Anda di halaman 1dari 102

GAMBARAN PENGETAHUAN MENGENAI SWAMEDIKASI

PEMILIHAN OBAT BATUK PADA MASYARAKAT DESA


WONOKROMO KECAMATAN COMAL KABUPATEN
PEMALANG

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

ALFIAH YUNI ACHIRIANI

16080144

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA KOTA TEGAL

2019

i
GAMBARAN PENGETAHUAN MENGENAI SWAMEDIKASI
PEMILIHAN OBAT BATUK PADA MASYARAKAT DESA
WONOKROMO KECAMATAN COMAL KABUPATEN
PEMALANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Derajat
Ahli Madya

Oleh :

ALFIAH YUNI ACHIRIANI

16080144

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA KOTA TEGAL

2019

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN PENGETAHUAN MENGENAI SWAMEDIKASI


PEMILIHAN OBAT BATUK PADA MASYARAKAT DESA
WONOKROMO KECAMATAN COMAL KABUPATEN
PEMALANG

Oleh :

ALFIAH YUNI ACHIRIANI

16080144

DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH :

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

ALDI BUDI RIYANTA, S.Si,M.T HENI PURWANTININGRUM, M.Farm.,Apt


NIDN. 0602038701 NIPY. 9906966988

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini diajukan oleh:

NAMA : ALFIAH YUNI ACHIRIANI

NIM : 16080144

Jurusan/Program Studi : DIII FARMASI

Judul Karya Tulis Ilmiah : Gambaran Pengetahuan Mengenai Swamedikasi


Pemilihan Obat Batuk Pada Masyarakat Desa
Wonokromo Kecamatan Comal Kabupaten
Pemalang

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Tim Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Farmasi pada jurusan/program Studi DIII Farmasi, Polikteknik Harapan
Bersama Tegal.
TIM PENGUJI

Penguji I : Adila Prabasiwi, S.KM, M.KM (....................................)

Penguji II : Aldi Budi Riyanta, S.Si,M.T (....................................)

Penguji III : Heni Purwantiningrum, M.Farm.,Apt (....................................)

Tegal, 9 Mei 2019


Program Studi DIII Farmasi
Ketua Program Studi,

Heru Nurcahyo, S.Farm., M.Sc., Apt


NIDN.0611058001

iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

NAMA : ALFIAH YUNI ACHIRIANI

NIM : 16080144

Tanda Tangan :

Tanggal : 9 Mei 2019

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Polikteknik Harapan Bersama Tegal, saya yang


bertanda tangan dibawah ini :
NAMA : ALFIAH YUNI ACHIRIANI

NIM : 16080144

Jurusan/Program Studi : DIII FARMASI

Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Politeknik Harapan Bersama Tegal Hak Bebas Royalti Noneksklusif(None-
exclusive Royalty Free Right) atas karya tulis ilmiah saya yang berjudul :
GAMBARAN PENGETAHUAN MENGENAI SWAMEDIKASI PEMILIHAN
OBAT BATUK PADA MASYARAKAT DESA WONOKROMO
KECAMATAN COMAL KABUPATEN PEMALANG
Berserat perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas
Royalti/Noneksklusif ini Politeknik Harapan Bersama Tegal berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pengkalab kata (database),
merawat dan mempublikasikan karya tulis ilmiah saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan pemilih Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,
Dibuat di : Tegal
Pada Tanggal : 9 Mei 2019
Yang menyatakan

(Alfiah Yuni Achiriani)

vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“..Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu


telah selesai (urusan dunia), bersungguh – sungguhlah (dalam beribadah).
Dan hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap”

(AL-INSYIROH: 6-8)

“ Tak ada rahasia untuk menggapai sukses. Sukses itu dapat terjadi karena
persiapan, kerja keras, dan mau belajar dari kegagalan.”

(General Colin Powell )

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak


menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka
menyerah”

( Thomas Alva Edison )

“Jangan Takut Untuk Bermimpi Besar, Karena Tidak Ada Yang Mustahil
Selama Kita Mampu Untuk Berusaha Mewujudkan Mimpi Besar Kita”

Kupersembahkan untuk :

• Kedua Orang Tuaku

• Kakak – Kakakku

• Sahabat Seperjuanganku

• Prodi DIII Farmasi

• Almamaterku

vii
PRAKARTA

Dengan mengucapakan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul GAMBARAN

PENGETAHUAN MENGENAI SWAMEDIKASI PEMILIHAN OBAT

BATUK PADA MASYARAKAT DESA WONOKROMO KECAMATAN

COMAL KABUPATEN PEMALANG tepat pada waktunya. Karya Tulis Ilmiah

ini disusun untuk melengkapi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi

Diploma III Program Studi Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini berdasarkan analisis dilapangan dan

bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Dalam

penulisan atau penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, peniliti banyak mendapatkan

kesulitan dan hambatan, namun berkat dan saran serta petunjuk dari berbagai

pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Ir. MC. Chambali, B.Eng, E.E, M.Kom., selaku Direktur Politeknik

Harapan Bersama Tegal.

2. Bapak Heru Nurcahyo, S.Farm. M.Sc., Apt, selaku Ketua Program Studi

DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal.

3. Bapak Aldi Budi Riyanta, S.Si,M.T selaku pembimbing 1 yang telah

membantu dan membimbing dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Ibu Heni Purwantiningrum, M.Farm.,Apt selaku pembimbing 2 yang telah

membantu dan membimbing dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

viii
5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi DIII Farmasi Politeknik Harapan

Bersama Tegal yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan

yang sangat bermanfaat bagi peneliti dalam menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah ini.

6. Kedua orang tuaku dan kakak-kakakku yang telah memberikan dukungan

moral maupun material seta doa dan semangat sehingga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat selesai.

7. Rekan-rekan mahasiswa/mahasiswi angkatan 2016 Politeknik Harapan

Bersama Tegal atau bantuan, kebersamaan, dan kerjasamanya sehingga

tercipta cerita yang indah dan tidak terlupakan.

8. Semua pihak-pihak yang telah membantu terselesainya Karya Tulis Ilmiah

ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang lebih baik atas segala

jasanya, bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis

menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kata sempurna.

Untuk itu penulis sangat mengharap kritik dan saran dari semua pihak

yang bersifat membangun lebih baiknya Karya Tulis Ilmiah ini. Akhirnya penulis

berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Tegal, 9 Mei 2019

Penulis

ix
INTISARI

Achiriani, Alfiah, Yuni., Riyanta, Aldi, Budi., Purwantiningrum, Heni., 2019.


Gambaran Pengetahuan Mengenai Swamedikasi Pemilihan Obat Batuk
Pada Masyarakat Desa Wonokromo Kecamatan Comal Kabupaten
Pemalang. DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal.

Swamedikasi adalah pengobatan sendiri terhadap penyakit ringan oleh


masyarakat atau perawatan penyakit bagi keluarga tanpa pemeriksaan dokter dan
tanpa diagnosa. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-
keluhan dan penyakit ringan seperti batuk. Banyaknya jenis obat batuk yang
beredar dipasaran yang bisa dibeli bebas tanpa resep dokter memungkinkan untuk
melakukan pengobatan batuk sendiri atau lebih dikenal dengan swamedikasi. Obat
batuk tidak bisa disamaratakan untuk semua jenis batuk yang diderita. Tujuan dari
penilitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan mengenai
swamedikasi pemilihan obat batuk pada masyarakat Desa Wonokromo Rt 22 Rw
06 Kecamatan Comal.
Metode penelitian menggunakan metode penelitiandeskriptif. Data yang
dikumpulkan adalah data kuantitatif menggunakan kuisioner. Populasi dalam
penelitian ini adalah masyarakat Desa Wonokromo Rt 22 Rw 06 Kecamatan
Comal Kabupaten Pemalang. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan purposive sampling sebanyak 50 Responden. Analisis data
menggunakan analisis univariat.
Hasil penelitian, dari seluruh responden diketahui bahwa sebagian besar
responden memiliki tingkat pengetahuan mengenai swamedikasi pemilihan obat
batuk yang masuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 39 responden (78%) dan
pengetahuan sedang sebanyak 11 responden (22%).

Kata Kunci: Swamedikasi, Tingkat Pengetahuan, Obat Batuk

x
Abstract

Achiriani, Alfiah, Yuni., Riyanta, Aldi, Budi., Purwantiningrum, Heni., 2019.


The Overview of Knowledge About Self-Medication of Selecting Cough Drug
To Ward Community of Wonokromo Village of Comal District, Pemalang
Regency.

Self-medication is self-medication for minor illnesses by the community


or treatment of diseases for the family without a doctor's examination and without
diagnosis. Self-medication is usually done to deal with complaints and minor
ailments such as coughing. The many types of cough medicines that are
circulating in the market that can be purchased freely without a doctor's
prescription make it possible to treat cough itself or better known as self-
medication. Cough drug cannot be generalized for all types of cough that is
suffered. The purpose of this research is to describe the knowledge of self-
medication for cough drug selection in the people of Wonokromo Village Rt 22
Rw 06 Comal District.

The research method used descriptive research methods. Data collected


was quantitative data using questionnaires. The population in this study was the
people of Wonokromo Rt 22 Rw 06 Comal Village, Pemalang District. Sampling
was done using purposive sampling as many as 50 respondents. Data analysis
was using univariate analysis.

The results of the study, from all respondents it was known that the
majority of respondents had a level of knowledge about self-medication for cough
drug selection in high category, namely as many as 39 respondents (78%) and
moderate knowledge as many as 11 respondents (22%).

Keywords: self-medication, level of knowledge, cough drug

xi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ......................................................................................i

HALAMAN JUDUL ..........................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................iv

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...............................................v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .....................................................vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .....................................................................vii

PRAKARTA ......................................................................................................viii

INTISARI............................................................................................................x

ABSTRACT .......................................................................................................xi

DAFTAR ISI ......................................................................................................xii

DAFTAR TABEL ..............................................................................................xv

DAFTAR GAMBAR .........................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1


1.1 Latar Belakang ................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................3
1.3 Batasan Masalah ..............................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................4
1.5 Manfaat Penelitian ...........................................................................4
1.6 Keaslian Penelitian ..........................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................8
2.1 Pengetahuan ....................................................................................8
2.2 Swamedikasi ....................................................................................10
2.2.1 Definisi ..................................................................................10

xii
2.2.2 Syarat Swamedikasi ...............................................................11
2.2.3 Faktor – Faktor Swamedikasi ................................................11
2.2.4 Penghentian Swamedikasi ......................................................12
2.2.5 Keuntungan Swamedikasi ......................................................13
2.2.6 Kerugian Swamedikasi ..........................................................13
2.3 Batuk ...............................................................................................14
2.3.1 Definisi ..................................................................................14
2.3.2 Etiologi ..................................................................................15
2.3.3 Patofisiologi ...........................................................................17
2.3.4 Mekanisme .............................................................................18
2.3.5 Gejala dan Tanda ...................................................................21
2.3.6 Penyebab ................................................................................21
2.3.7 Jenis – Jenis Batuk .................................................................22
2.3.8 Penatalaksanaa .......................................................................26
2.4 Masyarakat ......................................................................................30
2.5 Kabupaten Pemalang .......................................................................32
2.6 Kerangka Teori ................................................................................33
2.7 Kerangka Konsep ............................................................................34
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................35
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ...............................................................35
3.2 Rancangan dan Jenis Penelitian ......................................................35
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ..........................................36
3.3.1 Populasi ..................................................................................36
3.3.2 Sampel ...................................................................................36
3.3.3 Teknik Sampling ....................................................................37
3.4 Variabel Penelitian ..........................................................................38
3.5 Definisi Operasional (OP) ...............................................................38
3.6 Jenis dan Sumber Data ....................................................................40
3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas ..........................................................42
3.7.1 Uji Validitas ............................................................................42
3.7.2 Uji Realiabilitas ......................................................................42

xiii
3.8 Pengolahan dan Analisa Data ..........................................................43
3.8.1 Teknik Pengolahan Data ........................................................43
3.8.2 Analisa data ...........................................................................44
3.9 Etika Penelitian ...............................................................................45
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................46
4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ......................46
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ...................................47
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ..........................50
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ............................52
4.5 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Mengenai Swamedikasi
Pemilihan Obat Batuk .......................................................................54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................59
5.1 Kesimpulan ......................................................................................59
5.2 Saran ................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................61

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .............................................................................6


Tabel 3.1 Definisi Operasional (OP) ..................................................................39
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................46
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur .....................................48
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ............................50
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ..............................52
Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Responden .......................................................55

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ...............................................................................33


