Anda di halaman 1dari 100

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT

PENGETAHUAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI DESA DAWUNG


HALAMAN JUDUL

SKRIPSI

Oleh
DEWI LESTARI
NIM : 050218A050

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
TAHUN 2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi berjudul :
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT
PENGETAHUAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI DESA DAWUNG

Oleh
DEWI LESTARI
NIM : 050218A050

PROGRAM STUDI FARMASI`


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing serta telah diperkenankan untuk
diujikan.

Ungaran, 22 Agustus 2020


Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

apt. Galih Adi Pramana, S.Farm., M.Farm apt. Andrey Wahyudi, S.Farm., M.Farm
NIDIN : 0627028902 NIDN : 0608019401

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi berjudul
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT
PENGETAHUAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI DESA DAWUNG

Oleh
DEWI LESTARI
NIM : 050218A050

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Program Studi S1 Farmasi,


Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo, pada :
Hari : Sabtu
Tanggal : 22 Agustus 2020
Tim Penguji
Ketua/Pembimbing Utama

apt. Galih Adi Pramana, S.Farm., M.Farm


NIDIN : 0627028902
Anggota/Penguji Anggota/Pembimbing Pendamping

apt. Dian Oktianti, S.Far., M.Sc apt. Andrey Wahyudi, S.Farm., M.Farm
NIDN. 0625108102 NIDN : 0608019401
Mengesahkan
Ketua Program Studi S1 Farmasi

apt. Richa Yuswantina, S.Farm., M.Si


NIDN. 0630038702

iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dewi Lestari

Tempat, Tanggal Lahir : Sragen, 09 Januari 1997

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Nadri rt 20 rw 08 Kelurahan Desa Dawung,

Kecamatan Jenar, Kabupaten Sragen Jawa Tengah

Suku : Jawa

Kewarganegaraan : Warga Negara Indonesia

Pendidikan ormal : 1. SD Negeri Dawung 1 lulus tahun 2009

2. SMP Negeri 1 Jenar lulus tahub 2012

3. SMA Negeri 1 Sambungmacan lulus tahun 2015

4. Akademi Farmasi Nusaputera Semarang lulus

tahun 2018

5. Mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo sampai

sekarang

iv
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini saya,


Nama : Dewi Lestari
NIM : 050218A050
Program Studi/Fakultas : S1 Farmasi / Fakultas Ilmu Kesehata
Dengan ini menyatakan bahwa :
Skripsi berjudul “HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT
PENGETAHUAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI DESA DAWUNG”
adalah karya ilmiah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik apapun di Perguruan Tingi manapun.
1. Skripsi ini merupakan ide dan hasil karya murni saya yang dibimbing dan
dibantu oleh tim pembimbing dan narasumber.
2. Skripsi ini tidak memuat karya atau pendapat orang lain yang telah
dipublikasikan kecuali secara tertulis dicantumkan dalam naskah sebagai
acuan dengan menyebut nama pengarang dan judul aslinya serta dicantumkan
dalam daftar pustaka.
3. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran di dalam pernyataan ini, saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya
peroleh dan sanksi lain sesuai norma yang berlaku di Universitas Ngudi
Waluyo.

Ungaran, 22 Agustus 2020


Yang membuat pernyataan,

Dewi Lestari

v
HALAMAN KESEDIAAN PUBLIKASI

Nama : Dewi Lestari

NIM : 050218A050

Mahasiswa : Program Studi S1 Farmasi Universitas Ngudi Waluyo

Menyatakan memberi kewenangan kepada Universitas Ngudi Waluyo untuk

menyimpan, mengalih media/formatkan, merawat dan mempublikasikan skripsi

saya dengan judul “HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT

PENGETAHUAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI DESA DAWUNG”

untuk kepentingan akademis.

Ungaran, 22 Agustus 2020


Yang membuat pernyataan,

(Dewi Lestari)

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Laporan tugas akhir ini kupersembahkan kepada :

♥ Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, rahmat, hidayah, rezeki dan

semua yang saya butuhkan.

♥ Ibu ku tercinta Karsini, Bapakku tercinta Parno serta kakak kandungku Heri

Santoso, S.T. terimakasih atas doa, motivasi,semangat cinta, kasih sayang dan

pengorbanan yang telah diberikan.

♥ Diriku sendiri Dewi Lestari, jangan puas dengan perjuangan sampai disini,

terus kejar mimpi-mimpi itu, jangan menyerah! Semangat!

♥ apt. Galih Adi Pramana, S.Farm., M.Farm., selaku pembimbing utama


terimakasih sudah memberikan masukan, bimbingan dan motivasi serta yang
meluangkan waktu untuk memberikan tambahan ilmu dalam penyelesaian
skrisi ini

♥ apt. Andrey Wahyudi, S.Farm., M.Farm., selaku pembimbing kedua yang


telah bersedia membimbing dan mengaragkan penulis selama menyusun
skripsi, serta membantu, memberi kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi
ini.

♥ Semua dosen pengajar dan karyawan Fakultas Ilmu Kesehatan yang


membantu proses pembelajaran semua kuliah dan penyelesaian skripsi ini.

♥ Kepala desa dan staf Kantor Desa Dawung Kecamatan Jenar Kabupaten
Sragen, terimakasih sudah mengizinkan penulis melakukan penelitian dan
sudah membantu apa yang dibutuhkan penulis selama menyelesaikan skripsi.

♥ Sepupu saya Arif Nur Hamzah, S., Retno Hardianti Indra Mustakimah,
S.Kep., Acik Citra Septanti, S.Pd., Nelis Delinasari, terimakasih sudah
mendoakan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

vii
♥ Shobat ambyarku : Fenti fitriani, Hanif Anisa, Hidayati, Lusiana Apriliani,
yang selalu mendukung, menemani, mendoakan, dan mendengarkan
keluhanku. Terimakasih kalian selalu memberikan aku semangat dan
meluangkan waktu di saat penulis sedang kesulitan.

♥ Sahabatku Diah Ayu Setyowati, Regita Delia Haryani, Ilasari, Devi Alya
Atikah, Nurul Qusaimaa, Farida Rizki, Lizja Gusfiana, Desi Hereyanti,
Maratus Sholeha yang telah memberi banyak nasihat selama perkuliahan serta
membantu dalam doa dan semangat serta mendengarkan keluhan penulis

♥ Teman – teman sebimbingan skripsi yang menjadi teman seperjuangan dalam


skripsi ini yang selalu mengingatkan dan memberikan semangat penulis dalam
menyelesaikan skripsi

♥ Teman – teman satu angkatan S1 Farmasi Tansfer 2018 , yang menjadi teman
berjuang dan melangkah bersama dalam meniti cita- cita ini serta selalu
mengisi hari – hari menjadi sangat menyenangkan.

♥ Semua pihak yang telah berjasa membantu yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.

viii
Universitas Ngudi Waluyo
Program Studi S-1 Farmasi
Skripsi, Agustus 2020
Dewi Lestari
050218A050

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN


PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI DESA DAWUNG

ABSTRAK
Latar Belakang: Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengatasi
penyakit infeksi. Tingginya penyakit infeksi mengakibatkan tingginya
penggunaan antibiotik. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat akan menyebabkan
timbulnya resistensi antibiotik. Saat ini banyak masyarakat yang mendapatkan
antibiotik tanpa resep dokter dan tidak mendapatkan informasi yang cukup
mengenai cara penggunaan yang tepat untuk pengobatan sehingga menyebabkan
terjadinya resistensi.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
penggunaan antibiotik dan mengetahui adanya hubungan karakteristik dengan
tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik di Desa Dawung.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik observasional dan
menggunakan pendekatan cross sectional study. Teknik pegambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan kuesioner sebanyak 99 responden di Desa
Dawung dan dianalisis dengan uji korelasi spearman.
Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan penggunaan
antibiotik di Desa Dawung memiliki pengetahuan cukup baik sebesar 48,5%.
Terdapat hubungan antara usia dan pendidikan dengan tingkat pengetahuan
penggunaan antibiotik dengan nilai signifikan p = 0,003 dan 0,000. Dalam
penelitian ini tidak ditemukan adanya hubungan antara jenis kelamin dan
pekerjaan dengan tingkat pengetahuan penggunan antibiotik.
Kesimpulan: Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa pengetahuan penggunaan
antibiotik di Desa Dawung dalam kategori cukup baik dan karakteristik responden
yang terdapat hubungan dengan tingkat pengetahuan penggunaan obat adalah usia
dan pendidikan.

Kata kunci : Antibiotik, resistesi, Pengetahuan, penggunaan antibiotik

ix
Universitas Ngudi Waluyo
Pharmacy S-1 Study Program
Final Project, August 2020
Dewi Lestari
050218A050

RELATIONSHIP OF CHARACTERISTICS WITH KNOWLEDGE OF


ANTIBIOTIC USE IN DAWUNG VILLAGE

ABSTRACT
Background: Antibiotics are drugs used to treat infectious diseases. The high rate
of infectious diseases has resulted in the high use of antibiotics. Inappropriate use
of antibiotics will lead to antibiotic resistance. Currently, many people get
antibiotics without a doctor's prescription and do not get sufficient information
about how to use them properly for treatment, causing resistance.
Purpose: This study aims to determine the level of knowledge on the use of
antibiotics and to determine the relationship between the characteristics and the
level of knowledge on the use of antibiotics in Dawung Village.
Methods: This study used a descriptive observational analytic method and used a
cross sectional study approach. The sampling technique was carried out using a
questionnaire of 99 respondents in Dawung Village and analyzed by using the
Spearman correlation test.
Results: The results of this study indicate that the level of knowledge on the use
of antibiotics in Dawung Village has a fairly good knowledge of 48.5%. There is a
relationship between age and education with the level of knowledge of antibiotic
use with a significant value of p = 0.003 and 0.000. In this study, there was no
relationship between sex and occupation and the level of knowledge about
antibiotic use.
Conclusion: In this study it was concluded that the knowledge of antibiotic use in
Dawung Village was in a fairly good category and the characteristics of the
respondents that had a relationship with the knowledge level of drug use were age
and education.

Key words: Antibiotics, resistance, Knowledge, antibiotic use

x
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, atas

Ridho dan Rahmat serta Barokah-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan

Tugas Akhir yang berjudul “Hubungan Karakteristik dengan Tingkat Pengetahuan

Penggunaan Antibiotik di Desa Dawung”.

Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan

guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi Jurusan Farmasi pada Fakultas Ilmu

Kesehatan Untiversitas Ngudi Waluyo. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu,

memberikan dukungan baik moral maupun spirutual sehingga karya ini dapat

terselesaikan dengan baik. Rasa terima kasih yang mendalam penulis sampaikan

kepada :

1. Ketua Program Studi S1 Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi

Waluyo, yang saat ini dijabat oleh apt. Richa Yuswantina, S.Farm., M.Si.

2. apt. Galih Adi Pramana, S.Farm., M.Farm., selaku pembimbing utama,

terimakasih atas segala bimbingan dan arahannya sehingga laporan tugas akhir

ini cepet selesai tepat pada waktunya.

3. apt. Andrey Wahyudi, S.Farm., M.Farm., selaku pembimbing kedua yang

telah bersedia membimbing dan mengarahkan penulis selama menyusun

skripsi, serta membantu, memberi kritik dan saran dalam penyelesaian skripsi

ini.

xi
4. Kepala Desa Dawung dan seluruh staf kantor Desa Dawung yang telah

bersedia menerima penulis untuk melakukan penelitian tugas akhir.

5. Teman-teman penghuni Kos Djinar Jl.Prambanan dan teman seperjuangan

Farmasi Transfer 2018 yang selalu mendukung dalam suka maupun duka.

6. Seluruh keluarga besar Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Ngudi waluyo.

Penulis menyadari bahwa Laporan tugas Akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat berharap adanya kritik dan saran

untuk pengembangan penulisan selanjutnya. Penulis berharap semoga laporan ini

dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Ungaran, 22 Agustus 2020

Penulis

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN.............................................. v
HALAMAN KESEDIAAN PUBLIKASI................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN.................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
ABSTRAK................................................................................................... x
ABSTRACT................................................................................................. xi
DAFTAR ISI................................................................................................ xii
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... vvi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................................... 5
C. Tujuan .................................................................................... 5
D. Manfaat .................................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 7
A. Tinjauan Teori......................................................................... 7
1. Pengetahuan...................................................................... 7
2. Antibiotik.......................................................................... 12
3. Kuesioner ......................................................................... 30
B. Kerangka Teori....................................................................... 31
C. Kerangka Konsep.................................................................... 32
D. Hipotesis................................................................................. 32
BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 33
A. Desain Penelitian ................................................................... 33

xiii
B. Lokasi Penelitiang................................................................... 33
C. Subjek Penelitian.................................................................... 33
D. Definisi Operasional............................................................... 35
E. Variabel Penelitian.................................................................. 36
F. Instrumen Penelitian............................................................... 37
G. Pengumpulan Data.................................................................. 39
H. Pengolahan Data..................................................................... 40
I. Analisis Data .......................................................................... 40
J. Etika Penelitian....................................................................... 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... 44
A. Uji validitas dan Uji Reliabilitas............................................. 44
B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................... 45
C. Data demografi Responden.................................................... 46
D. Tingkat Pengetahuan Antibiotik dan Penggunaannya............ 53
E. Hubungan Karakterisitik Pasien dengan Tingkat
Pengetahuan Penggunaan Antibiotik......................................
60
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... 64
A. Kesimpulan............................................................................. 64
B. Saran....................................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 62
LAMPIRAN................................................................................................. 66

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori.....................................................................


31
Gambar 2.2 Kerangka Konsep..................................................................
32

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Contoh Antibiotik dan Dosis Antibiotik (IONI 2014) .........
18
Tabel 3.2 Indikator yang digunakan pada Kuesioner...........................
37
Tabel 3.2 Kategori reliabiltas nlai alpha...............................................
39
Tabel 3.3 Interfensi koefisien kolrelasi.................................................
42
Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin.............
46
Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Penggunaan Antibiotik berdasarkan
jenis kelamin.........................................................................
47
Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan umur..........................
48
Tabel 4.4 Tingkat pengetahuan Penggunaan Antibiotik berdasarkan
umur......................................................................................
49
Tabel 4.5 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan.................
50
Tabel 4.6 Tingkat Pengetahuan Penggunaan Antibiotik Berdasarkan
Tingkat Pendidikan...............................................................
51
Tabel 4.7 Karakteristik responden berdasarkan pekerajaan..................
52
Tabel 4.4 Tingkat pegetahuan Penggunaa Antibiotik berdasarkan
Jenis Pekerjaan......................................................................
53

xvi
Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden.............................................
53
Tabel 4.10 Tingkat pengetahuan masyarakat mengenai Pengetahuan
Penggunaan Antibiotik..........................................................
59
Tabel 4.5 Hubungan Karakteristik dengan Tingkat Pengetahuan
Penggunaan Antibiotik..........................................................
60

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan izin penelitian....................................................


66
Lampiran 2. Pemberian izin penelitian.......................................................
67
Lampiran 3. Keterangan selesesai penelitian..............................................
68
Lampiran 4. Lembar permohonan izin menjadi responden........................
69
Lampiran 5. Lembar persetujuan menjaadi responden...............................
70
Lampiran 6. Hasil uji validitas kuesioner pengetahuan tentang antibiotic.
71

xvii
Lampiran 7. Hasil uji validasi kuesioner pengetahuan tentang
penggunaan yang benar..........................................................
73
Lampiran 8. Hasil uji validitas kuesioner pengetahuan tentang antibiotic.
74
Lampiran 9. Jawaban kuesioner pengetahuan penggunaan antibiotik.........
75
Lampiran 10. Dokumentasi..........................................................................
78

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat

yang penting, khususnya di negara berkembang. Salah satu obat andalan untuk

mengatasi masalah tersebut adalah antimikroba antara lain

antibakteri/antibiotik, antijamur, antivirus. Antibiotik adalah obat yang paling

banyak digunakan dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri.

