Anda di halaman 1dari 86

GAMBARAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN

PADA PASIEN ANAK INFEKSI SALURAN PERNAFASAN

(ISPA) DI PUSKESMAS MARGADANA TEGAL

HALAMAN SAMPUL

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

LIA KHAERUNNISA

16080009

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2019

i
GAMBARAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN

PADA PASIEN ANAK INFEKSI SALURAN PERNAFASAN

(ISPA) DI PUSKESMAS MARGADANA TEGAL

HALAMAN JUDUL

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai

Gelar Ahli Madya Program Studi D-III Farmasi

Oleh:

LIA KHAERUNNISA

16080009

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2019

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA

PASIEN ANAK INFEKSI SALURAN PERNAFASAN (ISPA) DI

PUSKESMAS MARGADANA TEGAL

Oleh:

LIA KHAERUNNISA

16080009

DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH :

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

INUR TIVANI, S.Si, M.Pd IROMA MAULIDA, S.KM. M.Epid


NIDN. 0610078502 NIDN. 0624037501

iii
iv

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini diajukan oleh :


NAMA : LIA KHAERUNNISA
NIM : 16080009
Jurusan / Program Studi : DIII FARMASI
Judul Karya Tulis Ilmiah : Gambaran pemberian antibiotik amoxicillin pada
pasien anak infeksi saluran pernafasan (ISPA)
dipuskesmas margadana tegal.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Farmasi pada Jurusan / Program Studi DIII Farmasi, Politeknik Harapan
Bersama Tegal.

TIM PENGUJI
Penguji 1 : SARI PRABANDARI S.Farm, MM., Apt ( )
Penguji 2 : INUR TIVANI, S.Si. M.Pd ( )
Penguji 3 : IROMA MAULIDA, S.KM. M.Epid ( )

Tegal, 7 Mei 2019


Program Studi DIII Farmasi
Ketua Program Studi,

Heru Nurcahyo, S Farm., M.Sc., Apt


NIDN. 09.011.063
HALAMAN PERTANYAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar

NAMA : LIA KHAERUNNISA

NIM : 16080009
Tanda Tangan :

Tanggal : 7 Mei 2019

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Politeknik Harapan Bersama Tegal, saya yang bertanda
tangan dibawah ini :
Nama : LIA KHAERUNNISA
NIM : 16080009
Jurusan / Program Studi : DIII FARMASI
Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah
Demi pengembangan iilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Politeknik Harapan Bersama Tegal Hak Bebas Noneksklusif (None-exclusive
Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

GAMBARAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN PADA


PASIEN ANAK INFEKSI SALURAN PERNAFASAN (ISPA) DI
PUSKESMAS MARGADANA TEGAL

Berserta perangkat yang ada (jika diperlukan ). Dengan hak bebas Royalti atau
Noneksklusif ini Politeknik Harapan Bersama Tegal berhak menyimpan, mengalih
media atau formatka, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat
dan mempublikasikan karya ilmiah saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis atau pencipta dan pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Politeknik Harapan Bersama tegal


Pada tanggal : 7 Mei 2019
Yang Menyatakan

( Lia Khaerunnisa )

vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah

menjadi manusia yang berguna

(Einstein)

Kesuksesan itu dapat kita raih dengan segala upaya dan usaha sungguh-

sungguh dan disertai doa karena nasib tidak akan pernah berubah dengan

sendirinya tanpa adanya usaha yang gigih.

(Nelson Mandela)

Kupersembahkan buat :

• Kedua orang tuaku tercinta Bapak Nurokhim

dan Ibu Rokhani.

• Kedua dosen pembimbing KTI, Ibu Inur

Tivani dan Ibu Iroma Maulida terimakasih

banyak ibu sudah membantu selama ini.

• Seluruh teman-teman seperjuangan DIII

Farmasi yang selalu berbagi ilmu yang

bermanfaat.

• Sahabatku seven squad

• Dan yang terakhir untuk ALMAMATER

kebanggaanku.

vii
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan

nikmat odan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah

yang berjudul “GAMBARAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN

PADA PASIEN ANAK INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) DI

PUSKESMAS MARGADANA TEGAL”, dengan baik. Tujuan karya tulis ini

adalah untuk memenuhi persyaratan dalam menempuh ujian akhir pendidikan

Diploma III Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan

bimbingan, pengarahan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Khafdilah, MS. S Kom, selaku ketua Yayasan Politeknik Harapan

Bersama Tegal.

2. Bapak Ir. MC. Chambali, B.Eng, E,E. M.Kom., selaku Direktur Politeknik

Harapan Bersama Tegal.

3. Bapak Heru Nurcahyo, S. Farm.,M.Sc.,Apt., selaku Ketua Prodi DIII

Farmasi Politekinik Harapan Bersama Tegal.

4. Ibu Inur Tivani, S.Si.,M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu, memberi ilmu dan nasihat dan bimbingan sehingga

karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan.

5. Ibu Iroma Maulida, S.KM.M,Epid, selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan waktu dan tenaga dalam penelitian hingga terselesaikannya

penyusunan Tugas Akhir ini.

viii
6. Seluruh dosen pengajar Program Farmasi di Politeknik Harapan Bersama

Tegal.

7. Kepala Puskesmas Margadana beserta staf yang telah mengizinkan dalam

pengambilan data di Puskesmas Margadana Tegal.

8. Kepada kedua orang tua saya, Bpk Nurokhim dan Ibu Rokhani tercinta yang

tak pernah lelah membesarkanku dengan penuh kasih sayang dan doa yang

tidak pernah henti serta dukungannya.

9. Sahabatku yang terbaik adeayu, lisa, rizchi, yulia, aders, yuyun yang selalu

bersama saling berbagi dalam suka maupun duka serta canda tawa yang

sangat berkesan selama masa perkuliahan dan teman-teman seperjuangan

yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

Mengingat bahwa Karya Tulis Ilmiah ini merupakan pengalaman belajar

dalam merencanakan, melaksanakan serta menyusun suatu karya ilmiah , maka

Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna sehingga kritik dan saran dari

semua pihak sangat diharapkan. Semoga penelitian ini dapat memberi manfaat bagi

perkembangan ilmu kefarmasian khususnya ilmu pengetahuan pada umumnya.

Amin yaa rabbal’alamin.

Tegal, 7 Mei 2019

( Lia Khaerunnisa)

ix
Intisari

Khaerunnisa, Lia., Tivani, Inur., Maulida, Iroma., 2019. Gambaran


Pemberian Antibiotik Amoxicillin Pada Pasien Anak Infeksi Saluran
Pernafasan (ISPA) Di Puskesmas Margadana Tegal.
Infeksi saluran pernafasan merupakan salah satu penyebab tingginya angka
kematian dan kesakitan pada anak-anak terutama yang berusia dibawah lima tahun
adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan
terhadap berbagai penyakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran pemberian antibiotik amoxicillin pada pasien anak infeksi saluran
pernafasan.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif pendekatan kuantitatif
melibatkan pengambilan data sekunder peresepan dan rekam medik dilakukan
secara retrospektif. Populasi adalah resep antibiotik amoxicillin untuk ISPA anak
dibagian rawat jalan puskesmas margadana tegal periode Januari-Maret 2018,
meliputi jenis kelamin, usia, dosis penggunaan amoxicillin, frekuensi pemberian.
Jumlah sampel 398 rekam medik. Pengambilan sampel menggunakan metode non
random sampling secara purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar pasien anak berusia 1
sampai 10 tahun sebanyak 12 pasien yang berusia 5 tahun 15% dan untuk jenis laki-
laki sebanyak 41 pasien 51,25%. Jenis antibiotik yang digunakan adalah antibiotik
amoxicillin berdasarkan frekuensi pemberian sebanyak 80 pasien 100%. Ditinjau
dari ketepatan dosis, tepat 52,50%. Berdasarkan hasil peneltian tentang gambaran
pemberian antibiotik amoxicillin pada pasien anak ISPA di puskesmas margadana
tegal dapat ditarik kesimpulan pada masing-masing kriteria.

Kata Kunci: ISPA Anak, antibiotik amoxicillin, puskesmas

x
Abstract

Khaerunnisa, Lia. Tivani, Inur., Maulida, Iroma., 2019. The Overview Of


Amoxicillin Antibiotics Administration On Pediatric Patients With Acute
Respiratory Infection At Margadana Public Health Center Of Tegal.
Respiratory tract infection is one of high mortality and morbidity in
children, especially those under the age of five, who have an immune system that is
still susceptible to various diseases. The purpose of this study was to determine the
overview of amoxicillin antibiotics administration on pediatricwith acute
respiratory infection at margadana public health center of tegal.
This research uses a descriptive method quantitative approach involves
secondary collection prescribing and medical records performed retrospectively.
The population is prescription for amoxicillin antibiotics for pediatric
paediatricians in outpatient department at margadana public health center of tegal
in the January-March 2018 period, including gender, age, dose of amoxicillin use,
frequency of administration. Total sample of 398 medical records. Sampling using
the non random sampling method by purposive sampling.
The results of the study showed that the majority of patients aged 1 to 10
years as many as 12 patients aged 5 years 15% and for the male type as many as
421 patients 51,25%. The type of antibiotics used is antibiotics amoxicillin based
on the frequency of administration of 80 patients 100%. In terms of dose accuracy,
exactly 52,50%. Based on the results of research on the description of
administration of amoxicillin antibiotics in children with ARI at margadana public
health center of tegal conclusions can be drawn on each of the criteria.

Keywords: ARI, on pediatric patients amoxicillin antibiotics, public health


center

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iv
HALAMAN PERTANYAAN ORISINALITAS .................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii
PRAKATA ........................................................................................................... viii
INTISARI................................................................................................................ x
ABSTRACT ........................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
1.3 Batasan Masalah .............................................................................................. 4
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4
1.5 Manfaat penelitian ........................................................................................... 5
1.6 Keaslian Penelitian ........................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 8
2.1 Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 8
2.1.1 Definisi Puskesmas ................................................................................. 8
2.1.2 Tugas dan Fungsi Puskesmas ................................................................. 9
2.1.4 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) .............................................. 10
2.1.4.1 Definisi ISPA ............................................................................ 10
2.1.4.2 Etiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) .................... 11
2.1.4.3 Pengobatan ISPA ...................................................................... 12

xii
xiii

2.1.4.4 Klasifikasi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) .................. 13


2.1.4.5 Patofisologi ............................................................................... 16
2.1.4.6 Faktor- faktor penyakit ISPA.................................................... 16
2.1.4.7 Pencegahan ............................................................................... 17
2.1.5 Anak ..................................................................................................... 18
2.1.6 Antibiotik .............................................................................................. 19
2.1.7 Amoxicillin ........................................................................................... 27
2.1.8 Kriteria Penggunaan Antibiotik ............................................................ 29
2.2 Kerangka Teori .............................................................................................. 31
2.3 Kerangka konsep ............................................................................................ 31
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 32
3.1 Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................. 32
3.1.1 Ruang Lingkup Ilmu ............................................................................. 32
3.1.2 Ruang Lingkup Tempat ........................................................................ 32
3.1.3 Ruang Lingkup Waktu ......................................................................... 32
3.2 Rancangan dan Jenis Penelitian ..................................................................... 32
3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling ....................................................... 33
3.3.1 Populasi penelitian................................................................................ 33
3.3.2 Sampel Penelitian ................................................................................. 33
3.3.3 Teknik Sampling .................................................................................. 34
3.4 Variabel Penelitian ......................................................................................... 35
3.5 Definisi Operasional Variabel ........................................................................ 35
3.6 Jenis dan Pengumpulan Data ......................................................................... 36
3.6.1 Bahan dan Alat ..................................................................................... 36
3.6.2 Tahapan ................................................................................................ 36
3.7 Pengolahan Data ............................................................................................ 39
3.8 Analisis Data .................................................................................................. 40
3.9 Etika Penelitian ............................................................................................. 41
xiv

