Anda di halaman 1dari 78

GAMBARAN KEPATUHAN MASYARAKAT MENGKONSUMSI

OBAT PENCEGAHAN FILARIASIS DI KELURAHAN SAPURO


KEBULEN KOTA PEKALONGAN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

NUNUNG EVIANA

19084013

PROGRAM STUDI D III FARMASI


POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL
2020
GAMBARAN KEPATUHAN MASYARAKAT MENGKONSUMSI
OBAT PENCEGAHAN FILARIASIS DI KELURAHAN SAPURO
KEBULEN KOTA PEKALONGAN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mencapai

Gelar Derajat Ahli Madya

Oleh :

NUNUNG EVIANA

19084013

PROGRAM STUDI D III FARMASI

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2020

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

GAMBARAN KEPATUHAN MASYARAKAT MENGKONSUMSI


OBAT PENCEGAHAN FILARIASIS DI KELURAHAN SAPURO
KEBULEN KOTA PEKALONGAN

Oleh :

NUNUNG EVIANA

19084013

DIPERIKSA DAN DISETUJUI OLEH

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

SARI PRABANDARI,S.Farm.,M.M.,Apt A. ANIQ BARLIAN,S.Farm.,M.H.Kes


NIDN. 0623018502 NIDN. 0615098902

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis ilmiah ini diajukan oleh :

NAMA : NUNUNG EVIANA

NIM : 19084013

Jurusan / Program Studi : DIII Farmasi

Judul Karya Tulis Ilmiah : Gambaran Kepatuhan Masyarakat Mengkonsumsi

Obat Pencegahan Filariasis Di Kelurahan Sapuro

Kebulen.

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya

Farmasi, Politeknik Harapan Bersama Tegal.

TIM PENGUJI

Penguji 1 : Rosaria Ika Pratiwi, S.Farm., M.Sc., Apt ( )

Penguji 2 : Sari Prabandari, S.Farm., M.M., Apt ( )

Penguji 3 : A.Aniq Barlian, S.Farm., M.H.Kes ( )

Tegal, 28 Juli 2020


Program Studi DIII Farmasi
Ketua Program Studi,

Heru Nurcahyo, S.Farm,M.Sc.,Apt


NIPY. 010.007.038

iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri,dan

semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

NAMA : Nunung Eviana

NIM : 19084013

Tanda Tangan :

Tanggal : 28 Juli 2020

v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA TULIS

ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Politeknik Harapan Bersama Tegal, saya yang bertanda
tangan di bawah ini :

Nama : Nunung Eviana

NIM : 19084013

Jurusan / Program Studi : DIII Farmasi

Jenis Karya : Karya Tulis Ilmiah

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Politeknik Harapan Bersama Tegal Hak Bebas Royalti Noneksklusif (None-
exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Gambaran Kepatuhan Masyarakat Mengkonsumsi Obat Pencegahan


Filariasis Di Kota Pekalongan

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas


Royalti/Noneksklusif ini Politeknik Harapan Bersama Tegal berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan karya ilmiah saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Tegal

Pada Tanggal : 28 Juli 2020

Yang menyatakan

( Nunung Eviana )

vi
MOTTO

 Barang siapa bersungguh-sungguh pasti bisa

 Sesungguhnya setelah kesulitan itu pasti ada kemudahan.

 Kesabaran adalah kunci dari segala hal.

Persembahan

Karya tulis ilmiah ini saya dedikasikan


untuk mereka yang selalu sedia membantu
dan menyemangati, terima kasih sedalam-
dalamnya saya ucapkan kepada :
 ALLAH SWT atas limpahan rahmat

dan karuniaNYA.

 Ibuku tercinta

 Tiga lelakiku tersayang (suami, anak

dan adik)

 Ita lutfiana dewi,S.Farm.,Apt dan

teman-teman farmasi rawat jalan

 Teman-teman seperjuangan

 Almamaterku

vii
PRAKATA

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamiin segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNYA sehimgga penulis dapat

menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran Kepatuhan

Masyarakat Mengkonsumsi Obat Pencegahan Filariasis Di Kelurahan

Sapuro Kebulen”.

Karya tulis ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam

mencapai gelar derajat ahli madya farmasi pada program studi DIII Farmasi

Politeknik Harapan Bersama Tegal.

Penulisan karya tulis ilmiah ini dapat disusun dengan baik atas dukungan

dari berbagai pihak berupa informasi, bimbingan dan arahan, ucapan terima kasih

penulis sampaikan kepada :

1. Allah SWT yang telah melimpahkan karuniaNYA berupa kesehatan, serta

kelancaran dan kemudahan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.

2. Ir. Mc. Chambali, B. Eng.EE. M.Kom, direktur Politeknik Harapan Bersama

Tegal.

3. Heru Nurcahyo, S.Farm., M.Sc., Apt, kepala program studi farmasi Politeknik

Harapan Bersama Tegal.

4. Sari Prabandari, S.Farm., M.M., Apt, selaku pembimbing I dan penguji II

yang telah membimbing penulis dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

viii
5. A.Aniq Barlian, S.Farm., M.H.Kes, selaku pembimbing II dan penguji III

yang telah membimbing penyusunan karya tulis ilmiah ini.

6. Rosaria Ika Pratiwi, S.Farm., M.Sc., Apt, selaku penguji I karya tulis ilmiah.

7. Kepala Kelurahan dan segenap masyarakat Sapuro Kebulen Kota Pekalongan

yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data.

8. Seluruh keluarga tercinta yang selalu memberikan doa, semangat dan

dukungannya.

9. Teman-teman seperjuangan yang telah berjuang bersama dalam menggapai

mimpi dan cita-cita.

10. Pihak-pihak yang telah memberikan dukungannya yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Dengan memanjatkan doa kepada Allah SWT penulis berharap semua

kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semua

kesalahan diampuni oleh Allah SWT, amiin.

Tegal, 28 Juli 2020

Penulis

(Nunung Eviana)

ix
INTISARI

Eviana, Nunung., Prabandari, Sari., Barlian, Aniq., 2020. Gambaran


Kepatuhan Masyarakat Mengkonsumsi Obat Pencegahan Filariasis Di
Kelurahan Sapuro Kebulen Kota Pekalongan
Kota Pekalongan termasuk kota endemis filariasis, karena masih terdapat
dua kelurahan endemis filariasis yaitu kelurahan Sapuro kebulen dan kelurahan
Jenggot. Pencegahan filariasis dapat dilakukan salah satunya dengan
mengkonsumsi obat DEC dan albendazole. Keberhasilan pencegahan tergantung
dari kepatuhan masyarakat mengkonsumsi obat. Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui gambaran kepatuhan masyarakat mengkonsumsi obat
pencegahan filariasis di kelurahan Sapuro Kebulen, serta mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi kepatuhan masyarakat mengkonsumsi obat pencegahan
filariasis.
Penelitian ini termasuk penelitian sosial, menggunakan rancangan penelitian
deskriptif. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey. Teknik pengambilan
sampel dengan purposive sampling karena sudah diketahui jumlah populasinya
yaitu 220 orang. Perhitungan sampel dengan rumus slovin diperoleh 69 warga
kelurahan Sapuro Kebulen RW 04, analisis data penelitian secara kualitatif, cara
pengambilan data dengan mengisi kuesioner yang dijadikan sebagai alat ukur
penelitian. Kriteria kepatuhan dibagi menjadi dua yaitu patuh dan tidak patuh.
Responden dikatakan patuh jika hasil pengukuran kepatuhan masuk kedalam
kategori tinggi / sedang dengan nilai 6-8, dan responden dikatakan tidak patuh jika
hasil pengukuran kepatuhan masuk kedalam kategori rendah dengan nilai < 6.
Gambaran kepatuhan berdasarkan karakterisik jenis kelamin, perempuan
lebih patuh dibandingkan dengan laki-laki dengan persentase 81,3%. Berdasarkan
usia, remaja paling patuh dibandingkan dewasa dan lansia dengan persentase
84,2%. Berdasarkan pendidikan, pendidikan dasar paling patuh dibandingkan
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dengan persentase 80,6%.
Berdasarkan pengetahuan, pengetahuan baik lebih patuh dibandingkan dengan
pengetahuan kurang dengan persentase 87,8%. Berdasarkan praktek kepatuhan
responden terhadap POPM filariasis sebesar 76,8%%, hal ini berbanding lurus
dengan pengetahuan. Saran untuk lebih meningkatkan sosialisasi yang
menyeluruh tentang penyakit filariasis dan pencegahannya, diharapkan dengan
sosialisasi, meningkatkan pengetahuan yang kemudian berefek pada
meningkatnya persentase kepatuhan.
Kata kunci : kepatuhan, pencegahan filariasis, kelurahan Sapuro Kebulen.

x
ABSTRACT

Eviana, Nunung., Prabandari, Sari., Barlian, Aniq., 2020. The overview of


Community Compliance in Consuming Filariasis Prevention Medication in
Sapuro Kebulen Village, Pekalongan City

Pekalongan is a filariasis endemic city because there are still two filariasis
endemic villages, such as in Sapuro Kebulen and Jenggot villages. One of the
ways to prevent filariasis is by consuming DEC and albendazole drugs. The
success of prevention depends on the community's adherence to medication. The
purpose of this research was to determine the overview of community compliance
in consuming filariasis prevention drugs in Sapuro Kebulen village, as well as to
determine the factors that affect community compliance in consuming filariasis
prevention drugs.

This research is a social research, using a cross sectional study design. This
type of research is survey research. The sampling technique is purposive sampling
because it is known that the total population is 220 people. The sample
calculation using the Slovin formula obtained 69 residents of Sapuro Kebulen RW
04, qualitative research data analysis, data collection by filling out the
questionnaire used as a research measurement tool. The compliance criteria were
divided into two, as obedience and disobedience. The respondents are said to be
obedient if the results of the measurement of compliance fall into the high /
medium category with a value of 6-8, and respondents are said to be disobedient
if the results of measurement of compliance fall into the low category with a value
of <6.

