Anda di halaman 1dari 12

EVALUASI KELENGKAPAN ADMINISTRASI, FARMASETIK

DAN KLINIS RESEP DI PUSKESMAS SAROLANGUN TAHUN


2019

Rasmala Dewi, Deny Sutrisno, Ovi Aristantia*

STIKes Harapan Ibu Jambi, Pakuan Baru, Jambi, Indonesia.


*Penulis Korespondensi: oviaristantia23@gmail.com

ABSTRAK

Medication error dalam peresepan mengakibatkan kerugian terhadap pasien akibat kesalahan
dalam penggunaan obat. Dampak dari kesalahan tersebut sangat beragam mulai dari yang tidak
menimbulkan resiko sama sekali hingga bisa menyebabkan kematian bahkan kecacatan.
Permasalahan dalam peresepan yang dimaksud seperti kesalahan pemberian obat, duplikasi
pengobatan, kesalahan dosis dan tidak adanya nama dokter penulis resep yang termasuk dalam
kelengkapan administrasi, farmasetik dan klinis resep. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi kelengkapan administrasi, farmasetik, dan klinis resep di Puskesmas Sarolangun
Tahun 2019. Metode penelitian yaitu secara observasional yang bersifat deskriptif dengan
pengambilan data secara retrospektif, dengan kriteria inklusi semua resep yang ada di
puskesmas tersebut pada tahun 2019 dan kriteria ekslusi yaitu resep yang sudah rusak dan
tidak bisa terbaca. Hasil penelitian berupa Kelengkapan kategori administrasi berupa aspek
nama pasien (100%), aspek umur (98,75%), aspek jenis kelamin (0%), aspek berat badan (0,5%),
aspek tinggi badan (0%), aspek nama dokter (71%), aspek SIP dokter (0%), aspek alamat dokter
(100%), aspek paraf dokter (57,5%), aspek tanggal resep (79,25%), dan aspek nomor rekam medis
(0%). Kategori farmasetik berupa aspek nama obat (100%), aspek bentuk sediaan (93,75%), aspek
kekuatan sediaan (93,75%), aspek jumlah obat (93,75%), dan aspek aturan pakai (98%). Kategori
klinis berupa aspek tepat dosis yaitu (92,75%), aspek duplikasi (1%), dan aspek interaksi obat
(10,75%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa kelengkapan resep pada kategori Administrasi,
Farmasetik dan Klinis masih belum lengkap sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 74
Tahun 2016.

Kata kunci: Kelengkapan Resep, Medication Error, Puskesmas Sarolangun.

ABSTRACT

Medication errors in prescribing result in losses to patients due to errors in drug use. The impact
of these errors is very diverse, ranging from those that pose no risk at all to those that can cause
death and even disability. Problems in prescribing in question such as drug administration errors,
medication duplication, dose errors and the absence of the name of the prescribing doctor included
in the completeness of the administration, pharmacy and clinical prescription. The purpose of this
study was to evaluate the completeness of administrative, pharmaceutical, and clinical
prescriptions at the Sarolangun Health Center in 2019. With the inclusion criteria of all
prescriptions at the health center in 2019 and the exclusion criteria, namely prescriptions that have
been damaged and cannot be read. The research method was descriptive observation with

PHARMA XPLORE, Vol. 6, No. 2, November 2021 1


retrospective data collection. The results of the study were in the form of completeness of
administrative categories in the form of aspects of patient name (100%), aspects of age (98.75%),
aspects of gender (0%), aspects of weight (0.5%), aspects of height (0%), doctor name aspect
(71%), doctor SIP aspect (0%), doctor address aspect (100%), doctor initial aspect (57.5%),
prescription date aspect (79.25%), and medical record number aspect ( 0%). The pharmaceutical
category consists of aspects of drug name (100%), aspects of dosage form (93.75%), aspects of
dosage strength (93.75%), aspects of drug quantity (93.75%), and aspects of the rules of use
(98%). Clinical categories in the form of aspects of correct dose (92.75%), duplication aspects
(1%), and drug interaction aspects (10.75%). So, it can be concluded that the completeness of
prescriptions in the administrative, pharmaceutical and clinical categories is still not complete in
accordance with the Regulation of the Minister of Health No. 74 of 2016