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 42


4.1 Karakterisktik Pasien ISPA Berdasarkan Jenis Kelamin ............................... 42
4.2 Karakteristik Pasien ISPA Berdasarkan Umur .............................................. 45
4.3 Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Frekuensi Pemberian Antibiotik
Amoxicilin ..................................................................................................... 47
4.4 Ketepatan Berdasarkan Tepat Dosis Penggunaan Antibiotik Amoxicillin ... 49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 52
5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 52
5.2 Saran .............................................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 53
LAMPIRAN .......................................................................................................... 57
CURRICULUM VITAE ....................................................................................... 69
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori .................................................................................. 31


Gambar 2.2 Kerangka Konsep .............................................................................. 31
Skema 3.1 Alur perizinan penelitian ..................................................................... 37
Skema 3.2 Alur Kerja Pengumpulan Data ............................................................ 38
Gambar 4.1 Diagram Karakteristik Pasien ISPA Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 43
Gambar 4.2 Diagram Karakteristik Pasien ISPA Berdasarkan Umur................... 46
Gambar 4.4 Diagram Berdasarkan Dosis Penggunaan Antibiotik Amoxicillin ... 50

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian.................................................................................. 6


Tabel 2.1 Mekanisme Kerja Amoxicillin .............................................................. 28
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel ............................................................... 35
Tabel 4.1 Karakteristik Pasien ISPA Berdasarkan Jenis Kelamin ........................ 42
Tabel 4.2 Karakteristik Pasien ISPA Berdasarkan Umur ..................................... 45
Tabel 4.3 Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Frekuensi Pemberian Antibotik
amoxicillin ............................................................................................ 47
Tabel 4.4 Ketepatan Berdasarkan tepat Dosis Penggunaan Antibiotik
Amoxicillin ........................................................................................... 49

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Politeknik Harapan Bersama Tegal ................ 58


Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian DINKES.......................................................... 59
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian BAPPEDA dan KESBANGPOL .................... 60
Lampiran 4. Foto Puskesmas Margadana Tegal .................................................. 61
Lampiran 5. Foto Kegiatan dan Dokumen Penelitian .......................................... 62
Lampiran 6. Perhitungan Presentase Karakteristik Pasien Anak ISPA ............... 64
Lampiran 7. Data Peresepan Antibiotik Amoxicillin Pada Pasien Anak ISPA di
Puskesmas Margadana Tegal Periode Januari-Maret 2018 ............. 67

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang

melibatkan organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan

bagian bawah. ISPA disebabkan oleh virus, jamur dan ISPA akan

menyerang tubuh apabila sistem imun menurun. Anak dibawah lima tahun

adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan

terhadap berbagai penyakit (Prabowo 2012). Penyakit ISPA merupakan

penyakit yang sering terjadi pada anak. Episode penyakit batuk, pilek pada

balita di Indonesia diperkirakan sebesar 3 sampai 6 kali per tahun. Penyakit

ISPA yang paling banyak terjadi yaitu diantaranya adalah influenza, otitis

media akut, sinusitis, dan faringitis. Tanda dan dan gejala penyakit infeksi

saluran pernafasan dapat berupa batuk, sakit tenggorokan, pilek, kesukaran

bernafas dan demam (Kemenkes, 2012).

ISPA masih penyebab utama kesakitan dan kematian balita di

Indonesia. ISPA selalu menempati urutan balita dan anak. Survei mortalitas

yang dilakukan subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA sebagai

penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan presentase 22,30%

dari seluruh kematian balita di Indonesia. Data epidemiologi kasus ISPA

non pneumonia berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun

2013 menunjukan prevelensi nasional ISPA sebesar 25,0%. World Health

Organisation (WHO) mencatat kematian akibat ISPA 10%-20% pertahun

1
2

dari seluruh jumlah kematian yang ada bila tidak diberi pengobatan

(Kemenkes, 2013).

Tingginya prevalensi infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) serta

dampak yang ditimbulkannya membawa akibat pada tingginya konsumsi

obat bebas seperti (anti influenza, obat batuk, multivitamin) dan antibiotik.

Dalam kenyataan antibiotik banyak diresepkan untuk mengatasi infeksi ini.

Peresepan antibiotik yang berlebihan tersebut terdapat pada infeksi saluran

nafas khususnya infeksi saluran nafas atas akut, meskipun sebagian besar

penyebab dari penyakit ini adalah ekspektasi yang berlebihan para klinis

terhadap antibiotik terutama untuk mencegah infeksi yang disebabkan oleh

bakteri, yang sebetulnya tidak bisa dicegah. Dampak dari semua ini adalah

meningkatnya resistensi bakteri maupun peningkatan efek samping yang

tidak diinginkan (Depkes, 2005).

Salah satu terapi untuk menangani ISPA yaitu dengan pemberian

antibiotik. Antibiotik mampu membunuh atau menghambat pertumbuhan

bakteri dan organisme lain (Utami, 2012) Penggunaan antibiotik sebagai

terapi dalam mengobati infeksi harus tepat, aman dan rasional. Menurut

(WHO, 2002) penggunaan obat dikatakan rasional apabila memenuhi

kriteria yang sesuai dengan indikasi penyakit, dosis yang diberikan tepat

dan memenuhi kebutuhan individu, cara pemberian dilakukan dengan

jangka waktu yang memadai dan biaya yang terjangkau, tepat indikasi,

tepat pasien serta obat yang diberikan harus efektif dan aman. Penggunaan

antibiotik yang tinggi dapat menimbulkan berbagai masalah baik masalah


3

kesehatan maupun masalah pengeluaran yang tinggi. Masalah yang timbul

akibat penggunaan antibiotik tidak rasional yaitu terjadinya resistensi

bakteri dan menghilangnya sensitivitas bakteri terhadap antibiotik (s,

Kamal, dan Hussain 2013).

Berdasarkan data rekapitulasi rekam medis peresepan di puskesmas

margadana selama Januari-Maret 2018 tercatat bahwa angka kejadian ISPA

pada anak paling banyak ditemui pada anak balita umur 1-10 dengan

jumlah 398. Sebagian besar pasien ISPA pada anak penanganannya

menggunakan antibiotik amoxicillin. Selain itu perlu dilakukan penelitian

mengenai gambaran pemberian antibiotik pada pasien anak ISPA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan antibiotik

amoxicilin yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam

perencanaan. Alasan memilih di puskesmas margadana sebagai tempat

penelitian karena berdasarkan data dari puskesmas margadana ini yang

paling banyak kunjungan untuk pengobatan anak dengan ISPA, tempatnya

strategis mudah dijangkau untuk pasien yang ingin berobat dan pada

penelitian ini belum ada yang melakukan di puskesmas sehingga saya ingin

meneliti di puskesmas tersebut.


4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan

suatu permasalahan sebagai berikut : Bagaimana gambaran pemberian

antibiotik amoxicilin untuk Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA) pada anak

di bagian rawat jalan Puskesmas Margadana Tegal periode Januari-Maret

2018.

1.3 Batasan Masalah

1. Resep yang diteliti adalah resep pasien anak ISPA yang berumur 1- 10

tahun pada Januari-Maret 2018.

2. Data yang diambil meliputi jenis kelamin, umur, dosis penggunaan

antibiotik amoxicillin, frekuensi pemberian antibiotik amoxicillin dari

resep dan rekam medik Rawat Jalan Puskesmas Margadana.

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalahan yang diajukan, tujuan dari

penelitian ini adalah mengetahui gambaran pemberian antibiotik

amoxicillin pada anak Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) di bagian rawat

jalan yang ditinjau dari jenis kelamin, umur, dosis penggunaan antibiotik

amoxicillin, frekuensi pemberian antibiotik ISPA.


5

1.5 Manfaat penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan peneliti akan lebih memahami

tentang pengguna antibiotik.

2. Bagi Puskesmas Margadana

Diharapkan bisa menjadi masukan para dokter dalam meningkatkan

penggunaan antibiotik pada pasien ISPA di puskesmas margadana tegal.

3. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan informasi tentang adanya peresepan antibiotik tidak

rasional yang berdampak resistensi bakteri, sehingga masyarakat lebih

berhati-hati dalam penggunaan antibiotik.


6

1.6 Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Pembeda (Hermawan dan (Enti Rikomah, (Lia Khaerunnisa, 2019)


Sari 2014) 2018)
Judul Pola pemberian Gambaran Gambaran pemberian
antibiotik pada penggunaan antibiotik amoxicilin pada
pasien ISPA antibiotik pada pasien anak infeksi saluran
bagian atas pasien pediatri pernafasan (ISPA) di
puskesmas infeksi saluran puskesmas margadana
sukasada II pada pernafasan akut tegal
bulan mei-juni (ISPA) di klinik
2014 SINT Carolus
Bengkulu
Sampel Semua pasien Menghitung pasien yang terdiagnosa
yang terdiagnosa jumlah pasien ISPA dengan melihat kartu
ISPA bagian atas pediatri ISPA kendali atau kartu kontrol
yang dating ke yang rawat jalan kesehatan pasien yang
poli umum di klinik Sint sudah tertulis atau terdata
puskesmas Coroulus oleh petugas kesehatan dan
sukasada II Bengkulu mendapatkan antibiotika
oleh dokter di Puskesmas
margadana tegal
Teknik Nonprobalitas Mengambil Pengambilan data sekunder
sampling (Tidak acak) data sekunder
Tempat Puskesmas Klinik Sint Puskesmas margadana
Penelitian sukasada II kec. Coroulus tegal yang berada di sumur
Pancasari Bengkulu bagian panggang
kabupaten rawat jalan
buleleng
Cara Mencat nomor Data rekam Data yang diambil
Pengumpulan rekam medis medik yang rekapitulasi resep pasien
Data pasien yang memuat data ISPA pengumpulan sampel
terdiagnosis pasien ISPA meliputi jenis kelamin,
ISPA dibagian umur,lama pemberian
atas dari register antibiotik amoxicillin dan
harian di dosis yang diberikan
puskesmas
Cara Analisis Cara deskriptif Analisis Analisis deskriptif dan
dilakukan deskriptif kuantitatif
analisis univariat
dan bivariate
7

Hasil Hasi penelitian Hasil penelitian Hasil penelitian


penelitian bahwa dari penggunaan
menunjukan bahwa
pemberian antibiotik pasien
antibiotik pada pediantri sebagian besar pasien anak
pasien ispa menunjukan
berusia 1 sampai 10 tahun
mencapai 93,8% bahwa pasien
dengan antibiotik laki-laki lebih sebanyak 12 pasien yang
terbanyak yang banyak dari pada
berusia 5 tahun 15% dan
digunakan adalah pasien
kotrimoksazol, perempuan, untuk jenis laki-laki
penoksimetil penyakit ISPA
sebanyak 41 pasien
penisilin, banyak
amoksisilin dan menyerang anak 51,25%. Jenis antibiotik
siprofloksasin. usia dibawah
yang digunakan adalah
Pemberian lima tahun. Jenis
antibiotik ISPA yang antibiotik amoxicillin
berdasarkan menyerang
berdasarkan frekuensi
diagnosis pasien adalah ISPA non
ispa bagian atas pneumonia yaitu pemberian sebanyak 80
masih ada yang batuk, dan pilek,
pasien 100%. Ditinjau dari
belum sesuai semua dosis
dengan pedoman antibiotik yang dosis penggunaan
pengobatan yang diresepkan
antibiotik amoxicillin
ditetapkan. termasuk dalam
dosis kisaran sebagian besar tepat dosis
aman
52,50%.
berdasarkan berat
badan pasien.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Definisi Puskesmas

Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana

pelayanan kesehatan masyarakat yanag amat penting di Indonesia.

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang

bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan disuatu wilayah kerja.