The description of adherence based on gender characteristics, women are


more obedient than men with a percentage of 81.3%. Based on age, adolescents
are the most obedient compared to adults and the elderly with a percentage of
84.2%. Based on education, basic education is the most obedient compared to
secondary and tertiary education with a percentage of 80.6%. Based on The
knowledge, good knowledge is more obedient than poor knowledge with a
percentage of 87.8%. Based on the practice of respondent obedience to filariasis
POPM of 76,8%, this is directly proportional to knowledge. The suggestions to
further increase the comprehensive socialization of filariasis and its prevention, it
is hoped that the socialization will increase knowledge which then has an effect
on increasing the percentage of compliance.

Key words : Compliance, Prevention of filariasis, Sapuro Kebulen village.

xi
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul ...................................................................................................... i


Halaman Judul......................................................................................................... ii
Halaman Persetujuan .............................................................................................. iii
Halaman Pengesahan ............................................................................................. iv
Halaman Pernyataan orisinalitas ..............................................................................v
Halaman Persetujuan publikasi .............................................................................. vi
Halaman Motto dan Persembahan ........................................................................ vii
Prakata .................................................................................................................. viii
INTISARI.................................................................................................................x
ABSTRACT ........................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah ...........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................2
1.3. Batasan Masalah.......................................................................................3
1.4. Tujuan Penelitian .....................................................................................3
1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................................3
1.6. Keaslian Penelitian ...................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
2.1. Kepatuhan .................................................................................................5
2.1.1. Pengertian Kepatuhan ....................................................................5
2.1.2. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Kepatuhan .................5
2.1.3. Jenis-jenis Kepatuhan ....................................................................8
2.1. Filariasis ...................................................................................................9
2.1.1. Pengertian Filariasis .......................................................................9

xii
2.1.2. Penyebab Dan Cara Penularan Filariasis .......................................9
2.1.3 Gejala Filariasis .............................................................................10
2.1.4. Klasifikasi Filariasis ....................................................................10
2.1.5. Dampak Filariasis ........................................................................11
2.1.6. Pencegahan Filariasis ..................................................................12
2.1.7. Filariasis di Kota Pekalongan ......................................................14
2.3. Pelatalaksanaan Filariasis .......................................................................15
2.3.1. POPM Filariasis...........................................................................15
2.3.2. Penanganan Filariasis ..................................................................15
2.3.3. Penatalaksanaan Filariasis Mandiri ............................................15
2.4. Kelurahan Sapuro Kebulen .....................................................................17
2.5. Kerangka Teori .......................................................................................18
2.6. Kerangka Konsep....................................................................................19
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................20
3.1. Ruang Lingkup Penelitian .....................................................................20
3.2. Rancangan dan Jenis Penelitian .............................................................20
3.3. Populasi dan Sampel ..............................................................................21
3.3.1. Populasi Penelitian ......................................................................21
3.3.2. Sampel Penelitian ........................................................................21
3.4. Variabel Penelitian.................................................................................23
3.5. Definisi Operasional ..............................................................................24
3.6. Jenis dan Sumber Data...........................................................................25
3.6.1. Jenis Data.....................................................................................25
3.6.2. Sumber Data ................................................................................25
3.6.3. Cara Pengumpulan Data ..............................................................25
3.7. Validitas dan Realibilitas .......................................................................26
3.8. Pengolahan dan Analisis Data ...............................................................29
3.8.1. Pengolahan Data ..........................................................................29
3.8.2. Analisa Data ................................................................................30
3.9. Etika Penelitian ......................................................................................30

xiii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................32
4.1. Gambaran Masyarakat Sapuro Kebulen Kota Pekalongan ....................32
4.2. Gambaran Kepatuhan Masyarakat Berdasarkan Karakteristik. .............32
4.3. Gambaran Kepatuhan Masyarakat Mengkonsumsi Obat Pencegahan
Filariasis. ..............................................................................................37
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................39
5.1. Kesimpulan ............................................................................................39
5.2. Saran ......................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................41
LAMPIRAN ...........................................................................................................44

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian..................................................................................4


Tabel 3.1. Definisi Operasional .............................................................................24
Tabel 3.2. Hasil Uji Validitas Kuesioner Kepatuhan .............................................27
Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan ..........................................28
Tabel 4.1. Gambaran Kepatuhan Masyarakat Berdasarkan Karakteristik .............33
Tabel 4.2. Gambaran Kepatuhan Masyarakat Mengkonsumsi Obat Pencegahan
Filariasis ................................................................................................37

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Teori ..................................................................................18


Gambar 2.2. Kerangka Konsep ..............................................................................19

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informasi Penelitian ...........................................................................44


Lampiran 2. Informed Consent ..............................................................................45
Lampiran 3. Formulir Identitas Responden ...........................................................46
Lampiran 4. Kuesioner Kepatuhan Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas ..........47
Lampiran 5. Kuesioner Pengetahuan Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas .......49
Lampiran 6. Kuesioner Kepatuhan Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas ............50
Lampiran 7. Kuesioner Pengetahuan Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas .........51
Lampiran 8. Surat Pengantar Penelitian .................................................................52
Lampiran 9. Surat Rekomendasi Survey................................................................53
Lampiran 10. Surat Ijin Penelitian .........................................................................54
Lampiran 11. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian........................................55
Lampiran 12. Hasil Uji Validitas Kuesioner Kepatuhan .......................................56
Lampiran 13. Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan ....................................59

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Filariasis adalah penyakit tular vektor berbahaya yang menyerang

saluran getah bening, disebabkan oleh cacing Wucheria bancrofti, Brugia

malayi dan Brugia timori yang dapat mengakibatkan kecacatan (WHO,

2013). Penyakit filariasis yang disebabkan oleh cacing Wucheria bancrofti,

ditularkan nyamuk Culex quenquefasciatus telah tersebar di daerah tropis

seluruh dunia termasuk di Jawa Tengah yang masuk pada sepuluh besar

distribusi kasus kronis filariasis di Indonesia (Anorital dkk, 2016).

Pengobatan masal dilakukan di daerah endemis menggunakan obat

Diethylcarbamazine citrate (DEC) dikombinasikan dengan albendazole

sekali setahun selama 5-10 tahun. Untuk mencegah reaksi efek samping

seperti demam diberikan parasetamol. Dosis obat untuk sekali minum adalah,

DEC 6 mg/kg berat badan dan albendazole 400 mg (satu tablet). Pengobatan

masal dihentikan apabila Mikrofilaria rate sudah mencapai <1% dilanjutkan

dengan pengobatan selektif pada kasus klinis, baik stadium dini maupun

stadium lanjut. Jenis obat tergantung dari keadaan kasus (Lynne S.G, 1996).

Pemberian obat pencegahan masal (POPM) filariasis bertujuan untuk

mengeliminasi filariasis dengan memutus mata rantai penularan dari

penderita ke orang sehat. Penularan akan menurun atau bahkan tidak terjadi

bila jumlah mikrofilaria yang beredar dalam masyarakat sangat rendah

(Rosanti & Azis, 2015).

1
2

Kepatuhan atau ketaatan (Compliance/adherence) adalah tingkat

pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh

dokternya atau oleh orang lain (Smet, 1994). Keberhasilan pengobatan sangat

erat kaitannya dengan tingkat kepatuhan masyarakat terhadap pengobatan.

Tingkat kepatuhan pengobatan masal yang diharapkan pada masyarakat yaitu

85%. Dalam 5 tahun menjalankan POPM filariasis (2011-2015), daerah

endemis di kota Pekalongan belum mencapai target tingkat kepatuhan

pengobatan yaitu masih di bawah 65% (Yenita,M, 2017).

Berdasarkan survei Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan

Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Yogyakarta di kelurahan-kelurahan Kota

Pekalongan, pada 29 april - 4 Mei 2019, terdapat dua kelurahan di kota

Pekalongan yang dinyatakan endemis filariasis yaitu kelurahan Jenggot,

kecamatan Pekalongan Selatan dan kelurahan Sapuro Kebulen, kecamatan

Pekalongan Barat (Isnawati, 2019).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik melakukan

penelitian dengan judul Gambaran Kepatuhan Masyarakat mengkonsumsi

Obat Pencegahan Filariasis Di Kelurahan Sapuro Kebulen Kota Pekalongan.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah Bagaimanakah kepatuhan masyarakat mengkonsumsi obat pencegahan

filariasis di kelurahan Sapuro Kebulen kota Pekalongan?


3

1.3. Batasan masalah

Karena kompleksnya masalah yang ada, maka penelitian ini hanya

dibatasi pada :

1. Penelitian dilakukan di kelurahan Sapuro Kebulen RW 04 kecamatan

Pekalongan Selatan.

2. Periode penelitian pada POPM 2019 yaitu bulan Oktober 2019.

3. Kelompok usia lebih dari 12 tahun dan mendapatkan obat pencegahan

filariasis.

1.4. Tujuan penelitian

Mengetahui kepatuhan masyarakat mengkonsumsi obat pencegahan

filariasis di kelurahan Sapuro kebulen.

1.5. Manfaat penelitian

1. Manfaat penelitian untuk mengetahui tingkat kepatuhan konsumsi obat

pencegahan masal filariasis.

2. Bagi peneliti manfaat penelitian adalah untuk memenuhi salah satu syarat

dalam mencapai gelar derajat ahli madya.