Pengobatan antibiotik dalam penyakit infeksi bertujuan untuk menghambat

pertumbuhan maupun membunuh bakteri yang menjadi penyebabnya.

Penggunaan antibiotik akan menguntungkan dan efektif apabila digunakan

secara tepat. Namun pada kenyataannya antibiotik telah digunakan secara luas

oleh masyarakat tanpa mengetahui dampak dari penggunaan antibiotik yang

tidak tepat. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat meliputi penghentian obat

secara tiba-tiba, dosis berlebihan, penggunaan sisa antibiotik, dan penggunaan

antibiotik dengan jangka waktu yang tidak tepat (Oyetunede dkk, 2010).

Ketidaktepatan penggunaan antibiotik ini banyak ditemukan di

berbagai daerah di Asia Tenggara, ditemukan 50% kasus pemberian antibiotik

yang tidak tepat pada pasien ISPA, 54% pada pasien diare akut, dan 40%

kasus pemberian antibiotik tidak tepat dosis (Holloway, 2011). Menurut

Kemenkes RI (2015) di Indonesia ditemukan 30-80% penggunaan antibiotik

tidak didasarkan pada indikasi yang tepat. Tingginya penggunaan antibiotik

1
yang tidak tepat dapat memicu terjadinya resistensi. Dampak lain dari

pemakaian antibiotik yang tidak tepat adalah meningkatnya toksisitas dan efek

samping antibiotik tersebut, serta meningkatnya biaya terapi (Pradipta dkk,

2015). Penggunaan antibiotik tidak tepat indikasi ini didukung dengan masih

banyaknya penjualan antibiotik secara bebas yang menyebabkan banyaknya

penggunaan antibiotik oleh masyarakat (Insany dkk, 2015).

Penjualan antibiotik tanpa resep dokter merupakan fenomena yang

banyak terjadi di berbagai dunia termasuk Indonesia. Selain berasal dari sisa

pengobatan sebelumnya, apotek menjadi salah satu sumber utama untuk

memperoleh antibiotik tanpa resep dokter. Penggunaan antibiotik tanpa resep

dokter berpotensi menimbulkan terjadinya masalah resistensi antibiotik.

Resistensi antibiotik dapat menyebabkan kesembuhan pasien menjadi lebih

lama, memerlukan biaya yang lebih tinggi dan bahkan menyebabkan

kematian. Ancaman resistensi terhadap antibiotik telah menjadi perhatian

kesehatan masyarakat dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

memperkirakan hal ini menjadi salah satu penyebab utama kematian pasien

akibat infeksi (WHO, 2012).

Laporan terakhir dari Badan Kesehatan Dunia (World Health

Organization) dalam Antimicrobial Resistance: Global Report on Surveillance

juga menunjukkan bahwa Asia Tenggara memiliki angka tertinggi dalam

kasus resistensi antibotik di dunia (Kementerian Kesehatan RI, 2017). Hasil

penelitian Antimicrobial Resistant in Indonesia (AMRIN-Study) menunjukkan

bukti bahwa dari 2.494 individu di masyarakat 43% Escherichia coli resisten

2
terhadap berbagai jenis antibiotika, antara lain : ampisilin (34%),

kotrimoksazol (29%) dan kloramfenikol (25%). Permasalahan resistensi ini

mengakibatkan hilangnya efektivitas obat atau senyawa kimia yang berguna

untuk mencegah atau mengobati infeksi (Ivoryanto dkk, 2017).

Masyarakat memainkan peranan penting dalam penyebaran resistensi

bakteri terhadap antibiotik. Sebagai upaya untuk mengurangi resistensi

antibiotik adalah dengan mendidik masyarakat tentang penggunaan antibiotik.

Hal ini akan menjadi kampanye mengatasi fakta bahwa antibiotik tidak

menyembuhkan batuk biasa atau pilek. Beberapa negara telah melakukan

kampanye nasional untuk memodifikasi kesalahpahaman masyarakat

mengenai efektivitas antibiotik, untuk mempromosikan penggunaan antibiotik

yang tepat dan mencegah perkembangan resistensi (McNulty dkk, 2012).

Berbagai faktor mempengaruhi penggunaan antibiotik tanpa resep di

kalangan masyarakat. Faktor tersebut diantaranya adalah faktor

sosiodemografi dan faktor pengetahuan masyarakat tentang antibiotik.

Karakteristik sosio-demografi menggambarkan tentang perbedaan usia, jenis

kelamin, status, pekerjaan serta tingkat pendidikan. Gambaran sosiodemografi

akan mempengaruhi perilaku dari masyarakat (Gibney dkk, 2008). Adanya

perbedaan karakteristik sosiodemografi akan menghasilkan perilaku

pengobatan yang berbeda-beda termasuk perilaku masyarakat dalam

menggunakan antibiotik tanpa resep (Widayati dkk ; Grigoryan dkk ; 2006).

Berdasarkan penelitian Ardhany dkk (2016), tingkat pengetahuan

masyarakat Desa Basawang RT 03 Kecamatan Teluk Sampit tentang

3
penggunaan antibiotik sebagai pengobatan pada tahun 2016 termasuk dalam

kriteria tingkat pengetahuan cukup dengan presentase 50,33% (115

responden). Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan

antibiotik ini memperburuk kejadian resistensi antibiotik, cara masyarakat

yang mengkonsumsi antibiotik tidak rutin dan tidak sampai habis dengan

alasan sembuh merupakan faktor pendukung resistensi (Kemenkes, 2011 ).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mahardika dkk (2018)

tentang tingkat pengetahuan pasien rawat jalan tentang penggunaan antibiotik

di puskesmas karanganyar dan puskesmas Ngargoyoso wilayah Karanganyar

menunjukkan bahwa kedua puskesmas wilayah Karanganyar memiliki tingkat

pengetahuan dalam kategori baik yaitu 81,8% sebanyak 230 orang (puskesmas

karanganyar) dan di puskesmas Ngargoyoso 76,4% (172 orang).

Tingkat pengetahuan pengunjung Apotek di Kecamatan Jebres tentang

antibiotik rendah, yaitu 36,96% (102 orang), sedang sebanyak 43,48% (120

orang) dan tinggi sebanyak 19,57% (54 orang). Hasil survey yang telah

dilakukan Center for Indonneian Veterinary Analytical Sudies (CIVAS) di 3

lokasi yaitu Kabuaten Sukoharjo, Klaten dan Karanganyar terhadap

masyarakat menunjukkan lemahnya fungsi pengawasan serta pengendalian

praktek penggunaan antibiotik yang tidak bertanggungjawab dan tidak bijak.

Tingkat pengetahuan dari responden pasien rumah sakit masih rendah yaitu

61,1% (CIVAS, 2017).

4
Berdasarkan latar belakang ini, penulis melakukan penelitian tentang

Hubungan Karakteristik Dengan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Antibiotik

di Desa Dawung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan permasalahan penelitian

yaitu apakah terdapat Hubungan Karakteristik Dengan Tingkat Pengetahuan

Penggunaan Antibiotik di Desa Dawung?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui adanyaya

Hubungan Karakteristik Dengan Tingkat Pengetahuan Penggunaan

Antibiotik di Desa Dawung.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Tentang Penggunaan

Antibiotik di Desa Dawung.

b. Untuk mengetahui karakteristik meliputi jenis kelamin, usia,

pendidikan, dan pekerjaan di Desa Dawung.

5
D. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan baik dari penulis

maupun pembaca.

2. Bagi institusi, sebagai masukan dalam menambah pustaka dan referensi

untuk peneliti selanjutnya.

3. Bagi masyarakat, diharapkan dapat memberikan informasi serta

menambah pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan antibiotik.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengetahuan

a. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah

seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan diperoleh dari informasi baik secara lisan maupun

tulisan dari pengalaman seseorang. Pengetahuan diperoleh dari fakta

atau kenyataan dengan mendengar radio, melihat televisi serta dapat

diperoleh dari pengalaman berdasarkan pemikiran kritis, selain itu usia

serta pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang

(Soekanto, 2007).

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan antara lain :

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini

7
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata

kerja untuk untuk mengukur bahwa seseorang tahu tentang apa

yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan,

mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk bisa

menjelaskan secara benar tentang suatu objek yang diketahui, dan

dapat menginterpretasikan kembali secara benar, menyebutkan

contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap

objek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan

sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan dalam menguraikan suatu

materi atau objek menjadi komponen-komponen yang lebih kecil ,

tetapi masih di dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya

satu sama lain.

8
5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi

baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun,

dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang

ingin diukur dari subjek penelitian.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan yaitu :

1) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pikir

seseorang. Semakin tua usia seseorang semakin bijak dan semakin

banyak informasi yang diperoleh serta semakin banyak hal yang

dikerjakan sehingga menambah pengetahuan.

9
2) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha bentuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan seseorang dan berlangsung seumur

hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka dia akan

lebih mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga lebih mudah

pula untuk menyelesaikan hal-hal baru tersebut.

3) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas

seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi

kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pekerjaan/Karyawan adalah

mereka yang bekerja pada orang lain atau institusi, kantor,

perusahaan dengan upah dan gaji baik berupa uang maupun

barang. Lingkungan pekerjaan dapat menjadikann seseorang

memperoleh pengalalamn dan pengetahuan baik secara langsung

maupun tidak langsung. Semakin lama seseorang bekerja semakin

banyak pengetahuan yang diperoleh. Pekerjaan merupakan faktor

yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari jenis pekerjaan

yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak

pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang lain. Pengalaman

belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan

pengetahuan dan ketrampilan profesional serta pengalaman belajar

dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam

10
mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menular

secara ilmiah dan etik.

4) Pengalaman

Pengalaman bekerja dan belajar akan meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan profesional serta dapat

mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang

merupakan manifestasi dari kepribadian penalaran secara ilmiah.

5) Sumber informasi

Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi

perantara dalam menyampaikan informasi. Semakin banyak

informasi yang diperoleh, maka semakin banyak pula pengetahuan

yang dimiliki.

6) Sosial budaya dan ekonomi

Sosial budaya dan ekonomi sangat berpengaruh terhadap

tingkat pengetahuan seseorang. Karena informasi-informasi terbaru

akan disaring sesuai dengan kebudayaan yang ada dan agama yang

dianut. Tingkatan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup

disesuaikan dengan penghasilan yang ada, sehingga menuntut

pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal

mungkin.

11
7) Lingkungan

Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar

individu yang berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan.

2. Antibiotik

a. Epidemiologi

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013)

menunjukkan bahwa 31% rumah tangga menyimpan antibiotik sebagai

persediaan dan 69% rumah tangga menyimpan anibiotik sebagai obat

sisa. Hasil data Riset keehatan Dasar (Riskesdas 2013) menunjukkan

jenis antibiotik yang banyak digunakan oleh rumah tangga adalah

amoxicillin 96% , klotrimoksazol dan antibiotik topikal sebesar 12%,

kuinolon dan ampisillin 9%, antifungi 9% tetrasiklin 4%, sulfonamida

3%, anti TBC dan antibiotik jenis lainnya sebesar 2%. Berdasarkan

data tersebut jenis antibiotik yang banyak digunakan oleh rumah

tangga adalah amoxicillin.

b. Pengertian Antibiotik

Antibiotik adalah senyawa alami yang dihasilkan oleh jamur

atau mikroorganisme yang dapat membunuh bakteri penyebab

penyakit pada manusia ataupun hewan. Beberapa antibioika

merupakan senyawa sintesis (tidak dihasilkan oleh mikroorganisme)

yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri

(Katzung, 2007).

12
Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi infeksi

bakteri yang bersifat bakterisid (membunuh bakteri) dan bakteriostatik

(mencegah berkembangbiaknya bakteri) (Kemenkes, 2011). Antibiotik

merupakan obat keras yang bisa didapatkan dengan resep dokter

(Sanjoyo, 2008).

c. Penggolongan Antibiotik

1) Berdasarkan sifat toksisitas selektif

Berdasarkan sifat dan toksisitas selektif, antibiotik ada yang

bersifat bakteriostatik dan ada yang bersifat bakterisid (Depkes,

2011).

a) Bakteriostatik

Antibiotik bakteriostatik bekerja dengan mencegah atau

menghambat pertumbuhan kuman, tidak membunuh kuman,

sehingga pembasmian kuman sangat tergantung pada daya

tahan tubuh. Termasuk dalam golongan ini adalah sulfonamida,

tertrasiklin, kloramfenikol, eritromisin dan makrolida.

b) Bakterisid

Antibiotik bakterisid secara aktif membasmi kuman.

Antibiotik yang termasuk dalam golongan ini adalah penisilin,

sefalosporin, aminoglikosida (dosis besar), kotrimoksazol,

polipeptida, rifampisin dan isoniazid.

13
2) Berdasarkan aktivitas

Berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dikelompokkan

sebagai berikut (Depkes, 2011) :

a) Antibiotik spektrum luas

Antibiotik spektrum luas yaitu antibiotik yang aktif

terhadap berbagai macam bakteri. Contohnya seperti tetrasiklin

dan sefalosporin efektif terhadap organisme baik gram positif

maupun gram negatif.

b) Antibiotik spektrum sempit

Antibiotik spektrum sempit yaitu antibiotik yang hanya

bekerja dalam satu macam mikroorganisme tertentu.

Contohnya seperti penisilin dan eritromisin dipakai untuk

mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif

dan gentamisin dipakai untuk mengobati infeksi yang

disebabkan oleh bakteri gram negatif..

3) Berdasarkan struktur kimia

Berdasarkan struktur kimianya, antibiotik digolongkan

menjadi beberapa golongan, yakni (Goodman and Gilman, 2012) :

a) Golongan Penisilin

Golongan penisilin ini merupakan golongan yang

penting karena masih banyak digunakan secara luas. Penisilin

digunakan sebagai terapi untuk infeksi pneumokokus,

streptokokus, mikroorganisme anaerob, stafilokokus, sifilis dan

14
difteri. Antibiotik yang tergolong dalam penisilin antara lain

amoksisilin, ampisilin, dan karboksipenisilin (Goodman and

Gilman, 2012).

b) Golongan Sulfonamida

Golongan ini termasuk dalam antibiotik spektrum luas

terhadap bakteri gram positif maupun negatif dengan

menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik ini dapat bekerja

sebagai bakterisid dalam kadar tinggi (Nafrialdi, 2007).

Antibiotik golongan ini merupakan kelompok penting pada

penanganan infeksi saluran kemih. Penggunannya selain untuk

infeksi saluran kemih, juga digunakan pada infeksi mata,

radang usus, dan infeksi lainnya.

c) Trimetoprim

Antibiotik ini lebih efektif dalam menghambat enzim

dihidrofolat reduktase bakteri dibandingkan dengan enzim yang

sama pada sel mamalia. Mulanya antibiotik ini digunakan

untuk terapi infeksi saluran kemih (ISK). Kombinasi

trimetoprim dan sulfametoksazol digunakan untuk mengatasi

infeksi salmonella shigella, E.Choli, dan penyakit whipple

(Ciptaningtyas, 2014).

d) Golongan Kuinolon

Golongan ini dibagi menjadi 2 kelompok yakni

kuinolon (tidak diperuntukkan untuk infeksi sistemik) dan

15
flourokuinolon (golongan kuinolon dengan atom fluoro ada

cincin kuinolon). Golongan kedua ini memiliki aktivitas yang

lebih baik dibandingkan golongan kuinolon lama (Nafrialdi,

2007). Antibiotik golongan kuinolon ini digunakan untuk terapi

pada beberapa infeksi ISK, ISPA, penyakit seksual, infeksi

tulang, dan beberapa infeksi lainnya. Beberapa obat yang

tergolong dalam kuinolon adalah siprofloksasin, ofloksasin,

levofloksasin (Goodman dan Gilman, 2012).

e) Golongan Sefalosporin

Sefalosporin merupakan antibiotik spektrum kerjanya

luas meliputi bakteri gram positif dan gram negatif berdasarkan

penghambatan pertumbuhan sintesis peptidoglikan yang

diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya. Sefalosporin

memiliki khasiat dan sifat yang banyak mirip dengan penisilin.