Menurut (Harnilawati, 2013) definisi puskesmas ialah suatu unit pelaksana

fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat

pembinaan partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan, serta pusat

pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatan

secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat

yang bertempat tinggal di wilayah tertentu. Berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan (Permenkes) No. 75 Tahun 2014, puskesmas adalah fasilitas

pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat

dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama untuk mencapai derajat

kesehatan setinggi-tingginya di wilaya kerja.

8
9

2.1.2 Tugas dan Fungsi Puskesmas

Berdasarkan Permenkes No. 75 Tahun 2014 tentang pusat

kesehatan masyarakat, Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan

kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di

wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, puskesmas menyelenggarakan fungsi

sebagai berikut :

1. Penyelenggaraan UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat) tingkat pertama

di wilayah kerjanya.

2. Penyelenggaraan UKP (Upaya Kesehatan Perseorangan) tingkat

pertama di wilayah kerjanya.

3. Sebagai wahana pendidikan tenaga kesehatan.

2.1.3 Puskesmas Margadana Tegal

Dalam upaya mewujudkan masyarakat yang sehat, pembangunan

kesehatan di Kecamatan Margadana tidak dapat dilakukan sendiri oleh

aparat pemerintah yang bertanggung jawab menangani urusan kesehatan,

tetapi juga harus dilakukan secara bersama-sama melibatkan peran

masyarakat dan pihak swasta. Hal ini sesuai dengan Visi UPTD Pukesmas

Margadana Kota Tegal, yaitu “Tercapainya derajat kesehatan masyarakat

yang optimal di wilayah Puskesmas Margadana berbasis pelayanan prima”.

Agar proses pembangunan kesehatan berjalan sesuai dengan arah dan

tujuan, diperlukan tatanan manajemen yang baik sebagai langkah dasar

pengambilan keputusan dan kebijakan di semua tingkat administrasi


10

pelayanan kesehatan. Untuk itu pencatatan dan pelaporan kegiatan

pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik dalam suatu sistem

informasi kesehatan.Sistem Informasi Kesehatan (SIK) bertujuan untuk

menyediakan data dan informasi kesehatan yang evidence based, akurat,

lengkap dan tepat waktu. Untuk itu peran data dan informasi menjadi sangat

penting dan makin terasa dibutuhkan dalam manajemen kesehatan.

(Puskesmas Magadana, 2016).

2.1.4 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

2.1.4.1 Definisi ISPA

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan

Akut. Secara umum, ISPA terbagi kedalam dua golongan, yaitu

ISPA bagian atas dan ISPA bagian bawah. ISPA bagian atas

mencangkup infeksi organ saluran pernapasan mulai dari hidung

sampai dengan faring. Istilah akut menandakan infeksi berlangsung

selama kurang dari 14 hari. Infeksi saluran pernafasan akut bagian

atas terdiri dari influenza, rinitis, sinusitis, faringitis, dan tonsillitis,

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut,

istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute

Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang

salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung

(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit

ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena


11

sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit

batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per

tahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk

pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun (Rasmaliah, 2004).

2.1.4.2 Etiologi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dapat

disebabkan oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus,

micoplasma, jamur, dan lain-lain. Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA) bagian atas umumnya disebabkan oleh virus, sedangkan

ISPA bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri, virus,dan

micoplasma. Umumnya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

bagian bawah disebabkan oleh bakteri, keadaan tersebut mempunyai

manifestasi klinis yang berat sehingga menimbulkan beberapa

masalah dalam penanganannya. Bakteri penyebab Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) antara lain genus Streptococcus

Staphylococcus, Pneumococcus, Hemofilus Bordetella, dan

Corynebacterium. Virus penyebab ISPA antara lain golongan

Mexovirus, Adenovirus, Coronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma,

Herpesvirus, dan lain-lain (Rahmawati, 2012).

Proses Terjadinya infeksi saluran pernafasan, saluran pernafasan

dari hidung sampai bronkus dilapisi oleh membrane mukosa bersilia,

udara yang masuk melalui rongga hidung disaring,dihangatkan dan

dilembutkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut


12

yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel rambut yang halus

akan terjerat dalam membran mukosa. Gerakan silia mendorong

membran mukosa ke rongga hidung dan ke arah menuju faring.

Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan

dapat menyebabkan pergerkan silia hidung menjadi lambat dan kaku

bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran

pernafasan akibat iritas oleh bahan pencemar, produksi lendir akan

meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan

dan rusaknya sel pembuluh bakteri di saluran pernafasan. Akibatnya

dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga

benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari

saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi

saluran pernafasan (Almatsier, 2011).

2.1.4.3 Pengobatan ISPA

1. Pneumonia berat : diberikan antibiotik parenteral, oksigen dan

sebagainya.

2. Pneumonia : diberi obat antibiotik Kotrimosazol oral. Bila

penderita tidak mungkin diberikan Kotrimosazol atau mungkin

dengan pemberian Kotrimoksazol keadaan penderita menetap,

dapat diberikan obat antibiotik pengganti seperti amoxicillin,

ampisilin, atau penisilin prokain.

3. Bukan pneumonia : tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan

perawatan di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk


13

tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang

merugikan seperti kodein, dekstometorfan dan antihistamin. Bila

demam diberikan obat penurut panas yaitu parasetamol.

Penderita dengan gejala batuk, pilek bila pada pemeriksaan

tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) desertai

pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai

radang tenggorokan oleh kuman streptococcus dan harus diberi

antibiotic selama 10 hari. Tanda bahaya setiap balita atau anak

dengan tanda bahaya harus diberikan perawatan khusus untuk

pemeriksaan selanjutnya (Alsagaff dan Mukty, 2006).

2.1.4.4 Klasifikasi Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)

1. Klasifikasi ISPA menurut derajat keparahannya (WHO, 1986

dalam (Irianto, 2015)) :

a) ISPA ringan ditandai dengan gejala batuk, pilek dengan atau

tanpa demam.

b) ISPA sedang ditandai dengan pernafasan cepat, wheezing

(nafas menciut-ciut), sakit atau keluar cairan dari telinga,

bercak kemerahan (campak).

c) ISPA berat ditandai dengan penarikan sel iga kedalam

sewaktu inspirasi, kesadaran menurun, bibir atau kulit pucat

kebiruan, Stridor (nafas ngorok) sewaktu istirahat, adanya

selaput membrane difteri.


14

2. Klasifikasi Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dibedakan

atas dua kelompok yaitu (Depkes RI, 2011):

a. Untuk kelmpok umur kurang 2 bulan terdiri dari :

1) Pneumonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat

yaitu frekuensi pernafasan sama atau lebih dari 60 kali

per menit atau adanya tarikan yang kuat pada dinding

dada bagian bawah.

2) Bukan pneumonia yaitu penderita balita dengan batuk

dan pilek disertai atau tidak dengan gejala lain seperti

berdahak atau berlendir dan demam, yang tidak

menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan

tidak ada tarikan dinding dada.

b. Untuk kelompok umur 2 bulan sampai kurang 5 tahun terdiri:

1) Pneumonia berat yaitu berdasarkan pada adanya batuk

atau kesukaran bernafas disertai sesak atau tarikan

dinding dada ke bawah. Dikenal pula diagnosis

pneumonia sangat berat yaitu batuk atau kesukaran

bernafas yang disertai adanya gejala diagnosis sentral dan

anak tidak dapat minum.

2) Pneumonia yaitu berdasarkan pada adanya batuk atau

kesukaran bernafas disertai adanya nafas cepat sesuai

umur. Batas nafas cepat pada anak usia 2 bulan sampai <

1 tahun adalah 50 kali atau lebih permenir sedangkan


15

untuk usia anak 1 sampai < 5 tahun adalah 40 kali atau

lebih permenit.

3) Bukan pneumonia. Mencangkup kelompok penderita

balita dengan batuk dan pilek disertai atau tidak dengan

gejala lain seperti berdahak atau berlendir dan demam,

tidak menunjukan gejala peningkatan frekuensi nafas dan

tidak menunjukan adanya tarikan dinding dada bagian

bawah. Klasifikasi bukan pneumonia mencangkup

penyakit-penyakit ISPA lain diluar pneumonia seperti

batuk pilek biasa (common cold, faringitis, tonsillitis).

c. Klasifikasi bedasarkan anatomi (Depkes, 2010), sebagai

berikut:

1) Infeksi Saluran Pernafasan Akut Atas, infeksi yang

menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek,

faringitis, otitis media

2) Infeksi Saluran Pernafasan Akut Bawah, infeksi yang

menyerang mulai dari bagian laring sampai dengan

alveoli, dinamakan sesuai organ saluran nafas, seperti

epiglottitis, laryngitis, bronkhitis, daan pneumonia.


16

2.1.4.5 Patofisologi

Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dari interaksi bibit

penyakit dengan tubuh pejamu. Inflamasi pada infeksi merupakan

hasil mekanisme imun spesifik dan non spesifik pejamu dalam

melawan invasi mikroba dan mencegah pertumbuhannya atau

selanjutnya menghancurkannya. Masuknya virus sebagai antigen ke

saluran pernafasan menyebabkan silia yang terdapat pada

permukaan saluran pernafasan bergerak ke atas mendorong virus

kearah faring atau reflek oleh laring. Jika reflek tersebut gagal maka

akan merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernafasan.

Kerusakan tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas kelenjar

mucus sehingga mengeluarkan mukosa yang berlebihan.

Rangsangan cairan mukosa tersebut yang akhirnya menyebabkan

batuk. Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya

infeksi sekunder bakteri. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan

sekresi mucus bertambah banyak dan menyumbat saluran

pernafasan sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan

batuk yang produktif (Utami, 2012).

2.1.4.6 Faktor- faktor penyakit ISPA

Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya ISPA

menurut (Irianto, 2015) antara lain:


17

1. Usia

Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita

atau terkena penyakit ISPA lebih besar bila dibandingkan dengan

anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih

rendah.

2. Status imunisasi

Anak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan

tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak yang status

imunisasinya tidak lengkap.

3. Lingkungan

Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di

kota-kota dan asap rokok dapat menyebabkan timbulnya

penyakit ISPA pada anak (Irianto, 2015).

2.1.4.7 Pencegahan

Pencegahan penyakit ISPA dapat dilakukan dengan beberapa

cara antara lain :

1) Melakukan penyuluhan dan sosialisasi mengenai penyakit ISPA

2) Menjaga kesehatan gizi dengan mengkonsumsi makanan sehat,

bila perlu memberikan mikronutrien tambahan seperti zink, zat

besi dan sebagainya sehinngga dapat meningkatkan kekebalan

tubuh.

3) Memberikan ASI pada bayi selama 6 bulan pertama.


18

4) Mencegah kontak langsung maupun tidak langsung dengan

penderita ISPA. Menggunakan alat pelindungan diri (APD) saat

berinteraksi dengan orang yang menderita ISPA maupun ketika

berada di lingkungan yang berdebu.

5) Melakukan imunisasi lengkap pada anak sehingga tidak mudah

terserang penyakit yang disebabkan oleh virus dan penyakit.

6) Menjaga kebersihan lingkungan dan perorangan dengan

melakukan pola hidup sehat dan bersih, mencuci tangan dengan

sabun dan menciptakan rumah yang sehat.

7) Ventilasi yang baik dirumah dan tidak merokok pada ruangan

tertutup.

8) Pengobatan dengan menggunakan antibiotik untuk ISPA yang

disebabkan oleh bakteri, pengobatan antiviral untuk influenza

(Najmah, 2016).

2.1.5 Anak

Menurut (Muaris H, 2006) anak balita adalah anak yang telah

menginjak usia diatas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia

anak di bawah lima tahun. Menurut (Sutomo B dan Anggraini D .Y 2010)

balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (balita) dan anak

prasekolah (3-5 tahun). Survey yang dilakukan oleh Departemen

Kesehatanan Republik Indonesia menunjukan bahwa umur bayi yaitu

dibawah satu tahun dan balita berumur satu hingga empat tahun (Depkes,

2010).
19

Anak balita diharapkan tumbuh dan berkembang dalam keadaan

sehat jasmani, sosial, dan bukan hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.

