Anda di halaman 1dari 65

ANALISIS KELENGKAPAN ADMINISTRATIF PADA RESEP

DI APOTEK SEBANTENGAN UNGARAN BARAT


SEMARANG PERIODE BULAN APRIL-OKTOBER 2020

SKRIPSI

Oleh :
ADITYA MAULINA DEWI
NIM. 050117A002

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021

i
ANALISIS KELENGKAPAN ADMINISTRATIF PADA RESEP
DI APOTEK SEBANTENGAN UNGARAN BARAT
SEMARANG PERIODE BULAN APRIL-OKTOBER 2020

SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memproleh Gelar Sarjana

Oleh :
ADITYA MAULINA DEWI
NIM. 050117A002

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
2021

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi berjudul :
ANALISIS KELENGKAPAN ADMINISTRATIF PADA RESEP
DI APOTEK SEBANTENGAN UNGARAN BARAT
SEMARANG PERIODE BULAN APRIL-OKTOBER 2020

Oleh:
ADITYA MAULINA DEWI
050117A002

PROGAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing serta telah


diperkenankan untuk diujikan.

Pembimbing

apt. Dian Oktianti, S.Farm., M.Sc


NIDN. 0625108102

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi berjudul :
ANALISIS KELENGKAPAN ADMINISTRATIF PADA RESEP
DI APOTEK SEBANTENGAN UNGARAN BARAT
SEMARANG PERIODE BULAN APRIL-OKTOBER 2020

Disusun oleh:
ADITYA MAULINA DEWI
050117A002

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Progam Studi S1


FARMASI, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo, pada:
Hari :
Tanggal :

Tim Penguji

iv
PERNYATAAN ORISINALITAS

Yang bertanda tangan dibawah ini saya,


Nama : Aditya Maulina Dewi
Nim : 050117A002
Program Studi/ Fakultas : S1 Farmasi/ Kesehatan

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Skripsi berjudul “Analisis Kelengkapan Administratif Pada Resep Di
Apotek Sebantengan Ungaran Barat Semarang Periode Bulan April-
Oktober 2020” adalah karya ilmiah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik apapun di Perguruan Tinggi manapun
2. Skripsi ini merupakan ide dan hasil karya murni saya yang dibimbing dan
dibantu oleh tim pembimbing dan narasumber.
3. Skripsi ini tidak memuat karya atau pendapat orang lain yang telah
dipublikasikan kecuali secara tertulis dicantumkan dalam naskah sebagai
acuan dengan menyebut nama pengarang dan judul aslinya serta
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidak benaran didalam pernyataan ini,saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah
saya peroleh dan sanksi lain sesuai dengan norma yang berlaku di
Universitas Ngudi Waluyo.

Ungaran, 09 Februari 2021


Yang membuat pernyataan,

(Aditya Maulina Dewi)

v
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN PUBLIKASI

Yang bertanda tangan dibawah ini saya,


Nama : Aditya Maulina Dewi
Nim : 050117A002
Program Studi/ Fakultas : S1 Farmasi/ Kesehatan

Menyatakan memberi kewenangan kepada Program Studi Farmasi


(Dosen Pembimbing Skripsi) untuk menyimpan, mengalih media/format-kan,
merawat, dan mempublikasikan skripsi saya berjudul “Analisis Kelengkapan
Administratif Pada Resep Di Apotek Sebantengan Ungaran Barat Semarang
Periode Bulan April-Oktober 2020” untuk kepentingan akademis.

Ungaran,09 Februari 2021


Yang membuat pernyataan,

(Aditya Maulina Dewi)

vi
MOTTO

“Bekerja keraslah, bersikap baiklah karena akan membawa kepada hal-hal yang

luar biasa”

“Work hard, be kind because it will lead to extraordinary things”

-Linna-

vii
HALAMAN PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (Q.S. Asy-Syarh : 6)”


“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan dengan bersyukur
(Q.S. Ad-Duha : 11)”
Saya persembahkan Skripsi ini kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad
SAW,berkat kuasa-Nya dan syafaat baginda Nabi memberikan saya kekuatan,
keluasan ilmu dan kemudahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Kedua orang tua saya, bapak Zuhdi dan Ibu Siti Rubiah. Saya sangat mencintai
dan menyayangi kalian, terimakasih untuk segalanya.
Terimakasih kepada dosen pembimbing ibu Apt. Dian Oktianti, S.Farm.,M.Sc
yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing, menasehati dan membantu
dalam menyelesaikan Skripsi sampai selesai
Seluruh Dosen dan Staff S1 Farmasi Universitas Ngudi Waluyo yang telah
membimbing dan memberikan ilmunya selama saya kuliah
Sobat sambat saya selama mengerjakan Skripsi di perantauan Arlin, Bela,
Risma, Bitta, Nadia, dan Niken terima kasih sudah menjadikan saya saudara
serta ringan tangan dalam membantu saya
Sahabat saya LOUSTYG Tyas, Genit, Ovi, Shinta dan Sikul yang sudah
memberikan suport sampai saat ini
kepada Bagas,terima telah berjuang dan membersamai saya sampai saat ini.
Temanku seperjuangan S1 Farmasi Universitas Ngudi Waluyo 2017, semoga
kita sukses selalu
Almamaterku, Universitas Ngudi Waluyo

viii
BIODATA PENULIS

Nama : Aditya Maulina Dewi


Tempat Tanggal Lahir : Pati, 25 Juni 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Email : adityamaulina25@gmail.com
No.Telp/WA : 081328025291

Nama Orang Tua


Ayah : Zuhdi
Ibu : Siti Rubiah

Riwayat Pendidikan :
1. SD : SD N MOJO 03 : 2004 - 2010
2. SMP : MTs. Darul Falah Sirahan : 2010 - 2013
3. SMK CORDOVA Farmasi Margoyoso : 2013 - 2016
4. Universitas Ngudi Waluyo : 2017 - 2021

ix
Universitas Ngudi Waluyo
Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Skripsi, Februari 2021
Aditya Maulina Dewi
050117A002

ANALISIS KELENGKAPAN ADMINISTRATIF PADA RESEP DI


APOTEK SEBANTENGAN UNGARAN BARAT SEMARANG PERIODE
BULAN APRIL-OKTOBER 2020

ABSTRAK

Latar Belakang : Skrining resep adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
petugas apotek untuk memeriksa resep yang telah diterima. Resep adalah
permintaan tertulis dari dokter yang diberikan kepada apoteker untuk penyiapan
dan penyerahan kepada pasien. Resep harus ditulis dengan jelas untuk
menghindari kesalahan antara penulis resep dengan pembaca resep. Kegagalan
komunikasi antara dokter dan farmasis merupakan faktor kesalahan medikasi
(medication error) yang berakibat fatal bagi pasien. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui persentase Kelengkapan Administrasi Resep pasien dewasa di
Apotek Sebantengan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dalam periode April -
Oktober 2020. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dilakukan secara
retrospektif terhadap resep.
Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Purposive
Sampling dengan total sampel sebanyak 124 resep pasien dewasa.
Hasil : Hasil penelitian ini diambil dari aspek kelengkapan resep dari bulan
April-Oktober 2020 didapatkan hasil kelengkapan dari aspek Invocatio yaitu
tanda R/ sebanyak 100%, Aspek Pro yaitu nama pasien 96%, umur pasien 44%,
berat badan 0%, jenis kelamin 18%, dan alamat pasien 22%. Aspek Inscriptio
yaitu nama dokter sebanyak 73%, SIP atau Surat Izin Praktek dokter 51%,
alamat praktek dokter 96%, nomor telpon dokter 74%, dan tanggal penulisan
resep 77%. Aspek Subscriptio yaitu paraf dokter 67%. Aspek Praescriptio yaitu
nama obat 100%. Dan aspek Signatura yaitu aturan pemakaian sebanyak 100%.
Kesimpulan : Dari hasil penelitianyang memenuhi semua aspek invocatio
sebanyak 100%, pro 0%, inscriptio 35%, subsriptio 67%, praescriptio 100% dan
signatura 100%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masih banyak resep yang
tidak memenuhi aspek kelengkapan administratif.