Antibiotik golongan ini digunakan untuk infeksi saluran napas,

kulit gonore, pneumonia, meningitis dan infeksi saluran urin.

Contoh antibiotik golongan ini adalah sefadroksil, sefotaksim,

seftriakson, sefiksim dan sefaleksin.

f) Golongan Aminoglikosida

Aminoglikosida merupakan suatu golongan antibiotik

yang biasa digunakan bersamaan dengan antibiotik golongan b-

laktam dalam mengatasi beberapa infeksi. Antibiotik golongan

ini lebih efektif pada bakteri gram negatif. Beberapa contoh

16
golongan aminoglikosida adalah streptomisin, neomisin dan

gentamisin (Katzung dkk, 2013).

g) Golongan Tetrasiklin

Antibiotik golongan tetrasiklin ini mempunyai

spektrum luas dan dapat menghambat berbagai bakteri gram

positif, gram negatif, baik yang bersifat aerob maupun anaerob.

Antibiotik ini digunakan dalam penyakit menular seksual,

infeksi basilus, kokus, ISK dan infeksi lainnya (Goodman and

Gilman, 2012). Contoh antibiotik golongan ini adalah

tetrasiklin, doksisiklin, minosiklin dan oksitetrasiklin

(Kemenkes, 2011).

h) Golongan Kloramfenikol

Kloramfenikol aktif terhadap sejumlah organisme gram

positif dan gram negatif, tetapi karena toksisitasnya

penggunaan obat ini dibatasi hanya untuk mengobati infeksi

yang mengancam kehidupan dan tidak ada alternatif lain

(Mycek dkk, 2001). Kloramfenikol adalah antibiotik

berspektrum luas, menghambat bakteri Gram-positif dan

negatif, aerob dan anaerob dan Mikoplasma. Efek samping

yang ditimbulkan adalah supresi sumsum tulang, grey baby

syndrome, neuritis optik pada anak dan timbulnya ruam

(Kemenkes, 2011).

17
Antibiotik ini diindikasikan pada pasien dengan demam

tifoid, infeksi berat lain terutama yang disebabkan oleh

Haemophilus influenzae, abses serebral, mastoiditis,

septikemia, pengobatan empiris pada meningitis. Contoh

antibiotik golongan ini adalah kloramfenikol dan tiamfenikol.

i) Golongan Makrolida

Antibiotik ini bersifat bakteriostatik. Namun pada

konsentrasi tinggi, antibiotik ini dapat pula bekerja dengan cara

bakterisid. Antibiotik ini digunakan untuk terapi infeksi difteri

serta dapat digunakan sebagai obat alternatif pada pasien yang

sensitif penisilin, terutama pada infeksi yang disebabkan oleh

streptokokus, pneumokokus dan klostridium. Antibiotik yang

termasuk golongan ini antara lain eritromisin, dan azitromisin

dan Clindamisin (Goodman dan Gilman, 2012).

Tabel 2.6 Contoh Antibiotik dan Dosis Antibiotik


(IONI 2014)
Golongan Contoh
No Dosis
Antibiotik Antibiotik
1 Golongan Amoksisilin  Dewasa
penisilin  Oral: 250-500 mg tiap 8 jam
 Infeksi saluran nafas berat atau
berulang : 3 gr tiap 12 jam
 Anak kurang dari 10 th: 125- 250
mg tiap 8 jam, dosis digandakan
pada infeksi berat.
 Terapi oral jangka pendek
 Otitis media : 1 gr setiap 8 jam
 Abses gigi: 3 gr diulangi 8 jam
kemudian
 Infeksi saluran kemih: 3 gr,
diulang setelah 10-12 jam

18
Golongan Contoh
No Dosis
Antibiotik Antibiotik
Ampisisilin  Dewasa:
 0,25-1 gr/ 6 jam(diberikan 30
menit sebelum makan).
 Anak dibawah 10 tahun : 1/2 dosis
dewasa
2 Sulfonamid Sulfadiazin  Oral :
 Pencegahan demam rematik, 1
gr/hari
 Jika berat badan lebih kecil 30
kg 500 mg/hari
Sulfasalazin  Dewasa
 Oral : 1-2 gr 4 kali sehari;
 Anak
 Oral : Dosis awal: 40-60 mg /kg
bb per hari dalam dosis terbagi.
3 Trimetoprim Trimetoprim  Oral: infeksi akut, 200 mg tiap 12
jam.
 Anak dua kali sehari :
 2-5 bulan 25 mg
 6 bulan-5 tahun 50 mg
 6-12 tahun 100 mg.
 Infeksi kronik
 Anak : 1-2 mg/kg bb malam hari.
 Injeksi intravena atau infus:
 150-250 mg tiap 12 jam
 Anak di bawah 12 tahun, 6-9
mg/kg bb/hari dibagi 2 atau 3
dosis
4. Kuinolon Siprofloksasin  Oral : 
 infeksi saluran napas, 250-750
mg dua kali sehari.
 Infeksi saluran kemih, 250-500
mg dua kali sehari (untuk akut
tanpa komplikasi, 250 mg dua
kali sehari selama 3 hari).
Gonore 500 mg dosis tunggal.
 Infeksi Pseudomonal saluran
pernafasan bawah pada cystic
fibrosis 750 mg dua kali sehari
 Anak 5-17 tahun sampai 20
mg/kg bb dua kali sehari
(maksimal 1,5 gr sehari).
 Infeksi lain, 500-750 mg dua kali

19
Golongan Contoh
No Dosis
Antibiotik Antibiotik
sehari.
 Injeksi intravena :  (selama 30-60
menit), 200-400 mg dua kali sehari.
 Infeksi Pseudomonal saluran
pernafasan bawah pada cystic
fibrosis 400 mg dua kali sehari.
 Anak 5-17 tahun sampai 10
mg/kg bb tiga kali sehari
(maksimal 1,2 gr sehari).
 Infeksi saluran kemih, 100 mg
dua kali sehari.
ofloksasin,  Oral : 
 Infeksi saluran kemih, 200-400
mg/hari, sebaiknya pagi hari.
Pada infeksi saluran kemih atas
dapat dinaikkan sampai dua kali
400 mg/hari. Infeksi saluran
kemih bawah, 400 mg/hari, bila
perlu dapat dinaikkan menjadi
dua kali 400 mg/hari.
 Gonore tanpa komplikasi, 400
mg dosis tunggal.
 Infus intravena: (200 mg/30 menit).
 Infeksi saluran kemih dengan
komplikasi, 200 mg/ hari. Infeksi
saluran kemih bawah, 200 mg
dua kali sehari.
 Septikemia, 200 mg dua kali
sehari.
 Infeksi kulit dan jaringan lunak,
400 mg dua kali sehari. Pada
infeksi berat atau dengan
komplikasi, dosis dapat
ditingkatkan menjadi 400 mg
dua kali sehari
Levofloksasin  Oral dan parenteral : 250 mg –750
mg sekali sehari selama 7-14 hari,
tergantung pada jenis dan
keparahan.
 sinusitis akut, 500 mg per hari
selama 10-14 hari
 Pneumonia yang didapat dari
lingkungan, 500 mg sekali atau
dua kali sehari selama 7-14 hari

20
Golongan Contoh
No Dosis
Antibiotik Antibiotik
 Infeksi saluran kemih, 250 mg
selama 7-10 hari (selama 3 hari
untuk infeksi tanpa komplikasi),
 Prostatitis kronik, 500 mg sekali
selama 28 hari.
5. Sefalosporin sefadroksil,  Berat badan lebih dari 40 kg : 0,5-1
gr dua kali sehari.
 Infeksi jaringan lunak, kulit, dan
saluran kemih tanpa komplikasi: 1
g/hari.
 Anak kurang dari 1 tahun: 25 mg/kg
bb/hari dalam dosis terbagi.
 Anak 1-6 tahun: 250 mg dua kali
sehari.
 Anak lebih dari 6 tahun: 500 mg
dua kali sehari.
Sefotaksim Pemberian injeksi
Intramuskuler, intravena atau infus:1
gr tiap 12 jam, dapat ditingkatkan
sampai 12 gr per hari dalam 3-4 kali
pemberian. (Dosis di atas 6 gr/hari
diperlukan untuk infeksi
pseudomonas).
 Neonatus : 50 mg/kg bb/hari dalam
2-4 kali pemberian. Pada infeksi
berat, dapat ditingkatkan 150-200
mg/kg bb/hari.
 Anak : 100-150 mg/kg bb/hari
dalam 2-4 kali pemberian. (pada
infeksi berat dapat ditingkatkan
menjadi 200 mg/kg bb/hari).
Seftriakson Pemberian injeksi intramuskular atau
infus.
 1 g/hari dalam dosis tunggal. Pada
infeksi berat : 2-4 gr/hari dosis
tunggal. Dosis lebih dari 1 gr
diberikan pada dua tempat atau
lebih.
 Anak di atas 6 minggu : 20-50
mg/kg bb/ hari, dapat naik sampai
80 mg/kg bb/hari. Diberikan dalam
dosis tunggal. Bila lebih dari 50
mg/kg bb, hanya diberikan secara
infus intravena. 

21
Golongan Contoh
No Dosis
Antibiotik Antibiotik
Sefiksim Dewasa dan anak >30 kg : dosis
umum yang direkomendasikan 50–
100 mg, oral dua kali sehari. Dosis
disesuaikan dengan umur, berat badan
dan kondisi pasien.
Untuk infeksi parah atau infeksi yang
sulit disembuhkan dosis ditingkatkan
sampai 200 mg dua kali sehari
Demam tifoid pada anak, 10–15
mg/kg bb/ hari selama 2 pekan.
Sefaleksin 250 mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap 8-
12 jam. Dapat dinaikkan sampai 1-1,5
g tiap 6-8 jam untuk infeksi berat.
 Anak : 25 mg/kg bb/hari dalam
dosis terbagi. Dapat dinaikkan dua
kali lipat untuk infeksi berat
(maksimum 100 mg/kg bb/hari).
 Anak di bawah 1 tahun: 125 mg
tiap 12 jam.
 Anak 1-5 tahun : 125 mg tiap 8 jam
 Anak 6-12 tahun, 250 mg tiap 8
jam.
 Profilaksis infeksi saluran kemih
berulang, Dewasa, 125 mg pada
malam hari.
6. Aminoglikosida Neomisin Oral : 1 gram tiap 4 jam.
Gentamisin Injeksi intramuskular, intravena atau
infus : 2-5 mg/kg bb/hari (dalam dosis
terbagi tiap 8 jam)
 Anak di bawah 2 minggu, 3 mg/kg
bb tiap 12 jam ;
 2 minggu sampai 2 tahun, 2 mg/kg
bb tiap 8 jam. 
7 Tetrasiklin Tetrasiklin Oral : 250 mg tiap 6 jam.
 Pada infeksi berat dapat
ditingkatkan sampai 500 mg tiap 6-
8 jam.
 Sifilis primer, sekunder dan laten :
500 mg tiap 6-8 jam selama 15 hari.
 Uretritis non gonokokus: 500 mg
tiap 6 jam selama 7-14 hari (21 hari
bila pengobatan pertama gagal atau
bila kambuh
Doksisiklin  Dosis lazim dewasa : 200 mg pada

22
Golongan Contoh
No Dosis
Antibiotik Antibiotik
hari pertama (diberikan sebagai
dosis tunggal atau 100 mg setiap 12
jam) diikuti dengan dosis
pemeliharaan 100 mg/hari
(diberikan sebagai dosis tunggal
atau sebagai dosis 50 mg setiap 12
jam). Untuk mengatasi infeksi yang
lebih berat (terutama infeksi saluran
kemih kronis), 200 mg sehari
selama periode terapi.
 Anak di atas 8 tahun: Dosis yang
dianjurkan pada anak BB kurang
dari atau sama dengan 45 kg adalah
4,4 mg/kg bb (sebagai dosis tunggal
atau dosis terbagi dua pada hari
pertama), diikuti dengan 2,2 mg/kg
bb (dosis tunggal atau dosis terbagi
dua) pada hari yang berurutan. Pada
infeksi yang lebih berat, bisa hingga
4,4 kg/bb.
 Anak dengan berat badan lebih dari
45 kg: sama dengan dosis dewasa.
8. Kloramfenikol kloramfenikol Oral, injeksi intravena atau infus: 50
mg/kg bb/hari dibagi dalam 4 dosis
(pada infeksi berat seperti septikemia
dan meningitis, dosis dapat
digandakan dan segera diturunkan bila
terdapat perbaikan klinis).
 Anak : meningitis purulenta, 50-
100 mg/kg bb/hari dalam dosis
terbagi.
 Bayi di bawah 2 minggu, 25 mg/kg
bb/hari (dibagi dalam 4 dosis).
 2 minggu - 1 tahun, 50 mg/kg
bb/hari (dibagi 4 dosis).

Tiamfenikol  Dewasa, anak-anak, dan bayi


berusia di atas 2 minggu, 50 mg/kg
bb sehari dalam dosis terbagi 3-4
kali sehari.
 Bayi prematur, 25 mg/kg bb sehari
dalam dosis terbagi 4 kali sehari.
 Bayi berusia di bawah 2 minggu, 25
mg/kg bb sehari dalam dosis terbagi

23
Golongan Contoh
No Dosis
Antibiotik Antibiotik
4 kali sehari.
9. Makrolida eritromisin,  Oral :
 Dewasa dan Anak di atas 8
tahun, 250-500 mg tiap 6 jam
atau 0,5-1 gr tiap 12 jam. Pada
infeksi berat dapat dinaikkan
sampai 4 gr/hari.
 Anak sampai 2 tahun, 125 mg
tiap 6 jam; 2-8 tahun 250 mg tiap
6 jam.
 Sifilis stadium awal, 500 mg 4
kali sehari selama 14 hari.
 Infus intravena:
 infeksi berat pada dewasa dan
anak, 50 mg/kg bb/hari secara
infus kontinu atau dosis terbagi
tiap 6 jam
 Infeksi ringan 25 mg/kg bb/hari
bila pemberian per oral tidak
memungkinkan.
Azytromisin 500 mg sekali sehari selama 3 hari.
 Anak di atas 6 bulan, 10 mg/kg bb
sekali sehari selama 3 hari
 Berat badan 15-25kg, 200mg
sekali sehari selama 3 hari
 Berat badan 26-35 kg, 300 mg
sekali sehari selama 3 hari
 Berat badan 36-45 kg, 400 mg
sekali sehari selam 3 hari.

d. Resistensi Antibiotik

Resistensi antibiotik adalah kemampuan bakteri untuk

menetralisir dan melemahkan daya kerja antibiotik sehingga bakteri

menjadi kebal terhadap antibiotik dan tidak lagi dapat dimatikan atau

dibunuh. Resistensi terjadi ketika bakteri berubah dalam satu atau lain

hal yang menyebabkan turun atau hilangnya efektivitas obat dalam

mengobati infeksi. Bakteri yang mampu bertahan hidup dan

24
berkembang biak, menimbulkan lebih banyak bahaya. Hal ini menjadi

perhatian serius karena dapat menyebabkan kematian, menyebar, dan

membebankan biaya yang besar pada individu dan masyarakat

(Depkes, 2011).

Faktor utama penyebab resistensi antibiotik akibat penggunaan

antibiotik yang tidak tepat seperti waktu penggunaan yang terlalu

singkat, dosis terlalu rendah, maupun diagnosis penyakit salah (Bish

dkk, 2009). Hal ini mengakibatkan tidak tercapainya efek terapeutik

yang diharapkan, meningkatnya morbiditas dan mortalitas, serta

bertambahnya biaya pengobatan yang harus dikeluarkan oleh pasien.

Faktor lain yang menyebabkan resistensi antibiotik adalah :

1) Faktor terkait pasien

Pasien memiliki pandangan bahwa antibiotik dihentikan

penggunaannya apabila merasa sudah sembuh walaupun antibiotik

masih tersisa.