Masalah kesehatan balita merupakan masalah nasional, mengingat angka

kesakitan dan angka kematian pada balita masih cukup tinggi (Depkes,

2009).

2.1.6 Antibiotik

2.1.6.1 Definisi antibiotik

Antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan

pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Akan tetapi, istilah

antibiotik sebenarnya mengacu pada zat kimia yang dihasilkan oleh

satu macam organisme, terutama fungi, yang menghambat

pertumbuhan atau membunuh organisme yang lain (Khairunnisa

rizki 2016).

Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba,

terutama fungi, yang dapat menghambat atau dapat membasmi

mikroba jenis lain. Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba,

penyebab infeksi pada manusia, ditentukan harus bersifat sangat

toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik. Sifat toksisitas

selektif yang belum atau mungkin tidak akan diperoleh (Setiabudy

dkk. 2009).

2.1.6.2 Prinsip penggunaan antibiotik

Menurut (Kemenkes, 2013) penggunaan antibiotik, antara

lain meliputi :
20

1) Penggunaan dengan spectrum sempit pada indikasi yang ketat

dengan dosis yang adekuat, interval dan lama pemberian yang

tepat.

2) Kebijakan penggunaan antibiotik dengan pembatasan

penggunaan antibiotik dan mengutamakan penggunaan

antibiotik.

3) Indikasi ketat penggunaan antibiotik dimulai dengan penegakan

diagnosis penyakit infeksi.

2.1.6.3 Klasifikasi Antibiotik

Penggolongan antibiotik menurut (Febiana , T 2012) dapat

diklasifikasikan sebagai berikut

1. Berdasarkan struktur kimia antibiotik

a. Golongan Aminoglikosida contohnya gentamisin, neomisin,

streptomisin

b. Golongan beta-Laktam antara lain, golongan sefalosporin

(sefaleksin, sefazolin, cefadroxil), golongan penisilin

(amoksisilin, penisilin)

c. Golongan poliketida antara lain, golongan makrolida

(eritromisin, azitromisin), golongan ketolida (telitromisin),

golongan tertrasiklin (doksisiklin, oksitetrasiklin,

klortetrasiklin)

d. Golongan sulfonamida antara lain, kotrimiksazol,

trimethoprim
21

e. Golongan quinolon contohnya : ciprofloxacin, levofloxacin

f. Antibiotik lain yang penting seperti, kloramfenikol,

klindamisin, asam fusidat.

2. Berdasarkan mekanisme kerja antibiotik

Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotik di

kelompokan sebagai berikut :

a. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri

Memiliki efek nalterisida dengan cara memecahkan enzim

dinding sel dan menghambat enzim dalam sibtesis dingding

sel.contohnya golongan beta-Laktam seperti (penisilin,

sefalosporin, karbapenem), dan inhibitor sintesis dinding sel

lainnya seperti basitrasin, fosfomisin.

b. Inhibitor sintesis protein bakteri

Memiliki efek bakterisida atau bakteriostatik dengan cara

mengganggu sintesis protein tanpa mengganggu sel-sel

normal dan menghambat tahap-tahap sintesis protein. Obat-

obat yang aktifitasnya menghibitor sintesis protein bakteri

seperti (aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin, klindamisin,

kloramfenikol).

c. Menghambat sintesa folat

Mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti

(sulfonamida, dan trimethoprim).

d. Mengubah prrmeabilitas membrane sel


22

Memiliki efek bakteriostatik dengan menghilangkan

permeabilitas membrane dan oleh karena hilangnya

substansi seluler menyebabkan sel menjadi lisis. Obat-obat

yang memiliki aktivitas ini antara lain polimiskin, nistatin

dan kolistin.

3. Berdasarkan aktivitas antibiotik

a. Antibiotik spectrum luas (broad spectrum)

Antibiotik spektrum luas sering kali dipakai untuk

mengobati penyakit infeksi yang menyerang belum

diidentifikasi dengan pembiakan dan sensitifitas hnya seperti

tetrasiklin dan sefalosporin efektif terhadap organisme baik

gram positif maupun gram negatif.

b. Antibiotik spectrum sempit (narrow spectrum)

Golongan ini terutama efektif untuk melawan satu jenis

organisme. Contohnya penisilin, dan eritromisin dipakai

untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram

positif. Karena antibiotik berspektrum sempit bersifat

selektif, maka obat-obat ini lebih aktif dalam melawan

organisme tunggal tersebut dari pada antibiotik berspektrum

luas.
23

2.1.6.4 Penggolongan antibiotik

Menurut (Stephens, 2011) terdapat lebih dari 100 antibiotik,

mayoritasnya terdiri dari beberapa jenis.Jenis-jenis tersebut adalah

seperti berikut:

1. Penisilin

Penisilin pertama kali diisolasi dari jamur Penicillium pada

tahun 1949. Obat ini efektif melawan beragam bakteri termasuk

sebagian besar organisme gram positif. Penggunaan penisilin

yang berlebihan menyebabkan timbulnya resistensi bakteri

(pembentukan penisilinase), membuat obat ini tidak berguna

untuk banyak strain bakteri. Meskipun demikian, penisilin tetap

merupakan obat terpilih yangtidak mahal dan ditoleransi baik

untuk beberapa infeksi (Olson, 1995) Menurut (National Health

Service 2012) penisilin merupakan antara antibiotik yang

pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun,

1928 dan paling sering digunakan untuk mengobati infeksi

tertentu seperti infeksi kulit, infeksi dada dan infeksi saluran

kemih. Antara antibiotik, penisilin merupakan antibiotik yang

penting karena kurang toksik, perkembangan bakteri terhadap

resistensinya sedikit (Mutschler, 1999).

Menurut (Katzung, et.., all 2012) penisilin dapat diklasifikasikan

kepada beberapa kelompok yaitu:


24

a. Penisilin misalnya (penisilin G), mempunyai aktivitas

terbesar terhadap organisme gram positif, kokus gram

negatif, bakteri anaerob yang tidak memproduksi beta-

laktamase, dan mempunyai sedikit aktivitas terhadap gram

negatif batang. Kelompok ini rentan terhadap hidrolisis oleh

betalaktamase.

b. Penisilin antistafilokokus (misalnya, nafcilin) ini resisten

terhadap betalaktamase dari stafilokokus dan aktif terhadap

stafilokokus dan streptokokus, tetapi tidak aktif terhadap

enterokokus, bakteri anaerob, gram negatif batang dan kokus.

c. Penisilin dengan perluasan spektrum (ampisilin, penisilin

anti pseudomonas), mempunyai spectrum antibakteri

penisilin dan memiliki aktivitas yang tinggi terhadap

organisma gram negatif, tetapi kelompok ini sering rentan

terhadap beta- laktamase.

2. Sefalosporin

Sefalosporin serupa dengan penisilin, tetapi lebih stabil

terhadap banyak bakteria beta-laktam sehingga mempunyai

spektrum aktivitas yang lebih luas. Sefalosporin tidak aktif

terhadap enterokokus dan Listeria monocytogenes. Menurut

(Katzung dkk, 2012) Sefalosporin diklasifikasikan ke dalam

empat generasi yaitu :


25

a. Generasi pertama sangat aktif terhadap organisme gram

positif, termasuk pneumokokus, stafilokokus, dan

streptokokus.

b. Generasi kedua memiliki paparan gram negatif yang lebih

luas termasuk sefaklor, sefamandol, sefoksitin, sefotetan.

Kelompok ini merupakan golongan heterogeneous yang

mempunyai perbedaan-perbedaan individual dalam aktivitas,

farmakokinetika, dan toksisitas.

c. Generasi ketiga adalah sangat aktif terhadap gram negatif dan

obat-obat ini mampu melintasi blood-brain barrier. Generasi

ini aktif terhadap citrobacter, Seratia marcescens, dan

providencia. Misalnya, sefoperazon, sefotaksim, seftazidim.

d. Generasi keempat adalah cefexime. Obat ini lebih kebal

terhadap hidrolisis oleh beta- laktamase kromosomal dan

mempunyai aktivitas yang baik terhadap P aeruginosa,

Enterobacteriaceae, S aureus, dan S pneumonia.Obat ini

sangat aktif terhadap haemophilus dan Neisseria.

3. Makrolida

Makrolida biasanya diberikan secara oral, dan memiliki

spectrum antimikroba yang sama dengan benzilpenisilin (yaitu

spektrum sempit,terutama aktif melawan organisme gram positif)

serta dapat digunakan sebagai obat alternatif pada pasien yang

sensitif penisilin, terutama pada infeksi yang disebabkan oleh


26

streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, dan klosridium.

Makrolida tidak efektif pada meningitis karena tidak menembus

sistem saraf pusat dengan adekuat. Yang termasuk kelompok

antibiotik makrolida adalah erythromycin, claritromycin,

azithromycin dan troleandomycin. Yang paling sering diresepkan

agen antimikroba makrolida adalah eritromisin (Kemenkes,

2011).

4. Flurokuinolon

Golongan ini dapat digunakan untuk infeksi sistemik.

Daya antibakteri fluorokuinolon jauh lebih kuat dibandingkan

kelompok kuinolon lama. Selain itu, kelompok obat ini diserap

dengan baik pada pemberian oral, dan beberapa derivatnya

tersedia juga dalam bentuk parenteral sehingga dapat digunakan

untuk penanggulangan infeksi berat. Golongan ini aktif terhadap

kuman gram negatif tetapi dalam beberapa tahun terakhir ini

telah dipasarkan fluorokuinolon baru yang mempunyai daya

antibakteri yang baik terhadap kuman gram positif. Yang

termasuk golongan ini ialah siprofloksasin, pefloksasin, dan lain-

lain (Setiabudy dkk, 2009).

5. Aminoglikosida

Aminoglikosida merupakan salah satu antibiotik yang

tertua. Sejak tahun 1944, antibiotik streptomisin merupakan

produk dari bakterium Streptomyces griseus. Selain itu, terdapat


27

juga antibiotik seperti neomisin, gentamisin, tobramisin, dan

amikasin. Seperti penisilin, golongan ini aktif terhadap kedua

bakteri gram negatif dan gram positif. Aminoglikosida

merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula

amino yang terikat lewat ikatan glikosidik pada inti heksosa

(Hauser, 2007).

6. Tetrasiklin

Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri

pada ribosomnya, tetrasiklin termasuk antibiotik yang terutama

bersifat bakteriostatik. Hanya mikroba yang cepat membelah

yang dipengaruhi obat ini. Tetrasiklin memperlihatkan spectrum

antibakteri luas yang meliputi kuman gram positif dan negatif,

aerobik dan anaerobik. Tetrasiklin merupakan obat yang sangat

efektif untuk infeksi Mycoplasma pneumonia, Chlamydis

trachomatis, dan berbagai riketsia (Setiabudy dkk, 2009).

2.1.7 Amoxicillin

2.1.7.1 Definisi Amoxicillin

Amoxicillin merupakan antibiotik dari penisilin semisintetik

yang stabil dalam suasana asam. Kerja bakterisida, atau pembunuh

bakterinya seperti ampisilin. Amoxicillin dapat rusak oleh β-

laktamase sehingga amoxicillin tidak efektif untuk melawan bakteri

yang memproduksi β-laktamase. Kombinasi dengan asam klavulanat

(inhibitor kuat bagi β-laktamase bacterial) membuat antibiotik ini


28

efektif terhadap kuman yang memproduksi penisilinase. Terutama

digunakan terhadap infeksi saluran nafas dan kemih yang resisten

terhadap amoxicillin (Rahardja, 2007).