Kata Kunci : Skrining resep, Resep, Apotek

x
Ngudi Waluyo University
Bachelor of Pharmacy Study Program, Faculty of Health Science
Thesis, February 2021
Aditya Maulina Dewi
050117A002

ANALYSIS OF ADMINISTRATIVE COMPLETENESS ON RECIPES IN


A PHYSICIAN OF SEBANTENGAN UNGARAN WEST SEMARANG
PERIOD APRIL-OCTOBER 2020

ABSTRACT

Background : Prescription screening is an activity carried out by pharmacy


officers to check prescriptions that have been received. A prescription is a
written request from a doctor given to a pharmacist for preparation and delivery
to the patient. The recipe must be written clearly to avoid mistakes between the
recipe writer and the reader. Failure to communicate between doctors and
pharmacists is a factor in medication errors that can be fatal to patients. This
study aims to determine the percentage of completeness of adult patient
prescription administration at the Sebantengan West Ungaran Pharmacy,
Semarang Regency in the period of April - October 2020. This type of research
is descriptive carried out retrospectively on prescriptions.
Methods : The method used in this study was purposive sampling method with a
total sample of 124 adult patient prescriptions.
Results : The results of this study were taken from the completeness aspect of
the prescription from April to October 2020, the results obtained from the
Invocatio aspect were 100% R / sign, Pro Aspect, namely 96% patient name,
44% patient age, 0% body weight, gender 18%, and the patient's address was
22%. Inscriptio aspects, namely the doctor's name as much as 73%, SIP or
doctor's practice permit 51%, the doctor's practice address 96%, the doctor's
telephone number 74%, and the date of writing the prescription 77%. Subscriptio
aspect is 67% doctor initial. Praescriptio aspect, namely the name of the drug
100%. And the Signatura aspect is the 100% usage rule.
Conclusion : From the research results that fulfill all aspects of investment as
much as 100%, pro 0%, inscriptio 35%, subscriptio 67%, praescriptio 100% and
signatura 100%. So it can be concluded that there are still many recipes that do
not meet the administrative completeness aspect.

Keywords : Prescription screening, Prescription, Pharmacy

xi
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan pemilik
semesta alam dan sumber segala pengetahuan, yang telah melimpahkan karunia
dan rahmat-Nya. Shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad
SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
Kelengkapan Administratif Pada Resep di Apotek Sebantengan Ungaran
Barat Semarang Periode Bulan April-Oktober 2020”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus di penuhi untuk
meraih gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi
Farmasi pada Universitas Ngudi Waluyo. Dalam penyusunan ini penulis
mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, untuk itu
penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Subyantoro, M.Hum selaku rektor Universitas Ngudi Waluyo
Ungaran.
2. Ibu Rosalina, S.Kp., M.Kes selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan.
3. Ibu apt. Richa Yuswantina, S.Farm., M.Si. selaku Ketua Prodi Farmasi
Universitas Ngudi Waluyo Ungaran.
4. Ibu apt. Dian Oktianti, S.Farm.,M.Sc. selaku Pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam melakukan
penulisan skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Pengajar dan staf karyawan Program Studi Farmasi
Universitas Ngudi Waluyo.
6. Kedua Orang Tua, ayahanda Zuhdi dan bunda Siti Rubiah serta seluruh
keluarga, terimakasih atas didikan yang telah diberikan selama ini, semangat,
motivasi, cinta, kasih sayang, dan doa yang begitu tulus yang tiada hentinya
diberikan kepada penulis.

xii
7. Keluargaku yang lainnya, terimakasih kalian selalu menasehati, mendukung,
memberikan semangat dan selalu menolong saya baik secara material maupun
non material.
8. Kepada M. Bagas Bachtiar yang selalu memberikan motivasi, semangat dan
membantu dalam segala hal untuk meraih cita-cita setinggi mungkin dan
terimakasih atas dukungannya kepada penulis.
9. Keluarga Ngerantau sekaligus sobat sambat “Arlin, Bella, Risma, Bitta,
Nadia, dan Niken” yang telah memberikan semangat dan motivasi dan
dukungan serta doanya.
10. Teman-teman S1 Farmasi Reguler Universitas Ngudi Waluyo angkatan 2017
yang telah berbagi keceriaan, semangat, motivasi, dan perjuangan demi
meraih gelar S.Farm.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran yang
membangun dalam rangka perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu kefarmasian dan ilmu pengetahuan pada
umumnya.

Ungaran, 09 Februari 2021

Penyusun

xiii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................................... v
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN PUBLIKASI ...................................... vi
MOTTO .............................................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ viii
BIODATA PENULIS .......................................................................................... ix
ABSTRAK ............................................................................................................ x
ABSTRACT ........................................................................................................ xi
KATA PENGANTAR ........................................................................................ xii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii
BAB IPENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
A. Tinjauan Teoritis .................................................................................. 6
1. Pengertian Resep ........................................................................... 6
2. Kertas Resep.................................................................................. 6
3. Jenis-Jenis Resep ........................................................................... 7
4. Penulisan Resep ............................................................................ 7
5. Tujuan Penulisan Resep ................................................................ 8
6. Kerahasian dalam Penulisan Resep ............................................... 8
7. Salinan Resep (Copy Resep) ......................................................... 9

xiv
8. Format Penulisan Resep ................................................................ 9
9. Pola Penulisan Resep .................................................................. 10
10. Tanda-tanda pada Resep ............................................................. 11
11. Pengelolaan Resep ...................................................................... 12
12. Skrining Resep ............................................................................ 12
13. Kesalahan Medis (Medication Error) ......................................... 13
B. Kerangka Teori ................................................................................... 15
C. Kerangka Konsep ............................................................................... 16
D. Keterangan Empiris ............................................................................ 16
BAB IIIMETODE PENELITIAN ...................................................................... 17
A. Desain Penelitian ................................................................................ 17
B. Lokasi Penelitian ................................................................................ 17
C. Subyek Penelitian ............................................................................... 17
D. Definisi Operasional........................................................................... 19
E. Pengumpulan Data ............................................................................. 20
F. Pengolahan Data ................................................................................. 21
G. Analisis Data ...................................................................................... 22
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 23
BAB VPENUTUP .............................................................................................. 33
A. Kesimpulan ........................................................................................ 33
B. Saran ................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 34
LAMPIRAN ....................................................................................................... 36

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola Penulisan Resep (Sumber : Islami, 2017) ............................... 10


Gambar 2.2 Kerangka Teori ............................................................................... 15
Gambar 2.3 Kerangka Konsep ............................................................................ 16

xvi
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Kelengkapan administratif resep berdasarkan Invocatio .................... 24


Tabel 4.2 Kelengkapan administratif resep berdasarkan Pro ............................. 25
Tabel 4.3 Kelengkapan administratif resep berdasarkan Inscriptio ................... 27
Tabel 4.4 Kelengkapan administratif resep berdasarkan Subscriptio ................. 30
Tabel 4.5 Kelengkapan administratif resep berdasarkan Praescriptio ............... 30
Tabel 4.6 Kelengkapan administratif resep berdasarkan Signatura ................... 31

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Sampel Resep ..................................................................................... 37


Lampiran Lembar Pengumpulan Data ............................................................... 25
Lampiran Lembar Konsultasi ............................................................................. 27

xviii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan adalah suatu

keadaan sehat secara fisik, mental, sosial dan spiritual bukan hanya bebas

dari penyakit. Sarana kesehatan berperan penting dalam pelayanan kesehatan

yang bertujuan untuk menciptakan tingkat kesehatan yang relatif tinggi,

Salah satunya adalah Apotek. Apotek adalah tempat pelayanan kefarmasian

oleh seorang apoteker untuk melakukan praktik. Pelayanan kefarmasian

adalah suatu pelayanan yang dilakukan secara langsung oleh apoteker

kepada pasien yang berhubungan dengan obat dan sediaan bahan medis

dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Salah satu

pelayanan kefarmasian diapotek yaitu pengkajian resep (Kemenkes RI,

2016).

Salah satu pelayanan kefarmasian adalah melayani resep dokter

khususnya yang dilayani di pelayanan kesehatan seperti Apotek, rumah sakit

dan puskesmas. Resep merupakan pesan tertulis dari dokter untuk apoteker,

yang terdiri dari nama obat, dosis, kekuatan obat dan lama penggunaan obat

(Nesaret al. 2015).

Resep harus memuat cukup informasi yang memungkinkan farmasis

mengerti obat apa yang akan diberikan kepada pasien. Namun masih banyak

permasalahan dalam peresepan. Permasalahan penulisan resep dapat

1
menyebabkan kesalahan dalam pengobatan. Hal ini dapat juga menyebabkan

kegagalan tujuan terapeutik. Sebagian besar kesalahan dalam penulisan resep

adalah dapat dihindari, apoteker sangat berperan penting dalam hal ini. Oleh

karena itu, penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesalahan

pengobatan akibat penulisan resep seperti kelalaian dan kesalahan pemberian

resep yang akan membantu dalam pengembangan dan penerapan strategi

untuk mengatasi kesalahan dalam penulisan resep dikemudian hari (Atheret

al. 2013).

Aspek admnistratif resep dipilih karena merupakan skrining awal

pada saat resep dilayani di apotek, karena mencakup seluruh informasi di

dalam resep yang berkaitan dengan kejelasaan tulisan obat dan kebenaran

resep.

Dalam penulisan resep kelengkapan admnistratif sudah diatur dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014

Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Akibat

ketidaklengkapan admnistratif resep bisa berdampak buruk bagi pasien, yang

merupakan tahap skrining awal guna mencegah adanya medication error

(Megawati & Santoso, 2017).

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 tahun 2016 menjelaskan

bahwa medication error merupakan suatu kejadian yang memiliki dampak

merugikan dan membahayakan bagi pasien, karena kesalahan dalam

pemberian obat oleh tenaga kesehatan kepada pasien yang sebetulnya dapat

dihindari.

2
Medication error dapat terjadi pada proses prescribing (peresepan),

dispensing (penyiapan), dan administration atau pemberian obat (Anonim,

2015). Kejadian medicated error berhubungan dengan praktisi, prosedur,

produk obat, sistem dan lingkungan (Rusmi dkk., 2012).

Suatu tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah medication

error adalah dengan cara skrining atau kajian resep. Skrining resep adalah

suatu kegiatan yang dilakukan oleh petugas apotek untuk memeriksa resep

yang telah diterima. Adapun aspek dalam skrining resep ada 3 yaitu

kelengkapan administratif, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis

(Pratiwi,Izzatul, & Pratiwi, 2018).

Tujuan proses skrining resep untuk menjamin kebenaran dan

meminimalisir kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien. Resep harus

ditulis dengan jelas untuk menghindari kesalahan antara penulis resep

dengan pembaca resep. Kegagalan komunikasi antara dokter dan farmasis

merupakan faktor kesalahan medikasi (medication error) yang berakibat

fatal bagi pasien.

Pada penelitian yang dilakukan Puteri, dkk mengenai evaluasi

kelengkapan administratif resep di apotek Sukmasari di kota Banjarmasin

periode Januari-Desember 2013 memperoleh hasil mengenai

ketidaklengkapan resep terdapat pada unsur Surat Izin Prakter (SIP) dokter

(10,50%), alamat dokter (10,14%), tanggal penulisan resep (3,26%), paraf

dokter (27,17%), alamat pasien (35,86%), umur pasien (5,43%), dan berat

badan pasien (99,27%).

3
Pada penelitian Nopitasari (2018) dijelaskan pada kesalahan

pengobatan yang terjadi pada tahap peresepan di Apotek Rawat Jalan Depot

Farmasi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda 21-31 Mei 2018

menunjukkan terdapat 76,19% tidak ada tinggi badan, penulisan resep secara

singkat sebesar 29,1% dan tidak ada berat badan 28,31%.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, masih banyak kesalahan dalam

penulisan resep dokter dari format penulisan resep dengan tepat. Oleh karena

itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian Analisis Kelengkapan Resep

di Apotek Sebantengan Ungaran Barat Kabupaten Semarang.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran kelengkapan administratif resep pasien dewasa

di Apotek Sebantengan Ungaran Barat Kabupaten Semarang periode April -

Oktober 2020.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui persentase kelengkapan administrasi resep

pasien dewasa di Apotek Sebantengan Ungaran Barat Kabupaten

Semarang dalam periode April - Oktober 2020.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kelengkapan resep dalam hal inscriptio.

b. Untuk mengetahui kelengkapan resep dalam hal invocation.

c. Untuk mengetahui kelengkapan resep dalam hal prescriptio.

d. Untuk mengetahui kelengkapan resep dalam hal subscribtio

e. Untuk mengetahui kelengkapan resep dalam hal pro.

4
D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah ilmu pengetahuan dan keterampilan dalam

mengevaluasi kelengkapan administrasi resep pada pelayanan

kefarmasian, serta menambah ilmu didunia kefarmasian khususnya

dibidang klinis, sehingga dapat menulis resep dengan baik sesuai

peraturan yang berlaku.

2. Bagi Tempat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

kepada pihak Apotek dalam alur peresepan, sehingga dapat

meningkatkan kinerja Tenaga Teknis Kefarmasian serta dapat

mengdukung keselamatan pasien dan meminimalisir kejadian yang tidak

diinginkan oleh pasien.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dikembangkan dan digunakan untuk refrensi penelitian

lebih lanjut.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian Resep

Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 tahun 2016 pasal ayat 4

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada

apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun electronik untuk

menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang

berlaku. Resep yang baik harus memuat cukup informasi yang

memungkinkan tenaga kefarmasian mengerti obat apa saja diberikan

kepada pasien.

2. Kertas Resep

Resep ditulis diatas kertas resep,ukuran kertas resep pada

umumnya berbentuk persegi panjang, memiliki lebar 10-12 cm dan

panjang 15-18 cm (Jas 2009). Untuk arsip dokter mengenai terapi yang

diberikan kepada pasien sebaiknya ditulis rangkap dua. Menurut Kode

Etik kedokteran Indonesia resep memiliki ukuran maksimum folio

(10,5cm – 16cm) dengan mencantumkan nama gelar yang sah, SIP,

alamat praktek, nomor telepon dan waktu praktek.

6
3. Jenis-Jenis Resep

Jenis-jenis resep terdiri dari :

a. Resep Officinalis merupakan komposisi obat didalam resep telah

terstandart bi buku farmakope atau lainnya.

b. Resep Magistrales atau Resep Polifarmasi merupakan resep yang

berisi komposisi obat berdasarkan pengalaman yang dialami oleh

dokter dan tidak terdaftar di buku standart.

c. Resep Medicinal merupakan resep yang berisi obat jadi, seperti obat

generik, obat paten dan tidak melalui proses peracikan. Dapat

didapatkan di buku referensi: ISO, IIMSS, DOI, IONI, Informasi

akurat, dll

d. Resep Obat Generik merupakan penulisan resep menggunakan nama

obat generik atau patendengan bentuk sediaan dan jumlah tertentu,

dalam pelayanannya bisa menggunakan peracikan atau non racikan

(Wibowo, 2010).

4. Penulisan Resep

Penulisan resep merupakan “tindakan terakhir” dari dokter untuk

pasien dimana setelah menentukan anamnesa, diagnosis dan

perkembangan suatu penyakit serta terapi yang akan diberikan. Resep

diberikan kepada apoteker/teknik tenaga kefarmasian secara tertulis

sehingga obat diberikan harus sesuai yang tertulis didalam resep.

Apoteker wajib memberikan pelayanan yang baik dan cermat, serta

memberikan informasi tentang penggunaan dan mengecek bila terjadi

7
kesalahan dalam penulisan resep. Sehingga obat yang diberikan lebih

rasional, artinya tepat, aman, efektif dan ekonomis (Jas 2009).

5. Tujuan Penulisan Resep

Menurut Jas (2009) tujuan penulisan resep sebagai berikut :

a. Mempermudah dokter dalam pelaksanakan kegiatan pelayanan

kesehatan kefarmasian.

b. Meminimalisir tingkat kesalahan dalam pemberian obat.

c. Meningkatkan tanggung jawab dalam proses distribusi obat kepada

masyarakat, karena tidak semua golongan obat dapat diserahkan

kepada masyarakat secara bebas atau tanpa resep dokter.

d. Pemberian obat lebih rasional, tepat dan selektif.

e. Sebagai medical record yang dapat dipertanggung jawabkan, sifatnya

rahasia.

6. Kerahasian dalam Penulisan Resep

Resep menyangkut sebagian dari rahasia jabatan kedokteran dan

kefarmasian, oleh karena itu tidak boleh diberikan atau diperlihatkan

kepada yang tidak berhak.Rahasia dokter dengan apoteker menyangkut

penyakit penderita, dimana penderita tidak ingin orang lain

mengetahuinya. Oleh karena itu kerahasiaannya dijaga, kode etik dan tata

cara penulisan resep diperlukan untuk menjaga hubungan dan

komunikasi antara medical care, pharmaceutical care, dan nursing care

agar tetap harmonis (Jas 2009).

