Anda di halaman 1dari 79

Modul Farmakologi II

MODUL
FARMAKOLOGI II

PRODI D-III FARMASI


POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

1
Modul Farmakologi II

Kegiatan Belajar

al
er
in
M
n
a
d
in
m
ta
Vi
 100 Menit

PENDAH ULUAN
Deskripsi Singkat, Relevansi, Capaian Pembelajaran, dan Petunjuk Belajar

A. Deskripsi Singkat
Modul ini membahas tentang farmakokinetika dan mekanisme kerja obat
secara farmakodinamika, efek samping dan bahayanya, indikasi dan kontraindikasi
dari obat-obatan yang digunakan.
B. Relevansi
Untuk mengikuti mata kuliah ini maka harus lulus terlebih dahulu dalam mata
kuliah Farmakologi Dasar dan Farmakologi I. Pada saat lulus mata kuliah ini maka
dapat diaplikasikan dalam mata kuliah Swamedikasi, Farmasi Rumah Sakit dan
Kimia Farmasi I. Dalam penempuhan mata kuliah ini, ada beberapa mata kuliah
yang berhubungan/saling bersinggungan adalah Asuhan Kefarmasian, Manajemen
Farmasi, Kimia Farmasi II, Perundang-undangan Kesehatan serta Ilmu Perilaku dan
Etika Profesi.

C. Capaian Pembelajaran

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

2
Modul Farmakologi II

Adapun capaian pembelajaran dari mata kuliah ini adalah agar mahasiswa
mampu menjelaskan aspek farmakologi (pengertian, penggolongan, mekanisme
kerja, indikasi, kontraindikasi dan efek samping obat) vitamin dan mineral.
D. Petunjuk Belajar
Pembelajaran akan dilakukan dengan strategi student active learning. Dosen
akan mendorong dan memfasilitasi mahasiswa untuk aktif mencari dan menemukan
berbagai konsep yang harus dikuasai. Untuk memenuhi kondisi tersebut, ada 4
kegiatan utama yang akan dilaksanakan dalam perkuliahan:
1) Presentasi (penyajian) materi oleh dosen. Dosen mempresentasikan materi di 1
kali pertemuan pertama. Materi yang dipresentasikan adalah kontrak kuliah, garis
besar keseluruhan konsep/materi yang akan dipelajari dalam satu semester dan
pembagian materi.
2) Penugasan. Hal ini mencakup penugasan membuat paper kelompok dan
membuat resume perkuliahan.
3) Diskusi kelas. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk presentasi paper
kelompok dalam diskusi kelas. Pada setiap akhir diskusi kelas, dosen harus
memberikan presentasi untuk mengklarifikasi materi yang dibahas dalam diskusi.
4) QUIS. Pada akhir pertemuan dilakukan quis untuk mengevaluasi pemahaman
mahasiswa.

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

3
Modul Farmakologi II

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Menguasai konsep teoritis farmakologi vitamin dan mineral.


2. Menguasai konsep dan prinsip “patient safety” dalam penggunaan vitamin dan
mineral.
3. Menguasai konsep, prinsip dan teknik komunikasi dalam pelaksanaan pelayanan
kefarmasian pengobatan vitamin dan mineral.
4. Menyusun laporan tentang hasil dan proses kerja dengan akurat dan sahih,
mengomunikasikan secara efektif kepada pihak lain yang membutuhkannya
terkait penggunaan vitamin dan mineral.
5. Mampu membantu melakukan pengumpulan data, pengolahan data dan
menyusun laporan kasus dan atau laporan kerja sesuai dengan ruang lingkup
penelitian kefarmasian terkait penggunaan vitamin dan mineral.

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

4
Modul Farmakologi II

URAIAN MATERI

A. Pengertian
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil
yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme,yang tidak dapat
dihasilkan oleh tubuh. Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat
diperlukan oleh tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal.
Vitamin-vitamin tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia dalam jumlah yang sangat
cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari bahan pangan yang dikonsumsi.
Mineral adalah nutrisi penting untuk pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Perbedaan vitamin dan mineral adalah mineral merupakan senyawa
anorganik, sedangkan vitamin organik.

B. Macam-macam
1. Vitamin
Vitamin terdapat 2 macam yakni Vitamin yang Larut dalam Air dan
Vitamin Tak Larut dalam Air (Larut dalam Lemak).
a. Vitamin yang Larut dalam Air
1) Vitamin C (Asam Askorbat).
2) Vitamin B kompleks (tiamin, riboflavin, niasin, asam pantotenat, biotin,
vitamin B6, vitamin B12, dan folat).
b. Vitamin Tak Larut dalam Air (Larut dalam Lemak)
1) Vitamin A (Retinol).
2) Vitamin D (Kalsiferol).
3) Vitamin E (Tokoferol).
4) Vitamin K (Filokuinona).

Vitamin yang Larut dalam Air

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

5
Modul Farmakologi II

1. Vitamin C (Asam Askorbat)


Vitamin C adalah derivate heksana dan cocok digolongkan sebagai suatu
karbohidrat asam askorbat mudah teroksidasi menjadi dehidroaskorbat yang
mudah pula tereduksi menjadi asam askorbat
Farmakokinetika :
Vitamin C mudah diabsorpsi melalui saluran cerna pada keadaan normal tampak
kenaikan kadar vitamin C dalam darah setelah diabsorpsi.
ESO :
Diare, terbentuknya batu ginjal, aritmia jantung, dan kerusakan ginjal berat.
Mekanisme Kerja :
Kofaktor dalam sejumlah reaksi hidroksilasi dan amidasi dengan memindahkan
elektron ke enzim yang ion logamnya harus berada dalam keadaan tereduksi dan
dalam keadaan tertentu bersifat sebagai antioksidan.
Indikasi :
Mencegah dan mengobati kekurangan vitamin C dan sariawan.
Kontraindikasi :
Hipersensitivitas
Dosis :
Sariawan : Dewasa : 100 – 250 mg 1-2 kali perhari selama sekurangnya 2 minggu.
Anak : 100 – 300 mg perhari dalam dosis terbagi selama sekurangnya 2
minggu.

2. Vitamin B kompleks
Golongan vitamin B berperan penting dalam metabolisme di dalam tubuh dan
dalam pembentukan sel darah merah (eritrosit).

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

6
Modul Farmakologi II

a. Thiamine (Vitamin B1)


Berfungsi membantu sel tubuh menghasilkan energi, kesehatan jantung serta
metabolisme karbohidrat.
Farmakokinetika :
Setelah pemberian parenteral absorpsi berlangsung cepat dan sempurna.
ESO :
Reaksi anafilaktoid
Mekanisme Kerja :
Vitamin B1 (Tiamin), setelah dikonversi menjadi tiamin pyrophosphate.
Indikasi :
Wanita hamil yang kurang gizi, dan pasien emesis gravidarum.
Kontraindikasi :
Hipersensitivitas
Dosis:
Dosis untuk pencegahan defisiensi adalah 2 – 5 mg/hari. Dosis untuk
pengobatan adalah 25 – 100 mg/hari
b. Riboflavin (Vitamin B2)
Berfungsi melindungi tubuh dari penyakit kanker, mencegah migren serta
katarak.
Farmakokinetika :
Pemberian secara oral ataupun parenteral akan diabsorpsi dengan baik dan
didistribusi merata keseluruh jaringan.

ESO :
Reaksi anafilaktoid
Mekanisme Kerja:

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

7
Modul Farmakologi II

Sebagai KO-ENZIM. Merupakan komponen dari nukleotida flavin. Flavin


mononukleotida dibentuk oleh fosporisasi ribovlani yang memerlukan ATP.
Enzim akan terikat kuat namun tidak berikatan kovalen dengan protein tersebut
Indikasi :
Pencegahan dan terapi defisiensi vitamin B2 yang sering menyertai pellagra.
Kontraindikasi :
Hipersensitifitas
Dosis :
Kapsul, oral: 50 mg; 400 m, Tablet oral: 25 mg; 50 mg; 100 mg.
c. Niacin (Vitamin B3)
Bermanfaat untuk melepaskan energi dari zat-zat nutrien, membantu
menurunkan
kadar kolestrol, mengurangi depresi dan gangguan pada persendian.
Farmakokinetika :
Niasin dan niasinamid mudah diabsorpsi melalui semua bagian saluran cerna
dan didistribusi keseluruh tubuh
ESO :
Hiperglekemia
Mekanisme Kerja :
Koenzim untuk berbagai protein yang penting dalam respirasi jaringan
Indikasi :
Pencegahan dan terapi defisiensi Vitamin B2.

Kontraindikasi :
Hipersentivitas
Dosis :

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

8
Modul Farmakologi II

Defisiensi vitamin B3 50 – 1000 mg dan Kolesterol tinggi 500-4000 mg.


d. Asam Pantothenate (Vitamin B5)
Membantu sistem syaraf dan metabolisme, mengurangi alergi, kelelahan dan
migren. Penting bagi aktifitas kelenjar adrenal, terutama dalam proses
pembentukan hormon.
Farmakokinetika :
Pemberian oral pantotenat diabsorpsi dengan baik dan di distribusi ke seluruh
tubuh dengan kadar 2-45 μm/g.
ESO :
Reaksi alergi yang parah,ruam, gatal-gatal, kesulitan bernafas, sesak di dada,
pembengkakan mulut, wajah, bibir, atau lidah
Mekanisme Kerja :
Membentuk koenzim A yang sangat penting dalam metabolisme
Indikasi :
Memecah lemak, karbohidrat, dan protein yang juga sebagai pembangkit
energi.
Kontraindikasi :
Hipersensitivitas
Dosis : 5 – 10 mg / hari.
e. Pyrodoxine (Vitamin B6)
Membantu produksi sel darah merah dan meringankan gejala hipertensi, asma
serta PMS.

Farmakokinetika :
Piridoksin, piridoksal dan piridoksamin mudah diabsorpsi melalui saluran cerna.
ESO :

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

9
Modul Farmakologi II

Rasa kebas di kaki, diikuti pada tangan dan sekitar mulut, akan hilang setelah
beberapa bulan bila asupan pridoksin dihentikan.
Mekanisme Kerja :
Koenzim yang berperan dalam metabolisme asam amino.
Indikasi :
Untuk mencegah atau mengobati neuritis perifer oleh obat, misalnya setelah
pemberian obat isoniazid.
Kontraindikasi :
Hipersentivitas
Dosis :
Dewasa: 20-100 mg/hr
f. Biotin (Vitamin B7)
Bermanfaat dalam proses pelepasan energi dari karbohidrat, pembentukan
kuku serta rambut.
Farmakokinetika :
Interaksi karbohidrat dengan insulin, mempertahankan tingkat stabil gula dalam
darah.
ESO :
Dermatitis, sakit otot,anoreksia, dan anemia ringan.
Mekanisme Kerja :
Koenzim pada berbagai reaksi karboksilasi.
Indikasi :
Defisiensi yaitu dermatitis, sakit otot, rasa lemah, anoreksia, anemia ringan.
Kontraindikasi :
Hipersentifitas
Dosis :

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

10
Modul Farmakologi II

150 – 300 μg
g. Asam Folat (Vitamin B9)
Membantu perkembangan janin, pengobatan anemia dan pembentukan
hemoglobin.
Farmakokinetika :
Asam folat terdapat dalam plasma sekitar 15-30 menit setelah pemberian
secara oral, kadar puncak biasanya dicapai dalam 1 jam. Setelah pemberian
secara i.v, asam folat secara cepat dibersihkan dari plasma.Sebagian besar
produk metabolitnya muncul diurin setelah 6 jam, ekskresi lengkap
dicapai dalam 24 jam.
ESO :
Perubahan pola tidur, sulit berkonsentrasi, iritabilitas, aktivitas berlebih, depresi
mental, anoreksia, mual-mual, distensi abdominal, dan flatulensi.
Mekanisme Kerja :
Folat eksogen dibutuhkan untuk sintesis nucleoprotein dan pemeliharaan
eritropoiesis normal.Asam folat menstimulasi produksi sel darah merah, sel
darah putih, dan platelet pada anemia megaloblastik.
Indikasi :
Anemia megaloblastik yang disebabkan defisiensi asam folat.
Kontraindikasi :
Pengobatan anemia pernisiosa dan anemia megaloblastik lainnya dimana
vitamin B12 tidak cukup (tidak efektif).