2.1.7.2 Mekanisme Kerja Amoxicillin

Tabel 2.1 Mekanisme Kerja Amoxicillin

Farmakodinamik Fakmakokinetik Indikasi Kontra Efek Interaksi


indikasi Samping
Obat

Menghambat Serum dengan Untuk Hati-hati Gangguan Dapat


pertumbuhan kosentrasi antara mengobati pada lambung dikombinasi
bakteri dengan 4-8 mcg/ml, infeksi pasien usus, sakit dengan
tahap spesifik dosis 500 mg saluran alergi kepala, amino
dalam sintesis untuk sediaan kemih, golongan mual, dan glikosida
dinding sel bakteri oral sinutis, penicillin radang sebagai
otitis, dan kulit lebih terapi yang
infeksi jarang disebabkan
saluran terjadi oleh listeria
pernafasan monocy
togenes
(Sumber : (Sari, Windrianita DM 2015)

2.1.7.3 Pemberian dosis

Infeksi saluran nafas berat atau berulang : Anak kurang dari

10 tahun dosis 125-250 mg tiap 8 jam. Anak-anak <10 tahun 3x1 10

mg/kg, 3-10 tahun 3x1 250 mg, 1-3 tahun 3x1 125 mg, 0-1 tahun

3x1 100 mg. (Dr.Retnosari Andeajati,Apt 2008).


29

2.1.8 Kriteria Penggunaan Antibiotik

Menurut (Kementrian Kesehatan RI, 2011) kriteria penggunaan

antibiotik sebagai berikut:

1. Tepat diagnosis

2. Tepat indikasi penyakit

3. Tepat pemilihan obat

4. Tepat dosis

5. Tepat cara pemberian

6. Tepat interval waktu pemberian

7. Tepat lama pemberian

8. Waspada terhadap efek samping

9. Tepat penilaian kondisi pasien

10. Obat yang diberikan harus efektif dan aman dengan mutu terjamin,

serta tersedia saat dengan harga yang terjangkau.

Menurut (Priyanto A.M, 2008) Cara pemberian obat sebagai

berikut:

Paramedis mempunyai tanggung jawab yang besar berkaitan dengan

pemberian obat harus mengecek mulai dari perintah melalui (telepon,

resep, catatan rekam medik), frekuensi pemberian (jika perlu, 1 kali

perhari atau 4 kali perhari), indikasi, dosis, dan jalur pemberian. Setelah

pengecekan, paramedis harus memastikan bahwa pemberian obat yang

diberikan sebagai berikut :


30

1. Tepat Pasien

Pemberian obat yang tidak tepat pasien dapt menjadi seperti pada saat

orderan telepon, pasien yang masuk bersamaan, kasus penyakitnya

sama, suasana sedang kusut atau adanya pasien dari ruang satu ke

ruang lainnya.

2. Tepat Obat

Untuk menjamin obat yang diberikan benar, label atau etiket harus

dibaca dengan teliti setiap akan memberikan obat. Label atau etiket

yang perlu diteliti antara lain, namaobat, sediaan, konsentrasi, dan

cara pemberian serta expired date.

3. Tepat Waktu

Pemberian obat berulang,lebih berpotensi menimbulkan pemberian

obat yang tidak tepat waktu.termasuk tepat waktu juga mencankup

tepat kecepatan pemberian obat injeksi atau pemberian melaui infus.

4. Tepat Dosis

Dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan terapi atau

timbul efek berbahaya.

5. Tepat Rute

Jalur atau rute pemberian obat adalah jalur obat masuk kedalam tubuh.

6. Tepat Dokumentasi

Pemberian obat yang harus didokumentasikan meliputi nama obat,

dosis, jalur pemberian, dan tanda tangan yang memberikan.


31

2.2 Kerangka Teori

Penggunaan Antibiotik
Amoxicillin ISPA pada
anak

Kesesuaian Administratif : Kesesuaian Klinis :


1. Nama Pasien 1. Indikasi obat
Kesesuaian Farmasetik : 2. Efek samping obat
2. Umur pasien
3. Jenis kelamin 3. Interaksi obat
1. Bentuk sediaan obat
2. Potensi obat 4. Dosis penggunaan
4. Berat badan pasien 3. Stabilitas obat antibiotik amoxicillin
5. Nama dan paraf 5. Frekuensi pemberian
dokter amoxicillin
6. Tanggal resep
7. SIP Dokter

Keterangan: = Diteliti

= Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Teori

2.3 Kerangka konsep

Resep pasien yang 1. Umur pasien


menggunakan 2. Jenis kelamin
antibiotik amoxicillin 3. Penggunaan dosis
pada ISPA anak amoxicillin
4. Frekuensi pemberian
antibiotik
amoxicillin

Keterangan : = Diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

3.1.1 Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini menjelaskan ruang lingkup tentang bidang Farmasi

Sosial dengan topik “Gambaran Pemberian Antibiotik amoxicillin Pada

Pasien Anak Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) Di Puskesmas Margadana

Tegal”.

3.1.2 Ruang Lingkup Tempat

Tempat penelitian dilaksanakan di Puskesmas margadana tegal.

3.1.3 Ruang Lingkup Waktu

Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Januari

sampai Maret 2019, pengambilan data rekam medik data yang diambil

adalah data rekam medik peresepan penggunaan antibiotik amoxicillin

pada bulan Januari-Maret 2018.

3.2 Rancangan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan mengambil data dari

rekam medik pasien penderita ISPA di puskesmas margadana tegal pada bulan

januari sampai maret 2018. Data dikumpulkan berdasarkan kriteria inklusi yaitu

responden dengan diagnosa ISPA, usia 1-10 tahun, menggunakan antibiotik

amoxicillin dan pasien memiliki data rekam medik yang lengkap. Data yang ada

dianalisis secara deskriptif.

32
33

3.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

3.3.1 Populasi penelitian

Metode yang digunakan retrospektif dikarenakan pengambilan

data yang digunakan berdasarkan data masa lampau periode Januari-Maret

2018. Populasi pada penelitian ini adalah resep pada penderita infeksi

saluran pernafasan (ISPA) yang menggunakan antibiotik Amoxicillin

yang berusia 1-10 tahun.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

pasien yang terdiagnosa ISPA dengan melihat kartu kendali atau kartu

kontrol kesehatan pasien yang sudah tertulis atau terdata dari rekam medis

pasien oleh petugas kesehatan dan mendapatkan antibiotik oleh dokter di

Puskesmas margadana tegal.

1. Kriteria Inklusi :

a. Pasien anak balita berusia 1-10 tahun dengan diagnosis ISPA pada

Januari-Maret 2018.

b. Resep antibiotik amoxicillin untuk pasien ISPA anak.

c. Data rekam medik yang memuat data pasien seperti nama pasien,

jenis kelamin, umur, dosis, frekuensi pemberian.

2. Kriteria ekslusi :

a. Tulisan dari gejala-gejala atau diagnosis pada resep rekam medik

yang sulit dibaca.

b. Resep pasien dewasa.


34

c. Pasien ISPA yang mendapat terapi antibiotik tetapi penatalaksanaan

penyakit ISPA tidak lengkap seperti indikasi kurang jelas, dosis

yang tidak ada.

Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

jumlah sampel dihitung menggunakan rumus Slovin (Enti Rikomah 2018)

=
( )

n=
( , , )

= 79,91≈ 80 sampel

Keterangan :

n = sampel

N = jumlah populasi (jumlah pasien ISPA anak = 398 )

d = tingkat presisi = batasan toleransi kesalahan = 10% = 0,1

adapun dalam penelitian ini jumlah sampel yang diteliti adalah

80 sampel.

3.3.3 Teknik Sampling

Penelitian dilakukan secara retrospektif menggunakan metode

pengambilan sampel non random sampling (secara purposive sampling)

yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh

peneliti untuk dapat dianggap mewakili karakteristik populasinya

(Supardi, S 2014). Pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu sampel

yang memenuhi syarat inklusi.


35

3.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik dari subyek penelitian, atau fenomena yang

memiliki beberapa nilai (variasi nilai) (Supardi, S 2014). Variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah gambaran pemberian antibiotik amoxicillin pada

pasien ISPA anak yang meliputi jenis kelamin, umur, dosis penggunaan antibiotik

amoxicillin, frekuensi pemberian antibiotik amoxicillin di rawat jalan puskesmas

margadana tegal.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Variabel


No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala
Operasional ukur
1. Jenis kelamin Perbedaan bentuk, Dokumen Laki-laki dan Nominal
sifat, dan fungsi rekam perempuan
biologi laki-laki dan medik
perempuan. resep
2. Umur Pasien ispa anak Dokumen Anak usia Nominal
yang berusia rekam 1-10 tahun
1-10 tahun. medik
resep
3. Frekuensi Penggunaan Dokuumen Tiap 8 jam Nominal
pemberian antibiotik harus rekam Sehari 3x1
antibiotik memperhatikan medik
amoxicillin pemberian antibiotik resep
sesuai terapi dan
kondisi pasien.

4. Dosis Berdasarkan iso Dokumen Anak Nominal


penggunaan farmakoterapi yaitu rekam < 10 tahun
antibiotik anak <10 tahun 125- medik 1. Tepat
amoxicillin 250mg, < 10 tahun resep 2. Tidak tepat
3x1 10mg/kg: 3-10 Atau bila dosis
tahun 3x1 250mg, tab diberikan
1-3 tahun 3x1
125mg,
0-1 tahun 3x1
100mg.
36

3.6 Jenis dan Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data

sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai

sumber yang telah ada dan peneliti sebagai tangan kedua ( Notoadmojo S, 2010).

Pengambilan data yang dilakukan yaitu dari laporan rekaptulasi resep yang

diperoleh data excel di puskesmas margadana sehingga gambaran penggunaan

obat dapat diamati melalui resep pasien .

3.6.1 Bahan dan Alat

1. Alat :

Alat dalam penelitian ini berupa lembar pengumpulan data untuk

mencatat data dari laporan resep bulanan

2. Bahan :

Bahan penelitian berupa data laporan rekaptulasi resep bulanan

3.6.2 Tahapan

3.6.2.1 Persiapan

Sebelum tahap pengumpulan data, peneliti melakukan

tahap persiapan yaitu perizinan untuk pengambilan data dan

penelitian dipuskesmas margadana tegal. Tahapan perizinan

tersebut adalah :

1. Surat perizinan pengambilan data dan penelitian dari

Politeknik Harapan Bersama Kota Tegal ditujukan kepada

Kesbangpol tegal dengan tembusan Kepada Bappeda, Dinkes

dan Kepala Puskesmas Margadana Tegal.


37

2. Kesbangpol mengeluarkan surat pengantar ditujukan Kepada

Bappeda.

3. Bappeda mengeluarkan surat pengantar ditujukan kepada

Puskesmas Margadana Tegal.

4. Puskesmas Margadana Tegal memberikan Surat

Rekomendasi Penelitian.

Tahapan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut :

Surat perizinan pengambilan data dan penelitian dari Politeknik Harapan

Bersama Kota Tegal ditujukan kepada Kesbangpol tegal dengan tembusan

Kepada Bappeda, Dinkes dan Kepala Puskesmas Margadana Tegal

Kesbangpol mengeluarkan surat pengantar ditujukan Kepada Bappeda

Bappeda mengeluarkan surat pengantar ditujukan kepada Puskesmas

Margadana Tegal

Puskesmas Margadana Tegal memberikan Surat Rekomendasi Penelitian

Skema 3. 1 Alur perizinan penelitian


38

3.6.2.2 Cara Pengumpulan Data

1. Melakukan pengambilan sampel yaitu Rekaptulasi resep pada

pasien anak ISPA.

2. Menelusuri dan mencatat data yang diperlukan meliputi :

Identitas pasien (jenis kelamin, umur, dosis penggunaan

antibiotik, frekuensi pemberian), resep yang menggunakan

antibiotik amoxicillin pada pasien anak ISPA berusia 1-10

tahun.