Keywords: Completeness of Administration, Medication Error, Public Health Center in


Sarolangun

PENDAHULUAN melakukan penelitian lebih lanjut


Medication error dalam peresepan mengenai Evaluasi Kelengkapan
mengakibatkan kerugian terhadap pasien Administrasi, Farmasetik dan Klinis
akibat kesalahan dalam penggunaan obat Resep di Puskesmas Sarolangun Tahun
selama proses penangan yang sebetulnya 2019 sesuai dengan Petunjuk Teknis
dapat dicegah. Dampak dari kesalahan Standar Pelayanan Kefarmasian di
tersebut sangat beragam mulai dari yang Puskesmas Tahun 2019.
tidak menimbulkan resiko sama sekali Resep adalah permintaan tertulis
hingga bisa menyebabkan kematian dari seorang dokter, dokter gigi, dokter
bahkan kecacatan. Komunikasi yang hewan yang diberi izin berdasarkan
baik antara penulis dan pembaca resep peraturan perundang-undangan yang
sangat berpengaruh dalam mengurangi berlaku kepada apoteker pengelola
medication error dalam peresepan apotek untuk menyiapkan dan atau
(Permenkes, 2014). Permasalahan dalam membuat, meracik serta menyerahkan
peresepan yang dimaksud seperti obat kepada pasien (Kemenkes, 2004).
kesalahan pemberian obat, duplikasi Resep terdiri dari enam bagian,
pengobatan, kesalahan dosis dan tidak antara lain:
adanya nama dokter penulis resep 1. Inscriptio terdiri dari nama, alamat,
(Permenkes, 2014). Berdasarkan hasil dan nomor izin praktek (SIP) dokter,
survei di Puskesmas Sarolangun peneliti tanggal penulisan resep. Untuk obat
masih banyak menemukan resep yang narkotika hanya berlaku untuk satu
belum lengkap secara Administrasi. kota provinsi. Format inscriptio
Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk suatu resep dari rumah sakit sedikit

PHARMA XPLORE, Vol. 6, No. 2, November 2021 2


berbeda dengan resep pada praktik 1. Prescribing error adalah kesalahan
pribadi. yang dapat timbul karena pemilihan
2. Pro (diperuntukkan) terdiri dari obat yang salah untuk pasien.
nama, alamat, umur, jenis kelamin Kesalahan meliputi Dosis, Jumlah
pasien. obat, Indikasi, atau peresepan obat
3. Invocatio merupakan tanda R/ pada yang seharusnya menjadi
bagian kiri setiap penulisan resep. Kontraindikasi. Kekurangan
Permintaan tertulis dokter dalam pengetahuan tentang obat yang
singkatan latin “R/ = resipe” artinya diresepkan, dosis yang
ambilah atau berikanlah. Berfungsi direkomendasikan dan kondisi
sebagai kata pembuka komunikasi pasien berkontribusi dalam
antara dokter penulis resep dengan prescribing errors.
apoteker di apotek. 2. Transcribing errors meliputi
4. Prescriptio/ordonatio terdiri dari penulisan resep yang sulit dibaca,
nama obat yang diinginkan, Bentuk sejarah pengobatan pasien yang
Sediaan obat, dosis obat, dan jumlah tidak akurat, keraguan nama obat,
obat yang diminta. penulisan angka desimal pada obat,
5. Signatura merupakan petunjuk penggunaan singkatan, serta
penggunaan obat bagi pasien yang permintaan secara lisan.
terdiri dari tanda cara pakai, 3. Dispensing error terjadi pada saat
regimen dosis pemberian, rute dan pelayanan resep atau peracikan,
interval waktu pemberian. Penulisan yaitu saat resep diserahkan ke
signatura harus jelas untuk apotek sampai penyerahan obat
keamanan penggunaan obat dan kepada pasien. Dispensing error
keberhasilan terapi. terjadi sekitar 1-24% meliputi
6. Subscriptio merupakan tanda kesalahan dalam pemilihan
tangan/ paraf dokter penulis resep kekuatan atau pemilihan obat.
yang berperan sebagai legalitas dan Dispensing error juga dapat terjadi
keabsahan resep tersebut (Dina, terutama karena nama dagang atau
2014). penampilan yang mirip.
Permasalahan dalam peresepan 4. Administration error terjadi ketika
merupakan salah satu kejadian ada perbedaan antara obat yang
medication error. Kejadian medication diterima pasien dengan obat yang
error diantaranya ialah sebagai berikut: dimaksudkan oleh dokter.