Gambar 2.2 Kerangka Konsep ...........................................................................34
Gambar 4.1 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .....47
Gambar 4.2 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ..................48
Gambar 4.3 Diagram Karakteristik Responden BerdasarkanPendidikan ..........51
Gambar 4.4 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ...........53
Gambar 4.5 Diagram Tingkat Pengetahuan Responden .....................................56

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ........................................................................65


Lampiran 2. Surai Ijin Penelitian Dari Kesbangpolinmas ..................................66
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian Dari BAPPEDA .............................................67
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian Dari DINKES ................................................68
Lampiran 5. Surat Ijin Melakukan Penelitian .....................................................69
Lampiran 6. Lembar Persetujuan Menjadi Responden .......................................70
Lampiran 7. Lembar Data Responden ................................................................71
Lempiran 8. Lembar Kuisioner ...........................................................................72
Lampiran 9. Contoh Hasil Lembar Persetujuan Menjadi Responden ................73
Lampiran 10. Contoh Hasil Data Responden .....................................................74
Lampiran 11. Contoh Hasil Lembar Kuisioner ...................................................75
Lampiran 12. Rekapitulasi Jawaban Responden .................................................76
Lampiran 13. Data Hasil SPSS ..........................................................................78
Lampiran 14. Alur Penelitian .............................................................................83
Lampiran 15. Dokumentasi penelitian ................................................................84

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengobatan sendiri atau disebut dengan swamedikasi merupakan

upaya yang paling banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi penyakit

sebelum mencari pertolongan dari tenaga kesehatan. Seseorang yang merasa

sakit akan melakukan upaya demi memperoleh kesehatan kembali. Upaya

tersebut, antara lain dengan berobat ke dokter atau berobat sendiri (Saud dan

Jalil, 2017)

Swamedikasi adalah pengobatan sendiri terhadap penyakit ringan oleh

masyarakat atau perawatan penyakit bagi keluarga tanpa pemeriksaan dokter

dan tanpa diagnosa. Bertambahnya kesadaran mengenai kesehatan dan

berkembangnya keinginan masyarakat untuk ikut memikul sebagian

nanggung jawab bagi keadaan kesehatannya, pencegah penyakit dengan

cara pengobatan sendiri menjadi hal yang sangat penting. Bagi konsumen

obat, dengan pengobatan sendiri dapat diperoleh beberapa keuntungan yaitu

bila berhasil ia dapat menghemat waktu untuk ke dokter dan segera dapat

berkerja kembali (Sambara, Yuliani, dan Bureni, 2014)

Umumnya, swamedikasi dilakukan untuk mengatasi keluhan dan

penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat seperti demam, batuk, flu,

nyeri, diare dan gastritis (Saud dan Jalil, 2017).

1
2

Batuk merupakan salah satu gangguan kesehatan yang dianggap

ringan atau suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing

dari saluran pernafasan. Batuk juga melindungi paru-paru dari aspirasi asing

yaitu masuknya benda asing dari saluran cerna maupun saluran nafas bagian

atas. Saluran nafas bagian atas dimulai dari tenggorokan, trakhea, bronkhioli

sampai ke jaringan paru. Batuk sendiri dibedakan menjadi dua yaitu batuk

berdahak dan batuk tidak berdahak (batuk kering)(Asmoro dan Wahyuni,

2015)

Penelitian ini dilakukan di Desa Wonokromo Rt 22 Rw 06 Kecamatan

comal Kabupaten Pemalang yang banyak masyarakatnya melakukan

tindakan pengobatan sendiri atau swamedikasi. Didesa Wonokromo Rt 22

Rw 06 kecamatan Comal sudah banyak terdapat toko-toko atau warung-

warung kecil, sehingga dapat mendorong masyarakat memilih melakukan

pengobatan sendiri. Banyaknya obat yang dijual di pasaran dan ketersediaan

obat yang melimpah di toko-toko atau warung memudahkan masyarakat

untuk melakukan pengobatan mandiri, biaya yang murah, relatif lebih cepat,

pengaruh informasi dari iklan dan praktis serta menghemat waktu menjadi

alasan memilih pengobatan secara mandiri, tetapi pada pelaksaannya

pengobatan sendiri dapat terjadinya kesalahan pengobatan karena

keterbatasan pengetahuan masyarakat tentang obat dan penggunaannya.

Masyarakat hanya cenderung melihat merk obatnya saja tanpa mengetahui

kandungannya, dosis dan efek samping yang akan terjadi.


3

Penelitian pengetahuan dengan pemilihan obat pada swamedikasi

batuk pernah dilakukan, hasil yang diperoleh menunjukan nilai rata-rata

responden masuk dalam kategori sedang. Swamedikasi dilakukan karena

mengatasi secara cepat dan efektif keluhan yang tidak memerlukan

konsultasi medis (Asmoro, 2015)

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mendapatkan

“Gambaran pengetahuan mengenai swamedikasi pemilihan obat batuk

pada masyarakat desa WonokromoKecamatan Comal Kabupaten

Pemalang”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan dibahas

dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan mengenai

swamedikasi pemilihian obat batuk pada masyarakat Desa Wonokromo

Kecamatan Comal Kabupaten Pemalangditinjau dari jenis kelamin, usia,

pekerjaan, dan pendidikan?

1.3 Batasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan karena begitu banyak faktor-faktor

yang mempengaruhi penelitian. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi

masalah di atas, maka perlu ada batasan masalah untuk memfokuskan pada

objek penelitian. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :


4

1) Penelitian ini dilakukan di Desa Wonokromo Rt 22 Rw 06 Kecamatan

Comal Kabupaten Pemalang.

2) Responden yang bermukim di Rt 22 Rw 06 Kecamatan Comal

Kabupaten Pemalang

3) Penelitian ini dilakukan pada responden dengan usia 17 tahun – 70

tahun.

4) Penelitian ini dilakukan pada responden yang pernah melakukan

swamedikasi batuk.

5) Penelitian ini dilakukan menggunakan kuisioner.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan

mengenai swamedikasi pemilihan obat batuk pada masyarakat desa

Wonokromo Rt 22 Rw 06 kecamatan Comal Kabupaten Pemalang.

1.5 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

berbagai pihak diantaranya sebagai berikut :

1. Bagi Dunia Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mendukung

perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan yang terkait

tentang pengetahuan mengenai swamedikasi pemilihan obat batuk.


5

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman selama

proses penelitian berlangsung dan dapat menjadi dasar bagi penelitian

selanjutnya yang ingin meneliti terkait hal-hal mengenai swamedikasi

pemilihan obat batuk.

3. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan

perilaku mengenai pemilihan dan penggunaan obat batuk secara

swamedikasi dan sebagai dorongan untuk lebih aktif dalam mencari

informasi tentang obat batuk.


6

1.6 Keaslian Penelitian

Penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah :

Tabel 1. 1 Keaslian Penelitian

Pembeda Ana Hidayati, Haafizah Jefrin Sambara, Ni Nyoman Alfiah Yuni Achiriani
Dania, Murtyk Yuliani, Yantri Bureni (2018)
Dyahajeng Puspitasari (2014)
(2017)

Judul Tingkat pengetahuan Tingkat pengetahuan dan Gambaran


penggunaan obat bebas pemahaman masyarakat pengetahuan
dan obat bebas terbatas tentang penggunaan obat mengenai
untuk swamedikasi pada yang benar di Kota Kupang swamedikasi
masyarakat Rw 08 tahun 2014 pemilihan obat batuk
Morobangun Jogotirto pada masyarakat desa
Berbah Sleman Wonokromo
Yogyakarta kecamatan Comal
Kabupaten Pemalang

Variabel Tingkat pengetahuan tingkat pengetahuan dan pengetahuan


penggunaan obat bebas pemahaman masyarakat mengenai
dan obat bebas terbatas tentang penggunaan obat swamedikasi
untuk swamedikasi pada yang benar pemilihan obat batuk
masyarakat pada masyarakat

Metode Analisis secara Survei yang bersifat Metode penelitian ini


Penelitian observasional deskriptif. deskriptif. adalah Deskriptif

Hasil Hasil penelitian Berdasarkan indikator yang Hasil penelitian


Penelitian menunjukan bahwa dinilai, tingkat pengetahuan menunjukan bahwa
responden yang dan pemahaman terendah responden yang
mempunyai tingkat terdapat pada indikator memiliki tingkat
pengetahuan baik dosis obat (11,11%) dan pengetahuan tinggi
penggunaan obat bebas yang tertinggi juga terdapat sebanyak 39
dan obat bebas terbatas pada indikator dosis obat responden (78%) dan
sebanyak 75 responden (95,93%). Berdasarkan tingkat pengetahuan
(42,9%), dan tingkat karakteristik responden, sedang sebanyak 11
pengetahuan kurang tingkat pengetahuan dan responden (22%)
baik penggunaan obat pemahaman
bebas dan obat
7

Tabel 2.1 Lanjutan

bebas terbatas sebanyak terendah terdapat pada


100 responden (57,1%) kelompok umur 17 – 30
tahun (54,76%), tingkat
pendidikan SD (60,71%)
dan jenis pekerjaan
wiraswasta (57,89%).
Sedangkan tingkat
pengetahuan dan
pemahaman tertinggi
terdapat pada kelompok
umur ≥ 50 tahun (62,5%),
tingkat pendidikan
Akademik / Perguruan
Tinggi (55,71%) dan jenis
pekerjaan Ibu Rumah
Tangga (54,12%).

Aspek Teknik pengambilan Teknik pengambilan Metode pengambilan


Lain sampel menggunakan sampelnya menggunakan sampel menggunakan
nonrandom sampling cluser sampling (area metode quota
dengan metode sampling) sampling.
accidental sampling.

Sumber : Penelitian Terdahulu


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliknya ( mata, hidung,

telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2010)

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau

tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat

pengetahuan, yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,

tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain.

8
9

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/ atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara kompenen-komponen

yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo,

2010)

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan dibagi menjadi dua

bagian, yaitu :

a. Faktor internal

1. Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi seperti hal-hal

yang menunjang dalam peningkatan kesehatan. Pada umumnya

makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah menerima

informasi.

2. Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.


10

3. Umur

Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang

akan lebih matang dalam berfikir dan berkerja (Wawan dan Dewi,

2010)

b. Faktor Eksternal

1. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia

dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku orang atau kelompok.

2. Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat

mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi (Wawan dan

Dewi, 2010)

2.2 Swamedikasi

2.2.1 Definisi

Menurut World Health Organization (WHO) swamedikasi

diartikan sebagai tindakan sendiri untukmengobati segala keluhan

pada diri sendiri atau sebagai pemilihan dan penggunaan obat,

termasuk pengobatan herbal dan tradisional, oleh individu untuk

merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit (Hastuti,

Perwitasari, dan Widyaningsih, 2015)


11

Pengobatan sendiri atau disebut dengan swamedikasi merupakan

upaya yang peling banyak dilakukan masyarakat untuk mengatasi

penyakit sebelum mencari pertolongan dari tenaga kesehatan (Saud

dan Jalil, 2017)

Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-

keluhan dan penyakit ringan yang sering terjadi di kalangan

masyarakat, seperti deman, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit

maag, cacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain (Saud dan Jalil,

2017)

2.2.2 Syarat Swamedikasi

Hal yang harus diperhatikan dalam swamedikasi menurut WHO

adalah penyakit yang diderita adalah penyakit dan gejala ringan yang

tidak diperlukan untuk datang ke dokter atau tenaga medis

lainnya.Selain itu obat yang dijual adalah obat golongan over-the-

counter (OTC)(Mardliyah, 2016)

2.2.3 Faktor – Faktor Swamedikasi

Menurut WHO, peningkatan kesadaran untuk perawatan sendiri

ataupun pengobatan sendiri (swamedikasi) diakibatkan oleh beberapa

factor, berikut :

1. Faktor Sosial Ekonomi

Dengan meningkatnya pemberdayaan masyarakat, berakibat pada

semakin tinggi tingkat pendidikan dan semakin mudah akses untuk

mendapatkan informasi.
12

2. Gaya Hidup

Kesadaran mengenai adanya gaya hidup yang dapat berakibat pada

kesehatan, membuat semakin banyak orang lain lebih peduli untuk

menjaga kesehatan dari pada harus mengobati.

3. Kemudahan Mempeoleh Produk Obat

Saat ini, pasien lebih memilih kenyamanan membeli obat bisa

diperoleh dimana saja dibandingkan harus menunggu lama di

rumah sakit atau klinik.

4. Faktor Kesehatan Lingkungan

Dengan adanya praktik sanitasi yang baik, pemilihan nutrisi yang

tepat serta lingkungan perumahan yang sehat mampu

meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menjaga dan

mempertahankan kesehatan serta mencegah terkena penyakit.

5. Ketersediaan Produk Baru

Saat ini, semakin banyak tersedia produk obat baru yang lebih

sesuai untuk swamedikasi.Selain itu, ada juga beberapa produk

obat yang telah dikenal sejak lama serta mempunyai indeks

keamanan yang baik dan di masukan kedalam katagori obat bebas,

sehingga membuat pilihan produk obat untuk swamedikasi

semakin banyak(Manan, 2014)

2.2.4 Penghentian Swamedikasi

Penghentian swamedikasi menurut BPOM, 2014 harus dihentikan

bila:
13

1. Timbul gejala lain seperti pusing, sakit kepala, mual dan muntah

2. Terjadi rekasi alergi seperti gatal-gatal dan kemerahan pada kulit

3. Salah minum obat atau minum obat dengan dosis yang

salah(Mardliyah, 2016)

2.2.5 Keuntungan Swamedikasi

Menurut WHO Drug information Vol.14, (2000) keuntungan

melakukan swamedikasi sebagai berikut :

a. Memberikan fasilitas untuk bisa mendapatkan obat

b. Mengurangi biaya berobat ke dokter

c. Memudahkan masyarakat mendapatkan obat tanpa harus datang

ke dokter umum atau spesialis(Mardliyah, 2016)

2.2.6 Kerugian Swamedikasi

Menurut WHO Drug information Vol.4, (2000) kerugian

melakukan swamedikasi sebagai berikut :

a. Terjadinya interaksi obat swamedikasi dengan obat lainnya

b. Tidak diperhatikan kontraindikasi obat dengan kondisi pasien

seperti, hamil, menyusui, penggunaan untuk anak-anak,

pengemudi, kondisi berkerja, konsumsi alkohol atau lainnya

(Mardliyah, 2016)
14

2.3 Batuk

2.3.1 Definisi

Batuk adalah poses ekspirasi (penghembusan nafas) yang

eksplosif yang memberika mekanisme proteksi normal untuk

membersihkan saluran pernafasan dari adanya sekresi atau benda

asing yang mengganggu (Ikawati, 2011)

Batuk merupakan salah satu gangguan kesehatan yang dianggap

ringan atau suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda

asing dari saluran pernafasan. Batuk juga melindungi paru-paru dari

aspirasi asing yaitu masuknya benda asing dari saluran cerna maupun

saluran nafas bagian atas. Saluran nafas bagian atas dimulai dari

tenggorokan , trakhea, bronkhioli sampai ke jaringan paru (Djunarko

dan Hendrawati, 2011)

Batuk adalah suatu refleks fisiologi proktektif yang bermanfaat

untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari

dahak, debu, zat-zat perangsang asing yang dihirup, partikel-partikel

asing dan unsur-unsur infeksi. Orang sehat hampir tidak batuk sama

sekali berkat mekanisme pembersihan dari bulu getar di dinding

bronchi, yang berfungsi menggerakan dahak keluar dari paru-paru

menuju batang tenggorok. Cilia ini bantu menghindarkan masuknya

zat-zat asing ke saluran napas (Linnisaa dan Wati, 2013). Refleks

batuk dapat ditimbulkan oleh sebab mekanis seperti asap rokok, debu,
15

tumor, perubahan suhu secara mendadak, rangsangan kimiawi seperti

gas, bau-bauan, peradangan (infeksi) dan alergi (Sugiyarto, 2008)

Kesadaran akan gangguan yang ditimbulkan batuk bervariasi

untuk masing-masing penderita, batuk dapat mengganggu jika

timbulnya mendadak terutama disertai nyeri dada, sesak nafas, atau

dahak yang banyak. Namun, batuk yang kronis (menahun), misalnya

pada perokok yang menderita infeksi saluran pernafasan, penderita

mungkin sulit menyadarinya dan mungkin menganggapnya normal

(Sugiyarto, 2008)

2.3.2 Etiologi

Batuk dapat dipicu oleh berbagai iritan yang memasuki cabang

trakeobronkial melalui inhalasi (asap, debu, asap rokok) atau melalui

aspirasi (sekresi jalan nafas, benda asing, isi lambung). Jika batuknya

disebabkan karena iritasi oleh adanya sekresi jalan nafas (seperti

postnasal drip) atau isi lambung, faktor pemicunya mungkin tidak

dikenal dan batuknya bersifat persisten. Paparan terhadap iritan

semacam itu yang berkepanjangan dapat menimbulkan inflasmasi

jalan nafas, yang dapat juga memacu batuk dan menyebabkan jalan

nafas menjadi lebih sensitif (Ikawati, 2011)

Kebanyakan orang menganggap bahwa batuk adalah penyakit

ringan yang bisa sembuh sendiri. Meskipun demikian, bukan tidak

mungkin batuk yang lama selain sangat menjengkelkan dan bisa


16

menular, bisa juga menimbulkan infeksi sekunder pada saluran

pernafasan. Batuk dapat ditimbulkan oleh stimulasi infeksi

(peradangan), mekanis, kimiawi, dan termal (suhu) pada reseptor

batuk (Sugiyarto, 2008)

Stimulasi infeksi ditimbulkan oleh peradangan lapisan mukosa

(lendir) saluran pernafasan , seperti pada penyakit influeza, bronchitis

yang disebabkan oleh bakteri atau virus, dan merokok yang

berlebihan. Batuk yang disebabkan oleh infeksi oleh bakteri atau virus

ini biasanya disertai pilek, hidung tersumbat. Hingga saat ini belum

ditemukan obat-obatan untuk penyakit infeksi saluran pernafasan yang

disebabkan oleh virus, sehingga hanya diberikan pengobatan untuk

menghentikan gejalanya. Pada keadaan ini apa bila tidak disertai

dengan suhu tubuh yang meningkat, biasanya penderita bisa mencari

pengobatan sendiri untuk menghentikan gejalanya (Sugiyarto, 2008)

Stimulasi mekanis ditimbulkan oleh karena masuknya pertikel-

partikel kecil seperti debu, dan oleh karena penekanan atau tegangan

saluran pernafasan misalnya karena penekanan tumor atau bisa juga

karena penerunan kelenturan jaringan paru yang disebabkan jaringan

perut, atau edema perut (adanya cairan dalam paru) (Sugiyarto 2008)

Penyebab batuk lainnya adalah peradangan dari jaringan paru

(pneumonia), tumor dan juga akibat efek samping beberapa obat

(penghambat-ACE). Batuk juga merupakan gejala terpenting pada

penyakit kanker paru. Penyakit tuberkulosa di lain pihak, tidak selalu


17

harus disertai batuk, walaupun gejala ini sangat penting. Selanjutnya

batuk adalah gejala lazim pada penyakit tifus dan pada dekompensasi

jantung, terutama pada manula, begitu pula pada asma dan keadaan

psikis (kebiasaan atau “tic”). Akhirnya batuk yang tidak

sembuhsembuh dan batuk darah terutama pada anakanak dapat pula

disebabkan oleh penyakit cacing, misalnya oleh cacing gelang

(Linnisaa dan Wati, 2013)

Disamping gangguan-gangguan tersebut, batuk bisa juga dipicu

oleh stimulasi reseptor-reseptor yang terdapat di mukosa dari seluruh

saluran napas, (termasuk tenggorok), juga dalam lambung. Bila

reseptor ini yang peka bagi zat-zat perangsang distimulir, lazimnya

timbullah refleks batuk. Saraf-saraf tertentu menyalurkan isyarat-

isyarat ke pusat batuk di sumsum lanjutan (medulla oblongata), yang

kemudian mengkoordinir serangkaian proses yang menjurus ke

respons batuk. Batuk yang berlarut-larut merupakan beban serius bagi

banyak penderita dan menimbulkan berbagai keluhan lain seperti

sukar tidur, keletihan dan inkontinensi urin (Linnisaa dan Wati, 2013)

2.3.3 Patofisiologi

Pada epitelium saluran nafas (bronkus dan trakea) terdapat

lapisan tipis mukus yang melapisi dan ia dibersihkan oleh gerakan

sentripetal atau escalator mukosiliar. Batuk betindak membersihkan

jalan nafas ketika terdapat terlalu banyak benda-benda asing yang

terhirup, jika terdapat lendir dalam jumlah berlebihan akibat


18

sekresiyang berlebihan atau pembersihan lendir terganggu, dan jika

ada sejumlah besar subsatansi abnormaldijalan nafas seperti cairan

edemaatau nanah (Ikawati, 2011)

Refleks batuk dimulai denga adanya stimulasi pada reseptor.

Reseptor batuk termasuk golongan reseptor yang secara cepat

beradaptasi terhadap adanya iritan. Studi histologipada saluran nafas

baik pada hewan dan manusia menunjukan bahwa ada ujung saraf

yang berlokasi di dalam epiteliumdi hampir sepanjang saluran nafas.

Ujung saraf itu paling banyak dijumpai pada dinding posterior trakea,

pada karina, dan pada daerah percabangan saluran nafas utama, lebih

sedikit pada saluran nafas bagian lebih bawah, dan tidak ada sama

sekali pada bronkiolus. Di luar saluran nafas bawah, reseptor batuk

juga dijumpai pada faring. Reseptor batuk ini dapat dipicu oleh

adanya stimulus kimia maupun mekanis (Ikawati, 2011)

2.3.4 Mekanisme

Batuk disebabkan oleh stimulasi pada reseptor, baik pada

reseptor kimiawi maupun mekanik yang terletak dilapisan mukosa

(lendir) saluran pernafasan dan paru-paru. Kemudian rangsangan

tersebut dibawa oleh serabut syaraf menuju kepusat batuk diotak yang

kemudian akan mengkoordinir otot-otot tulang iga, otot-otot perut,

dan diafragma (sekat antara rongga dada dengan rongga perut)

sehingga menyebabkan terjadinya batuk (Sugiyarto, 2008)


19

Batuk dapat dipicu secara refleks ataupun disengaja. Sebagaian

refleks pertahanan diri, batuk di pengaruhi oleh jalur saraf afferen dan

efferen. Batuk diawali denganinspirasi dalam diikuti dengan

penutupan glotis, relaksasi diafragma, dan kontraksi otot melawan

glotis yang menutup. Hasilnya akan terjadi tekanan positif pada

intratoraks yang menyebabkan penyempitan trakea. Sekali glotis

terbuka, perbedaan tekanan yang besar antara saluran nafas dan udara

luar (atmosfir) bersama dengan penyempitan trakea. Akan

menghasilkan aliran udara yang cepat melalui trakea. Kekuatan

eksplosif ini akan menyapu sekret dan beda asing yang ada disaluran

nafas (Ikawati, 2011)

Batuk dimulai dengan tarikan nafas yang dalam diikuti

penutupan glotis (katup tenggorokan), dan kontraksi yang kuat pada

dinding dada, dinding perut dan otot diafragma yang melawan glotis

terbuka, terjadi pengeluaran nafas kuat yang mendorong keluarnya

mukus, debu dan benda asing dari sistem pernafasan bawah. Pusat

kontrol pernafasan yang akan menciptakan suatu respon batuk yang

kompleks (Sugiyarto, 2008)

Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase,

yaitu fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi. Batuk biasanya

bermula inhalasi sejumlah udara, kemudian glotis akan menutup dan

tekanan di dalam paru akan meningkat akhirnya diikuti dengan


20

pembukaan glotis secara tiba-tiba dan ekspirasi sejumlah udara dalam

kecepatan tertentu (Sugiyarto, 2008)

Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari

sejumlah besar udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka.

Volume udara yang diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya,

berkisaran antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu

fungsional. Penelitian lain menyebutkan jumlah udara yang dihisap

berkisar antara 50% dari tidal volume sampai 50% dari kapasitas vital.

Ada dua manfaat utama dihisapnya sejumlah besar volume ini.

Pertama, volume yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya

dan dapat menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat.

Manfaat kedua, volume yang besar akan memperkecil rongga udara

yang tertutup sehingga pengeluaran sekret akan lebih mudah

(Sugiyarto, 2008)

Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana

glotis akan tertutup selama 0,2 detik. Tertutupnya glotis merupakan

ciri khas batuk, yang membedakannya dengan manuver ekspirasi

paksa lain karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda. Di pihak

lain, batuk juga dapat terjadi tanpa penutupan glotis. Kemudian,

secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsung fase ekspirasi. Udara

akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran nafas serta udara yang

ada sehingga menimbulkan suara batuk yang kita kenal (Sugiyarto,

2008)
21

2.3.5 Gejala dan Tanda

Batuk ditandai dengan adanya gatal pada tenggorokan,

tenggorokan sakit, reflek batuk dan postnasal drip. Sedangkan batuk

yang disebabkan oleh bakteri virus maupun jamur diawali dengan

tenggorokan serak dan kering kemudian keluar sputum dengan disertai

reflek batuk yang pendek. Selain demam, nyeri dada, dan kongesti,

infeksi pada batuk juga ditandai adanya dahak yang berwarna bukan

bening maupun putih (Sugiyarto, 2008)

Batuk berdahak pada umunya disebabkan oleh influenza.

Gejalanya yaitu demam yang ditinggi disertai otot tubuh kaku, bersin-

bersin, hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan. Namun, batuk

berdahak juga timbul akibat peradangan pada paru-paru. Juga tidak

segera diobati, bisa terjadi batuk berdahak akut. (Manan, 2014)

Batuk dahak akut kemungkinan besar sulit diobati. Batuk dahak

berlebihan menimbulkan infeksi. Batuk berdahak yang terlalu sering

membuat tenggorokan menjadi luka dan mengakibatkan tersumbatnya

saluran pernafasan (Manan, 2014)

2.3.6 Penyebab

Ada beberapa penyebab batuk diantaranya :

a. Infeksi di saluran pernafasan bagian atas yang merupakan gejala

flu;

b. Infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA)

c. Alergi
22

d. Asam atau tuberculosis;

e. Benda asing yang termasuk ke dalam saluran napas;

f. Tersedak akibat minum susu

g. Menghirup asap rokok dari orang sekitar;

h. Batuk psikogenik (batuk ini banyak diakibatkan karena masalah

emosi dan psikologis);

i. Batuk disebabkan makanan yang merangsang tenggorokan;

j. Batuk dikarenakan kanker

k. Batuk akibat sering merokok (sulit diatasi jika hanya

menggunakan obat batuk simtomatik); dan

l. Batuk berdahak akibat adanya kelainan dalam tubuh, terutama

pada saluran napas atau bronkitis (Manan, 2014)

2.3.7 Jenis-jenis Batuk

A. Batuk berdasarkan Produktivitasnya

Berdasarkan produktivitasnya, batuk dapat dibedakan menjadi 2

jenis, yaitu batuk produktif (batuk berdahak) dan batuk non prokduktif

(batuk kering)

1. Batuk produktif (batuk berdahak) merupakan batuk dengan

disertai pengeluaran sekret dari saluran pernafasan yang bila

ditahan untuk tidak dikeluarkan dapat menurunkan kemampuan

jalan pernafasan dan paru-paru dalam melawan infeksi. Sekret

yang dikeluarkan dapat berupa cairan bening (pada bronkhitis),


23

purulent (pada infeksi bakteri), berwarna keruh ataupun berbau

(Sugiyarto, 2008)

Tetapi dalam praktek seringkali batuk yang hebat

mengganggu tidur dan meletihkan pasien ataupun berbahaya,

misalnya setelah pembedahan. Untuk meringankan dan

mengurangi frekuensi batuk umumnya dilakukan terapi

simtomatis dengan obat-obat batuk (antitussiva), yakni zat

pelunak, ekspektoransia, mukolitika dan pereda batuk (Linnisaa

dan Wati, 2013)

2. Batuk Non produktif bersifat “kering” tanpa adanya dahak,

misalnya pada batuk rejan (pertussis, kinkhoest), atau juga karena

pengeluarannya memang tidak mungkin, seperti pada tumor.

Batuk menggelitik ini tidak ada manfaatnya, menjengkelkan dan

seringkali mengganggu tidur. Bila tidak diobati, batuk demikian

akan berulang terus karena pengeluaran udara cepat pada waktu

batuk akan kembali merangsang mukosa tenggorok dan farynx

(Linnisaa dan Wati, 2013)

Batuk non produktif (batuk kering) menimbulkan

ketidaknyamanan dalam beraktivitas. Batuk non produktif dapat

disebabkan oleh infeksi virus pada saluran pernafasan, infeksi

bakteri, penyakit refluks gastroesophageal, penyakit jantung, dan

obat-obatan (Sugiyarto, 2008)

B. Batuk berdasarkan durasinya


24

Menurut Irwin Madison (2000), batuk digolongkan menjadi 3

katagori berdasarkan durasinya, yaitu batuk akut, batuk sub akut, dan

batuk kronis (Ikawati, 2011)

1. Batuk akut

Batuk akut adalah batuk yang terjadi dan berakhir kurang

dari 3 minggu. Meskipun belum ada studi tentang spektrum dan

frekuensi penyebab batuk akut, pengalaman klinik menunjukan

bahwa penyebab utama batuk akut adalah infeksi saluran nafas

atas, seperti salesma, sinusitis, bakteri akut, pertusis,eksaserbasi,

akut PPOK, rinitis alergi, atau rinitis karena iritan. Infeksi virus

saluran nafas atas merupakan penyebab utama batuk akut

(Ikawati, 2011)

2. Batuk subakut

Batuk yang terjadi selama 3 – 8 minggu dikelompokan pada

batuk sub akut. Untuk mendiagnosis penyebab terjadinya batk

jenis ini, direkomendasikan adanya pendekatan klinik

berdasarkan terapi empirik dan uji lab terbatas. Jika batuk tidak

terkait dengan infeksi pernafasan, pasien harus dielavuasi dengan

cara yang sama seperti pada batuk kronis. Untuk batuk yang

dimulai bersamaan dengan adanya infeksi pernafasan dan

berakhir 3 – 8 minggu, penyebabnya yang paling umum adalah

batuk pasca infeksi (post infectious cough), sinusitis bakteri, atau

asma. Batuk pasca infeksi didefinisikan sebagai batuk yang


25

dimulai bersamaan dengan ISPA yang tidak berkomplikasi

dengan pneumonia (dengan rontgen dada normal), dan umumnya

dapat sembuh tanpa pengobatan. Jika batuk pasien disertai suara-

suara pernafasan seperti mengi, maka perlu pemeriksaan lebih

lanjut untuk dugaan asma (Ikawati, 2011)

3. Batuk kronis

Meskipun batuk ini terjadi lebih dari 8 minggu dapat

disebabkan oleh banyak penyakit yang berbeda, tetapi pada

banyak kasus biasanya mengarah pada satu atau hanya sedikit

diagnosis. Diagnosis yang pasti untuk batuk kronis disadarkan

pada observasi terhadap terapi spesifik yang bisa mengurangi

batuk.

Penelitian menunjukan bahwa pada 95% pasien yang

mengalami batuk kronis, penyebabnya anatara lain adalah post

nasal drip, sinusitis, asma, penyakit refluks gastroesofagal

(GRED), bronkitis kronis karena merokok, bronkiektasis, atau

penggunaan obat golongan inhibitor ACE. Lima persen sisanya

disebabkan oleh penyakit yang lebih jarang yaitu kanker paru,

sarkoidosis, gagal jatung kanan, dan aspirasi karena disfungsi

faring. Jika tidak ada penyebab fisik lain, batuk kronis juga bisa

disebabkan oleh faktor psikologis (Ikawati, 2011)


26

2.3.8 Penatalaksanaan

a. Tujuan Terapi

Tujuan pengobatan batuk adalah untuk meminimalkan

gejala dan menghilangkan atau mengatasi penyebab

batuk.(Ikawati, 2011)

b. Sasaran Terapi

Bila diketahui penyebabnya sasaran terapi batuk adalah

penyebab batuk (terapi spesifik/kausatif), sedangkan bila tidak

diketahui penyebabnya sasaran terapi batuk adalah gejala yang

terjadi saat batuk (terapu nonspesifik/simptomatik) (Sugiyarto,

2008)

c. Strategi Terapi

Terapi spesifik ditujukan bila agen yang menyebabkan

batuk dapat diketahui.Misalnya dengan mengurangi atau

mengeliminasi agen eksogen (rokok, golongan obat ACEI yang

digunakan) dan mengatasi pemicu endogen (postnasal drip,

penyakit refluks gastroesophagel) yang menyebabkan batuk

(Sugiyarto, 2008)

Pada terapi simptomatik batuk, strategi terapi yang

dilakukan untuk batuk produktif adalah meningkatkan aliran

dahak dan mengencerkan dahak, sedangkan pada batuk

nonproduktif dengan menekan reseptor atau pusat batuk.Strategi


27

terapi untuk mengatasi batuk ada dua macam yaitu farmakologis

dan nonfarmakologis.

1) Terapi Farmakologis

Terapi Farmakologis adalah terapi dengan menggunakan

obat. Pada dasarnya penatalaksanaan batuk harus disesuaikan

dengan dugaan penyebabnya, disamping untuk mengurangi gejala

itu sendiri. Obat batuk dapat digolongkan menjadi empat golongan

besar, yaitu :

a) Antitusif

Antitusif menurut Wijoyo (2000) adalah golongan obat

yang bersifat meredakan/menekan batuk, sedangkan menyatakan

bahwa obat batuk golongan antitusif berfungsi menaikkan ambang

batuk. Mekanisme kerja obat golongan antitusif yaitu dengan cara

menekan pusat-pusat batuk secara langsung, baik yang berada di

sumsum sambungan (medulla) atau mungkin berkerja terhadap

pusat saraf yang lebih tinggi (di otak) dengan efek tranquilizer

(menenangkan).

Obat yang termasuk golongan ini cocok digunakan untuk

meringankan gejala batuk kering/nonproduktif.Golongan antitusif

yang disetujui oleh FDA (Food and Drug Administation) meliputi

kodein, dekstrometorfan dan difenihidramin.

b) Ekspektoran
28

Obat ini mempunyai fungsi berkebalikan dengan

antitusif.Obat golongan ekspektoran merangsang pengeluaran

dahak dari saluran nafas. Mekanisme kerja obat ini diduga

berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara

reflex merangsang sekresi kelenjar saluran nafas lewat saraf

vagus, sehingga menurunkan viskositas dan mempermudah

pengeluaran dahak. Obat batuk golongan ini digunakan untuk

meringankan batuk berdahak atau batuk produktif. Zat aktif yang

termasuk golongan ekspektoran antara lain gliseril guaikolat

(guaifenesin), amonium klorida, serta sirup ipekak.

Guaifenesin melonggarkan dan mengencerkan sekresi

saluran pernafasan, dan meminimalkan produksi dari batuk

produktif.Efek samping yang dapat timbul antara lain mual,

muntah, pusing, ruam-ruam, diare, mengantuk, dan sakit

perut.Guaifenesin dikontraindikasikan pada orang-orang yang

mempunyai hipersensitivitas terhadap guaifenesin.

Amonium klorida merupakan garam amonium yang banyak

ditemukan dalam obat batuk dan tidak memiliki efek samping

yang serius.Dan berfungsi sebagai pengencer dahak.Sirup ipekak

merupakan senyawa alkaloid.Alkaloid yang bertanggung jawab

terhadap efek terapetik maupun toksiknya adalah ementin dan

cephaeline.Penggunaan sirup ipekak untuk anak-anak dengan


29

dosis setidaknya 10 ml harus dihindari karena dapat berakibat

fatal(Sugiyarto, 2008)

c) Mukolitik

Mukolitik adalah golongan obat batuk yang mekanisme

kerjanya hamper sama dengan ekspektoran. Mukolitik berkerja

dengan mengencerkan secret saluran nafas dengan jalan memecah

benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari

dahak.Bahan-bahan yang termasuk golongan mukolitik yaitu

asetilsistein dan bromheksin(Sugiyarto, 2008)

d) Antitusif topical

Minyak menguap dari camphor, mentol, dan eucalyptus

merupakan obatan dengan bau kuat untuk pengobatan yang

kemungkinan mempunyai efek topical antitusif, analgesic,

anastetik, dan aktivitas antipruritik.Mekanisme kerja dari obat

golongan antitusif topical ini adalah menstimulasi syaraf sensoris

dari hidung dan mukosa melalui uap air yang dihirup sehingga

menimbulkan sensasi analgesic local dan pernafasan terasa lega.

Toksisitas yang dapat ditimbulkan bila antitusif topical yang

mengandung camphor atau mentol masuk kedalam saluran

pernafasan antara lain rasa terbakar dalam mulut, mual, muntah,

gangguan epigastrum, gelisah, delirium, seizures, dan kematian

(Sugiyarto, 2008)
30

2) Terapi Non Farmakologis

Terapi nonfarmakologis untuk mengatasi batuk ada

beberapa macam.Humidifiers meningkatkan kelembapan udara

yang dihirup.Kelembapan yang meningkat dapat mengurangi

iritasi pada saluran pernafasan dan mengurangi batuk.Vaporizers

adalah humidifiers yang baik untuk mengobati batuk atau dapat

menggunakan inhalan volatile.Penggunaan cool-mist vaporizers

dan humidifiers lebih baik untuk digunakan dalam terapi batuk.

Terapi nonfarmakologis yang lain meliputi lozenges dan hidrasi.

Menurut Cooke (1997), asupan cairan sebesar 2-3 L/hari

dapat menurunkan viskositas sputum.Minuman yang panas yang

dapat menambah produksi sputum.Terapi fisik pada dada dapat

membantu drainase sputum dan batuk. Bila sputum banyak,

drainase postural secara teratur akan bermanfaat, misalnya

pergantian posisi tidur di sisi kiri dan kanan. Permen keras dan

lozenges yang tidak mengadung obat juga dapat mengurangi iritasi

saluran pernafasan dan mengurangi batuk (Sugiyarto, 2008)

2.4 Masyarakat

Manusia adalah makhluk sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa

hidup sendiri sehingga membentuk kesatuan hidup yang dinamakan

masyarakat. Ada 2 definisi masyarakat menurut Koentjaraningrat dan J.L.

Gillin dan J.L. Gillin. Koentjaraningrat (1996) menyatakan bahwa


31

masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai dengan

sistem adat istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat

oleh suatu rasa identitas bersama. Sedangkan menurut J.L. Gillin dan J.L.

Gillin (1954), masyarakat adalah kelompok manusia yang besar yang

mempunyai kebiasaan, sikap, tradisi, dan perasaan persatuan yang bersama

(Notoatmodjo, 2010)

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau

dengan istilah lain saling berinteraksi. Masyarakat adalah sejumlah manusia

dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka

anggap sama, dan secara bahas masyarakat adalah orang yang memiliki

bahasa bersama, yang merasa termasuk dalam kelompok itu, atau yang

berpegang pada bahasa yang sama (Mubarak dan Nurul, 2009)

Menurut Koentjaraningrat (1996), unsur masyarakat dikelompokan

kedalam 2 bagian, yaitu :

a. Kesatuan sosial

Kesatuan sosial merupakan bentuk dan sususan dari kesatuan-kesatuan

individu yang berinteraksi dalam kehidupan masyarakat yaitu meliputi

kerumunan, golongan, dan kelompok.

b. Pranata sosial

Pranata sosial adalah himpuan norma-norma dari segala tingkatan yang

berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat

(Notoatmodjo, 2010)
32

2.5 Kabupaten Pemalang

Pemalang adalah sebuah kabupaten di provisi Jawa Tengah.

Ibukotanya adalah Kota Pemalang. Kabupaten ini berbatasan dengan laut

jawa dibagian utara, Kabupaten Pekalongan di bagian timur, Kabupaten

Purbalingga dibagian selatan, dan Kabupaten Tegal di bagian barat.

Kabupaten pemalang terletak di pantai utara pulau jawa. Luas

wilayah kabupaten ini ialah sebesar 111.530 km2 dengan jumlah total

popolasi tahun 2010 sebanyak 1.261.049 jiwa.

Kabupaten pemalang terdiri atas 14 kecamatan, salah satunya adalah

kecamatan comal yang terletak di bagian timur kabupaten Pemalang. Serta

kecamatan comal terdiri dari beberapa kelurahan atau desa utama yang salah

satunya adalah Desa Wonokromo dengan penduduk yang sebagian besar

bekerja sebagai petani, peternak dan pegawai negri.

2.6 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah penjabaran dari tinjauan teori serta disusun

untuk memecahkan masalah(Supardi dan Surahman, 2014)

Menurut Green,kesehatan individu atau masyarakat yang dipengaruhi

oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor non perilaku.

Selanjutnya, faktor perilaku ditentukan oleh 3 faktor yaitu faktor

predisposisi atau predisngposing, faktor pemungkin atau enabling, dan

faktor penguat atau reinforcing(Notoatmodjo, 2010)


33

Faktor predisposisi mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan,

keyakinan, nilai-nilai dan lain sebagainya.Faktor pendukung adalah fasilitas,

sarana atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya

perilaku seseorang atau masyarakat, Sedangkan faktor penguat terwujud

dalam bentuk dukungan keluarga, tetangga, dan tokoh masyarakat

(Notoatmodjo, 2010)

Tingkat pengetahuan :

1. Tahu
Tingkat Pengetahuan 2. Memahami
3. Aplikasi
4. Analisis
5. Sintesis
6. Evaluasi

Pengetahuan mengenai
swamedikasi pemilihan
obat batuk

Faktor – faktor yang


mempengaruhi
Pengetahuan :

1. Pendidikan
Tinggi Sedang Rendah
2. Pekerjaan
3. Umur
4. Lingkungan
5. Sosial Budaya

Gambar 2.1 Kerangka Teori


34

2.7 Kerangka Konsep

Kerangka Konsep adalah uraian tentang hubungan anatara variabel-

variabel yang terkait dengan masalah penelitian dan dibangun berdasarkan

teori atau kerangka pikir atau hasil studi sebelumnya sebagai pedoman

penelitian (Supardi dan Surahman, 2014). Menurut Notoatmodjo (2008)

untuk memudahkan alur penelitian maka harus dibuat kerangka konsep

penelitian. Adapun skema kerangka konsep dalam penelitian digambarkan

sebagai berikut :

Definisi Swamedikasi

Gambaran pengetahuan Definisi Batuk


mengenai swamedikasi
pemilihan obat batuk pada
masyarakat Ketepatan Gejala

Karakteristik Responden Ketepatan Jenis Obat Batuk


Meliputi :

1. Jenis kelamin
2. Umur
3. Pendidikan
4. Pekerjaan

Gambar 2.2 Kerangka Konsep


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian yang diteliti adalah bidang ilmu farmasi

sosial, penelitian ini bertempat di Desa Wonokromo Kecamatan Comal

Kabupaten pemalang. Penelitian ini dilakukan pada periode Febuari-Maret

2019 meliputi perancangan proposal, penyebaran angket atau kuisioner

untuk melakukan penelitian, dan observasi, olah data analisis hingga laporan

hasil penelitian.

3.2 Rancangan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan

rancangan deskriptif. Menurut (Alimul Hidayat, 2011), penelitian deskriptif

merupakan penelitian yang didalamnya tidak ada analisis hubungan

variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat yang bersifat umum yang

membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak, siapa, dan dianalisis

statistik yang digunakan adalah deskritif. Data yang dikumpulkan adalah

data kuantitatif menggunakan kuisioner. Menurut Sugiyono (2013)

Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data yang di angkakan.

Dalam hal ini peneliti menggunakan penelitian deskriptif yang

bertujuan untuk mengetahui “gambaran pengetahuan mengenai

swamedikasi pemilihan obat batuk pada masyarakat”.

35
36

3.3 Populasi, sampel, dan Teknik Sampling

3.3.1 Populasi

Populasi adalah sebuah himpuan dari individu-individu, unit-unit,

atau unsur-unsur yang mempunyai di ciri-ciri yang sama (Notoatmodjo,

2014). Populasi pada penelitian ini adalah masyarakat Desa

Wonokromo Rt 22 Rw 06 Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang

dengan usia 17 tahun – 70 tahun dengan jumlah 100 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti atau

sebagaian jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

(Notoatmodjo, 2014). Pada penelitian ini, teknik pengambilan sampel

dilakukan dengan purposive sampling. Purposive sampling adalah cara

pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti

untuk dapat dianggap mewakili karakteristik populasinya.

Penentuan jumlah sampel dihitung menggunakan rumus slovin

dengan tingkat kesalahan 10%.

=
1 + ( )

Keterangan :

n : ukuran variabel

N : ukuran populasi

d : Persentase kelongaran ketidak telitian karena kesalahan

adalah 10% (0,10)


37

Maka :

100
=
1 + 100 (0,10 )

= 50 Responden

Berdasarkan rumus tersebut, jumlah sampel yang digunakan

sebanyak 50 Responden, peneliti akan melakukan penelitian terhadap

50 responden melalui kuisioner untuk mengetahui gambaran

pengetahuan mengenai swamdikasi pemilihan obat batuk pada

masyarakat.

Sampel dalam penelitian ini dengan memperhatikan kriteria

inklusi. Kriteria inklusi merupakan karakteristik umum subjek

penelitian dari suatu populasi terget yang akan diteliti.

Kriteria inklusi pada penelitian ini yaitu:

1. Pernah melakukan swamedikasi batuk

2. Bersedia mengisi kuisioner

3. Berkenan dijadikan Responden

3.3.3 Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

dengan keseluruan subjek penelitian.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini

adalah secara” purposive sampling” adalah cara pengambilan sampel


38

berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh peneliti untuk dapat dianggap

mewakili karakteristik populasinya.

3.4 Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang konsep

pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2014)

Variabel pada penelitian ini adalah pengetahuan mengenai

swamedikasi pemilihan obat batuk pada masyarakat.

3.5 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2014).

Devinisi Operasional merupakan unsur penelitian yang akan

memberitaukan cara mengukur suatu variabel, dengan kata lain variabel

adalah semacam petunjuk pelaksanaan caranya mengukur suatu variabel

penelitian (Singarimbun, Masri, & Effendi, 2011).


39

Tabel 3.1 Tabel Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Kriteria Skala

1. Jenis kelamin Sifat atau keadaan Kuisioner 1. Laki-laki Nominal


biologis seseorang sejak 2. Perempuan
lahir
2. Usia Usia dari sejak Kuisioner 1. < 39 Tahun Ordinal
Tanggal lahir 2. >30 Tahun
sampai sekarang saat (Depkes, 2009)
menjadi responden
3. Pekerjaan Aktivitas yang Kuisioner 1. Swasta Nominal
dilakukan responden 2. PNS
sehari 3. Tidak berkerja
hari untuk
mendapat penghasilan
dan memberi nafkah bagi
keluarga
4. Pendidikan Pendidikan terakhir yang Kuisioner 1. Pendidikan Ordinal
ditempuh responden rendah ( tidak
tamat SD, tamat
SD/sederajat,
tamat
SMP/sederajat)
2. Pendidikan tinggi
(Tamat
SMA/sederajat
dan perguruan
tinggi)
(UU No.20 Tahun
2003)
5. Pengetahuan Kemampuan responden Kuisioner 1. Tinggi : ≥ 75% Ordinal
dalam mengetahui dan 2. Sedang: 56-74%
memahami tentang 3. Rendah: > 55%
swamedikasi batuk baik
mengetahui gejala
hingga pemilihan obat
yang tepat terhadap
penyakit batuk
6. Swamedikasi Pemilihan penggunaan
obat sendiri untuk
mengobati atau
mengendalikan penyakit
dan gejala penyakit
(WHO)
40

3.6 Jenis dan Sumber data

1. Jenis data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer.

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung diambil

dari objek atau subjek penelitian oleh peneliti (Riwidikdo, 2013).

Data primer adalah data yang di dapat dari sumber pertama baik

dari individu atau perseorangan seperti hasil wawancara yang biasa

dilakukan oleh peneliti (Nyoman, 2012). Data primer dalam penelitian

ini adalah kuisioner tingkat pengetahuan.

2. Cara pengumpulan data

Pengumpulan data adalah suatu rangkaian kegiatan penelitian

yang mencakup data yang dikumpulkan untuk menjawab masaslah

penelitian, cara pengumpulan data, dan alat pengumpulna data (Supardi

dan Surahman, 2014)

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kuisioner.

Kuisioner adalah instrumen penelitian yang berisi rangkaian pertanyaan

mengenai suatu hal untuk mendapatkan informasi penting dari

responden dengan cara kuisioner (Supardi dan Surahman, 2014).

Pengukuran kuisioner untuk responden bertujuan untuk mengetahui

mengenai swamedikasi pemilihan obat batuk. Pengambilan kuisioner

dilakukan dari rumah ke rumah.


41

Cara pengumpulan data sebagai berikut :

1. Setelah mendapatkan ijin dari ketua Prodi DIII Farmasi Politeknik

Harapan Bersama, langkah selanjutnya adalah mengajukan izin ke

Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat

kabupaten Pemalang

2. Selanjutnya mengajukan izin ke Bappeda kabupaten Pemalang dan

setelah itu ke Dinas Kesehatan Kabupaten Pemalang

3. Baru setelah itu mengajukan izin kekelurahan Desa Wonokromo

Kecamatan Comal kemudian ke RT 22 RW 06 Desa Wonokromo

Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang.

4. Pengumpulna data dengan menggunakan kuisioner yang dibagaikan

kepada responden.

5. Peneliti mendatangi calon responden dengan datang ke setiap

rumah.

6. Peneliti memastikan bahwa responden pernah melakukan

swamedikasi

7. Peneliti memberikan penjelasan penelitian yang akan dilakukan,

jika ada pertanyaan yang kurang jelas responden dapat bertanya

kepada peneliti.

8. Kuisioner dikembalikan peneliti setelah selesai diisi.

9. Peneliti mengecek kembali kelengkapan dari kuisioner.


42

3.7 Validitas dan Reliabilitas

3.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2014). Uji

validitas berfungsi sebagai suatu alat ukur yang valid sehingga dapat

menjalankan fungsi ukurnya dengan tepat, juga memiliki kecepatan

tinggi. Kriteria untuk pengujian ditentukan oleh:

a. Apabila rhitung> rtabel, atau signifikansi rhitung< 0,05 maka indikator

dinyatakan valid

b. Apabila rhitung< r tabel, atau signifikansi rhitung> 0,05 maka indikator

dinyatakan tidak valid(Sugiyono, 2010)

Penelitian ini menggunakan responden untuk uji valid sebanyak

30 responden dengan jumlah pertanyaan sebanyak 20 pertanyaan.

Pengisian kuisioner dengan cara mencentang pada jawaban benar

atau salah. Pengujian kuisioner dengan aplikasi komputer yaitu SPSS.

Dengan memberi nilai 1 pada jawaban benar dan 0 pada jawaban salah.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Pengujian

reabilitas di lakukan dengan internal komsistensi yaitu mencobakan

instrumen sekali saja, kemudian yang diperoleh di analisis dengan

teknik tertentu. Hasil analisis dapat di gunakan untuk memprediksi

reabilitas instrumen (Notoatmodjo, 2014).


43

Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik cronbach alfa. Dalam

teknik ini instrumen diujikan pada 30 responden dan hasilnya dicatat.

Pengelolahan teknik alfa menggunakan bantuan software SPSS for

windows. Berdasarkan hasil tingkat kepuasaan yaitu a = 0.810 dari total

seluruh pertanyaan.

3.8 Pengololahan dan Analisis data

3.8.1 Teknik Pengololahan Data

Data dari lapangan dikumpulkan, kemudian diperiksa, dan diteliti

kelengkapannya, serta diolah menggunakan software Microsoft Exel

office 2007 untuk menjamin keakuratan data, dengan langkah sebagai

berikut :

a) Editing

Editingyaitu pengecekan terhadap kelengkapan data dan

keseragaman data yang diperoleh dari lapangan.

b) Coding

Coding yaitu pemberian kode pada setiap jawaban untuk

mempermudah dalam pengolahan data.

c) Tabulating

Tabulating yaitu pengelompokkan data sesuai dengan tujuan

penelitian untuk mempermudah dalam pembacaan hasil penelitian

d) Entry

Entry yaitu kegiatan memasukkan data yang telah didapat ke dalam

program komputer untuk dilakukan pengolahan data.


44

e) Cleaning

Cleaning yaitu kegiatan pengecekan kembali data-data yang sudah

dientry apakah ada kesalahan atau tidak.

3.8.2 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat.

Analisis ini untuk mengetahui gambaran deskritif pada karakteristik

responden, meliputi umur, pendidikan, dan pekerjaan responden sera

karakteristik swamedikasi oleh responden.Data disajikan dalam bentuk

tabel dan diinterpretasikan.

Analisis univariat dilakukan pada suatu variabel dari hasil

penelitian, bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umunya dalam analisis ini

hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel yang

akan diteliti (Notoatmodjo 2014)


Rumus Nilai =
x 100 %

Pengukuran tingkat pengetahuan seseorang dapat dikategorikan

sebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan dikatakan baik jika responden mampu menjawab

pernyataan pada kuisioner dengan benar sebesar ≥ 75% dari seluruh

pernyataan dalam kuisioner


45

b. Tingkat pengetahuan dikatakan cukup jika responden mampu menjawab

pernyataan pada kuisioner dengan bener sebesar 56 – 74% dari seluruh

pernyataan dalam kuisioner

c. Tingkat pengetahuan dikatakan kurang jika responden mampu menjawab

pernyataan pada kuisioner dengan benar sebesar < 55% dari seluruh

pernyataan dalam kuisioner (Budiman, 2013).

3.9 Etika Penelitian

Sebelum penelitian dilakukan peneliti harus melakukan survei ke

tempat desa yang akan dilakukan penelitian, apakah di desa tersebut ada

kasus yang dapat diambil oleh peneliti untuk dijadikan objek penelitian.

Setelah mengetahui kasus yang akan diteliti, peneliti menanyakan syarat apa

saja yang disiapkan oleh peneliti untuk dapat melaksanakan penelitian di

desa tersebut.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan di Desa Wonokromo Rt 22 Rw 06 Kecamatan

Comal dengan jumlah warga sebanyak 44 KK. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini menggunakan rumus solvin, dan di dapat hasil 50 responden

yang telah mewakili masing–masing KK yang berdomisilin di Desa

Wonokromo Rt 22 rw 06 Kecamatan Comal. Data yang diperoleh dari hasil

penyebaran kuisioner kemudian dianalisis untuk mendapat frekuensi. Proses

pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada periode bulan

Febuari–Maret 2019. Hasil penelitian akan diperoleh data tentang gambaran

pengetahuan mengenai swamedikasi pemilihan obat batuk pada masyarakat

Desa Wonokromo RT 22 RW 06 Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang.

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin responden terbagi menjadi 2 kelompok yaitu laki–laki

dan perempuan. Hal ini dapat dilihat di bawah ini :

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden
No Jenis Kelamin
Jumlah Presentase (%)

1. Laki – Laki 21 42%

2. Perempuan 29 58%

Total 50 100%
Sumber : Data Primer diolah

46
47

42%
58%

Gambar 4.1 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin

Hasil penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin pada tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 50 responden terbagi dua

kelompok yaitu laki – laki dan perempuan. Data tersebut memperlihatkan

bahwa mayoritas responden terbanyak adalah perempuan 29 orang (58%)

dan sisanya responden laki – laki 21 orang (42%).

Hal ini menujukan bahwa responden terbanyak perempuan

kemungkinan ini dikarenakan perempuan banyak berperan ketika ada

anggota keluarga yang sakit. Peran tersebut membuat mereka lebih sering

bertanya pada petugas kesehatan, menggunakan secara langsung dan

memahami akan obat yang digunakan, sehingga hal tersebut menjadikan

tingkat pengetahuan dan pemahaman mereka tentang penggunaan obat yang

jauh lebih baik.

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Umur adalah masa individu yang terhitung mulai saat dilahirkan

sampai berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan
48

kekuatan akan lebih matang dalam berfikir dan berkerja (Wawan dan Dewi,

2010).

Umur responden dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok umur

17-30 tahun, umur 31-50 tahun, dan umur 51-70 tahun.

Gambaran umur masyarakat yang melakukan swamedikasi pemilihan

obat batuk data yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Responden
No Umur
Jumlah Presentase (%)

1. 17-30 16 32%
2. 31-50 28 56%
3. 51-70 6 12%
Total 50 100%
Sumber : Data Primer diolah

12%
32%

56%

Gambar 4.2 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan

Umur
49

Hasil penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan umur

pada tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 50 responden terbagi menjadi tiga

kelompok umur yaitu umur 17-30 tahun 16 orang (32%), umur 31-50 tahun

28 orang (56%) dan 51-70 tahun 6 orang (12%). Data tersebut

memperlihatkan bahwa mayoritas umur responden terbanyak di Desa

Wonokromo RT 22 RW 06 Kecamatan Comal berumur 31-50 tahun dengan

jumlah 28 orang (56%).

Hasil penelitian menunjukan adanya variasi karakteristik responden

berdasarkan umur. Pada umur 31-50 tahun pengalaman dalam pengobatan

terutama swamedikasi dirasa sudah memadai sehingga pemilihan obat dapat

dilakukan dengan tepat karena orang yang lebih dewasa biasanya memiliki

banyak pengalaman dalam melakukan pengobatan.

Notoatmodjo (2010) menyebutkan bahwa usia seseorang dapat

mempengaruhi tingkat pengetahuannya. Semakin tua usia seseorang maka

proses perkembangan mentalnya semakin baik, akan tetapi pada umur

tertentu bertanbahnya proses perkembangan mental tidak secepat ketika

berumur belasan tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh

umur. Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan

pengetahuan yang diperolehnya, namun pada unsur-unsur tertentu atau

menjelang usia lanjut kemampuan menerima atau mengingat suatu

pengetahuan akan berkurang.

Umur juga mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakin bertambah usia semakin berkembang pula daya tangkap


50

dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik.

Apabila mereka yang usianya sudah tua dan punya banyak anak, sebagian

akan berfikir bahwa bukan lagi saatnya bagi mereka belajar, mereka hanya

mengurus keluarga (Notoatmodjo, 2010).

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi pengetahuan

karena semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin cenderung

untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media

massa ( Wawan dan Dewi, 2010). Keterbatasan pendidikan juga dapat

mempengaruhi pola hidup sehat seseorang.

Tingkat pendidikan responden terbagi menjadi lima kelompok yaitu

tidak sekolah, SD, SMP, SMA dan Diploma/Sarjana. Karakteristik

responden berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Wonokromo RT 22 RW

06 Kecamatan Comal data yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

Responden
No Pendidikan
Jumlah Presentase (%)
1. Tidak Sekolah 0 0
2. SD 16 32%
3. SMP 13 26%
4. SMA 14 28%
5. Diploma/Sarjana 7 14%
Total 50 100%
Sumber : Data Primer diolah
51

14%
32%

28%
26%

Gambar 4.3 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan

Tingkat Pendidikan

Hasil penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan tingkat

pendidikan pada tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 50 responden yang

diteliti, tingkat pendidikan responden yang paling banyak berpendidikan SD

yaitu 32% dengan jumlah sebanyak 16 responden, selanjutnya adalah SMA

sebanyak 28% dengan jumlah 14 responden, berpendidikan SMP sebanyak

26% dengan jumlah 13 responden dan berpendidikan Diploma/Sarjana

sebanyak 14% dengan jumlah 7 responden. Dari hasil data dapat dilihat

bahwa mayoritas tingkat pendidikan masyarakat Desa Wonokromo RT 22

RW 06 adalah SD sebanyak 16 responden dengan presentase 32%.

Menurut Andersen (1975) menyatakan bahwa perbedaan kelompok

pendidikan menyebabkan perbedaan penggunaan pelayanan kesehatan oleh

individu yang berkaitan dengan perilaku kesehatannya. Pendidikan yang

tinggi memungkinkan individu memperoleh informasi kesehatan yang akan

mempengaruhi pemilihan dalam tindakan pengobatan.


52

Perry & Potter (2005), berpendapat bahwa tingkat pendidikan dapat

meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan. Pendidikan merupakan hal

yang sangat penting dalam ,mempengaruhi pikiran sseorang. Seorang yang

berpendidikan pada saat menemui masalah akan berusaha difikirkan sebaik

mungkin dalam menyelesaikannya masalah tersebut. Melalui proses

pendidikan yang melibatkan aktifitas, maka seorang individu akan

memperoleh pengetahuan, pemahaman, keahlian dan wawasan yang lebih

baik termasuk dalam hal pengetahuan tentang obat.

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pekerjaan

Pekerjaan adalah kegiatan utama yang dilakukan responden sehari-

hari untuk mendapatkan penghasilan. Lingkungan pekerjaan dapat

menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik

secara langsung maupun tidak secara tidak langsung.

Tingkat pekerjaan responden terbagi menjadi tiga kelompok yaitu

Swasta, PNS, dan Tidak berkerja. Karakteristik responden berdasarkan

tingkat pekerjaan di Desa Wonokromo RT 22 RW 06 Kecamatan Comal

data yang diperoleh adalah sebagai berikut :

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat


Pekerjaan

Responden
No Pekerjaan
Jumlah Presentase (%)
1. Swasta 28 56%
2. PNS 5 10%
3. Tidak Berkerja 17 34%
Total 50 100%
Sumber : Data Primer diolah
53

34%
56%
10%

Gambar 4.4 Diagram Karakteristik Responden Berdasarkan

Tingkat Pekerjaan

Hasil penelitian mengenai karakteristik responden berdasarkan tingkat

pekerjaan pada tabel 4.4 menunjukan bahwa dari 50 responden yang diteliti,

pekerjaan responden yang paling banyak berkerja sebagai swasta yaitu 56%

dengan jumlah sebanyak 28 responden selanjutnya adalah berkerja sebagai

PNS yaitu sebanyak 10% dengan jumlah 5 responden dan terdapat

responden yang tidak berkerja yaitu sebanyak 34% dengan jumlah 17

responden. Dari data diatas dapat dilihat bahwa mayoritas pekerjaan

responden di Desa Wonokromo RT 22 RW 06 adalah swasta.