4

1.6. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Pembeda Eviana N (2020) Astuti E.P (2013) Yenita S.M (2017)

1. Judul Gambaran Analisis Perilaku Gambaran


Kepatuhan Masyarakat Kepatuhan
masyarakat Terhadap Kepatuhan Pengobatan Masal
mengkonsumsi Minum Obat Di Daerah Endemis
Obat Pencegahan Filariasis Di Tiga Kota Pekalongan
Filariasis di Desa Kecamatan
Kelurahan Sapuro Majalaya
Kebulen Kota
Pekalongan
2. Sampel 69 Responden 200 Responden 250 Responden
3. Metode Deskriptif Penelitian Potong Survey cepat
Penelitian Lintang (Cross
Sectional)
4. Cara Kuesioner Kuesioner Wawancara
Pengumpulan Terstruktur langsung
Data
5. Tempat Kelurahan Sapuro Desa Majakerta, 10 Kelurahan
Penelitian Kebulen Sukamaju, endemis Kota
Kecamatan Padamulya Pekalongan
Pekalongan Barat Kecamatan Majalaya
Kota Pekalongan Kabupaten Bandung

6. Hasil Berdasarkan Responden yang Berdasarkan


praktek kepatuhan menghabiskan obat praktik kepatuhan
minum obat, POMP sebanyak minum obat,
tingkat kepatuhan 90%, 78,3% nya tingkat kepatuhan
responden terhadap merasa ada keluhan responden terhadap
POPM filariasis setelah minum obat. POMP filariasis
sebesar 76,8%. Responden yang adalah sebesar
menyatakan masih 76%.
menyisakan obatnya
sebesar 8%.
BAB ll

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kepatuhan

2.1.1. Pengertian Kepatuhan

Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kepatuhan

adalah ketaatan dalam melakukan sesuatu yang dianjurkan atau yang

ditetapkan. Kepatuhan atau ketaatan (Compliance/adherence) adalah

tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang

disarankan oleh dokternya atau oleh orang lain (Smet, 1994).

Kepatuhan (compliance) dalam pengobatan dapat diartikan sebagai

perilaku pasien yang mentaati semua nasihat dan petunjuk yang

dianjurkan oleh kalangan tenaga medis, seperti dokter dan apoteker

mengenai segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

pengobatan (WH0, 2003).

2.1.2. faktor-faktor yang Berpengaruh pada Tingkat Kepatuhan

Menurut Niven (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat

kepatuhan adalah :

1.Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

5
6

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, diselenggarakan dalam wilayah Negara

Kesatuan Republik Indonesia (UU RI No.20 Tahun 2003).

Menurut UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan Nasional terdapat 3 tingkatan dalam proses pendidikan

yaitu :

a. Tingkat pendidikan dasar yaitu tidak sekolah, pendidikan dasar

(SD/SMP/Sederajat).

b. Tingkat pendidikan menengah yaitu SMA dan sederajat.

c. Tingkat pendidikan tinggi yaitu perguruan tinggi atau akademi.

2. Faktor Lingkungan dan Sosial

Faktor lingkungan sosial memiliki perngaruh yang cukup

besar terhadap kepatuhan. Faktor lingkungan sosial terdiri dari

keluarga, tetangga dan teman. Faktor lingkungan sosial berbanding

lurus dengan kepatuhan. Lingkungan soial yang positif akan

membawa dampak yang positif juga terhadap kepatuhan, begitu

juga sebaliknya.

3.Interaksi Petugas Kesehatan dengan Klien

Meningkatkan interaksi professional kesehatan dengan

pasien (klien) adalah suatu hal penting untuk memberikan umpan

balik pada pasien setelah memperoleh informasi tentang diagnosis.

Suatu penjelasan penyebab penyakit dan bagaimana pengobatan


7

dapat menimbulkan kepatuhan, semakin baik pelayanan yang

diberikan petugas kesehatan, semakin terartur pula melakukan

kunjungan (Niven, 2002).

4. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu, dari

pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari

oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan (Niven, 2002).

Menurut teori perilaku Lawrence Green (1980) dalam

Notoatmodjo (2010), Teori ini berdasarkan tindakan seseorang yang

mempengaruhi perilaku yang berhubungan dengan kepatuhan minum

obat dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :

1. Faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor yang mendahului perilaku seseorang yang akan

mendorong untuk berperilaku yaitu pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai dan persepsi yang mendorong

seseorang atau kelompok untuk melakukan tindakan.

2. Faktor pendukung atau pendorong (Enabling Factors)

Faktor yang memotivasi individu atau kelompok untuk

melakukan tindakan yang berwujud lingkungan fisik, tersedianya


8

fasilitas dan sarana kesehatan, kemudahan mencapai sarana

kesehatan, waktu pelayanan, dan kemudahan transportasi.

3. Faktor penguat (Reinforce Factors),

Mencakup sikap dan dukungan keluarga, teman, guru,

majikan, penyedia layanan kesehatan, pemimpin serta pengambil

keputusan.

2.1.3. Jenis-Jenis Kepatuhan

Menurut Cramer (1991) dalam Rusmanto (2013) kepatuhan

dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Kepatuhan Penuh ( Total Compliance)

Kepatuhan penuh dalam hal ini tidak hanya berobat secara

teratur, tetapi juga menggunakan obat sesuai yang dianjurkan.

Yang termasuk dalam kepatuhan penuh dalam penelitian ini adalah

masyarakat yang patuh konsumsi obat pencegahan filariasis yang

dibagikan oleh petugas.

2. Sama sekali tidak patuh ( Not Compliance)

Termasuk dalam not compliance adalah masyarakat yang

tidak patuh dan tidak konsumsi obat. Dalam penelitian ini adalah

masyarakat yang tidak patuh konsumsi obat pencegahan filariasis.

Ketidakpatuhan ini dapat dilihat dari masyarakat yang menerima

obat tapi tidak diminum sama sekali dan masyarakat yang minum

obat tidak sesuai dengan anjuran petugas


9

2.2. Filariasis

2.2.1. Pengertian Filariasis

Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar

getah bening. Penyakit ini dapat merusak sistem limfe, menimbulkan

pembengkakan pada tangan, kaki, glandula mammae, dan scrotum,

menimbulkan cacat seumur hidup serta stigma sosial bagi penderita

dan keluarganya (Permenkes RI,2014).

2.2.2. Penyebab Dan Cara Penularan Filariasis

Di Indonesia filariasis disebabkan oleh tiga spesies cacing

filaria yaitu: Wucheria Bancrofti, Brugia Malayi dan Brugia Timori

(Permenkes RI, 2014). Penyakit filariasis yang disebabkan Wucheria

Bancrofti, ditularkan oleh nyamuk Culex Quenquefasciatus (Anorital

dkk, 2016). Filariasis merupakan penyakit yang banyak ditemukan di

daerah tropis, yang disebabkan oleh cacing filaria, dan ditularkan ke

manusia melalui gigitan nyamuk (Simonsen & Mwakitalu). Filariasis

menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria

dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut kemudian

tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan limfe

sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara,

lengan dan organ genital (Permenkes RI, 2014).


10

2.2.3. Gejala Filariasis

Mayoritas penderita yang telah terinfeksi filariasis tidak

menimbulkan gejala. Penderita yang telah terinfeksi tidak

menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi eksternal. Infeksi

asimtomatik menyebabkan kerusakan pada sistem limfatik dan ginjal,

serta mengubah sistem kekebalan tubuh. Ketika filariasis limfatik

berkembang menjadi penyakit kronis, hal ini menyebabkan

lymphedema (pembengkakan jaringan) atau kaki gajah (penebalan

jaringan/kulit) anggota badan dan hidrokel. Infeksi biasanya

menyebabkan kerusakan tersembunyi pada sistem limfatik (getah

bening) selama bertahun-tahun (Permenkes RI, 2014).

2.2.4. Klasifikasi Filariasis

Klasifikasi filariasis menurut Depkes RI 2006 meliputi :

a. Filariasis Limfatik

Filariasis limfatik disebabkan oleh Wucheria Bancrofti,

Brugia Malayi dan Brugia Timori. Gejala elephantiasis (penebalan

kulit dan jaringan-jaringan di bawahnya) sebenarnya hanya

disebabkan oleh filariasis limfatik ini. Brugia Timori diketahui

jarang menyerang alat kelamin. Tetapi Wucheria Bancrofti dapat

menyerang tungkai dada serta alat kelamin.


11

b. Filariasis Subkutan (bawah jaringan kulit)

Filariasis subkutan disebabkan oleh loa-loa (cacing mata

afrika), mansonella streptcerca, onchocerca volvulus dan

dracunculus medinensis (cacing guinea). Mereka menghuni lapisan

lemak yang ada di bawah lapisan kulit.

c. Filariasis Rongga Serosa (serous cavity)

Filariasis rongga serosa disebabkan oleh mansonella perstans

dan mansonella ozzardi, yang menghuni rongga perut. Semua

parasit ini disebarkan melalui gigitan nyamuk atau lalat penghisap

darah dan untuk dracunculus oleh kopepoda.

2.2.5. Dampak Filariasis

Filariasis dapat menimbulkan gejala akut dan kronis, serta

mengakibatkan kecacatan permanen (WHO, 2009). Penyakit ini dapat

merusak sistem limfe, menimbulkan pembengkakan pada tangan,

kaki, glandula mammae, dan scrotum, menimbulkan cacat seumur

hidup serta stigma sosial bagi penderita dan keluarganya. Secara tidak

langsung, penyakit yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk ini

dapat berdampak pada penurunan produktivitas kerja penderita, beban

keluarga, dan menimbulkan kerugian ekonomi bagi negara yang tidak

sedikit. Hasil penelitian Departemen Kesehatan dan Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia tahun 1998,

menunjukkan bahwa biaya perawatan yang diperlukan seorang


12

penderita filariasis per tahun sekitar 17,8% dari seluruh pengeluaran

keluarga atau 32,3% dari biaya makan keluarga (Permenkes RI,2014).

2.2.6. Pencegahan Filariasis

Menurut Widoyono (2008) dalam penelitian Rusmanto (2013),

angka kejadian filariasis dapat dicegah dengan beberapa cara yaitu:

1. Pengobatan Masal Filariasis

Pemberian obat pencegahan masal (POPM) filariasis

bertujuan untuk mengeliminasi filariasis dengan memutus mata

rantai penularan dari penderita ke orang sehat. Penularan akan

menurun atau bahkan tidak terjadi bila jumlah mikrofilaria yang

beredar dalam masyarakat sangat rendah (Rosanti & Azis, 2015).