Dosis :
1 tablet 400 ug (microgram) tiap hari.
h. CyianoCobalamine (itamin B12)

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

11
Modul Farmakologi II

Membantu merawat system syaraf dan pembentukan sel darah merah.


Farmakokinetika :
Absorpsi : baik dan cepat setelah pemberian im dan sk. Metabolisme dan
ekresi: metabolisme Vitamin B12 akan dikelurkan melaluiurin sehingga tidak
ada guunanya memberikan Vitamin B12 dalam jumlah yang terlalu besar.
ESO :
Sakit kepala, letih, lunglai;Mual, sakit perut, dan diare;Demam,Nyeri
sendi,Gatal-gatal, dan Lidah membengkak
Mekanisme Kerja :
Bekerja sama dengan asam folat untuk proses – proses tubuh, termasuk
sintesa DNA, karena vitamin B12 bekerjamengaktifkan kembali asam folat.
Indikasi :
Mencegah & mengobati defisiensi vitamin B12, Anemia Pernisiosa,
pembentukan eritrosit
Kontraindikasi :
Hipersensitivitas
Dosis :
DL dewasa 1 x pemakain = 1 mg secara IM, Dosis awal Anak-anak dan bayi
secara IM 15 mg diberikan tiap 2 hari, selama 2-3 minggu berturut-turut.

Vitamin Tak Larut dalam Air (Larut dalam Lemak)


1. Vitamin A (Retinol)
Farmakokinetika :

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

12
Modul Farmakologi II

Diabsorpsi sempurna melalui usus halus dan kadarnya dalam plasma mencapai
puncak setelah empat jam tetapi absorpsi dosis besar vitamin A kurang efisien
karena sebagian akan keluar melalui feses.
ESO :
ISPA,kulit kering, kerusakan fungsi hati, dan osteoporosis.
Mekanisme Kerja :
Pada fibroblas atau jaringan epitel terisolasi, retinoit dapat meningkatkan sintesis
beberapa jenis protein seperti fibronektin dan mengurangi sintesis protein lainnya
seperti kolagenase dan keratin.
Indikasi :
Pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin A.
Kontraindikasi :
Hipersensitivitas
Dosis :
100.000-500.000 IU sehari 3 kali; lalu 50.000 IU selama 14 hari (sehari sekali)
2. Vitamin D (Kalsiferol)
Farmakokinetika :
Absorpsi vitamin D melalui saluran cerna, ekskresi melalui empedu dan dalam
jumlah kecil ditemukan dalam urine.
ESO :
Gejala dari over dosis meliputi: anoreksia, lesu, muntah, diare, kehilangan berat
badan, poliurea, berkeringat, sakit kepala, haus, vertigo, dan meningkatkan kadar
kalsium serta fosfat dalam plasma dan urin.
Mekanisme Kerja :
Meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfat melalui usus halus
Indikasi :

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

13
Modul Farmakologi II

Mencegah dan mengobati rakitis.


Kontraindikasi :
Hiperkalsemia, metastatic calcification.
Dosis :
Oral 1,0-4,0 mcg sehari sekali.
3. Vitamin E (Tokoferol)
Farmakokinetika :
Vitamin E diabsorpsi baik melalui saluran pencernaan, Ekskresi vitamin sebagian
besar dilakukan dalam empedu secara lambat dan sisanya diekskresi melalui urin.
ESO :
Jangka panjang untuk memproteksi resiko infark miokard dan kematian.
Mekanisme Kerja :
Sebagai antioksidan dan dapat melindungi kerusakan membran biologis akibat
radikal bebas.
Indikasi :
Keadaan defisiensi yang dapat terlihat dari kadar serum yang rendah dan atau
peningkatan fragilitas eritrosit terhadap hidrogen peroksida
Kontraindikasi :
Gangguan pendarahan,kekurangan vitamin K, akan menjalani operasi besar dalam
waktu dekat (1 bulan), dan gagal jantung.

Dosis :

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

14
Modul Farmakologi II

0-6 bulan : 4 mg ; 7-12 bulan : 5 mg ; 1-3 tahun : 6 mg ; 4-8 tahun : 7 mg ; 9-13


tahun : 11 mg ; Dewasa ( 14 tahun dan diatasnya) : 15 mg ; Wanita hamil : 15 mg ;
Wanita menyusui : 19 mg.
4. Vitamin K (Filokuinona)
Farmakokinetika :
Absorpsi melalui usus sangat tergantung dari kelarutannya.
ESO :
Anemia dan sakit kuning
Mekanisme Kerja :
Meningkatkan biosintesis beberapa faktor pembekuan darah yaitu protrombin »
pada pasien difesiensi vitamin K.
Indikasi :
Mencegah atau mengatasi perdarahan akibat defisiensi vitamin K.
Kontraindikasi :
Menderita defisiensi vitamin E, defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase,
gangguan ginjal, serta gangguan hati.
Dosis :
10-40 mg per hari

Dampak Akibat Kelebihan dan Kekurangan Vitamin


1. Vitamin A
Defisiensi vitamin A, penderita akan mengalami rabun senja dan katarak,
mengalami infeksi saluran pernapasan, menurunnya daya tahan tubuh, dan kondisi
kulit yang kurang sehat. Kelebihan asupan vitamin A dapat menyebabkan
keracunan pada tubuh, pusing-pusing, kerontokan rambut, kulit kering bersisik, dan
pingsan. Dalam kondisi akut, kelebihan vitamin A di dalam tubuh juga dapat

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

15
Modul Farmakologi II

menyebabkan kerabunan, terhambatnya pertumbuhan tubuh, pembengkakan hati,


dan iritasi kulit.
2. Vitamin B Kompleks
a. B1 : kulit kering/kusik/busik, kulit bersisik, daya tahan tubuh berkurang.
b. B2 : turunnya daya tahan tubuh, kilit kering bersisik, mulut kering, bibir pecah-
pecah, sariawan, dan sebagainya.
c. B3 : terganggunya sistem pencernaan, otot mudah keram dan kejang, insomnia,
bedan lemas, mudah muntah dan mual-mual, dan lain-lain.
d. B5 : otot mudah menjadi kram, sulit tidur, kulit pecah-pecah dan bersisik, dan
lain-lain.
e. B6 : pelagra/kulit pecah-pecah, keram otot, insomnia/sulit tidur, dan lain-lain.
f. B7 : dermatitis, depresi, nusea, anemia, dan kerontokan rambut, sistem antibodi
tubuh terganggu.
g. B9 :
1) Kekurangan folat : kekurangan darah, rasa panas pada jantung (heartburn),
diare dan sering terkena infek, depresi, kebingungan mental, kelelahan dan
pingsan.
2) Kelebihan folat : gejala keracunan adalah diare, insomnia dan sifat mudah
marah.
h. B12 : menyebabkan anemia (kekurangan darah), mudah lelah lesu, dan iritasi
kulit.
3. Vitamin C : gusi berdarah, nyeri pada persendian. Akumulasi vitamin C yang
berlebihan di dalam tubuh dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan saluran
pencernaan, dan rusaknya sel darah merah.

4. Vitamin D :

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

16
Modul Farmakologi II

1) Kekurangan : Pertumbuhan kaki yang tidak normal, kerusakan gigi, kekejangan


otot, osteomalasia, osteoporosis.
2) Kelebihan : Diare, berkurangnya berat badan, muntah-muntah, dan dehidrasi
berlebihan.
5. Vitamin E : Mandul pada pria /wanita, gangguan syaraf dan otot, dan lain-lain.
6. Vitamin K : Darah sulit membeku bila terluka / berdarah / luka / pendarahan,
pendarahan di dalam tubuh, dan sebagainya.

2. MINERAL
Klasifikasi mineral menurut jumlah yang dibutuhkan tubuh :
a. Mineral utama (mayor) adalah mineral yang di perlukan lebih dari 100
mg sehari. Contoh : Kalsium, tembaga, fosfor, kalium, natrium dan
klorida.
b. Mineral tambahan(minor) adalah mineral yang diperlukan kurang dari
100 mg sehari. Contoh : kromium, magnesium, yodium, besi, flor,
mangan, selenium dan zinc.
Berdasarkan jenisnya mineral dibagi menjadi 2 macam yaitu :
a. Makromineral
1) Kalsium
Tubuh manusia mengandung sekitar 22 gram kalsium per kg berat
badan tanpa lemak. Kira-kira 99% kalsium terdapat dalam tulang dan
gigi. Sumber kalsium : susu, keju, yogurth, es krim, brokoli, kacang-
kacangan dan buah-buahan, dan sayuran hijau gelap.
2) Fosfor
Fosfor dalam tubuh manusia terkandung sekitar 12 gram per kg jaringan
tanpa lemak. Fungsi fosfor : pembentukan tulang dan gigi, pembentukan

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

17
Modul Farmakologi II

komponen sel yang esensial, berperan dalam pelepasan energi dari


hidrat arang serta lemak,membantu absorbsi hidrat arang dari usus
halus,membantu mempertahankan keseimbangan asam / basa dalam
cairan tubuh dan menuju panas dan pengeluaran energi. Sumber
fosfor : susu (baik ASI atau susu buatan), susu padatan, keju, sereal,
ikan, telur dan berbagai roti.
3) Magnesium
Terdapat sekitar 0,5 gram perkilogram jaringan bebas lemak. kira-kira 60
% berada pada jaringan tulang. Membantu mengatur kadar kalium dan
natrium dalam tubuh, yang terlibat dalam pengendalian tekanan darah.
Fungsi magnesium : aktifator enzim peptidase dan enzim lain yang
memecah gugus, obat pencuci mulut, meningkatkan tekanan osmotik,
dan membantu mengurangi getaran otot. Sumber magnesium : susu,
sayur-sayuran berdaun hijau, alpukat, pisang, coklat, kecipir, produk
kedelai seperti tempe atau tahu, biji-bijian dan kacang-kacangan.
4) Natrium
Dalam tubuh : 1,8 gram natrium perkilogram berat badan bebas lemak.
Dalam plasma : 300-355 mg / 100 ml. Fungsi : menyelimuti jaringan,
menghasikan tekanan osmotik yang mengatur pertukaran cairan antara
sel dan cairan disekitarnya, menentukan volume dalam cairan ekstra
seluler dan amina, untuk mempertahankan keseimbangan tubuh.
Sumber : keju, ham, ikan asin, udang, sayur-sayuran, bayam, seledri,
sereal, buah-buahan, susu, telur, dan daging.
5) Sulfur
Ditemukan dalam molekul protein. Sumber : daging unggas, ikan, telur,
susu, dan kacang-kacangan.

