Disusun Oleh :
1. Alicia Putri Andaruqmi (42023200025)
2. Daffa Firisnanda (42023200022)
3. Nadia Farhah (42023200011)
4. Nur Ikromah Maulidia (42023200016)
i
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)
APOTEK
di Apotek GAMA
Kompetensi :
Disusun Oleh :
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFINSI APOTEKER (PKPA)
FARMASI KOMUNITAS 1
Di APOTEK GAMA KUDUS
Kompetensi :
Mahasiswa mampu memahami peran apoteker dan struktur organisasi serta
aspek bisnis apotek
Kudus,…..............................2023
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Preceptor
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Kudus,…................................2023
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Preceptor
Mengesahkan,
Dosen Penanggung Jawab
Pimpinan Lahan PKPA
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker
iv
KATA PENGANTAR
Dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan PKPA, banyak didapatkan bantuan dari
berbagai pihak, baik berupa bimbingan, pengetahuan, sarana, informasi serta
dukungan moril. Oleh karena itu disampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :
v
Semoga laporan PKPA di apotek Gama ini dapat memberikan pengetahuan dan
informasi bagi berbagai pihak demi meningkatkan pengetahuan dalam pelayanan
kefarmasian di Apotek Gama Kudus.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
SAMPUL..........................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................iv
KATA PENGANTAR......................................................................................v
DAFTAR ISI....................................................................................................vii
BAB 1 URAIAN KEGIATAN........................................................................1
1.1. STRUKTUR ORGANISASI.........................................................1
1.2. TUGAS, PERAN, DAN FUNGSI.................................................1
1.3. STUDI KELAYAKAN APOTEK..................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................6
STRUKTUR ORGANISASI.............................................................6
TUGAS, PERAN DAN FUNGSI......................................................7
KELAYAKAN APOTEK...................................................................9
MANAJEMEN BISNIS APOTEK...................................................12
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN........................................................14
Kesimpulan.......................................................................................14
Saran..................................................................................................14
vii
BAB 1
URAIAN KEGIATAN
1
kefarmasian dan pelayanan obat atas resep dokter kepada masyarakat
adalah apotek (Komalawati, 2020).
Apoteker Pendamping (Aping) merupakan Apoteker yang
melaksanakan praktek kefarmasian selama apoteker penanggung
jawab apotek tidak berada di apotek. Dari segi legalitas, apoteker
pendamping juga harus memiliki surat izin praktik apoteker (SIPA)
sebagai apoteker pendamping dalam melaksanakan praktek
kefarmasiannya.
2. Tugas, Peran, Dan Fungsi Administrasi
Staff administrasi memiliki tugas mengarsipkan nota-nota
penjualan, faktur pengadaan barang dan obat, bagian administrasi juga
bertugas melakukan perhitungan persediaan fisik serta mencatatnya
dalam kartu perhitungan fisik.
3. Tugas, Peran, Dan Fungsi Penjualan
Staff penjualan bertanggungjawab untuk melakukan penjualan
kepada konsumen, melakukan pencatatan barang keluar di buku
persediaan berdasarkan nota penjualan.
4. Tugas, Peran, Dan Fungsi Gudang
Bertanggungjawab dalam melakukan pencatatan, pengecekan,
dan dokumentasi barang yang ada di gudang meliputi pencatatan
setiap keluar dan masuknya barang, melakukan pemeriksaan stok
barang, mengupdate produk yang mendekati expired date, dan
melakukan stock opname
2
Jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun sebaiknya tetap
dipertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan
kesehatan, jumlah penduduk, dan kemampuan daya beli penduduk di
sekitar lokasi apotek, kesehatan lingkungan, keamanan dan mudah
dijangkau masyarakat dengan kendaraan.
b. Bangunan dan Tata Letak Apotek
Bangunan apotek harus mempunyai luas dan memenuhi persyaratan
yang cukup, serta memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat
menjamin kelancaran pelaksanaan tegas dan pergi apotek serta
memelihara mutu perbekalan kesehatan dibidang farmasi. Bangunan
apotek sekurang - kurangnya terdiri dari : ruang tunggu, ruang
administrasi dan ruang kerja apoteker, ruang penyimpanan 3 Obat,
ruang peracikan dan penyerahan obat, tempat pencucian obat, kamar
mandi ,dan toilet. Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan
sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang baik,
alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik, ventilasi dan sistem
sanitasi yang baik.
Setiap pendirian Apotek wajib memiliki izin dari Menteri.
1) Menteri melimpahkan kewenangan pemberian izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Pemerintah
Daerah Kabupaten /Kota.
2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa SIA.
3) SIA berlaku 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama
memenuhi persyaratan.
Perlengkapan yang harus dimiliki Apotek antara lain :
a. Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan,
mortir, gelas ukur dll.
b. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi,
seperti lemari obat dan lemari pendingin.
3
c. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas.
d. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropik dan bahan
beracun.
e. Buku standar Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, DHO, serta
kumpulan peraturan per-UU yang berhubungan dengan apotek.
f. Alat administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi,
salinan resep dan lain- lain
4
hidup, kepriadian dan sikap terhadap kepedulian kesehatan dan
keberadaan sarana kesehatan atau apotek (aspek psikografis).
Berdasarkan data geografis, demografis, psikografis dan sikap
masyarakat terkait keberadaan apotek di wiayah tersebut
segmentasi apotek kemudian ditentukan.
2) Targetting
Hasil dari segmentasi yaitu kelompok pasar yang berbeda
yang kemudian dapat dijadikan target sasaran untuk pemasaran
produk dna pelayanan kefarmasian apotek.
3) Positioning
Positioning bertujuan untuk membangun citra apotek agar
mudah diingat oleh konsumen dan dapat memberikan manfaat
potensial bagi apotek.
4) Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Strategi ini digunakan untuk memposisikan bauran
pemasaran apotek terhadap apotek lain yang dapat digunakan
dalam melakukan pengambilan keputusan yang bersikap
sinergis. Ketika mengembangkan strategi untuk barang
manufaktur, pemasar biasanya mengacu pada empat elemen
dasar strategis : produk (product), harga (price), lokasi atau
distribusi (place) dan promosi atau komunikasi (promotion).
Keempatnya biasanya disebut sebagai 4P dari bauran
pemasaran (marketing mix), sifat-sifat jasa memiliki
tantangan pemasaran yang berbeda maka dari itu 4P untuk
pemasaran barang tidak cukup karena itu perlu diperluas
dengan menambahkan P yang diasosiasikan dengan
penghantaran jasa process (proses), physical environment
(lingkungan fisik) dan people (manusia).
2. Perpajakan
Apoteker selaku subjek pajak dan penghasilannya sebagai
objek pajak diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan adalah pajak yang
dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh subjek pajak. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan
dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib pajak yang memiliki
peredaran bruto tertentu.
5
BAB II
PEMBAHASAN
⮚ STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi di Apotek Gama telah terbentuk secara sistematis
sesuai dengan peran dan tanggung jawab pekerjaan disetiap fungsi pada
struktur organisasi dalam pengelolaan apotek. Seluruh anggota struktur
organisasi di Apotek Gama saling bekerja sama dalam pelayanan meliputi
konsultasi dengan pasien, menyiapkan obat, dan meracik obat bila tugas
utama setiap bagian telah terselesaikan. Apotek Gama tidak memiliki TTK
namun telah dibentuk petugas penjualan, administrasi keuangan, dan penataan
gudang dengan tugas dan tanggung jawab yang jelas sehingga mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal. Dalam pengurusan
pengadaan, pemesanan, penerimaan, dan pelaporan keuangan, Apoteker
Penanggung Jawab Apotek (APJ) dibantu oleh tenaga administrator sehingga
manajemen pengadaan barang di apotek dan perputaran uang mampu berjalan
dengan baik. Saat ini, Apotek Gama dipimpin oleh seorang Apoteker
Penanggung Jawab dan dibantu oleh 2 apoteker pendamping serta dibentuk
tim penjualan, administrasi, dan gudang.
6
Apoteker Penanggungjawab
Apotek
7
e. Mengkoordinasi tenaga lainnya dan mengawasi serta mengatur
jadwal kerja, membagi tugas yang dilakukan setiap tenaga
karyawan (job description) dan mengatur cuti karyawan untuk dapat
memastikan pengalokasian karyawan yang optimal dan sesuai
dengan kebutuhan.
f. Mengawasi dan mengelelola persediaan barang atau obat sesuai
dengan kebutuhan pelanggan dan rencana yang telah ditetapkan
meliputi penulisan surat pesanan (SP).
g. Melakukan pemberian Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan KIE
kepada pasien agar mendukung bagaimana penggunaan obat yang
rasional dalam hal memberikan informasi obat yang jelas dan
mudah dimengerti oleh pasien.
h. Melaporkan penggunaan narkotika dan psikotropika secara online
melalui Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP)
dilakukan satu bulan sekali dan pelaporan pelayanan kefarmasian
serta sarana apotek secara online melalui website SIMONA dengan
interval waktu 1 tahun sekali.
i. Apoteker Pendamping bertugas mendampingi dan menggantikan
APJ ketika APJ berhalangan hadir untuk menjalankan tugasnya.
2. Tugas dan Wewenang Administrasi
a. Melakukan dokumentasi dan arsip faktur penjualan dari pemasok
barang dan obat yang telah diparaf oleh Apoteker.
b. Menentukan harga jual apotek (HJA) dari setiap persediaan obat
dan barang yang dijual di apotek.
3. Tugas dan Wewenang Penjualan
a. Melakukan dokumentasi penjualan obat dan menghitung hasil
penjualan setiap akhir shift yang disesuaikan dengan data buku
penjualan.
8
b. Membantu menyediakan obat yang diminta oleh Apoteker
kemudian menyerahkan langsung kepada pasien dibawah
pengawasan langsung apoteker.
4. Tugas dan Wewenang Bagian Gudang
a. Melakukan penerimaan barang datang dengan mengecek
kelengkapan, nomor batch obat, tanggal kadaluwarsa obat, dan
kondisi obat yang datang melalui faktur kemudian melakukan
penyimpanan dalam gudang sesuai dengan syarat penyimpanan
obat yang tepat.
b. Melakukan dokumentasi obat yang masuk dan keluar gudang pada
kartu stok serta pengecekan secara rutin stok obat pada etalase
penjualan untuk mencegah terjadinya kekosongan ketersediaan
obat.
⮚ STUDI KELAYAKAN APOTEK
1. Aspek Lokasi, Fasilitas Penunjang dan Tata Ruang Apotek
Apotek Gama terletak pada Jalan Sunan Kudus No.58, Kudus,
Demaan, Kec. Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Lokasi
Apotek Gama sangat strategis karena terletak pada tengah kota serta
pada area yang cukup sibuk sehingga dapat dijangkau oleh masyarakat
luas. Selain itu, Apotek Gama juga memiliki plang nama berlatar
belakang kuning yang cukup besar sehingga sangat mudah dikenali
oleh masyarakat.
Berdasarkan Keputusan Menteri No. 9 Tahun 2017, bangunan
Apotek Gama telah sesuai dengan peraturan tersebut yaitu meliputi
bangunan apotek merupakan bangunan permanen, bangunan Apotek
9
Gambar 2 Denah Lokasi Apotek Gama
10
Tata ruang dan tata letak Apotek Gama telah memenuhi
kelayakan, kenyamanan dan keamanan bagi pasien yang sesuai dengan
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Apotek Gama terdiri dari 2
lantai. Seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian dilakukan di lantai 1
meliputi area tunggu bagi pasien, ruang konsultasi, area penyimpanan
dan penyerahan obat, meja kasir dan meja administrasi. Untuk gudang
penyimpanan obat terletak pada lantai 2. Apotek Gama memiliki
sumber air yang telah memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang
baik, ventilasi dan system sanitasi yang baik dan memenuhi syarat
higienis.
Desain interior apotek dilakukan dengan penataan desain lay out
obat yang rapi, lengkap dan penuh. Penyimpanan obat di Apotek
Gama dibedakan menjadi dua jenis yaitu penyimpanan obat "luar" dan
penyimpanan obat "dalam". Obat luar yang dimaksud adalah obat
Over The Counter (OTC) yang diletakkan di etalase depan apotek dan
merupakan obat yang promosınya sedang gencar ditelevisi, Obat yang
termasuk didalamnya adalah sediaan padat seperti tablet multivitamin,
sedian cair seperti sirup dan eliksir, sediaan semi solid seperti krim
antijamur, serta produk kosmetik. produk bayi, dan alat kesehatan
yang banyak dicari oleh masyarakat. Obat Over The Counter (OTC)
ini diberikan bagi masyarakat yang melakukan swamedikasi, sehingga
permintaan dilayanı bukan melalui resep.
