SKRIPSI
Oleh :
ADITYA MAULINA DEWI
NIM. 050117A002
i
ANALISIS KELENGKAPAN ADMINISTRATIF PADA RESEP
DI APOTEK SEBANTENGAN UNGARAN BARAT
SEMARANG PERIODE BULAN APRIL-OKTOBER 2020
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memproleh Gelar Sarjana
Oleh :
ADITYA MAULINA DEWI
NIM. 050117A002
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi berjudul :
ANALISIS KELENGKAPAN ADMINISTRATIF PADA RESEP
DI APOTEK SEBANTENGAN UNGARAN BARAT
SEMARANG PERIODE BULAN APRIL-OKTOBER 2020
Oleh:
ADITYA MAULINA DEWI
050117A002
Pembimbing
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi berjudul :
ANALISIS KELENGKAPAN ADMINISTRATIF PADA RESEP
DI APOTEK SEBANTENGAN UNGARAN BARAT
SEMARANG PERIODE BULAN APRIL-OKTOBER 2020
Disusun oleh:
ADITYA MAULINA DEWI
050117A002
Tim Penguji
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS
v
SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN PUBLIKASI
vi
MOTTO
“Bekerja keraslah, bersikap baiklah karena akan membawa kepada hal-hal yang
luar biasa”
-Linna-
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
viii
BIODATA PENULIS
Riwayat Pendidikan :
1. SD : SD N MOJO 03 : 2004 - 2010
2. SMP : MTs. Darul Falah Sirahan : 2010 - 2013
3. SMK CORDOVA Farmasi Margoyoso : 2013 - 2016
4. Universitas Ngudi Waluyo : 2017 - 2021
ix
Universitas Ngudi Waluyo
Program Studi S1 Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Skripsi, Februari 2021
Aditya Maulina Dewi
050117A002
ABSTRAK
Latar Belakang : Skrining resep adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
petugas apotek untuk memeriksa resep yang telah diterima. Resep adalah
permintaan tertulis dari dokter yang diberikan kepada apoteker untuk penyiapan
dan penyerahan kepada pasien. Resep harus ditulis dengan jelas untuk
menghindari kesalahan antara penulis resep dengan pembaca resep. Kegagalan
komunikasi antara dokter dan farmasis merupakan faktor kesalahan medikasi
(medication error) yang berakibat fatal bagi pasien. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui persentase Kelengkapan Administrasi Resep pasien dewasa di
Apotek Sebantengan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dalam periode April -
Oktober 2020. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dilakukan secara
retrospektif terhadap resep.
Metode : Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Purposive
Sampling dengan total sampel sebanyak 124 resep pasien dewasa.
Hasil : Hasil penelitian ini diambil dari aspek kelengkapan resep dari bulan
April-Oktober 2020 didapatkan hasil kelengkapan dari aspek Invocatio yaitu
tanda R/ sebanyak 100%, Aspek Pro yaitu nama pasien 96%, umur pasien 44%,
berat badan 0%, jenis kelamin 18%, dan alamat pasien 22%. Aspek Inscriptio
yaitu nama dokter sebanyak 73%, SIP atau Surat Izin Praktek dokter 51%,
alamat praktek dokter 96%, nomor telpon dokter 74%, dan tanggal penulisan
resep 77%. Aspek Subscriptio yaitu paraf dokter 67%. Aspek Praescriptio yaitu
nama obat 100%. Dan aspek Signatura yaitu aturan pemakaian sebanyak 100%.
Kesimpulan : Dari hasil penelitianyang memenuhi semua aspek invocatio
sebanyak 100%, pro 0%, inscriptio 35%, subsriptio 67%, praescriptio 100% dan
signatura 100%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masih banyak resep yang
tidak memenuhi aspek kelengkapan administratif.
x
Ngudi Waluyo University
Bachelor of Pharmacy Study Program, Faculty of Health Science
Thesis, February 2021
Aditya Maulina Dewi
050117A002
ABSTRACT
xi
KATA PENGANTAR
xii
7. Keluargaku yang lainnya, terimakasih kalian selalu menasehati, mendukung,
memberikan semangat dan selalu menolong saya baik secara material maupun
non material.
8. Kepada M. Bagas Bachtiar yang selalu memberikan motivasi, semangat dan
membantu dalam segala hal untuk meraih cita-cita setinggi mungkin dan
terimakasih atas dukungannya kepada penulis.
9. Keluarga Ngerantau sekaligus sobat sambat “Arlin, Bella, Risma, Bitta,
Nadia, dan Niken” yang telah memberikan semangat dan motivasi dan
dukungan serta doanya.
10. Teman-teman S1 Farmasi Reguler Universitas Ngudi Waluyo angkatan 2017
yang telah berbagi keceriaan, semangat, motivasi, dan perjuangan demi
meraih gelar S.Farm.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis menerima segala kritik dan saran yang
membangun dalam rangka perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi
ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu kefarmasian dan ilmu pengetahuan pada
umumnya.
Penyusun
xiii
DAFTAR ISI
xiv
8. Format Penulisan Resep ................................................................ 9
9. Pola Penulisan Resep .................................................................. 10
10. Tanda-tanda pada Resep ............................................................. 11
11. Pengelolaan Resep ...................................................................... 12
12. Skrining Resep ............................................................................ 12
13. Kesalahan Medis (Medication Error) ......................................... 13
B. Kerangka Teori ................................................................................... 15
C. Kerangka Konsep ............................................................................... 16
D. Keterangan Empiris ............................................................................ 16
BAB IIIMETODE PENELITIAN ...................................................................... 17
A. Desain Penelitian ................................................................................ 17
B. Lokasi Penelitian ................................................................................ 17
C. Subyek Penelitian ............................................................................... 17
D. Definisi Operasional........................................................................... 19
E. Pengumpulan Data ............................................................................. 20
F. Pengolahan Data ................................................................................. 21
G. Analisis Data ...................................................................................... 22
BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 23
BAB VPENUTUP .............................................................................................. 33
A. Kesimpulan ........................................................................................ 33
B. Saran ................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 34
LAMPIRAN ....................................................................................................... 36
xv
DAFTAR GAMBAR
xvi
DAFTAR TABEL
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
keadaan sehat secara fisik, mental, sosial dan spiritual bukan hanya bebas
kepada pasien yang berhubungan dengan obat dan sediaan bahan medis
2016).
dan puskesmas. Resep merupakan pesan tertulis dari dokter untuk apoteker,
yang terdiri dari nama obat, dosis, kekuatan obat dan lama penggunaan obat
mengerti obat apa yang akan diberikan kepada pasien. Namun masih banyak
1
menyebabkan kesalahan dalam pengobatan. Hal ini dapat juga menyebabkan
adalah dapat dihindari, apoteker sangat berperan penting dalam hal ini. Oleh
al. 2013).
dalam resep yang berkaitan dengan kejelasaan tulisan obat dan kebenaran
resep.
pemberian obat oleh tenaga kesehatan kepada pasien yang sebetulnya dapat
dihindari.
2
Medication error dapat terjadi pada proses prescribing (peresepan),
error adalah dengan cara skrining atau kajian resep. Skrining resep adalah
suatu kegiatan yang dilakukan oleh petugas apotek untuk memeriksa resep
yang telah diterima. Adapun aspek dalam skrining resep ada 3 yaitu
ketidaklengkapan resep terdapat pada unsur Surat Izin Prakter (SIP) dokter
dokter (27,17%), alamat pasien (35,86%), umur pasien (5,43%), dan berat
3
Pada penelitian Nopitasari (2018) dijelaskan pada kesalahan
pengobatan yang terjadi pada tahap peresepan di Apotek Rawat Jalan Depot
menunjukkan terdapat 76,19% tidak ada tinggi badan, penulisan resep secara
penulisan resep dokter dari format penulisan resep dengan tepat. Oleh karena
B. Rumusan Masalah
Oktober 2020.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
4
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
lebih lanjut.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Resep
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
kepada pasien.
2. Kertas Resep
panjang 15-18 cm (Jas 2009). Untuk arsip dokter mengenai terapi yang
6
3. Jenis-Jenis Resep
c. Resep Medicinal merupakan resep yang berisi obat jadi, seperti obat
akurat, dll
(Wibowo, 2010).
4. Penulisan Resep
7
kesalahan dalam penulisan resep. Sehingga obat yang diberikan lebih
kesehatan kefarmasian.
rahasia.
mengetahuinya. Oleh karena itu kerahasiaannya dijaga, kode etik dan tata
8
7. Salinan Resep (Copy Resep)
oleh apoteker dan tidak foto copy dari resep asli. Selain yang tertera
e. Stempel Apotek.
tepat, aman dan rasional kepada pasien. Sebagian obat tidak dapat
dua golongan yaitu obat bebas (OTC = Other of the counter) dan Ethical
9
Menurut Syamsuni (2006), resep yang lengkap terdiri dari :
keberhasilan terapi.
obat narkotika
10
10. Tanda-tanda pada Resep
lima yaitu:
- Cito : Segera
- Urgent : Penting
dapat diuang, ditulis dalam resep sebalah kanan atas dengan tulisan
ditulis sebelah atas blanko resep. Berikut Resep yang tidak dapat
diulang adalah resep yang berisi obat narkotik, psikotropik, dan obat
11
e. Resep yang mengandung obat narkotik tidak boleh ada iteratie/dapat
diulang, m.i (mihipsi) artinya dipakai sendiri, atau u.c (usus cognitus)
obat narkotik harus disimpan secara terpisah dengan resep obat yang
dan klinis.
12
dan jumlah obat, aturan dan cara penggunaan, stabilitas obat serta
alergi obat, interaksi, efek samping obat, kontraindikasi dan efek adiktif.
error.
resep - resep yang tidak rasional, tidak sesuai, tidak efektif, resep kurang
13
pemberian obat salah (dosis salah, rute salah, frekuensi salah, durasi
Administration.
penulisan resep obat oleh dokter, yang perlu diperhatikan adalah pada
tersebut dapat terjadi lagi apabila kesalahan dalam pemberian label obat
pasien atau tidak teliti dalam memeriksa identitas pasien. Contoh lainnya
14
B. Kerangka Teori
Pengkajian Resep
15
C. Kerangka Konsep
Kelengkapan administratif
resep
✓ Nama Pasien
✓ Umur Pasien
✓ Berat Badan
✓ Jenis Kelamin
✓ Alamat Pasien
✓ Nama Dokter
Resep Dokter
✓ SIP dokter
✓ Alamat Praktek Dokter
✓ Nomor Telpon Dokter
✓ Paraf Dokter
✓ Tanggal Penulisan
Resep
✓ Nama obat
✓ Aturan pemakaian
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
D. Keterangan Empiris
Semarang.
16
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Semarang
B. Lokasi Penelitian
Kabupaten Semarang.
C. Subyek Penelitian
1. Populasi
pasien dewasa dari bulan April – Oktober 2020, dengan jumlah 180
lembar resep.
2. Sampel
tertentu.
17
Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus Slovin
N
n
1 + N (e)2
Keterangan :
n = Banyaknya Sampel
N = Populasi
sebagai berikut :
180 180
n = =
1 +(180 x 0,0025) 1,45
= 124 lembar
resep yang akan digunakan sebagai jumlah sampel yang diperoleh dalam
penelitian ini. Jumlah tersebut adalah jumlah resep yang akan diambil dari
untuk kriteria dari sampel, yaitu kriteria inklusi dan kriteria ekslusi.
18
dsebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi dan kriteria ekslusi
sebagai berikut :
a. Kriteria inklusi
digunakan pada penelitian ini hanya pada bulan April – Oktober 2020
b. Kriteria ekslusi
D. Definisi Operasional
1. Resep adalah suatu permintaan tertulis dari dokter, dokter hewan, dokter
gigi yang diberi izin dan diserahkan kepada apoteker untuk menyiapkan
badan, alamat pasien), Identitas Dokter (Nama dokter, SIP, Nomor telp
dokter, alamat praktek dokter), tanggal penulisan resep, signa dan nama
19
4. Nama adalah seseorang yang menerima perawatan medis.
5. Umur adalah berapa lamanya hidup seseorang dilihat dari tanggal, bulan
6. Jenis Kelamin adalah suatu kondisi fisik pasien yang menentukan status
7. Berat Badan adalah ukuran berat seseorang yang ditimbang dengan alat
8. Paraf Dokter adalah tanda tangan atau stempel dokter sebagai tanda
legalitas Resep.
10. Nomor Surat Izin Praktek Dokter (SIP) adalah nomor identitas Dokter
11. Tanda R/ atau Recipe adalah Nomor identitas Dokter yang sudah
12. Nama Obat adalah Label atau sebutan yang diberikan pada obat.
13. Dosis Obat adalah jumlah takaran obat yang akan diberikan kepada
pasien
14. Signa adalah petunjuk aturan pemakaian atau penggunaan obat bagi
pasien.
E. Pengumpulan Data
administratif dalam resep. Meliputi nama pasien, umur pasien, jenis kelamin,
20
berat badan pasien, nama dokter, SIP Dokter, tanggal penulisan resep, alamat
praktek dokter, nomor telpon dokter, tanda R/, nama obat, dan aturan
F. Pengolahan Data
kelengkapan data pasien (nama pasien, usia pasien, jenis kelamin pasien,
dan berat badan pasien), kelengkapan data dokter (nama dokter, nomor
surat izin praktek (SIP) dokter, alamat praktek dokter, dan paraf dokter),
telah disediakan.
lengkap.
21
G. Analisis Data
Frekuensi
%= x 100%
banyaknya Data
(santjaka, 2011).
22
BAB IV
digunakan sebagai sampel yaitu 124 lembar resep. Resep tersebut selanjutnya
diamati terkait kelengkapan administratif yaitu data pasien, data dokter, tanggal
penulisan resep serta tanda R/ (Recipe), nama obat dan aturan pemakaian.
pertugas kefarmasian pada saat pertama kali resep diterima. Ada 3 aspek yang
Resep yang lengkap harus memuat data dokter (inscriptio) meliputi nama
dokter, Surat Izin Praktek (SIP) dokter, alamat praktek dokter, nomor telpon
dokter dan tanggal penulisan resep. Memuat tanda R/ pada bagian kiri pada saat
(praescriptio), serta aturan pemakaian obat (signatura), resep yang lengkap juga
harus memuat tanda tangan atau paraf dokter penulis resep (subcriptio)(Pratiwi
et al., 2018).
Pada penelitian ini skrining atau pengkajian resep yang dilakukan oleh
23
dipilih karena termasuk skrining awal yang wajib dilakukan pada saat resep
kebenaran resep.
Barat Kabupaten Semarang yaitu tanda R/ sebanyak 0%, Hasil yang didapatkan
kelengkapan tanda R/ yaitu 100% maka sudah sesuai dengan syarat skrining
kelengkapan administratif.
kiri setiap penulisan resep. Permintaan tertulis dari dokter yang mempunyai
singkatan latin R/ “recipe” yang berarti ambillah atau berikanlah. Pada setiap
tanda R/ berfungsi sebagai kata pembuka dalam komunikasi antara dokter yang
menuliskan resep dengan apoteker yang menerima resep di apotek (Amalia &
Sukohar, 2014).
24
Tabel 4.2 Kelengkapan administratif resep berdasarkan Pro
56% (70 lembar), berat badan 100% (124 lembar), jenis kelamin 82% (102
Pada hasil penelitian ini penulisan nama pasien ada yang tidak
dikarenakan kelalaian dokter dan tidak teliti dalam penulisan resep. Penulisan
data pasien terkait nama pasien didalam resep sangat berguna untuk mencegah
terjadi tertukarnya obat dengan pasien lain pada saat pelayanan di apotek yang
sama dengan waktu yang sama (Yulita, Oktianti, & Karminingtyas, 2020).
umur pasien sebagai perhitungan dosis. Umur pasien juga digunakan sebagai
didalam resep. Berat badan adalah salah satu aspek yang diperlukan dalam
penentuan dan perhitungan dosis obat yang akan diberikan kepada pasien. Para
ahli sudah membuat rumus khusus menggunakan berat badan pasien. maka,
25
berat badan sangat diperlukan dan dicantumkan didalam resep. Dari 124 lembar
resep terdapat 100% resep yang tidak dicantumkan berat badan pasien, padahal
berat badan sangat penting untuk apoteker dalam perhitungan dosis pada proses
kelalaian dokter dan kondisi sarana praktek terlalu ramai oleh pasien sehingga
tingkat kesibukan dokter akan meningkat. Pada penelitian ini didapatkan hasil
resep yang tidak mencantumkan jenis kelamin sebesar 82% dari 124 lembar
resep.
pelayanan sebagai pembeda identitas pasien pada saat ada data pasien yang sama
seperti nama pasien agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat kepada
Alamat pasien wajib dicantumkan pada resep yang berisi narkotika dan
Tenaga farmasi dan apoteker yang bekerja diapotek ada baiknya untuk
membantu melengkapi berat badan pasien. Karena tugas seorang apoteker atau
tenaga farmasi diapotek pada saat menerima resep pertama kali yaitu melakukan
skrining resep apabila ada data pasien yang tidak tercantum bisa ditambahkan
26
Tabel 4.3 Kelengkapan administratif resep berdasarkan Inscriptio
resep terkait data dokter pada skrining administratif resep meliputi nama dokter
sebanyak 27% (33 lembar), SIP atau Surat Izin Praktek dokter 49% (61 lembar),
alamat praktek dokter 4% (5 lembar), nomor telpon dokter 26% (32 lembar),
paraf dokter 44% (55 lembar), dan tanggal penulisan resep 23% (29 lembar).
Nama dokter adalah salah satu syarat pada skrining administratif yang
harus dipenuhi. Karena hal ini sebagai bukti bahwa resep tersebut asli ditulis
oleh masyarakat. Pada penelitian ini nama dokter dan paraf dokter masih ada
yang tidak tercantum pada saat dokter menuliskan resep. Salah satu resep yang
tidak memuat nama dokter dan paraf dokter ini diterima dari Puskesmas yang
berisi nama obat antibiotik (Gentamicin). Padahal didalam resep tersebut juga
tidak memuat data pasien secara lengkap dan tanggal penulisan resep akan tetapi
pada saat pasien menebus obat di apotek resep tersebut tetap dilayani dan
diterima di apotek pada bulan Juli 2020. Alasan resep tersebut tetap dilayani
27
resep tersebut mengandung obat OWA (Obat Wajib Apotek) jadi pasien bisa
SIP atau Surat Izin Praktek Dokter pada penelitian ini sebagian besar dari
hasil analisis tidak mencantumkan SIP dokter. Salah satu resep yang tidak
mencantumkan SIP yaitu dari dokter yang melaksanakan praktek pribadi tetapi
tanggal penulisan resep tetapi masih dilayani dan diterima di apotek pada bulan
Mei 2020. Alasan resep tersebut tetap dilayani kemungkinan terjadi kegawat
daruratan dari pasien, karena didalam resep tersebut berisi obat antibiotik
AMOXAN serta sediaan lain yaitu Rivanol, spuit dan kasa steril.
Praktek Dokter atau SIP dijelaskan bahwa dokter wajib mencantumkan SIP
dokter didalam resep. Untuk menjamin dokter tersebut secara sah diakui dalam
penulisan resep oleh dokter yang membuka praktek pribadi. Untuk penulisan SIP
(Surat Izin Praktek) di rumah sakit tidak tercantum karena dokter yang
melakukan praktek atau kerja di rumah sakit tersebut bernaung dibawah izin
operasional rumah sakit merupakan izin yang diberikan oleh pejabat yang
28
bernaung di rumah sakit kepada pengelola rumah sakit yang melaksanakan
rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Maka, Berbeda dengan resep
dokter yang melaksanakan praktik pribadi harus mencantumkan SIP (Surat Izin
pasien bahwa dokter tersebut sesuai dengan persyaratan dan layak melaksanakan
Alamat dokter dan nomor telpon dokter wajib tertulis dengan jelas
didalam resep. Karena pada saat resep diterima apoteker atau tenaga kefarmasian
ada keraguan dan ketidakjelasan pada penulisan nama obat atau aturan
penulisan resep karena masih ada 29 lembar resep dari 124 resep yang tidak
mencantumkan tanggal resep tersebut dibuat. Atau 23% dari resep yang diterima
keamanan pasien pada saat menebus obat di apotek. Apoteker dapat menentukan
apakah resep tersebut dapat dilayani atau pasien di sarankan untuk kembali ke
ditentukan untuk batas maksimal resep yang dapat diterima (Megawati &
Santoso, 2017).
29
Tanggal penulisan resep juga dapat memudahkan apoteker dalam proses
penyimpanan atau dokumentasi arsip resep yang ada di apotek. Resep tersebut
disimpan berdasarkan urutan resep tersebut diterima atau sesuai dengan tanggal
Pada tabel 4.4 didapatkan hasil persentase dari analisis kelengkapan pada
aspek subsriptio atau paraf dokter sebanyak 67%. Paraf dokter sangat penting
dalam resep karena dapat menjamin keaslian resep. Paraf doker berfungsi
penulisan resep masih ada dokter yang tidak mencantumkan paraf dokter
(Trisnawati, 2019).
nama obat telah terpenuhi sebanyak 100% atau 124 lembar resep dari 124 total
30
resep yang di analisis. Hasil kelengkapan terkait Nama obat ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan Suryani, Desnita & Pratiwi (2018) yang mendapatkan
jelas dan tepat indikasi, karena untuk memudahkan apoteker dalam pengambilan
obat sehingga melancarkan proses pelayanan di apotek. Apabila nama obat tidak
menuliskan resep tersebut terkait ketidakjelasan nama obat yang ada di resep.
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien (Yulita et
al., 2020).
aturan pemakaian pada resep didapatkan sebesar 100% atau 124 lembar resep
dari 124 total resep yang dianalis. Hasil kelengkapan terkait aturan pemakaian
ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Suryani et al. (2018) yang
Hal ini menunjukkan bahwa dokter telah memenuhi aspek penulisan aturan
Aturan pakai didalam resep harus ditulis dengan jelas dan lengkap karena
menulisankan aturan pakai didalam resep tersebut seperti obat diminum pada
31
pagi atau siang atau malam hari dan diberikan interval waktu minum obat serta
obat tersebut diminum sebelum atau sesudah makan agar pasien menerima
Pada penelitian ini sebagian besar diagnosa dari pasien adalalah infeksi
karena resep berisi obat antibiotik. Apabila aturan pakai tidak ditulis secara jelas
suatu bakteri dalam menurunkan daya kerja dari antibiotik. Dan dapat
menyebabkan mortilitas dan morbiditas serta dampak buruk bagi sosial ekonomi
Didalam penelitian ini tidak semua resep pada bulan April – Oktober
2020 dapat diamati oleh penulis. Karena adanya keterbatasan jumlah resep yang
diterima di apotek terbatasdan akses dijalan dibatasi karena masih dalam kondisi
masa pandemi.
32
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
sebanyak 100%, pro 0%, inscriptio 35%, subsriptio 67%, praescriptio 100%
B. Saran
1. Diperlukan pencatatan secara lengkap terkait data pasien, data dokter dan
resep.
33
DAFTAR PUSTAKA
MenKes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 73 tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. Halaman 3.
Ather, A., Neelkantreddy, P., Anand, G., Manjunath, G., Vishwanath, J., &
Riyaz, M. (2013). A Study on Determination of Prescription Writing
Errors in out Patient Department of Medicine in a Teaching Hospital.
Indian Journal of Pharmacy Practice, 6(2), 21–24.
Nesar, S., Shoaib, M. H., Rahim, N., Iffat, W., Shakeel, S., & Bibi, R. (2015).
Prescription writing practices and errors in prescriptions containing
cardiovascular drugs especially ace inhibitors in Karachi, Pakistan.
Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research, 8(4), 53–55.
34
Cohen, M. R. (1985) ‘Medication error’, Nursing, 15(12), pp. 9–11.doi:
10.1097/00152193-198512000-00002.
Dina Tri Amalia, A. S. (2016). Rational Drug Prescription Writing. Juke, 4(7),
22–30.
35
LAMPIRAN
36
Lampiran 1
37
38
39
40
41
42
43
44
45
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
Jl. Gedongsongo-Ungaran Barat, Kab. Semarang, Jawa Tengah 50513
Telp: (024) 6925406, 6925408, Fax: (024) 6925406, 6925408
Website: http//www.nwu.ac.id – Email: universitas_nw@nwu.ac.id
LEMBAR KONSULTASI
46
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
Jl. Gedongsongo-Ungaran Barat, Kab. Semarang, Jawa Tengah 50513
Telp: (024) 6925406, 6925408, Fax: (024) 6925406, 6925408
Website: http//www.nwu.ac.id – Email: universitas_nw@nwu.ac.id
distribusi frekuensi
Selasa, 2
Konsul terkait hasil Ditambahkan kolom total
10. februari
penelitian perbaris dari setiap aspek
2021
Penulisan 2 spasi, dari
pembahasan ditambahkan
Kamis, 4
paragraf penutup dan
11. februari Konsul terkait bab 1-5
keterbatasan penelitian,
2021
perbaikan kesimpulan, dan
penyusunan intisari
Senin, 8
Konsul terkait bab 1-5 dan Perbaikan hasil dari total per
12. februari
abstrak aspek dan pembahasan
2021
47