ABSTRAK
Medication error (kesalahan pengobatan) merupakan kejadian yang tidak hanya merugikan
pasien, tetapi juga dapat membahayakan keselamatan pasien yang dilakukan oleh petugas
kesehatan, khususnya dalam hal pengobatan pasien. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui adanya kejadian prescribing error, mengetahui profil prescribing error,
dan mengetahui persentase kejadian prescribing error dibeberapa Apotek wilayah
Samarinda Ulu. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif semikuantitatif dengan
pengambilan data secara retrospektif yang didasarkan pada data resep obat pasien di
beberapa Apotek wilayah Samarinda Ulu periode bulan Januari-Juni 2017. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa medication error berupa prescribing error pada kajian administratif
yaitu tidak ada nama pasien sebesar 0,39%, tidak ada usia pasien sebesar 16,77%, tidak ada
jenis kelamin pasien sebesar 56,46%, tidak ada berat badan pasien sebesar 94,42%, tidak
ada nama dokter sebesar 10,99%, tidak ada SIP dokter sebesar 15,23%, tidak ada alamat
dokter sebesar 22,74%, tidak ada alamat pasien sebesar 52,03%, tidak ada nomor telepon
dokter sebesar 52,61%, tidak ada paraf dokter sebesar 90,75% dan tidak ada tanggal
penulisan resep sebesar 0,58%. Pada bagian farmasetik meliputi tidak ada bentuk sediaan
sebesar 61,47%, tidak ada kekuatan sediaan sebesar 72,26%. Pada bagian klinis meliputi
tidak ada aturan pakai sebesar 4,82%, tidak tepat dosis sediaan sebesar 12,71%, ada duplikasi
obat sebesar 3,08% dan ada interaksi obat sebesar 17,73% (interaksi minor 5,39%; interaksi
moderat 9,45% dan interaksi mayor 2,89%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa medication error berupa prescribing error di beberapa Apotek wilayah
Samarinda Ulu periode bulan Januari-Juni 2017 masih terjadi.
DOI: https://doi.org/10.25026/mpc.v6i1.261
resep dengan menggunakan teknik quota obat dan obat sudah sampai ke tangan
sampling. Hasil penelitian menunjukkan pasien, petugas kesehatan dapat mencari
bahwa masih banyak ketidaklengkapan tempat tinggal pasien berdasarkan alamat
pada resep baik dari kajian administratif, yang tertera pada resep, kemudian
kajian farmasetik dan kajian kinis. mengganti obat tersebut sesuai dengan
Kesalahan pengobatan yang paling umum kebutuhan pasien.
terjadi adalah kesalahan dalam peresepan. Nama dokter, SIP dokter, alamat
Penelitian ini meliputi kajian dokter, nomor telepon dokter, paraf dokter
administratif, kajan farmasetik dan kajian serta tanggal penulisan resep merupakan
klinis. Kajian administratif merupakan hal yang penting dalam penulisan resep,
data kelengkapan atau identitas pasien dan agar saat Apoteker Pengelola Apotek
dokter. Pada penulisan resep data pasien (APA) melakukan skrining resep dan
cukup penting, karena hal ini diperlukan terjadi kesalahan mengenai kajian
saat proses pelayanan peresepan5. farmasetik ataupun klinis, dokter penulis
Pada penelitian ini tidak ada nama resep tersebut dapat segera dihubungi
pasien sebesar 0,39%. Nama pasien sangat untuk memeriksa kembali resep tersebut6.
penting saat proses administrasi untuk Penelitian ini menunjukkan bahwa
memastikan kepemilikan resep pasien dan tidak ada nama dokter sebesar 10,99%,
untuk menghindari kesalahan pemberian tidak ada SIP dokter sebesar 15,23% dan
obat, sehingga pengobatan pada pasien tidak ada paraf dokter sebesar 90,75%.
tidak tercapai. Penelitian ini Pada penulisan resep, kesalahan lain yang
menunjukkan bahwa tidak ada penulisan menimbulkan medication error yaitu tidak
usia pasien terdapat 16,77% dan tidak ada ada nama dokter sehingga kemungkinan
penulisan berat badan pasien sebesar besar resep ini ditulis oleh tenaga
94,42%. Usia pasien dan berat badan kesehatan lain.
pasien penting untuk menentukan dosis Paraf dokter merupakan kesalahan
sediaan yang akan diberikan. Usia pasien yang sering terjadi dalam penulisan resep.
sangat beragam, mulai dari batita, balita, Paraf dokter dalam resep merupakan salah
anak-anak, remaja, dewasa, lansia dan satu parameter keabsahan atau legalitas
manula. Tidak adanya penulisan berat suatu resep dan menjadi bukti bahwa yang
badan pasien kemungkinan terjadi tertulis dalam resep adalah benar sesuai
dikarenakan faktor kebiasaan dari dokter dengan ilmu pengetahuan dan
yang selalu tidak mencantumkan berat keahliannya7.
badan pasien pada resep5. Pada penelitian Penelitian ini menunjukkan bahwa
ini resep yang tidak menuliskan tidak ada alamat dokter sebanyak 22,74%
keterangan jenis kelamin yaitu sebesar dan tidak ada nomor telpon dokter sebesar
56,46%. Penulisan nama pasien pada 52,61%. Alamat dokter dan nomor telepon
resep juga menyertakan jenis kelamin harus dicantumkan dengan jelas dan
berupa keterangan Tuan, Nyonya, Nona lengkap, karena diperlukan apabila suatu
dan Saudara/i, tujuannya untuk resep tulisannya tidak jelas atau
mengetahui jenis kelamin pemilik resep. meragukan dapat langsung menghubungi
Adapun pada pasien anak dapat dokter yang bersangkutan, hal ini juga
ditulisakan keterangan An. atau Bayi. akan memperlancar pelayanan pasien di
Pada pasien anak keterangan ini penting, apotek.
khususnya saat pengambilan obat. Penelitian ini menunjukkan bahwa
Penelitian ini menunjukkan tidak ada sebesar 0,58% tidak ada tanggal penulisan
alamat pasien sebesar 52,03%. Alamat resep. Tanggal penulisan resep sangat
pasien sangat penting dalam penulisan penting untuk dicantumkan dalam resep
resep. Alamat pasien dapat digunakan, untuk kepentingan keamanan pasien
misalnya saat terjadi kesalahan pemberian dalam hal pengambilan obat. Apoteker
dapat menentukan apakah resep tersebut Duplikasi obat adalah pemberian atau
masih dapat dilayani di apotek atau penggunaan dua atau lebih obat untuk
disarankan kembali ke dokter. indikasi yang sama9. Pada penelitian ini
Pada kajian farmasetik ada dua terdapat sebesar 3,08% resep obat yang
variabel yang di analisis yaitu bentuk mengalami duplikasi obat. Duplikasi obat
sediaan dan kekuatan sediaan. Tidak dapat menyebabkan efek negatif dari suatu
adanya penulisan bentuk sediaan pada terapi. Misalnya efek samping obat dan
resep yaitu sebesar 61,47%. Tidak adanya berkurangnya kepatuhan pasien dalam
penulisan bentuk sediaan dapat menggunakan obat10.
membingungkan transcriber7. Sehingga Interaksi obat didefinisikan sebagai
perlu klarifikasi dengan dokter penulis modifikasi efek satu obat akibat obat lain
resep yang tentunya hal ini sangat yang diberikan pada awalnya atau
mempengaruhi dalam ketepatan diberikan bersamaan atau bila dua atau
pemberian obat untuk pasien. Sehingga, lebih obat berinteraksi sedemikian rupa
penulisan bentuk sediaan haruslah ditulis sehingga keefektifan atau toksisitas satu
dengan jelas dan benar. Tidak adanya obat atau lebih berubah11. Pada penelitian
penulisan kekuatan sediaan pada resep ini terdapat sebesar 17,73% resep yang
yaitu sebesar 72,26%. Pada resep potensial menimbulkan interaksi obat.
seharusnya kekuatan sediaan ditulis Interaksi obat yang tinjau yaitu
dengan jelas. Pemberian kekuatan obat berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu
akan mempengaruhi dosis obat yang interaksi minor, interaksi moderat dan
diperoleh pasien. Adapun pemberian dosis interaksi mayor. Interaksi minor adalah
nya tergantung dari usia atau berat badan interaksi yang terjadi dan tidak
pasien . membahayakan pasien. Interaksi moderat
Pada kajian klinis ada empat variabel adalah interaksi yang terjadi pada pasien
yang di analisis yaitu aturan pakai, dosis dan dilakukan monitoring terhadap
sediaan, duplikasi obat dan interaksi obat. penyakit pasien. Interaksi mayor adalah
Tidak adanya penulisan aturan pakai pada interaksi yang terjadi pada pasien dan
resep yaitu sebesar 4,82%. Menurut dapat membahayakan nyawa pasien12.