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

18
Modul Farmakologi II

6) Kalium
Fungsi : menjaga keseimbangan cairan dan tekanan osmotik,
sambungan transmisi saraf, dan kontraksi otot serta mengaktifkan reaksi
enzim. Sumber : daging,kerang, hati, ikan susu, buah-buahan segar,
sayuran, biji-bijian bekatul, khamir, cokelat, kopi, dan kacang-kacangan.
7) Chloride
Fungsi : aktivator amilase dan pembentukan HCl lambung, mengaktifkan
enzim amilase dalam mulut untuk memecah pati, dan membantu
menjaga tekanan osmotic. Sumber : garam, keju, ikan, udang, bayam
dan seledri.
b. Mikromineral
1) Besi
Di dalam tubuh orang dewasa terdapat sekitar 3.5 g, 70 % dalam
hemoglobin, 25 % merupakan besi cadangan (iron storage) yang terdiri
dari feritin edan homossiderin terdapat dalam hati, limfa dan sum-sum
tulang. Fungsi : cadangan untuk memproduksi hemoglobin dan ikatan-
ikatan besi lainnya, sekresi air susu, menggantikan kehilangan zat besi,
mengimbangi sejumlah zat besi yang dikeluarkan konstan oleh tubuh,
dan penbentukan Hb baru pada anak-anak dan remaja. Kebutuhan
akan zat besi : wanita haid 12 mg/hari, anak 7-10 tahun 2,3-3,8 mg/hari,
dewasa 10-15 mg/hari. Sumber : telur, daging, ikan, tepung, gandum,roti
sayuran hijau, hati, bayam, kacang-kacangan, kentang, jagung dan otot.
2) Iodium
Fungsi : komponen esensial tiroksin dan kelenjar tiroid, meningkatkan
laju oksidasi dalam sel-sel tubuh. Sumber : sayuran, ikan laut, dan
sejumlah rumput laut

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

19
Modul Farmakologi II

3) Flouride
Fungsi : berperan dalam pembentukan tulang dan gigi, serta membantu
mencegah kerusakan gigi. Sumber : makanan laut,makanan hasil ternak,
tanaman dan sebagian besar jenis teh.
4) Tembaga
Fungsi : berperan dalam kegiatan enzim pernafasan sebagai kofaktor
bagi enzim tironase dan sitokromokdiase. Sumber : susu dan sereal,
kacang-kacangan, biji-bijian, jerohan.
5) Zinc
Fungsi : membuat protein dan materi genetik, persepsi rasa,
meningkatkan keaktifan enzim, penyembuhan luka, perkembangan janin
yang normal, pertumbuhan yang normal dan pematangan, serta
kesehatan sistem kekebalan tubuh. Sumber : daging, unggas, telur,
ikan, susu, keju, hati, lembaga gandum, ragi, selada, roti dan kacang-
kacangan.
6) Kobalt
Fungsi : keseimbangan tubuh ruminansia. Sumber : vitamin B12, B1, dan
sayuran berdaun hijau.
7) Yodium
Ditemukan dalam hormon tiroid. Fungsi: membantu mengatur
pertumbuhan, perkembangan, dan metabolisme tubuh. Sumber:
makanan seafood, makanan yang tumbuh pada tanah yang banyak
mengandung yodium , garam beryodium, roti dan produk susu.
8) Selenium (zat antioksidan)

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

20
Modul Farmakologi II

Fungsi : kesehatan liver (hati). Sumber : daging, makanan laut seperti


ikan, kacang-kacangan,produk susu, telur,ayam, bawang putih, bawang
merah dan sayuran hijau.
9) Khrom
Khrom bekerja sama dengan insulin untuk mengatur tingkat gula darah
(glukosa). Sumber : makanan yang tidak dimurnikan terutama hati, ragi,
biji - bijian, kacang-kacangan, dan keju.

Dampak Akibat Kelebihan dan Kekurangan Mineral


1. Kekurangan zat besi : anemia, menurunkan kekebalan tubuh individu.
2. Kekurangan kalsium : pertumbuhan tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh.
Kelebihan kalsium : gangguan ginjal atau batu ginjal, gangguan absorpsi mineral.
3. Kekurangan fosfor : kerusakan tulang dengan gejala lelah, kurang nafsu makan dan
kerusakan tulang. Kelebihan fosfor : mengalami kejang.
4. Kelebihan sulfur : menghambat pertumbuhan.

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

21
Modul Farmakologi II

LATIHAN

1. Apa perbedaan vitamin dan mineral ?


2. Sebutkan klasifikasi vitamin dan mineral ?
3. Jelaskan farmakokinetika vitamin larut air !
4. Jelaskan mekanisme kerja dari vitamin yang larut lemak !
5. Apa akibat kekurangan dan kelebihan mineral ?

NGKUMAN
N
A
S
A
K
G
N
RI

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

22
Modul Farmakologi II

1. Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang
memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme,yang tidak dapat
dihasilkan oleh tubuh. yang sangat cukup, oleh karena itu harus diperoleh dari
bahan pangan yang dikonsumsi.
2. Mineral adalah nutrisi penting untuk pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit.
3. Perbedaan vitamin dan mineral adalah mineral merupakan senyawa
anorganik, sedangkan vitamin organik.
4. Vitamin terdapat 2 macam yakni Vitamin yang Larut dalam Air (Vitamin B
dan C) dan Vitamin Tak Larut dalam Air (Larut dalam Lemak) (Vitamin A, D, E dan
K).
5. Klasifikasi mineral menurut jumlah yang dibutuhkan tubuh mineral utama
(mayor) dan mineraltambahan (minor). Berdasarkan jenisnya mineral dibagi
menjadi 2 macam yaitu makromineral dan mikromineral.
F
TI
A
M
R
O
F
S
E
T

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

23
Modul Farmakologi II

1. Seorang perempuan berusia 25 tahun datang ke apotek mencari vitamin untuk


antiaging. Tetangganya menyarankan untuk konsumsi vitamin. Apa jenis vitamin yang
bisa diberikan kepada perempuan tersebut ?
a. A
b. B
c. C
d. D
e. E
2. Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke apotek mencari vitamin untuk mengobati
gejala flu. TTK menyarankan untuk konsumsi obat yang mengandung vitamin. Apa
jenis vitamin yang ada dalam obat tersebut ?
a. A
b. B
c. C
d. D
e. E
3. Seorang laki-laki datang ke apotek menyerahkan resep sebagai berikut:
R/ Vit A IPI flash I
S.1 dd1
P.r.n
Pro : Dani
Umur : 15 tahun
Keluarga pasien mengatakan sudah sering menggunakan obat tersebut dan tidak ada
riwayat alergi. Apa mekanisme kerja vitamin pada resep tersebut ?
a. Meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfat melalui usus halus
b. Melindungi kerusakan membran biologis akibat radikal bebas
c. Meningkatkan sintesis fibronektin
d. Mensintesis nukleoprotein
e. Menjadi koenzim pada berbagai reaksi karboksilasi

4. Dalam proses penyiapan resep sebagai berikut :


R/ CDR flash I
0-0-1
Pro : Ny Wina
Umur : 37 tahun

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

24
Modul Farmakologi II

Pada saat ditanyakan kepada pasien ternyata pasien sedang hamil 5 bulan. Apa
kandungan mineral yang terdapat dalam obat yang ada di resep tersebut ?
a. Natrium
b. Kalium
c. Kalsium
d. Zat Besi
e. Klor
5. Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke apotek mencari suplemen yang
mengandung fosfor dan kalsium untuk kesehatan gigi dan tulangnya. Apa jenis
makanan yang dapat disampaikan kepada perempuan tersebut untuk pemenuhan
fosfor dan kalsium selain dari obat ?
a. Kacang-kacangan
b. Garam dapur
c. Daging
d. Buah pisang
e. Sayuran hijau
6. Seorang perempuan berusia 30 tahun datang ke apotek mencari vitamin untuk
penyubur (fertilisasi) karena sudah 2 tahun menikah tapi belum dikaruniai anak.
Tetangganya menyarankan untuk konsumsi vitamin. Apa jenis vitamin yang bisa
diberikan kepada perempuan tersebut ?
a. A
b. B
c. C
d. D
e. E
7. Seorang laki-laki berusia 50 tahun datang ke apotek mencari vitamin untuk nyeri sendi
dan tulang serta sering merasa capek-capek. Tetangganya menyarankan untuk
konsumsi vitamin. Apa jenis vitamin yang bisa diberikan kepada laki-laki tersebut ?
a. A
b. B
c. C
d. D
e. E

8. Seorang laki-laki datang ke apotek menyerahkan resep sebagai berikut:


R/ Vit C IPI flash I
S.1 dd1

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

25
Modul Farmakologi II

P.r.n
Pro : Dani
Umur : 15 tahun
Keluarga pasien mengatakan sudah sering menggunakan obat tersebut dan tidak ada
riwayat alergi. Apa efek samping dari obat pada resep tersebut ?
a. Anafilaksis
b. Gangguan hati
c. Diare
d. Hiperglikemia
e. Hipertensi
9. Seorang bidan datang ke apotek untuk membeli magnesium sulfat untuk stock di
prakteknya. Apa indikasi kandungan mineral obat tersebut ?
a. Pre dan eklampsia
b. Emesis
c. Pendarahan
d. Hipertensi
e. Anemia
10. Seorang perempuan berusia 20 tahun datang ke apotek mencari suplemen yang
mengandung zat besi untuk mengatasi anemia yang dialaminya. Apa jenis makanan
yang dapat disampaikan kepada perempuan tersebut untuk pemenuhan zat besi selain
dari obat ?
a. Kacang-kacangan
b. Garam dapur
c. Yogurt
d. Buah pisang
e. Rumput laut

DAFTAR PUSTAKA

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

26
Modul Farmakologi II

Goodman and Gilman, The Pharmacological Basic of Therapeutics, Maxmillan


Publishing Co.Inc, New York.

Ian Tanu, 1995, Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi FK UI, Jakarta
Katzung, B.G, Farmakologi Dasar dan Klinik, EGC, Jakarta.
Tjai, TH dan Raharja, K, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-
efek Sampinngnya Edisi VI, PT.Alex Media Komputindo, Jakarta.

Kegiatan Belajar
al
n
o
m
or
H
n
a
at
b
o
-
at
b
O

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

27
Modul Farmakologi II

 100 Menit

PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat, Relevansi, Capaian Pembelajaran, dan Petunjuk Belajar

A. Deskripsi Singkat
Modul ini membahas tentang farmakokinetika dan mekanisme kerja obat
secara farmakodinamika, efek samping dan bahayanya, indikasi dan kontraindikasi
dari obat-obatan yang digunakan.
B. Relevansi
Untuk mengikuti mata kuliah ini maka harus lulus terlebih dahulu dalam mata
kuliah Farmakologi Dasar dan Farmakologi I. Pada saat lulus mata kuliah ini maka
dapat diaplikasikan dalam mata kuliah Swamedikasi, Farmasi Rumah Sakit dan
Kimia Farmasi I. Dalam penempuhan mata kuliah ini, ada beberapa mata kuliah
yang berhubungan/saling bersinggungan adalah Asuhan Kefarmasian, Manajemen
Farmasi, Kimia Farmasi II, Perundang-undangan Kesehatan serta Ilmu Perilaku dan
Etika Profesi.
C. Capaian Pembelajaran
Adapun capaian pembelajaran dari mata kuliah ini adalah agar mahasiswa
mampu menjelaskan aspek farmakologi (pengertian, penggolongan, mekanisme
kerja, indikasi, kontraindikasi dan efek samping obat) obat-obatan yang
mempengaruhi hormon (hormonal).
D. Petunjuk Belajar
Pembelajaran akan dilakukan dengan strategi student active learning. Dosen
akan mendorong dan memfasilitasi mahasiswa untuk aktif mencari dan menemukan

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

28
Modul Farmakologi II

berbagai konsep yang harus dikuasai. Untuk memenuhi kondisi tersebut, ada 4
kegiatan utama yang akan dilaksanakan dalam perkuliahan:
1) Presentasi (penyajian) materi oleh dosen. Dosen mempresentasikan materi di 1
kali pertemuan pertama. Materi yang dipresentasikan adalah kontrak kuliah, garis
besar keseluruhan konsep/materi yang akan dipelajari dalam satu semester dan
pembagian materi.
2) Penugasan. Hal ini mencakup penugasan membuat paper kelompok dan
membuat resume perkuliahan.
3) Diskusi kelas. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk presentasi paper
kelompok dalam diskusi kelas. Pada setiap akhir diskusi kelas, dosen harus
memberikan presentasi untuk mengklarifikasi materi yang dibahas dalam diskusi.
4) QUIS. Pada akhir pertemuan dilakukan quis untuk mengevaluasi pemahaman
mahasiswa.

TUJUAN PEMBELAJARAN

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

29
Modul Farmakologi II

1. Menguasai konsep teoritis farmakologi obat-obat hormonal.


2. Menguasai konsep dan prinsip “patient safety” dalam penggunaan obat
hormonal.
3. Menguasai konsep, prinsip dan teknik komunikasi dalam pelaksanaan pelayanan
kefarmasian pengobatan hormonal.
4. Menyusun laporan tentang hasil dan proses kerja dengan akurat dan sahih,
mengomunikasikan secara efektif kepada pihak lain yang membutuhkannya
terkait penggunaan obat hormonal.
5. Mampu membantu melakukan pengumpulan data, pengolahan data dan
menyusun laporan kasus dan atau laporan kerja sesuai dengan ruang lingkup
penelitian kefarmasian terkait penggunaan obat hormonal.

URAIAN MATERI

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

30
Modul Farmakologi II

A. Pengertian
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar
atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel. Sebagian besar hormon
merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang
berbeda-beda. Hormon terikat kepada reseptor di permukaan sel atau di dalam sel.
Ikatan antara hormon dan reseptor akan mempercepat, memperlambat atau
merubah fungsi sel.
Hormon mengendalikan fungsi dari organ secara keseluruhan:
1. Hormon mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan, perkembangbiakan
dan ciri-ciri seksual
2. Hormon mempengaruhi cara tubuh dalam menggunakan dan menyimpan energy
3. Hormon juga mengendalikan volume cairan dan kadar air dan garam di dalam
darah.
B. Klasifikasi
1. Klasifikasi Hormon Berdasarkan Struktur Kimia
Hormon larut air Hormon larut lemak

Polipeptida (dopamine, noreponefrin, Steroid (estrogen, progesterone,


epinefrin) testosterone, glukokortikoid,
aldosteron)
Cara kerja : melalui system Tironin (tiroksin)
messenger-kedua
Cara kerja : dapat menembus
membran sel dengan bebas
2. Klasifikasi Obat-obat Hormonal
a. Antidiabetik Oral
1) Sulfonilurea
a) Zat Aktif
Klorpropamid, glikazid, glibenklamid, glipizid, glikuidon, tolbutamid
b) Indikasi

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

31
Modul Farmakologi II

DM Tipe II
c) Mekanisme Kerja
Membebaskan insulin yang dapat dimobilisasi dari sel B pankreas
dan pada saat yang sama memperbaiki tanggapan terhadap
rangsang glukosa fisiologik. Obat ini hanya berkhasiat jika produksi
insulin tubuh sendiri sebagian masih bertahan
d) Kontraindikasi
Tidak dapat diberikan pada diabetes tipe I, pada asetonuria
parah,koma diabetik, pada gangguan fungsi ginjal yg parah dan
pada masa kehamilan. Dianjurkan pada masa kehamilan untuk
menggantinya dengan insulin.
e) Efek samping
Hipoglisemia, erupsi mukokutis, ganggua saluran cerna, gangguan
hati, reaksi hematologi.
2) Biguanid
a) Zat Aktif
Metmorfin hidroklorida
b) Indikasi
DM Tipe II pada penderita diabetes dewasa yang tidak tertolong
dengan tindakan diet dan terdapat alergi terhadap tipe sulfonamida.
c) Kontraindikasi
Koma diabetik & ketoasidosis, gangguan fungsi ginjal serius, penyakit
hati kronis,kegagalan jantung, miokardial infark, alkoholisme,
keadaan penyakit kronik/akut yang berkaitan dengan hipoksia
jaringan, hipersensitif terhadap biguanid, infeksi, gangren,
selama/segera setelah pembedahan.

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

32
Modul Farmakologi II

d) Efek samping
Menyebabkan gangguan saluran cerna, perubahan pembentukan
darah.
b. Kortikosteroid
1. Terapi pengganti hormon
a) Zat aktif
Hidrokortison dan aldosteron
b) Merk Dagang
Berlicort, Calacort, Enkacort, Lexacorton, Steroderm
c) Indikasi
Anti radang pada kulit (yang bukan disebabkan infeksi) seperti eksim
dan alergi kulit seperti : dermatitis atopi, dermatitis kontak, dermatitis
alergik, pruritus anogenital dan neurodermatitis.
d) Kontra Indikasi
Penyakit kulit karena virus atau tuberkulosis, akut rosasae, skabies,
dermatitis perioral, tinea, pemakaian lama atau daerah yang luas
pada kehamilan.Penderita yang hipersensitif.Herpes simplex, vaccinia
dan varicella, infeksi jamur.
e) Dosis dan aturan pakai
Tanyakan kepada dokter anda mengenai dosis dan aturan pakai
Hydrocortisone. Dosis yang umum diberikan : oleskan 2 – 3 kali
sehari pada kulit yang sakit.
f) Efek samping
Rasa terbakar, gatal, kekeringan, atropi kulit, infeksi sekunder.
2. Anti Inflamasi Sistemik

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

33
Modul Farmakologi II

Contoh obat : Prednisolon, prednison, betametason, deksametason,


fludrokortison, hidrokortison,kortison, metilprednisolon, triamsinolon.
Metil Predisolon
a) Indikasi
Abnormalitas fungsi adrenokortikal, penyakit kolagen, keadaan alergi
dan peradangan pada kulit dan saluran pernafaan tertentu, penyakit
hematologik, hiperkalsemia sehubungan dengan kanker.
b) Kontra indikasi
Infeksi jamur sistemik pada pasien hipersensitif.
c) Dosis
Dewasa dosis awal dari metilprednisolon dapat bermacam – macam
dari 4 mg – 48 mg per hari, dosis tunggal atau terbagi, tergantung
keadaan penyakit. Dalam sklerosis multipel: Oral 160 mg sehari
selama 1 minggu, kemudian 64 mg setiap 2 hari sekali dalam 1 bulan.
Anak – anak Insufisiensi adrenokortikal: Oral 0,117 mg/kg BB atau
3,33 mg per m2luas permukaan tubuh sehari dalam dosis terbagi tiga.
c. Hormon tiroid dan penghambat tiroid
1. Hormon Tiroid
a) Zat Aktif
Garam Tiroid
b) Merk dagang
Thyrax Duotab, Levotiroksin Na 100 mcg.
c) Indikasi
Hipotirodisme, supresi kadar TSH pada peny, gondok, nodul tiroid dan
setelah terapi radiologik/pembedahan pada kanker tiroid, supresi efek
goitrogenik dari obat lain, untuk diagnosis dan tes supresi.

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

34
Modul Farmakologi II

d) Mekanisme Kerja
hormon-hormon tiroid memiliki efek pada pertumuhan sel,
perkembangan dan metabolisme energi. Efek-efek ini bersifat
genomik melalui pengaturan ekspresi gen, dan yang tidak genomik
melalui efek langsung pada sitosol sel, membran, dan mitokondria.
e) Efek samping
Takikardia, cemas, tremor, sakit kepala, kemerahan muka, perspirasi
dan penurunan BB.
f) Dosis
Dewasa awal 0,05-0,1 mg/hari, dosis harian ditingkatkan tiap 2
minggu 0,025-0,05 mg. Pemeliharaan : 0,1-0,2 mg/hari, hipotiroidisme
ekstrim, usia lanjut dan gangguan KV: awal 0,0125-0,025 mg/hr,
anak>12 thn 150-200 mcg, 6- 12 thn 100-150 mcg, < 6 bln 25-50
mcg, setiap hari.
2. Penghambat Tiroid
a) Zat Aktif
Karbimazol, Propiltiourasil
b) Merk Dagang
Neo-Mercazole dan Karbimazol 5 mg.

c) Indikasi
Hipertiroidisme.
d) Kontra indikasi
Laktasi.
e) Dosis

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

35
Modul Farmakologi II

Awal dewasa sehari 20-60 mg. Kasus ringan : sehari 5-10 mg:
kasus sedang : sehari 30 mg : kasus berat : sehari 40-60 mg.
Diberikan dalam beberapa dosis terbagi. Pemeliharaan : sehari 5-15
mg.
d. Hormon seksual dan antagonisnya
1. Hormon perempuan
Estrogen dan anti-estrogen : estrogen untuk HRT, estrogen tunggal
etinil- estradiol, estradiol, estradiol valerat.
Progesteron : didrogesteron, progesteron, tibolon, linestrenil.
2. Hormon laki-laki dan antagonisnya
Antiandrogen : Siproteron-asetat, finasterid
Fluoksimesteron
a) Indikasi
Kanker payudara lanjut
b) Kontra Indikasi
Kanker payudara pada pria, hiperkalsemia, kehamilan, menyusui,
nefrosis.
c) Efek samping
Mual, hirsutisme, retensi cairan, akne, ikterus, gangguan haid,
virilisasi, ginekomastia.
d) Dosis
5-10 mg/hari.
e) Peringatan
Gangguan fungsi jantung, ginjal, atau hati ; lansia, PJK, hipertensi;
epilepsi, migren, metastase skeletal.
Testosteron Undekanoat
a) Indikasi
Kanker payudara
b) Kontra Indikasi
Kanker payudara pada pria, hiperkalsemia, kehamilan, menyusui,
nefrosis.
c) Efek Samping

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

36
Modul Farmakologi II

Kanker prostat, sakit kepala, depresi, perdarahan saluran cerna,


mual, ikterus
obstruktif, perubahan libido, cemas, parestesia, gangguan
keseimbangan cairan
dan elektrolit, hiperkalsemia, pertumbuhan tulang meningkat, efek
androgenik
seperti hirsutisme, seboroe, akne, perkembangan seksual dini.
d) Dosis
120-160 selama 2-3 minggu.
3. Anabolik Steroid
Zat Aktif : Nandrolon, metandrostelon
e. Hormon hipotalamus dan hipofisis
1. Hormon pertumbuhan
a) Zat Aktif
Somatotropin
b) Indikasi
Pengobatan jangka panjang pada gangguan pertumbuhan anak yang
disebabkan insufisiensi sekresi hormon pertumbuhan, Turner
Syndrome, insufisiensi ginjal kronik, born small for gestational-age,
Prader-WilliSyndrome.
c) Mekanisme Kerja
HGH yang dihasilkan oleh kelenjar pituitary pertama-tama mengalir
melalui pembuluh darah menuju ke organ hati. Di dalam hati, HGH
dirubah menjadi IGF 1 (insulinlike Growth Factor 1). Lalu melalui
peredaran darah pula, IGF 1 dialirkan keseluruh organ-organ yang
ada di tubuh manusia. IGF 1 inilah yang bertanggung jawab untuk
memelihara seluruh organ-organ di dalam tubuh manusia.
d) Kontra Indikasi

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

37
Modul Farmakologi II

Penderita yang mempunyai riwayat aktivitas neoplastik dan penderita


dengan pertumbuhan tumor intrakranial benign yang tidak terkontrol.
Pengobatan antitumor harus diselesaikan sebelum menggunakan
somatropin.
2. Gonadotropin
a) Zat Aktif
Human chorioninic-gonadotrophin (HCG), human menopaus al-
gonadotropin (HMG), ulofolitrofin
b) Indikasi
Pengobatan infertilitas pada wanita dengan hipopituitarisme atau
pada pasien yang tidak memperlihatkan respon terhadap
klomifen, atau pada pengobatan superovulasi untuk membantu
terjadinya pembuahan (seperti fertilisasi in vitro).
c) Mekanisme Kerja
Hormon berinteraksi dengan reseptornya mengakibatkan
perangsangan atau penghambatan mengubah kecepatan sintesis
siklik AMP dari ATP, selanjutnya siklik AMP berfungsi sebagai
mediator intrasel untuk hormon tersebut dan seluruh sistem ini
berfungsi sebagai suatu mekanisme spesifik sehingga efek
spesifik suatu hormon dapat terjadi
d) Kontra Indikasi
Kegagalan ovarium primer, gangguan fungsi tiroid atau adrenal yang
nampak jelas, lesi intrakranial organik atau penyebab kemandulan
lebih dari anovulasi), perdarahan rahim abnormal yang tak
terdiagnosa, kista ovarium atau pembesaran ovarium (kecuali ovari
polikistik).