8
7. Salinan Resep (Copy Resep)

Menurut Peraturan BPOM Nomor 4 Tahun 2018 Salinan resep

merupakansuatu blanko salinan resep yang ditulis dan ditandatangani

oleh apoteker dan tidak foto copy dari resep asli. Selain yang tertera

diresep asli salinan resep harus memuat :

a. Nama , alamat, dan Nomor Surat Izin Apotek.

b. Nama dan nomor Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA)

c. Diberikan tanda obat det/detur yang artinya sudah diserahkan, tanda

ne det/ne deteur (belum diserahkan).

d. Nomor R/ dan tanggal pembuatan salinan resep.

e. Stempel Apotek.

8. Format Penulisan Resep

Penulisan resep merupakan hasil akhir kemampuan dokter dalam

pelayanan kesehatan yang secara menyeluruh dalam penerapkan ilmu

pengetahuan dan keahlian di bidang farmakologi dan teraupetik secara

tepat, aman dan rasional kepada pasien. Sebagian obat tidak dapat

diberikan secara langsung kepada pasien karena harus melalui peresepan

oleh dokter. Berdasarkan keamanan penggunaannya, obat dibagi dalam

dua golongan yaitu obat bebas (OTC = Other of the counter) dan Ethical

(obat narkotika, psikotropika dan obat keras), dimana pasien harus

menggunakan resep dokter untuk memperoleh obat Ethical. Disini Resep

harus ditulis secara lengkap agar memenuhi syarat pelayanan obat di

apotik (Amalia& Sukohar, 2014).

9
Menurut Syamsuni (2006), resep yang lengkap terdiri dari :

a. Inscriptio : Nama dokter, SIP, Alamat Praktek, Nomor telepon, tempat

dan tanggal penulisan resep. Penulisan inscriptio pada suatu resep

rumah sakit dengan praktek pribadi sedikit berbeda.

b. Invocatio : Tanda “R/= recipe” artinya ambillah atau berikanlah.

c. Prescriptio/Ordonatio : Nama obat, jumlah obat, dan bentuk sediaan

yang akan dibuat atau diracik.

d. Signatura : aturan pakai, dosis pemberian, rute dan interval waktu

penggunaan harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan

keberhasilan terapi.

e. Pro (Peruntukan): Nama pasien, umur pasien, teristimewanya untuk

obat narkotika

9. Pola Penulisan Resep

RUMAH SAKIT SARI FARMA


Jl. Kerta mukti, Ciputat Timur No.88 Jakarta Selatan
Telp.09876556
No. Resep S/K/M
Tanggal :
Dokter : No.
R/ nama obat, bentuk sediaan, wadah obat, jumlah wadah, aturan
pakai, regimen dosis, rute, interval waktu dan paraf dokter.

Pro : Nama Pasien Alamat/No.Telp : ...........


TTL : .................. No. RM : ...........

Yang Menyerahkan Yang Dilegalisir Yang Menerima

(..........................) (.....................) (......................)

Gambar 2.1Pola Penulisan Resep (Sumber : Islami, 2017)

10
10. Tanda-tanda pada Resep

Menurut Syamsuni (2006) tanda-tanda penulisan resep dibagi menjadi

lima yaitu:

a. Tanda Segera : apabila dokter menghendaki resepnya dibuat dan

dilayani segera, tanda segera atau peringatan dapat ditulis sebelah

kanan atas blanko resep, yaitu:

- Cito : Segera

- Urgent : Penting

- Statim : Penting sekali

- PIM : Bahaya apabila ditunda

b. Tanda resep dapat diulang. Bila dokter menginginan agar resepnya

dapat diuang, ditulis dalam resep sebalah kanan atas dengan tulisan

iter (Iteratie) serta berapa kali boleh diulang.Misalnya tertulis Iter 3x

artinya resep dapat dilayanisebanyak 1+3 kali = 4 kali.

c. Tanda Ne Iteratie (N.I) = tidak dapat diulang apabila dokter

menghendaki resepnya untuk tidak diulang, maka tanda Ne Iteratie

ditulis sebelah atas blanko resep. Berikut Resep yang tidak dapat

diulang adalah resep yang berisi obat narkotik, psikotropik, dan obat

keras yang ditetapkan oleh pemerintah /Menkes RI.

d. Tanda dosis sengaja dilampaui

Jika dokter sengaja memberikan obat dosis maksimum dilampaui,

maka dibelakang nama obatnya diberi tanda seru (!).

11
e. Resep yang mengandung obat narkotik tidak boleh ada iteratie/dapat

diulang, m.i (mihipsi) artinya dipakai sendiri, atau u.c (usus cognitus)

yang berarti pemakaian diketahui. Resep-resep yang mengandung

obat narkotik harus disimpan secara terpisah dengan resep obat yang

lainnya (Syamsuni, 2006).

11. Pengelolaan Resep

Berdasarkan Peraturan BPOM No 4 Tahun 2018 Resep yang

telah dibuat, disimpan sekurang kurangnya selama 5 (lima) tahun

berdasarkan urutan tanggal dan nomor urutan penerimaan resep dapat

dimusnahkan. Pemusnahan resep dilakukan dengan cara dibakar oleh

Apoteker penanggung jawab dan disaksikan oleh sekurang-kurangnya

satu orang Tenaga Teknis Kefarmasian. Pemusnahan resep dianjurkan

untuk membuat berita acara pemusnahan dan dilaporkan kepada Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dan tembusan Kepala Balai

Pengawas Obat dan Makanan setempat.

12. Skrining Resep

Skrining resep atau kajian resep merupakan suatu kegiatan

pemeriksaan resep yang dilakukan oleh apoteker setelah menerima

resep(Rifqi 2016). Berdasarkan PMK No.74 Tahun 2016 Kegiatan

pengkajian atau skrining resep meliputiskrining administrasi, farmasetik

dan klinis.

Skrining administrasi meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin,

berat badan pasien, nama dokter, paraf dokter, tanggal penulisan

resep.Skrining farmasetik meliputi bentuk dan kekuatan sediaan, dosis

12
dan jumlah obat, aturan dan cara penggunaan, stabilitas obat serta

Inkompatibilitas (ketidakcampuran obat). Persyaratan klinis meliputi

tepat indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat, duplikasi pengobatan,

alergi obat, interaksi, efek samping obat, kontraindikasi dan efek adiktif.

Skrining admnistratif resep merupakan skrining awal pada saat

resep diterima, skrining admnistratif wajib dilakukan karena mencakup

seluruh informasi yang berkaitan dengan kejelasaan tulisan obat,

kebenaran resep. Pada penulisan resep kelengkapan admnistratif sudah

diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74

Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Akibat

ketidaklengkapan admnistratif resep dapat berdampak buruk bagi pasien,

yang merupakan tahap skrining awal guna mencegah adanya medication

error.

13. Kesalahan Medis (Medication Error)

Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 bahwa medication error adalah kejadian

yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam penanganan

tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah.

Menurut Aronson (2009) salah satu penyebab terjadinya

Medication Error adalah kegagalan dalam proses perawatan yang dapat

membahayakan pasien. Kesalahan pengobatan dapat terjadi saat

menentukan rejimen obat dan dosis yang akan digunakan (kesalahan

resep - resep yang tidak rasional, tidak sesuai, tidak efektif, resep kurang

atau berlebihan), kesalahan penulisan resep, formulasi obat yang salah,

13
pemberian obat salah (dosis salah, rute salah, frekuensi salah, durasi

salah), terapi pemantauan (gagal mengubah terapi bila diperlukan,

perubahan yang salah). Faktor terjadinya Medication Error dapat terjadi

dalam Kesalahan proses Prescribing, Transcribing, Dispensing,

Administration.

Proses Prescribing merupakan kesalahan yang terjadi pada saat

penulisan resep obat oleh dokter, yang perlu diperhatikan adalah pada

penulisan resep menggunakan tulisan tangan. Kesalahan dalam proses

Transcribing merupakan kesalahan yang terjadi pada saat proses

pembacaan resep obat di apotek. Hal ini dapat menyebabkan kesalahan

pemberian obat kepada pasien.

Kesalahan dalam proses Dispensing merupakan kesalahan yang

terjadi pada proses peracikan atau pengambilan obat di apotek. Seperti

kemiriapan nama atau kemasan obat. Contoh adalah obat Natrium

Diklofenac, tetapi yang diberikan adalah Kalium Diklofenac. Kesalahan

tersebut dapat terjadi lagi apabila kesalahan dalam pemberian label obat

sehingga aturan pemakaian obat tersebut juga tidak sesuai.

Kesalahan dalam proses Administration berkaitan dengan hal-hal

yang bersifat administrasi pada saat obat diberikan kepada pasien.

Kesalahan tersebut diantaranya adalah kesalahan dalam membaca nama

pasien atau tidak teliti dalam memeriksa identitas pasien. Contoh lainnya

adalah kesalahan dalam menuliskan informasi pemakaian obat kepada

pasien, kesalahan dalam pengambilan obat yang tidak sesuai dengan

prosedur contoh kesalahan dalam pencampuran injeksi (Anonim, 2015).

14
B. Kerangka Teori

Pengkajian Resep

Kajian Kajian Kajian


Administratif Farmasetis Klinis

1. Nama pasien 1. Stabilitas obat 1. Ketepatan dosis


2. Umur 2. Kekuatan sediaan 2. Duplikasi
3. Berat badan 3. Bentuk sediaan 3. Polifarmasi
4. Jenis kelamin 4. Kompatibilitas 4. Interaksi obat
5. Nama dokter
6. Nomor surat izin
praktek (SIP)
7. Tanggal penulisan
resep
8. Alamat praktek
dokter
9. Nomor telepon
dokter
10. Tanda R/
11. Signa
12. Nama obat
13. Diagnosa
14. Paraf Dokter

Lengkap Tidak Lengkap

Gambar 2.2 Kerangka Teori

15
C. Kerangka Konsep

Variabel bebas Variabel terikat

Kelengkapan administratif
resep

✓ Nama Pasien
✓ Umur Pasien
✓ Berat Badan
✓ Jenis Kelamin
✓ Alamat Pasien
✓ Nama Dokter
Resep Dokter
✓ SIP dokter
✓ Alamat Praktek Dokter
✓ Nomor Telpon Dokter
✓ Paraf Dokter
✓ Tanggal Penulisan
Resep
✓ Nama obat
✓ Aturan pemakaian
Gambar 2.3 Kerangka Konsep

D. Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai

persentase terjadinya tidak lengkapnya aspek skrining administratif pada

resep pasien dewasa di Apotek Sebantengan Ungaran Barat Kabupaten

Semarang.

16
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan

rancangan penelitian deskriptif yang bersifat retrospektif yang didasarkan

pada data resep di Apotek Sebantengan Ungaran Timur Kabupaten

Semarang

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Apotek Sebantengan Ungaran Timur

Kabupaten Semarang.

C. Subyek Penelitian

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini diambil dari jumlah lembar resep

pasien dewasa dari bulan April – Oktober 2020, dengan jumlah 180

lembar resep.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah resep pasien dewasa di

Apotek Sebantengan Kabupaten Semarang. Teknik pengambilan sampel

menggunakan metode Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan

sampel yang memiliki pertimbangan dan didasarkan pada kriteria-kriteria

tertentu.

17
Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus Slovin

menurut Sugiyono (2011:87)

N
n
1 + N (e)2

Keterangan :

n = Banyaknya Sampel

N = Populasi

e = Batas Toleransi Kesalahan(0,05)

Berdasarkan dari rumus diatas. maka, dilakukan perhitungan

sebagai berikut :

180 180
n = =
1 +(180 x 0,0025) 1,45

= 124 lembar

Berdasarkan hasil perhitungan, maka didapatka hasil 124 lembar

resep yang akan digunakan sebagai jumlah sampel yang diperoleh dalam

penelitian ini. Jumlah tersebut adalah jumlah resep yang akan diambil dari

bulan April 2020 – Oktober 2020.

3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Untuk mendapakan sampel yang tidak menyimpang dari populasi,

maka sebelum dilaksanakan proses pengambilan sampel perlu ditentukan

untuk kriteria dari sampel, yaitu kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.

Kriteria inklusi merupakan kriteria yang harus dipenuhi oleh setiap

jumlah populasi yang akan digunakan sebagai sampel. Kriteria ekslusi

merupakan kriteria dari jumlah populasi yang tidak dapat digunakan

18
dsebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi dan kriteria ekslusi

sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah resep yang

digunakan pada penelitian ini hanya pada bulan April – Oktober 2020

di Apotek Sebantengan Ungaran Barat Kabupaten Semarang yang

belum pernah dilakukan analisa sebelumnya.

b. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi pada penelitian ini adalah resep pada bulan

April – Oktober 2020 di Apotek Sebantengan Ungaran Barat

Kabupaten Semarang yang sudah dilakukan analisa oleh Apoteker.

D. Definisi Operasional

1. Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter hewan, dokter

gigi yang diberi izin dan diserahkan kepada apoteker untuk menyiapkan

obat yang akan diberikan kepada pasien.

2. Skrining resep adalah suatu kegiatan yang di lakukan dengan

menganalisis kelengkapan resep, meliputi kelengkapan administratif,

farmasetis dan klinis pada resep oleh tenaga teknis kefarmasian.

3. Skrining administratif adalah analisis resep yang mengacu pada aspek

kelengkapan Identitas Pasien (Nama pasien, umur, jenis kelamin, berat

badan, alamat pasien), Identitas Dokter (Nama dokter, SIP, Nomor telp

dokter, alamat praktek dokter), tanggal penulisan resep, signa dan nama

obat, tanda R/ dan paraf dokter.

19
4. Nama adalah seseorang yang menerima perawatan medis.

5. Umur adalah berapa lamanya hidup seseorang dilihat dari tanggal, bulan

dan tahun kelahiran.

6. Jenis Kelamin adalah suatu kondisi fisik pasien yang menentukan status

laki-laki atau perempuan.

7. Berat Badan adalah ukuran berat seseorang yang ditimbang dengan alat

ukur berat badan dengan satuan Kilo Gram (Kg).

8. Paraf Dokter adalah tanda tangan atau stempel dokter sebagai tanda

legalitas Resep.

9. Tanggal Penulisan resep adalah waktu penulisan resep sebagai

pemberian informasi mengenai tanggal penulisan resep tersebut.

10. Nomor Surat Izin Praktek Dokter (SIP) adalah nomor identitas Dokter

yang sudah disahkan oleh IDI (Ikatan Dokter Indonesia).

11. Tanda R/ atau Recipe adalah Nomor identitas Dokter yang sudah

disahkan oleh IDI (Ikatan Dokter Indonesia).

12. Nama Obat adalah Label atau sebutan yang diberikan pada obat.

13. Dosis Obat adalah jumlah takaran obat yang akan diberikan kepada

pasien

14. Signa adalah petunjuk aturan pemakaian atau penggunaan obat bagi

pasien.

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat aspek kelengkapan

administratif dalam resep. Meliputi nama pasien, umur pasien, jenis kelamin,

20
berat badan pasien, nama dokter, SIP Dokter, tanggal penulisan resep, alamat

praktek dokter, nomor telpon dokter, tanda R/, nama obat, dan aturan

pemakaian obat (signa).

F. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Skrining Kelengkapan Resep setelah dilakukan sampling, selanjutnya

diakukan pengamatan satu persatu dengan mencatat kelengkapan

administratif resep yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 74 Tahun 2016.

2. Aspek administrasi terpenuhi ketika tersedia informasi mengenai

kelengkapan data pasien (nama pasien, usia pasien, jenis kelamin pasien,

dan berat badan pasien), kelengkapan data dokter (nama dokter, nomor

surat izin praktek (SIP) dokter, alamat praktek dokter, dan paraf dokter),

serta ada tidaknya tanggal penulisan resep.

3. Selanjutnya data-data tersebut dimasukkan kedalam format tabel yang

telah disediakan.

4. Sesudah resep di skrining lalu dikelompokkan dan dijumlahkan untuk

mengetahui resep dokter yang memenuhi Lengkap dan yang tidak

lengkap.

5. Kemudian data yang diperoleh di persentasekan.

6. Selanjutnya dilakukan analisis.

21
G. Analisis Data

Hasil penelitian ini menggunakan rumus distribusi frekuensi dan

persentase dari setiap variabel penelitian, penentuan banyaknya persentase

dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Frekuensi
%= x 100%
banyaknya Data

(santjaka, 2011).

22
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian tentang analisis kelengkapan administratif ini dilakukan pada

180 lembar resep dewasa di Apotek Sebantengan Ungaran Barat Kabupaten

Semarang yang diterimapada bulan April – Oktober 2020. Berdasarkan

perhitungan menggunakan rumus solvin maka didapatkan jumlah populasi yang

digunakan sebagai sampel yaitu 124 lembar resep. Resep tersebut selanjutnya

diamati terkait kelengkapan administratif yaitu data pasien, data dokter, tanggal

penulisan resep serta tanda R/ (Recipe), nama obat dan aturan pemakaian.

Skrining resep merupakan pemeriksaan awal yang dilakukan oleh

pertugas kefarmasian pada saat pertama kali resep diterima. Ada 3 aspek yang

dilakukan pada skrining resep yaitu kelengkapan administratif, kesesuaian

farmasetis dan pertimbangan klinis.

Resep yang lengkap harus memuat data dokter (inscriptio) meliputi nama

dokter, Surat Izin Praktek (SIP) dokter, alamat praktek dokter, nomor telpon

dokter dan tanggal penulisan resep. Memuat tanda R/ pada bagian kiri pada saat

penulisan resep (invocatio). Memuat nama obat atau komposisi obat

(praescriptio), serta aturan pemakaian obat (signatura), resep yang lengkap juga

harus memuat tanda tangan atau paraf dokter penulis resep (subcriptio)(Pratiwi

et al., 2018).

Pada penelitian ini skrining atau pengkajian resep yang dilakukan oleh

peneliti adalah skrining kelengkapan administratif. Kelengkapan administratif

23
dipilih karena termasuk skrining awal yang wajib dilakukan pada saat resep

pertama kali diterima diapotek. Kelengkapan administratif mencakup seluruh

informasi yang tercantum didalam resep termasuk kejelasan tulisan dan

kebenaran resep.

Skrining kelengkapan administratif resep merupakan aspek yang sangat

penting karena dapat membantu meminimalisir terjadinya medication error yang

dapat membahayakan pasien. Penyebab terjadinya medication error adalah

kesalahan pada saat penulisan resep.

Tabel 4.1 Kelengkapan administratif resep berdasarkan Invocatio

Lengkap Tidak Lengkap Total


Kategori
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
R/ 124 100% 0 0% 124 100%

Hasil penelitian yang didapatkan berdasarkan tabel 4.1 persentase

terjadinya ketidaklengkapan penulisan resep di Apotek Sebantengan Ungaran

Barat Kabupaten Semarang yaitu tanda R/ sebanyak 0%, Hasil yang didapatkan

kelengkapan tanda R/ yaitu 100% maka sudah sesuai dengan syarat skrining

kelengkapan administratif.

Invocatio merupakan tanda R/ yang di cantumkan pada resep dibagian

kiri setiap penulisan resep. Permintaan tertulis dari dokter yang mempunyai

singkatan latin R/ “recipe” yang berarti ambillah atau berikanlah. Pada setiap

tanda R/ berfungsi sebagai kata pembuka dalam komunikasi antara dokter yang

menuliskan resep dengan apoteker yang menerima resep di apotek (Amalia &

Sukohar, 2014).

24
Tabel 4.2 Kelengkapan administratif resep berdasarkan Pro

Lengkap Tidak Lengkap Total


Kategori
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Nama Pasien 119 96% 5 4% 124 100%
Umur Pasien 54 44% 70 56% 124 100%
Berat Badan 0 0% 124 100% 124 100%
Jenis Kelamin 22 18% 102 82% 124 100%
Alamat Pasien 27 22% 97 78% 124 100%

Pada tabel 4.2 hasil penelitian menunjukkan persentase kejadian

ketidaklengkapan data pasien meliputi nama pasien 4% (5 lembar), umur pasien

56% (70 lembar), berat badan 100% (124 lembar), jenis kelamin 82% (102

lembar), dan alamat pasien 78% (97 lembar).

Pada hasil penelitian ini penulisan nama pasien ada yang tidak

dicantumkan didalam resep sebanyak 5 lembar resep. Hal ini mungkin

dikarenakan kelalaian dokter dan tidak teliti dalam penulisan resep. Penulisan

data pasien terkait nama pasien didalam resep sangat berguna untuk mencegah

terjadi tertukarnya obat dengan pasien lain pada saat pelayanan di apotek yang

sama dengan waktu yang sama (Yulita, Oktianti, & Karminingtyas, 2020).

Umur pasien dalam penulisan resep cukup penting, yang digunakan

sebagai acuan perhitungan dosis. Karena banyak rumus yang menggunakan

umur pasien sebagai perhitungan dosis. Umur pasien juga digunakan sebagai

kesesuaian bentuk sediaan (Megawati & Santoso, 2017).

Dalam penelitian ini, Dokter tidak menuliskan berat badan pasien

didalam resep. Berat badan adalah salah satu aspek yang diperlukan dalam

penentuan dan perhitungan dosis obat yang akan diberikan kepada pasien. Para

ahli sudah membuat rumus khusus menggunakan berat badan pasien. maka,

25
berat badan sangat diperlukan dan dicantumkan didalam resep. Dari 124 lembar

resep terdapat 100% resep yang tidak dicantumkan berat badan pasien, padahal

berat badan sangat penting untuk apoteker dalam perhitungan dosis pada proses

pelayanan resep di apotek (Megawati & Santoso, 2017).

Ketidaklengkapan dalam mencantumkan jenis kelamin disebabkan oleh

kelalaian dokter dan kondisi sarana praktek terlalu ramai oleh pasien sehingga

tingkat kesibukan dokter akan meningkat. Pada penelitian ini didapatkan hasil

resep yang tidak mencantumkan jenis kelamin sebesar 82% dari 124 lembar

resep.

Alamat pasien dalam penulisan resep sangat penting dalam proses

pelayanan sebagai pembeda identitas pasien pada saat ada data pasien yang sama

seperti nama pasien agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat kepada

pasien. (Ismaya, Tho, & Fathoni, 2019).

Alamat pasien wajib dicantumkan pada resep yang berisi narkotika dan

psikotropika serta ditandatangani oleh dokter penulis resep. karena digunakan

untuk memudahkan pencarian identitas pasien apabila terjadi kesalahan dalam

pemberian obat (Oktavianty, 2018).

Tenaga farmasi dan apoteker yang bekerja diapotek ada baiknya untuk

membantu melengkapi berat badan pasien. Karena tugas seorang apoteker atau

tenaga farmasi diapotek pada saat menerima resep pertama kali yaitu melakukan

skrining resep apabila ada data pasien yang tidak tercantum bisa ditambahkan

oleh apoteker atau tenaga fasrmasi (Megawati & Santoso, 2017).

26
Tabel 4.3 Kelengkapan administratif resep berdasarkan Inscriptio

Lengkap Tidak Lengkap Total


Kategori
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Nama Dokter 91 73% 33 27% 124 100%
SIP Dokter 63 51% 61 49% 124 100%
Alamat
119 96% 5 4% 124 100%
praktek Dokter
Nomor Tlp
92 74% 32 26% 124 100%
Dokter
Tgl Penulisan
95 77% 29 23% 124 100%
R/

Pada tabel 4.3 didapatkan persentase hasil analisis dari ketidaklengkapan

resep terkait data dokter pada skrining administratif resep meliputi nama dokter

sebanyak 27% (33 lembar), SIP atau Surat Izin Praktek dokter 49% (61 lembar),

alamat praktek dokter 4% (5 lembar), nomor telpon dokter 26% (32 lembar),

paraf dokter 44% (55 lembar), dan tanggal penulisan resep 23% (29 lembar).

Nama dokter adalah salah satu syarat pada skrining administratif yang

harus dipenuhi. Karena hal ini sebagai bukti bahwa resep tersebut asli ditulis

oleh dokter dan dapat dipertanggungjawabkan serta tidak mudah disalahgunakan

oleh masyarakat. Pada penelitian ini nama dokter dan paraf dokter masih ada

yang tidak tercantum pada saat dokter menuliskan resep. Salah satu resep yang

tidak memuat nama dokter dan paraf dokter ini diterima dari Puskesmas yang

berisi nama obat antibiotik (Gentamicin). Padahal didalam resep tersebut juga

tidak memuat data pasien secara lengkap dan tanggal penulisan resep akan tetapi

pada saat pasien menebus obat di apotek resep tersebut tetap dilayani dan

diterima di apotek pada bulan Juli 2020. Alasan resep tersebut tetap dilayani

mungkin karena kelalaian apoteker dalam melakukan skrining resep karena

ramai dipenuhi oleh pasien. apoteker mungkin juga mempertimbangkan karena

27
resep tersebut mengandung obat OWA (Obat Wajib Apotek) jadi pasien bisa

untuk membeli tanpa resep dokter.

SIP atau Surat Izin Praktek Dokter pada penelitian ini sebagian besar dari

hasil analisis tidak mencantumkan SIP dokter. Salah satu resep yang tidak

mencantumkan SIP yaitu dari dokter yang melaksanakan praktek pribadi tetapi

tidak mencantumkan SIP dokter. Resep tersebut juga tidak mencantumkan

tanggal penulisan resep tetapi masih dilayani dan diterima di apotek pada bulan

Mei 2020. Alasan resep tersebut tetap dilayani kemungkinan terjadi kegawat

daruratan dari pasien, karena didalam resep tersebut berisi obat antibiotik

AMOXAN serta sediaan lain yaitu Rivanol, spuit dan kasa steril.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.512 tentang Surat Izin

Praktek Dokter atau SIP dijelaskan bahwa dokter wajib mencantumkan SIP

dokter didalam resep. Untuk menjamin dokter tersebut secara sah diakui dalam

sarana praktek keprofesian dokter. Syarat dalam mencantumkan SIP dokter

adalah memberikan perlindungan kepada pasien dan memberikan jaminan

kepada masyarakat bahwa seorang dokter tersebut layak untuk melaksanakan

praktek kedokteran (Pratiwi et al,. 2018).

Format penulisan resep di rumah sakit sedikit ada perbedaan dengan

penulisan resep oleh dokter yang membuka praktek pribadi. Untuk penulisan SIP

(Surat Izin Praktek) di rumah sakit tidak tercantum karena dokter yang

melakukan praktek atau kerja di rumah sakit tersebut bernaung dibawah izin

operasional rumah sakit. Menurut PERMENKES RI No.71 Tahun 2016 izin

operasional rumah sakit merupakan izin yang diberikan oleh pejabat yang

28
bernaung di rumah sakit kepada pengelola rumah sakit yang melaksanakan

proses pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar pelayanan kesehatan di

rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Maka, Berbeda dengan resep

dokter yang melaksanakan praktik pribadi harus mencantumkan SIP (Surat Izin

Praktek) agar dapat memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada

pasien bahwa dokter tersebut sesuai dengan persyaratan dan layak melaksanakan

praktek pribadi (Bilqis, 2015).

Alamat dokter dan nomor telpon dokter wajib tertulis dengan jelas

didalam resep. Karena pada saat resep diterima apoteker atau tenaga kefarmasian

ada keraguan dan ketidakjelasan pada penulisan nama obat atau aturan

pemakaian serta ingin mengkonfimasi kepada dokter terkait dosis sehingga

apoteker bisa langsung menghubungi pihak dokter yang bersangkutan dan

mendorong kelancaran proses pelayanan di apotek (Megawati & Santoso, 2017).

Pada penelitian ini, dokter belum sepenuhnya mencantumkan tanggal

penulisan resep karena masih ada 29 lembar resep dari 124 resep yang tidak

mencantumkan tanggal resep tersebut dibuat. Atau 23% dari resep yang diterima

di apotek yang tidak mencantumkan tanggan penulisan resep.

Tanggal penulisan resep sangat penting karena berhubungan dengan

keamanan pasien pada saat menebus obat di apotek. Apoteker dapat menentukan

apakah resep tersebut dapat dilayani atau pasien di sarankan untuk kembali ke

dokter sebelumnya yang berkaitan dengan pasien. Di Indonesia belum

ditentukan untuk batas maksimal resep yang dapat diterima (Megawati &

Santoso, 2017).

29
Tanggal penulisan resep juga dapat memudahkan apoteker dalam proses

penyimpanan atau dokumentasi arsip resep yang ada di apotek. Resep tersebut

disimpan berdasarkan urutan resep tersebut diterima atau sesuai dengan tanggal

pembuatan resep. pencantuman tanggal pembuatan resep juga sangat penting

dalam pemantauan dalam pengobatan pasien terutama pasien yang

membutuhkan terapi jangka panjang serta digunakan sebagai pemantauan resep

yang berulang (Syamsuni, 2006).

Tabel 4.4 Kelengkapan administratif resep berdasarkan Subscriptio

Lengkap Tidak Lengkap Total


Kategori
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Paraf Dokter 83 67% 41 33% 124 100%

Pada tabel 4.4 didapatkan hasil persentase dari analisis kelengkapan pada

aspek subsriptio atau paraf dokter sebanyak 67%. Paraf dokter sangat penting

dalam resep karena dapat menjamin keaslian resep. Paraf doker berfungsi

sebagai legalitas dan kebeneran resep tersebut dan dapat di

pertanggungjawabkan agar tidak terjadi penyalahgunaan resep pada masyarakat

terutama resep yang mengandung narkotika dan psikotropika. Tetapi di dalam

penulisan resep masih ada dokter yang tidak mencantumkan paraf dokter

(Trisnawati, 2019).

Tabel 4.5 Kelengkapan administratif resep berdasarkan Praescriptio

Lengkap Tidak Lengkap Total


Kategori
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Nama obat 124 100% 0 0% 124 100%

Pada tabel 4.5 didapatkan hasil penelitian kelengkapan dari pencantuman

nama obat telah terpenuhi sebanyak 100% atau 124 lembar resep dari 124 total

30
resep yang di analisis. Hasil kelengkapan terkait Nama obat ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan Suryani, Desnita & Pratiwi (2018) yang mendapatkan

hasil dari aspek kelengkapan nama obat sebanyak 100%.

Nama obat yang dicantumkan didalam resep harus dituliskan dengan

jelas dan tepat indikasi, karena untuk memudahkan apoteker dalam pengambilan

obat sehingga melancarkan proses pelayanan di apotek. Apabila nama obat tidak

dituliskan dengan jelas, apoteker wajib mengkonfirmasi kepada dokter yang

menuliskan resep tersebut terkait ketidakjelasan nama obat yang ada di resep.

sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien (Yulita et

al., 2020).

Tabel 4.6 Kelengkapan administratif resep berdasarkan Signatura

Lengkap Tidak Lengkap Total


Kategori
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Aturan pakai 124 100% 0 0% 124 100%

Pada tabel 4.5 didapatkan hasil penelitian kelengkapan dari pencantuman

aturan pemakaian pada resep didapatkan sebesar 100% atau 124 lembar resep

dari 124 total resep yang dianalis. Hasil kelengkapan terkait aturan pemakaian

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Suryani et al. (2018) yang

mendapatkan hasil dari aspek kelengkapan aturan pemakaian sebanyak 100%.

Hal ini menunjukkan bahwa dokter telah memenuhi aspek penulisan aturan

pemakaian pada resep.

Aturan pakai didalam resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap karena

sangat mempengaruhi pasien pada saat mengkonsumsi obat. Sebaiknya dokter

menulisankan aturan pakai didalam resep tersebut seperti obat diminum pada

31
pagi atau siang atau malam hari dan diberikan interval waktu minum obat serta

obat tersebut diminum sebelum atau sesudah makan agar pasien menerima

informasi secara jelas.(Yulita et al., 2020)

Pada penelitian ini sebagian besar diagnosa dari pasien adalalah infeksi

karena resep berisi obat antibiotik. Apabila aturan pakai tidak ditulis secara jelas

maka akan menyebabkan terjadinya resisten. Karena penggunaan antibiotik yang

tidak rasional dapat menyebabkan resistensi, Resistensi adalah kemampuan

suatu bakteri dalam menurunkan daya kerja dari antibiotik. Dan dapat

menyebabkan mortilitas dan morbiditas serta dampak buruk bagi sosial ekonomi

yang sangat tinggi (Kemenkes RI, 2011).

Antibiotik merupakan obat yang sering digunakan pada pengobatan

infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Pemberian antibiotik untuk penyakit

infeksi bertujuan untuk menghambat proses pertumbuhan dan membunuh

bakteri yang menjadi penyebab dari infeksi. Penggunaan antibiotik akan

menguntungan apabila digunakan secara tepat (Oyetunede dkk, 2010).

Didalam penelitian ini tidak semua resep pada bulan April – Oktober

2020 dapat diamati oleh penulis. Karena adanya keterbatasan jumlah resep yang

diterima di apotek terbatasdan akses dijalan dibatasi karena masih dalam kondisi

masa pandemi.

32
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Didapatkan hasil penelian yang memenuhi semua aspek invocatio

sebanyak 100%, pro 0%, inscriptio 35%, subsriptio 67%, praescriptio 100%

dan signatura 100%. Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa

kelengkapan administratif resep di Apotek Sebantengan Ungaran Timur

Kabupaten Semarang belum terpenuhi secara lengkap.

B. Saran

1. Diperlukan pencatatan secara lengkap terkait data pasien, data dokter dan

diagnosa untuk mencegah terjadinya medication error.

2. Perlu dilakukan penelitian yang sama untuk mengetahui pengaruh proses

skrining resep oleh apoteker dan tenaga teknik kefarmasian terhadap

angka kejadian ketidaklengkapan pada aspek skrining administratif

resep.

33
DAFTAR PUSTAKA

Amalia. (2014). Rational Drug Prescription Writing. Juke, 4(7), 22–30.

Audina, T. (2018). Pengkajian Resep Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit


Universitas Sumatera Utara. h 31-35.

Fitria Megawati, P. S. (2017). Pengkajian Resep Secara Administratif


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Ri No 35 Tahun 2014.
3(35),12–16.
Hutagalung, E. (2019). Evaluasi Skrining Kelengkapan Resep Pasien BPJS
Rawat Jalan Di Rsud Dr. Pirngadi Kota Medan. In Αγαη (Vol. 8, Issue
5, p. 55).

Islami, S. M. (2017). Skripsi Mardiah Fkik Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ismaya, N. A., Tho, I. La, & Fathoni, M. I. (2019). Gambaran Kelengkapan


Resep Secara Administratif dan Farmasetik di Apotek K24 Pos
Pengumben. Edu Masda Journal, 3(2), 1–10.

M, N. R. I., & Pratiwi, D. R. (2018). Analisis Kelengkapan Administratif Resep


di Apotek Bhumi. 6(35), 6–11.

Megawati, F., & Santoso, P. (2017). Pengkajian Resep Secara Administratif


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Ri No 35 Tahun 2014 Pada
Resep Dokter Spesialis Kandungan Di Apotek Sthira Dhipa. Jurnal
Ilmiah Medicamento, 3(1), 12–
16.https://doi.org/10.36733/medicamento.v3i1.1042

MenKes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. Halaman 3.

Ather, A., Neelkantreddy, P., Anand, G., Manjunath, G., Vishwanath, J., &
Riyaz, M. (2013). A Study on Determination of Prescription Writing
Errors in out Patient Department of Medicine in a Teaching Hospital.
Indian Journal of Pharmacy Practice, 6(2), 21–24.

Nesar, S., Shoaib, M. H., Rahim, N., Iffat, W., Shakeel, S., & Bibi, R. (2015).
Prescription writing practices and errors in prescriptions containing
cardiovascular drugs especially ace inhibitors in Karachi, Pakistan.
Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 8(4), 53–55.

34
Cohen, M. R. (1985) ‘Medication error’, Nursing, 15(12), pp. 9–11.doi:
10.1097/00152193-198512000-00002.

Timbongol, C., Lolo, W. A. and Sudewi, S. (2016) ‘Identifikasi Kesalahan


Pengobatan (Medication Error) Pada Tahap Peresepan (Prescribing) Di
Poli Interna Rsud Bitung’, Pharmacon, 5(3), pp. 1–6. doi:
10.35799/pha.5.2016.12930.

Yuliani, N. N. and Letde, V. (2019) ‘Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Resep


di Puskesmas Pasir Panjang Kota Kupang Bulan April Tahun 2018’,
Jurnal Inovasi Kebijakan, 4(1), pp. 45–52. doi: 10.37182/wjik.v4i1.30.

Astuti, D. W. I. Y. (2017). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kejadian


Infeksi Menular Seksual Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas
Sleman. Politeknik Kesehatan Yogyakarta.

Bilqis, S. U. (2015). Kajian Administrasi, Farmasetik Dan Klinis Resep Pasien


Rawat Jalan Di Rumkital Dr. Mintohardjo Pada Bulan Januari 2015.
Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dina Tri Amalia, A. S. (2016). Rational Drug Prescription Writing. Juke, 4(7),
22–30.

Galih Adi Pramana , Andrey Wahyudi, D. L. (2020). Hubungan Karakteristik


Dengan Tingkat Pengetahuan Penggunaan Antibiotik Di Desa Dawung
Artikel. Indonesian Journal Of Pharmacy And Natural Product.

Karminingtyas, Citra Ayu Yulita, Dian Oktianti, S. R. (2020). Analisis


Medication Error Pada Aspek Administratif Di Apotek Sari Sehat
Ungaran. Indonesian Journal Of Pharmacy And Natural Product.

Susilo, Nur Faidah, Dian Oktianti, D. J. (2020). Tingkat Pengetahuan


Masyarakat Tentang Penggunaa Antibiotik Di Kelurahan Geneng
Kecamatan Mijen Kabupaten Demak. In Indonesian Journal Of
Pharmacy And Natural Product.

Trisnawati, D. (2019). Gambaran Kelengkapan Resep Di Puskesmas Petatal


Kecamatan Datuk Tanah Datar Kabupaten Batu Bara Tahun 2018.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan Jurusan Farmasi.

Oktavianty, T. (2017). Studi Kelengkapan Resep Psikotropika dan Narkotika di


Beberapa Apotek di Kota Medan Periode Maret-Mei 2017 (Skripsi).
Universitas Sumatera Utara.

35
LAMPIRAN

36
Lampiran 1

37
38
39
40
41
42
43
44
45
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
Jl. Gedongsongo-Ungaran Barat, Kab. Semarang, Jawa Tengah 50513
Telp: (024) 6925406, 6925408, Fax: (024) 6925406, 6925408
Website: http//www.nwu.ac.id – Email: universitas_nw@nwu.ac.id

LEMBAR KONSULTASI

Nama : Aditya Maulina Dewi


NIM : 050117A002
Program Studi : S1 Farmasi
Pembimbing : Apt. Dian Oktianti, S.Farm.,M.Sc
Hari/ PARAF
NO TopikKonsultasi Masukan/Catatan
Tanggal Pembimbing
Jumat, 16 Disarankan untuk mencari
Bimbingan terkait judul
1. Oktober refrensi judul dan jurnal
skripsi
2020 acuan
Sabtu, 7 Acc judul skripsi dan
Konsul terkait judul
2. November disarankan untuk menyusun
skripsi
2020 BAB 1-3
Senin, 14 Konsul terkait artikel Diajarkan bagaimana
3. Desember kaprodi yang dicantumkan langkah-langkah mencari
2020 di penyusunan skripsi artikel kaprodi
Senin, 21
Pengajuan ke 1 terkait
4. Desember -
BAB 1-3
2020
Jumat, 25 Daftar pustaka dan
Pengembalian ke 1 terkait
5. Desember disarankan untuk membuat
BAB 1-3
2020 Lembar pengumpulan data
Selasa, 5 Ditambahkan jumlah R/
Konsul terkait Lembar
6. Januari obat dan masing-masing R/
Pengumpulan Data
2021 yang lainnya
Konsul terkait
Senin, 11
pengumpulan ke 2 BAB 1-
7. Januari -
3 dan Lembar
2021
Pengumpulan Data
Rabu, 20 Koreksi Penulisan yang
8. januari Pengembalian BAB 1-3 benar dan perbaikan
2021 kerangka konsep
Tidak perlu olah data
Sabtu, 23
Konsul terkait pengolahan menggunakan program
9. januari
data penelitian microsoft excel dan SPSS,
2021
cukup menggunakan

46
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
Jl. Gedongsongo-Ungaran Barat, Kab. Semarang, Jawa Tengah 50513
Telp: (024) 6925406, 6925408, Fax: (024) 6925406, 6925408
Website: http//www.nwu.ac.id – Email: universitas_nw@nwu.ac.id

distribusi frekuensi

Selasa, 2
Konsul terkait hasil Ditambahkan kolom total
10. februari
penelitian perbaris dari setiap aspek
2021
Penulisan 2 spasi, dari
pembahasan ditambahkan
Kamis, 4
paragraf penutup dan
11. februari Konsul terkait bab 1-5
keterbatasan penelitian,
2021
perbaikan kesimpulan, dan
penyusunan intisari
Senin, 8
Konsul terkait bab 1-5 dan Perbaikan hasil dari total per
12. februari
abstrak aspek dan pembahasan
2021

47

Anda mungkin juga menyukai