Anda di halaman 1dari 5

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN REBUSAN DAUN SAMBANG

GETIH (Hemigraphis bicolor Boerl.) DAN SAMBANG SOLOK (Aerva


sanguinolenta (L.) Blume) SECARA IN VITRO

Ni Made Dwi Sandhiutami, Lestari Rahayu, Tri Oktaviani, Lili Yusnita Sari
Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila

Email: dwi_sandhiutami@yahoo.com

Abstrak : Radikal bebas adalah atom atau molekul yang memiliki satu atau lebih
elektron yang tidak berpasangan di orbit terluarnya. Tubuh secara alami dapat mengatasi
peningkatan radikal bebas, tetapi pada kondisi tertentu antioksidan endogen tidak
mencukupi sehingga tubuh memerlukan antioksidan dari luar. Pemanfaatan senyawa
antioksidan eksogen secara efektif sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya stres
oksidatif yang berakibat pada kerusakan sel. Antioksidan merupakan senyawa yang
mampu menghambat reaksi radikal bebas dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui aktivitas antioksidan rebusan daun sambang getih (Hemigraphis bicolor
Boerl.) dan sambang solok (Aerva sanguinolenta (L.) Blume) yang diuji secara in vitro.
Uji aktivitas antioksidan secara in vitro dilakukan dengan metode DPPH (2,2-difenil-1-
pikril hidrazil) dengan melihat persentase penangkapan radikal bebas yang ditunjukkan
dengan penurunan absorbansinya. Hasil pengujian aktivitas antioksidan secara in vitro
menunjukkan bahwa nilai IC50 rebusan daun sambang getih sebesar 37,52 µg/mL, nilai
IC50 rebusan daun sambang solok sebesar 313,85 µg/mL dan nilai IC50 vitamin C sebagai
kontrol positif sebesar 5,89 µg/mL. Rebusan daun sambang getih dan vitamin C
termasuk dalam golongan antioksidan yang sangat aktif sedangkan rebusan daun
sambang solok termasuk golongan antioksidan lemah.

Kata kunci : antioksidan, daun sambang getih, daun sambang solok, DPPH

PENDAHULUAN
Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih elektron tidak
berpasangan pada lintasan paling luar. Radikal bebas memiliki sifat yang reaktif sehingga
dapat bereaksi dengan berbagai molekul lain seperti protein, lipid dan DNA (1). Dalam
keadaan normal radikal bebas yang diproduksi di dalam tubuh tidak berbahaya dan
penting untuk fungsi biologis seperti pengaturan pertumbuhan sel. Namun ketika
diproduksi dalam jumlah yang berlebihan oleh sel, radikal bebas dapat menjadi berbahaya
karena saat masuk ke dalam tubuh radikal bebas ini akan mencari pasangan elektron lain
dengan mengambil elektron dari sel tubuh sehingga membentuk reaksi berantai dan
menghasilkan radikal bebas baru (2). Beberapa sumber radikal bebas antara lain: polusi
lingkungan (asap rokok, asap kendaraan, asap pabrik), sinar ultra violet matahari, radiasi,
obat-obatan dan aktivitas fisik yang berlebih (3).
Salah satu upaya untuk mengatasi bahaya potensial dari radikal bebas, tubuh
dilengkapi oleh seperangkat sistem pertahanan yang dapat membatasi kerusakan yang
diakibatkan oleh radikal bebas yang disebut sebagai antioksidan (4). Sistem pertahanan
antioksidan ini terbagi menjadi antioksidan enzimatik dan antioksidan nonenzimatik.
Antioksidan enzimatik antara lain superoksida dismutase (SOD), glutation peroksidase
(GPx) dan katalase, sedangkan antioksidan non enzimatik diantaranya adalah vitamin E,
vitamin C, beta karoten, albumin, glutation dan selenium (5). Golongan antioksidan lain
yang terkenal adalah antioksidan dari senyawa polifenol dan yang paling banyak diteliti
adalah golongan flavonoid (6). Senyawa tersebut terdapat pada sambang getih
(Hemigraphis bicolor Boerl.) dan sambang solok (Aerva sanguinolenta (L.) Blume).
Sambang getih merupakan tanaman asli Indonesia dan pada umumnya ditemukan tumbuh
liar atau di tanam di halaman dan taman sebagai tanaman hias. Senyawa kimia yang
terdapat dalam daun sambang getih adalah flavonoid, polifenol dan tanin (7). Daun
sambang solok kaya akan kandungan kimia seperti saponin, polifenol, flavonoid, dan
minyak atsiri. Anggota familli Amaranthaceae itu memiliki sifat diuretik, anti-inflamasi,
dan antipiretik (8). Dibeberapa penelitian menyebutkan tanaman yang mengandung
flavonoid, polifenol dan tanin dapat memiliki aktivitas antioksidan (4,6)
Pada penelitian ini ingin dilihat aktivitas antioksidan pada rebusan daun sambang
getih dan sambang solok secara in vitro dengan metode DPPH. Penentuan aktivitas
antioksidan secara in vitro dengan menggunakan metode DPPH, dapat memberikan
informasi reaktivitas senyawa yang diuji dengan suatu radikal stabil. Parameter yang
dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan adalah konsentrasi inhibisi (IC50). IC50
adalah konsentrasi suatu bahan antioksidan yang dapat menyebabkan 50% DPPH
kehilangan karakter radikal (9).

BAHAN, ALAT DAN METODE


BAHAN : Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rebusan daun sambang getih
dan sambang solok, vitamin C, larutan DPPH, metanol, dan aquadest.
ALAT : Alat sentrifuge, tabung reaksi, rak tabung, labu tentukur, kertas saring, pipet
volume, pipet filler, alumunium foil, mikropipet, penangas air, lemari pendingin,
timbangan analitik (AND GR 200), timbangan mikro (Mettler MT5), spektrofotometer
Genesys 10UV.
METODE :
1. Persiapan tanaman yang akan diuji
a. Pengumpulan tanaman yang didapat dari Balai Penelitian Obat dan Aromatik
(BALITRO).
b. Determinasi tanaman untuk memastikan kebenaran simplisia dari tanaman yang
akan digunakan dalam penelitian.
c. Pembuatan sediaan uji
1) Rebusan daun sambang getih
Timbang ± 10 gram daun segar sambang getih, dicuci, direbus dengan 500 ml,
setelah dingin kemudian disaring, masukkan air rebusan daun sambang getih ke
dalam wadah gelas atau botol.
2) Rebusan daun sambang solok
Timbang ± 10 gram daun sambang solok kemudian dicuci dan direbus dengan
air sebanyak 200 mL. Disaring dan dimasukkan ke dalam wadah.
2. Pengukuran aktivitas antioksidan secara in vitro
a. Pembuatan larutan DPPH (0,4 mM)
Ditimbang seksama ± 15,8 mg DPPH (BM 394,32 g/mol) dilarutkan dengan
metanol proanalisis hingga 100,0 ml. ditempatkan dalam botol gelap.
b. Pembuatan larutan blangko
Dipipet 1 ml larutan DPPH (0,4 mM) dimasukkan ke dalam labu tentukur 5 ml,
ditambahkan metanol hingga 5 ml, homogenkan dalam wadah gelap.
c. Pembuatan larutan induk vitamin C
Larutan induk dibuat dengan cara timbang seksama ± 5 mg vitamin C, larutkan
dalam 5,0 ml metanol pro analisis (1000 bpj), pipet 10 µL, 20 µL, 30 µL, 40 µL,
50 µL larutan induk kedalam labu tentukur 5,0 ml untuk mendapatkan konsentrasi
2 bpj, 4 bpj. 6 bpj, 8 bpj. 10 bpj.
d. Pembuatan larutan uji
1) Rebusan daun sambang getih
Larutan induk dibuat dengan cara pipet 0,625 ml larutan sampel, larutkan
dalam 25,0 ml aquadest (1000 bpj), pipet 50 µL, 100 µL, 150 µL, 200 µL, 250
µL larutan induk kedalam labu ukur 5,0 ml untuk mendapatkan konsentrasi
sampel 10 bpj, 20 bpj, 30 bpj, 40 bpj dan 50 bpj.
2) Rebusan daun sambang solok
Ditimbang seksama ± 10 gram daun sambang solok kemudian direbus dengan
air sebanyak 200 mL. Larutan induk (1000 µg/mL) dipipet sebanyak 250 µL;
625 µL; 1000 µL; 1.375 µL dan 1.750 µL dan dimasukkan kedalam labu
tentukur 5,0 mL untuk mendapatkan rebusan daun sambang solok dengan
konsentrasi 50 µg/mL, 125 µg/mL, 200 µg/mL, 275 µg/mL dan 350 µg/mL.
e. Pengukuran aktivitas antioksidan
Kedalam masing-masing labu ukur ditambahkan 1 ml larutan DPPH 0,4 mM
kemudian ditambahkan metanol sampai tanda 5,0 ml lalu dihomogenkan. Setelah
homogen diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit. Serapan diukur pada
panjang gelombang 515 nm.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. DETERMINASI TANAMAN
Determinasi tanaman dilakukan di Pusat Penelitian Biologi Herbarium Bogoriense
Bidang Botani LIPI–Cibinong, Bogor dengan tujuan untuk mengetahui kebenaran
jenis dari tanaman yang digunakan dalam penelitian. Hasil determinasi
menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun
sambang getih (Hemigraphis bicolor Boerl.) suku acanthaceae dan daun sambang
solok (Aerva sanguinolenta (L.) Blume).
B. PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SECARA IN VITRO DENGAN
METODE DPPH
Pengujian aktivitas antioksidan rebusan daun sambang getih secara in vitro
dilakukan dengan menggunakan metode DPPH. DPPH merupakan zat oksidator
yang dapat dijadikan radikal bebas pada pengujian aktivitas antioksidan.
Penggunaan metode ini mudah, sederhana, peka, cepat dan memerlukan sampel
yang sedikit. Pengujian dilakukan dengan menghitung nilai IC50, IC50 yaitu
konsentrasi ekstrak uji yang mampu menangkap radikal bebas sebanyak 50% yang
diperoleh melalui persamaan regresi, semakin kecil nilai IC50 suatu senyawa uji
maka senyawa tersebut semakin efektif sebagai penangkal radikal bebas (9).
Hasil pengujian menunjukkan nilai IC50 rebusan daun sambang getih sebesar
37,52 µg/mL, hal ini menunjukkan bahwa rebusan daun sambang getih mampu
meredam radikal DPPH dan kekuatan peredaman tergolong sebagai antioksidan
yang sangat aktif.
Tabel I. Tingkat kerusakan antioksidan dengan metode DPPH (10)
Intensitas Nilai IC50 (bpj)
Sangat aktif <50
Aktif 50-100
Sedang 101-250
Lemah 250-500
Tidak aktif >500

Kemampuan peredaman radikal DPPH pada rebusan daun sambang getih terkait
dengan senyawa yang terkandung pada daun sambang getih yaitu flavonoid, polifenol
dan tanin (7). Senyawa polifenol mempunyai kemampuan untuk menyumbangkan
hidrogen, aktivitas antioksidan senyawa fenolik dapat dihasilkan pada reduksi netralisasi
radikal bebas yang mengawali proses oksidasi atau pada penghentian reaksi radikal
berantai yang terjadi. Sifat antioksidan dari flavonoid dan tanin berasal dari kemampuan
untuk mentransfer sebuah elektron ke senyawa radikal bebas, dengan mekanisme
tersebut flavonoid dan tanin memiliki efek yaitu menghambat peroksidasi lipid dan
menekan kerusakan jaringan oleh radikal bebas (11).
Penelitian aktivitas antioksidan ini menggunakan vitamin C sebagai kontrol positif.
Dibandingkan dengan nilai IC50 rebusan daun sambang getih nilai IC50 vitamin C
memiliki aktivitas antioksidan yang lebih tinggi yaitu sebesar 5,89 µg/mL, dapat dilihat
pada tabel II.
Tabel II. Hasil uji aktivitas antioksidan secara in vitro dengan metode DPPH
Nilai IC50 ( µg/mL )
Vitamin C 5,89
Rebusan daun sambang getih 37,52

Hasil uji aktivitas antioksidan rebusan daun sambang solok dapat dilihat pada tabel III :
Tabel III. Hasil uji aktivitas antioksidan secara in vitro dengan metode DPPH

Nilai IC50 (µg/mL)


Vitamin C 5,89
Rebusan Daun Sambang Solok 313,85

Dari tabel III menunjukkan bahwa nilai IC50 rebusan daun sambang solok lebih
besar dibandingkan dengan nilai IC50 dari vitamin C. Semakin besar nilai IC50, maka
aktivitas antioksidan akan semakin lemah. Suatu sampel dikatakan memiliki aktivitas
antioksidan yang lemah jika memiliki nilai IC50 250-500 µg/mL (12). Rebusan daun
sambang solok mempunyai nilai IC50 313,8465 µg/mL yang menunjukan bahwa
rebusan daun sambang solok memiliki aktivitas antioksidan yang lemah.
Sebagai kontrol positif digunakan vitamin C karena vitamin ini merupakan
antioksidan sekunder alami yang memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat yang
terlihat dari nilai IC50 sebesar 5,89 µg/mL. Vitamin C dikatakan memiliki aktivitas
antioksidan sangat aktif karena nilai IC50 kurang dari 50 µg/mL (10). Selain itu, vitamin
C yang digunakan berupa senyawa murni sehingga aktivitas antioksidannya sangat
aktif. Dari penelitian aktivitas antioksidan dengan DPPH didapatkan hasil, semakin
besar konsentrasi sampel, maka semakin besar pula nilai persen inhibisi.
SIMPULAN
Hasil uji aktivitas antioksidan secara in vitro dengan metode DPPH menunjukkan
bahwa rebusan daun sambang getih memiliki aktivitas antioksidan yang sangat aktif
dengan nilai IC50 37,52 µg/mL, rebusan daun sambang solok mempunyai aktivitas
antioksidan yang lemah dengan nilai IC50 313,85 µg/mL dan vitamin C sebagai kontrol
positif memiliki nilai IC50 5,89 µg/mL.

DAFTAR PUSTAKA
1. Harjanto. Pemulihan stress oksidatif pada latihan olahraga. Jurnal Kedokteran
Yarsi 2004;12(3):82,83&85
2. Agus Zainal AN. Stress oksidatif dan penyakit degenerative: Suatu tinjauan
biokimia. Jurnal Kedokteran Yarsi 2002;10(3):69

3. Sugianto NL. Pemberian jus delima merah (punica granatum) dapat


meningkatkan kadar glutation peroksidase darah pada mencit (Mus musculus)
dengan aktivitas fisik maksimal (tesis). Denpasar: Program
Pascasarjana;2011.3&5.
4. Ahmad A, Patong Rauf. Aktivitas antikanker senyawa bahan alam kurkumin dan
analognya pada tingkat molekuler. Jurnal Kedokteran Yarsi 2006;14(2):159
5. Nisma F, Situmorang A, Fajar M. Uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol 70%
bunga rosella (Hibiscus sabdariffa L.) berdasarkan aktivitas SOD (superoxyd
dismutase dan kadar MDA pada sel darah merah domba yang mengalami stress
oksidatif secara in vitro (Skripsi). Jakarta: Fakultas Farmasi Universitas
Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka; 2011. 2.
6. Nurhasana F, Syamsudin. Efek Antioksidan dari Ekstrak Biji Petai Cina
(Leucaena leucocephala L) Pada Tikus Putih. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia.
2005;3(1):1-3.
7. Syamsuhidayat SS, Hutapea JR. Inventaris tanaman indonesia. Jilid I. Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI; 1991.
286-287.
8. Hariana A. Tumbuhan obat dan khasiatnya. Seri 3. Jakarta: Penebar Swadaya;
2002. h.7.
9. Endrini S, Marsiati H, Suherman J, Fauziah O,Asmah R. Aktivitas antioksidan
dan efek sitotoksik ekstrak kola (Cola nitida) pada kulter sel kanker hati (HepG-
2). Jurnal Kedokteran Yarsi 2009;17(1):43
10. Blois. Comparison of Antioxidant Activities of Isoflavones from Kudzu Root.
JFS. 2003;68(6):1.
11. Yuhernita. Analisis senyawa metabolit sekunder dari ekstrak metanol daun surian
yang berpotensi sebagai antioksidan. Makara, sains 2011;15(1):50-51.
12. Jun, M.H.Y., Yu., J., Fong, X., Wan, C.S,Yang, C.T. and Ho. 2003. Comparison
of antioxidant activities of isoflavones from kudzu root (Pueraria labata Ohwl). J.
Food Sci. Institute of Technologist. 68: 2117–2122.

Anda mungkin juga menyukai