PHARMA XPLORE, Vol. 6, No. 2, November 2021 3


Kesalahan ini dapat terjadi pada saat mengajukan izin kepada Kepala
pemberian oleh apoteker pada Puskesmas Sarolangun, kemudian
pasien rawat inap. Administration dilakukan survei awal mengenai
error juga termasuk kelalaian dalam kelengkapan resep secara administrasi,
meminum obat, teknik pemberian farmasetik, dan klinis. Untuk kategori
obat yang tidak tepat, dan sediaan klinis beberapa aspek yang diteliti
yang kadaluarsa (Waluyo, 2015). menggunakan literatur seperti
Farmakope edisi III, Drugs Interaction
METODE PENELITIAN Checker atau Medscape dengan
1. Jenis Penelitian menghitung persentase kelengkapan
Penelitian ini merupakan penelitian setiap aspek. Penelitian ini dilakukan
observasional yang bersifat deskriptif dengan mengecek satu persatu resep
dengan pengambilan data secara sesuai dengan jumlah sampel yaitu
retrospektif dengan menggunakan data sebanyak 400 resep kemudian di amati
resep yang sudah ada dan tersedia. kelengkapan resep baik secara
administrasi, farmasetik maupun klinis
2. Waktu dan Tempat Penelitian jika aspek-aspek yang ada didalam resep
Penelitian ini dilakukan di Ruang tersebut lengkap maka pada lembar kerja
Farmasi Puskesmas Sarolangun, di beri tanda ceklis (√) di masing-masing
Kabupaten Sarolangun dengan waktu tabel jika tidak lengkap diberi tanda (─).
penelitian yaitu dari bulan November – Kemudian hasil akhir dalam penelitian
Desember 2020. ini berupa persentase dari masing-
masing aspek yang telah di amati.
3. Subjek Penelitian Sehingga dapat ditarik kesimpulan akhir
Subjek yang termasuk dalam apakah resep sudah sesuai atau tidak
penelitian ini ialah kelengkapan kelengkapan nya dengan Permenkes 74
administrasi, farmasetik dan klinis pada Tahun 2016.
400 sampel resep tahun 2019 di
Puskesmas Sarolangun sesuai dengan 5. Rumus dan perhitungan
perhitungan yang telah ada. penentuan jumlah sampel
Rumus Slovin untuk menentukan
sampel adalah sebagai berikut :
4. Prosedur Penelitian 𝑁
𝑛=
Penelitian ini dilakukan dengan 1 + 𝑁 (𝑒)2

PHARMA XPLORE, Vol. 6, No. 2, November 2021 4


6. Teknik Pengumpulan Data
Keterangan :
Pengumpulan data dilakukan
n = banyaknya sampel
dengan cara pencatatan kelengkapan
N = ukuran populasi
administrasi, farmasetik dan klinis resep
e = derajat kepercayaan
pada tahun 2019 di Puskesmas
5% (0,05)
Sarolangun berdasarkan Petunjuk Teknis
14.546
𝑛= Standar Pelayanan Kefarmasian di
1 + 14.546 𝑥 (0,05)2
Puskesmas Tahun 2019. Kemudian data
14.546
= yang telah di dapat di olah kedalam
1 + (14.546 𝑥 0,0025)
14.546 Microsoft excel 2010 dan dimasukkan ke
= 1+ 36,365
dalam tabel.
14.546
= 37,365

= 389,29 ≈ 400 lembar 7. Analisis Data


resep. Setelah data diperoleh dilakukan
Dari hasil perhitungan yang telah analisis kelengkapan resep secara
diperoleh didapatkan hasil dengan administrasi, farmasetik, dan klinis
pembulatan yaitu sebanyak 400 resep menggunakan Microsoft excel 2010
sebagai jumlah sampel minimal yang untuk mengetahui jumlah resep yang
diperoleh dalam penelitian. Jumlah telah memenuhi persyaratan sehingga
tersebut adalah jumlah resep yang telah hasil akhir yang diperoleh berupa jumlah
diterima pada tahun 2019. dan presentasi ada dan tidak ada.
14.546. Perhitungan sampel
HASIL PENELITIAN menggunakan rumus slovin dengan
Sampel yang digunakan pada tingkat kepercayaan yang digunakan
penelitian ini sebanyak 400 lembar resep sebesar 5% (0,05).
dengan jumlah populasi resep sebanyak

Tabel 1. Presentase (%) kelengkapan administrasi resep (n=400).

PHARMA XPLORE, Vol. 6, No. 2, November 2021 5


Ada Tidak Ada
Administrasi
n % n %
Nama Pasien 400 100 0 0
Umur 395 98,75 5 1,25
Jenis Kelamin 0 0 400 100
Berat Badan 2 0,5 398 99,5
Tinggi Badan 0 0 400 100
Nama Dokter 284 71 116 29
SIP 0 0 400 100
Alamat Dokter 400 100 0 0
Paraf Dokter 230 57,5 170 42,5
Tanggal Resep 317 79,25 83 20,75
No Rekam Medis 0 0 400 100

Tabel 2. Presentase (%) kelengkapan farmasetik resep


(n=400).
Ada Tidak Ada
Farmasetik
n % n %
Nama obat 400 100,00 0 0
Bentuk sediaan 375 93,75 25 6,25
Kekuatan sediaan 375 93,75 25 6,25
Jumlah obat 375 93,75 25 6,25
Aturan pakai 392 98,00 8 2

Tabel 3. Presentase (%) kelengkapan klinis resep (n=400).


Ada Tidak Ada
Klinis
n % n %
Tepat dosis 371 92,75 29 7,25
Duplikasi 4 1,00 396 99,00
Interaksi obat 43 10,75 357 89,25

aspek jenis kelamin (0%), aspek berat


badan 2 resep (0,5%), aspek tinggi badan
PEMBAHASAN
(0%), aspek nama dokter 284 resep
Berdasarkan Tabel 1 diperoleh
(71%), aspek sip dokter (0%), aspek
hasil data kelengkapan kategori
alamat dokter 400 resep (100%), aspek
administrasi resep di Puskesmas
paraf dokter 230 resep (57,5%), aspek
Sarolangun. Data yang diperoleh
tanggal resep 317 resep (79,25%), dan
mencakup aspek nama pasien 400 resep
aspek nomor rekam medis (0%). Hasil
(100%), aspek umur 395 resep (98,75%),

PHARMA XPLORE, Vol. 6, No. 2, November 2021 6


yang didapat menunjukkan bahwa bentuk sediaan obat yang tepat sebelum
ketidaklengkapan resep secara diberikan kepada pasien (Sheikh &
administrasi masih ditemukan di Sanal, 2017). Minimnya kelengkapan
Puskesmas Sarolangun, dimana kategori aspek berat badan pasien pada resep
administrasi penulisan resep merupakan dapat mempengaruhi penentuan dosis
suatu aspek yang sangat penting, hal ini yang dapat membahayakan pasien
sangat diperlukan dengan alasan agar terkhusus pada anak-anak (Cholish,
tidak terjadinya kesalahan dalam 2019). Pencatuman aspek jenis kelamin
pemberian resep jika terdapat pasien pada kategori administrasi resep
dengan identitas yang hampir sama didapatkan hasil (0%), dimana jenis
(Pratiwi, 2018). Jika dilihat dari hasil kelamin sangat penting tercantum
penelitian untuk kelengkapan kategori didalam resep karena terkadang nama
administrasi berupa aspek nama pasien didalam resep berupa pasien dengan
pada resep didapatkan hasil presentase nama laki-laki tetapi pasien tersebut
(100%), hal ini berbanding terbalik berjenis kelamin perempuan seperti
dengan aspek nomor rekam medis yang contohnya (Kiki, nama tersebut bisa
tidak dicantumkan sama sekali di dalam digunakan pada laki-laki dan
resep sehingga hasil nya (0%). Nama perempuan). Ketidaklengkapan resep
pasien dan nomor rekam medis di dalam pada kategori administrasi lainnya juga
resep sangat berguna untuk menghindari masih banyak ditemui, berupa aspek
terjadinya kesalahan pemberian obat nama dokter (71%), aspek SIP dokter
sewaktu pelayanan di apotek (Pratiwi, (0%), aspek paraf dokter (57,5%), dan
2018). aspek tanggal resep (79,25%). Pada
Selain aspek nama pasien, juga penulisan resep, aspek nama dokter dan
terdapat aspek umur pasien (98,75%) aspek paraf dokter dalam resep sangat
dan aspek berat badan pasien (0,5%), penting untuk dicantumkan dengan
kedua hal ini sangat penting dalam alasan untuk mempertanggung jawabkan
perhitungan dosis karena banyak rumus resep dan sebagai tanda legalitas atau
yang digunakan untuk perhitungan dosis pun keaslian resep agar dapat
dengan menggunakan umur dan berat menentukan keputusan terapi terhadap
badan pasien (Hartayu, 2013). Selain itu pasien. Selain itu juga dapat
juga untuk mengetahui apakah dosis memudahkan komunikasi antara
yang diberikan sudah sesuai atau belum apoteker dan dokter penulis resep
sehingga bisa mempertimbangkan (Pratiwi, 2018).

PHARMA XPLORE, Vol. 6, No. 2, November 2021 7


Penulisan aspek SIP dokter juga resep tidak bisa dilayani lagi (Atmaniah,
sangat penting dicantumkan untuk 2018). Apoteker juga dapat menentukan
menjamin keamanan pasien, bahwa apakah resep masih bisa tetap dilayani
dokter yang menulis resep tersebut tanpa penulisan tanggal resep (Ismaya et
mempunyai hak dan dilindungi undang- al., 2019). Tetapi pada hasil yang
undang dalam memberikan pengobatan diperoleh resep yang ada di Puskesmas
dan telah memenuhi syarat dalam Sarolangun hanya mencantumkan
menjalankan praktek seperti yang telah tanggal penulisan resep sebanyak
ditetapkan di undang-undang serta untuk (79,25%) dari 400 resep.
menjamin bahwa dokter tersebut telah Berdasarkan Tabel 2 diperoleh
sah diakui secara keprofesian dokter hasil kelengkapan resep kategori
(Pratiwi, 2018). Namun kenyataannya di farmasetik. Kelengkapan resep kategori
Puskesmas Sarolangun masih belum farmasetik berupa aspek nama obat
mencantumkan SIP dokter pada resep, (100%), aspek bentuk sediaan (93,75%),
padahal hal ini wajib dicantumkan sesuai aspek kekuatan sediaan (93,75%), aspek
dengan Petunjuk Teknis Standar jumlah obat (93,75%), dan aspek aturan
Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas pakai (98%). Pada kategori farmasetik
Tahun 2019. Aspek alamat dokter pada terdapat aspek bentuk sediaan yang
kategori administrasi juga perlu merupakan bentuk tertentu sesuai
dicantumkan dalam resep karena dengan kebutuhan, mengandung satu
berguna untuk mengatasi permasalahan atau lebih zat aktif seperti contohnya
dalam peresepan seperti penulisan yang bentuk sediaan padat yaitu tablet
kurang jelas dan meragukan sehingga (Hadisoewignyo, 2013). Kekuatan
dapat memudahkan apoteker dalam sediaan merupakan kadar zat berkhasiat
menyelesaikan permasalahan tersebut dalam sediaan obat jadi seperti
(Pratiwi, 2018). Aspek tanggal penulisan Paracteamol tablet 500 mg. Kemudian
resep harus dicantumkan untuk jumlah obat merupakan jumlah total obat
keamanan pasien sewaktu pelayanan dan yang tercantum pada resep yang akan
pengambilan obat, hal demikian diberikan kepada pasien (Kemenkes,
dikarenakan agar apoteker dapat 2013). Informasi mengenai aspek bentuk
menentukan apakah resep tersebut masih sediaan, kekuatan sediaan dan jumlah
bisa dilayani atau tidak dan obat sangat perlu dituliskan terutama
menyarankan pasien untuk kembali ke untuk obat-obatan yang memiliki
dokter yang menulis resep tersebut jika beragam bentuk sediaan dan dosis

PHARMA XPLORE, Vol. 6, No. 2, November 2021 8


sehingga jika tidak dituliskan kedua poin aspek tepat dosis yaitu (92,75%), aspek
tersebut dapat menyebabkan kesalahan duplikasi (1%), dan aspek interaksi obat
di fase dispensing (Ather et al., 2013). (10,75%). Tepat dosis adalah ketepatan
Penulisan aspek bentuk dan kekuatan jumlah obat yang diberikan kepada
sediaan serta jumlah obat tersebut juga pasien dimana dosis berada dalam range
dapat mengurangi terjadinya kesalahan dosis, lama dan cara pemberian terapi
pemberian dosis obat akibat banyaknya yang direkomendasikan dengan usia dan
obat dengan beragam bentuk dan kondisi pasien (Kemenkes, 2011). Aspek
kekuatan sediaan (Siti, 2015). Dari hasil tepat dosis pada resep yang ada di
yang diperoleh presentase kelengkapan Puskesmas Sarolangun masih belum
farmasetik resep di Puskesmas sesuai dengan Petunjuk Teknis Standar
Sarolangun dengan aspek bentuk dan Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas
kekuatan sediaan serta jumlah obat yaitu Tahun 2019, karena masih terdapat
(93,75%). Aturan pakai atau signa sebagian resep yang belum tepat dosis
adalah petunjuk penggunaan obat bagi walaupun dengan persentase rendah
pasien dimana aspek ini pada resep harus dikarenakan pada beberapa resep tidak
dicantumkan dengan jelas karena sangat mencantumkan umur serta kekuatan
penting dalam proses pelayanan agar sediaan begitu juga dengan signa atau
tidak terjadinya kesalahan ataupun aturan pakai sehingga kesalahan ini
kekeliruan dalam pembacaan oleh dapat menyebabkan munculnya efek
Apoteker yang nantinya akan dijelaskan negatif serta tidak tercapainya efek
kepada pasien penerima obat, sehingga terapeutik dalam pengobatan yang
pasien dapat meminum obat sesuai berakibat membahayakan keselamatan
dengan cara dan aturan pemakaian untuk pasien.
keamanan penggunaan obat dan Duplikasi pengobatan adalah
keberhasilan terapi pada pasien (Kisrini, meresepkan dua obat atau lebih dengan
2018). golongan yang sama (Amanda, 2016).
Pada penelitian ini untuk aspek Aspek duplikasi pengobatan seharusnya
stabilitas dan OTT (obat tidak tidak boleh terjadi dalam peresepan
tercampur) tidak dilakukan penelitian karena dapat menyebabkan terjadinya
lebih lanjut dikarenakan tidak ditemui interaksi obat yang tidak diinginkan dan
kedua aspek tersebut pada resep. menyebabkan terjadinya medication
berdasarkan tabel 3 diperoleh hasil error pada fase prescribing (Waluyo,
kelengkapan resep kategori klinis berupa 2015). Tetapi pada hasil yang didapat

PHARMA XPLORE, Vol. 6, No. 2, November 2021 9


masih terdapat duplikasi pengobatan samping, alergi, reaksi obat yang tidak
dengan persentase rendah yaitu 1% dari dikehendaki, kontraindikasi, tidak
400 resep. Interaksi obat yang terjadi ditemukan dalam resep. Metode
dalam pengobatan dapat mempengaruhi penelitian secara retrospektif menjadi
berbagai faktor didalam tubuh dan salah satu alasan mengapa aspek-aspek
menyebabkan respon tubuh terhadap yang disebutkan tidak dilakukan
obat yang dikonsumsi beragam mulai penelitian lebih lanjut dengan kendala
dari interaksi obat minor, moderate, untuk berkomunikasi dengan pasien
hingga mayor yang bisa menyebabkan selama pengobatan karena tidak bertemu
kefatalan dalam pengobatan. Seperti secara langsung. Oleh sebab itu hanya
contoh nya antara dexamethasone tiga aspek klinis yang dapat diteliti
dengan ibuprofen terdapat interaksi dalam penelitian ini yaitu tepat dosis,
moderate dimana obat ini jika digunakan duplikasi dan interaksi obat.
bersamaan dapat meningkatkan resiko Kelengkapan resep dari kategori
efek samping pada saluran pencernaan administrasi, farmasetik maupun klinis
seperti perdarahan hal ini diketahui yang masih belum sesuai dengan
dengan pengecekan menggunakan Petunjuk Teknis Standar Pelayanan
aplikasi drugs interaction checker. Kefarmasian di Puskesmas Tahun 2019
Untuk menghindari terjadinya interaksi dapat merugikan pasien akibat
obat adalah menghindari adanya kemungkinan kesalahan pengobatan
kombinasi obat dengan memilih obat (medication error). Meskipun frekuensi
pengganti yang tidak berinteraksi, kejadian tidak banyak, namun dapat
penyesuaian dosis obat, pemantauan berakibat fatal bagi penderita. Beberapa
pasien, atau meneruskan pengobatan resep tidak dapat dilayani karena tulisan
seperti sebelumnya dengan catatan resep yang jelek dan tidak terbaca.
interaksi tersebut tidak bermakna secara Kejadian ketidaklengkapan resep
klinis (Siti, 2015). mengakibatkan terhambatnya pelayanan
Untuk aspek tepat indikasi, tepat resep oleh apoteker kepada pasien (Rauf,
obat, dan tepat waktu penggunaan, efek 2020).

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah

PHARMA XPLORE, Vol. 6, No. 2, November 2021 10


dilakukan dapat disimpulkan bahwa Ilmiah] Tangerang Selatan.
Jakarta: Sekolah Tinggi Ilmu
kelengkapan resep pada kategori
Kesehatan Kharisma Persada.
administrasi, farmasetik dan klinis resep
Cholisoh, Z. Kualitas Penulisan Resep
di Puskesmas Sarolangun masih belum
untuk Pasien Pediatri di Rumah.
lengkap sesuai dengan Peraturan The 10th University Research
Colloqium, 2019, 2(1): 973-977.
Menteri Kesehatan No. 74 Tahun 2016
bersesuaian dengan ketetapan Petunjuk Hadisoewignyo, L., dan Fudholi, A.
2013. Sediaan Solida. Pustaka
Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian
Pelajar. Yogyakarta.
di Puskesmas Tahun 2019. Resep
Hartayu, TS., dan Widayati, A. 2013.
dikatakan lengkap sesecara administrasi,
Kajian Kelengkapan Pediatri
farmasetik dan klinis bilamana poin-poin yang Berpotensi Menimbulkan
Medication error di Rumah Sakit
yang ada pada masing-masing
dan 10 apotek di Yogyakarta
kelengkapan resep tersebut tercantum Tahun 2013. [Skripsi].
Yogyakarta: Universitas Sanata
semua di dalam lembar resep sesuai
Dharma Yogyakarta.
dengan Permenkes yang ada.
Ismaya, NA., Tho, IL., dan Fathoni, MI.
Gambaran Kelengkapan Resep
DAFTAR PUSTAKA Secara Administratif Dan
Farmasetik Di Apotek K24 Pos
Amalia, DT., dan Sukohar, A. Rational
Pengumben. Edu Masda Journal,
Drug Prescription Writing.
2019, 2(3): 148-157.
JUKE, 2014, 4(7): 22-30.
Kisrini, dkk. 2018. Keterampilan
Amanda, HL, Paul, FG., and Danis, OM.
Penulisan Resep (Prescription).
Methods to reduce prescribing
UNS Press. Surakarta.
errors in elderly patients with
multimorbidity. Dovepress,
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
2016, 11: 857-66.
2011. Modul Penggunaan Obat
Rasional. Departemen Kesehatan
Ather, A., Neelkantreddy, P., Anand, G.,
RI. Jakarta.
Manjunath, G., Vishwanath, J.,
and Riyaz, M. A Study on
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Determination of Prescription
2013. Daftar Obat Essensial
Writing Errors in out Patient
Nasional. Departemen
Department of Medicine in a
Kesehatan RI. Jakarta.
Teaching Hospital. Indian
Journal of Pharmacy Practice,
2013, 6(2): 21-24.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Atmaniah. 2018. Pengkajian Resep
2014. Tentang Standar
Secara Administratif pada Resep
Pelayanan Kefarmasian di
Pasien Rawat Jalan di RSU Kota
Rumah Sakit. Departemen
Tangerang Selatan pada Bulan
Kesehatan RI. Jakarta.
Februari 2018. [Karya Tulis

PHARMA XPLORE, Vol. 6, No. 2, November 2021 11


dan Sanal, T. Assessment of
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. medication errors and adherence
2016. Tentang Standar to WHO prescription writing
Pelayanan Kefarmasian Di guidelines in a tertiary care
Puskesmas. Departemen hospital. Future Journal of
Kesehatan RI. Jakarta. Pharmaceutical Sciences, 2017,
3(1): 60-64.
Menteri Kesehatan Republik. 2019.
Tentang Pusat Kesehatan Siti. 2015. Kajian Administratif,
Masyarakat. Departemen Farmasetik dan Klinis Resep
Kesehatan RI. Jakarta. Pasien Rawat Jalan di Rumkital
Dr. Mintohardjo pada bulan
Pratiwi, DMNR., dan Pratiwi, DR. Januari 2015 [Skripsi]. Jakarta:
Analisis Kelengkapan Universitas Islam Negeri Sayarif
Administratif Resep di Apotek Hidayatullah Jakarta.
Bhumi Bunda Ketejer Praya,
Lombok Tengah. Jurnal Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
Kesehatan Qamarul Huda, 2018, Nomor
6(1): 6-11. 1027/MENKES/SK/IX/2004.
Standar Pelayanan Kefarmasian
Rauf, A., Hurria., dan Muhri, JAI. di Apotek. Jakarta: Departemen
Kajian Skrining Resep Aspek Kesehatan RI.
Administratif Dan Farmasetik Di
Apotek CS Farma Periode Juni- Waluyo, OK. Medication Error Dalam
Desember 2018. Ad-Dawaa’ J. Keperawatan. Jurnal
Pharm. Sci., 2020, 3(1): 33-39. Keperawatan, 2015, 8(3): 173-
178
Sheikh, D., Mateti, UV., Kabekkodu, S.,

PHARMA XPLORE, Vol. 6, No. 2, November 2021 12

Anda mungkin juga menyukai