Pemberian obat kepada semua penduduk di daerah endemis

filariasis dengan Diethylcarbamazin, albendazole dan parasetamol

sesuai takaran, setiap setahun sekali minimal selama 5 tahun

berturut-turut, yang bertujuan untuk menghilangkan sumber

penularan dan memutus mata rantai penularan filariasis di daerah

ini (Kemenkes RI, 2005). Pada semua penduduk di wilayah

endemis filariasis wajib dilakukan POPM filariasis. Sasaran usia

mulai dari 2 tahun sampai dengan 70 tahun. POPM filariasis tidak

dilakukan atau ditunda pemberiannya terhadap :

a. Ibu hamil.

b. Penderita gangguan fungsi ginjal.


13

c. Penderita gangguan fungsi hati.

d. Penderita epilepsy.

e. Penderita penyakit jantung dan pembuluh darah.

f. Penduduk yang sedang sakit berat.

g. Penderita filariasis klinis kronis sedang mengalami serangan akut.

h. Anak dengan marasmus atau kwashiorkor.

POPM filariasis dilaksanakan sekali setiap tahun paling

sedikit selama lima tahun berturut-turut. Apabila berdasarkan hasil

survei evaluasi penularan pada daerah kabupaten/kota

menunjukkan angka mikrofilaria (microfilaria rate) kurang dari 1%

pemberian obat filariasis hanya dilakukan terhadap penderita.

Pelaksanaan POPM filariasis wajib diteruskan selama dua tahun

apabila hasil survei evaluasi penularan filariasis menunjukkan

masih terjadi penularan dan atau cakupan pengobatan tidak

memenuhi persyaratan minimal 65% dari penduduk sasaran.

Pelaksanaan POPM filariasis dihentikan apabila hasil survei

evaluasi penularan filariasis menunjukkan tidak terjadi penularan.

Setelah penghentian POPM filariasis selama 2 tahun, pada wilayah

tersebut dilakukan survei ulang evaluasi penularan filariasis.

Apabila tidak terjadi penularan, POPM filariasis tetap dihentikan

dan dilakukan survei ulang penularan filariasis kembali setelah dua

tahun (Permenkes RI, 2014).


14

2. Pengendalian Vektor
Penularan filariasis membutuhkan vektor sebagai perantara.

Salah satu pencegahan penularan filariasis yaitu dengan

pengendalian vektor. Pengendalian vektor dapat dilakukan antara

lain dengan memasang kelambu, menggunakan lotion anti nyamuk,

menanam tanaman pengusir nyamuk, serta menutup tempat-tempat

penampungan air.

3. Peran Serta Masyarakat

Masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam

pencegahan penularan penyakit filariasis. Warga masyarakat

diharapkan bersedia datang untuk diambil darahnya saat

pemeriksaan survei darah jari (SDJ), bersedia mengkonsumsi obat

pencegahan filariasis, membersihkan sarang nyamuk, dan

berpartisipasi dalam sosialisasi penyakit filariasis.

2.2.7. Filariasis di Kota Pekalongan

Di Indonesia, provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu

provinsi yang memiliki beberapa daerah endemis filariasis. Kota

Pekalongan merupakan salah satu daerah endemis filariasis. Menurut

kepala dinas kesehatan kota Pekalongan, Slamet Budiyanto, tercatat

178 kasus filariasis dinyatakan filariasis klinis, 37 kasus diantaranya

dinyatakan filariasis kronis (Budi S, Tribunjateng 2019).


15

2.3. Pelatalaksanaan Filariasis

2.3.1. POPM Filariasis

Popm filariasis bertujuan untuk mengeliminiasi filariasis dengan

mencegah penularan dari penderita kepada calon penderita filariasis.

Obat yang saat ini digunakan untuk pengobatan masal berdasarkan

kesepakatan global di bawah arahan WHO adalah diethy;carbamazine

(DEC) ditambah albendazole, diberikan dosis tunggal sekali setahun

selama 5 tahun berturut-turut di daerah endemis filariasis. DEC

memiliki efek membunuh mikrofilaria, sedangkan albendazole dipakai

untuk membunuh filarial dewasa. Dosis DEC 6 mg/kg BB dan dosis

albendazole 400 mg, keduanya diberikan sebegai dosis tunggal sekali

setahun selama 5 tahun berturut-turut (Darmawan J, 2017).

2.3.2. Penanganan Filariasis

Terapi filariasis limfatik dapat diberikan DEC 6mg/kg BB

selama 12 hari, atau doksisiklin (200mg/hari) selama 6 minggu.

Anjuran lain adalah doksisiklin 200 mg/hari selama 23 hari

dilanjutkan dengan doksisiklin dan albendazole selama 7 hari

(Darmawan J, 2017).

2.3.3. Penatalaksanaan Filariasis Mandiri

Dukungan dan perhatian dari tenaga kesehatan sangatlah

dibutuhkan oleh penderita filariasis. Setiap penderita harus dibuatkan

status rekam medis yang disimpan di puskesmas, pasien juga


16

mendapat kunjungan dari petugas kesehatan minimal 7 kali dalam

setahun. Hal ini dilakukan karena penderita filariasis malu untuk

berobat ke fasilitas pelayanan setempat. Selain itu, tenaga kesehatan

juga mengajarkan program MMDP (Morbidity Management and

Disability Prevention in Lymphatic Filariasis), berupa cara merawat

limfedema sesuai dengan stadium keparahannya.

• Stadium 1-2 : menjaga kebersihan kulit dengan mencuci dan

mengeringkan, elevasi kaki, olahraga, menggunakan alas kaki,

memijat kaki, menggunakan bandage pada kaki, dukungan

psikososial.

• Stadium 3-7 : sama dengan stadium 1-2, tetapi perlu diedukasi

untuk dilakukan secara lebih sering dan lebih teliti.

• Stadium 3-7 dengan entry lesions, deteksi entry lesions dini,

menjaga kebersihan kulit dengan mencuci dan mengeringkan,

elevasi kaki, olahraga, membersihkan entry lesion, aplikasikan

krim antibiotic atau antifungal, jangan menggaruk luka,

dukungan psikososial.

• Stadium 3-7 pada serangan akut : sama dengan stadium 3-7

dengan entry lesion, terapi hindari olahraga dan penggunaan

bandage pada kaki, konsumsi analgetik-antipiretik, minum

banyak air, serta aplikasikan handuk dingin padakaki. Rujuk

jika tidak ada perbaikan.


17

Tata laksana operatif dapat menjadi pilihan untuk mengatasi

hidrokel dan elephantiasis skrotel (Darmawan J, 2017).

2.4. Kelurahan Sapuro Kebulen

Kota Pekalongan merupakan salah satu pusat pertumbuhan ekonomi

di Jawa Tengah yang berbatasan dengan Laut Jawa di utara, kabupaten

Batang di timur, serta kabupaten Pekalongan di sebelah selatan dan barat.

Kota Pekalongan terdiri dari 4 kecamatan yaitu Pekalongan Utara,

Pekalongan Barat, Pekalongan Selatan dan Pekalongan Timur, dengan 27

kelurahan pasca penggabungan (Perda Kota Pekalongan No.8 Tahun 2013).

Pekalongan Barat terdiri atas 7 kelurahan pasca merger kelurahan 1 Januari

2015, antara lain; Medono, Podosugih, Sapuro Kebulen, Bendan Kergon,

Pasir Kraton Kramat, Tirto, dan Pringrejo. Kelurahan Sapuro Kebulen

merupakan kelurahan hasil penggabungan kelurahan Sapuro dengan

kelurahan Kebulen.Kantor Kelurahan Sapuro Kebulen Kota Pekalongan

terletak di Jalan Raya Jenderal Sudirman. Kelurahan Sapuro Kebulen

mempunyai luas wilayah 95,89 hektar, berbatasan dengan Kelurahan

Bendan Kergon di sebelah utara, Kelurahan Jenggot di sebelah selatan,

Kelurahan Medono di sebelah barat dan Kelurahan Noyontaansari di

sebelah timur. Berdasarkan data demografi diketahui terdapat 2.918 KK .


18

2.5. Kerangka Teori

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Filariasis
Dampak Klasifikasi filariasis
filariasis
Masyarakat mendapat
Pencegahan Filariasis obat pencegahan
1.POPM filariasis
2. Pengendalian
vektor Faktor yang berpengaruh
3. Peran serta terhadap kepatuhan
masyarakat

1. Pendidikan
1. Faktor predisposisi
2. Faktor lingkungan
Umur
sosial
Jenis kelamin
3. Interaksi petugas
Tingkat Pendidikan
Kesehatan dengan
2. Faktor Pendukung
klien
Sosialisasi tentang
4. Pengetahuan
bahaya penyakit
filariasis
3. Faktor Penguat Kepatuhan penuh

Dukungan keluarga Sama sekali tidak patuh

: Data yang dilakukan penelitian

Kerangka teori merupakan gabungan teori Niven (2008), Green (1980)

dan Cramer (1991).


19

2.6. Kerangka Konsep

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

Responden mendapat obat pencegahan filariasis

kepatuhan

Tidak Patuh nilai < 6 Patuh nilai 6-8

Skema Kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

3.1.1. Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk ruang lingkup bidang ilmu farmasi

masyarakat, karena merupakan penelitian sosial.

3.1.2. Ruang Lingkup Tempat

Penelitian dilakukan di kelurahan Sapuro Kebulen kota

Pekalongan RW 04.

3.1.3. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2019 sampai bulan

Juni 2020 meliputi penyusunan proposal, pengumpulan data,

pengolahan data, analisa data dan penyusunan hasil penelitian.

3.2. Rancangan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian sosial, dilakukakan dengan

menggunakan rancangan penelitian deskriptif. Jenis penelitian ini adalah

penelitian survey. Penelitian ini menggambarkan kepatuhan masyarakat

mengkonsumsi obat pencegahan filariasis. Kriteria kepatuhan dibagi

menjadi dua yaitu patuh dan tidak patuh, responden dikatakan patuh jika

hasil pengukuran kepatuhan masuk kedalam kategori tinggi / sedang dengan

nilai 6-8, dan responden dikatakan tidak patuh jika hasil pengukuran

20
21

kepatuhan masuk kedalam kategori rendahdengan nilai < 6 ( Najiha M.R,

2017).