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

38
Modul Farmakologi II

3. Vasopresin
a) Zat Aktif
Vasopresin
b) Indikasi
Diabetes insipidus kranial; perdarahan varises esofagus.
c) Kontra indikasi
Penyakit vaskular.
d) Efek samping
Pucat, mual, cegukan, kejat perut, serangan angina, reaksi alergi.
e) Peringatan
Gagal jantung, asma bronkial, epilepsi, migren, kehamilan.

4. Hormon hipotalamus
a) Zat Aktif
Gonadorelin
b) Indikasi
Kanker prostat; kanker payudara stadium lanjut & endometriosis.
c) Mekanisme Kerja
Menyebabkan kelenjar hipofisis untuk melepaskan hormon-hormon
lain yang mengontrol perkembangan pada anak-anak dan kesuburan
pada orang dewasa.
d) Efek samping
Nyeri tulang bertambah pada awal terapi; hot flushes, libido turun,
depresi, sakit kepala, pusing, mual, muntah, diare, ginekomastia,
urtikaria (jarang).

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

39
Modul Farmakologi II

f. Kontrasepsi hormonal
1) Kontrasepsi Kombinasi
a) Kontrasepsi Oral Kombinasi (KOK)
(1)Mekanisme Kerja
Mempengaruhi ovulasi dan implantasi, Mempengaruhi transport
gamet,mempengaruhi fungsi corpust luteum, dan mempengaruhi
lendir serviks.
(2)Indikasi
Kontrasepsi, gangguan haid
(3)Kontraindikasi
Kehamilan, risiko tinggi untuk penyakit arterial, riwayat penyakit
tromboemboli, keadaan yang meningkatkan risiko tromboemboli,
bertambah berat, wanita menyusui
b) Kontrasepsi Injeksi Kombinasi (KIJ)
(1)Mekanisme Kerja
Mempengaruhi ovulasi dan implantasi, Mempengaruhi transport
gamet,mempengaruhi fungsi corpust luteum, dan mempengaruhi
lendir serviks.
(2) Indikasi
Kontrasepsi injeksi untuk jangka waktu 1 bulan.
(3)Kontra Indikasi
Kehamilan atau ada dugaan hamil, kanker payudara, kanker
saluran genital,menderita atau pernah mempunyai gangguan
tromboembolik, fokal migrain, penyakit hati akut, hipersensitif.
(4)Efek Samping

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

40
Modul Farmakologi II

Mual, sakit kepala, nyeri dada, peningkatan berat badan,


perdarahan setelah penyakituntikan pertama, amenore, spotting,
atau masa perdarahan yang lebih lama dan lebih berat.
(5)Dosis
Satu vial diberikan dalam setiap 30 hari plus minus 3 hari (secara
intramuskuler).
2) Kontrasepsi Progestin
a) Mekanisme Kerja secara umum :
(1)Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium
(tidak begitu kuat)
(2)Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga
implantasi lebih sulit
(3)Mengentalkan lendir serviks
(4)Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi ovum terganggu.
b) Golongan :
(1) Kontrasepsi Oral Progestin : Kontrasepsi Oral Progestin
(2) Kontrasepsi Injeks Progestin (KIP) dan susuk : Medroksi
Progesteron Asetat, Noretisteronenantat, Levonorgestrel
c) Contohnya :
Kontrasepsi Oral Progestin
(1)Zat Aktif
Kontrasepsi Oral Progestin
(2)Indikasi
Kontrasepsi oral.
(3)Kontra Indikasi

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

41
Modul Farmakologi II

Kehamilan, penyakit hati parah, ikterus, sindrom Rotor, dan dubbin


johnson atau riwayat ikterus wanita hamil, wanita muda dengan
siklus belum teratur.
(4)Efek samping
Mual, muntah, sakit kepala, nyeri payudara, jika timbul perdarahan
ringan tidak teratur pada bulan-bulan pertama pengobatan dapat
diteruskan (kecuali perdarahan parah).
(5)Dosis
Tiap hari 1 tablet, sekitar waktu makan malam.
Kontrasepsi Injeksi Progestin (KIP) dan Susuk
(1) ZatAktif
Medroksi Progesteron Asetat
(2) Indikasi
Kontrasepsi bila metode lain seperti pil oral/IUD tidak bisa
dilakukan.
(3) Kontra Indikasi
Perdarahan divagina atau kelainan patologis yang tidak diketahui
penyebabnya, kehamilan.
(4) Efek samping
Reaksi anafilaktik, tromboembolik, trom-boeflebitis, emboli paru,
payudara lembek dan galaktore, erosi dan perubahan sekresi
pada leher rahim, hiperpireksia yang tidak diketahui penyebabnya,
wajah bulan, perubahan berat badan, perubahan warna kulit di
tempat suntikan.
(5) Dosis

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

42
Modul Farmakologi II

1 vial berisi 150 mg setiap 3 bulan, diberikan secara im, harus


dipastikan akseptor tidak hamil pada pemberian suntikan pertama,
dianjurkan agar suntikan tersebut diberikan selama masa 5 hari
pertama dari siklus haid normal atau 6 minggu setelah melahirkan
Noretisteronenantat
(1) Indikasi
Perdarahan rahim disfungsional, amenore primer dan sekunder,
sindrom pra menstruasi, mastopatia, siklik, pegaturan
waktu haid, endometriosis.
(2) Kontra Indikasi
Kehamilan, menyusui, proses tromboembolik, diabetes melitus
dengan perubahan vaskular, gangguan fungsi hati,keganasan,
yang dipengaruhi hormon seks, hipersensitif.
(3) Efek Samping
Edema atau retensi cairan, Kembung, Sakit kepala, Mual,
Menstruasi berjalan singkat atau tidak menstruasi sama sekali,
Sulit tidur, Lelah, Pusing, Perubahan berat badan, Nyeri payudara
(4) Dosis
Noretisteron 5mg. Disesuaikan dengan keadaan
Levonorgestrel
(1) Indikasi
Kontrasepsi untuk 5 tahun.
(2) Kontra Indikasi
Diketahui atau diduga terjadi kehamilan, penyakit hati akut,tumor
hati jinak atau ganas, pendarahan genital abnormal yang tidak
diketahui jeisnya.

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

43
Modul Farmakologi II

(3) Efek Samping


Pendarahan spotting, amenore, menoragia, metroragia,
pembesaran ovarium (kista), mastalgia, peningkatan berat badan,
dermatitis, jerawat, rambut rontok dan lain-lain.
(4) Dosis
6 implan dimasukkan secara subdermal.
g. Hormon lainnya
1) Zat Aktif
Bromokiptin
2) Indikasi
Parkinsonisme (bukan karena obat).
3) Efek samping
Mual, muntah, konstipasi, sakit kepala, pusing, hipotensi postural,
mengantuk, vasospasme jari tangan dan kaki terutama pada pasien
sindroma Raynaud; dosis tinggi, bingung, eksitasi psikomotor, halusinasi,
diskinesia, mulut kering, kram kaki, efusi pleural (mungkin perlu
penghentian obat), fibrosis retroperitoneal (perlu pemantauan).
4) Dosis
Minggu pertama 1-1,25 mg malam hari. Minggu kedua 2-2,5 mg malam
hari, minggu ketiga 2,5 mg 2 kali sehari, minggu keempat 2,5 mg 3 kali
sehari, kemudian tingkatkan 2,5 mg setiap 3-14 hari sesuai dengan
respons sampai kisaran lazim 10-40 mg sehari; bersama makanan.
5) Mekanisme kerja : menghambat sekresi prolaktin pada manusia dengan
menstimulasi reseptor dopaminergik hipotalamus sehingga
meningkatkan faktor penghambat prolaktin dan menurunkan sekresi
prolaktin dari pituitari anterior.

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

44
Modul Farmakologi II

LATIHAN

1. Berapa golongan obat-obat hormonal ?


2. Sebutkan penggolongan setiap golongan dari obat hormonal tersebut ?
3. Jelaskan farmakokinetika oral kontrasepsi !
4. Jelaskan mekanisme kerja dari obat diabetes !
5. Apa akibat kekurangan dan kelebihan hormon estrogen ?

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

45
Modul Farmakologi II

NGKUMAN
N
A
S
A
K
G
N
RI

1. Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar
atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel.
2. Hormon terikat kepada reseptor di permukaan sel atau di dalam sel. Ikatan antara
hormon dan reseptor akan mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi
sel.
3. Klasifikasi hormon berdasarkan struktur kimianya yakni hormon larut air dan larut
lemak.

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

46
Modul Farmakologi II

4. Penggolongan obat hormon yakni antidiabetik, hormon tiroid dan penghambat


tiroid, kortikosteroid, hormon seksual dan antagonisnya, hormon hipotalamus dan
hipofisis, kontrasepsi oral dan hormon lainnya.

F
TI
A
M
R
O
F
S
E
T
1. Seorang perempuan datang ke apotek membeli pil KB yang mengandung estradiol.
Apa golongan obat antihormon pada obat tersebut ?
a. Antitiroid
b. Antidiabetes oral
c. Antiestrogen dan progesteron
d. Kortikosteroid
e. Antitiroksin

2. Seorang laki-laki datang ke apotek membawa resep sebagai berikut :


R/ Propil Tio Urasil Tab no X
S 2 dd 1
Pro : Ny Windi
Umur : 30 tahun
Apa efek samping dari obat tersebut ?