2) Antibiotik yang dijual bebas

Promosi komersial dan penjualan besar-besaran oleh

perusahaan farmasi serta didukung pengaruh globalisasi,

memudahkan terjadinya pertukaran barang sehingga jumlah

antibiotik yang beredar semakin luas. Hal ini memudahkan akses

masyarakat luas terhadap antibiotik.

3) Pengawasan

25
Lemahnya pengawasan yang dilakukan pemerintah dalam

distribusi dan pemakaian antibiotik. Misalnya, pasien dapat dengan

mudah mendapatkan antibiotik tanpa resep dari dokter, Selain itu,

kurangnya komitmen dari instansi terkait baik untuk meningkatkan

mutu obat maupun mengendalikan penyebaran infeksi (Kemenkes

RI, 2011).

Menurut Kemenkes RI tahun 2011, tentang penggunaan

antibiotik agar tidak terjadi resistensi adalah :

a) Minum antibiotik sesuai yang diresepkan dokter. Jangan

kebanyakan atau kekurangan.

b) Habiskan antibiotik yang sudah diresepkan oleh dokter

walapun badan sudah sehat.

c) Jangan membeli antibiotik secara bebas tanpa resep dokter

d) Antibiotik hanya dapat digunakan untuk mengobati penyakit

yang berasal dari bakteri.

e) Pilek, batuk dan diare pada umumnya tidak menggunakan

antibiotik.

f) Banyak bertanya kepada dokter atau tenaga kesehatan lainnya

tentang obat apa saja yang mengandung antibiotik.

g) Jangan membeli antibiotik menggunakan resep lama

e. Mekanisme Kerja Antibiotik

Antibiotik menghambat mikroba melalui mekanisme kerja

yang berbeda yaitu (Gunawan dkk, 2007):

26
1) Mengganggu metabolisme sel mikroba

Antibiotik yang menghambat metabolisme sel mikroba

ialah sulfonamida, trimetoprim, dan asam p-aminosalisilat (PAS)

dengan mekanisme kerja ini diperoleh efek bakteriostatik.

2) Menghambat sintesis dinding sel

Antibiotik yang merusak dinding sel mikroba dengan

menghambat sintesis enzim atau inaktivasi enzim, sehingga

menyebabkan hilangnya viabilitas dan sering menyebabkan sel

lisis. Antibiotik ini meliputi penisilin, sefalosporin, vankomisin dan

basitrasin. Antibiotik ini menghambat sintesis dinding sel terutama

dengan mengganggu sintesis peptidoglikan (Gunawan dkk, 2007).

3) Mengganggu permeabilitas membran sel mikroba

Obat yang termasuk dalam kelompok yang mengganggu

permeabilitas membran sel mikroba ialah polimiksin. Polimiksin

sebagai senyawa ammonium-kauterner dapat merusak membran sel

setelah bereaksi dengan fosfat pada fosfolipid membran sel

mikroba (Gunawan dkk, 2007).

4) Menghambat sintesis protein sel mikroba

Antibiotik yang menghambat sintesis protein sel mikroba

ialah golongan aminoglikosida, makrolida, tetrasiklin dan

kloramfenikol. Sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein

untuk kehidupannya (Gunawan dkk, 2007).

27
5) Menghambat sintsis asam nukleat

Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat sel

mikroba termasuk rifampisin dan kuinolon. Rifampisin adalah

salah satu derivat rifamisin, berikatan dengan enzim polymerase-

RNA sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA oleh enzim

tersebut (Gunawan dkk, 2007).

f. Efek Samping penggunaan Antibiotik

Efek samping yang paling umum dari penggunaan antibiotik

adalah diare, mual, muntah, dan infeksi jamur pada saluran pencernaan

dan mulut. Kasus yang jarang terjadi antibiotik dapat menyebabkan

batu ginjal, gangguan darah, gangguan pendengaran, pembekuan darah

abnormal dan kepekaan terhadap sinar matahari, serta terjadinya

resistensi yaitu aktivitas kuman atau bakteri untuk melindungi diri

terhadap efek antibiotik (Nawai, 2013)

Menurut Gunawan dkk (2009) efek samping antibiotik sebagai

berikut :

1) Reaksi Alergi

Reaksi alergi dapat ditimbulkan oleh semua antibiotik

dengan melibatkan sistem imun tubuh hospes, terjadinya tidak

bergantung pada besarnya dosis obat. Manisfestasi gejala dapat

bervariasi. Orang yang pernah mengalami reaksi alergi,

umpamanya oleh penisilin, tidak selalu mengalami reaksi itu

kembali ketika diberikan obat yang smaa. Sebaliknya orang tanpa

28
riwayat alergi dapat mengalami reaksi alergi pada penggunaan

ulang penisilin.

2) Reaksi Toksik

Antibiotik umumnya bersifat toksik-selektif, tetapi sifat ini

relatif. Efek toksik pada hospes ditimbulkan oleh semua jenis

antibiotik, yang mungkin dianggap relatif tidak toksik sampai kini

ialah golongan penisilin. Golongan tetrasiklin cukup terkenal

dalam mengganggu pertumbuhan jaringan tulang, termasuk gigi,

akibat deposisi kompleks tetrasiklin kalsium-ortofosfat. Selain

faktor jenis obat, berbagai faktor dalam tubuh menentukan

terjadinya reaksi toksik antara lain fungsi organ dan sistem

tertentu sehubungan dengan biotrasformasi dan ekskresi obat.

3) Perubahan biologik dan metabolik pada hospes

Pada tubuh hopspes, baik yang sehat maupun yang

menderita infeksi, terdapat populasi mikroflora normal. Dengan

keseimbangan ekologik, populasi mikroflora tersebut biasanya

tidak menunjukkan sifat pathogen. Misalnya pada penggunaan

antibiotik, terutama yang berspektrum luas, dapat mengganggu

keseimbangan ekologik mikroflora sehingga jenis mikroba yang

meningkat jumlah populasinya dapat menjadi pathogen.

3. Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden atau berisikan laporan

29
tentang pribadinya atau hal - hal yang responden tersebut ketahui

(Arikunto, 2006). Kuesioner atau angket adalah instrumen penelitian yang

digunakan untuk metode angket atau kuesioner. Kuesioner merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawab. Teknik pengumpulan data ini merupakan teknik yang efisien bagi

peneliti yang mengetahui dengan pasti variabel yang akan diukur dan

mengetahui apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2015).

Kuesioner apabila dipandang dari cara menjawab, terdapat dua

macam kuesioner, yaitu kuesioner terbuka dan kuesioner tertutup.

Kuesioner terbuka merupakan kuesioner yang memberikan kesempatan

kepada responden untuk menjawab pertanyaan menggunakan kalimatnya

sendiri, sedangkan kuesioner tertutup merupakan kuesioner yang telah

menyediakan jawaban, sehingga responden penelitian hanya langsung

memilih dari jawaban yang telah tersedia (Arikunto, 2006). Kuesioner

apabila dipandang dari jawaban yang diberikan dapat dibedakan menjadi

dua macam, yaitu kuesioner langsung dan tidak langsung. Kuesioner

langsung berarti responden menjawab tentang dirinya sendiri, sedangkan

kuesioner tidak langsung berisikan kuesioner yang mana responden

menjawab tentang orang lain (Arikunto, 2006). Kuesioner apabila

dipandang dari bentuknya, maka dibedakan menjadi empat macam, yaitu

kuesioner pilihan ganda yang sama dengan kuesioner tertutup, kuesioner

isian yang berarti sama dengan kuesioner terbuka, check-list yang mana

30
responden tinggal memberikan tanda check (√ ) pada kolom yang dipilih,

dan rating scale atau skala bertingkat yang akan menunjukkan tingkatan-

tingkatan, misalnya dari sangat setuju sampai sangat tidak setuju

(Arikunto, 2006).

B. Kerangka Teori

Tingkatan Faktor yang


Pengetahuan
Pengetahuan: mempengaruhi :
Mayarakat
 Tahu dan Faktor yang
tentang
pengetahuan mempengaruhi :
Penggunaan
  Usia
Antibiotik
 Memahami  Pendidikan
 Aplikasi  Pekerjaan
 Analisis
 Sintesis  Pengalaman
Kategori :
 Evaluasi  Sumber informasi
 Baik  Sosial budaya dan
 Cukup ekonomi
 Kurang  Lingkungan

= Diteliti

= Tidak diteliti

Gambar 2.3 Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

 Usia
 Jenis kelamin Tingkat Pengetahuan masyarakat
 Pekerjaan tentang penggunaaan antibiotik
 Pendidikan
31
Gambar 2.4 Kerangka Konsep

D. Keteragan Empiris

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran :

1. Karakteristik masyarakat Desa Dawung (jenis kelamin, usia, pendidikan,

dan pekerjaan)

2. Tingkat Pengetahuan Penggunaan Antibiotik di Desa Dawung

3. Hubungan Karakteristik dengan Tingkat Pengetahuan Penggunaan

Antibiotik di Desa Dawung

32
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan

penelitian analitik observasional dan menggunakan pendekatan cross

sectional study. Study Cross Sectional merupakan suatu metode penelitian

yang dilakukan dengan hanya mengamati objek dalam suatu periode tertentu

dan tiap objek tersebut hanya diamati satu kali dalam prosesnya (Hasmi,

2012).

B. Lokasi Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Desa Dawung RW 08 Kecamatan Jenar

Kabupaten Sragen.

2. Waktu

Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2020.

C. Subjek Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah subjek yang akan diteliti dan memenuhi

karakteristik yang ditentukan (Riyanto, 2011). Populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah semua masyarakat RW 08 Desa Dawung yang

pernah menggunakan obat antibiotik.

33
2. Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo 2012).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling. Purposive sampling merupakan metode sampling

secara non random dengan kriteria-kriteria yang ditentukan untuk

mendapatkan hasil yang akurat (Murti, 2010). Kriteria tersebut meliputi

kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dan eksklusi diantaranya :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu

dipenuhi setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu :

1) Masyarakat RW 08 Desa Dawung

2) Masyarakat berumur 17 tahun – 60 tahun

3) Masyarakat yang pernah menggunakan antibiotik

4) Bersedia menjadi responden

5) Masyarakat yang bukan termasuk tenaga kesehatan

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah keadaan subjek tidak dapat diikut

sertakan dalam penelitian. Kriteria Eksklusi yaitu :

1) Masyarakat yang tidak bisa membaca dan menulis

2) Masyarakat yang tidak dapat berkomunikasi dengan baik

34
Dalam penelitian ini jumlah populasi tidak diketahui, jumlah

sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus dari rumus

Lemeshow, yaitu :

Rumus untuk menentukan sampel:

Keterangan :

n = Jumlah sampel

p = Proporsi suatu kasus tertentu pada populasi. Jika tidak diketahui

maka ditetapkan 50% (0,50)

d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan

Perhitungan sebagai berikut

96,04 ~ 97

Berdasarkan perhitungan tersebut banyaknya sampel sebesar

97 responden, dalam penelitian ini peneliti melebihkan sampel

menjadi 99 responden untuk mengantisipasi tejadinya kesalahan

responden dalam mengisi kuesioner.

D. Definisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden dalam

hal ini adalah pasien masyarakat RW 08 Desa Dawung tentang

penggunaan obat antibiotik yang dinyatakan dalam (%). Jika nilai <56%

35
berarti masyarakat berpengetahuan kurang, jika nilai 56 – 75% masyarakat

berpengetahuan cukup dan jika nilainya >75% maka masyarakat

berpengetahuan baik (Arikunto, 2006).

2. Tingkat pengetahuan adalah baik dan kurang baiknya pengetahuan

masyarakat RW 08 Desa Dawung terhadap penggunaan antibiotik.

3. Masyarakat Desa Dawung adalah adalah komunitas penduduk yang

berdomisili pada suatu daerah, dalam penelitian ini adalah masyarakat RW

08 Desa Dawung yang pernah mengkonsumsi antibiotik.

4. Karakteristik pada penelitian ini dikategorikan sebagai berikut :

a. Jenis kelamin, dikategorikan menjadi 2 yaitu laki-laki dan perempuan.

b. Umur, dikategorikan menjadi 4 yaitu (17 - 25 tahun), (26 - 35 tahun),

(36 - 45 tahun) dan (46 - 60 tahun).

c. Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi 5 (Tidak sekolah, SD, SMP,

SMA/SMK dan sarjana).

d. Pekerjaan, dikategorikan menjadi 5 yaitu (PNS, Swasta, Wiraswasta,

Petani dan Ibu Rumah Tangga/Tidak bekerja).

5. Antibiotik adalah golongan obat yang digunakan untuk mengobati

penyakit akibat infeksi oleh bakteri.

E. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono

36
2009). Variabel bebas dalam penelitian ini berupa karakteristik pasien

yaitu jenis kelamin, umur, tingkat pekerjaan dan tingkat pendidikan.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono 2009). Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan penggunaan antibiotik.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

kuesioner. Menurut Umar dalam Novitasari (2019), Kuesioner merupakan

suatu pengumpulan data dengan memberikan atau pernyataan kepada

responden dengan harapan memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut.

Daftar pertanyaan atau pernyataan dapat bersifat terbuka jika jawaban tidak

ditentukan sebelumnya, sedangkan bersifat tertutup jika alternatif-alternatif

jawaban telah tersedia. Penyusunan pertanyaan kuesioner berdasarkan

favorable dan unfavorable. Pertanyaan favorable merupakan pertanyaan yang

bersifat mendukung atau mengatakan hal-hal positf. Sebaliknya pertanyaan

unfavorable merupakan pertanyaan yang bersifat tidak mendukung atau

mengatakan hal-hal negatif. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan

pada kuesioner sebagai berikut :

Tabel 3.1 Indikator yang digunakan pada Kuesioner

No Indikator Nomor soal Jumlah Nomor soal yang


soal valid
1. Pengetahuan antibiotik 1,2,3,4,5,6,7 7 1,3,4,5,6,7
2. Penyimpanan antibiotik 8,9,10 3 8,9,10
3. Penggunaan antibiotik 11,12,13,14,15,6 6 11,12,13,14,15,16
4. Efek samping antibiotik 17,18,19,20 4 18,19,20

37
Jumlah 20 18
Sebelum kuesioner digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian,

kuesioner harus diuji coba terlebih dahulu kepada sejumlah subjek yang

mempunyai karakteristik yang sama dengan calon responden penelitian untuk

mengetahui ketepatan pelaksanaan penelitian.

1. Uji Validitas

Uji validitas untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner.

Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu

untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Sehingga pertanyaan dalam kuesioner yang sudah dibuat betul-betul dapat

mengukur apa yang hendak diukur. Masing-masing item dikatakan valid

apabila r hitung > r tabel (Ghozali, 2005). Kriteria penilaian uji validitas

adalah :

a. Apabila r hitung > t tabel (pada taraf signifikan 5%), maka dapat

dikatakan item kuesioner tersebut valid.

b. Apabila r hitung < r tabel (pada taraf signifikan 5%), maka dapat

dikatakan item kuesioner tersebut tidak valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan uji yang dapat menunjukkan bahwa

suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpul data karena instrumen dinilai sudah baik dan dapat dipercaya

sehingga data yang dihasilkan dapat dipercaya juga. Suatu kuesioner

dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan

adalah konsisten atau stabil diukur sekali saja. Pengujian reliabilitas

38
menggunakan metode Alpha Cronbach. Semakin nilai alphanya mendekati

satu maka nilai reliabilitas datanya semakin terpercaya. Syarat suatu alat

ukur menunjukkan kehandalan yang semakin tinggi adalah apabila

koefisien reliabilitas (α) yang mendekati angka satu. Apabila koefision

alpha (α) lebih besar dari 0,6 maka alat ukur dianggap handal dan dapat

digunakan dalam suatu penelitian (Ghozali, 2005). Kritera reliabilitas

menurut Putra dkk (2004), sebaga berkut :

Tabel 3.7 Kategori reliabilitas nilai alpha

No Nilai Alpha Kategori


1 0,70 – 0,90 Reliabilitas tinggi
2 0,50 – 0, 70 Reliabilitas moderat
3 <0,50 Relablitas rendah

G. Pengumpulan Data

1. Perizinan

Perizinan dilakukan dengan meminta izin tertulis untuk melakukan

penelitian dari kampus ke instansi terkait dalam hal ini kepala desa

kelurahan desa Dawung.