11
Gambar 4 Lay Out Apotek Gama
12
d. Merancang SOP (Standard Operating Procedure) dan standar
organisasi kerja.
e. Melakukan efisiensi biaya kesehatan masyarakat dengan
memberikan opsi pengambilan obat sebagian atau keseluruhan
bila pasien tidak mampu menebus obat.
2. Perpajakan Apotek
Administrasi pajak Apotek Gama di pegang dan di kelola oleh
apt. Fransisca Dian Puspitasari, S.Farm sebagai apoteker penanggung
jawab apotek dibantu karyawan bagian administrasi.
Pajak Penghasilan (PPh) Pajak penghasilan (PPh) final
dibayarkan sebesar 0,5% dari omset setiap bulannya. Pajak ini
dibayarkan langsung setiap bulannya kepada pemerintah pusat,
melalui sistem online yang disebut dengan e-billing. Jadi, Apotek
Gama melakukan input data melalui online untuk mendapatkan nomer
e-billing yang nantinya akan digunkan sebagai nomer transaksi
pembayaran pajak. Dalam periode 1 tahun Apotek harus membuat
laporan tahunan yang disebut SPT yaitu surat yang digunakan wajib
pajak untuk melaporkan perhitungan pajak, penghasilan, harta, objek
pajak, atau kewajiban
pajak lainnya yang disebut dalam pearturan perundang-undangan
perpajakan. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pajak ini dibayarkan
setiap tahun kepada pemerintah daerah, Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) Pajak ini dibayarkan melalui PBF yang dibebankan pada barang
pembelian apotek berdasarkan faktur faktur resmi dari PBF tersebut,
13
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Apotek Gama Kudus, dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi serta tugas,
peran, dan fungsi apoteker di Apotek Gama telah tertata dan terstruktur sesuai
dengan PMK No. 9 tahun 2017.
Saran
Berdasarkan hasil kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Apotek Gama Kudus, mahasiswa menyarankan penambahan etalase serta
peletakan meja racik obat sebaiknya dilakukan penataan ulang agar lebih luas
dan memudahkan kegiatan dispensing obat.
14
DAFTAR PUSTAKA
Christopher Lovelock, Jochen Wirtz, Jacky Mussry, Pemasaran Jasa Jilid 1
Edisi Ketujuh, (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 25
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek. Jakarta: Menteri Kesehatan RI
Kementrian Kesehatan RI. 2017. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2017 tentang Apotek. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
922/Menkes/Per/X/1993
Maliantoro, Y. H. (2017). PERENCANAAN BISNIS APOTEK MERAH.
Universitas Sanata
Dharma.https://repository.usd.ac.id/11020/2/152222102_full.pdf
Meteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Mentri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
di Apotek. Jakarta: Mentri Kesehatan RI.
Nuary, N. S. (2016). Strategi Pemasaran Dengan Pendekatan Analisis Swot
Pada Pt.Super Sukses Motor Banjarmasin. Jurnal Ilmiah Bisnis [online]
30-42. Tersedia di: https://docplayer.info/
Pemerintah Republik Indonesia. 2018. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2018 Tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari
Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yamng Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu
Uswara, A .(2013). Strategi Baru Manajemen Pemasaran. Yogyakarta : Amara Books
15
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)
APOTEK
di Apotek GAMA
Kompetensi :
Pelayanan Kefarmasian
Disusun Oleh :
i
16
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFINSI APOTEKER (PKPA)
FARMASI KOMUNITAS 1
Kompetensi :
Mahasiswa mampu melakukan pengelolaan obat dan administrasi
Kudus,…..............................2023
Menyetujui,
Mengetahui,
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Kudus,…....................................2023
Menyetujui,
Mengesahkan,
Dosen Penanggung Jawab
Pimpinan Lahan PKPA
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker
iii
DAFTAR ISI
SAMPUL.......................................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................iii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iv
BAB 1URAIAN KEGIATAN.....................................................................................1
1.1 Skrining Resep............................................................................................1
1.2 Dosis Obat...................................................................................................2
1.3 Dispensing...................................................................................................3
1.4 DRP.............................................................................................................5
1.5 Konseling, Informasi dan Edukasi..............................................................6
1.6 Swamedikasi................................................................................................8
1.7 Pelayanan Informasi Obat (PIO).................................................................9
1.8 Pembuatan Copy Resep.............................................................................10
1.9 Pelayanan Obat Wajib Apotek (OWA).....................................................11
1.10 Pelayanan Obat Over The Counter (OTC)................................................12
1.11 Pelayanan Obat Herbal..............................................................................13
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................14
2.11 Skrining Resep...........................................................................................14
2.5 Kalkulasi Dosis..........................................................................................15
2.3 Compounding dan Dispensing...................................................................16
2.6 Analisa DRP..............................................................................................17
2.7 Konseling, Informasi dan Edukasi.............................................................17
2.6 Swamedikasi..............................................................................................19
2.8 Pelayanan Informasi Obat (PIO)...............................................................20
2.8 Pembuatan Copy Resep.............................................................................21
iv
2.9 Pelayanan OWA (Obat Wajib Apotek).....................................................22
2.10 Pelayanan OTC (Over The Counter).........................................................23
2.11 Pelayanan Obat Herbal..............................................................................23
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................25
3.1 Kesimpulan................................................................................................25
3.2 Saran..........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................27
v
1.1 Skrining Resep BAB 1
URAIAN KEGIATAN
Resep merupakan permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau
dokter hewan kepada Apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik
untuk menyediakan dan menyerahkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan
bagi pasien (Permenkes RI No. 09 tahun 2017).
1
3. Kompatibilitas (ketercampuran obat).
c. Persyaratan klinis :
1. Ketepatan indikasi dan dosis obat
2. Aturan, cara dan lama pengggunaan obat
3. Duplikasi dan atau polifarmasi
4. Reaksi obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping obat,
manifestasi klinis lain)
5. Kontra indikasi dan
6. Interaksi obat.
a. Dosis maksimum
Berlaku untuk pemakaian sekali dan sehari. Penyerahan obat dengan
dosis melebihi dosis maksimum dapat dilakukan dengan :
Membubuhkan tanda seru dan paraf dokter penulis resep
Diberi garis bawah nama obat tersebut, dan
Banyak obat hendaknya ditulis dengan huruf lengkap.
b. Dosis lazim
Merupakan petunjuk yang tidak mengikat, tetapi digunakan
sebagai pedoman umum. Misalnya, obat CTM (4 mg per tablet)
disebutkan dosis lazimnya 6-16mg/ hari dan dosis maksimumnya
40mg/hari. Jika seseorang minum 3 kali sehari 2 tablet, dosis
maksimumnya belum dilampaui, tetapi hal ini dianggap tidak lazim,
karena dengan 3 kali sehari 1 tablet saja sudah dapat dicapai efek
terapi yang optimum.
Macam-macam dosis obat :
2
a. Dosis terapi adalah suatu takaran obat yang diberikan dalam keadaan
biasa dan dapat menyembuhkan penderita.
b. Dosis minimum adalah suatu takaran obat terkecil yang diberikan yang
masih dapat dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan resistensi
pada pasien.
c. Dosis maksimum (DM) adalah suatu takaran obat terbesar yang
diberikan yang masih dapat menyembuhkan dan tidak menimbulkan
keracunan pada pasien.
d. Dosis letal adalah takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat
menyebabkan kematian pada pasien, dosis letal terbagi menjadi 2
yaitu.
L.D 50 merupakan takaran yang dapat menyebabkan kematian
pada 50% hewan percobaan.
L.D 100 merupakan takaran yang dapat menyebabkan kematian
pada 100% hewan percobaan.
e. Dosis toksik adalah suatu takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat
menyebabkan keracunan pada pasien.
1.3 Dispensing
Dispensing obat menurut PMK RI No. 73 Tahun 2017 dispensing
terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi obat. Setelah
dilakukan pengkajian resep maka perlu dilakukan sebagai hal berikut :
a. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep :
Menghitung kebutuhan obat sesuai dengan resep
Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa, dan keadaan fisik
obat.
b. Melakukan peracikan obat bila diperlukan
c. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi :
Warna putih untuk obat dalam/oral
Warna biru untuk obat luar dan suntik
3
Menempelkan labek kocok dahulu pada sediaan bentuk suspense
atau emulsi.
d. Memasukan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat
yang yang berbeda untuk menjaga suatu obat dan menghindari
penggunaan yang salah.
Setelah penyiapan obat dilakukan hal sebagai berikut :
4
1.4 DRP
Drug Related Problems adalah Drug Related Problem (DRP) atau
masalah terkait obat adalah bagian dari asuhan kefarmasian (pharmaceutical
care) yang menggambarkan suatu keadaan dimana apoteker menilai adanya
ketidaksesuaian pengobatan sehingga efek terapi tidak tercapai. DRP dapat
menyebabkan penurunan kualitas hidup pasien, peningkatan biaya perawatan
dan bahkan meningkatkan resiko morbiditas dan mortalitas (Jamal et al., 2015).
DRP aktual adalah problem yang sedang terjadi berkaitan dengan terapi
obat yang sedang diberikan pada penderita.
DRP potensial adalah problem yang diperkirakan akan terjadi yang
berkaitan dengan terapi obat yang sedang digunakan oleh penderita (Seto
et al,2004).
DRP terjadi tidak hanya dari dokter tetapi dapat terjadi karena kurangnya
pengetahuan apoteker terkait nama-nama obat, apoteker yang tidak
terbiasa membaca tulisan dokter sehingga resep tidak terbaca dengan
benar dan menyebabkan pemberian obat atau dosis obat tidak tepat.
Kategori DRP menurut ASHP (American Society of Hospital Pharmacist)
5
yang tepat sesuai dengan penyakitnya.
Penggunaan obat tanpa Permasalahan terjadi jika pasien minum obat tanpa
indikasi indikasi medis yang sah
6
perubahan perilaku dalam penggunaan obat dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three
prime question. Apabila tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu
dilanjutkan dengan metode Healt Belief Model. Apoteker harus melakukan
verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah memahami obat.
Kriteria pasien atau keluarga pasien yang perlu diberi konseling :
a. Pasien kondisi khusus (pediatric, geriatric, gangguan fungsi hati dan/
atau ginjal, ibu hamil dan mnyusui)
b. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM,
AIDS, epilepsy)
c. Pasien yang menggunakan Obat dengan intruksi khusus (penggunaan
kortikosteroid dengan tapering down/off)
d. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin,
fenitoin, dan teofilin)
e. Pasien dengan polifarmasi: pasien menerima beberapa obat untuk
indikasi penyakit yang sama. Dalam kelompok ini juga termasuk
pemberian lebih dari satu obat untuk penyakit yang diketahui dapat
disembuhkan dengan satu jenis obat.
f. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah
Tahap kegiatan konseling :
7
d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
penggunaan obat
e. Melakukan verifikasi akhir untuk memastikan pemahaman pasien.
Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda
tangan pasien sebagai bukti bahwa pasien memahami informasi yang
diberikan dalam konseling dengan menggunakan formulir.
1.6 Swamedikasi
Swamedikasi adalah bagian dari upaya masyarakat menjaga
kesehatannya sendiri dengan cara pengobatan sendiri (Rubiyanti, et al., 2021).
Lebih dari 60% anggota masyarakat melakukan swamedikasi dan 80%
diantaranya mengandalkan obat modern. Penggunaan obat yang sesuai
dengan aturan dan kondisi penderita akan mendukung upaya penggunaan
obat yang tepat. Pengobatan sendiri harus dilakukan sesuai dengan penyakit
yang dialami. Pelaksanaannya sedapat mungkin harus memenuhi kriteria
pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan.
a. Tepat golongan obat yaitu menggunakan obat bebas dan obat bebas
terbatas
b. Tepat kelas terapi obat, yaitu menggunakan obat yang termasuk dalam
kelas terapi yang sesuai dengan keluhan.
c. Tepat dosis obat yaitu, menggunakan obat dengan dosis sekali dan sehari
sesuai dengan usia dan/atau berat badan pasien
d. Tepat lama penggunaan obat, yaitu apabila berlanjut segera konsultasikan
dengan dokter.
Keuntungan dan kerugian melaksanakan Swamedikasi
8
Pasien dapat ikut berperan dalam mengambil keputusan terapi dan
meringankan beban pemerintah dalam keterbatasan jumlah tenaga
dan sarana kesehatan di masyarakat.
b. Kerugian melakukan Swamedikasi:
Efek samping yang jarang muncul namun parah
Interaksi obat yang berbahaya
Dosis yang tidak tepat dan pilihan terapi yang salah.
9
Pelayanan Informasi Obat harus didokumentasikan untuk membantu
penelusuran kembali dalam waktu yang relative singkat dengan menggunakan
formulir. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam dokumentasi pelayanan
informasi obat adalah:
a. Topik pertanyaan
b. Tanggal dan waktu pelayanan informasi obat diberikan
c. Metode pelayanan informasi obat (lisan, tertulis, lewat telepon)
d. Data pasien (umur, jenis kelamin, berat badan, informasi, lain seperti
riwayat alergi, apakah pasien sedang hammily/menyusui, data
laboratorium)
e. Uraian pertanyaan
f. Jawaban pertanyaan
g. Referensi
h. Metode pemberian jawaban (lisan, tertulis, pertelepon) dan data Apoteker
yang memberikan Pelayanan Informasi Obat).
10
a. Copy resep harus ditandatangani apoteker, mencantumkan nama terang
dan status yang bersangkutan. Apabila apoteker pengelola apotek
berhalangan, penandatangan atau paraf pada copy resep dapat dilakukan
oleh apoteker pendamping atau apoteker pengganti dengan
mencantumkan nama terang dan status yang bersangkutan.
b. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek selama 3 tahun.
c. Resep atau copy resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis
resep, petugas kesehatan, atau petugas lain yang berwenang menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
11
e. Obat yang dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.
Dalam pemberian kepada pasien,apoteker memiliki beberapa kewajiban
untuk melayani pemberian OWA, yaitu:
a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien yang
disebutkan dalam obat wajib apotek yang bersangkutan.
b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.
c. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan
pakainya,kontraindikasi, efek samping,dan lain-lain yang perlu
diperhatikan oleh pasien.
12
e. P5 : Awas! Obat Keras! Tidak Boleh Ditelan.
f. P6 : Awas! Obat Keras! Obat Wasir, Jangan ditelan.
a. Jamu
Jamu adalah obat tradisional yang dibuat di Indonesia, bahan obat yang
sediaannya masih berupa simplisia sederhana seperti irisan rimpang,
daun dan akar kerinhg. Khasiat dan keamanannya terbukti setelah
secara empiris berdasarkan pengalaman turun temurun.
b. Obat Herbal Terstandar
Obat herbal terstandar merupakan produk yang mengandung bahan atau
ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat yang telah
dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik
dan bahan bakunya telah terstandardisasi.
c. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah produk yang mengandung bahan atau ramuan bahan
yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian
(galenik) atau campuran dari bahan tersebut yang telah dibuktikan
keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan uji
klinik serta bahan baku dan produk jadinya telah distandardisasi.
13
BAB II
PEMBAHASAN
14
Apoteker atau asisten apoteker menerima resep
teliti kembali resep meliputi, nama obat, dosis obat, jumlah obat,
tanggal kadaluarsa, sebelum menyerahkan ke pasien
15
Selain itu, adapun sifat obat meliputi aspek kimia, fisika, derajat
keasaman, dan tingkat toksisitas obat. Apoteker di Apotek Gama
mempertimbangkan semua faktor farmakokinetik ini dalam menentukan
dosis obat untuk mencapai terapi obat yang optimal dan rasional.
Pendekatan ini telah diimplementasikan di Apotek Gama untuk
memastikan terapi obat yang diberikan maksimal, aman, dan rasional.
16
f. Cucilah tangan terlebih dahulu, jika perlu gunakan sarung tangan dan
masker.
g. Untuk sediaan puyer dan kapsul, masukkan obat atau bahan obat untuk
dicampurkan dalam mortar lalu dihaluskan dan diaduk homogen.
h. Untuk sediaan salep. Keluarkan salep atau krim dari kemasan ke dalam
mortar, jika perlu harus diperhatikan sesuai urutan pencampuran. Lalu
dicampurkan dan diaduk homogeny.
i. Masukan dalam wadah yang telah disediakan dan beri etiket putih untuk
obat yang dikonsumsi per oral dan etiket biru untuk penggunaan luar.
j. Kemudian serahkan obat pada pasien beserta informasi obat tentang
fungsi obat, cara penggunaan, cara penyimpanan dan efek samping yang
mungkin ditimbulkan.
17
digunakan secara mandiri oleh pasien mengenai: indikasi, dosis, waktu dan
cara minum/menggunakan obat, hasil terapi yang diharapkan, cara
penyimpanan obat, efek samping obat jika diperlukan, dan hal-hal lain yang
harus diperhatikan selama penggunaan obat. Konseling juga diberikan pada
obat-obatan dengan
instruksi khusus seperti salep mata, suppositoria/enema dan tetes
telinga guna memastikan pasien mendapatkan dan memahami informasi
yang tepat. Apotek Gama melakukan dua konseling yaitu konseling pada
pasien dengan resep dan konseling pada pasien tanpa resep. Melakukan
konseling wajib memperhatikan pasien dengan kondisi khusus, pasien
dengan terapi jangka panjang atau penyakit kronis, pasien yang
menggunakan obat dengan intruksi khusus, pasien yang mengunkan obat
dengan indeks terapi khusus, pasien dengan polifarmasi, pasien dengan
tingkat kepatuhan rendah, pasien yang memiliki kontraindikasi.
Dalam proses konseling dilakukan penggalian informasi guna
memperoleh informasi sebanyak-banyaknya sehingga pasien dapat
memperoleh obat dan informasi yang tepat. Selain itu di Apotek Gama telah
melakukan dokumentasi mengenai Konseling, Informasi dan Edukasi kepada
pasien guna untuk dilaporkan kepada Dinas Kesehatan. Prosedur Konseling,
Informasi dan Edukasi (KIE) di Apotek Gama sebagai berikut :
a. KIE (konseling Informasi dan Edukasi)wajib dilakukan oleh Apoteker,
berisi tentang informasi seputar obat dan alat kesehatan.
b. Pasien yang datang dan ingin menanyakan tentang gejala gangguan di
tubuh pasien yang sedang dialami, atau menginginkan informasi indikasi
obat, efek samping, interaksi obat, cara kerja obat, dosis obat, cara
penggunaan obat , cara penyimpanan obat, cara pembuangan obat, dan
alat kesehatan, Apoteker wajib membeikan informasi secara benar
kepada pasien yang bersangkutan dan melindungi pasien dari efek yang
tidak diinginkan dari penggunaan yang salah dari obat dan alat kesehatan.
18
c. Informasi yang diberikan kepada pasien adalah yang tidak menimbulkan
kekhaatiran pasien, pertentangan antara pemberi informasi yang lain,
timbulnya persepsi buruk kepada asal pemberi obat.
d. Jika apoteker pemberi KIE kurang memahami informasi yang
dikehendaki pasien, gunakan bantuan melalui media buku literature atau
media intenet untuk mendpatkan informasi yang benar. Jika masih belum
dapat memberikan informasi yang tepat dikarenakan alasan tertentu yang
bisa diterima oleh pasien.
e. Apoteker dapat membantu meringankan gejala pasien dengan melalukan
swamedikasi tetapi tidak diperkenankan menegakkan diagnose. Jika
gejala yang dialami pasien masih tidak ada perubahan, disarankan untuk
memeriksakan diri ke dokter.
2.6 Swamedikasi
Swamedikasi adalah suatu pengobatan sendiri yang dilakukan oleh
masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan menggunakan
obat-obatan yang bisa didapat tanpa resep dokter dan diserahkan oleh
Apoteker di apotek. Swamedikasi dilakukan oleh apoteker guna membantu
pasien untuk memilihkan jenis obat atau terapi yang rasional.
Swamedikasi ini berkaitan dengan pelayanan Obat Wajib Apotek
melalui UPDS(Upaya Pengobatan Diri Sendiri). Apoteker di Apotek Gama
melayani swamedikasi atau pelayanan obat non resep meliputi Obat Wajib
Apotek (OWA) dan Obat Over The Counter (OTC). Obat Wajib Apotek
adalah obat keras tertentu yang dapat diserahkan apoteker kepada pasien
tanpa resep dokter sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah.
Obat OTC adalah obat bebas yang dapat dibeli tanpa resep dokter. Kegiatan
UPDS untuk pasien dengan keluhan tertentu diawali dengan menggali
informasi dari keluhan yang dialami oleh pasien. Pada situasi ini pasien akan
berkonsultasi dengan apoteker untuk membicarakan keluhan yang dialami
dan apoteker akan memilihkan obat yang tepat, aman, dan rasional untuk
keluhan tersebut. Jika keadaan pasien tidak bisa ditangani secara
swamedikasi dan membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut maka pasien akan
19
disarankan untuk melakukan pemeriksaan ke dokter, namun jika keluhan
dapat ditangani di apotek, maka dilakukan pemilihan obat yang tepat, aman
dan rasional untuk pasien.
Di Apotek Gama sudah melakukan swamedikasi baik secara
langsung maupun melalui pesan Whatsapp, dengan cara yang sama namun
pasien dapat mengirimkan pesan melalui WA berkaitan dengan keluhan, dan
jika apoteker sudah memilihkan obat dengan tepat untuk pasien maka obat
dapat diambil di apotek oleh pasien atau diantarkan ke rumah pasien.
Diapotek gama pembayaran obat dapat dilakukan dengan transfer atau cash,
sehingga dapat mempermudah pasien.
20
memberikan informasi kepada pasien berdasarkan resep/kartu
pengobatan pasien/ kondisi kesehatan pasien baik lisan maupun
tertulis.
informasi yang perlu disampaikan kepada pasien : jumlah, jenis, dan kegunaan
masing-masing obat ; cara pemakaian masing-masing obat, cara menggunakan
alat kesehatan; peringatan atau efek samping obat; tatacara penyimpanan obat atau
alat kesehatan; pentingnya kepatuhan penggunaan obat
a. Salinan resep terdapat ; nama dan alamat apotek; nama dan APA dan
nomor SIA; nama dan umur pasien; nama dokter penulis resep; tanggal
penulisan resep; tanggal dan nomor urut pembuatan; tanda R/ pada
salinan resep; tanda “det” atau “ne det” pada salinan resep; tuliskan p.c.c
21
(pro copy conform) menandakan bahwa salinan resep telah ditulis sesuai
denganaslinya.
b. Salinan resep ditulis dan ditandatangani oleh Apoteker pengelola apotel
atau Apoteker pendamping yang telah diberikan kewenangan.
c. Salinan resep harus dirahasiakan
d. Salinan resep hanya dapat diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau
yang merawat pasien, pasien yang bersangkutan, petugas kesehatan, atau
petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang
berlaku.
Pelayanan salinan resep di Apotek Gama sering diberikan mengingat
banyaknya pasien dengan penyakit kronis atau membutuhkan obat dalam
jangka panjang seperti hipertensi, diabetes, dan sejenisnya. Selain itu, salinan
resep juga dapat diberikan jika terdapat satu atau beberapa obat dalam resep
yang tidak tersedia, dengan persetujuan dari pasien atau pendamping pasien
yang bersangkutan. Namun, dalam hal ini resep tidak boleh mengandung
obat narkotika atau psikotropika.
22
oleh pasien berkaitan dengan keluhan merekan telah dipertimbangkan oleh
Apoteker.
23
macam penyakit atau keluhan sehingga dalam pemilihan obat herbal sangat
luas. Alur pelayanan obat herbal sama dengan pelayanan OWA dan OTC
dengan pengawasan Apoteker. Apoteker di Apotek Gama melaksanakan
pelayanan obat herbal dengan menjelaskan kegunaan obat herbal, kelabihan
dan kekurangan obat herbal, serta efek samping yang mungkin terjadi dalam
mengkonsumsi obat herbal.
24
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
a. Apotek Gama telah menerapakan pelayanan farmasi klinis antara lain :
pengkajian resep atau skrining resep, perhitungan dosis, dispensing, PIO
(Pelayanan Informasi Obat), KIE (Konseling,Informasi dan Edukasi),
dan swamedikasi sesuai dengan SOP pelayanan resep.
b. Pelayanan resep di Apotek Gama dalam skrining resep tidak lepas dari
analisa DRP (Drug Related Problem) sehingga mencegah terjadinya
pengobatan yang tidak aman dan tidak rasional.
c. Pelayanan Obat Wajib Apotek telah dilaksanakan di Apotek Gama sangat
baik dengan pengawasan Apoteker yang disertai KIE dan PIO sehingga
pasien mendapatkan obat yang tepat, aman dan rasional.
d. pelayanan Obat OTC di Apotek Gama telah melaksanakan pelayanan
yang baik dengan pengawasan Apoteker yang disertai KIE dan PIO
sehingga tercapai swamedikasi yang tepat, aman dan rasional.
e. Apotek Gama melakukan pelayanan kefarmasian dengan langsung
ataupun dengan pesan WA, dan melayani pengantaran obat atau delivery
obat dalam meningkatkan ketertarikan masyarakat, karena dapat
mempermudah masyarakat yang sesuai dengan keluhan. Sehingga dapat
meningkatkan pendapatan Apotek.
3.2 Saran
a. Untuk instisusi Universitas Muhammadiyah Kudus
Menyediakan buku panduan PKPA sehingga dapat memudahkan
mahasiswa dalam mengisi kegiatan selama PKPA
Diharapkan pada studi kasus lebih dipeluas materi terkait kasus yang
terjadi di Apotek, sehingga memudahkan mahasiswa untuk
menjalani PKPA.
Diharapkan adanya persamaan persepsi antara dosen dan preceptor
lahan apotek 1 dengan apotek lainnya, sehingga mahasiswa
mendapatkan kompetensi yang lebih maksimal.
25
b. Untuk Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan mempelajari materi terkait Apotek sebelum
memulai PKPA dilahan Apotek, sehingga mahasiswa lebih mudah
memahami dan menerapkan mateeri yang diberikan oleh preceptor.
c. Untuk Apotek
Apotek diharapkan untuk memperluas tempat dispensing sediaan
sehingga mempermudah dalam pengerjaan dispensing.
26
DAFTAR PUSTAKA
Adiana, Sylvi., Devi Maulina (2022). Klasifikasi Permasalahan Terkait Obat
(Drug Related Problem):Review. Indonesian Journal of Health Science
Vol. 2 No.2, 54-58.
BPOM. 2019. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 32 Tahun
2019 tentang Persyaratan Keamanan dan Mutu Obat Tradisional. Jakarta.
BPOM. 2018. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 04 Tahun
2018 tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian.
Jakarta.
Jamal, I., Amin, F., Jamal, A., & Saeed, A. (2015). Pharmacist’s interventions in
reducing the incidences of drug related problems in any practice setting.
International Current Pharmaceutical Journal, 4(2), 347–352.
https://doi.org/10.3329/icpj.v4i2.21483
27
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)
APOTEK
di Apotek GAMA
Kompetensi :
Disusun Oleh :
i
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFINSI APOTEKER (PKPA)
FARMASI KOMUNITAS 1
Di APOTEK GAMA KUDUS
Kompetensi :
Mahasiswa mampu melakukan pelayanan sediaan farmasi
Kudus,…..............................2023
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Preceptor
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Kudus,…................................2023
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Preceptor
Mengesahkan,
Dosen Penanggung Jawab
Pimpinan Lahan PKPA
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Apoteker
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
URAIAN KEGIATAN
1.1 Perencanaan
a. Persiapan
Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menyusun rencana kebutuhan
perbekalan kefarmasian yaitu perlu disusun daftar spesifik mengenai
perbekalan kefarmasian yang akan direncanakan termasuk kombinasi
antara obat generik dan bermerk serta perlu memperhatikan waktu yang
dibutuhkan, mengestimasi periode pengadaan, mengestimasi stok aman
dan memperhitungkan waktu tunggu (leadtime).
b. Pengumpulan data, data yang dikumpulkan antara lain data data
penggunaan perbekalan kefarmasian periode sebelumnya, sisa stok dan
data morbiditas.
1
c. Penetapan jenis dan jumlah kebutuhan perbekalan kefarmasian yang
direncanakan menggunakan metode perhitungan kebutuhan
d. Evaluasi perencanaan
2
Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka pengadaan perbekalan
kefarmasian harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan. Pengadaan harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu:
1.3 Penerimaan
3
Tenaga Kefarmasian yang ditunjuk oleh Apoteker pemegang SIA. Semua
dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
Jika hasil pemeriksaan sediaan farmasi yang diterima tidak sesuai dengan
pesanan maka sediaan farmasi harus segera dikembalikan pada saat
penerimaan. Jika pengembalian barang tidak dapat dilaksanakan pada saat
penerimaan maka dibuatkan berita acara yang menyatakan bahwa penerimaan
tidak sesuai dan disampaikan kepada pemasok untuk dikembalikan. Apabila
pada hasil pemeriksaan sudah sesuai dan kondisi kemasan dalam keadaan
baik, Apoteker atau Tenaga Kefarmasian yang didelegasi wajib
menandatangani faktur pembelian atau surat pengiriman barang dengan
mencantumkan nama lengkap, nomor SIPA/SIPTTK dan stempel apotek.
1.4 Penyimpanan
4
b. Semua obat/bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya
c. Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi
d. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan
dan kelas terapi obat serta disusun secara alfabetis
e. Pengeluaran obat memakai sistem FEFO (First Expired First Out) dan
FIFO (First In First Out)
a. Obat risiko tinggi yaitu obat yang bila terjadi kesalahan (error ) dapat
mengakibatkan kematian atau kecacatan seperti, insulin, antidiabetik oral
atau obat kemoterapeutik.
5
b. Obat dengan nama, kemasan, label, penggunaan klinik tampak/kelihatan
sama (look alike ), bunyi ucapan sama (sound alike ) biasa disebut lasa,
atau disebut juga Nama Obat Rupa Ucapan Mirip (NORUM), contohnya
tetrasiklin dan tetrakain. Apotek menetapkan daftar obat Look Alike
Sound Alike (LASA)/Nama-Obat-Rupa-Ucapan-Mirip (NORUM).
Penyimpanan obat LASA/NORUM tidak saling berdekatan dan diberi
label khusus sehingga petugas dapat lebih mewaspadai adanya obat
LASA/NORUM.
c. Elektrolit konsentrat seperti natrium klorida dengan konsentrasi lebih
dari 0,9% dan magnesium sulfat injeksi.
1.5 Pemusnahan
Sediaan farmasi yang telah kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai
dengan jenis dan bentuk sediaan. Pemusnahan sediaan farmasi kadaluwarsa
atau rusak yang mengandung narkotika atau psikotropika dilakukan oleh
Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan
sediaan farmasi selain narkotika dan psikotropika dilakukan oleh Apoteker
dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang memiliki surat izin praktik
atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara
pemusnahan.
Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh
sekurang-kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara
pemusnahan lain yang dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep
dan selanjutnya dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
1.6 Pengendalian
6
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau
elektronik. Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama sediaan farmasi,
tanggal kedaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa
persediaan. Pengendalian persediaan adalah suatu kegiatan untuk memastikan
tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan strategi dan program yang
telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan
sediaan farmasi di apotek.
7
Pelaporan adalah kumpulan catatan dan pendataan kegiatan administrasi
sediaan farmasi, tenaga dan perlengkapan kesehatan yang disajikan kepada
pihak yang berkepentingan. Banyak tugas/fungsi penanganan informasi
dalam pengendalian perbekalan farmasi (misalnya, pengumpulan, perekaman,
penyimpanan, penemuan kembali, meringkas, mengirimkan dan informasi
penggunaan sediaan farmasi) dapat dilakukan lebih efisien dengan komputer
daripada sistem manual. Sistem komputer harus termasuk upaya perlindungan
yang memadai terhadap aktivitas pencatatan elektronik. Untuk hal ini harus
diadakan prosedur yang terdokumentasi untuk melindungi rekaman yang
disimpan secara elektronik, terjaga keamanan, kerahasiaan, perubahan data
dan mencegah akses yang tidak berwenang terhadap rekaman tersebut.
8
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perencanaan
2.2 Pengadaan
9
pengadaan perbekalan kefarmasian dilaksanakan berdasarkan surat pesanan
yang ditandatangani Apoteker pemegang SIA dengan mencantumkan nomor
SIPA.
2.3 Penerimaan
a. Mencocokkan faktur dengan obat yang datang meliputi jenis, dosis obat,
jumlah, no. batch sediaan, memeriksa kondisi fisik obat dan kondisi
kemasan, serta tanggal kadaluwarsa. Jika ada kerusakan atau dekat dengan
expired date obat dikembalikan.
b. Setelah selesai diperiksa, faktur ditandatangani dan diberi nama, tanggal
terima barang, nomor SIPA/SIKTTK, serta diberi stempel apotek. Untuk
faktur obat narkotika, psikotropika dan prekursor wajib diterima oleh
Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pendamping yang diberikan
delegasi
c. Faktur yang asli dikembalikan kepada pengirim, copy faktur disimpan
sebagai arsip tagihan
d. Faktur copy disimpan dalam tempat penyimpanan faktur sesuai nama
distributor.
2.4 Penyimpanan
10
dalam gudang sebelumnya. Jika persediaan obat di rak atau etalase sudah
menipis maka stok yang ada di dalam gudang dikeluarkan dan ditata di
etalase apotek. Adapun prosedur penyimpanan yang dilakukan di Apotek
Gama yaitu:
2.5 Pemusnahan
Perbekalan kefarmasian yang telah lewat tanggal kadaluwarsa dan obat yang
tidak memenuhi standar mutu yang ada di apotek harus dimusnahkan.
Prosedur pemusnahan yang ada di Apotek Gama yaitu obat yang telah
kadaluwarsa dikumpulkan dan dilepaskan dari kemasan primer kemudian
11
ditempatkan pada tempat yang telah disediakan. Tuangkan air secukupnya
hingga semua obat terendam air. Kemudian diamkan 2-3 jam hingga obat
hancur. Setelah itu, tuangkan rendaman obat kedalam tanah yang telah
disiapkan dan terpisah dari tanaman lalu ditimpa dengan tanah untuk
dipendam
Pemusnahan resep dilakukan untuk resep yang telah berumur minimal lima
(5) tahun dan dapat dilakukan dengan cara dibakar. Proses pemusnahan ini
wajib disaksikan oleh Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping,
Pemilik Sarana Apotek, jika ada satu Asisten Apoteker dan dilakukan
pemotretan pada saat kegiatan sebagai bukti pemusnahan. Setelah itu,
membuat laporan dan berita acara sesuai format yang telah ditentukan oleh
peraturan perundang-undangan dan dibuat rangkap dua (2), satu dokumen
untuk apote dan sisanya dikirimkan kepada Dinas Kesehatan untuk pelaporan.
2.6 Pengendalian
12
2.7 Pencatatan dan Pelaporan
13
BAB III
3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama Praktek Kerja
Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek Gama, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
3.2 SARAN
Bagi Lahan PKPA
Diharapkan disediakan tempat tersendiri untuk penerimaan barang
datang yang menyambung ke gudang agar tidak mengganggu kegiatan
pelayanan di apotek dan memudahkan.
Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat mempelajari materi terkait pekerjaan kefarmasian di
Apotek agar pelaksanaan PKPA di lahan dapat terlaksana dengan lebih
baik.
14
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
73 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
15
LAMPIRAN
16
Lampiran 2. Etiket
17
Lampiran 3. Resep
18
Lampiran 4.
19
Lampiran 5. Faktur
20
Lampiran 6. Kartu Stok
21
Lampiran 7. Lemari Obat Narkotika dan Psikotropika
22
Lampiran 8. Etalase Obat
23
Lampiran 9. Pelayanan Informasi Obat kepada Pasien
24
Lampiran 10. SOP di APOTEK GAMA
25
26
Lampiran 11. Dispensing Sediaan
27
Lampiran 12. Daftar Hadir PKPA dan Logbook
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37