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi adalah seluruh jumlah anggota dari suatu himpunan

yang ingin diketahui karakteristiknya (Sudibyo dan Surahman, 2014).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh

masyarakat kelurahan Sapuro Kebulen RW 04 kecamatan Pekalongan

Barat kota Pekalongan yang mendapatkan obat pencegahan masal

filariasis yaitu 220 orang.

3.3.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah jumlah anggota tertentu yang mewakili dari

jumlah populasi (Surahman,dkk, 2014). Sampel penelitian adalah

masyarakat kelurahan Sapuro Kebulen Kota Pekalongan yang

memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi sebanyak 69 orang.

Sampel tersebut diambil dari populasi dengan menggunakan

persentase tingkat kesalahan yang dapat ditolerir sebesar 10%. Besar

sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin, yaitu :

Rumus Slovin :

n=
²
22

Dimana :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Tingkat kesalahan dalam memilih anggota sampel yang

ditolerir (tingkat kesalahan dalam sampling ini adalah

10%).

Perhitungan sampel :

n= ²

n=
( %)²

n= ,

n = 68,75 (penambahan 10% dari sampel untuk mengantisipasi

adanya eror sampel = 69 responden).

Ada dua jenis kriteria sampel dalam menentukan sampel untuk

dijadikan objek penelitian yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi setiap

masing-masing anggota populasi yang akan dijadikan sampel,

sedangkan kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota

populasi yang tidak bisa dijadikan sebagai sampel penelitian

( Notoatmodjo, 2010).
23

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Masyarakat yang berusia 12 tahun sampai dengan 70 tahun.

2. Mayarakat yang mendapatkan obat pencegahan filariasis.

3. Bersedia menjadi responden.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Ibu hamil.

2. Ibu menyusui.

3. Masyarakat yang menderita penyakit kronis dan tidak

diperkenankan mengkonsumsi obat pencegahan filariasis.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2012). Variabel dalam penelitian ini adalah gambaran kepatuhan konsumsi

obat pencegahan masal fialriasis di kelurahan Sapuro Kebulen kecamatan

Pekalongan Barat kota Pekalongan.


24

3.5. Definisi Operasionaabel

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Alat ukur Kriteria


Operasional ukur

Umur Banyaknya angka Angket Kuesioner 1.Remaja = 12-25 th


dalam tahun yang 2.Dewasa = 25-45 th
dihitung sejak 3.Lansia = > 45 th
responden lahir (Depkes,2009)
sampai dilakukan
penelitian
(Rusmanto, 2013)
Jenis Aplikasi gender Angket Kuesioner 1.Laki-laki
Kelamin yang disandang 2.Perempuan
oleh responden
(Rusmanto, 2013)
Pengetahuan Tingkat Angket Kuesioner 1.Baik nilainya
pengetahuan >50%.
responden tentang 2.Kurang Baik
filariasis nilainya <50%
(Budiman dan
Riyanto, 2013)
Pendidikan Pendidikan adalah Angket Kuesioner 1.Pendidikan dasar
tingkat (SD dan SMP atau
pendidikan formal sederajat).
yang telah 2.Pendidikan
diselesaikan oleh menengah (SMP
responden atau sederajat).
(Rusmanto, 2013) 3.Pendidikan tinggi
(PT)
( UU Nomor 20
Tahun 2001 ) Pasal
17 dalam
Kemdikbud
(2012).
25

Lanjutan tabel 3.1. Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat Cara Kriteria
Operasional Ukur Ukur
Kepatuhan Kepatuhan Angket Kuesioner 1. Patuh nilainya 6-8.
adalah ketaatan 2. Tidak Patuh
dalam nilainya < 6 ( Najiha
melakukan M.R, 2017)
sesuatu yang
dianjurkan atau
yang ditetapkan.

3.6. Jenis dan sumber data


3.6.1. Jenis data

Jenis data penelitian ini adalah primer karena dilakukan secara

langsung pada subjek penelitian yaitu masyarakat kelurahan Sapuro

Kebulen RW 04 kota Pekalongan.

3.6.2. Sumber data

Sumber data dari penelitian ini didapat secara langsung melalui

pembagian kuesioner.

3.6.3. Cara Pengumpulan Data

Peneliti mendatangi tempat yang akan dijadikan penelitian.

Kesioner terdiri dari dua instrumen yaitu kepatuhan dan pengetahuan,

untuk kepatuhan terdiri dari 8 pertanyaan dan untuk pengetahuan

terdiri dari 5 pertanyaan. Menggunakan skala guttman dengan pilihan

jawaban ya atau tidak, jawaban yang benar mendapatkan nilai 1 dan

jawaban yang salah mendapatkan nilai 0. Responden yang bersedia

mengisi kuesioner diberikan informed consent terlebih dahulu,


26

kemudian responden mengisi data responden. Responden mengisi

kuesioner yang diberikan oleh peneliti, setelah responden selesai

mengisi, kuesioner dikembalikan kepada peneliti. Data yang sudah

terkumpul dilakukan seleksi dan diolah menggunakan komputer.

Peneliti memeriksa hasil berdasarkan data yang telah diolah, dan yang

terakhir membuat laporan penelitian.

3.7. Validitas dan Realibilitas


3.7.1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang digunakan untuk mengetahui

kevalidan kuesioner atau instrument penelitian. Suatu kuesioner

dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Dalam hal ini, beberapa item pertanyaan dapat digunakan untuk

mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Apabila aturan-aturan uji

validitas dapat dipenuhi, maka diharapkan validitas yang dikehendaki

peneliti akan tercapai (Arikunto, 2010).

Uji validitas pada penelitian ini telah dilakukan di desa pekajangan

kepada 30 orang. Sebelum dilakukan uji validitas dan reliabilitas terdapat

13 kuesioner kepatuhan dan 7 kuesioner pengetahuan, setelah dilakukan

uji validitas dan reliabilitas didapat 8 kuesioner kepatuhan dan 5

kuesioner pengetahuan. Instrumen dinyatakana valid jika nilai r hitung >

r tabel (0,5) pada N = 30. R tabel untuk N = 30 adalah 0,3610. R tabel di

dapatkan dari df ( degree free) yaitu df = N -2.


27

Tabel 3.2. Hasil uji validitas kuesioner variabel kepatuhan

NO Pertanyaan R Tabel R Hitung Keterangan

1 A1 0,3610 0,000 Tidak valid

2 A2 0,3610 0,912 Valid

3 A3 0,3610 0,935 Valid

4 A4 0,3610 0,912 Valid

5 A5 0,3610 -,027 Tidak valid

6 A6 0,3610 0,205 Tidak valid

7 A7 0,3610 0,857 Valid

8 A8 0,3610 0,326 Tidak valid

9 A9 0,3610 0,599 Valid

10 A 10 0,3610 -,171 Tidak valid

11 A 11 0,3610 0,739 Valid

12 A 12 0,3610 0,894 Valid

13 A 13 0,3610 0,742 Valid


28

Tabel 3.3. Hasil uji validitas kuesioner variabel pengetahuan

NO Pertanyaan R Tabel R Hitung Keterangan

1 B1 0,3610 0,153 Tidak valid

2 B2 0,3610 0,629 Valid

3 B3 0,3610 0,743 Valid

4 B4 0,3610 0,500 Valid

5 B5 0,3610 -0,131 Tidak valid

6 B6 0,3610 0,505 Valid

7 B7 0,3610 0,505 Valid


29

3.7.2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah uji kesamaan hasil pengukuran atau

pengamatan bila fakta atau kenyataan tadi diukur atau diamati berkali-

kali dalam waktu yang berlainan (Nursalam, 2009). Uji reliabilitas

instrumen yang dipakai adalah dengan Alpha Cronbach, yaitu

menganalisis reliabilitas instrumen dari satu kali pengukuran (Ridwan,

2007). Hasil uji dinyatakan reliabel jika nilai Alpha Cronbach > 0,6

(Hidayat, 2008).

Hasil uji reliabilitas untuk instrumen kepatuhan adalah cronbach

alpha 0,846 > 0,6, berarti instrumen kepatuhan memenuhi persyaratan

untuk dijadikan kuesioner.

Hasil uji reliabilitas untuk instrument pengetahuan adalah cronbach

alpha 0,621 > 0,6 berarti instrumen pengetahuan memenuhi persyaratan

untuk dijadikan kuesioner.

3.8. Pengolahan dan Analisis data

3.8.1. Pengolahan Data

Sebelum dianalisis, data diolah terlebih dahulu, meliputi :

a. Editing (Pemeriksaan Data) : Pemeriksaan ulang pada kuesioner

apakah sudah terisi dengan lengkap.

b. Coding (Pemberian Kode) : Setiap kuesioner yang telah diedit

diberikan kode tertentu untuk memudahkan dalam memasukkan

data.
30

c. Entry data : memasukkan data yang telah diedit dan diberi kode.

d. Cleaning : memeriksa kembali data yang telah dimasukkan apakah

sudah bersih dan siap untuk dianalisis.

3.8.2. Analisa Data

Adapun jenis analisa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

melalui kuesioner yang dijadikan sebagai alat ukur penelitian. Kriteria

kepatuhan dibagi menjadi dua yaitu patuh dan tidak patuh, responden

dikatakan patuh jika hasil pengukuran kepatuhan masuk kedalam

kategori tinggi / sedang dengan nilai 6-8, dan responden dikatakan

tidak patuh jika hasil pengukuran kepatuhan masuk kedalam kategori

rendah dengan nilai < 6 (Najiha M.R, 2017). Dan untuk kriteria

pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan baik dan

pengetahuan kurang, responden dikatakan memiliki pengetahuan baik

jika nilai dari pengukuran pengetahuan >50%, dan responden

dikatakan memiliki pengetahuan kurang jika nilai dari pengukuran

pengetahuan <50% (Budiman dan Riyanto, 2013).

3.9. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, penulis harus mendapat rekomendasi

dari Politeknik Harapan Bersama dan permintaan ijin kepada kelurahan

Sapuro Kebulen khususnya warga RW 04. Etika penelitian meliputi :


31

1. Informed consent ( Lembar Persetujuan)

Penulis menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Jika responden

setuju, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut,

tetapi bila tidak setuju, tidak akan dipaksa dan akan tetap dihormati hak-

haknya.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Penulis harus menjaga kerahasiaan dari responden. Penulis tidak

mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (cukup

dengan kode tertentu).