Jenis pekerjaan responden ini mempengaruhi pengobatan sendiri yang

aman, tepat dan rasional. Semakin baik jenis pekerjaan seseorang, semakin

rasional dan berhati – hati pula dalam memilih obat untuk pengobatan

sendiri. Responden yang berkerja dan sering berhubungan dengan dunia luar

ini sering berinteraksi dengan rekan kerjanya dan dengan latar belakang

pendidikan yang cukup ini akan mempengaruhi pola pikir responden dan
54

pada akhirnya mempengaruhi keseputusan pengobatan sendiri yang diambil

( Defriyanti, 2014).

Menurut Notoatmodjo (2010), secara tidak langsung perkerjaan

memang turut andil dalam mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang,

hal ini dikarekan pekerjaan berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial

dan kebudayaan, sedangkan interkasi sosial dan budaya berhubungan

dengan proses pertukaran informasi, hal ini tentunya akan mempengaruhi

tingkat pengetahuan seseorang.

4.5 Tingkat Pengetahuan Masyarakat Mengenai Swamedikasi Pemilihan

Obat Batuk

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya ( mata, hidung,

telinga, dan (sebagainya). Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intesitas perhatian dan

persepsi terhadap objek. Pengetahuan dapat diukur dengan cara melakukan

tes wawancara atau angket kuisioner, dimana tes tersebut berisikan

pertanyaan – pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang ingin diukur

dari subjek penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Pengukuran tingkat pengetahuan seseorang dapat dikategorikan

sebagai berikut :

a. Tingkat pengetahuan dikatakan baik jika responden mampu menjawab

pernyataan pada kuisioner dengan benar sebesar ≥ 75% dari seluruh

pernyataan dalam kuisioner


55

b. Tingkat pengetahuan dikatakan cukup jika responden mampu menjawab

pernyataan pada kuisioner dengan bener sebesar 56 – 74% dari seluruh

pernyataan dalam kuisioner

c. Tingkat pengetahuan dikatakan kurang jika responden mampu menjawab

pernyataan pada kuisioner dengan benar sebesar < 55% dari seluruh

pernyataan dalam kuisioner (Budiman, 2013).

Tingkat pengetahuan responden terbagi menjadi tiga kelompok yaitu

tinggi, sedang dan kurang. Tingkat pengetahuan responden di Desa

Wonokromo RT 22 RW 06 Kecamatan Comal data yang diperoleh adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.5 Tingkat Pengetahuan Responden

Reponden
No Tingkat Pengetahuan
Jumlah Presentase (%)

1. Tinggi 39 78%

2. Sedang 11 22%

3. Rendah 0 0

Total 50 100%
Sumber : Data Primer diolah

Keterangan :

1. Tinggi : ≥ 75%
2. Sedang : 56 – 74%
3. Rendah: < 55%
56

22%

78%

Gambar 4.5 Diagram Tingkat Pengetahuan Responden

Hasil penelitian mengenai tingkat pengetahuan pada tabel 4.5

menunjukan bahwa dari 50 responden yang diteliti, tingkat pengetahuan

masyarakat yang paling banyak pada tingkat pengetahuan tinggi yaitu 78%

dengan jumlah 39 responden dan tingkat pengetahuan sedang yaitu 22%

dengan jumlah 11 responsden. Hal ini berarti masyarakat sudah cukup

mengetahui mengenai pemilihan dan penggunaan obat batuk. Semakin

tinggi pengetahuan seseorang maksa akan mempengaruhi pemilihan obat

yang rasioanal terhadap batuk yang diderita.

Tingkat pengetahuan ini berisi 15 pertanyaan yang meliputi

pengetahuan masyarakat tentang swamedikasi, pengertian batuk, jenis-jenis

batuk, penyebab batuk, pencegehan batuk dan jenis obat batuk.

Pada pertanyaan pertama sampai pertanyaan ketiga berisi pengetahuan

tentang swamedikasi, informasi ini merupakan salah satu faktor yang

penting agar masyarakat mengetahui pengertian dari swamedikasi. Pada

pertanyaan pertama sampai ketiga masuk dalam tingkat pengetahuan

memahami dan aplikasi.


57

Pada pertanyaan keempat berisi pengetahuan tentang keuntungan

swamedikasi. Masyarakat lebih memilih pengobatan sendiri karna biaya

yang relatif murah dibandingkan dengan pergi kedokter. Pada pertanyaan

keempat masuk dalam tingkat pengetahuan tahu.

Pada pertanyaan kelima dan keenam berisi pengetahuan tentang batuk.

Hal ini masyarakat sudah mengetahui dan memahami pengertian batuk.

Pada pertanyaan kelima dan keenam masuk dalam tingkat pengetahuan

memahami.

Pada pertanyaan ketujuh sampai kesembilan berisi pengetahuan

tentang jenis-jenis batuk. Hal ini masyarakat mengetahui pengertian batuk

berdahak yaitu batuk yang mengeluarkan lendir (dahak) dan batuk kering

yaitu batuk yang tidak mengeluarkan lendir (dahak). Pada pertanyaan

ketujuh sampai kesembilan masuk dalam tingkat pengetahuan tahu dan

memahami.

Pada pertanyaan kesepuluh berisi pengetahuan tentang penyebab

batuk. Dimana batuk bisa disebabkan oleh benda asing yang masuk ke

dalam saluran nafas contoh debu, asap dan rangsangan kimiawi seperti gas

dan bau-bauan. Pada pertanyaan kesepuluh masuk dalam tingkat

pengetahuan tahu.

Pada pertanyaan kesebelas dan keduabelas berisi pengertahuan

tentang pencegahan batuk. Dimana pencegahan batuk bisa dilakukan dengan

mengonsumsi makanan yang sehat bukan dengan mengkonsumsi makanan


58

yang berminyak yang dapat memicu batuk semakin parah. Pada pertanyaan

kesebelas dan keduabelas masuk dalam tingkat pengetahuan tahu.

Pada pertanyaan ketigabelas sampai kelimabelas berisi pengetahuan

tentang jenis-jenis obat batuk. Golongan obat batuk antitusif digunakan

meringkankan gejala batuk kering atau nonproduktif dan golongan obat

batuk ekspektoran digunakan untuk meringankan batuk berdahak atau batuk

nonprokduktif. Obat batuk yang digunakan harus sesuai dengan batuk yang

diderita. Pada pertanyaan ketigabelas, keempatbelas masuk dalam tingkat

pengetahuan aplikasi dan pada pertanyaan kelimabelas masuk dalam tingkat

pengetahuan memahami.

Pengetahuan adalah salah satu faktor predisposisi yang dapat

mempengaruhi terbentuknya perilaku seseorang, pengetahuan atau kognitif

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian gambaran

pengetahuan mengenai swamedikasi pemilihan obat batuk berdasarkan

keluhan penyakit pada masyarakat Desa Wonokromo RT 22 RW 06

Kecamatan Comal Kabupaten Pemalang, berdasarkan karakteristik dapat

dilihat bahwa jenis kelamin yang mendominasi adalah perempuan (58%),

umur responden yang terbanyak antara 31 – 50 tahun (56%), pendidikan

responden terbanyak adalah lulusan SD (32%), pekerjaan terbanyak yang

dilakukan responden adalah swasta (56%).Tingkat pengetahuan

swamedikasi pada Masyarakat Desa Wonokromo RT 22 RW 06 Kecamatan

Comal memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 39 responden (78%) dan yang

memiliki tingkat pengetahuan sedang sebanyak 11 responden (22%).

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variabel yang terkait

dengan tindakan swamedikasi, jumlah responden yang lebih banyak dan

lokasi penelitian lebih luas dengan metode yang berbeda.

2. Bagi tenaga kefarmasian diharapkan mampu memandu masyarakat

dalam kegiatan swamedikasi dengan memberika informasi – informasi

penting terkait pemilihan obat, aturan pakai dalam kegiatan

swamedikasi.

59
60

3. Bagi Masyarakat perlu edukasi secara langsung agar masyarakat

semakin kritis dan aktif dalam mencari informasi mengenai obat batuk

yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA

Asmoro, Kurnia Pungky, dan Arifah Sri Wahyuni. 2015. “Hubungan Pengetahuan
Dengan Pemilihan Obat pada Swamedikasi Batuk di Masyarakat
Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah Tahun 2014.” PhD Thesis, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Anonim., 2014, Menuju Swamedikasi yang Aman, Badan Pengawas Obat dan
Makanan RI

Arikunto, S., 2007, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi IV,
Jakarta: PT. Rineka Cipta

Alimul Hidayat, A. (2011). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis


Data. Jakarta: Salemba Medika

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Materi Pelatihan Peningkatan


Pengetahuan dan Keterampilan Memilih Obat Bagi Tenaga Kesehatan.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Djunarko, Ipang, dan Dian Yosephine Hendrawati. 2011. Swamedikasi yang Baik
dan Benar. Yogyakarta: PT Citra aji Parama.

Hastuti, Dwi, Dyah Aryani Perwitasari, dan Wahyu Widyaningsih. 2015.


“Swamedikasi Pada Pasien Geriatri di Apotek Afina dan Farmarin Kota
Yogyakarta Periode Mei-Juli 2014.” Majalah Farmaseutik 11 (2): 300–
306.

Hermawati, Dian. 2012. Pengaruh Edukasi Terhadap Tingkat Pengetahuan dan


Rasionalitas Penggunaan Obat Swamedikasi Pengunjung Di Dua Apotek
Kecamatan Cimanggis. Depok

Hidayati, Ana, Haafizah Dania, dan Murtyk Dyahajeng Puspitasari. 2018.


“Tingkat Pengetahuan Penggunaan Obat Bebasdan Obat Bebas Terbatas
Untuk Swamedikasi Pada Masyarakat Rw 8 MOROBANGUN
JOGOTIRTO BERBAH SLEMAN YOGYAKARTA.” Jurnal Ilmiah
Manuntung 3 (2): 139–149.

Ikawati, Zullies. 2011. Penyakit Sistem Pernafasan dan Tatalaksana Terapinya.


Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Kartajaya, H, 2011 Self Mediication, PT MarkPlus Indonesia, Jakarta Selatan

Kristina, S., Prabandari, Y., &Sudjaswadi, R. 2008. Perilaku Pengobatan Sendiri


Yang Rasional Pada Masyarakat Kecamatan Depok dan Cangkringan
Kabupaten Sleman. Majalah Farmasi Indonesia.

61
62

Linnisaa, Uswatun Hasanah, dan Susi Endra Wati. 2013. “Rasionalitas Peresepan
Obat Batuk Ekspektoran Dan Antitusif Di Apotek Jati Medika Periode
Oktober-Desember 2012.” IJMS-Indonesian Journal on Medical Science 1
(1).

Manan, El. 2014. Buku Pintar SWamedikasi Tips Penanganan Dini Masalah-
Masalah Kesehatan. Jogjakarta: Saufa.

Maulana, Heri. D.,J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC, hal 228.

Mardliyah, Ikhda Khullatil. 2016. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku


Pasien Swamedikasi Obat Antinyeri di Apotek Kabupaten Rembang
Tahun 2016.”

Meriati, Ni Wayan Eka, Lily Ranty Goenawi, dan Weny Wiyono. 2013. “Dampak
Penyuluhan pada pengetahuan Masyarakat Terhadap Pemilihan dan
penggunaan obat batuk swamedikasi di Kecamatan Malalayang.”
PHARMACON 2 (3).

Mubarak, iqbal Wahit, dan Chayatin Nurul. 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat:
Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Mubarak. 2007. Promosi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

———. 2014. Meteologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Puspitasari, I., 2010, Jadi Dokter Untuk Diri Sendiri, Penerbit Perpustakaan
Nasional, Yogyakarta

Prinhanka .S ,2009,Studi Pemilihan Dan Penggunaan Obat Bebas Dalam Upaya


Swamedikasi Pada Kader Kesehatan di Kabupaten Pandelang Tahun 2009,
Tesis, Fakultas MIPA Universitas Indonesia

Sambara, Jefrin, Ni Nyoman Yuliani, dan Yantri Bureni. 2014. “Tingkat


Pengetahuan dan Pemahaman Masyarakat Tentang Penggunaan Obat
Yang Benar di Kota KUPANG Tahun 2014.” Jurnal Info Kesehatan 12
(1): 684–698.

Saud, Muh, dan Ishak Abdul Jalil. 2017. “Tingkat Pengetahuan Masyarakat Di
Desa Talungen Kabupaten Bone Tentang Swamedikasi.” Jurnal
Kesehatan (Vol I No. 1, Januari 2017) 1 (1).

Singarimbun, Masri, & Effendi. (2011). Metode Penelitian Survey. Jakarta: PT


Pustaka LP3ES Indonesia.
63

Sugiyarto, Yoanna Rissa Mayasari. 2008. “Hubungan Tingkat Pendidikan dan


Tingkat Pendapatan Dengan Perilaku Swamedikasi Penyakit Batuk Oleh
Ibu-Ibu Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.” Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.

Supardi., Notosiswoyo, M. 2007. Pengaruh Penyuluhan Obat Menggunakan


Leaflet Terhadap Perilaku Pengobatan Senduiri Di Tiga Kelurahan Kota
Bogor. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan: Vol 9 (4): 213-219

Supardi., Notosiswoyo, M. 2008. Pengobatan Sendiri Sakit Kepala, Demam,


Batuk dan Pilek pada Masyarakat di Desa Ciwalen Kecamatan
Warungkondang Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI

Supardi, Sudibyo, dan Surahman. 2014. Meteologi Penelitian. Jakarta Timur: CV.
Trans Info Media.

Tan, T, H & Rahardja, K., 2010, Obat-obat Sederhana untuk Gangguan Sehari-
hari, Penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta

Tjay, T.H. Dan Rahardja, K., 2007. Swamedikasi. Jakarta: PT. Elex Media
Komputindo

Wawan, dan Dewi. 2010. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku
Manusia Dilengkapi Contoh Kuisioner. Yogyakarta: Nuha Medika.
64

LAMPIRAN
65

Lanpiran 1. Surat Ijin Penelitian


66

Lampiran 2. Surat ijin Permohonan Pengambilan data Kantor Kesatuan Bangsa,


Politik Dan Perlindungan Masyarakat
67

Lampiran 3. Surat ijin permohonan Pengambilan Data Badan Perencanaan


Pembangunan, Penelitian Dan Pengembangaan Daerah
68

Lampiran 4. Surat ijin Permohonan Pengambilan Data Dinas Kesehatan P


69

Lampiran 5. Surat Ijin Melakukan Penelitian


70

Lampiran 6. Lembar Persetujuan Menjadi Respon

Nomor :

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

( informed Consent )

Kepada Yth. Responden

Di Tempat

Dengan Hormat,

Saya mahasiswa DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal,

Nama : Alfiah Yuni Achiriani

NIM : 16080144

Bermaksud akan melaksanakan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan


Mengenai Swamedikasi Pemilihan Obat Batuk Pada Masyarakat Desa
Wonokromo RT 22 RW 06 Kecamatan Comal”. Adapun segala informasi, yang
Bapak/Ibu/saudara/i berikan akan dijamin kerahasian karena itu
Bapak/Ibu/saudara/i bebas untuk mencantumkan nama atau tidak. Sehubungan
dengan hal tersebut peneliti meminta kesediaan saudara/i untuk mengisi kuisioner
ini dengan mendatangani kolom dibawah ini.

Atas kesediaan dan kerja samanya saya ucapkan terimah kasih.


Comal, Maret 2018

Responden Peneliti

( ) ( Alfiah Yuni Achiriani )


71

Lampiran 7. Lembar Data Responden

KUISIONER PENELITIAN

GAMBARAN PENGETAHUAN MENGENAI SWAMEDIKASI PEMILIHAN


OBAT BATUK PADA MASYARAKAT RT 22 RW 06 KECAMATAN
COMAL

A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Usia :
3. Jenis Kelamin :
4. Pekerjaan :
a. Swasta
b. PNS
c. Tidak berkerja
5. Pendidkan terakhir :
a. Tidak Sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Diploma/Sarjana
72

Lembar 8. Lembar Kuisioner

Petunjuk Pengisian :

1. Pilihlah jawaban dari pernyataan - pernyataan di bawah ini di tempat


yang telah di sediakan dengan memberi tanda centang (√).
2. Bapak/Ibu/Saudara/I diminta menjawab pertanyaan sejujurnya sesuai
dengan Hati nurani
KUISIONER
No Pernyataan Benar Salah
1. Pengobatan sendiri atau swamedikasi merupakan
upaya yang paling banyak dilakukan masyarakat
untuk mengatasi penyakit sebelum mencari
pertolongan dari tenaga kesehatan.
2. Mengenali gejala, memilih, membeli, dan
menggunakan obat batuk tanpa batuan dari tenaga
kesehatan disebut Swamedikasi
3. Membeli obat di apotek atau toko obat tanpa resep
dokter disebut swamedikasi
4. Swamedikasi dapat membantu penderita melakukan
pengobatan sendiri karna biaya yang relatif murah
5. Batuk merupakan suatu refleks pertahanan tubuh
untuk mengeluarkan benda asing dari saluran
pernafasan
6. Usaha tubuh untuk mengeluarkan udara dari saluran
cerna disebut batuk
7. Jenis batuk dibedakan menjadi batuk kering dan
batuk berdahak
8. Batuk dahak adalah batuk yang mengeluarkan lendir
(dahak)
9. Batuk kering adalah batuk yang tidak mengeluarkan
lendir (dahak)
10. Batuk dapat disebabkan oleh asap, debu, dan
rangsangan kimiawi seperti gas, bau-bauan
11. Supaya batuk lebih cepat sembuh, obat batuk boleh
diminum melebihi takaran yang ditentukan.
12. Pencegahan batuk dapat dilakukan dengan
mengkomsumsi makanan berminyak
13. Jika batuk kering, obat yang dipilih jenis obat batuk
antitusif
14. Jika batuk berdahak, obat yang dipilih jenis obat
batuk espektoran ( pengencer dahak)
15. Dalam pemilihan obat batuk harus sesuai dengan
jenis batuk yang diderita
73

Lampiran 9. Contoh Hasil Lembar Persetujuan Menjaddi Responden


74

Lampiran 10. Contoh Hasil Data Responden


75

Lampiran 11. Contoh Hasil Lembar Kuisioner


76

Lampiran 12. Rekapitulasi Jawaban Responden

1. Kuisioner Tingkat Pengetahuan

Jawaban Presentase (%) Tingkat


No Pertanyaan
Benar Salah Benar Salah Pengetahuan
Pengobatan sendiri atau swamedikasi
merupakan upaya yang paling
1 banyak dilakukan masyarakat untuk 49 1 98 2 Memahami
mengatasi penyakit sebelum mencari
pertolongan dari tenaga kesehatan.
Mengenali gejala, memilih, membeli,
dan menggunakan obat batuk tanpa
2 44 6 88 12 Aplikasi
batuan dari tenaga kesehatan disebut
Swamedikasi
Membeli obat di apotek atau toko
3 obat tanpa resep dokter disebut 45 5 90 10 Memahami
swamedikasi
Swamedikasi dapat membantu
penderita melakukan pengobatan
4 48 2 96 4 Tahu
sendiri karna biaya yang relatif
murah
Batuk merupakan suatu refleks
pertahanan tubuh untuk
5 42 8 84 16 Memahami
mengeluarkan benda asing dari
saluran pernafasan
Usaha tubuh untuk mengeluarkan
6 udara dari saluran cerna disebut 40 10 80 20 Memahami
batuk
Jenis batuk dibedakan menjadi batuk
7 49 1 98 2 Tahu
kering dan batuk berdahak
Batuk dahak adalah batuk yang
8 49 1 98 2 Memahami
mengeluarkan lendir (dahak)
Batuk kering adalah batuk yang tidak
9 47 3 94 6 Memahami
mengeluarkan lendir (dahak)
Batuk dapat disebabkan oleh asap,
10 debu, dan rangsangan kimiawi 50 0 100 0 Tahu
seperti gas, bau-bauan
Supaya batuk lebih cepat sembuh,
11 obat batuk boleh diminum melebihi 5 45 10 90 Tahu
takaran yang ditentukan.
Pencegahan batuk dapat dilakukan
12 dengan mengkomsumsi makanan 5 45 10 90 Tahu
berminyak
77

Jika batuk kering, obat yang dipilih


13 47 3 94 6 Aplikasi
jenis obat batuk antitusif
Jika batuk berdahak, obat yang
14 dipilih jenis obat batuk espektoran ( 48 2 96 4 Aplikasi
pengencer dahak)
Dalam pemilihan obat batuk harus
15 sesuai dengan jenis batuk yang 50 0 100 0 Memahami
diderita
78

Lampiran 13. Data Hasil SPSS

Statistics

Jenis_Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan

N Valid 50 50 50 50 50

Missing 0 0 0 0 0

Mean 1.80

Median 2.00

Mode 2

Std. Deviation .639

Variance .408

Range 2

Minimum 1

Maximum 3

Sum 90

Frequency Table

Jenis_Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki - Laki 21 42.0 42.0 42.0

Perempuan 29 58.0 58.0 100.0

Total 50 100.0 100.0


79

Umur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 17-30 16 32.0 32.0 32.0

31-50 28 56.0 56.0 88.0

51-70 6 12.0 12.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SD 16 32.0 32.0 32.0

SMP 13 26.0 26.0 58.0

SMA 14 28.0 28.0 86.0

Diploma/Sarjana 7 14.0 14.0 100.0

Total 50 100.0 100.0


80

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Swasta 28 56.0 56.0 56.0

PNS 5 10.0 10.0 66.0

Tidak Berkerja 17 34.0 34.0 100.0

Total 50 100.0 100.0

Pengetahuan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tinggi 39 78.0 78.0 78.0

Sedang 11 22.0 22.0 100.0

Total 50 100.0 100.0


81

Pie Chart
82
83

Lampiran 14. Alur Penelitian

Surat Permohonan Ijin Penelitian Politeknik Harapan


Bersama Tegal

Surat Permohonan Surat Permohonan Ijin Surat Permohonan Ijin


Ijin Pengambilan Pengambilan Data Badan Pengambilan Data Dinas
Data Kantor Kesatuan Perencanaan Pembangunan, Kesehatan Kabupaten
Bangsa, Politik Dan Penelitian Dan Pengembangan Pemalang
Perlindungan Daerah Kabupaten Pemalang
Masyarakat
Kabupaten Pemalang

Surat Ijin Melakukan Penelitian Kelurahan


Desa Wonokromo Kecamatan Comal

Pengumpulan Data Dengan Peniliti Mendatangi Calon


Menggunakan Kuisioner Yang Responden Dengan Pengololahan Data
Dibagaikan Kepada Responden Datang ke setiap rumah

Pembahasan Dan
Kesimpulan Analisis Data
Selesai
84

Lampiran 15. Foto Pengambilan Data

1. Responden sedang mengisi lembar 2. Peneliti sedang menjelaskan


kuisioner lembar kuisioner

3. Responden sedang mengisi lembar 4. Responden sedang mengisi


kuisioner lembar kuisioner
85

CURRICULUM VITAE

Nama : Alfiah Yuni Achiriani


Tempat, Tanggal Lahir : Pemalang, 30 Juni 1998
Email : fiahyuni3359@gmail.com
No HP : 082325953359
Alamat : Desa Wonokromo Rt 22 Rw 06 Kecamatan Comal
Kabupaten Pemalang
PENDIDIKAN
SD : SD Negeri 02 Wonokromo
SMP : SMP Negeri 03 Ulujami
SMA : SMA Negeri 01 Ulujami
DIII : D-III Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal
JUDUL KTI : Gambaran Pengetahuan Mengenai Swamedikasi
Pemilihan Obat Batuk Pada Masyarakat Desa
Wonokromo Rt 22 Rw 06 Kecamatan Comal
NAMA ORANG TUA
Ayah : Dasman
Ibu : Rune’ah
PEKERJAAN ORANG TUA
Ayah : Petani
Ibu : Ibu Rumah Tangga
ALAMAT ORANG TUA
Ayah : Desa Wonokromo Rt 22 Rw 06 Kecamatan Comal
Kabupaten Pemalang
Ibu : Desa Wonokromo Rt 22 Rw 06 Kecamatan Comal
Kabupaten Pemalang

Anda mungkin juga menyukai