3. Mencatat pada lembar kerja seluruh jumlah resep dan jumlah

penggunaannya pada bulan Januari-Maret 2018.

Tahapan pengumpulan data tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Melakukan pengambilan sampel

Menelusuri dan mencatat data yang diperlukan meliputi : Identitas

pasien (jenis kelamin, umur, dosis penggunaan antibiotik, frekuensi

pemberian), resep yang menggunakan antibiotik amoxicillin pada

pasien anak ISPA berusia 1-10 tahun

Mencatat pada lembar kerja seluruh jumlah resep dan jumlah

penggunaannya pada bulan Januari-Maret 2018

Skema 3. 2 Alur Kerja Pengumpulan Data


39

3.7 Pengolahan Data

Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka

analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian data yang telah

terkumpul akan diolah dan dianalisis, proses pengolahan data :

a. Editing adalah kegiatan untuk memeriksa kelengkapan data yang diperoleh

melalui observasi atau pengamatan.

b. Skoring adalah memberi skor pada masing-masing item yang terdapat pada

tentang pengetahuan dan kelenkapan data penggunaan antibiotik pada

pasien ISPA yang ada dipuskesmas margadana tegal.

c. Coding adalah kegiatan untuk memberikan kode pada semua variabel untuk

mempermudah pengolahan data.

d. Entry adalah suatu proses menyalin atau memasukan data ke media lain

yang telah di kumpulkan kedalam komputer.

e. Tabuling adalah kegiatan untuk mengelompokkan data sesuai dengan

variabel yang akan diteliti guna mempermudah untuk disusun data di tata

untuk disajikan.
40

Setelah semua data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah

menganalisis data yang diolah secara analisis yang bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian:

1. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, kemudian data

ditabulasikan dan hasil penelitian yang didapat dibandingkan dengan

literatur.

2. Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk diagram dan tabel-tabel.

3. Hasil perbandingan akan menunjukan pola pemberian obat antibiotik.

3.8 Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik

objek dan subyek yang diteliti secara tepat. Data yang diperoleh dari resep

meliputi umur, jenis kelamin, dosis penggunaan antibiotik amoxicillin,

frekuensi pemberian antibiotik amoxicillin pada pasien berusia 1-10 tahun

pada bulan Januari-Maret 2018.

% = Frekuensi masing-masing individu x 100%


Jumlah frekuensi
41

3.9 Etika Penelitian

Tujuan etika penelitian ini adalah menjamin agar tidak ada yang

dirugikan dalam penelitian ini atau dampak negatif yang muncul. Selain

hal tersebut, segala sesuatu mengenai kelayakan etika penelitian ini telah

diberikan persetujuan oleh puskesmas yang bersangkutan dengan

mencantumkan surat izin penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan

mempertimbangkan prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subyek

dan prinsip keadilan. Penelitian ini menggunakan dokumen melalui data

sekunder berupa resep yang mengandung antibiotik amoxicillin pada

bulan januari sampai maret 2018 di puskesmas margadana tegal.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian tentang Gambaran pemberian antibiotik amoxicillin pada

pasien anak infeksi saluran pernafasan (ISPA) di puskesmas margadana tegal yang

berumur 1-10 tahun dilakukan pada bulan Januari-Maret 2018, dengan jumlah

sampel sebanyak 80. Jumlah sampel di hitung menurut rumus slovin. Dilihat

karakteristik ISPA berdasarkan jenis kelamin, umur, dosis penggunaan antibiotik

amoxicillin, dan frekuensi pemberian anitibiotik amoxicillin.

4.1 Karakterisktik Pasien ISPA Berdasarkan Jenis Kelamin

Penelitian dilakukan terhadap sampel resep mengenai karakteristik

pasien berdasarkan jenis kelamin bertujuan untuk mengetahui jenis kelamin

pasien yang paling banyak terkena ISPA. Data diperoleh adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.1 Karakteristik Pasien ISPA Berdasarkan Jenis Kelamin


No. Jenis kelamin Jumlah pasien Presentase (%)

1. Perempuan 39 48,75%

2. Laki-laki 41 51,25%

Total 80 100%

42
43

Karakteristik Pasien ISPA Berdasarkan Jenis


Kelamin

41% 39%

Perempuan Laki-laki

Gambar 4.1 Diagram Karakteristik Pasien ISPA Berdasarkan Jenis


Kelamin
Pada penelitian yang dilakukan di Puskesmas Margadana diperoleh

data pasien anak usia 1-10 tahun yang didapatkan dari data rekam medis

pada bulan Januari sampai Maret Hasil penelitian mengenai karakteristik

pasien berdasarkan jenis kelamin menunjukan bahwa lebih banyak pasien

jenis kelamin laki-laki dari pada perempuan. Pasien laki-laki ditemukan

sebanyak 41 pasien dengan presentase 51,25% . Sedangkan pasien dengan

jenis kelamin perempuan sebanyak 39 pasien dengan presentase 48,75%.

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

(Mairusnita, 2007) di RSUD kota langsa medan yang menyatakan bahwa

penderita ISPA atas pada balita lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki

yaitu sebesar 56,2% dibandingkan anak perempuan sebesar 43,8%.

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2007

menyatakan bahwa laki-laki lebih sering mengalami ISPA dibandingkan

perempuan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan perilaku dan lingkungan

antara laki-laki dan perempuan. Contoh faktor perilaku tersebut yang sering
44

terjadi adalah tidak mengenakan masker saat bersin, membuang sampah

sembarangan, dan kurangnya budaya cuci tangan. Faktor perilaku ini

memperburuk faktor lingkungan seperti halnya pencemaran udara dalam

rumah, ventilasi rumah, kepadatan hunian sehingga menyebabkan

kelompok usia balita yang belum mempunyai daya tahan kuat mudah

terserang ISPA selain itu juga dikarenakan aktivitas usia anak ini yang

cenderung tidak mengenal waktu dan tempat serta belum mengerti akan

perlindungan diri dan masih banyak harus diperhatikan. Jenis kelamin ikut

mempengaruhi terjadinya paparan agen infeksi dan tatalaksana dari suatu

penyakit. Anak laki-laki lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah

sehingga resiko kontak dengan agen penyakit lebih tinggi dibanding anak

perempuan. Selain itu, dilihat dari kepeduliannya terhadap kesehatan,

perempuan akan lebih peduli jika dia sakit dibanding laki-laki sehingga jika

terkena suatu penyakit, perempuan akan cepat mendapatkan pengobatan

dibanding laki-laki (Falagas ,EM 2007).

ISPA merupakan penyakit infeksi akut yang penyebarannya sangat

luas yaitu pada bayi, anak-anak dan dewasa. Usia anak-anak terutama balita

lebih sering terkena penyakit ISPA dibandingkan orang dewasa. Hal ini

disebabkan karena sistem pertahanan tubuh anak terhadap penyakit infeksi

masih rendah (Hayati, S 2014).


45

4.2 Karakteristik Pasien ISPA Berdasarkan Umur

Penelitian mengenai karakteristik pasien ISPA berdasarkan Umur

bertujuan untuk mengetahui rentan usia yang paling banyak terkena ISPA

anak. Data diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.2 Karakteristik Pasien ISPA Berdasarkan Umur


No. Umur Jumlah pasien Presentase (%)

1. 1 tahun 9 11,25%

2. 2 tahun 9 11,25%

3. 3 tahun 8 10%

4. 4 tahun 7 8,75%

5. 5 tahun 12 15%

6. 6 tahun 11 13,75%

7. 7 tahun 7 8,75%

8. 8 tahun 10 12,5%

9. 9 tahun 4 5%

10. 10 tahun 3 3,75%

Total 80 100%
46

Karakteristik Pasien ISPA berdasarkan Umur


16 15%
13,75%
14 12,5%
12
12 11,25% 11,25% 11
10% 10
10 9 9 8,75% 8,75%
8
8 7 7
6 5%
4 3,75%
4 3
2
0
1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5 tahun 6 tahun 7 tahun 8 tahun 9 tahun 10 tahun

Gambar 4.2 Diagram Karakteristik Pasien ISPA Berdasarkan Umur


Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil penderita ISPA pada

anak di Puskesmas Margadana Tegal periode bulan Januari-Maret 2018

berdasarkan kelompok umur seperti ditujukan pada tabel diatas, dapat

diketahui jumlah paling banyak adalah umur 5 tahun sebanyak 12 pasien

dengan presentese 15%. Hal ini disebabkan oleh Berdasarkan hasil tersebut

dapat disimpulkan bahwa umur 5 tahun sangat berpengaruh pada penyakit

ISPA. contoh aktivitas anak tersebut memandang kegiatan bermain sebagai

sarana sosialisasi dimana diharapkan melalui bermain dapat memberi

kesempatan anak bereksplorasi, mengespresikan perasaan, dan belajar

secara menyenangkan aktivitas yang memerlukan banyak tenaga dalam

waktu singkat seperti, melompat-lompat, memanjat dan berlari (Halida,

2011). Hal ini dikarena daya tahan tubuh anak berbeda dengan orang

dewasa karena sistem pertahanan tubuhnya belum kuat sehingga mudah

menderita ISPA bahkan semakin muda usia anak maka akan semakin rentan

terkena penyakit ISPA (Sidik, 2016).


47

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh

(Muchson,dkk.,2010) dimana dalam penelitiannya, bahwa penderita

kelompok umur yang paling bnayak adalah 1-4 tahun yaitu sebanyak 75,5%.

Hal ini disebabkan karena daya tahan tubuh anak pada usia kurang dari lima

tahun lebih rendah dari anak usia diatasnya sehinngga lebih mudah

menderita ISPA. Bahkan semakin muda usia anak maka akan semakin

sering mendapat serangan ISPA. Pada usia bayi dan balita saluran yang

menghubungkan antara hidung, telinga, dan faring (tuba eustacius) belum

terbentuk secara sempurna sehingga balita sangat rentan terhadap penyakit

infeksi terutama ISPA.

4.3 Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Frekuensi Pemberian

Antibiotik Amoxicilin

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui interval waktu pemberian

dilihat dari aturan pemakaian obat yang tertulis dalam resep. Berikut

penggunaan antibiotik berdasarkan frekuensi pemberian.

Tabel 4.3 Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Frekuensi


Pemberian Antibotik amoxicillin
Jenis Pemberian Jumlah pasien Presentase (%)

Amoxicillin 2x1 - -

3x1 80 100%

Total 80 100%
48

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa frekuensi

pemberian antibiotik amoxicillin adalah 3 kali sehari sebanyak 80 pasien

dengan presentase 100% dilihat dari interval pemberiannya. Penggunaan

antibiotik amoxicillin dinyatakan tepat interval waktu pemberian apabila

Ketika obat memiliki frekuensi 3 kali sehari maka untuk mendapatkan

hasil yang optimal (24jam/3= 8 jam) obat diminum tiap 8 jam. Hal ini

berkaitan dengan waktu paruh obat akan memberikan efek lama di dalam

tubuh apabila waktu paruh nya panjang. Waktu paruh amoxicillin sesuai

dengan usia dan jenis kelamin. Amoxicillin adalah derivate-hidroksi

dengan aktivitas sama seperti ampisillin. Terapi resorpsinya lebih lengkap

(k.l 80%) dan pesat dengan kadar darah dua kali lipat. PP dan plasma-t1/2-

nya lebih kurang sama, tetapi difusinya kejaringan dan cairan tubuh lebih

baik, a.l ke dalam air liur penderita bronchitis kronis. Begitu pula kadar

bentuk aktifnya jauh lebih tinggi dari pada ampisilin (k.l 70%) maka lebih

layak digunakan pada infeksi saluran nafas. Frekuensi pemberian jenis

antibiotik amoxicillin adalah tiga kali sehari waktu paruhnya 1-2 jam (Drs.

Tan Hoan Tjay 2008).

Terapi antibiotik yang diberikan pada pasien ISPA yaitu

Amoxicillin adalah obat yang membunuh atau memperlambat

pertumbuhan bakteri. Amoxicillin termasuk golongan antibiotik penisilin.

Penisillin merupakan derifat B-laktam tertua yang memiliki aksi bakterisid

dengan mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri

(Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Pernafasan, 2005) Bentuk sediaan


49

yang digunakan adalah sirup dan tablet. Bentuk sediaan sirup lebih banyak

diberikan dengan pertimbangan agar pasien lebih mudah dalam meminum

obat hal ini dikarenakan pasien adalah balita yang akan lebih mudah

meminum obat jika obat dalam sediaan sirup.

4.4 Ketepatan Berdasarkan Tepat Dosis Penggunaan Antibiotik

Amoxicillin

Ketepatan dosis hanya mempertimbangkan usia (Iso Farmakoterapi) saja

tanpa mempertimbangkan BB (berat badan) dan TB (tinggi badan)

pasien.

Tabel 4.4 Ketepatan Berdasarkan tepat Dosis Penggunaan Antibiotik


Amoxicillin

No Usia Tepat Tidak tepat Total


Frekuensi (%) Frekuensi (%) Frekuensi (%)
1. 1 th 4 44,4% 5 55,5% 9 11,25%
2. 2 th 4 44,4% 5 55,5% 9 11,25%
3. 3 th 4 50% 4 50% 8 10%
4. 4 th 4 57,1% 3 42,8% 7 8,75%
5. 5 th 8 66,6% 4 33,6% 12 15%
6. 6 th 6 54,5% 5 45,5% 11 13,75%
7. 7 th 5 71,4% 2 28,5% 7 8,75%
8. 8 th 4 40% 6 60% 10 12,5%
9. 9 th 2 50% 2 50% 4 5%
10. 10 th 1 33,3% 2 66,6% 3 3,75%
Total 42 52,50% 38 37,50% 80 100%
50

KETEPATAN BERDASARKAN DOSIS


PENGGUNAAN ANTIBIOTIK AMOXICILLIN

Tidak Tepat
Tepat

Gambar 4.3 Diagram Ketepatan Berdasarkan Dosis Penggunaan


Antibiotik Amoxicillin
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, Pada penelitian ini didapatkan

berdasarkan dosis penggunaan antibiotik amoxicilin diketahui bahwa

peresepan dari perhitungan ketepatan dosis antibiotik amoxicillin pada

pasien ISPA dalam penelitian ini dilihat dari usia pasien. Penentu tepat

dosis terpacu pada aturan pakai yang tertera dalam buku ISO (Informasi

Spesialite Obat) untuk dijadikan referensi dalam penelitian yang sudah

dilakukan didapatkan hasil bahwa yang tepat dosis yaitu sebanyak 42

pasien dengan presentase (52,50%) dan yang tidak tepat dosis sebanyak

38 pasien dengan presentase (47,50%). Perhitungan dosis obat pada anak

harus mempertimbangkan hal-hal seperti berat badan dan usia sebelum

memberikan peresepan obat. Dosis anak berbeda dari pada dosis dewasa

karena anak-anak berbeda dengan orang dewasa dalam banyak hal, seperti

penyerapan usus, metabolisme obat, ekskresi obat, dan juga kepekaan

reseptor dalam tubuh terhadap obat (Ayu D,2017).


51

Penggunaan amoxicillin dinyatakan tepat dosis apabila aturan pakai

yang tertera dalam resep sesuai yang tertera pada iso farmakoterapi.

Dimana penggunaan tepat dosis amoxicilin untuk Anak-anak usia <10

tahun 3x1 10mg/kg, 3-10 tahun 3x1 diberikan dalam dosis 250mg, untuk

usia 1-3 tahun 3x1 diberikan dalam dosis 125mg, sedangkan untuk usia 0-

1 tahun 3x1 diberikan dosis 100mg. Dalam penggunaan antibiotik

amoxicillin yang tidak sesuai berpontensi menimbulkan efek samping

jangka panjang seperti mual, muntah, sakit kepala dan nyeri perut,

amoxicillin juga dapat meningkatkan resiko infeksi jamur (Drs. Tan Hoan

Tjay 2008).

Pemberian antibiotik yang tidak tepat dosis disebabkan karena dosis

antibiotik yang diberikan terlalu besar atau terlalu kecil. Selain itu,

terdapat ketidaktepatan interval penggunaan antibiotik disebabkan karena

pada standar yang ditetapkan oleh Kemenkes RI 2012 dijelaskan 2 kali

sehari atau interval waktu 12 jam bukan 3 kali sehari interval waktu 8 jam

(Kemenkes, RI 2012).
52

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil peneltian tentang gambaran pemberian antibiotik

amoxicillin pada paseirn anak ISPA di puskesmas margadana tegal dapat

ditarik kesimpulan pada masing-masing kriteria sebagai berikut :

1. Karakteristik penggunaan amoxicillin untuk pasien ISPA berdasarkan

jenis kelamin laki-laki sebanyak 41 pasien dengan presentase (51,25%).

2. Berdasarkan umur penggunaan antibiotik amoxicillin untuk penyakit

ISPA dari data yang diperoleh terbanyak adalah pada usia 5 tahun

berjumlah 12 pasien (15%). Dan berrdasarkan frekuensi pemberian

sebanyak 80 pasien (100%).

3. Berdasarkan dosis penggunaan antibiotik amoxicillin untuk penyakit

ISPA sebagian besar adalah tepat dosis 42 (52,50%).

5.2 Saran

1. Untuk mengetahui ketepatan dosis Antibiotik ISPA bagi pasien anak

,sebaiknya dosis dihitung berdasarkan luas permukaan tubuh atau

berat badan.

2. Untuk peneliti selanjutnya perlu diteliti mengenai efek samping obat

antibiotik ISPA terutama bagi pasien anak.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedidia Pustaka Utama.

Alsagaff, Hood, dan Abdul Mukty. 2006. “Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru dan
Pengobatan ISPA.” Surabaya: Airlangga University Press.

Ayu D, Helmi Arifin, Nelfa Y. 2017. “Kajian Deskriptif Retrosoektif Regimen


Dosis Antibiotik Pasien Pneumonia Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Jurnal Sains Farmasi dan Klinis,” 128–33.

Depkes, RI. 2005. Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Direktorat
Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan : pharmaceutical uantuk
penyakit infeksi saluran pernafasan.

———. 2010. Situasi Pneumonia Balita di Indonesia : Bulettin Jendral


Epidemiologi. Vol. 3. Jakarta.

———. 2011. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Tentang


Pedoman Umun Penggunaan Antibiotik. Jakarta.

Dr.Retnosari Andeajati,Apt. 2008. ISO FARMAKOTERAPI. Jl. Wijaya Kusuma


No.17 Tomang- Jakarta: PT. ISFI Penerbitan.

Drs. Tan Hoan Tjay. 2008. Obat-obat penting khasiat, penggunaan dan efek-efek
sampingnya. Edisi ke enam. Jakarta: PT Elex Media Komputindo kelompok
kompas- gramedia.

Enti Rikomah, Setya. 2018. “Gambaran Penggunaan Antibiotik Pada Pasien


Pediatri Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Di Klinik Sint. Carolus
Bengkulu,” 28–35.

Falagas ,EM. 2007. “Difference in the incidence and severity of respiratory tract
infection. Elsever respiratory medicine,” (101) : 1845-63.

Febiana , T. 2012. “Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik di Bangsal Anak


RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode Agustus-Desember 2011.” Semarang:
Universitas : Diponegoro.

Halida. 2011. “Metode Aktivitas Anak Dalam Mengoptimalkan Kemampuan anak


Usia Dini (4-5tahun) Jurnal. Pontianak.” Tanjungpura.

Harnilawati. 2013. Pengantar Ilmu Keperawatan Komunitas. Takalar.

Hauser, A. R. 2007. “antibiotiotics Basic for Clinicians 2 editian.” philadelhia.

53
54

Hayati, S. 2014. “Gambaran Faktor Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Akut


(ISPA) Pada Balita di Puskesmas Pasirkaliki Kota Bandung : Jurnal Ilmu
Keperawatan,” 2 (1) : 62-67.

Hermawan, Hermawan, dan Kartika Sari. 2014. “Pola Pemberian Antibiotik Pada
Pasien Ispa Bagian Atas Di Puskesmas Sukasada Ii Pada Bulan Mei–Juni
2014.” E-Jurnal Med Udayana [Internet] 3 (10): 1–11.

Irianto, koes. 2015. memahami berbagai macam penyakit. bandung.

Katzung, B.G., S.B. Masters, dan A.j. Trevor. 2012. Farmakologi Dasar dan
Klinik 12. 12 ed. Vol. 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Kemenkes, RI. 2011. Pedoman Pelayanan Kefarmasian untuk Terapi Antibiotik


Jurnal . Artikel Jurnal. Jakarta.

Kemenkes RI. 2012. Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyerahan Lingkungan


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia : Modul Tatalaksana Standar
Pneumonia. Jakarta.

Kemenkes, RI. 2013a. Hasil Riset Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

———. 2013b. Surveilan ISPA. Pengendalian Penyakit Menular Langsung


Direktorat Jendral pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan.

Kementrian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Pengendalian Antibiotik Menteri


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Khairunnisa, Rizki. 2016. “Profil Penggunaan Antibiotik Pada Pasien ISPA


dibeberapa Puskesmas Samarinda.”

Mairusnita. 2007. “Karakteristik penderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)


pada balita yang berobat ke medan pelayanan kesehatan RSUD kota langsa
tahun 2006 (skripsi).” medan: Falkutas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara.

Muaris, H. 2006. Sarapan Sehat untuk Anak Balita. Jakarta: Gramedidia Pustaka
Utama.

Muchson, dkk. 2010. “Kerasionalan Penggunaan Antibiotik Pada Anak Penderita


Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Instalasi Rawat Jalan RSU PKU
Muhammadiyah Delanggu.”

Mutschler, E. 1999. Dinamika obat edisi ke-5. Buku Ajar Farmakologi dan
Toksikologi.
55

Najmah. 2016. “epidemiologi penyakit menular.” jakarta: Politeknik Harapan


Bersama.

National Health Service. 2012. “Antibiotik penisilin :


http://www.nhs.uk/Conditions/Antibiotics-
penicilin/pages/Introduction.asp.”

Olson, J., M.D., Ph.D. 1995. Zat Anti-Infeksi. In: dr. Lydia I. Buku Mahendra
Belajar Mudah Farmakologi. Jakarta.

Permenkes. t.t. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 74 Tahun 2014.


pusat kesehatan masyarakat.

Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Pernafasan. 2005. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik.
Jakarta: Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan.

Prabowo, S. 2012. “penyakit yang paling umum pada anak. majalah kesehatan.”

Priyanto, A.M. 2008. farmakologi dasar untuk mahasiswa. farmasi dan


keperawatan. 2 ed. lembaga studi dan konsultasi farmakologi (leskonfi).

Puskesmas Magadana. 2016. Profil Kesehatan Puskesmas Margadana. Tegal:


Puskesmas Margadana.

Rahardja, Drs. kirana. 2007. Obat-obat Penting. kasiat penggunaan dan efek-efek
sampingnya. 6 ed. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Rahmawati. 2012. Gangguan Pernafasan Pada Anak ISPA. JI. Sadewa No.1
Sorowajan Baru Yogyakarta.

Rasmaliah. 2004. “Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan


Penanggulangannya.” Sumatra Utara: Falkutas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatra Utara.

Kamal, dan H Hussain. 2013. “Determine The Rational Use of Antibiotics. A Care
Study Conductedat Medical Unit of Medical Complex Peshawar,
International Journal of Research In Applied Natural And Social Science
(IJRANSS).”

Setiabudy, R, S Gunawan, Nafrialdi G, dan Elysabeth. 2009. “antimikroba.


departemen farmakologi dan terapeutik.” jakarta: indonesia.