Cohen2, tidak ada penulisan aturan pakai Pada penelitian ini diketahui potensial
dapat menyebabkan kejadian medication terjadinya interaksi minor yaitu sebesar
error yang dapat berakibat fatal. Penulisan 5,39%, interaksi moderat sebesar 9,45%
aturan pakai sangat penting dalam resep dan interaksi mayor sebesar 2,89%.
agar saat pelayanan tidak terjadi kesalahan
informasi penggunaan obat, karena KESIMPULAN
kondisi pasien menentukan aturan pakai Berdasarkan penelitian yang
penggunaan obat yang tepat. dilakukan dapat disimpulkan bahwa
Dosis atau takaran obat adalah medication error berupa prescribing error
banyaknya suatu obat yang dapat di beberapa Apotek wilayah Samarinda
digunakan atau diberikan kepada pasien, Ulu periode bulan Januari-Juni 2017
baik untuk obat dalam maupun obat luar8. masih terjadi.
Dosis yang diberikan kepada pasien untuk
menghasilkan efek yang diharapkan DAFTAR PUSTAKA
tergantung dari banyaknya faktor, yaitu [1]. Timbongol Chintia, Widya Astuti
usia, bobot badan, luas permukaan tubuh Lolo dan Sri Sudewi. 2016.
dan kondisi penyakit. Pada penelitian ini Identifikasi Kesalahan Pengobatan
tidak tepat dosis sebesar 12,71%. Hasil ini (medication error) Pada Tahap
diperoleh berdasarkan perhitungan dosis Peresepan (Prescribing) di Poli
lazim pada tiap sampel resep. Interna RSUD Bitung. Jurnal Ilmiah
Farmasi Vol. 5 No. 3.
[2]. Cohen, Michael R. 1991. Medication [8]. Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar
Errors. American Pharmacist Dan Hitungan Farmasi. Jakarta: Buku
Acociation. Washington DC. Kedokteran EGC.
[3]. Bayang Andi Thenry, Syahrir [9]. Dewi, Cristina Ayu Kurnia, Umi
Pasinringi dan Sangkala. 2013. Faktor Athiyah, Muffarihah dan Yunita Nita.
Penyebab Medication Error Di RSUD 2014. Drug Therapy Problems Pada
Anwar Makkatutu Kabupaten Pasien Yang Menerima Resep
Bantaeng. Universitas Hasanudin: Polifarmasi (Studi Di Apotek Farmasi
Makassar. Airlangga Surabaya). Jurnal Farmasi
[4]. Sevilla, Consuelo G. 2007. Research Komunitas Vol.1 No. 1
Methods Rex. Printing Company. [10]. Oktafiani, Zakiyah, Lutfan
Quezon City. Lazuardi dan Hari Kusnanto. 2012.
[5]. Bilqis, Siti Ulfah. 2015. Kajian Analisa Pola Peresepan Berdasarkan
Admistrasi, Farmasetika dan Klinik Peresepan Elektronik Di
Resep Pasien Rawat Jalan di Rumkital PUSKESMAS Gunung Kidul. Jurnal
DR. Mintohardjo Pada Bulan Januari. Manajemen dan Pelayanan Farmasi
UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. (JMPF) Vol. 3 No. 4
[6]. Maiz Nu’man, Nurmainah dan Eka [11]. Fauziah, Nurul, Islamudin Ahmad
Kartika Untari. 2014. Analisis dan Arsyik Ibrahim. 2014.
Medication Error Fase Prescribing Karakteristik dan Analisis Drug
Pada Resep Pasien Anak Rawat Jalan Related Problems Pasien Penderita
Di Instalasi Farmasi RSUD Sambas. Tuberkolosis Di Puskesmas
Jurnal Penelitian Farmasi. Temindung Samarinda Kalimantan
[7]. Susanti, Ika. 2013. Identifikasi Timur. J. Trop. Pharm. Chem. Vol. 2
Medication Error Pada Fase No. 5
Prescribing, Transcribing dan [12]. Tatro, Editor. 2009. Drug
Dispensing Di Depo Farmasi Rawat Interaction Fact Fifth Edition. United
Inap Penyakit Dalam Gedung Teratai, States of America: Wolters Kluwer
Instalasi Farmasi RSUP Fatmawati Company.
Periode 2013. UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta.