Anda di halaman 1dari 50

Pengkajian Resep

dan Dispensing
Sediaan Non-steril
Di Apotek dan Rumah Sakit

Oleh : Kelom pok 1 - PS PA


IX
Anggota Kelom pok
Ahlam Ufairah 24043122041
Anis Sa’roni 24043122042
Anisa Tiara Septiani 24043122043
Dang Soni 24043122044
Deska Syiami 24043122045
Desriani Rahmadhani 24043122046
Dewi Nur Pratama 24043122047
Dinda Farida 24043122048
Elma Ziana 24043122049
Ervina Herlina Suherman 24043122050
Febri Sandi Prayogi 24043122051
Firyal Nida Salsabila 24043122052
Fuji Kharisma Rahayu 24043122053
Ghina Aulia Hanifah 24043122054
Gia Ihza Nugraha 24043122055
Helly Meilia Barnawati 24043122056
Intan Inayatulloh 24043122057
Irham Gustiawan Akbar 24043122058
Kamaludin 24043122059
Lutfi Salbillah Firdaus 24043122060
Definisi Resep
Menurut permenkes no 58 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di
rumah sakit

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada apoteker, baik
dalam bentuk paper maupun electronic untuk menyediakan dan menyerahkan obat
bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.

Penulisan resep harus ditulis dengan jelas sehingga dapat dibaca oleh petugas di
apotek. Resep yang ditulis dengan tidak jelas akan menimbulkan terjadinya
kesalahan saat peracikan / penyiapan obat dan penggunaan obat yang diresepkan,
sehingga resep tersebut dikatakan rasional
Resep dikatakan rasional apabila resep lengkap, tepat dosis,
jumlah obat yang diberikan tepat, frekuensi pemberian tepat dan
interval pemberian tepat

Sedangkan Resep dikatakan tidak rasional apabila resep yang


kurang satu atau lebih dari indikator resep rasional di atas
Bagia
n Inscriptio

Resep Invocatio

Pada resep obat ada beberapa komponen


Praescriptio
1. Nama,
yangalamat, nomor
“WAJIB” ada,izin praktek dokter,
komponen dokter
tersebut
antara
gigi, ataulain:
dokter hewan.
2. Tanggal penulisan resep Signatura

3. Nama obat serta jumlahnya


Subscriptio
4. Tanda tangan atau paraf dokter
5. Nama pasien, umur, serta alamat pasien (bila
Pro
diperlukan)
6. Tanda seru dan paraf dokter untuk resep yang
mengandung obat yang jumlahnya melebihi dosis
maksimal.
n a n d a n
Pe l ay a p
g k a j i a n R e s e
Pe n

Pelayanan Resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian


Resep, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
termasuk peracikan Obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi.
Pada setiap tahap alur pelayanan Resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya
kesalahan pemberian Obat (medication error)

Kegiatan ini untuk menganalisa adanya masalah terkait Obat, bila


ditemukan masalah terkait Obat harus dikonsultasikan kepada dokter
penulis Resep.

Apoteker harus melakukan pengkajian Resep sesuai persyaratan


administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk
pasien rawat inap maupun rawat jalan.
Tujuan Pengkajian Resep Untuk
Menghindari:

Administrative Errors
Pharmaceutical Error
Clinical Error
Kajian Resep : Administrasi

Rum a h S a kit Apotek

Kajian administrasi meliputi : Kajian administrasi meliputi :


1. Nama, umur, jenis kelamin, 1. Nama pasien ,umur
berat badan, dan tinggi pasien,jenis kelamin,
badan pasien, dan berat badan,
2. Nama, no izin, alamat, paraf 2. Nama dokter, SIP
dokter, (surat izin praktek), no
3. Tanggal resep, dan telepon, alamat, dan
4. Ruangan/unit asal resep. paraf; dan
3. Tanggal resep.
(Permenkes 72, Tahun
2016) (Permenkes 73, Tahun
2016)
Kajian Resep : Farmasetik

Rum a h A potek
S a kit
1. Nama Obat, bentuk 1. Bentuk dan
dan kekuatan kekuatan
sediaan sediaan
2. Dosis dan jumlah 2. Stabilitas
obat 3. Kompatibilitas
3. Stabilitas (ketercampuran
4. Aturan dan obat)
cara
penggunaan ( Permenkes 73,
Ta hun 2016)
( Permenkes 72,
Ta hun 2016)
Kajian Resep :
Klinis

Rum a h Apotek
S a kit
1. Ketepa ta n indika si, 1. Ketepatan indikasi dan dosis
Obat;
dosis dan waktu
2. Aturan, cara dan lama
penggunaan Obat; penggunaan Obat;
2. Duplikasi pengobatan; 3. Duplikasi dan/atau
3. Alergi dan Reaksi Obat polifarmasi;
yang Tidak Dikehendaki (ROTD); 4. Reaksi Obat yang tidak
diinginkan (alergi, efek
4. Kontraindikasi; dan
samping Obat, manifestasi
5. Interaksi Obat. klinis lain);
5. Kontra indikasi; dan
6. Interaksi.
(Permenkes 72, Tahun 2016)
( Permenkes 73, Ta hun 2016)
Studi
kasus
pengkajian
resep
Non racikan
Skrining administratif

Kesimpulan:
Resep tidak lengkap karena tidak
mencantumkan:
1. Dosis obat dari Dexamethasone
belum jelas (0,5 mg atau 0,75 mg)
2. Berat badan pasien tidak tertera

Tindakan penyelesaian :
3. Mengkonfirmasi pada dokter terkait
dosis Dexamethasone.
4. Menanyakan/mengkonfirmasi data
pasien
Skrining farmasetik
Skrining
klinis
Kajian asp ek klinis terkait ketepatan indikasi
obat Kajian aspek klinis terkait kesesuaian dosis, durasi,
d a n frekuens i pem beria n

Ka jia n a s p ek klinis terka itan intera ks i oba t


Kegiatan atau proses untuk
memastikan kelayakan atau
resep obat, seleksi suatu obat zatorder
aktif

Dispensin yang memadai dan memastikan


bahwa penderita atau perawat
mengerti penggunaan dan pemberian

g Obat obat yang tepat dari obat.

Dispensing merupakan proses sejak


diterimanya resep sampai obat
diberikan kepada pasien
dengan pemberian informasi diikuti
memadai. yang
The dispensing cycle
Kesalahan dispensing

Kesalahan bisa terjadi pada :


1. Aspek Farmasetika (peracikan sediaan)
2. Aspek Terapeutik (dosis, frekuensi penggunaan, kepatuhan
pasien)
Sumber kesalahan/error

1. teknik/Proses  penimbangan, melarutkan, salah obat


2. Kesalahan perhitungan  dosis, jumlah bahan
3. Kesalahan labelling
s i n g S e d i a a n
Dispe n
No n S te r i l

Sedia a n ya ng tida k m enga la m i


proses sterilisasi, meliputi:
Sediaan solid: serbuk, tablet, kapsul,
dll. Sediaan semisolid: krim, pasta, gel,
dll.
Sedia a n liquid: sirup, suspensi,
sirup kering, dll
Contoh: dispensing sediaan serbuk

Memastikan
obat bisa Menyia pka
diracik n Obat
(digerus)

Menyiapkan dan
Mencuci alat menulis etiket

Penggerusan
dan Pengema sa n
penca mpura n
Pemeriksaan Keberadaan Obat
Apotek
Pada dispensing di apotek, mengambil obat yang
dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluwarsa dan
keadaan fisik obat.

Pada tahap ini diperlukan konsentrasi dan ketelitian


untuk menghindari kesalahan pengambilan obat
terutama obat yang termasuk kategori LASA, obat
dengan kadaluwarsa dalam waktu yang dekat serta
keamanan kemasan primer obat.
Pemeriksaan Keberadaan Obat

Rum a h S a kit
Pada dispensing di rumah sakit, dilakukan dispensing
paling sering dilakukan di beberapa insta la si seperti
IGD, Insta la si Fa rma si Ra wa t Jalan, dan Instalasi
Farmasi Rawat Inap.

Melakukan dispensing harus tetap memperhatikan


nama obat terutama obat yang tergolong oba t LASA,
ta ngga l ka da luwa rsa oba t serta kea da a n fisik oba t
ha rus terja min da la m keadaan baik.
Prefarasi resep di apotek

lebih dikhususkan untuk pasien ya n g mempunyai penyakit kronis,


seperti DM, antihipertehnsi
Interpretasi Resep

I. Interprestasi d a n analisis R/
Berdasarkan resep yang diberikan merupakan copy
resep yang ditunjukkan untuk pasien Roni S yang
tidak diketahui alamat dan umurnya. Dari resep
tersebut pasien kemungkinan menderita asma.
Untuk copy resepnya sendiri berupa copy resep
yang falid karena terdapat paraf dari apoteker
sebelumnya (yang memberikan copy resep) hanya
obat fartolin yang masih bisa diberikan oleh
farmasis sebanyak 10 tab, obat ini dapat diberikan
generiknya berupa salbutamol bila di apotek tidak
tersedia merk fartolin sedangkan inhaler berutex
MDI sudah diambil pasien pada tanggal 20 januari.
Obat – obatan resep ini tidak boleh dibeli tanpa
resep dokter karena termasuk dalam golongan obat
keras.
Kelengkapan

Administrasi
Resep
II. Keputusan Tindakan Apoteker dalam Penyelesain R/

A. Informasi Obat Sebagai Produk


·Bentuk sediaan : tablet
·Kandungan : Salbutamol 2 mg, 4 mg
·Katagori farmakologi : antagonis β2
·Mekanisme : merasangasang secara selektif reseptor β2 terutama pada otot polos
bronkus sehingga menyebabkan vasodilatasi otot bronkus.
·Indikasi : sebagai bronkodilator pada salauran napas yang diakibatkan karena penyakit
asma, bronkitis kronis dan obstruktif kronis penyakit paru – paru (PPOK).
·Dosis : Dewasa : 2-4 mg/dosis dengan 3 – 4 kali/hari; dosis maksimum tidak boleh
melebihi 32 mg/hari (dosis terbagi). Anak : 2-6 tahun : 0.1-0.2 mg/kg/dosis 3 kali /hari
(maksimal: 12 mg/hari) 6-12 tahun : 2 mg/dosis 3-4 kali /hari
(maksimal 24 mg/hari).
Interaksi : bila digunakan bersamaan dengan teofilin yang paling serius adalah
hipokalaemia dan takikardia, terutama bila teofilin yang digunakan dalam dosis tinggi.
Mungkin beberapa pasien mungkin menunjukkan penurunan kadar teofilin serum yang
signifikan jika diberikan salbutamol oral atau intravena atau isoprenalin intravena
(isoproterenol).

Fartolin (salbutam ol/albuterol)


• Bentuk sediaan : inhaler MDI 100 mcg/puff 10 Ml.
• Kandungan : Fenoterol Hbr
• Katagori farmakologi : antagonis β2
Berotec • Mekanisme : merasangasang secara selektif reseptor β2 terutama
pada otot polos bronkus sehingga menyebabkan vasodilatasi
MDI
otot bronkus.
• Indikasi : sebagai bronkodilator pada saluran napas yang
diakibatkan karena penyakit asma, asma bronkial akut,
bronkitis kronis dan obstruktif kronis penyakit paru – paru
(PPOK).
• Dosis : Akut: 1 semprot, penambahan dosis dapat dilakukan
bila serangan asma belum membaik Perawatan
berselang/pengobatan jangka panjang : 1-2 semprot sebanyak 3
– 4 kali/hari (maksimal 8 semprot/24 jam).
• Kontraindikasi : hipersensitivitas, kardiomiopati obstruksi
hipertrofi, takiaritmia.
B. Analisis Perhitungan dalam
Menyimpulkan Obat sebagai
Terapi
1. Fartolin (salbutam ol/albuterol)
Dewasa : dosis dapat diberikan 2 mg – 4 mg sebanyak 2 x 1 tablet per hari ini mengacu
pada resep. Dosis yang terdapat pada resep kurang efisien terlebih lagi bila pasien
mengalami serangan asma yang terus menerus, karena pada literatur minimal
penggunaan 3 kali sehari bila pasien hanya diberikan dosis 2 mg apalagi diminumnya bila
merasa asmanya kambuh saja. Namun bila diberikan 4 mg sebanyak 2 kali sehari masih
bisa efisien dalam terapi. Akan tetapi bila pasien hanya mengalami serangan asma yang
jarang dosis tersebut sudah efisien.
Anak : umur 6-12 tahun 2 mg/dosis sebanyak 2 x 1 tablet sehari kurang efisien karena
literatur minimal penggunaan 3 kali sehari.

2. Berotec MDI
Dewasa : penggunaan inhaler ini sudah sesuai dengan dosis pada literatur, dilihat dari
pemberiaannya yang 2 x 2 semprot sehari penyakitnya termasuk kedalam perawatan saja
artinya asma yang diderita tidak terus menerus tetapi sekali waktu kambuh.
C. Penyiapan obat
Obat yang harus disiapkan berdasarkan copy resep tersebut
adalah hanya obat Fartolin (salbutamol/albuterol) sebanyak
10 tablet karena pada copy resep sudah diberikan 20 tablet
dan total obat yang harus diberikan kepada pasien 30 tablet.
Dan untuk inhaler tidak diberikan lagi karena sudah diambil
sebelumnya. Pasien juga tidak diberikan lagi copy resep obat
tersebut, bila pasien meminta copy resep lagi berikan
pengertian untuk kembali kontrol ke dokter yang
memeriksanya agar tahu perkembangan dari penyakit yang
dideritanya setelah diberi obat tersebut.
D.
Peng em a s a n
Obat Fartolin (salbutamol/albuterol) diberi etiket
putih
III. Penyerahan Obat
1.Obat fartolin/ salbutamol diminum 2 kali sehari
1 tablet 1-2 jam sebelum makan dan diminum bila
asmanya kambuh
2.Menghindari suhu dingin dan tidak boleh olahraga
terlalu berat seperti lari
3.Tanyakan sudah mengerti apa belum tentang
penggunaan inhaler meskipun pasien sudah ditebus
sebelumnya untuk memastikan penggunaannya benar
agar efek terapi tercapai.
Cara penggunaan inhaler
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh Apoteker dalam pemberian informasi
mengenai Obat kepada profesi kesehatan lain, pasien atau
masyarakat. Informasi yang disampaikan meliputi dosis,
bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan
alternatif, efikasi, keamanan penggunaan pada ibu hamil
dan menyusui, efek samping, interaksi, stabilitas,
ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari Obat dan
lain-lain.
Tujuan PIO

menunjang menyediakan informasi


penggunaan Obat untuk membuat kebijakan
yang rasional yang berhubungan dengan
menyediakan informasi Obat/Sediaan Farmasi,
mengenai Obat kepada Alat Kesehatan, dan Bahan
pasien dan tenaga Medis Habis Pakai,
kesehatan di terutama bagi Komite/Tim
lingkungan Rumah Farmasi dan Terapi
Sakit dan pihak lain di
luar Rumah Sakit
Kegiatan PIO

Menerbitkan
bulletin, leaflet, Menyediakan informasi
poster, newsletter bagi Tim Farmasi dan
Menjawab terapi sehubungan
pertanyaan dengan penyusunan
formularium Rumah
Sakit
Pelayanan PIO di Apotek meliputi :
Menjawab pertanyaan baik lisan maupun tulisan
Membuat dan menyebarkan
buletin/brosur/leaflet, pemberdayaan
masyarakat (penyuluhan) Memberikan informasi
dan edukasi kepada pasien
Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada
mahasiswa farmasi yang sedang praktik profesi;
Melakukan penelitian penggunaan Obat
Membuat atau menyampaikan makalah dalam forum
ilmiah Melakukan program jaminan mutu.
Pela ya na n PIO di Rum a h Sa kit
m eliputi :
Menjawab pertanyaan
Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter
Menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi
sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit
Bersama dengan Tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan
rawat inap
Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian
dan tenaga kesehatan lainnya.
Monitoring Kepa tuha n
Pa sien
Konseling obat dapat dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan
pasien dalam menjalani pengobatan. Kegiatan konseling obat
meliputi :
a) Mengidentifikasi pemahaman pasien tentang penggunaan obat.
b)Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan
kepada pasien untuk mengeksplorasi dan menyelesaikan
masalah penggunaan obat.
c) Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek
pemahaman
pasien.
d) Dokumentasi
Pencatatan

Setelah melakukan
penyerahkan obat
kepada pasien, apoteker
menyimpan resep pada
tempatnya serta
membuat catatan
pengobatan pasien
dengan menggunakan
formulir sebagai berikut :
Studi kasus
1
R/ Sa lbuta mol 4 mg
Seora ng ka kek usia 75 Aminophilin 300
mg
m.f.pulv. dtd No.
ta hun menderita sesak
X da in caps
nafas yang lama, serta
S.t.d.d 1 ca ps
mengalami mual serta tidak
R/ Berotec MDI No 2x1
nafsu makan. Oleh dokter 1 R/ Cimetidin No. Puff
diberi: X Anta sida No. X
m.f.pulv. dtd No.
X da in caps
S.t.d.d 1 ca ps
penyelesaian
m etode S OA P

1. SUBYEK 2. OBYEK
• Pasien : Seorang kakek berusia • Hasil pemeriksaan lab : -
75 tahun • Terapi : Salbutamol dan
• Keluhan : Sesak nafas yang Aminophilin 3 d.d 1 caps, Brotec
lama, mual serta tidak nafsu MDI 2 x 1 puff, Cimetidin dan
makan Antasida 3 d.d 1 caps
penyelesaian
m etode
3.ASSESSMENT
S OA P
• Pasien mendapat obat yang tidak tepat : Ada (Aminophilin) pasien lansia
• ·Dosis terla lu renda h/tinggi: -
• Reaksi efek merugi :
- Salbutamol (dapat menyebabkan mual dan muntah),
-Berotec (mual muntah, hipokalemia serius dengan pemakaian bersama terapi
B2 Agonis)
-Antasida (dapat menyebabkan diare)
• Interaksi obat: Ada, (Aminophilin dan Cimetidin dapat menghambat
sitokrom p450 metabolisme Aminophilin besar, kadar toksik)
• Gejala yang tidak diobati: Ada, (tidak nafsu makan)
• Pemberian obat tanpa indikasi: -
• Pasien tidak patuh: Ada, (karena pasien lansia)
penyelesaian
m etode
4. PLAN S OA P
• Gejala yang diobati: Pemberian suplemen penambah nafsu
makan diberika n ta blet kurkuma 1 x seha ri
• Pasien mendapat obat yang tidak tepat: Aminophilin dihilangkan karena
Aminophilin memiliki IT yang sempit, serta penggunaannya tidak
dianjurkan untuk lansia
• Interaksi obat: Cimetidin dihilangkan karena memiliki interaksi dengan
Aminophilin yaitu dapat meningkatkan potensi toksisitas
Aminophilinnya, selain itu interaksi antara Cimetidin dan Antasida,
Antasida mengurangi penyerapan Cimetidine.
US ULA N PERBA IKA N Kesimpulan
RES EP
Obat yang digunakan :
R/ Sa lbuta mol inhl salbutamol, Berotec MDI
S.t.d.d 1 puff dan Antasida
Obat yang dihilangkan:
R/ Berotec MDI No
Aminophilin dan Cimetidin
1
Salbutamol diberikan
S.b.d.d 1 puff dalam bentuk inhalasi
R/ Anta sida 200 untuk mempercepat onset
mg dan menghindari reaksi
S.b.d.d 1 ta b sistemik untuk
meningkatkan nafsu
makan diberi tambahan
Curcuma tablet
S tudi Ka s us
2
Seorang ibu membawa anak perempuannya berusia 4 tahun ke Dokter
spesialis anak di rumah sakit. Ibu tersebut menjelaskan keluhan anaknya
yaitu sakit demam. Lalu Dokter tersebut meresepkan obat:

R/Paracetamol 125 mg
Sacch. Lactis q.s

Mf pulv dtd No XX
S t dd pulv 1

Sediaan paracetamol yang tersedia yaitu paracetamol 500 mg. Berapa


banyakah tablet paracetamol yang diperlukan untuk membuat sediaan
tersebut?
Penyelesaian

Dosis paracetamol untuk anak usia 4 tahun


3 bulan – 1 tahun : 60 – 120 mg
1 tahun – 5 tahun: 120 – 250 mg
6 tahun – 12 tahun : 250 – 500 mg
(Maksimum 4 dosis / 24 jam )

Kebutuhan tablet paracetamol anak: Sediaan paracetamol yang tersedia yaitu 500 mg
Paracetamol yang dibutuhkan yaitu

= 125 x 20 (total pulveres) Sediaan paracetamol 500 mg


Jadi paracetamol yang dibutuhkan
= 5 tablet paracetamol
Studi Kasus 3
Seorang ibu membawa anaknya yang berusia 5 tahun mengalami
diare selama 3 hari dan dibawa ke IGD. Setelah diberikan
penggantian cairan, dokter meresepkan salah satu obat zink dalam
bentuk cairan. Diketahui bahwa setiap 5 ml mengandung 20 mg zink
sulfate. Dosis untuk anak umur 5 tahun adalah 20 mg/hari.
Bagaimana aturan pakai yang tepat untuk zink sirup?

Pembahasan
Dosis anak umur 5 tahun = 20 mg/hari
Setiap 5 ml sirup mengandung 20 mg, sehingga aturan pakai dari zink sirup
adalah 1 x sehari 5 ml. penggunaan suplemen zink pada kasus diare anak adalah
selama 10 hari
-Umur ≤ 6 bulan diberi 10 mg per hari
-Umur ≥ 6 bulan diberi 20 mg per hari

Jadi, untuk aturan pakai anak umur 5 tahun yaitu 1x sehari 5 ml selama 10 hari
berturut turut walaupun diare sudah berhenti
Studi Kasus 4
Seorang paisen yang berobat di sebuah Rumah Sakit mendapatkan resep dari
dokter, pada resep tersebut tertulis gentamicin sulfat. namun, karena tulisan yang
kurang jelas, tulisan tersebut disalah artikan sehingga terbaca sebagai gentian
violet. Hal ini dapat m enyebabkan keluhan pasien tidak kunjung sem buh

Permasalahan:
Pada kasus diatas, kesalahan dapat dilihat jelas terjadi karena tulisan resep
yang jelek sehingga sulit untuk dibaca.

Penyelesaian:
Mengassesment resep tersebut apakah yang diminta sesuai dengankeluhan
pasien
Mengklarifikasi obat apa yang diminta untuk pasien tersebut dengan bertanya
pada dokter yang bersangkutan
Jika tahapan diatas terlewati tanpa disadari, memberikan KIE juga dapat
mengingatkan apoteker bahwa obat tidak sesuai dengan yang seharusnya
diberikan
Daftar Pustaka
• Baxter, Karen. 2010. Stockley’s Drug Interactions. London: Pharmaceutical
Press.
• Dipiro, et al. 2008. Pharmacotherapy “A Pathophysiologic Approach”
Seventh Edition. New York: Mc Graw Hill Medical. Lexicomp’s drug
information handbook (Online)
• MIMS Indonesia (Online)
• Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 72 tahun 2016
• Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 73 tahun 2016
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai