuan untuk mengetahui fragmen yang terdapat pada Buah cabai
Literatur
No. Hasil Pengamatan (MMI jilid III, 1979)
1.
Epikarp
2.
3.
4.
Hipodermis
5.
Serabut sklerenkim
(Sumber : Data Primer Penelitian)
bahwa cabe rawit yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan karakteristik
karena pada cabe rawit memiliki fragmen epikarp, fragmen sel endokarp
Metode maserasi memiliki kelebihan seperti cara pengerjaan dan unit alat yang
yang berbeda. Pelarut-pelarut yang biasa digunakan antara lain kloroform, eter,
alkohol, methanol, etanol, dan etil asetat. Ekstraksi biasanya dilakukan secara
bertahap dimulai dengan pelarut yang non polar (kloroform atau n-heksana), semi
polar (etil asetat atau dietil eter), dan pelarut polar (methanol dan etanol)
49
(Harbone, 1996). Pelarut yang digunakan pada penelitian ini yaitu etanol 96%, etil
Pemakaian etanol sebagai bahan pelarut karena etanol dapat larut dalam
air dan dapat juga larut pada bahan organik lainnya sehingga dapat memudarkan
proses ekstraksi pada cabe ini. Etanol juga adalah bahan pelarut organik yang
merupakan pelarut yang bersifat semi polar sehingga dapat menarik senyawa yang
bersifat polar maupun nonpolar, memiliki toksisitas rendah, dan mudah diuapkan
merupakan pelarut organik yang bersifat inert karena non polarnya, banyak
96%, etil asetat dan n-heksana masing-masing sebanyak 600 ml. Dengan
jam dan 6 jam sesekali diaduk kemudian diamkan selama 18 jam. Pengadukan
dengan sempurna (Depkes RI, 2008). Setelah itu memasukkan ekstrak cair dari
pelarut polar, non polar, dan semi polar dalam cawan porselin setelah itu
bertujuan untuk menghasilkan ekstrak kental yang bebas dari pelarut polar, non
(etanol 96%, etil asetat, dan n-heksana). Hal ini bertujuan untuk menghilangkan
pelarut(etanol 96%, etil asetat, dan n-heksana) yang tercampur pada ekstrak. Hasil
Tabel 4.4 Hasil identifikasi uji bebas Etanol, Etil Asetat, dan N-heksana
Hasil rendemen yang didapat dengan metode maserasi adalah, bahwa Etil
Asetat menghasilkan rendemen yang paling tinggi yaitu sebesar 57,23% karena
etil asetat merupakan pelarut yang bersifat semi polar sehingga dapat menarik
senyawa yang bersifat polar maupun non polar, memiliki toksisitas rendah,dan
(Deasywati, 2011 : 53). Dibandingkan pelarut N-heksana yaitu 36,38% dan Etanol
48,17%.
Uji kualitatif fenol pada serbuk simplisia buah cabe rawit menggunakan
uji warna ekstrak buah cabe rawit sebanyak 2 ml dengan penambahan FeCl3
Pustaka
Hasil penelitian Uji identifikasi
(Harbone,1987)
Etanol
Etil Asetat
N-heksana
Hasil kualitatif ini bertujuan untuk memastikan bahwa ekstrak buah cabai
memastikan senyawa fenol yang terkandung dalam buah cabai rawit yang sudah
diekstraksi.
kromatografi lapis. Pada kromatografi lapis tipis, fase gerak yang digunakan yaitu
fase diamnya adalah plat silika gel (MMI jilid III, 1979). Sebelum digunakan plat
KLT dikeringkan terlebih dahulu dalam oven pada suhu 45oC selama ± 3 menit.
Tujuannya adalah untuk mengeringkan silica gel supaya plat KLT tidak lembab
penotolan larutan sampel ekstrak buah cabe rawit pada masing-masing pelarut.
Kemudian plat KLT dimasukkan kedalam bejana KLT atau chamber yang telah
berisi fase gerak. Fase gerak dibiarkan naik sampai tanda batas atas plat KLT.
Setelah mencapai tanda batas plat KLT, plat diangkat lalu dibiarkan hingga
kering. Hal ini bertujuan untuk menguapkan sisa pelarut yang masih menempel
pada plat agar spot jelas terlihat pada saat pengamatan dibawah sinar UV, panjang
Tabel 4.7 Data Rf Hasil Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak Cabe Rawit
Standar
Nilai
No. Pelarut (MMI jilid III, 1979)
Rf hRf Rf hRf
1. Etanol 96% 0,37 37
2. Etil Asetat 0,38 38 0,43-0,48 43-48
3. N-Heksana 0,43 43
Berdasarkan hasil diatas Rf isolat yang didapat pada pelarut Etanol 96%
Rf isolat yang didapat 0,37 dan hRf 37, pelarut Etil asetat Rf isolat yang didapat
0,38 dan hRf 38, dan untuk pelarut N-heksana Rf isolat yang didapat 0,43 dan hRf
43. Dari ketiga pelarut tersebut hasil Rf yang memenuhi standar adalah pelarut N-
heksana sebesar 0,43, sedangkan untuk Rf isolat pelarut Etanol 96% yaitu 0,37
dan Rf isolat pelarut Etil Asetat 0,38, Dari hasil yang diperoleh bila Rf isolat
ekstrak buah cabe rawit mengandung senyawa fenol. Sehingga hasil KLT pada
masing- masing pelarut ekstrak buah cabe rawit mengandung senyawa fenol.
absorbansi yang terbaik. Larutan standar asam galat 1000 ppm diukur serapannya
1. 700 0,269
2. 710 0,273
3. 720 0,281
4. 730 0,283
5. 740 0,287
6. 750 0,289 ƛ max
7. 760 0,287
8. 770 0,287
9. 780 0,286
10. 790 0,28
11. 800 0,274
0.29
0.288
0.286
0.284
0.282
Absorbansi
0.28
0.278 absorbansi
0.276
0.274
0.272
700 720 740 760 780 800 820
panjang gelombang
puncak gelombang 750 nm. Langkah selanjutnya yaitu melakukan uji kuantitatif
penetapan kandungan total fenol. Fenol adalah senyawa yang mempunyai sebuah
cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksil. Total fenol ekstrak cabe
senyawa kompleks berwarna biru yang dapat diukur dengan panjang gelombang
750 nm. Senyawa fenolik bereaksi dengan reagen Folin-Ciocalteau hanya dalam
suasana basa agar terjadi disosiasi proton pada senyawa fenolik menjadi ion
fenolat. Untuk menciptakan kondisi basa digunakan Na2Co3 20% warna biru yang
terbentuk akan semakin pekat, setara dengan konsentrasi ion fenolat yang
terbentuk, artinya semakin besar konsentrasi senyawa fenolik maka semakin besar
konsentrasi senyawa fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang akan
dihasilkan semakin pekat (Wachidah, 2013). Standar fenol yang digunakan yaitu
asam galat sebagai standar dikarenakan senyawa tersebut sangat efektif untuk
pemeriksaan kadar fenol total dalam sampel, terlebih dahulu dibuat kurva baku
larutan standar asam galat terhadap absorbansi. Berikut hasil dari absorbansi asam
Nilai absorbansi dari buah cabe rawit diplotkan terhadap kurva standar
asam galat dan dihitung kandungan senyawa fenolnya, dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :
Absorbansi
3
2.5 y = 0.0132x + 0.1988
R² = 0.9649
absorbansi
2
1.5
Series1
1
0.5 Linear (Series1)
0
0 100 200 300
Konsentrasi
adanya kadar total fenol yang terdapat pada buah cabe rawit dari masing-masing
pada ekstrak buah cabe rawit menunjukan bahwa kandungan senyawa fenol pada
pelarut etanol sebanyak 10,74%, etil asetat sebanyak 12,17%, dan n-heksana
7,60%. Dari pelarut etanol, eti asetat dan n-heksana yang mempunyai kadar total
fenol tertinggi dihasilkan oleh pelarut etil asetat sebanyak 12,17%. Karena pelarut
etil asetat sifatnya polar menengah atau semi polar pada dinding sel seperti
aglikon flavonoid . Etil asetat tidak beracun dan tidak higroskopis . Disamping itu
etil asetat digunakan sebagai pelarut karena etil asetat dapat menyari senyawa-
5.1 Simpulan
disimpulkan bahwa :
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat kandungan total fenol pada
masing-masing pelarut, yaitu etanol 96%, N-heksana, dan etil asetat pada
2. Dari hasil penelitian kadar total fenol tertinggi dari ekstraksi maserasi cabe
5.2 Saran
1. Mengidentifikasi total fenol pada bagian lain dari buah cabai rawit
2. Perlu dilakukan uji aktivitas antioksidan dari ekstrak buah cabai rawit,agar
dapat mengetahui kadar total antioksidan pada ekstrak buah cabai rawit.
58
DAFTAR PUSTAKA
59
60
Gandjar, I.B. & Abdul, R. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Harborne, J.B. 1987. “Metode Fitokimia , Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan” Bandung : ITB.
Hidayah. N , Aisyah Khoirotun N, Ahmad Solikhin, Irawati, dan Dewi
Mustikaningtyas. 2016. “Uji Efektivitas Ekstrak Sargassum muticum
Sebagai Alternatif Obat Bisul Akibat Aktivitas Staphylococcus aureus”.
Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Ikalinus, Widyastuti, Setiasih, 2015. “Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit
Batang Kelor (Moringa oleifera).” Indonesian Medicius Veterinus, 4(1),
71-79.
Khoiriyah S, Hanapi A, dan Fasya, A.G, 2014. “Uji Fitokimia Dan Aktivitas
Antibakteri Fraksi Etil Asetat, Kloroform, dan Petroleum Eter Ekstrak
Metanol Alga Coklat (Sargassum vulgare) Dari Pantai Kapong
Pamekasan Madura.” ALCHEMY: Journal of Chemistry,3(2):133-144
Khunaifi, M . 2010. “Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Binahong
(Anredera cordifolia (Ten) (Stenenis) Terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aeruginosa.” UIN Maulana Malik Ibrahim :
Malang
Latifah. 2015. “Identifikasi Golongan Senyawa Flavonoid Dan Uji Aktivitas
Antioksidan Pada Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga
L.)dengan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil).”Malang : UIN
Marzuki, A. 2012. Kimia Analisis Farmasi. Makassar : Dua Satu Press.
Maulid. D Z dan Naufal. 2010. Ekstraksi Antioksidan (Likopen) dari Buah Tomat
dengan Menggunakan Solven Campuran n-heksan, Aseon, dan Etanol. :
Undip.
Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Jurnal kesehatan. Volume VII No.2
Rahmawati. Nur Dyah, 2015. “Aktivitas Antioksidan Dan Total Fenol Teh Herbal
Daun Pacar air (Impatiens balsamina) Dengan Variasi Lama Fermentasi
Dan Metode Pengeringan.” Surakarta : Universitas Muhammadiyah.
61
Oktaviana, dan Prima Riska. 2010. “Kajian Kurkumoid, Total Fenol, dan
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Temulawak Pada Berbagai Teknik
Pengeringan dan Proporsi Pelarut.” Fakultas Pertanian UNS.
Robinson ,T. 1995. “Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi.” Bandung : ITB.
Safaatul,M dan Prima,A.H.2010. “Ekstraksi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus
hystrik D.C) dengan Pelaut Etanol dan N-Heksana.” Semarang :
Universitas Negeri Semarang.
Sari. Anna K, dan Noverda A. “Penetapan Kadar Fenolik Total Dan
Flavonoid Total Ekstrak Beras Hitam (Oryza sativa L) Dari Kalimantan
Selatan.” Banjarmasin : Akademi Farmasi ISFI.
Setiadi. 2006. Cabai Rawit Jenis dan Budaya. Jakarta : Penebar Swadaya.
Susanti,A.D, Dwi,A, Gita, G.P., dan Yosephin, B.G.2012. “Polaritas Pelarut
Sebagai Pertimbangan Dalam PemilihanPelarut Untuk Ekstraksi Minyak
Bekatul Dari Bekatul Varietas Ketan (Oryza sativa glatinosa)”.
Simposium Nasional, ISSN 1412-9612. Surakarta. Universitas Sebelas
Maret. Hal : 10.
Sutomo, Aulea R, dan Muhammad Ikhwan Rizki. 2017. “Standarisasi Buah
Cabai Rawit Hiyung (Capsicum frutescens L) Asal Tapin Kalimantan
Selatan.” Kalimantan Selatan : ULM.
Tjandra E,.2011. Panen Cabai Rawit di Polybag. Cahaya Atma Pustaka.
Umah. Fita Khoirul, 2012.“Pengaruh Pemberian Pupuk Hayati
(BIOFERTILIZER) Dan Media Tanam Yang Berbeda Pada Pertumbuhan
Dan Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L) di
POLYBAG : Universitas Airlangga.
Voight. 1994. Buku Pembelajaran Teknologi Farmasi Edisi 5. Yogyakarta : UGM
Press.
Voight. 1995. Buku Pembelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : UGM Press.
Wachidah , L.N. 2013. “Uji Aktivitas Antioksidan Serta Penentuan Kandungan
Fenolat Total Dari Buah Parijoto (Mednilla Spectosa Blume).” Jakarta :
UIN
62
Wardhani L.K. dan Nanik S.2012. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etil Asetat
Daun Binahong (Anredera Scandes L.) Terhadap Shigella flexneri beserta
Profil Kromatografi Lapis Tipis. Jurnal Ilmu Kefarmasian.
Wulansari, Ratih 2013. Ester
.https//ratihwulansari31.blogspot.co.id/2013/03/eter.html(14Mei2017).
Wunas. 2011.”Analisis Kimia Farmasi Kuantitatif (revisi kedua).” Makassar :
Fakultas Farmasi UNHAS.
Yahya, S. 2013. Bio-template Synthesis of SilikaRuthenium Catalyst of
Benzylation of Toluene. Journal of Physical Science. Vol. 24. No. 1. Pp.
29-35.
Yunita, 2012. “Uji Aktivitas Antioksidan Estrak Dan Fraksi Ekstrak Daun Cabai
Rawit (Capsicum frutescens L)Dan Identifikasi Golongan Senyawa Dari
Fraksi Teraktif.” Depok : UI.
LAMPIRAN 1
!"#$% &"#'()
Prosentase (%) = , 100%
!"#$% !$*$+
--. )
= /.1-. ) , 100%
= 42,47 %
63
64
LAMPIRAN 2
Replikasi I
/ )#$651,89 )#$6
= x 100 %
/ )#$6
=5%
Replikasi II
/ )#$651,8: )#$6
= x 100 %
/ )#$6
=4%
Replikasi III
/ )#$651,8. )#$6
= x 100 %
/ )#$6
=7%
65
9%=-%=>%
= .
= 5,3%
66
LAMPIRAN 3
Perhitungan Rendemen
Etanol 96%
= 215,6 g – 155,21 g
= 59,99 g
= 84,71 g – 55,81 g
= 28,9 g
?
= @ x 100%
AB,8 )
= x 100%
98,88 )
= 48,17 %
Etil Asetat
N-Heksana
= 210,01 g-150,01 g
= 60 g
= 36,38 %
69
LAMPIRAN 4
Diketahui :
/
2. Metanol = /1/ x 101 ml = 0,1 ml
9
3. Asam Asetat = x 101 ml = 0,5 ml
/1/
hRf = Rf x 100
.
1. Etanol 96% = = 0,37
B
= 0,38 x 100 = 38
.,9
3. Heksana = B
= 0,43
LAMPIRAN 5
Diketahui :
ETANOL 96 %
Replikasi I
a = 0,0132
b = 0,1988
&2(*"(%#$*' $3$4 @ E24D6" ?$() F'$6!'4
Konsentrasi akhir =
E24D6" $&+'#
A111 @ 911
=
9111
= 200
&2(*"(%#$*' $3$4
Faktor pengenceran = &2(*"(%#$*' $&+'#
A111
= A1
= 10x
Konsentrasi awal
1,-B>(51,/8BB)
x 10 x 100
1,1/.A
2000
71
= 10,91%
Replikasi II
a = 0,0132
b = 0,1988
&2(*"(%#$*' $3$4 @ E24D6" ?$() F'$6!'4
Konsentrasi akhir = E24D6" $&+'#
A111 @911
= 9111
= 200
&2(*"(%#$*' $3$4
Faktor pengenceran = &2(*"(%#$*' $&+'#
A111
= = 10x
A1
Konsentrasi awal
1,-B/(51,/8BB)
x 10 x 100
1,1/.A
2000
= 10,68%
Replikasi III
a = 0,0132
b = 0,1988
&2(*"(%#$*' $3$4 @ E24D6" ?$() F'$6!'4
Konsentrasi akhir =
E24D6" $&+'#
A111 @ 911
= 9111
= 200
&2(*"(%#$*' $3$4
Faktor pengenceran =
&2(*"(%#$*' $&+'#
A111
= A1
= 10x
Konsentrasi awal
1,-B1(51,/8BB)
x 10 x 100
1,1/.A
2000
= 10,65%
#";4'&$*' <=#";4'&$*' <<=#";4'&$*' <<<
Rata – rata % Fenol =
.
/1,8/%=/1,:B%=/1,:9%
=
.
= 10,74%
ETIL ASETAT
Replikasi I
a = 0,0132
b = 0,1988
&2(*"(%#$*' $3$4 @ E24D6" ?$() F'$6!'4
Konsentrasi akhir =
E24D6" $&+'#
A111 5911
=
9111
= 200
&2(*"(%#$*' $3$4
Faktor pengenceran = &2(*"(%#$*' $&+'#
A111
= A1
= 10x
Konsentrasi awal
1,9A1(51,/8BB)
1,1/.A
x 10 x 100
2000
= 12,16%
Replikasi II
a = 0,0132
74
b = 0,1988
&2(*"(%#$*' $3$4 @ E24D6" ?$() F'$6!'4
Konsentrasi akhir =
E24D6" $&+'#
A111 @ 911
=
9111
= 200
&2(*"(%#$*' $3$4
Faktor pengenceran =
&2(*"(%#$*' $&+'#
A111
= = 10x
A1
Konsentrasi awal
1,9A1(51,/8BB)
x 10 x 100
1,1/.A
2000
= 12,16%
Replikasi III
a = 0,0132
b = 0,1988
&2(*"(%#$*' $3$4 @ E24D6" ?$() F'$6!'4
Konsentrasi akhir =
E24D6" $&+'#
A111 @ 911
= 9111
75
= 200
&2(*"(%#$*' $3$4
Faktor pengenceran =
&2(*"(%#$*' $&+'#
A111
= = 10x
A1
Konsentrasi awal
1,9A/(51,/8BB)
x 10 x 100
1,1/.A
2000
= 12,20%
#";4'&$*' <=#";4'&$*' <<=#";4'&$*' <<<
Rata – rata % Fenol = .
/A,/:%=/A,/:%=/A,A1%
=
.
= 12,17%
N-HEKSANA
Replikasi I
a = 0,0132
b = 0,1988
76
A111 @ 911
=
9111
= 200
&2(*"(%#$*' $3$4
Faktor pengenceran =
&2(*"(%#$*' $&+'#
A111
= = 10x
A1
Konsentrasi awal
1,.88(51,/8BB)
x 10 x 100
1,1/.A
2000
= 7,58%
Replikasi II
a = 0,0132
b = 0,1988
&2(*"(%#$*' $3$4 @ E24D6" ?$() F'$6!'4
Konsentrasi akhir = E24D6" $&+'#
A111 @ 911
=
9111
= 200
77
&2(*"(%#$*' $3$4
Faktor pengenceran =
&2(*"(%#$*' $&+'#
A111
= = 10x
A1
Konsentrasi awal
1,-11(51,/8BB)
1,1/.A
x 10 x 100
2000
= 7,62%
Replikasi III
a = 0,0132
b = 0,1988
&2(*"(%#$*' $3$4 @ E24D6" ?$() F'$6!'4
Konsentrasi akhir =
E24D6" $&+'#
A111 @ 911
= 9111
= 200
&2(*"(%#$*' $3$4
Faktor pengenceran = &2(*"(%#$*' $&+'#
A111
= = 10x
A1
78
Konsentrasi awal
1,-11(51,/8BB)
x 10 x 100
1,1/.A
2000
= 7,62%
#";4'&$*' <=#";4'&$*' <<=#";4'&$*' <<<
Rata – rata % Fenol =
.
>,9B%=>,:A%=>,:A%
=
.
=7,60%
79
LAMPIRAN 6
GAMBAR PENELITIAN
2.
3.
4.
Maserasi
5.
6.
7.
8.
9.
10.
KLT (Kromatografi
Lapis Tipis) ekstrak
cabe rawit
11.
12.
14.
Reagen follin-ciocalteau
15.
16.
17.
CURICULUM VITAE