Stephens,E.2011.“WebMD,Inc.
http://www.emedicinehealth.com/antibiotics/article_m.htm.”

Supardi, S, Surahman. 2014. Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Farmasi.


Jakarta: Trans Info Media.
56

Sutomo,B, dan Anggraini, D . Y. 2010. Menu Sehat Alami untuk balita. Jakarta:
PT. Agromedia Pustaka.

Utami, E. R. 2012. “Antibiotika, Resistensi, dan Rasionalitas Terapi.” Malang:


Falkutas Sains dan Teknilogi UIN Maliki.

WHO. 2002. Promating Rational Use Of Medicines. Care Components. WHO


Policy Perspective on Medicines, World Health Organization.

Windrianita DM, Sari. 2015. “Studi Perbandingan Kepatuhan Penggunaan


Antibiotik Di apotik Bhumyamca II dan Tiara 2.” Surabaya: Widya
Mandala.
57

LAMPIRAN
58

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian Politeknik Harapan Bersama Tegal


59

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian DINKES


60

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian BAPPEDA dan KESBANGPOL


61

Lampiran 4. Foto Puskesmas Margadana Tegal

Gedung puskesmas margadana

Ruang PIO Farmasi


62

Lampiran 5. Foto Kegiatan dan Dokumen Penelitian

Pengambilan Data di Ruang Farmasi

Rekaptulasi Data Sampling


63

Foto Contoh Resep Antibiotik Amoxicillin


64

Lampiran 6. Perhitungan Presentase Karakteristik Pasien Anak ISPA


Jenis Kelamin
a. Perempuan

jumlah jenis kelamin pasien


= x 100%
jumlah total jenis kelamin pasien
39
= x 100%
80
= 48,75%
b. Laki-laki

jumlah jenis kelamin pasien


= x 100%
jumlah total jenis kelamin pasien

= x 100 %
= 51,25 %

1) Umur

jumlah umur pasien


1 tahun = x 100%
jumlah total umur pasien

= x 100%
= 11,25%
jumlah umur pasien
2 tahun = jumlah total umur pasien x 100%

= x 100%
= 11,25%
jumlah umur pasien
3 tahun = x 100%
jumlah total umur pasien

= x 100%
= 10%
65

jumlah umur pasien


4 tahun = x 100%
jumlah total umur pasien

= x 100%
= 8,75%
jumlah umur pasien
5 tahun = x 100%
jumlah total umur pasien

= x 100%
= 15%
jumlah umur pasien
6 tahun = x 100%
jumlah total umur pasien

= x 100%
= 13,75%
jumlah umur pasien
7 tahun = x 100%
jumlah total umur pasien

= x 100%
= 8,75%
jumlah umur pasien
8 tahun = x 100%
jumlah total umur pasien

= x 100%
= 12,5%
jumlah umur pasien
9 tahun = x 100%
jumlah total umur pasien

= x 100%
= 5%
jumlah umur pasien
10 tahun = x 100%
jumlah total umur pasien

= x 100%
= 3,75%
66

2) Frekuensi pemberian antibiotik amoxicillin

! "# $#%& '


Pemberian 3 x 1 = x 100%
! ()(

= x 100%
= 100%

3) Ketepatan dosis penggunaan antibiotik amoxicillin

jumlah tepat dosis


Tepat dosis = x 100%
jumlah total tepat dosis

= x 100%
= 52,50%
jumlah tepat dosis
Tidak tepat = x 100%
jumlah total tepat dosis

= x 100%
= 47,50%
67

Lampiran 7. Data Peresepan Antibiotik Amoxicillin Pada Pasien Anak ISPA


di Puskesmas Margadana Tegal Periode Januari-Maret 2018
No Nama Karakteristik pasien Penggunaan Antibiotik
Jenis kelamin Usia Dosis (mg) Frekuensi Lama
pemberian
1. An. Fahran Laki-laki 2 th 150 mg (tepat) 3x1 3 hari
2. An. Meiza Perempuan 3 th 100 mg (tidak tepat) 3x1 3 hari
3. An. Faiz Laki-laki 6 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
4. An. Zahra Perempuan 6 th 150 mg (tidak tepat) 3x1 3 hari
5. An. Rafal Laki-laki 6 th 150 mg (tidak tepat) 3x1 3 hari
6. An. Alesha Perempuan 2 th 125 mg (tepat) 3x1 4 hari
7. An. Yoga Laki-laki 4 th 125 mg (tidak tepat) 3x1 4 hari
8. An. Muamar Laki-laki 5 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
9. An. Solekha Perempuan 5 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
10. An. Bagus Laki-laki 9 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
11. An. Novita Perempuan 10 th 300 mg (tidak tepat) 3x½ 3 hari
12. An. Rava Laki-laki 2 th 125 mg (tidak tepat) 3x1 4 hari
13. An. Akifah Perempuan 4 th 125 mg (tidak tepat) 3x1 4 hari
14. An. Joko Laki-laki 7 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
15. An. Septian Laki-laki 7 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
16. An. Syifa Perempuan 2 th 250 mg (tidak tepat) 3x1 3 hari
17. An. Mughy Laki-laki 7 th 150 mg (tidak tepat) 3x½ 2 hari
18. An.Adinda Perempuan 1 th 300 mg (tidak tepat) 3x1 3 hari
19. An. Selviana Perempuan 8 th 300 mg (tidak tepat) 3x½ 4 hari
20. An. Satrio Laki-laki 5 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
21. An. Rizqi Laki-laki 8 th 150 mg (tidak tepat) 3x½ 2 hari
22. An. Najwa Perempuan 5 th 125 mg (tidak tepat) 3x1 4 hari
23. An. Azka Laki-laki 3 th 200 mg (tidak tepat) 3x1 3 hari
24. An. Citra Perempuan 4 th 150 mg (tidak tepat) 3x1 2 hari
25. An. Iskandar Laki-laki 7 th 100 mg (tidak tepat) 3x1 3 hari
26. An. Mahsyur Laki-laki 2 th 250 mg (tidak tepat) 3x1 4 hari
27. An. Mizajuha Perempuan 6 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
28. An. Zulfadli Laki-laki 1 th 250 mg (tidak tepat) 3x1 4 hari
29. An. Almias Perempuan 8 th 150 mg (tidak tepat) 3x1 3 hari
30. An. Gaitsa Laki-laki 5 th 100 mg (tidak tepat) 3x1 3 hari
31. An. Dina Perempuan 8 th 200 mg (tidak tepat) 3x½ 4 hari
32. An. Agan Laki-laki 2 th 250 mg (tidak tepat) 3x1 4 hari
33. An. Adnan Laki-laki 8 th 250 mg (tidak tepat) 3x1 4 hari
34. An. Dini Perempuan 7 th 250 mg (tidak tepat) 3x1 4 hari
35. An. Regina Perempuan 4 th 125 mg (tepat) 3x1 4 hari
36. An. Sandy Laki-laki 3 th 100 mg (tidak tepat) 3x1 3 hari
37. An. Syafa Perempuan 8 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
38. An. Sindi Perempuan 2 th 100 mg (tidak tepat) 3x1 3 hari
39 An. Ramadhan Laki-laki 1 th 100 mg (tepat) 3x1 3 hari
68

40. An. Naufal Laki-laki 5 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari


41. An. Retno Perempuan 9 th 300 mg (tidak tepat) 3x½ 4 hari
42. An. Baim Laki-laki 10 th 300 mg (tidak tepat) 3x½ 4 hari
43. An. Mikail Laki-laki 6 th 300 mg (tidak tepat) 3x½ 4 hari
44. An. Kamila Perempuan 6 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
45. An. Ghina Perempuan 3 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
46. An. Afan Laki-laki 4 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
47. An. Nazwa Perempuan 9 th 250 mg (tepat) 3x½ 4 hari
48. An. Fadail Laki-laki 8 th 250 mg (tepat) 3x½ 4 hari
49. An. Arga Laki-laki 10 th 250 mg (tepat) 3x1 3 hari
50. An. Safina Perempuan 2 th 125 mg (tepat) 3x1 3 hari
51. An. Zidan Laki-laki 5 th 250 mg (tepat) 3x1 3 hari
52. An. Ayu Perempuan 4 th 250 mg (tepat) 3x1 3 hari
53. An. Agung Laki-laki 7 th 250 mg (tepat) 3x1 3 hari
54. An. Salma Perempuan 7 th 250 mg (tepat) 3x½ 4 hari
55. An. Alves Laki-laki 6 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
56. An. Lia Perempuan 5 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
57. An. Abdi Laki-laki 6 th 300 mg (tidak tepat) 3x½ 3 hari
58. An. Zita Perempuan 1 th 250 mg (tidak tepat) 3x1 4 hari
59. An. Rido Laki-laki 8 th 300 mg (tidak tepat) 3x½ 4 hari
60. An. Farah Perempuan 3 th 125 mg (tepat) 3x1 4 hari
61. An. Anam Laki-laki 8 th 150 mg (tidak tepat) 3x½ 2 hari
62. An. Ikhya Laki-laki 5 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
63. An. Alifah Perempuan 5 th 125 mg (tidak tepat) 3x1 4 hari
64. An. Feby Perempuan 6 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
65. An. Nanda Laki-laki 9 th 300 mg (tidak tepat) 3x½ 3 hari
66. An. Raya Perempuan 1 th 100 mg (tepat) 3x1 3 hari
67. An. Alif Laki-laki 5 th 200 mg (tidak tepat) 3x1 3 hari
68. An. Hasna Perempuan 1 th 250 mg (tidak tepat) 3x1 3 hari
69. An. Puspita Perempuan 6 th 150 mg (tidak tepat) 3x1 3 hari
70. An. Akhmad Laki-laki 1 th 150 mg (tidak tepat) 3x1 4 hari
71. An. Nadeva Perempuan 3 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
72. An. Siva Perempuan 6 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
73. An. Adit Laki-laki 5 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
74. An. Deva Perempuan 3 th 100 mg (tidak tepat) 3x1 3 hari
75. An. Dewo Laki-laki 3 th 250 mg (tepat) 3x1 3 hari
76. An. Nico Laki-laki 8 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
77. An. Nurisa Perempuan 2 th 150 mg (tidak tepat) 3x½ 2 hari
78. An. Dicky Laki-laki 1 th 125 mg (tepat) 3x1 4 hari
79. An. Yanti Perempuan 4 th 250 mg (tepat) 3x1 4 hari
80. An. Ali Laki-laki 1 th 100 mg (tepat) 3x1 4 hari
69

CURRICULUM VITAE

Nama : Lia Khaerunnisa


Tempat, tanggal lahir : Tegal, 18 September 1998
Email : khaerunnisalia@gmail.com
Alamat Lengkap : Jl. Ki Ageng Tirtayasa RT 006 RW 003 Desa Krandon
Kecamatan Margadana Tegal
Telepon (HP) : 085866816525
Pendidikan
SD : SD Negeri Cabawan 02
SMP/MTs : MTs. Raudatul Ulum
SMA/SMK : SMA Al- Irsyad Tegal
Perguruan Tinggi : DIII FARMASI Politekinik Harapan Bersama Tegal
Judul KTI : Gambaran Pemberian Antibiotik Amoxicillin Pada Pasien
Anak Infeksi Saluran Pernafasan (ISPA) di Puskesmas
Margadana Tegal
Nama Orang Tua
Ayah : Nurokhim
Ibu : Rokhani
Pekerjaan Orang Tua
Ayah : Wiraswasta (Warteg)
Ibu : Wiraswasta (Warteg)
Alamat Orang Tua
Ayah : Jl. Ki Ageng Tirtayasa RT/RW 006/003 Ds Krandon
Kecamatan Margadana Tegal
Ibu : Jl. Ki Ageng Tirtayasa RT/RW 006/003 Ds. Krandon
Kecamatan Margadana Tegal

Anda mungkin juga menyukai