2. Penyebaran Kuesioner

Penyebaran kuesioner dilakukan oleh peneliti dengan metode

metode door-to-door. Peneliti menyebarkan kueisoner dengan mendatangi

masyarakat di rumah masing-masing dan memberikan kuesioner.

Kuesioner akan diisi oleh responden sendiri dan ditunggu oleh peneliti

untuk memastikan kelengkapan pengisian serta mengurangi

kesalahpahaman responden terhadap isi. Pengisian kuesioner dilakukan

oleh responden sendiri tetapi apabila responden meminta untuk dibantu

39
maka peneliti akan memandu dalam pengisian kuesioner tanpa megarah ke

jawaban kuesioner. Kuesioer yang sudah diisi oleh responden

dikumpulkan dan dianalisis.

H. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang

dilakukan setelah pengumpulan data untuk kemudahan dalam pengolahan

data digunakan bantuan program SPSS (Statistical Product and Service).

Langkah-langkah pengolahan data meliputi:

1. Editing

Memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau yang

dikumpulkan dari kuesioner masyarakat RW 08 Desa Dawung.

2. Coding

Pemberian kode numerik (angka) untuk mempermudah peneliti

memasukan data yang diperoleh dari kuesioner.

3. Data entry

Entry data (memasukkan data) yaitu proses memasukkan data

yang sudah diperoleh menggunakan komputer dengan menggunakan

sistem atau program SPSS.

4. Cleaning

Memeriksa kembali data yang sudah di entry apakah ada

kesalahan atau tidak.

40
I. Analisis Data

Data yang diperoleh dari kuesioner akan dianalisis dengan bantuan

komputer menggunakan aplikasi SPSS versi 20. Sebelum menggunakan

aplikasi SPSS data dianalisis terlebih dahulu mennggunakan analisis deskriftif

menggunakan Microsoft Excell untuk menjelaskan karakteristik dari setiap

variabel. Data yang dianalisis meliputi jenis kelamin, umur, pekerjaan,

pendidikan, dan tingkat pengetahuan tentang antibiotik dan penggunaannya.

Untuk memperoleh data-data tersebut digunakan kuesioner dengan kategori

pertanyaan menggunakan skala Guttman dengan kriteria untuk jawaban

“benar” diberikan skor 1 dan untuk jawaban “salah” diberikan skor 0. Jumlah

pertanyaan yang valid berjumlah 20, sehingga skor tertinggi adalah 20 dan

skor terendah adalah 0.

Cara untuk menentukan skor persentase tiap soal adalah sebagai berikut

(Arikunto, 2006) :

Keterangan :

P : Persentase

X : Jumlah jawaban yang benar

N : Jumlah soal

Untuk mengukur persentase tingkat pengetahuan masyarakat RW 08

Desa Dawung tentang penggunaan antibiotik, digunakan kriteria menurut

Arikunto (2006) :

a. Pengetahuan baik : 76 – 100%

41
b. Pengetahuan cukup : 56 – 75%

c. Pengetahuan kurang : <56%

Selanjutnya untuk menghitung frekuensi karakteristik responden (umur,

jenis kelamin, pekerjaan dan pendidikan) dan kategori menggunakan statistika

deskriptif frequensi pada aplikasi SPPS. Peneliti memilih menghitung

menggunakan SPSS tidak menghitung dengan manual, hal ini dapat

mengurangi kesalahan dalam penelitian.

Analisis hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis kolerasi

spearman dengan taraf signifikansi sebesar 0,05. Jika nilai < 0,05,

menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara karakteriktik pasien

dengan tingkat pengetahuan. Sebaliknya jika nilai signifikansi > 0,05 maka

tidak ada hubungan yang bermakna antara karakteristik pasien dengan tingkat

pengetahuan. Kekuatan kolerasi dapat diketahui berdasarkan nilai koefisien

kolerasi. Sifat korelasi akan menentukan arah dari korelasi. Adapun arah

korelasi positif (+) menunjukkan hubungan yang searah, dan arah korelasi

negatif (-) menunjukkan arah hubungan yang berlawanan arah (Dahlan, 2012).

Untuk mengetahui besar kekuatan korelasi saat diketahui berdasarkan tabel

interpretasi kolerasi D.A . de Vaus sebagai berikut (Khoiroh, 2013) :

Tabel 3.8 Intervensi koefisien korelasi

No Koefisien Kekuatan Hubungan


1 0,0 Tidak ada hubungan
2 0,01 – 0, 09 Hubungan kurang berarti
3 0,10 – 0,29 Hubungan lemah
4 0,30 – 0,49 Hubungan moderat
5 0,50 – 0,69 Hubungan kuat
6 0,7 – 0,89 Hubungan sangat kuat
7 >0,90 Hubungan mendekati sempurna

42
J. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi kerahasiaan data milik

responden. Sebelum melakukan penelitian, peneliti telah menyiapkan formulir

persetujuan subjek (informed consent) kepada responden untuk diisi. Data

penelitian dari responden akan dijaga selama penelitian. Pada saat penyajian

data, identitas dalam kuesioner akan diubah menjadi bentuk huruf dan angka,

sedangkan kuesioner asli akan disimpan dan hanya diketahui oleh peneliti dan

juga dosen pembimbing.

43
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Uji validitas pada penelitian ini dilaksanakan di RW 05 Desa Dawung,

Kecamatan Jenar Kabupaten Sragen. Sedangkan penelitiannya dilakukan pada

RW 08 Desa Dawung, kecamatan Jenar Kabupaten Sragen. Uji validitas ini

dilakukan di RW 05 karena RW 05 memiliki karakteristik yang sama dengan

RW 08. Uji validitas dilakukan dengan mengisi kuesioner yang terdiri dari 20

pertanyaan tentang pengetahuan penggunaan antibioik dengan jumlah 30

responden yang merupakan masyarakat RW 05 Desa Dawung. Pengambilan

responden untuk validitas adalah 30 responden, hal ini sesuai pendapat

Singarimbun dan Efendi (1995) yang mengatakan bahwa jumlah minimal uji

coba kuesioner adalah 30 responden.

Berdasarkan uji validitas yang telah dilakukan di RW 05 Desa Dawung

dengan 30 responden terdiri dari 20 pertanyaan tentang pengetahuan antibiotik

didapatkan hasil item pertanyaan yang valid yaitu 18 dimana r hitung > r tabel.

Karena jumlah responden yang digunakan untuk uji validitas sebanyak 30

orang, maka r tabel ditentukan sesuai dengan rumus yang digunakan (df= n-2)

maka akan menjadi df= 30 – 2 yaitu 28 (df= 28). Berdasarkan kriteria dengan

ketentuan df atau degree of freedom yang sudah didapat (df = 28, dengan Sig

5%) dan dengan melihat r tabel yang sudah ditetapkan pada statistika, dapat

44
disimpulkan bahwa nilai r tabel adalah sebesar 0,361. Jadi, jika r hitung > r

tabel maka dinyatakan valid.

Setelah dapat ditentukan bahwa kuesioner yang dibuat dalam penelitian

ini valid, kemudian dilanjutkan dengan uji reliabilitas yang dilakukan dengan

menggunakan metode Cronbrach Alpha. Berdasakan uji reliabilitas

menunjukkan bahwa kuesioner tentang pengetahuan penggunaan antibiotik

memiliki nilai alpha sebesar 0,741 dimana reliabilitas dianggap reliabel

dengan kategori reliabilitas tinggi.

B. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Dawung merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

Jenar, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Desa Dawung termasuk pusat

pemerintahan yang ada di kecamatan Jenar karena sebagian besar kantor

tingkat kecamatan (seperti : kantor kecamatan, kantor dinas pendidikan, kantor

urusan agama, puskesmas, polsek dan koramil) terletak di Desa Dawung. Desa

Dawung memiliki penduduk dengan jumlah penduduk 5848 jiwa. Penghasilan

utama masyarakat desa Dawung adalah bertani tebu di lahan perhutani dan

lahan pribadi. Penelitian ini dilakukan di desa Dawung RW 08 Kecamatan

Jenar, Kabupaten sragen, Jawa Tengah . Sumber Data dalam penelitian ini

diperoleh dari kuesioner melalui penyebaran secara langsung ke rumah warga.

Kuesioner disebarkan kepada masyarakat RW 08 Desa Dawung sebanyak 99

responden yang masuk kedalam kriteria insklusi dan eksklusi pada bulan juli

2020.

45
C. Data Demografi Responden

Penelitian yang dilakukan di Desa Dawung RW 08 ini mengkaji

beberapa karakteristik seperti jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir dan

pekerjaan.

1. Jenis Kelamin Responden

Responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini lebih banyak

adalah perempuan. Sebanyak 65% responden adalah perempuan dan 35%

responden adalah laki-laki. Responden perempuan lebih banyak berada di

rumah sehingga ketika penyeberan kuesioner lebih mudah ditemui.

Responden laki-laki sulit untuk ditemui karena biasanya bekerja di luar

rumah.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah


N %
Laki - Laki 35 35%
Perempuan 64 65%
Total 99 100%

Berdasarkan tabel 4.2 tingkat pengetahuan tentang penggunan

antibiotik responden berjenis kelamin perempuan memiliki pengetahuan

baik sebanyak 36% responden dan pada responden laki-laki memiliki

pengetahuan cukup sebanyak 57% responden.

46
Tabel 4.2 Tingkat Pengetahuan Penggunaan Antibiotik Berdasarkan
Jenis Kelamin
Jenis Pengetahuan Total
Kelamin Baik Cukup Kurang
N % N % N % N %
Laki - Laki 9 26% 20 57% 6 17% 35 100%
Perempuan 23 36% 28 44% 13 20% 64 100%

2. Usia Responden

Usia merupakan faktor penting yang menentukan tingkat

pemahaman seseorang tentang apa yang terjadi disekelilingnya. Secara

psikologis seseorang yang semakin bertambah umur semakin pula timbul

kecemasan akan masalah atau penyakit yang dideritanya. Faktor yang

menghambat pengetahuan seseorang yaitu dengan bertambahnya usia dan

dan penglihatan, kemampuan menerima informasi akan berkurang. Tabel

4.3 menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini berdasarkan

kelompok usia terbanyak antara 46 – 60 tahun yaitu sebanyak 26,3%

responden, selanjutnya responden berusia 17 – 25 sebanyak 25,3%

responden. Responden berusia 26 – 35 sebanyak 24,2% responden dan

sisanya responden berusia 36 – 45 sebanyak 24,2% responden.

Pengelompokan usia responden ini sesuai penggolongan menurut Depkes

RI (2009) yaitu masa remaja akhir (17 – 25 tahun), masa dewasa awal (26

- 35 tahun), masa dewasa akhir (36 – 45 tahun) dan masa lansia awal (46

– 60 tahun).

47
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
(Depkes RI ,2006)
Umur Jumlah
N %
17 - 25 Tahun 25 25,3%
26 - 35 Tahun 24 24,2%
36 - 45 Tahun 24 24,2%
46 - 60 Tahun 26 26,3%
Total 99 100%

Berdasarkan tabel 4.4 tingkat pengetahuan masyarakat berdasarkan

usia responden tingkat pengetahuan masyarakat tentang penggunaan

antibiotik yang baik terdapat pada kelompok usia 26 – 35 tahun sebanyak

46% responden. Pada usia ini cara berfikir seseorang sudah terbilang baik

serta pengalaman yang didapat cukup banyak. Tingkat pengetahuan

tentang penggunaan antibiotik dengan kategori kurang terdapat pada

kelompok usia 46 – 60 tahun sebanyak 39% responden, pada usia ini

termasuk kelompok lansia awal. Semakin bertambah umur dan tingkat

kematangan seseorang, pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki

sebelumnya, pengalaman sendiri, pengalaman orang lain dapat membuat

penurunan pada suatu waktu dalam kekuatan berfikir dan bekerja.

Notoatmojo (2007) menyebutkan bahwa usia seseorang dapat

mempengaruhi tingkat pengetahuannya. Makin tua usia seseorang proses

perkembangan mentalnya semakin baik, akan tetapi pada umur tertentu

bertambahnya proses perkembangan mental tidak secepat ketika berumur

belasan tahun. Daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dengan

demikian bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada

pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, namun pada umur

48
menjelang usia lanjut kemampuan atau mengingat suatu pengetahuan

akan berkurang.

Tabel 4.4 Tingkat Pengetahuan Penggunaan Antibiotik


Berdasarkan Umur
Pegetahuan
Total
Umur Baik Cukup Kurang
N % N % N % N %
17 - 25 Tahun 11 44% 11 44% 3 12% 25 100%
26 - 35 Tahun 11 46% 10 42% 3 12% 24 100%
36 - 45 Tahun 6 25% 15 63% 3 12% 24 100%
46 - 60 Tahun 4 15% 12 46% 10 39% 26 100%

3. Tingkat Pendidikan Responden

Pendidikan merupakan suatu usaha mengembangkan kepribadian

dan kemampuan seseorang dan berlangsung seumur hidup, semakin tinggi

pendidikan seseorang maka akan semakin mudah menerima informasi

sehingga semakin banyak pula menerima pengetahuan yang dimilikinya

(Nursalam, 2011). Berdasarkan Tabel 4.5 diperoleh data paling banyak

merupakan responden dengan pendidikan SMA/SMK sebanyak 34,3%

responden, salah satu alasannya adalah bahwa responden yang bersedia

meluangkan waktu dan mengisi kuesioner adalah yang berpendidikan

SMA/SMK. Jumlah yang paling sedikit adalah responden dengan yang

tidak sekolah sebanyak 2% responden. Hal ini juga didukung salah

satunya karena di desa Dawung sudah jarang terdapat masyarakat yang

memiliki tingkat pendidikan tidak sekolah.

49
Tabel 4.5 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
Umur Jumlah
N %
Tidak sekolah 2 2,0%
SD 33 33,3%
SMP 25 25,3%
SMA/SMK 34 34,3%
Sarjana 5 5,1%
Total 99 100%

Berdasarkan hasil penelitian responden yang memiliki tingkat

pengetahuan baik sebanyak 80% adalah responden dengan pendidikan

sarjana dan responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang

sebanyak 50% adalah responden yang tidak sekolah. Hal ini sesuai dengan

pernyataan oleh Widiawaty yang mengatakan bahwa semakin tinggi

pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan

mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut. Notoatmodjo (2007)

mengungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan merupakan

salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang untuk lebih mudah

menerima pengetahuan baru dan semakin tinggi pendidikan seseorang

akan semakin baik pengetahuannya, untuk tingkat sarjana dan SMA/SMK

sudah dapat menerima berbagai informasi. Hasil penelitian Gaol (2013)

juga menemukan bahwa masyarakat dengan tingkat pendidikan yang

tinggi cenderung akan memberikan pengetahuan yang baik. Peningkatan

pengetahuan tidak hanya diperoleh dari pendidikan formal saja akan tetapi

juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang

bertambah bisa dikarenakan oleh pengalaman sekitar yang bisa membuat

seseorang menjadi kritis dalam bertindak maupun berfikir.

50
Tabel 4.6 Tingkat Pengetahuan Penggunaan Antibiotik Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
Pegetahuan
Total
Pedidikan Baik Cukup Kurang
N % N % N % N %
Tidak sekolah 0 0% 1 50% 1 50% 2 100%
SD 4 12% 17 52% 12 36% 33 100%
SMP 3 12% 17 68% 5 20% 25 100%
SMA/SMK 21 62% 12 35% 1 3% 34 100%
Sarjana 4 80% 1 20% 0 0% 5 100%

4. Jenis Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak

langsung. Berikut ini adalah hasil presentase tingkat pengetahuan dan

penggunaan responden berdasarkan pekerjaan. Karakteristik responden

berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 4.7 menunjukkan

bahwa 32,3% responden sebagai ibu rumah tangga/tidak bekerja, 24,2%

adalah pegawai swasta, 22,2% bekerja sebagai petani, 18,2% adalah

wiraswasta dan 3% responden bekerja sebagai PNS. Pada penelitian ini

kebanyakan responden sebagai ibu rumah tangga/tidak bekerja, hal ini

dikarenakan responden dalam penelitian ini kebanyakan perempuan dan

selain itu, kebanyakan masyarakat Desa Dawung setelah lulus SMA/SMK

bekerja dipabrik atau di toko dan kemudian menikah. Setelah menikah

mereka tidak melanjutkan pekerjaannya tetapi cenderung memilih fokus

merawat anak dan keluarga.

51
Tabel 4.7 Karakteristik responden berdasarkan pekerajaan
Umur Jumlah
N %
PNS 3 3,0%
Swasta 24 24,2%
Wiraswasta 18 18,2%
Petani 22 22,2%
Ibu Rumah Tagga/
32 32,3%
Tidak bekerja
Total 99 100%

Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan penggunaan

antibiotik yang baik pada responden berdasarkan karakteristik jenis

pekerjaan terdapat pada PNS yaitu sebanyak 67% responden. Sedangkan

tingkat pengetahuan tentang penggunaan antibiotik yang kurang pada

responden dengan pekerjaan sebagai petani sebanyak 41% responden.

Menurut Notoatmojo (2010) tingkatan seseorang untuk memenuhi

kebutuhan hidup disesuaikan dengan penghasilan yang ada sehingga

menuntut pengetahuan yang dimiliki harus dipergunakan semaksimal

mungkin. Pekerjaan merupakan faktor mempengaruhi pengetahuan.

Ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain

lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa

interaksi dengan orang lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang

dikembangkan memberikan pengetahuan dan ketrampilan profesional

serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan

kemampuan dalam mengambil keputusan.

52
Tabel 4.9 Tingkat pegetahuan Penggunaa Antibiotik berdasarkan Jenis
Pekerjaan
Pegetahuan
Total
Pedidikan Baik Cukup Kurang
N % N % N % N %
PNS 2 67% 1 33% 0 0% 3 100%
Swasta 12 50% 9 38% 3 12% 24 100%
Wiraswasta 6 33% 10 56% 2 11% 18 100%
Petani 1 5% 12 54% 9 41% 22 100%
Ibu Rumah
Tagga/ Tidak 11 34% 16 50% 5 16% 32 100%
bekerja

D. Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Penggunaan Antibiotik

Penilaian hasil tingkat pengetahuan masyarakat pada penelitian ini

berdasarkan indikator yang meliputi pengetahuan umum tentang antibiotik,

cara penyimpanan antibiotik, cara penggunaan antibiotik dan efek samping

dari penggunaan antibiotik. Penilaian hasil tingkat pengetahuan masyarakat

berdasarkan indikator tersebut sebagai berikut:

Tabel 4.9 Distribusi Jawaban Responden


Jawaban
Jawaban
Responden
Indikator No Pertanyaan kuesioner yang
(%)
diharapkan
Benar Salah
Pengetahuan 1. Antibiotik adalah obat Benar 97% 3%
tentang yang dapat membunuh
Antibiotik atau menghambat bakteri
dalam tubuh
2. Semua obat adalah Salah 43% 57%
golongan antibiotik
3. Amoxicillin termasuk Benar 91% 9%
obat golongan antibiotik
4. Supertetra termasuk obat Benar 60% 40%
golongan antibiotik
5. Cefadroxsil adalah obat Benar 62% 38%
golongan antibiotik
6. Paracetamol dan asam Salah 74% 26%
mefenamat adalah obat
golongan antibiotik
Penyimpanan 7. Antibotik tidak boleh di Benar 81% 19%
Antibiotik simpan pada suhu panas

53
Jawaban
Jawaban
Responden
Indikator No Pertanyaan kuesioner yang
(%)
diharapkan
Benar Salah
8. Penyimpanan antibiotik Benar 92% 8%
harus terhindar dari sinar
matahari
9. Antibiotik sirup kering Benar 71% 29%
tidak boleh disimpan
lebih dari 7 hari setelah
dicampur dengan air
Penggunaan 10 Antibiotik dapat Salah 48% 52%
Antibiotik digunakan untuk
mengobati segala jenis
penyakit
11. Antibiotik tidak Benar 52% 48%
digunakan sebagai obat
flu
12. Antibiotik harus Benar 98% 2%
digunakan sesuai petunjuk
dokter
13 Antibiotik dapat Salah 66% 34%
digunakan hanya satu
tablet jika diperlukan
14 Semua obat antibiotik Salah 59% 41%
harus diminum 3 kali
sehari
15. Antibiotik harus
digunakan sampai habis Benar 65% 35%
walaupun sudah merasa
sembuh
Efek Samping 16 Pada sebagian orang Benar 87% 13%
Antibiotik antibiotik dapat
menimbulkan alergi
17. Pada sebagian orang Benar 81% 19%
antbiotik dapat
menyebabkan mual dan
muntah
18. Jika timbul efek samping Benar 93% 7%
ketika menggunakan
antibiotik maka berhenti
menggunakannya

Pengukuran tingkat pengetahuan responden dalam penelitian ini

awalnya dilakukan dengan pengisisan kuesioner mencakup indikator

pengetahuan antibiotik, cara penyimpanan antibiotik, penggunaan antibiotik

54
dan efek samping dari atibiotik. Berdasarkan tabel 4.9 diatas dapat dijelaskan

bahwa pertanyaan nomor 1 Antibiotik adalah obat yang dapat membunuh

atau menghambat bakteri dalam tubuh sebesar 97% responden yang

menjawab dengan tepat (pilihan jawaban benar). Hal ini menunjukkan bahwa

pengetahuan responden yang mengetahui bahwa antibiotik adalah obat yang

dapat membunuh bakteri termasuk baik. Banyak responden yang mengetahui

bahwa antibiotik ditujukan untuk pengobatan infeksi bakteri. Responden

yang menjawab pertanyaan nomor 2 bahwa semua obat adalah antibiotik

sebesar 43% responden menjawab tepat (pilihan jawaban salah) dan 57%

responden menjawab salah (pilihan jawaban benar), hal ini pengetahuan

ressponden mayoritas dalam kategori kurang karena tidak semua obat adalah

golongan antibiotik. Pada pertanyaan nomor 3 Sebanyak 91% responden

mengetahui bahwa amoxicillin adalah contoh antibiotik. Hal ini benar sesuai

yang diungkapkan oleh Goodman dan Gilman (2012) bahwa amoxicillin

adalah salah satu contoh antibiotik golongan penisilin. Berdasarkan penelitian

ini jenis antibiotik yang dikenal masyarakat adalah amoxicillin. Widayati dkk

(2012) menemukan hal yang sama bahwa amoxicillin merupakan antibiotika

yang paling banyak digunakan dalam swamedikasi. Penelitian tersebut

menemukan bahwa amoxicillin merupakan antibiotika yang cukup dikenal

masyarakat. Pada pertanyaan nomor 4 mengenai supertetra adalah obat

golongan antibiotik sebanyak 60% responden menjawab dengan tepat

(pilihan jawaban benar). Hal ini pengetahuan responden mengenai supertetra

adalah golongan antibiotik dalam kategori cukup. Supertetra adalah obat

55
golongan antibiotik yang digunakan untuk mengobati berbagai macam

infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Pada butir pertanyaan nomor 5 tentang

Cefadroxil adalah golongan antibiotik sebanyak 62% responden menjawab

dengan tepat (pilihan jawaban benar). Hal ini pengetahuan masayarakat

tentang cefadroksil adalah golongan antibiotik dalam kategori cukup. Pada

pertanyaan nomor 6 tentang paracetamol dan asam mefenamat adalah

golongan antibiotik yaitu 26% responden menjawab dengan tepat (pilihan

jawaban salah). Hal ini pengetahuan masyarakat dalam kategori kurang,

dimana mayoritas masyarakat mengetahui bahwa paracetamol dan asam

mefenamat adalah golongan antibiotik. Hal ini jawaban responden tidak tepat

karena paracetamol dan asam mefenamat bukan golongan antibiotik

melainkan golongan obat analgesik yang bermanfaat untuk meredakan rasa

nyeri ringan seperti sakit kepala, sakit gigi dan menstruasi.

Pada indikator kuesioner penyimpanan antibiotik pertanyaan nomor 7

Sebanyak 81% responden menjawab dengan tepat (pilihan jawaban benar)

mengenai pertanyaan antibiotik tidak boleh disimpan pada suhu panas. Pada

pertanyaan nomor 8 sebanyak 92% responden juga mengetahui bahwa

penyimpanan antibiotik harus terhindar dari sinar matahari. Hal ini

pengetahuan responden mengenai penyimpanan antibiotik dalam kategori

baik. Tetapi pada pertanyaan nomor 9 bahwa antibiotik sirup kering tidak

boleh disimpan lebih dari 7 hari sebanyak 71% responden menjawab tepat

pilihan jawaban benar) hal ini menujukkan bahwa pengetahuan responden

tentang penyimpanan antibiotik sirup kering termasuk cukup.

56
Pada pengetahuan tentang penggunaan antibiotik pada butir petanyaan

nomor 10 bahwa Antibiotik dapat digunakan untuk mengobati segala jenis

penyakit sebesar 52% responden menjawab tepat (pilihan jawaban salah). Hal

ini menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat kurang karena tidak semua

penyakit dapat diobati dengan antibiotik. Sedangkan butir pertanyaan nomor

11 mengenai Antibiotik tidak digunakan sebagai obat flu sebanyak 52%

responden menjawab dengan tepat (pilihan jawaban benar) dan 48%

responden menjawab salah (pilihan jawaban salah). Influenza (flu) adalah

suatu infeksi saluran pernafasan atas yang disebabkan oleh virus infulenza.

Penyakit yang disebabkan oleh virus memiliki sifat self – limiting disease,

artinya dapat sembuh sendiri jika daya tahan tubuh tanpa diberikan obat

khusus, dan tidak memerlukan antibiotik (Tandi dkk, 2019). Pada pertanyaan

nomor 12 bahwa antibiotik harus digunakan sesuai petunjuk dokter sebanyak

98% responden menjawab tepat (pilihan jawab benar) dan 2% responden

menjawab salah. Hal ini pengetahuan responden mengenai antibiotik harus

digunakan sesuai petunjuk dokter dalam kategori baik. Pada pertanyaan

nomor 13 mengenai Antibiotik dapat digunakan hanya satu tablet jika

diperlukan sebanyak 34% responden menjawab dengan tepat (pilihan

jawaban salah) dan pada pertanyaan nomor 14 bahwa semua obat diminum 3

x 1, sebanyak 41% responden yang menjawab dengan tepat (pilihan jawaban

salah). Hasil penelitian ini menunjukkan kebanyakan responden tidak

mengetahui bahwa interval penggunaan tiap antibiotik berbeda, tidak semua

antibiotik diminum 3 x sehari. Misalnya amoxicillin diminum 3 x 1,

57
sedangkan levofloxacin diberikan 1 x 1 (Team Medical, 2017). Pada

pertanyaan nomor 15 bahwa antibiotik harus digunakan sampai habis

sebanyak 65% responden sudah mengetahui bahwa antibiotik harus

digunakan sampai habis walaupun sudah merasa sembuh, sedangkan 35%

responden tidak mengetahui bahwa antibiotik harus digunakan sampai habis.

Pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan antibiotik harus sampe habis

adalah cukup. Dokter memberikan resep antibiotik kepada pasien dengan

jumlah yang sesuai dan digunakan dalam waktu yang ditentukan. Menurut

American Acamdemy of Family Physicians, penggunaan antibiotik yang

dikonsumsi sampai habis dapat menurunkan kemungkinan terjadinya

resistensi bakteri. Selain itu, Juwita (2017) mengungkapkan jika pasien

menghentikan penggunaan antibiotik secara tidak tepat maka dapat

menyebabkan munculnya kembali gejala-gejala yang telah hilang, efek

samping yang merugikan dan terjadinya resistensi antibiotik.

Pemberian antibiotik maupun obat lainnya dapat menimbulkan efek

samping. Dengan mengetehui efek samping dari obat yang mungkin terjadi

akan menjadikan seseorang mengetahui tindakan yang harus dilakukan

ketika terjadi efek samping. Pada indikator pertanyaan mengenai efek

samping antibiotik pada pertanyaan nomor 16 bahwa pada sebagian orang

antibiotik dapat menimbulkan alergi, sebanyak 87% responden mengetahui

bahwa antibiotik dapat menimbulkan alergi. Selain itu, 81% responden juga

mengetahui bahwa efek samping antibiotik dapat menyebabkan mual muntah

(pertanyaan nomor 17). Ketika terjadi efek samping saat menggunakan

58
antibiotik 93% responden menghentikan penggunaan antibiotik. Hal ini

pengetahuan responden menengai efek samping obat dalam baik.

Tabel 4.10 Tingkat Pengetahuan masyarakat mengenai Pengetahuan Penggunaan


Antibiotik

Tingkat Jumlah
No
Pengetahuan N %
1. Baik 32 32.3
2. Cukup 48 48.5
3. Kurang 19 19.2
Total 99 100%

Pada penelitian ini tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik dinilai

dengan menggunakan 3 kategori skor yaitu baik apabila responden menjawab

>75% pertanyaan dengan benar, kategori cukup apabila responden

menjawab 50-75% pertanyaan dengan benar, dan kategori kurang apabila

responden menjawab <50% pertanyaan dengan benar.

Tabel 4.10 menunjukan bahwa tingkat pengetahuan tentang penggunaan

antibiotik masyarakat Desa Dawung umumnya termasuk kategori cukup

sebesar 48,5%, kategori baik 32,3% dan 19,2% kategori kurang. Alasan

pengetahuan masyarakat yang cukup ini disebabkan karena banyak faktor

seperti responden tidak serius mengisi kuesioner, pertanyaan kuesioner yang

terlalu sulit, kurangnya informasi tentang antibiotik dari tenaga kesehatan

terhadap masyarakat Desa Dawung serta faktor lainnya.

59
E. Hubungan Karakterisitik Pasien dengan Tingkat Pengetahuan

Penggunaan Antibiotik

Analisis hubungan karakteristik masyarakat dengan tingkat

pengetahuan penggunaan responden dilakukan dengan metode uji analisis

korelasi.

Tabel 4.10 Hubungan Karakteristik dengan Tingkat Pengetahuan


Penggunaan Antibiotik
Karakteristi Pengetahuan antibiotik Signifikan
Korelasi
responden Baik Cukup Kurang (p)
Jenis kelamin
Laki-laki 9 20 6 0,588 -0,055
Perempuan 24 28 13
Umur
17 – 25 Tahun 12 11 3
26 – 35 Tahun 11 10 3 0,003 0,300
36 – 45 Tahun 6 15 3
46 – 60 Tahun 4 12 10

Pendidikan
Tidak sekolah 0 1 1
SD 4 17 12 0,000 -0,550
SMP` 3 17 5
SMA/SMK 21 12 1
Sarjana 5 1 5 0
Pekerjaan
PNS 2 1 0
Swasta 13 9 3 0,103 0,165
Wiraswasta 6 10 2
Petani 1 12 9
IRT/Tidak 11 16 5
bekerja

Bardasarkan Tabel 4.11 diatas menujukkan bahwa karakteristik usia

responden dengan tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik berdasarkan uji

korelasi di peroleh nilai signifikan 0,003 lebih kecil dari nilai α = 0,05 yang

menunjukkan adanya hubungan antara usia dengan pengetahuan antibiotik

dan penggunannya. Sebagaimana yang dijelaskan pada bab sebelumnya

60
bahwa jika nilai signifikan <0,05 menunjukkan adanya hubungan yang

bermakna sedangkan signifikan > 0,05 maka tidak ada hubungan bermakna.

Koefisien korelasi usia dengan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Antibiotik

sebesar 0,300. Nilai koefisien korelasi tersebut menunjukkan seberapa

kekuatan kolerasi yang diuji. Nilai koefisien kolerasi sebesar 0,300 tersebut

berada pada rentang 0,30 – 0,49 hal ini berarti kekuatan kolerasi antara usia

dengan pengetahuan penggunaan antibiotik dalam kategori moderat (tengah-

tengah). Nilai koefisien korelasi yang diperoleh pada pengetahuan anntibiotik

menunjukkan nilai positif yang berarti bahwa arah kolerasi positif (+). Arah

kolerasi positif ini menunjukkan bahwa pendidikan dengan tingkat

pengetahuan memiliki hubungan yang searah. Hubungan yang searah ini

memiliki arti apabila terjadi peningkatan pada usia maka tingkat pengetahuan

juga akan semakin meningkat. Namun pada usia tertentu (menjelang usia

lanjut) kemampuan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang

sehingga akan menyebabkan tingkat pengetahuan menurun. Pada penelitian

ini didapatkan hasil bahwa usia seseorang mempengaruhi pengetahuan

seseorang . Hal ini sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Notoadmojo

yaitu semakin tinggi usia seseoarang maka semakin berkembang pula

pengetahuan yang dimilikinya. Hasil ini juga sama dengan penelitian yang

dilakukan di puskesmas Karanganyar (2018) yang menemukan adanya

hubungan antara usia dengan pengetahuan dengan nilai signifikan <0,05.

Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Syariffudin dkk (2019) tentang

Hubungan Karakteristik Masyarakat Desa Cakrawali Terhadap Pengetahuan

61
Penggunaan Antibiotik ditemukan adanya hubungan antara usia dengan

pengetahuan masyarakat yang dibuktikan dengan hasil signifikan 0,001 lebih

kecil dari nilai α = 0,05.

Karakteristik masyarakat berdasarkan pendidikan dengan Tingkat

Pengetahuan Penggunaan Antibiotik di Desa Dawung menghasilkan nilai

signifikan 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan

bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan

tentang pengetahuan antibiotik. Nilai koefisien korelasi sebesar -0,550

berada pada rentang 0,50 - 0,69 hal ini berarti kekuatan korelasi pendidikan

dengan tingkat pengetahuan tentang penggunaan antibiotik dalam kategori

hubungan kuat. Nilai koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan nilai

negatif yang berarti bahwa arah kolerasi negatif (-). Arah kolerasi negatif ini

menunjukkan bahwa pendidikan dengan tingkat pengetahuan penggunaan

antibiotik memiliki hubungan yang berlawanan. Pada penelitian terdapat

hubungan antara pendidikan dengan tingkat pengetahuan mungkin

disebabkan semakin tinggi pendidikan seseoarang akan semakin tinggi

pengetahuan yang dimiliki. Menurut Notoatmojo (2003) orang yang memliki

pendidikan tinggi mempunyai pengetahuan dan pola pikir yang baik

dibandingkan orang yang memiliki pendidikan rendah. Penelitian yang

dilakukan oleh Syariffudin dkk (2019) tentang Hubungan Karakteristik

Masyarakat Desa Cakrawali Terhadap Pengetahuan Penggunaan Antibiotik

ditemukan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan

masyarakat yang dihasilkan nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari nilai α =

0,05. Sehingga dapat disimpukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat

62
pendidikan dengan pengetahuan. Pada penelitian yang sama yang dilakukan

di puskesmas Karanganyar dimana didapatkan hasil hubungan antara

pendidikan dengan pengetahuan seseorang. Sama halnya dengan penelitian

yang dilakukan oleh Indah di puskesmas Ulak Karang Padang (2017), dimana

didapatkan hasil yang signifikan bahwa pendidikan seseorang mempengaruhi

pengetahuannya. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sholihin (2012)

yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan

terakhir dengan tingkat pengetahuan, hal ini dibuktikan dengan hasil nilai

signifikan 0,001.

Pada karakteristik jenis kelamin dalam penelitian ini didapatkan nilai

signifikan 0,525 lebih dari nilai α = 0,05 maka tidak ada hubungan antara

jenis kelamin dengan tingkat pengetahuan responden. Hal ini sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2017) mendapatkan hasil bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat

pengetahuan. Hal in juga sejalan dengan teori yang dikeluarkan oleh

Notoatmojo bahwa jenis kelamin tidaklah mempengaruhi pengetahuan

seseorang.

Pada karakteristik jenis pekerjaan dalam penelitian ini didapatkan

nilai signifikan 0,074 lebih besar dari nilai α > 0,05 maka tidak ada hubungan

antara jenis pekerjaan dengan tingkat pengetahuan responden. Hal ini sama

dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurmala (2020) bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan pengetahuan penggunaan

obat (nilai signififikan p > 0,05).

63
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di masyarakat Desa Dawung dapat

disimpulkan bahwa :

1. Gambaran tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik di RW 08 Desa

Dawung menunjukkkan pengetahuan masyarakat di Desa Dawung cukup

baik sebesar 48,5%.

2. Terdapat hubungan karakteristik (usia dan pendidikan) dengan tingkat

pengetahuan penggunaan antibiotik dengan nlai signifikan 0,003 (untuk

usia) dan 0,000 (untuk pendidikan) dimana nilai signifikan tersebut lebih

kecil dari 0,05.

3. Tidak terdapat hubungan karakteristk antara jenis kelamin dan pekerjaan

dengan tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang

diberikan sebagai berikut :

1. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

pengetahuan masyarakat terkait antibiotik dan perilaku masyarakat dalam

penggunaan antibiotik.

2. Pada penelitian selanjutnya, pengumpulan data selain menggunakan

kuesioner, sebaiknya ditambah dengan wawancara mendalam kepada

64
responden sehingga dapat diketahui lebih rinci penggunaan antibiotik yang

terjadi di masyarakat.

3. Perlu dilakukakan penyuluhan atau sosialisasi kepada masyarakat tentang

pengetahuan penggunaan antibiotik.

65
DAFTAR PUSTAKA

Ardhany, S.D., Ridha Oktavia Anugrah, dan Yurnida H. 2016. Tingkat


Pengetahuan Masyarakat Desa Basawang Kecamatan Teluk Sampit
tentang Penggunaan Antibiotik Sebagai Pengobatan Infeksi. Prosiding
Rakernas dan Pertemuan Ilmiah Tahunan Ikatan Apoteker Indonesia. E –
ISSN : 2541–0474. Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Rineka Cipta : Jakarta.

Bisht, R., Katiyar, A., Singh, R., Mittal, P. 2009. Antibiotic resistance- A global
issue of concern. Asian journal of pharmaceutical and clinical research.
Vol. 2 No. 2.

BPOM. 2014. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta : Badan Pengawas


Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Ciptaningtyas, dan V. Rizke. 2014. Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran.


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Depkes RI. 2009. Klasifikasi Umur Menurut Kategori. Jakarta : Ditjen Yankes

Dahlan, Sopiyudin. 2012. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta :


Salemba Medika

Gaol, L, T,. 2013. Pengaruh Faktor sosiodemografi, Sosio Ekonomi dan


Kebutuhan terhadap Perilaku Masyarakat dalam Pencarian Pengobatan
di Kecamatan Medan Kota Tahun 2013. Universitas Sumatera Utara .
Medan. [Tesis]
Gibney, M,J., Margets, B., M., Kearney, J., m., Arab, L., 2008, Public Health
Nutrition, Blackwell Publishing Ltd, Oxford.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang:


Badan Penerbit UNDIP.

Goodman and Gilman. 2012. Dasar Farmakologi Terapi Ed. 10. Jakarta : EGC.

Harianto SW dan Transitawuri F. 2006. Perbandingan Mutu dan Harga Tablet


Amoxicillin 500 mg generik dan non generik. Majalah Ilmu
Kefarmasian, 3(3): 127 - 142

Holloway, Kathleen Anne. 2011. Promoting The Rational Use of Antibiotics.


Regional Health Forum. Volume 15 Nomer 1.

62
Hasmi, SKM, M.Kes. 2012. Metode Penelitian Epidemiologi. Jakarta : Trans Info
Media.

Insany, Annisa N; Destianu, D.P; Sani, A; Sabdaningtyas, L. dan Pradipta, I.S.


2015. Hubungan Persepsi terhadap Perilaku Swamedikasi Antibiotik :
Studi Observasional Melalui Pendekatan Teori Health Belief Model.
Jurnal Farmasi Klinik indonesia. Volume 4 Nomor 2.

Ivoryanto, E., Bambang, S., dan Ratna, K.I. 2017. Hubungan Tingkat Pendidikan
Formal Masyarakat terhadap Pengetahuan dalam Penggunaan
Antibiotika Oral di Apotek Kecamatan Klojen. Pharmaceutical Journal of
Indonesia. Vol. 2 (2) : 31-36 : Universitas Brawijaya.

Katzung B. G. 2007. Basic and Clinical Pharmacology. 10th ed. Boston: McGraw
Hill.

Katzung, Bertram G. 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik Ed.12. Jakarta: EGC.

Kemenkes RI. 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Jakarta:


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemenkes RI. 2013. Riset Kesrhatan Dasar ; RISKESDAS. Jakarta : Balitbang


Kemenkes RI

Kemenkes RI. 2015. Penggunaan Antibiotik Bijak dan Rasional Kurangi Beban
Penyakit Infeksi. http ://www.depkes.go.id.article/print/15081100001,
diakses 9 Februari 2018.

Kemenkes RI. 2017. Penggunaan antibiotik bijak dan rasional kurangi beban
penyakit infeksi. Jakarta: Depkes RI. Hal: 1–2

Khoiroh, Qimmatul. 2013. Hubungan Strategi Coping dengan Tingkat


Presmentual Syndrome pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Universitas Islam Negeri
Maulana Ibrahim Malang. [Skripsi]

Mahardika A.C, Dewi dan Farida Yeni. 2018. Tingkat Pengetahuan pasien
rawat jalan tentang Penggunaan Antibiotika di Puskesmas Wilayah
Karanganyar. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Sebelas Maret. Jawa Tengah

McNulty, Cilodna, Boyle, Paul. 2012. The Public’s Attitudes to And Compliance WithAntibiotcs.
Http//jac.oxfordjournals.org/content/60/suppl_I/i63.full.pdf. Diakses pada November 2017.

63
Murti, Bhisma. 2010. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif
dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.

Nafrialdi. 2007. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Nawawi, Q. 2013. Efek samping konsumsi antibiotik dan penggunaannya.


Http://health.okezone.com/read/2013/11/21/486/900523/efek-samping-
konsumsi-antibiotik-penggunaannya.

Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: PT Rineka


Cipta

Natoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta

Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nurmara Sara dan Oktavia Dewi G. 2020. Pengetahuan Penggunaan Obat


Antibiotik Pada Masyarakat Yang Tinggal di Kelurahan Babakan
Madang. Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol.10, No.1 : 22-31

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.


Jakarta : Salemba Medika

Oyetunede, 0.0 ., Olugbake, O. A., Femudehin , K.F., 2010. Evaluation of use of


Antibiotic Without Prescription Among Young Adults, African jornal of
Pharmacy and Pharmacology. Vol. 4

Pradipta, I.S., Elis, R., Arrum D.K., Hartanto, H., Rizki, A., Ellin, F. Antibacterial
Consumption In Indonesian Community Health Centers : The
Application Of Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Doses
and Drug Utilization 90% Method To Monitor Antibacterial Use.
Journal of Family and Community Medicine. 22 (2) : 101-105).

Putra, Z.F.S., Sholeh, M. dan Widyastuti, N. 2014. Analisis Kualitas Layanan


Wabsite BTKP-DIY Menggunakan Metode Wubqual 4.0. Jurnal Jarkom.
Volume 1 Nomor 2.

Rahmawati. 2017. Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Antibiotik di


Puskesmas Kota Jantho Kecamatan Kota Jantho Kabupaten Aceh besar
Medan : Universitas Sumatera Utara. [Skrpsi]

Riyanto. 2011. Aplikasi Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika

Sholihin Y. 2011. Tingkat Pengetahuan tentang Antibiotik Pada Pengunjung


Apotek di Surakarta. Surakarta

64
Soekanto. Soerjono. 2007. Sosiologi suatu Pengantar. Jakarta: P.T. Raja
Grafindo.

Singarimbun ., Effendi S. 1995. Metode Penelitian Suurvai. Jakarta : L3PS

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


Alfabeta.

Syariffudin, N., Kassaimin.g, Laela, N., dan Syamsidar. 2019. Hubungan


Karakteristik Masyarakat Desa Carawapi Kabupaten Sidenreng
Rapangng Dengan Tingkat Pengetahuan Terhadap Penggunaan
Antibiotik. Jurnal Ilmiah kesehatan Iqra. Volume 7 nomor 1

Tjay, H. T. Dan Kirana R. 2010. Obat-obat penting khasiat, penggunaan dan


efek-efek sampingnya. Edisi VI. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Wahyunadi, N.M.D. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Bahaya


Resistensi Antibiotik dengan Perilaku Penggunaan Antibiotik yang
Irasional Pada Pasien di Puskesmas Rampal Celaket Malang [skripsi].
Malang : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Wiidiawaty nanik. 2009. Hubungan Tingkat Pendidikan Formal Dengan Tingkat


Pengetahuan Wisata Tentang Kanker Payudara di Dukuh Ngambak
Lipuro Bekonang Sukoharjo.

World Health Organization (WHO). 2012. Options for action. Geneva, The
evolving threat of antimicrobial resistance.

WHO. 2013. Antibiotic Resistance Threats in the United States. E-book.


Department of Health and Human Services World Health Organization:
USA. Hal. 13

Yuliani N.N; Wijaya, C. dan Moeda, G. 2014. Tingkat Pengetahuan Masyarakat


RW. IV Kelurahan Fontein Kota Kupang Terhadap Penggunaan
Antibiotik. Jurnal Info Kesehatan. Volume 12 Nomor 1.

65
LAMPIRAN

Lampiran 6 Permohonan izin penelitian

66
Lampiran 7. Pemberian izin penelitian

67
Lampiran 8. Keterangan selesesai penelitian

68
Lampiran 9. Lembar permohonan izin menjadi responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth. Bapak/Ibuh/Sdr/i
Di Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini adalah Mahasiswa Universitas Ngudi
Waluyo Fakultas Ilmu Kesehatan Progam Studi S1 Farmasi :
Nama : Dewi Lestari
NIM : 050218A050
akan melakukan penelitian dengan judul penelitian “Hubungan Karakteristik
dengan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Antibiotik di Desa Dawung”.
Penelitian ini tidak menimbulkan kerugian bagi responden dan segala informasi
yang diberikan akan dijamin kerahasiannya serta hanya digunakan untuk
penelitian. Untuk itu saya mohon kesedian Bapak/Ibu sebagai responden dalam
penelitian ini, jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden saya mohon Bapak/Ibu
mendatangani lembar persetujuan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
saya ajukan dalam lembar kuesioner.
Atas perhatian dan partisipasi Bapak/Ibu, saya ucapkan terimakasih.

Hormat saya,

Dewi Lestari

69
Lampiran 10. Lembar persetujuan menjadi responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Setelah mendapat penjelasan dan saya memahami bahwa penelitian yang berjudul
“Hubungan Karakteristik dengan Tingkat Pengetahuan Penggunaan
Antibiotik di Desa Dawung” ini tidak merugikan saya dan saya telah dijelaskan
secara jelas tentang tujuan penelitian, cara pengisian kuesioner dan kerahasiaan
data.
Oleh karena itu, saya yang bertanda tangan di bawah ini ;
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Dengan ini menyatakan bahwa saya sudah memberikan persetujuan untuk
berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang dilakukan oleh Dewi
Lestari, Mahasiswa Universitas Ngudi Waluyo Fakultas Ilmu Kesehatan Program
Studi S1 Farmasi.
Demikian lembar persetujuan ini saya isi dengan sebenar-benarnya agar dapat
digunakan sebagaimana mestinya.

Jenar …………….…. 2020


Responden

( ……………..…. )

70
Lampiran 11 Kuesioner Pengetahuan Penggunaan Antibiotik

No Petanyaan Benar Salah

1. Antibiotik adalah obat yang dapat membunuh atau


menghambat bakteri dalam tubuh
2. Semua obat adalah golongan antibiotik
3. Amoxicillin termasuk obat golongan antibiotik
4. Supertetra termasuk obat golongan antibiotik
5. Cefadroxsil adalah obat golongan antibiotik
6. Paracetamol dan asam mefenamat adalah obat
golongan antibiotik
7. Antibotik harus dibeli dengan resep dokter
8. Penyimpanan antibiotik harus terhindar dari sinar
matahari
9. Antibiotik sirup kering tidak boleh disimpan lebih dari
7 hari setelah dicampur dengan air
10. Antibiotik dapat digunakan untuk mengobati
segala jenis penyakit
11. Antibiotik tidak digunakan sebagai obat flu
12. Antibiotik harus digunakan sesuai petunjuk
dokter
13. Antibiotik dapat digunakan hanya satu tablet jika
diperlukan
14. Semua obat antibiotik harus diminum 3 kali
sehari
15. Antibiotik harus digunakan sampai habis
walaupun sudah merasa sembuh
16. Pada sebagian orang antibiotik dapat
menimbulkan alergi
17. Pada sebagian orang antbiotik apat menyebabkan
mual dan muntah
18. Jika timbul efek samping ketika menggunakan
antibiotik maka berhenti menggunakannya

71
Lampiran 6 Hasil uji validitas kuesioner pengetahuan penggunaan antibiotik

Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 TotaL_P
Pearson Correlation 1 .356 .464** .681** .200 .443* .443* .117 .141 .288 .141 .288 .288 -.134 -.134 .141 -.147 .200 .141 .239 .556**
P1 Sig. (2-tailed) .053 .010 .000 .288 .014 .014 .539 .457 .122 .457 .122 .122 .481 .481 .457 .437 .288 .457 .203 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .356 1 .356 .196 .389* .050 .302 .024 .302 .523** .050 .850** .196 -.167 -.167 -.201 -.184 .111 -.201 .149 .262
P2 Sig. (2-tailed) .053 .053 .299 .034 .792 .105 .899 .105 .003 .792 .000 .299 .379 .379 .287 .331 .559 .287 .432 .161
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**
Pearson Correlation .464 .356 1 .288 .200 .141 .141 .117 .141 .288 .141 .288 .288 -.134 -.134 -.161 -.147 -.134 -.161 -.120 .397*
P3 Sig. (2-tailed) .010 .053 .122 .288 .457 .457 .539 .457 .122 .457 .122 .122 .481 .481 .395 .437 .481 .395 .529 .030
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * * * * **
Pearson Correlation .681 .196 .288 1 .049 .429 .429 .171 .207 .423 .207 .135 .135 .294 .294 .429 .015 .539 .207 .088 .723**
P4 Sig. (2-tailed) .000 .299 .122 .797 .018 .018 .366 .272 .020 .272 .478 .478 .115 .115 .018 .935 .002 .272 .645 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .200 .389* .200 .049 1 .075 .452* -.145 .641** .294 .452* .539** .049 -.042 -.042 .075 .118 -.250 .075 .000 .491**
P5 Sig. (2-tailed) .288 .034 .288 .797 .692 .012 .443 .000 .115 .012 .002 .797 .827 .827 .692 .534 .183 .692 1.000 .006
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .443* .050 .141 .429* .075 1 .148 .263 .148 .207 .148 .207 -.015 .075 -.113 -.023 .024 .264 -.023 .337 .450*
P6 Sig. (2-tailed) .014 .792 .457 .018 .692 .436 .160 .436 .272 .436 .272 .938 .692 .552 .905 .901 .159 .905 .069 .013
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .443* .302 .141 .429* .452* .148 1 -.230 .318 .207 .148 .429* -.015 .264 .075 .148 .024 .075 .489** .135 .592**
P7 Sig. (2-tailed) .014 .105 .457 .018 .012 .436 .221 .087 .272 .436 .018 .938 .159 .692 .436 .901 .692 .006 .477 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
*
Pearson Correlation .117 .024 .117 .171 -.145 .263 -.230 1 .263 .171 -.066 -.043 .171 -.145 -.145 .099 -.189 .036 -.395 -.293 .504**
P8 Sig. (2-tailed) .539 .899 .539 .366 .443 .160 .221 .160 .366 .730 .822 .366 .443 .443 .604 .317 .849 .031 .116 .005
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
** * *
Pearson Correlation .141 .302 .141 .207 .641 .148 .318 .263 1 .429 .318 .429 -.015 .075 -.113 .148 -.154 -.113 -.193 -.067 .474**
P9 Sig. (2-tailed) .457 .105 .457 .272 .000 .436 .087 .160 .018 .087 .018 .938 .692 .552 .436 .415 .552 .306 .723 .008
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .288 .523** .288 .423* .294 .207 .207 .171 .429* 1 .207 .423* .423* .049 .049 -.015 -.216 .049 -.237 -.175 .477**
P10 Sig. (2-tailed) .122 .003 .122 .020 .115 .272 .272 .366 .018 .272 .020 .020 .797 .797 .938 .251 .797 .208 .354 .008
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .141 .050 .141 .207 .452* .148 .148 -.066 .318 .207 1 .207 -.015 .452* .641** .318 .202 .075 .318 .135 .639**
P11 Sig. (2-tailed) .457 .792 .457 .272 .012 .436 .436 .730 .087 .272 .272 .938 .012 .000 .087 .284 .692 .087 .477 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .288 .850** .288 .135 .539** .207 .429* -.043 .429* .423* .207 1 .135 .049 -.196 -.237 .015 .049 -.015 .351 .539**
P12 Sig. (2-tailed) .122 .000 .122 .478 .002 .272 .018 .822 .018 .020 .272 .478 .797 .299 .208 .935 .797 .938 .057 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .288 .196 .288 .135 .049 -.015 -.015 .171 -.015 .423* -.015 .135 1 -.196 -.196 -.237 .015 -.196 -.015 -.175 .505**
P13 Sig. (2-tailed) .122 .299 .122 .478 .797 .938 .938 .366 .938 .020 .938 .478 .299 .299 .208 .935 .299 .938 .354 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* **
Pearson Correlation -.134 -.167 -.134 .294 -.042 .075 .264 -.145 .075 .049 .452 .049 -.196 1 .583 .264 .315 .167 .264 .000 .413*
P14 Sig. (2-tailed) .481 .379 .481 .115 .827 .692 .159 .443 .692 .797 .012 .797 .299 .001 .159 .090 .379 .159 1.000 .023
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

72
Pearson Correlation -.134 -.167 -.134 .294 -.042 -.113 .075 -.145 -.113 .049 .641* -.196 -.196 .583* 1 .452* .315 .375* .452* .000 .413*
P15 Sig. (2-tailed) .481 .379 .481 .115 .827 .552 .692 .443 .552 .797 .000 .299 .299 .001 .012 .090 .041 .012 1.000 .023
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .141 -.201 -.161 .429* .075 -.023 .148 .099 .148 -.015 .318 -.237 -.237 .264 .452* 1 .024 .264 .318 -.067 .380*
P16 Sig. (2-tailed) .457 .287 .395 .018 .692 .905 .436 .604 .436 .938 .087 .208 .208 .159 .012 .901 .159 .087 .723 .039
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation -.147 -.184 -.147 .015 .118 .024 .024 -.189 -.154 -.216 .202 .015 .015 .315 .315 .024 1 .118 .380* -.035 .221
P17 Sig. (2-tailed) .437 .331 .437 .935 .534 .901 .901 .317 .415 .251 .284 .935 .935 .090 .090 .901 .534 .038 .853 .241
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .200 .111 -.134 .539* -.250 .264 .075 .036 -.113 .049 .075 .049 -.196 .167 .375* .264 .118 1 .264 .447* .413*
P18 Sig. (2-tailed) .288 .559 .481 .002 .183 .159 .692 .849 .552 .797 .692 .797 .299 .379 .041 .159 .534 .159 .013 .023
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .141 -.201 -.161 .207 .075 -.023 .489* -.395* -.193 -.237 .318 -.015 -.015 .264 .452* .318 .380* .264 1 .337 .403*
P19 Sig. (2-tailed) .457 .287 .395 .272 .692 .905 .006 .031 .306 .208 .087 .938 .938 .159 .012 .087 .038 .159 .069 .027
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .239 .149 -.120 .088 .000 .337 .135 -.293 -.067 -.175 .135 .351 -.175 .000 .000 -.067 -.035 .447* .337 1 .371*
P20 Sig. (2-tailed) .203 .432 .529 .645 1.000 .069 .477 .116 .723 .354 .477 .057 .354 1.000 1.000 .723 .853 .013 .069 .021
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
Pearson Correlation .556* .397* .262 .723* .491* .450* .592* .096 .474* .477* .639* .539* .139 .413* .413* .380* .221 .413* .403* .271 1

TotaL_P Sig. (2-tailed) .001 .030 .161 .000 .006 .013 .001 .615 .008 .008 .000 .002 .463 .023 .023 .039 .241 .023 .027 .148
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
* . Correlation is signif cant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

73
Lampiran 7. Hasil Uji Reliabilitas Tingkat Pengetahuan Penggunaan
Antibiotik

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.741 20

74
Lampiran 8. Hasil uji validitas kuesioner Pengetahuan Penggunaan
Antibiotik

Pernyataan R Hitung R Tabel Keterangan


P1 0,556 0,361 Valid
P2 0,262 0,361 Tidak valid
P3 0,397 0,361 Valid
P4 0,723 0,361 Valid
P5 0,491 0,361 Valid
P6 0,450 0,361 Valid
P7 0,592 0,361 Valid
P8 0,505 0,361 Valid
P9 0,474 0,361 Valid
P10 0,477 0,361 Valid
P11 0,639 0,361 Valid
P12 0,539 0,361 Valid
P13 0,505 0,361 Valid
P14 0,413 0,361 Valid
P15 0,413 0,361 Valid
P16 0,380 0,361 Valid
P17 0,221 0,361 Tidak valid
P18 0,413 0,361 Valid
P19 0,403 0,361 Valid
P20 0,371 0,361 Valid

75
Lampiran 9. Jawaban kuesioner pengetahuan penggunaan antibiotik

Soal
Responden Jenis Kelamin Umur Pendidikan Pekerjaan Total Persen Kategori
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 1 59 4 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 14 78 Baik
2 1 54 2 4 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 10 56 Kurang
3 1 28 5 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 16 89 Baik
4 2 22 4 5 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 15 83 Baik
5 2 39 2 5 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 11 61 Cukup
6 1 53 2 4 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 12 67 Cukup
7 2 33 3 5 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 10 56 Kurang
8 2 22 4 5 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 13 72 Cukup
9 1 58 2 4 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 6 33 Kurang
10 1 60 2 4 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 12 67 Cukup
11 2 40 2 2 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 9 50 Kurang
12 1 60 2 4 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 1 1 9 50 Kurang
13 1 19 4 5 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 12 67 Cukup
14 2 21 3 4 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 11 61 Cukup
15 2 55 2 5 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 12 67 Cukup
16 2 36 3 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 17 94 Baik
17 2 34 3 5 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 8 44 Kurang
18 1 57 3 4 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 12 67 Cukup
19 1 48 4 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 12 67 Cukup
20 2 40 4 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 12 67 Cukup
21 2 55 4 4 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 10 56 Kurang
22 1 19 4 5 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 13 72 Cukup
23 2 60 2 4 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 9 50 Kurang
24 2 41 3 4 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 15 83 Baik
25 2 55 2 4 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 10 56 Kurang
26 2 27 3 3 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 12 67 Cukup
27 2 28 4 5 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 78 Baik
28 2 18 4 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 16 89 Baik
29 2 53 4 5 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 14 78 Baik
30 2 38 3 2 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 11 61 Cukup
31 2 20 4 2 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15 83 Baik
32 2 33 3 3 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 12 67 Cukup
33 1 26 3 2 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 10 56 Kurang
34 2 31 4 2 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 16 89 Baik
35 2 23 4 5 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 14 78 Baik
36 2 44 3 2 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 11 61 Cukup
37 2 39 4 2 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 14 78 Baik
38 2 19 4 5 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15 83 Baik
39 2 47 4 2 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 12 67 Cukup
40 2 44 3 5 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 13 72 Cukup
41 2 41 3 5 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 13 72 Cukup
42 2 22 2 2 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 10 56 Kurang
43 2 28 3 5 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 12 67 Cukup
44 2 60 1 4 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 7 39 Kurang
45 2 30 2 5 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 13 72 Cukup
46 2 20 4 3 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 14 78 Baik
47 2 43 2 5 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 11 61 Cukup
48 2 40 4 2 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 14 78 Baik
49 2 30 2 5 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 14 78 Baik
50 2 51 2 3 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 10 56 Kurang
51 2 29 5 4 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 11 61 Cukup
52 1 19 3 5 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 12 67 Cukup
53 1 35 3 2 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 11 61 Cukup
54 1 55 2 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 16 89 Baik
55 1 25 2 3 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 14 78 Baik
56 1 40 1 4 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 13 72 Cukup
57 1 34 2 3 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 11 61 Cukup
58 1 56 2 3 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 12 67 Cukup
59 1 26 2 3 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 13 72 Cukup
60 2 60 2 4 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 11 61 Cukup
61 2 39 3 2 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 13 72 Cukup
62 1 43 3 2 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 12 67 Cukup
63 1 19 4 3 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 14 78 Baik
64 2 26 4 2 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 13 72 Cukup
65 2 24 4 2 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 14 78 Baik
66 1 41 3 4 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 13 72 Cukup
67 2 37 2 5 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 12 67 Cukup
68 1 18 4 5 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 12 67 Cukup
69 1 60 2 4 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 11 61 Cukup
70 2 49 2 4 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 11 61 Cukup

76
71 2 20 3 5 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 12 67 Cukup
72 2 19 4 5 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 13 72 Cukup
73 2 35 4 5 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 14 78 Baik
74 2 19 3 5 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 10 56 Kurang
75 2 20 3 5 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 9 50 Kurang
76 1 42 2 4 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 9 50 Kurang
77 2 39 2 4 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 9 50 Kurang
78 2 20 4 5 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 14 78 Baik
79 1 41 4 2 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 83 Baik
80 2 30 4 2 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 15 83 Baik
81 1 20 4 5 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 13 72 Cukup
82 2 30 2 3 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 78 Baik
83 2 27 4 2 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 15 83 Baik
84 2 30 3 3 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 12 67 Cukup
85 2 43 2 4 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 13 72 Cukup
86 2 38 3 3 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 13 72 Cukup
87 2 25 4 3 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 13 72 Cukup
88 1 27 3 2 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 14 78 Baik
89 2 48 2 3 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 12 67 Cukup
90 1 29 5 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 16 89 Baik
91 2 45 4 5 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15 83 Baik
92 2 58 2 5 1 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 10 56 Kurang
93 1 24 4 3 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 11 61 Cukup
94 2 24 4 2 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 15 83 Baik
95 1 29 5 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 17 94 Baik
96 2 57 5 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 14 78 Baik
97 1 57 2 4 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 12 67 Cukup
98 1 50 2 3 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 9 50 Kurang
99 1 44 2 2 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 12 67 Cukup

Keterangan :
a. Jenis kelamin : Laki-laki =1
Perempuan =2
b. Pendidian : Tidak sekolah =1
SD =2
SMP: =3
SMA/SMK =4
Sarjana =5
c. Pejerjaan : PNS =1
Swasta =2
Wiraswasta =3
Petani =4
Ibu rumah tangga /tidak bekerja = 5

77
Lampiran 10. Dokumentasi

78

Anda mungkin juga menyukai