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Penulis menjamin kerahasiaan informasi yang diberikan oleh

responden, yaitu dengan menyimpan lembar kuesioner dalam jangka

waktu yang lama. Setelah tidak digunakan, lembar kuesioner tersebut

dimusnahkan dengan cara dibakar.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini menjelaskan tentang gambaran kepatuhan masyarakat

mengkonsumsi obat pencegahan filariasis di kelurahan Sapuro Kebulen kota

Pekalongan. Hasil penelitian bertujuan untuk mengetahui persentase kepatuhan

masyarakat mengkonsumsi obat pencegahan filariasis di Kelurahan Sapuro

Kebulen Kota Pekalongan serta faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan

masyarakat dalam mengkonsumsi obat pencegahan filariasis.

4.1. Gambaran Masyarakat Sapuro Kebulen Kota Pekalongan

Masyarakat yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak

69 responden. Berusia lebih dari 12 tahun sampai dengan usia 70 tahun, serta

memenuhi kriteria inklusi yaitu tidak sedang hamil dan tidak menderita

penyakit kronis. Usia lebih dari 12 tahun dipilih karena dianggap sudah bisa

memahami pertanyaan dan sudah bisa memberikan jawaban. Pengambilan

sampel menggunakan rumus slovin dengan toleransi kesalahan sebesar 10%.

4.2. Gambaran Kepatuhan Masyarakat Berdasarkan Karakteristik.

Data yang diperoleh dari hasil penelitian mengenai gambaran kepatuhan

masyarakat berdasarkan karakteristik dapat dilihat pada tabel 4.2.

32
33

Tabel 4.1. Gambaran Kepatuhan Masyarakat Berdasarkan

Karakteristik

Karakteristik Total Patuh Tidak Patuh

Jenis Kelamin

1. Laki-laki 37 27 (73,0%) 10 (27,0%)

2. Perempuan 32 26 (81,3 %) 6 (18,7 %)

Usia

1. Remaja 19 16 (84,2%) 3 (15,8%)

2. Dewasa 31 25 (80,6%) 6 (16,1%)

3. Lansia 19 12 (63,2%) 7 (36,8%)

Pendidikan

1. Dasar 36 28 (77,8%) 7 (22,2%)

2. Menengah 24 18 (75,%) 6 (25,%)

3. Tinggi 9 7 (77,8%) 2 (22,2%)

Pengetahuan

1. Baik 49 43 (87,8%) 6 (12,2%)

2. Kurang 20 12 (60,%) 8 (40%)

Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh sampel yaitu terdapat

37 responden berjenis kelamin laki-laki dan 32 responden berjenis kelamin

perempuan, responden perempuan memiliki persentase kepatuhan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 26 responden perempuan dari


34

total 32 responden perempuan atau setara dengan 81,3%, sedangkan

responden laki-laki sebanyak 28 responden dari 37 responden laki-laki atau

sama dengan 75,7%. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa responden

berjenis kelamin perempuan lebih patuh dibandingkan dengan responden

berjenis kelamin laki-laki. Hal ini sesuai dengan teori yang dipakai pada

penelitian yaitu teori Lawrence green (1980) bahwa jenis kelamin termasuk

salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan, tingginya persentase

kepatuhan pengobatan pada perempuan dalam penelitian ini dapat

dikarenakan perempuan lebih sering mengobati dirinya atau berobat

dibandingkan dengan laki-laki (Notoatmodjo, 2010).

Hasil penelitian berdasarkan kelompok usia dalam penelitian ini terbagi

menjadi 3 kelompok usia, yaitu remaja dengan rentang usia 12-25 tahun,

dewasa dengan rentang usia 26-45 tahun, dan lansia dengan rentang usia 45-

70 tahun. Pada penelitian ini diperoleh sampel remaja (12-25 th) sebanyak 19

responden, dewasa (26-45 th) sebanyak 31 responden dan lansia (46-70 th)

sebanyak 19 responden, berdasarkan data penelitian kelompok usia terbanyak

adalah dewasa (26-45 th) yaitu sebanyak 31 responden, hal ini juga

menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat RW 04 kelurahan Sapuro

Kebulen kota Pekalongan berada pada usia produktif. Akan tetapi persentase

kepatuhan remaja lebih tinggi dibandingkan dengan dewasa yaitu 16

responden yang patuh dari total 19 responden usia remaja, sedangkan

reponden dewasa yaitu 26 responden dari total 31 responden dewasa, dan 12

responden lansia yang patuh dari total 19 responden lansia atau sebesar. Hal
35

ini tidak sesuai dengan teori perilaku Lawrence Green (1980) dalam

Notoatmodjo (2010), yang mengatakan bahwa usia termasuk faktor yang

mempengaruhi perilaku berhubungan dengan kepatuhan minum obat, karena

lebih disebabkan usia remaja mendapatkan obat pencegahan filariasis di

sekolahan dan langsung diminum pada saat itu juga.

Berdasarkan tingkat pendidikan dikelompokkan menjadi 3 kelompok

tingkat pendidikan yaitu pendidikan dasar (SD / SMP atau sederajat),

pendidikan menengah (SMA atau sederajat) dan pendidikan tinggi (sarjana

atau sederajat). Dari penelitian diperoleh sampel pendidikan dasar (SD / SMP

atau sederajat) sebanyak 36 responden, kemudian diikuti tingkat pendidikan

menengah (SMA atau sederajat) sebesar 24 responden, dan yang terakhir

tingkat pendidikan tinggi (sarjana atau sederajat) sebesar 9 responden,

pendidikan dasar memiliki persentase tingkat kepatuhan paling tinggi yaitu

80,6% atau 29 responden yang patuh dari 36 total responden pendidikan

dasar, kemudian diikuti pendidikan tinggi dengan persentase 77,8% atau 7

responden yang patuh dari 9 total responden pendidikan tinggi, dan

pendidikan menengah memiliki persentase tingkat kepatuhan paling rendah

yaitu 75,0% atau 18 orang dari 24 total responden yang memiliki pendidikan

menengah. Teori Niven (2008) mengatakan bahwa pendidikan merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan, akan tetapi dari

penelitian diperoleh hasil pendidikan dasar memiliki tingkat kepatuhan paling

tinggi dibandingkan dengan yang lainnya.. Pendidikan sangat erat kaitannya

dengan pengetahuan, namun jika pendidikan yang diambil tidak menjurus


36

pada jurusan kesehatan, maka perilaku kesehatanpun akan menurun.

Seseorang dengan pendidikan tinggi belum tentu mengetahui dengan detail

tentang filariasis, sehingga perilaku terhadap pencegahan filariasis akan

cenderung kurang. Hal inilah yang menyebabkan pendidikan tidak selalu

berhubungan dengan perilaku kesehatan (Rusmanto, 2013).

Berdasakan pengetahuan terdapat lima petanyaan yang dijadikan

indikator untuk mengukur tingkat pengetahuan masyarakat. Responden yang

mendapatkan nilai <50% berarti memiliki tingkat pengetahuan kurang,

sedangkan responden yang mendapatkan nilai >50% memiliki tingkat

pengetahuan baik (Budiman dan Riyanto, 2013). Pada penelitian ini diperoleh

sampel yang menunjukkan bahwa pengetahuan responden sebagian besar

berada pada tingkat pengetahuan baik, sebanyak 49 responden

berpengetahuan baik dari 69 total responden. Dari hasil tersebut dapat

diketahui bahwa sebagian besar masyarakat memiliki pengetahuan baik

tentang penyakit filariasis dan pencegahannya. Pengetahuan baik berbanding

lurus dengan tingkat kepatuhan yaitu 43 responden yang patuh dari total 49

responden yang memiliki pengetahuan baik, sedangkan masyarakat dengan

tingkat pengetahuan kurang, 12 responden yang patuh dari total 20 responden

yang memiliki pengetahuan kurang. Hal ini sesuai dengan teori Niven (2008)

yang mengatakan bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi tingkat kepatuhan, karena pentingnya pengetahuan

masyarakat tentang penyakit filariasis dan pencegahannya maka perlu

menigkatkan sosialisasi tentang bahaya penyakit filariasis, pencegahannya


37

serta POPM filariasis, supaya masyarakat lebih patuh dalam mengkonsumsi

obat pencegahan filariasis dan kelurahan Sapuro Kebulen tidak menjadi

daerah endemis filariasis lagi.

4.3. Gambaran Kepatuhan Masyarakat Mengkonsumsi Obat Pencegahan

Filariasis.

Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian, gambaran kepatuhan

masyarakat mengkonsumsi obat pencegahan filariasis di kelurahan Sapuro

Kebulen kota Pekalongan dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3. Gambaran Kepatuhan Masyarakat Mengkonsumsi Obat

Pencegahan Filariaisis

Kepatuhan Frekuensi Persentase (%)

Patuh 53 76,8%

Tidak patuh 16 23,2%

Jumlah 69 100%

Pada penelitian ini diperoleh sampel dengan kriteria patuh sebanyak

76,8% yaitu 53 responden, sedangkan kriteria tidak patuh sebanyak 23,2%

yaitu 16 responden. Hal ini belum sesuai dengan hasil yang diharapkan yaitu

keberhasilan tingkat kepatuhan pengobatan masal yang diharapkan pada

masyarakat yaitu 85%. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya di kota Pekalongan dengan judul Gambaran Kepatuhan

Pengobatan Masal Di Daerah Endemis Kota Pekalongan (Yenita.M, 2017)

diperoleh hasil tingkat kepatuhan 76%, maka terdapat peningkatan kepatuhan


38

mengkonsumsi obat pencegahan filariasis dari 76% menjadi 76,8% yaitu

sebesar 0,8%. Akan tetapi hasil ini masih lebih kecil dibandingkan dengan

penelitian yang serupa dengan judul Analisis Perilaku Masyarakat Terhadap

Kepatuhan Minum Obat Filariasis Di Tiga Desa Kecamatan Majalaya (Astuti,

E.P, 2013) dengan hasil responden yang menghabiskan obat POMP sebanyak

90%.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian masyarakat RW 04 kelurahan Sapuro Kebulen kota

Pekalongan sebagian besar berusia dewasa (26-45) yaitu sebesar 45,2% ,

responden paling muda berusia 12 tahun dan responden paling tua berusia 70

tahun, sedangkan menurut jenis kelamin responden laki-laki lebih banyak

daripada responden perempuan yaitu sebesar 53,6%. Lebih dari sebagian

responden memiliki tingkat pendidikan dasar (SD / SMP atau sederajat) yaitu

sebesar 52,2% dengan tingkat pengetahuan POPM filariasis yang baik.

Gambaran kepatuhan berdasarkan karakteristik masyarakat, perempuan

lebih patuh dibandingkan laki-laki yaitu sebesar 81,3%, sedangkan menurut

usia, remaja memiliki tingkat kepatuhan paling tinggi yaitu 84,2%, menurut

tingkat pendidikan, responden yang memiliki tingkat pendidikan dsar lebih

tinggi dibandingkan dengan yang memiliki tingkat pendidikan menengah dan

pendidikan tinggi, responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik tentang

POPM filariasis cenderung lebih patuh mengkonsumsi obat pencegahan

filariasis dengan persentase 87,8%, sedangkan responden yang memiliki

tingkat pengetahuan kurang yaitu sebesar 60,0%. Berdasarkan praktek

kepatuhan minum obat masyarakat memiliki tingkat kepatuhan terhadap

POPM filariasis sebesar 76,8%.

39
40

5.2. Saran
Perlu adanya sosialisasi yang menyeluruh untuk lebih meningkatkan

tingkat pengetahuan masyarakat. Hal ini dikarenakan pengetahuan berbanding

lurus dengan tingkat kepatuhan mengkonsumsi obat pencegahan filariasis, serta

perlu adanya follow up atau pengecekan dari petugas kesehatan terkait dengan

praktek kepatuhan minum obat setelah pembagian POPM filariasis untuk

memastikan bahwa obat pencegahan filariasis dikonsumsi sesuai anjuran

petugas kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Anorital, Marleta R & Palupi K, 2016a. Studi Kajian Upaya Pemberian Obat
Pencegah Masal Filariasis Terhadap Pengendalian Penyakit Infeksi
Kecacingan. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia, 5(2), pp.95-103.

Anorital, Marleta R & Palupi K, 2016a. Studi Kajian Upaya Pemberian Obat
Pencegah Masal Filariasis Terhadap Pengendalian Penyakit Infeksi
Kecacingan. Jurnal Biotek Medisiana Indonesia, 5(2), pp.95-103.

Astuti E.P, Ipa M, Wahono T, Ruliansyah A. Analisis Perilaku Masyarakat


Terhadap Kepatuhan Minum Obat Filariasis di Tiga Desa Kecamatan
Majalaya Kabupaten Bandung Tahun 2013. Media Penelit dan Pengemb
Kesehat. 2014;24:199–208.

Bart, Smet (1994). Psikologi Kesehatan. PT. Gramedia Widiasarna Indonesia ;


Jakarta.

Budi Susanto (2019). Tribun Jateng. Terdapat 178 Kasus Penyakit Kaki Gajah di
Kota Pekalongan. [online] Available at:.

Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Klinis Filariasis.


Ditjen P2 & PL Depkes RI. Jakarta: 2006.

Geografi. (2016). Pemerintah Kota Pekalongan. [online] Available at:


http://www.pekalongankota.go.id/halaman/geografi.html, accesed at 22
Februari 2020.

Isnawati (2019). Suaramerdeka : Dua kelurahan endemis filariasis. [online]


Available at: http://www.suaramerdeka.com/news/baca/203834/dua-
kelurahan-endemis-filariasis, accesed at 06 Februari 2020.

Kemenkes RI, 2005, Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI


(InfoDATIN) Kementerian Kesehatan RI. Jakarta : 2005.

Lynne S.G., David A.B. Diagnostik Parasitologi Kedokteran Alih Bahasa ; Dr.
Robby Makimian M.S. Penerbit Buku Kedokteran , Jakarta 1996.

Niven, N, 2002, Psikologi Kesehatan : Pengantar untuk Perawatan & Profesional


Kesehatan Lain, EGC, Jakarta.

Niven, N, 2008, Psikologi Kesehatan : Pengantar untuk Perawatan & Profesional


Kesehatan Lain, EGC, Jakarta.

Notoadmodjo. (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehata, PT. Rineka Cipta.


Jakarta.

41
42

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PERMENKES RI). Nomor 94


Tahun 2014a, Tentang Penanggulangan Filariasis. Jakarta:
PERMENKES RI; 2014.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PERMENKES RI). Nomor 94


Tahun 2014b, Tentang Penanggulangan Filariasis. Jakarta:
PERMENKES RI; 2014.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PERMENKES RI). Nomor 94


Tahun 2014c, Tentang Penanggulangan Filariasis. Jakarta:
PERMENKES RI; 2014.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PERMENKES RI). Nomor 94


Tahun 2014d, Tentang Penanggulangan Filariasis. Jakarta:
PERMENKES RI; 2014.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PERMENKES RI). Nomor 94


Tahun 2014e, Tentang Penanggulangan Filariasis. Jakarta:
PERMENKES RI; 2014.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (PERMENKES RI). Nomor 94


Tahun 2014f, Tentang Penanggulangan Filariasis. Jakarta: PERMENKES
RI; 2014.

Rosanti TI & Aziz A, 2015. Deskripsi Alasan Ketidakpatuhan Minum Obat pada
Program Pemberian Obat Massal Pencegahan (POPM) Filaria Tahun
2015 di Kelurahan Pabean Pekalongan Utara Kota Pekalongan. Mandala
of Health, 8(September), pp.642-645.

Rusmanto, 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Perilaku


Masyarakat Terhadap Kepatuhan Minum Obat ANTI Filaria di RW II
Kelurahan Pondok Aren. Skripsi [online] Available at:
http://www.repository.unjkt.ac.id/dspace/bitsream/123456789/24113/1/R
USMANTO-fkik.pdf.

Simonsen PE & Mwakitalu ME, 2013. Urban Lymphatic Filariasis. Parasitol Res,
112(1), pp.35-44.

Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :


Alfabeta.

Sugiyono, 2017, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta, CV.

Supardi, Sudibyo, Surahman, 2014, Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa


Farmasi, Jakarta, Trans Indo Media.
43

Tribun Jateng.(2019). Terdapat 178 Kasus Penyakit Kaki Gajah di Kota


Pekalongan. [online] Available at:
http://www.google.com/amp/s/jateng.tribunnews.com/amp/2019/10/23/te
rdapat-178-kasus-penyakit-kaki-gajah-di-kota-pekalongan

Widoyono. Penyakit Tropis; Epidemiologi, Penularan, Pencegahan &


Pemberantasannya. Erlangga: Jakarta. 2008.

WHO, 2003 Lymphatic Filariasis : Global Programme to eliminate Lymphatic


Filariasis; Annual report on lymphatic filariasis 2002.

WHO, 2013 Lymphatic Filariasis: A Handbook of Practical Entomology for


National Lymphatic Filariasis Elimination Programmes. Switzerland.

WHO, 2009. World Heath Organization Global Programe to Eliminate Lymphatic


Filariasis,

Yenita M, lintang S. (2017). Gambaran Kepatuhan Pengobatan Masal Di Daerah


Endemis Kota Pekalongan. Jurnal Kesehatan Masyarakat (eJournal)
Volume 5.
44

LAMPIRAN

Lampiran 1. Informasi Penelitian

Dengan hormat saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nunung Eviana

NIM : 19084013

Adalah mahasiswa program studi DIII Farmasi Politeknik Harapan

Bersama Tegal yang sedang melakukan penelitian dengan judul

“Gambaran Kepatuhan Masyarakat Mengkonsumsi Obat Pencegahan

Filariasis Di Kelurahan Sapuro Kebulen Kota Pekalongan”. Pada

penelitian ini akan dilakukan pengisian kuesioner oleh responden.

Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi

bapak/ibu/saudara/saudari sebagai responden. Kerahasiaan semua

informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk

kepentingan penelitian.

Apabila bapak/ibu/saudara/saudari bersedia menjadi responden, maka

saya meminta kesediaan untuk menandatangani lembar persetujuan /

informed consent dan responden untuk menjawab pertanyaan saya, jika

tidak bersedia menjadi responden, berhak menolak atau mengundurkan

diri. Atas perhatian dan kesediaan, saya mengucapkan terima kasih.

Pekalongan, ..................... 2020

Nunung Eviana
45

Lampiran 2. Informed Consent

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian yang berjudul

“Gambaran Kepatuhan Masyarakat Mengkonsumsi Obat Pencegahan

Filariasis Di Kelurahan Sapuro Kebulen Kota Pekalongan.

Pekalongan, ................... 2020

Responden
46

Lampiran 3. Identitas Responden

FORMULIR IDENTITAS RESPONDEN

A. Identitas Responden

1. Nama :

2. Jenis kelamin : Laki-laki

Perempuan

3. Alamat lengkap :

4. Tempat, tanggal lahir :

5. No. Telp/ No. HP :

6. Pendidikan : SD / SMP / SMA / Sarjana

7. Pekerjaan : Petani / Pegawai Negeri / Buruh /

Wiraswasta / Ibu Rumah Tangga/

..................
47

Lampiran 4. Kuesioner Kepatuhan Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas

Berikan tanda cheklis (√) pada jawaban bapak/ibu/saudara/saudari

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah bapak/ibu/saudara mendapatkan obat pencegahan kaki

gajah pada bulan Oktober 2019?

2 Apakah bapak/ibu/saudara mengkonsumsi obat pencegahan

kaki gajah yang dibagikan tersebut?

3 Apakah bapak/ibu/saudara minum obat tersebut pada waktu

malam hari?

4 Apakah bapak/ibu/saudara minum obat tersebut sesuai anjuran

petugas yang memberikan?

5 Apakah bapak/ibu/saudara minum obat tersebut 1 hari 1 tablet

berturut-turut?

6 Pada sebagian orang merasa tidak nyaman jika harus minum

obat dalam jumlah banyak, apakah bapak/ibu/saudara juga

merasakan hal yang sama?

7 Apakah bapak/ibu/saudara rutin minum obat pencegahan kaki

gajah setiap setahun sekali?

8 Apakah bapak/ibu/saudara terkadang lupa tidak minum obat

yang dibagikan tersebut?

9 Apakah bapak/ibu/saudara terkadang mengurangi atau tidak

menghabiskan obat yang dibagikan tersebut?


48

Lanjutan Lampiran 4. Lembar Kuesioner Kepatuhan Sebelum Uji Validitas

dan Reliabilitas

10 Apakah bapak/ibu/saudara meminum obat pencegahan kaki

gajah langsung di depan petugas yang memberikan?

11 Apakah bapak/ibu/saudara meminum obat pencegahan kaki

gajah pada hari itu juga setelah pembagian?

12 Apakah bapak/ibu/saudara mengkonsumsi obat pencegahan

kaki gajah atas kesadaran dari diri pribadi?

13 Apakah bapak/ibu/saudara percaya bahwa obat yang dibagikan

dapat mencegah penyakit kaki gajah?


49

Lampiran 5. Kuesioner Pengetahuan Sebelum Uji Validitas dan Reliabilitas

1. Apakah obat pencegahan kaki gajah diminum sebelum makan?

2. Apakah bapak/ibu/saudara/saudari mengetahui obat yang

digunakan untuk mencegah penyakit kaki gajah?

3. Apakah minum obat diethylcarbamazine dan albendazole

dapat mencegah penyakit kaki gajah?

4. Apakah anak-anak SD mengkonsumsi obat pencegahan kaki

gajah?

5. Apakah lansia (diatas 70 tahun) mengkonsumsi obat

pencegahan kaki gajah?

6. Apakah anak balita (2-5 tahun) mengkonsumsi obat

pencegahan kaki gajah?

7. Apakah obat pencegahan kaki gajah harus diminum selama 5

tahun berturut-turut?
50

Lampiran 6. Kuesioner Kepatuhan Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas

Berikan tanda cheklis (√) pada jawaban bapak/ibu/saudara/saudari

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah bapak/ibu/saudara mengkonsumsi obat

pencegahan kaki gajah?

2 Apakah bapak/ibu/saudara minum obat tersebut pada

waktu malam hari?

3 Apakah bapak/ibu/saudara minum obat tersebut sesuai

anjuran petugas yang memberikan?

4 Apakah bapak/ibu/saudara rutin minum obat

pencegahan kaki gajah setiap setahun sekali?

5 Apakah bapak/ibu/saudara terkadang mengurangi atau

tidak menghabiskan obat yang dibagikan tersebut?

6 Apakah bapak/ibu/saudara meminum obat pencegahan

kaki gajah pada hari itu juga setelah pembagian?

7 Apakah bapak/ibu/saudara mengkonsumsi obat

pencegahan kaki gajah atas kesadaran dari diri pribadi?

8 Apakah bapak/ibu/saudara percaya bahwa obat yang

dibagikan dapat mencegah penyakit kaki gajah?


51

Lampiran 7. Kuesioner Pengetahuan Setelah Uji Validitas dan Reliabilitas

Berikan tanda cheklis (√) pada jawaban bapak/ibu/saudara/saudari

1 Apakah bapak/ibu/saudara mengetahui obat yang

digunakan untuk mencegah penyakit kaki gajah?

2 Apakah minum obat diethylcarbamazine dan

albendazole dapat mencegah penyakit kaki gajah?

3 Apakah anak-anak SD mengkonsumsi obat pencegahan

kaki gajah?

4 Apakah anak balita (2-5 tahun) mengkonsumsi obat

pencegahan kaki gajah?

5 Apakah obat pencegahan kaki gajah harus diminum

selama 5 tahun berturut-turut?


52

Lampiran 8. Surat pengantar penelitian


53

Lampiran 9. Surat rekomendasi survey


54

Lampiran 10. Surat ijin kelurahan Sapuro Kebulen


55

Lampiran 11. Surat keterangan pelaksanaan penelitian


Lampiran 12. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas kuesioner kepatuhan

Correlations

A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 A13 SKOR

Pearson Correlation .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a .a

A1 Sig. (2-tailed) . . . . . . . . . . . . .

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson Correlation .a 1 .929** 1.000** -.316 .236 .722** .200 .476** -.236 .614** .926** .707** .912**

A2 Sig. (2-tailed) . .000 .000 .089 .210 .000 .289 .008 .210 .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson Correlation .a .929** 1 .929** -.155 .208 .791** .245 .526** -.254 .675** .860** .657** .935**

A3 Sig. (2-tailed) . .000 .000 .414 .271 .000 .193 .003 .176 .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson Correlation .a 1.000** .929** 1 -.316 .236 .722** .200 .476** -.236 .614** .926** .707** .912**

A4 Sig. (2-tailed) . .000 .000 .089 .210 .000 .289 .008 .210 .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

56
Lanjutan Lampiran 12. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas kuesioner kepatuhan

Pearson Correlation .a -.316 -.155 -.316 1 -.149 .000 .126 .211 .149 -.060 -.293 -.224 -.027

A5 Sig. (2-tailed) . .089 .414 .089 .432 1.000 .505 .264 .432 .754 .116 .235 .885

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson Correlation .a .236 .208 .236 -.149 1 .181 -.471** -.157 -.111 .134 .267 .389* .205

A6 Sig. (2-tailed) . .210 .271 .210 .432 .337 .009 .407 .559 .481 .154 .034 .278

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson Correlation .a .722** .791** .722** .000 .181 1 .289 .439* -.272 .736** .653** .612** .857**

A7 Sig. (2-tailed) . .000 .000 .000 1.000 .337 .122 .015 .146 .000 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson Correlation .a .200 .245 .200 .126 -.471** .289 1 .238 .000 .094 .154 .000 .326

A8 Sig. (2-tailed) . .289 .193 .289 .505 .009 .122 .206 1.000 .619 .416 1.000 .079

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson Correlation .a .476** .526** .476** .211 -.157 .439* .238 1 -.157 .279 .426* .269 .599**

A9 Sig. (2-tailed) . .008 .003 .008 .264 .407 .015 .206 .407 .136 .019 .150 .000

57
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Lanjutan Lampiran 12. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas kuesioner kepatuhan

Pearson Correlation .a -.236 -.254 -.236 .149 -.111 -.272 .000 -.157 1 -.312 -.218 -.167 -.171

A10 Sig. (2-tailed) . .210 .176 .210 .432 .559 .146 1.000 .407 .093 .247 .379 .367

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson Correlation .a .614** .675** .614** -.060 .134 .736** .094 .279 -.312 1 .700** .535** .739**

A11 Sig. (2-tailed) . .000 .000 .000 .754 .481 .000 .619 .136 .093 .000 .002 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson Correlation .a .926** .860** .926** -.293 .267 .653** .154 .426* -.218 .700** 1 .764** .894**

A12 Sig. (2-tailed) . .000 .000 .000 .116 .154 .000 .416 .019 .247 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson Correlation .a .707** .657** .707** -.224 .389* .612** .000 .269 -.167 .535** .764** 1 .742**

A13 Sig. (2-tailed) . .000 .000 .000 .235 .034 .000 1.000 .150 .379 .002 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Pearson Correlation .a .912** .935** .912** -.027 .205 .857** .326 .599** -.171 .739** .894** .742** 1

SKOR Sig. (2-tailed) . .000 .000 .000 .885 .278 .000 .079 .000 .367 .000 .000 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

58
Lampiran 13. Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan

Correlations
B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 SKOR
Pearson Correlation 1 -.175 .018 -.120 .074 .175 -.117 .153
B1 Sig. (2-tailed) .355 .925 .529 .698 .355 .539 .420
N 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation -.175 1 .700** .098 -.498** .429* .111 .629**
B2 Sig. (2-tailed) .355 .000 .608 .005 .018 .559 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .018 .700** 1 .299 -.573** .612** .029 .743**
B3 Sig. (2-tailed) .925 .000 .109 .001 .000 .878 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation -.120 .098 .299 1 -.155 .293 .098 .500**
B4 Sig. (2-tailed) .529 .608 .109 .414 .116 .608 .005
N 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .074 -.498** -.573** -.155 1 -.709** .498** -.131
B5 Sig. (2-tailed) .698 .005 .001 .414 .000 .005 .489
N 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .175 .429* .612** .293 -.709** 1 -.270 .505**
B6 Sig. (2-tailed) .355 .018 .000 .116 .000 .149 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation -.117 .111 .029 .098 .498** -.270 1 .505**
B7 Sig. (2-tailed) .539 .559 .878 .608 .005 .149 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .153 .629** .743** .500** -.131 .505** .505** 1
SKOR Sig. (2-tailed) .420 .000 .000 .005 .489 .004 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

59
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
60

Lampiran 14. Hail Uji Reliabilitas Kuesioner Kepatuhan dan Pengetahuan

 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Kepatuhan

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha
.846 13

 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Pengetahuan

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.621 5
61

Lampiran 10. Identitas Mahasiswa

Nama : Nunung Eviana

NIM : 19084013

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal lahir : Pekalongan, 25 Juni 1988

Alamat : Jl. Wonodri Sendang 5 RT 1/ 5 Wonodri Semarang

No Telp : 085641836651

Riwayat Pendidikan:

SD : SD Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Lulus Tahun 2000

SMP : SMP Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Lulus Tahun 2003

SMK : SMF Nusaputera Semarang Lulus tahun 2006

DIII : DIII Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal 2020

Judul Penelitian : Gambaran Kepatuhan Masyarakat Mengkonsumsi Obat


Pencegahan Filariasis Di Kelurahan Sapuro Kebulen.

Tegal, 28 Juli 2020

Nunung Eviana
NIM. 19084013

Anda mungkin juga menyukai