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

47
Modul Farmakologi II

a. Hipoglikemia
b. Hipersensitivitas
c. Nyeri perut
d. Mual dan muntah
e. Nyeri otot

3. Seorang perempuan datang ke apotek mencari obat sulfonilurea. Merk obat yang
dicarinya adalah glucodex. Apa indikasi dari obat tersebut ?
a. Arthritis rheumatoid
b. Infertilisasi
c. Faginistis atrofi
d. Hipertiroidisme
e. Hiperglikemia

4. Seorang perempuan berusia 50 tahun datang ke apotek mencari obat metformin. Obat
tersebut digunakan untuk pengobatan diabetes. Bagaimana mekanisme kerja obat
tersebut ?
a. Meningkatkan produksi tiroksin
b. Meningkatkan produksi estrogen
c. Meningkatkan produksi progesteron
d. Meningkatkan produksi insulin
e. Meningkatkan produksi steroid

5. Seorang laki-laki berumur 52 tahun, datang ke apotek mencari obat antidiabetes tipe I.
Apa merk dagang obat yang dapat dberikan kepada laki-laki tersebut ?
a. Humalog
b. Elacort
c. Ofestin
d. Dulphastion
e. Glucophage

6. Seorang perempuan datang ke apotek membawa resep yang di dalamnya


mengandung obat somatropin. Apa indikasi obat tersebut ?
a. Gangguan hormon tiroid
b. Kekurangan hormon insulin
c. Kelebihan hormon estrogen
d. Gangguan pertumbuhan
e. Fertilisasi

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

48
Modul Farmakologi II

7. Seorang laki-laki datang ke apotek membawa resep sebagai berikut :


R/ Vasopresin vial no II
S i.m
Pro : Ny Windi
Umur : 30 tahun
Apa efek samping dari obat tersebut ?
a. Hipoglikemia
b. Hipersensitivitas
c. Kejang perut
d. Mengantuk
e. Pendarahan

8. Seorang perempuan datang ke apotek mencari obat glibenklamid. Ternyata stock di


apotek habis untuk generiknya. Apa merk obat yang dapat ditawarkan kepada
perempuan tersebut ?
a. Gliseta
b. Glicab
c. Glurenorm
d. Gluchophage
e. Glucodex

9. Seorang perempuan berusia 50 tahun datang ke apotek mencari obat hormon


testosteron undekenoat. Obat tersebut tertulis di resep yang dibawakannya. Apa
indikasi obat tersebut ?
a. Kanker prostat
b. Kanker payudara lanjut
c. Kanker payudara pada laki-laki
d. Kanker serviks
e. Kanker getah bening

10. Seorang laki-laki berumur 52 tahun, datang ke apotek mencari obat triamcinolone 4
mg. Obat tersebut digunakan untuk pengobatan gangguan endokrin. Apa kontraindikasi
obat tersebut ?
a. Infeksi jamur sistemik
b. Infeksi saluran pernafasan
c. Infeksi saluran pencernaan
d. Infeksi kulit dan kelamin
e. Infeksi kandung kemih

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

49
Modul Farmakologi II

DAFTAR PUSTAKA

Goodman and Gilman, The Pharmacological Basic of Therapeutics, Maxmillan


Publishing Co.Inc, New York.

Ian Tanu, 1995, Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi FK UI, Jakarta
Katzung, B.G, Farmakologi Dasar dan Klinik, EGC, Jakarta.
Tjai, TH dan Raharja, K, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-
efek Sampinngnya Edisi VI, PT.Alex Media Komputindo, Jakarta.

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

50
Modul Farmakologi II

Kegiatan Belajar
IN
M
A
ST
HI
TI
N
A
 100 Menit

PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat, Relevansi, Capaian Pembelajaran, dan Petunjuk Belajar

A. Deskripsi Singkat
Modul ini membahas tentang farmakokinetika dan mekanisme kerja obat
secara farmakodinamika, efek samping dan bahayanya, indikasi dan kontraindikasi
dari obat-obatan yang digunakan.
B. Relevansi

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

51
Modul Farmakologi II

Untuk mengikuti mata kuliah ini maka harus lulus terlebih dahulu dalam mata
kuliah Farmakologi Dasar dan Farmakologi I. Pada saat lulus mata kuliah ini maka
dapat diaplikasikan dalam mata kuliah Swamedikasi, Farmasi Rumah Sakit dan
Kimia Farmasi I. Dalam penempuhan mata kuliah ini, ada beberapa mata kuliah
yang berhubungan/saling bersinggungan adalah Asuhan Kefarmasian, Manajemen
Farmasi, Kimia Farmasi II, Perundang-undangan Kesehatan serta Ilmu Perilaku dan
Etika Profesi.
C. Capaian Pembelajaran
Adapun capaian pembelajaran dari mata kuliah ini adalah agar mahasiswa
mampu menjelaskan aspek farmakologi (pengertian, penggolongan, mekanisme
kerja, indikasi, kontraindikasi dan efek samping obat) obat-obatan antihistamin.

D. Petunjuk Belajar
Pembelajaran akan dilakukan dengan strategi student active learning. Dosen
akan mendorong dan memfasilitasi mahasiswa untuk aktif mencari dan menemukan
berbagai konsep yang harus dikuasai. Untuk memenuhi kondisi tersebut, ada 4
kegiatan utama yang akan dilaksanakan dalam perkuliahan:
1) Presentasi (penyajian) materi oleh dosen. Dosen mempresentasikan materi di 1
kali pertemuan pertama. Materi yang dipresentasikan adalah kontrak kuliah, garis
besar keseluruhan konsep/materi yang akan dipelajari dalam satu semester dan
pembagian materi.
2) Penugasan. Hal ini mencakup penugasan membuat paper kelompok dan
membuat resume perkuliahan.
3) Diskusi kelas. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk presentasi paper
kelompok dalam diskusi kelas. Pada setiap akhir diskusi kelas, dosen harus
memberikan presentasi untuk mengklarifikasi materi yang dibahas dalam diskusi.

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

52
Modul Farmakologi II

4) QUIS. Pada akhir pertemuan dilakukan quis untuk mengevaluasi pemahaman


mahasiswa.

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Menguasai konsep teoritis farmakologi obat-obat antihistamin.


2. Menguasai konsep dan prinsip “patient safety” dalam penggunaan obat
antihistamin.
3. Menguasai konsep, prinsip dan teknik komunikasi dalam pelaksanaan pelayanan
kefarmasian obat antihistamin.
4. Menyusun laporan tentang hasil dan proses kerja dengan akurat dan sahih,
mengomunikasikan secara efektif kepada pihak lain yang membutuhkannya
terkait penggunaan obat antihistamin.
5. Mampu membantu melakukan pengumpulan data, pengolahan data dan
menyusun laporan kasus dan atau laporan kerja sesuai dengan ruang lingkup
penelitian kefarmasian terkait penggunaan obat antihistamin.

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

53
Modul Farmakologi II

URAIAN MATERI

A. Pengertian
Histamin adalah suatu alkaloid yang disimpan di dalam sel mast, dan
menimbulkan berbagai proses faalan dan patologik. Histamin pada manusia adalah
mediator penting untuk reaksi alergi dan reaksi inflamasi, mempunyai peranan
penting pada sekresi asam lambung, dan berfungsi sebagai neurotransmitter dan
modulator. Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi
efek histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin.
B. Klasifikasi
Histamin terdiri dari 2 reseptor yakni reseptor H1 dan H2
Antihistamin terdiri dari 2 jenis antagonis yakni Antagonis H1-Blocker dan Antagonis
H2-Blocker.
1. H1-Blocker (Antihistaminika klasik)
a. Mekanisme Kerja

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

54
Modul Farmakologi II

Menyebabkan interaksi otot polos usus dan bronki, meningkatkan


permeabilitas vaskular dan meningkatkan sekresi usus, yang dihubungkan
dengan peningkatan cGMP dalam sel. Interaksi dengan reseptor H1 juga
menyebabkan vasodilatasi arteri sehingga permeable terhadap cairan dan
plasma protein yang menyebabkan sembab, pruritik, dermatitis dan urtikaria.
b. Penggunaan
Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca misalnya
bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi kulit,
seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem.
c. Efek samping
Konstipasi, mata kering, dan penglihatan kabur.
d. Contoh obatnya :
1) Generasi I (berkhasiat sedatif terhadap SSP dan kebanyakan memiliki
efek antikolinergik)
Piverazin, Oksomemazin, Tripelannamin, Klorfeniramin, Difenhidramin,
Klemastin, Siproheptadin, Sinarizin, Meklozin, Hidroksizin, Ketotifen dan
Oksatomida
2) Generasi II (berkhasiat antihistamin hidrofil dan sukar mencapai cairan
cerebrospinal, maka dosis terapeutis tidak bekerja sedative)
Aztemizol, Terfenadin, Fexofenadin, Akrivastin, Setrizin, Loratadin,
Levokabastin dan Emedastin
Difenhidramin
a) Merk Dagang
Benadryl, Valdres, Adidryl, Caladryl dan Zecadryl
b) Indikasi
Antialergi, Obat Tidur, Antiemetik (seperti Dimenhidrat pada Vornex), Anestetik
Lokal (dalam gel pelumas Cathejeli). Imsomnia smentara & jangka pendek.
Semua manifestasi alergi.
c) Mekanisme Kerja
Secara farmakodinamik : seperti AH1 resptor klasik (Etanolamin)

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

55
Modul Farmakologi II

Secara farmakokinetik : Absorpsi 72%, Ikatan Protein plasma ± 80%, t1/2 6-9
jam, Eliminasi 50% tak berubah di ginjal, sisanya dimetabolisme pada pH<6
tidak ada lagi absorpsi kembali.
d) Dosis
1-2 tab sebelum tidur
e) Kontraindikasi
Laktasi (menyusui)
f) Efek Samping
Gangguan GI dan reaksi alergi.
Chlorpeniramine Maleat
a) Merk Dagang
Orphen, Adfil,Allerest, Atrohis, Aler-Clor
b) Indikasi
Hay Fever, Urtikaria, Asma Brokial, Rinitis Alrgi & Reaksi Alergi Lain.
c) Mekanisme Kerja
Menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-
macam otot polos; selain itu klorfeniramin maleat dapat merangsang maupun
menghambat susunan saraf pusat
d) Kontraindikasi
Infeksi sal. Napas bawah. Bayi premature atau baru lahir.
e) Dosis
Dewasa 1 kapl 3-4 x/hari, Anak-anak 6-12thn ½ kapl 3-4 x/hari dan 2-6 thn ¼
kapl 3-4 x/hari.
f) Efek Samping
Sedasi, gangguan GI, efek antimuskarinik, hipotensi, kelemahan otot, tinnitus,
euphoria, sakit kepala. Stimulasi SSP, reaksi alergi, gangguan darah.
g) Farmakokinetika
Diserap dengan baik setelah pemberian oral, tetapi hanya 25-45% (tablet
konvensional) atau 35-60% (larutan) dari dosis tunggal yang mencapai
sirkulasi sistemik sebagai obat tidak berubah.

Piperazine
a) Merk Dagang
Afiksin, Askomin, Kombicitrine, Imarcitrine dan Karmizine
b) Indikasi

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

56
Modul Farmakologi II

Cacing kermi dan cacing gelang.


c) Mekanisme Kerja
Melumpuhkan atau paralisis otot-otot cacing sehingga cacig akan di keluarkan
oleh gerakan peristaltik usus dalam keadaan utuh dan hidup tetapi lumpuh
d) Dosis
Piperazin hidrat 1gr/5ml
e) Kontraindikasi
Kehamilan, gangguan hati, ginjal, epilepsy
f) Efek Samping
Mual muntah diare reaksi alergi termasuk urtikaria, mengantuk nistagmus
fertigo
g) Farmakokinetika
Penyarapan piperazin melalui Saluran cerna, baik. Sebagian obat yang
diserap menalami metabolisme, sisanya dieksresi melalui urin
Fexofenadine
a) Merk Dagang
Telfast, Telfas OD, Allegra
b) Indikasi
Hay fever, penyakit alergi kulit (biduran, alergi matahari).
c) Mekanisme Kerja
Farmakodinamik : antagonis H1-reseptor nonsedatif, kompetitif dan selektif
(Alkilamin).
Farmakokinetik : Absorpsi (Cepat, Lengkap), IPP : 60-70%, T1/2 : 11-15 jam dan
Eliminasi : ginjal.
d) Efek Samping
Nyeri kepala dan kantuk.
e) Kontraindikasi
Kehamilan, masa menyusui.
f) Interaksi
Pemberian bersama-sama Eritromisin atau Ketokonazol manaikkan kadar
plasma Feksofenadine sekitar 2-3 kali lipat.
Cetrizine
a) Merk Dagang
Cerini, Intrizine, Lerzine, Ryzen dan Estin
b) Mekanisme Kerja

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

57
Modul Farmakologi II

Farmakologi:
Cetirizine adalah antihistamin, pada dosis farmakologi aktif, mempunyai efek
mengantuk yang lebih kecil, dengan tambahan sifat antialergi. Cetirizine adalah
reseptor H1-antagonis selektif dan pada reseptor lain efeknya dapat diabaikan,
bebas dari efek anticholinergik dan antiserotonin. Cetirizine menghambat
mediator histamin fase awal dari reaksi alergi, juga menurunkan migrasi sel
inflamasi dan melepaskan mediator yang berhubungan dengan respon alergi
yang sudah lama.
Farmakokinetika:
1) Puncak level darah untuk 0,3 ug/ml dicapai antara 30- 60 menit setelah
pemberian Cetirizine 10 mg.
2) Waktu paruh plasma kira-kira 11 jam.
3) Absorpsi sangat konsisten pada semua subjek. Pengeluaran melalui ginjal
30 ml/menit dan waktu paruh ekskresi kira-kira 9 jam.
4) Cetirizine terikat kuat pada protein plasma.
c) Indikasi
Pengobatan perennial rinitis, alergi rinitis musiman dan kronik idiopatik urtikaria
d) Kontraindikasi
Penderita dengan pengalaman hipersensitif pada Cetirizine. Cetirizine
kontraindikasi pada ibu menyusui karena diekskresikan melalui ASI
e) Efek Samping
Ada beberapa laporan terjadinya efek samping ringan dan sementara,
misalnya sakit kepala, pusing, mengantuk, gelisah, kering mulut dan
ketidaknyamanan pada pencernaan. Pada beberapa individu terjadi reaksi
hipersensitif, termasuk reaksi kulit dan mungkin terjadi angiodema.
f) Dosis
Dewasa dan anak-anak diatas atau sampai 12tahun: 1 tablet (10 mg) perhari.
Pada saat ini tidak cukup data klinik untuk direkomendasikan penggunaan
Cetirizine pada anak-anak di bawah atau sampai 12 tahun. Pada saat ini tidak
ada data, yang menyarankan penurunan dosis untuk penderita lansia. Pada
penderita kerusakan ginjal, dosis harus dikurangi menjadi 1/2 tablet perhari.

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

58
Modul Farmakologi II

2. H2-Blocker (Penghambat Asma)


a) Mekanisme Kerja
Menghambat secara efektif sekresi asam lambung yang meningkat akibat
histamine, dengan jalan persaingan terhadap reseptor-H2 dilambung. Efeknya
adalah berkurangnya hipersekresi asam klorida, juga mengurangi vasodilatasi
dan tekanan darah menurun.

b) Penggunaan
Biasa digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan usus.
c) Efek samping
Diare, nyeri otot dan kegelisahan.
d) Contohnya :
Simetidin, Ranitidin, Famotidin, Nizatidin dan Rokzatidine

Klasifikasi Berdasarkan Struktur Kimia


1. Derivat Etanolamin
a. Difenhidramine (contohnya : benadryl)
b. 2-Metildifenhidramine (contohnya : orfenadrin)
c. Klorfenoksamine (contohnya : systral dan astra)
d. Karbinoksamine (contohnya : polistin dan pharbil)
e. 4-Metildifenhidramine (contohnya : neobenodin)
f. Dimenhidrat (contohnya : dramamine dan searle)
g. Kiesmastin (contohnya : tavegyl dan sandos)
2. Derivat Etilendiamin
a. Antazolin (contohnya : Fenazoline dan antistin)
b. Mepirin (contohnya : piranisamin)
c. Tripelenamin (contohnya : tripel, corsa-azaron, organon)
d. Klemizol (contohnya : allercur, schering)
3. Derivat Propilamin
a. Feniramin (contohnya : Klorfeniramien dan Bromfeniramine)
b. Tripolidin (contohnya : pro-actidil)
4. Derivat Piperizin
a. Siklizine (contohnya : Meklozine, Buklizine dan Homoklorsiklizine)
b. Sinarizine (contohnya : flunarizine)
5. Derivat Fenotiazin
a. Prometazie (contohnya : tiazinamium, oksomemazine, alimemazine dan
fonazine )

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

59
Modul Farmakologi II

b. Isotipendil (contohnya : mequitazin dan meltidazine)

LATIHAN

1. Berapa golongan obat-obat antihistamin ?

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

60
Modul Farmakologi II

2. Sebutkan penggolongan setiap golongan dari obat antihistamin tersebut ?


3. Jelaskan farmakokinetika dimenhidramine !
4. Jelaskan mekanisme kerja dari obat CTM !

GKUMAN
N
A
S
A
K
G
N
RI

1. Antihistamin adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek


histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor histamin .

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

61
Modul Farmakologi II

2. Antihistamin terdiri dari 2 jenis antagonis H1-Blocker dan antagonis H2-Blocker.


3. H1-Blocker terdiri dari 2 golongan yakni generasi I dan generasi II.
4. Berdasarkan struktur kimia, antihistamin terdiri dari 5 golongan.

F
TI
A
M
R
O
F
S
E
T

1. Berikut salah satu resep di apotek X :


R/ Ranitidine Tab no X
S.3 dd 1
Pro : Sandi
Umur : 25 tahun
Apa golongan obat antihistamin pada resep tersebut?

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

62
Modul Farmakologi II

a. H-1 golongan 1
b. H-1 golongan 2
c. H-2
d. H-3
e. H-4

2. Berikut salah satu resep di apotek X :


R/ Cetrizine Tab no X
S.3 dd 1
Pro : Sari
Umur : 15 tahun
Bagaimana mekanisme kerja obat antihistamin pada resep tersebut?
a. Memblock reseptor H-1
b. Memblock reseptor H-2
c. Memblock reseptor H-3
d. Memblock reseptor H-4
e. Menghambat secara selektif sekresi asam lambung

3. Seorang perempuan datang ke apotek mencari obat fexofenadine 1 strip. Obat


digunakan untuk pengobatan gatal-gatal karena alergi terhadap seafood. Apa efek
samping obat yang perlu disampaikan kepada perempuan tersebut ?
a. Kerusakan hati
b. Hipertensi
c. Mual dan muntah
d. Mengantuk
e. Gangguan ginjal

4. Seorang laki-laki datang ke apotek membeli obat untuk pengobatan magh. Pasien
sudah pernah mengkonsumsi obat antasida doen sebelumnya, namun magh masih
tetap dirasakan. Apa pilihan obat golongan antihistamin yang dapat diberikan kepada
laki-laki tersebut ?
a. Simetidine
b. Dimenhidrinate
c. Prometazine
d. Artenazole
e. Sukralfat

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

63
Modul Farmakologi II

5. Seorang perenpuan datang ke apotek untuk menanyakan obat mual muntah dalam
perjalanan. Obat yang dicari adalah berbentuk sediaan tablet. Apa nama zat aktif obat
yang dapat diberikan kepada perempuan tersebut ?
a. Difenhidramine
b. Dimenhidrinate
c. Dimetiloksidate
d. Digoxine
e. Domperidone

6. Berikut salah satu resep di apotek X :


R/ Chlorpheniramine maleat Tab no X
S.3 dd 1
Pro : Sandi
Umur : 25 tahun
Apa merk dagang obat antihistamin pada resep tersebut?
a. Benadryl
b. Orphen
c. Fenistil
d. Cerini
e. Allegra

7. Berikut salah satu resep di apotek X :


R/ Cetrizine Tab no X
S.3 dd 1
Pro : Sari
Umur : 15 tahun
Apa indikasi obat antihistamin pada resep tersebut?
a. Alergi rinitis
b. Biduran
c. Gatal-gatal
d. Mabuk perjalanan
e. Gastritis

8. Seorang perempuan datang ke apotek mencari obat dipenhidramine 1 strip. Obat


digunakan untuk pengobatan gatal-gatal karena alergi terhadap seafood. Apa indikasi
lain dari obat tersebut ?
a. Kerusakan hati
b. Pusing kepala
c. Mual dan muntah

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

64
Modul Farmakologi II

d. Anemia
e. Gangguan ginjal

9. Seorang laki-laki datang ke apotek membeli obat CTM sebanyak 1 strip untuk
mengobati gatal-gatal karena alergi akibat makan seafood. Apa kontraindikasi dari
penggunaan obat tersebut ?
a. Infeksi saluran pernafasan bawah
b. Infeksi saluran pernafasan atas
c. Infeksi saluran pernafasan akut
d. Infeksi saluran pencernaan
e. Infeksi saluran kemih

10. Seorang perenpuan datang ke apotek untuk menanyakan obat loratadine. Obat yang
dicari adalah berbentuk sediaan tablet. Apa nama obat yang dapat berinteraksi dengan
obat tersebut?
a. Captopril
b. Ketokonazole
c. Amoxicilline
d. Digoxine
e. Domperidone

DAFTAR PUSTAKA

Goodman and Gilman, The Pharmacological Basic of Therapeutics, Maxmillan


Publishing Co.Inc, New York.

Ian Tanu, 1995, Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi FK UI, Jakarta
Katzung, B.G, Farmakologi Dasar dan Klinik, EGC, Jakarta.

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

65
Modul Farmakologi II

Tjai, TH dan Raharja, K, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-
efek Sampinngnya Edisi VI, PT.Alex Media Komputindo, Jakarta.

Kegiatan Belajar
GI
O
L
O
K
SI
K
O
T

 100 Menit

PENDAHULUAN

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

66
Modul Farmakologi II

Deskripsi Singkat, Relevansi, Capaian Pembelajaran, dan Petunjuk Belajar

A. Deskripsi Singkat
Modul ini membahas tentang farmakokinetika dan mekanisme kerja obat
secara farmakodinamika, efek samping dan bahayanya, indikasi dan kontraindikasi
dari obat-obatan yang digunakan.
B. Relevansi
Untuk mengikuti mata kuliah ini maka harus lulus terlebih dahulu dalam mata
kuliah Farmakologi Dasar dan Farmakologi I. Pada saat lulus mata kuliah ini maka
dapat diaplikasikan dalam mata kuliah Swamedikasi, Farmasi Rumah Sakit dan
Kimia Farmasi I. Dalam penempuhan mata kuliah ini, ada beberapa mata kuliah
yang berhubungan/saling bersinggungan adalah Asuhan Kefarmasian, Manajemen
Farmasi, Kimia Farmasi II, Perundang-undangan Kesehatan serta Ilmu Perilaku dan
Etika Profesi.
C. Capaian Pembelajaran
Adapun capaian pembelajaran dari mata kuliah ini adalah agar mahasiswa
mampu menjelaskan aspek farmakologi (pengertian, penggolongan, mekanisme
kerja, indikasi, kontraindikasi dan efek samping obat) toksikologi.

D. Petunjuk Belajar
Pembelajaran akan dilakukan dengan strategi student active learning. Dosen
akan mendorong dan memfasilitasi mahasiswa untuk aktif mencari dan menemukan
berbagai konsep yang harus dikuasai. Untuk memenuhi kondisi tersebut, ada 4
kegiatan utama yang akan dilaksanakan dalam perkuliahan:
1) Presentasi (penyajian) materi oleh dosen. Dosen mempresentasikan materi di 1
kali pertemuan pertama. Materi yang dipresentasikan adalah kontrak kuliah, garis
besar keseluruhan konsep/materi yang akan dipelajari dalam satu semester dan
pembagian materi.

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

67
Modul Farmakologi II

2) Penugasan. Hal ini mencakup penugasan membuat paper kelompok dan


membuat resume perkuliahan.
3) Diskusi kelas. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk presentasi paper
kelompok dalam diskusi kelas. Pada setiap akhir diskusi kelas, dosen harus
memberikan presentasi untuk mengklarifikasi materi yang dibahas dalam diskusi.
4) QUIS. Pada akhir pertemuan dilakukan quis untuk mengevaluasi pemahaman
mahasiswa.

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Menguasai konsep teoritis farmakologi toksikologi.


2. Menguasai konsep dan prinsip “patient safety” dalam penanganan kasus toksik.
3. Menguasai konsep, prinsip dan teknik komunikasi dalam pelaksanaan pelayanan
kefarmasian dalam penanganan kasus toksik.

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

68
Modul Farmakologi II

4. Menyusun laporan tentang hasil dan proses kerja dengan akurat dan sahih,
mengomunikasikan secara efektif kepada pihak lain yang membutuhkannya
dalam penanganan kasus toksik.
5. Mampu membantu melakukan pengumpulan data, pengolahan data dan
menyusun laporan kasus dan atau laporan kerja sesuai dengan ruang lingkup
penelitian kefarmasian dalam penanganan kasus toksik.

URAIAN MATERI

A. Pengertian
Toksikologi adalah :
1. Studi mengenai asal, properti, efek dan deteksi bahan racun di dalam
lingkungan dan segala spesies yang berada di lingkungan, termasuk manusia.

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

69
Modul Farmakologi II

2. Ilmu yang bersangkut paut dengan efek-efek dan mekanisme kerja yang
merugikan dari agent-agent kimia.
3. Cabang farmakologi yang berhubungan dengan efek samping zat kimia di
dalam sistem biologik.
B. Ruang Lingkup
1. Lingkungan
2. Ekonomi
3. Kehakiman
C. Klasifikai Keracunan
1. Berdasarkan cara terjadinya
2. Berdasarkan mula waktu terjadi
3. Berdasarkan alat tubuh yang terkena
4. Berdasarkan jenis bahan kimia
D. Gejala Keracunan
Pusing, sakit kepala, sesak nafas, iritasi kulit seperti terbakar, pingsan dan muntah.

E. Diagnosa Keracunan
1. Gambaran Klinik
a. Ringan
Tremor lidah, mteri kepala, anoreksia, pupil miosis dan rasa takut.
b. Sedang
Hipersaliva, badikardi, mual mutah, hiperhidrosis dan fasikulasi otot
c. Berat
Diare, edema paru, konvulsi, sianosis dan koma
2. Pemeriksanaan Laboratorium

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

70
Modul Farmakologi II

3. Pemeriksaan Patologi Anatomi


F. Prinsip Pertolongan
1. Emetic
2. Chtartic
3. Neutralizer
4. Minum air yang banyak
G. Penatalaksanaan Keracunan
1. Tertelan
a. Rangsang muntah
b. Bilas lambung
c. Pencahar
d. Norit
e. Pemberian antidotum
1) Antidotum mekanis : norit
2) Antidotum kimia : BAL, EDTA, penisilamin, desferoksamin
3) Antidotum fisiologis : nalorfin dan atrofin

f. Pengobatan sesuai gejala


1) Bila kejang berikan antikejang
2) Bila shock berikan cairan iv
3) Bila infeksi berikan antibiotika
g. Tindakan lain :
1) Transfusi total
2) Dialisis
3) Diuresis paksa
2. Terhirup

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

71
Modul Farmakologi II

3. Terkena kulit
H. Obat-Obat Yang Sering Berhhubungan Dengan Resiko Kematian
Kokain, opioid, benzodiazepin, alkohol dan antidepresan
I. Senyawa Yang Sering Berubungan Dengan Resiko Keracunan Pada Manusia
1. Analgesik
2. Produk perawatan diri
3. Produk pembersih rumah tangga
4. Sedative/antipsikotik dan hipnotik
5. Obat flu dan batuk
6. Antidepresan

J. Jenis Antidotum

Mekanisme kerja contoh Zat racun

Pembentuk • Dimerakprol/BAL • Arsen, Pb, Merkuri


kompleks inert • EDTA • Pb,Fe, Zn, Mangan, Berilium
• Penisilamin dan Tembaga
• Deferoksamin • Tembaga, Timbal, Seng,
• Biru Prusia Merkuri, Arsen, Emas, Besi,
• Dikobalt Edetat Thalium, Sianida
• Pralidoksim • Kolinesterase INH
(organofosfat)

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

72
Modul Farmakologi II

Percepatan • Na Tiosulfat • Sianida


detoksifikasi racun • NAC, Metionin • Paracetamol
• Etanol • Metanol
Kompetisi berebut • Oksigen • CO
reseptor esensial • Nalokson • Gol opium, Turunan Morfin
• Prenalterol • CGB
• Vit K • Antikoagulan
Blokade reseptor • Atropin Kolinesterase INH (organofosfat
esensial

Melampaui efek Oksigen Sianida


racun glukagon Beta bloker

Mempercepat NaCl Seny bromida (kronis)


pengeluaran racun

Pengabsorbsi racun Karbon Racun Yang masuk ke lambung


(arsen,propoksifen,TCA)

Penghambat ABS Obat cuci perut (garam Racun umum


Racun mg.sulfat,Na sulfat dan fosfo-
soda)

Perangsang muntah Sirup ipekak /ipeca Senyawa atau bahan kimia


beracun

Inaktifasi racun • Na tiosulfat 25% • Sianida


• Anti bisa • Bisa(binatang)
• Antitoksin botulinus • Toksin botulisme

Pengendap racun • Na sulfat 2% • Garam barium


• Kalsium (susu) • Fluoride, Asam Oksalat
• Garam normal(saline) • AgNO3

Antidotum universal Campuran karbon:asam Asam, Alkali, Glikosida, Logam


tanat:MgO2 (2:1:1) berat

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

73
Modul Farmakologi II

Antidotum multiple Besi sulfat:air:MgO2:karbon Arsen, Opium, Seng, Digitalis,


(100:800:88:44) Merkuri, Strikhinin

Serum antibisa ular Serum antibisa ular Bisa ular neurotoksik dan
polivalen(biofarma) hematoksik

LATIHAN

1. Bagaimana gejala keracunan obat ?


2. Bagaimana gambaran klinik dari keracunan obat ?
3. Bagaimana penanganan keracunan bila tertelan ?
4. Bagaimana mekanisme kerja dari vit K sebagai antidotum ?
5. Apa antidotum dari paracteamol ?

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

74
Modul Farmakologi II

GKUMAN
N
A
S
A
K
G
N
1. RI
Toksikologi adalah studi mengenai asal, properti, efek dan deteksi bahan racun
di dalam lingkungan dan segala spesies yang berada di lingkungan,
termasuk manusia.
2. Penanganan keracunan dari suatu pengobatan terdiri dari beberapa perlakuan
tergantung dari sumber keracunannya.

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

75
Modul Farmakologi II

F
TI
A
M
R
O
F
S
E
T
1. Seorang perempuan datang ke apotek menanyakan terkait tindakan segera untuk
penegakan fungsi vital apabila terjadi keracunan. Apa saja tindakan yang perlu
dilakukan apabila perempuan menghadapi kasus tersebut?
a. Diare paksa
b. Bilas lambung
c. Dialisis peritonial
d. Hemodialisis
e. Pembebasan jalan nafas

2. Berikut salah satu resep di apotek X :


R/ N-asetil sistein no X
S 3 dd 1
Pro : Dina
Umur : 18 tahun
Apa indikasi dari obat dalam resep tersebut ?
a. Antidotum paracetamol
b. Diare
c. Mual dan muntah

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

76
Modul Farmakologi II

d. Sakit perut
e. Nyeri sendi dan tulang

3. Seorang laki-laki berusia 25 tahun datang ke apotek membawa resep dokter yang
berisi obat vitamin K. Obat tersebut digunakan untuk keracunan terhadap antikoagulan.
Bagaimana mekanisme kerja obat tersebut ?
a. Konjugasi metabolit toksik
b. Antagonis kompetitif pada sintess protombin
c. Ikatan kompetitif pada alkohol dehidrogenase
d. Antikolinergik sentral
e. Reaksi antigen – antibodi .

4. Seorang laki-laki datang ke apotek ingin berkonsultasi tentang keracunan. Berbagai


penyebab keracunan diantaranya adalah arsen. Apa jenis antidotum untuk keracunan
logam berat tersebut ?
a. Timbal
b. Merkuri
c. Cadmium
d. Trientin
e. Etamol

5. Seorang perempuan datang ke apotek dengan menyerahkan resep yang mengandung


obat nalokson. Obat tersebut digunakan untuk terapi spesifik keracunan terhada obat
tertentu. Apa golongan obat yang dapat diterapi menggunakan obat tersebut ?
a. Golongan benzodiazepin
b. Golongan opioid
c. Antikoagulan
d. Neuroleptikum
e. Karbamat

6. Seorang perempuan datang ke apotek menanyakan terkait tindakan penanganan


apabila terjadi keracunan. Apoteker menyarankan untuk pemberian antidotum mekanis
pada kasus yang dihadapinya. Apa nama obat antidotum yang dapat digunakan oleh
perempuan tersebut?
a. Atropin
b. EDTA
c. BAL
d. Penisilamine

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

77
Modul Farmakologi II

e. Norit

7. Seorang laki-laki datang ke apotek untuk membeli obat antibiotik yang akan digunakan
untuk penanganan keracunan. Hal ini dilakukan atas anjura dari dokter. Apa gejala
yang ditimbulkan pada pasien sehingga dokter menganjurkan hal demikian?
a. Infeksi
b. Kejang
c. Syok
d. Pingsan
e. Koma

8. Seorang laki-laki berusia 25 tahun datang ke apotek membawa resep dokter yang
berisi obat dulcolax. Obat tersebut digunakan untuk mengatasi keracunan. Apa prinsip
yang digunakan pada kasus tersebut ?
a. Pemeriksaan patologi
b. Emetic
c. Cathartic
d. Neutralizer
e. Pengenceran .

9. Seorang laki-laki datang ke apotek ingin berkonsultasi tentang keracunan. Laki-laki


tersebut bekerja di laboratorium yang rentan dengan keracunan melalui paparan kulit.
Apa bentuk pencegahan absorpsi yang dapat dilakukan oleh laki-laki tersebut ?
a. Mencuci dengan air dan sabun
b. Memposisikan diri di ruangan yang segar
c. Mengkonsumsi pencahar
d. Melakukan bilas lambung
e. Melakukan dialisis

10. Seorang perempuan datang ke apotek dengan menyerahkan resep yang mengandung
obat yang akan diberikan secara intavena. Obat tersebut digunakan untuk terapi
spesifik keracunan terhadap obat tertentu. Bagaimana kondisi keracuan tersebut ?
a. Kejang
b. Infeksi
c. Syok
d. Pingsan
e. Koma

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

78
Modul Farmakologi II

DAFTAR PUSTAKA

Goodman and Gilman, The Pharmacological Basic of Therapeutics, Maxmillan


Publishing Co.Inc, New York.

Ian Tanu, 1995, Farmakologi dan Terapi, Bagian Farmakologi FK UI, Jakarta
Katzung, B.G, Farmakologi Dasar dan Klinik, EGC, Jakarta.
Tjai, TH dan Raharja, K, 2007, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-
efek Sampinngnya Edisi VI, PT.Alex Media Komputindo, Jakarta.

Rachmawati Felani Djuria, S.Farm., Apt., MPH


Mirnawati Zalili Sailan, M.Sc., Apt
Prodi Farmasi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang

79

Anda mungkin juga menyukai