Sukmawati
Sukmawati.syarif@umi.co.id
Buah lontar digunakan sebagai obat tradisional untuk berbagai tujuan seperti stimulant,
antioksidan, antifungi, diuretik dan inflamasi. Penelitian ini bertujuan menentukan kadar
flavonoid sebagai aktivitas antioksidan pada buah lontar (Borassus Flabalifer, L) dengan metode
DPPH. Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi yang menggunakan pelarut etanol 96%.
Senyawa golongan flavonoid dapat dideteksi dengan cara sebanyak 0,5 ml ekstrak sampel buah
lontar setelah ditambahkan 5 tetes AlCl31% sampai berubah menjadi kuning. Hal ini
menunjukkan uji positif adanya senyawa flavonoid dalam sampel. Suatu sampel yang
mengandung flavonoid bila direaksikan dengan AlCl3 akan terbentuk warna kuning. Hal ini
terjadi oleh terbentuknya senyawa koompleks antara flavonoid dengan AlCl3. Penelitian ini
dirancang menjadi 2 tahap percobaan, yaitu Tahap 1 : melakukan ekstraksi lontar (Borassus
Flabalifer,L) dengan pelarut yaitu etanol 96%. Hasil ekstraksi dari pelarut tersebut selanjutnya
ditentukan kadar flavonoidnya secara kualitatif. Tahap II: hasil ekstraksi tersebut dilanjutkan
dengan menganalisis aktivitas antioksidannya dengan panjang gelombang tertentu secara In Vitro
dengan metode DPPH menggunakan spektrofotometri Uv-Vis. Parameter yang diamati adalah
perubahan warna pada pengujian kualitatif flavonoid sebagai aktivitas pengikatan radikal bebas
DPPH pada ekstrak buah lontar (Borassus Flabalifer L) dengan menggunakan pelarut methanol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan warna kuning yang menunjukkan
adanya kandungan flavonoid dan sebagai aktivitas antioksidannya diperoleh nilai IC 50 4,519
µg/ml dengan kategori sangat kuat.
Nilai IC50 ditentukan dengan cara membuat kurva antara persen penghambatan versus
konsentrasi hingga didapatkan persamaan regresinya. Dari persamaan regresi tersebut dapat
ditentukan besaran konsentrasi ekstrak yang memiliki kemampuan penghambatan terhadap
aktivitas radikal bebas DPPH sebesar 50%.
HASIL
Tabel 1. Data analisis kualitatif flavonoid sebagai antioksidan sampel buah lontar
Tabel 2. Data analisis kuantitatif antioksidan buah lontar dengan metode DPPH
Konsentrasi Absorban % inhibisi Nilai Probit IC50
(ppm) (A) (µg/ml)
100 0,468 18,890 4,112
150 0,417 27,729 4,411
200 0,366 36,566 4,655 4,519
250 0,315 45,407 4,882
300 0,264 54,246 5,106
PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa sampel buah lontar (Borassus flabellifer L.)
mengandung flavanoid yang dapat dijadikan sebagai salah satu sumber antioksidan berdasarkan
hasil yang didapatkan pula bahwa aktivitas antioksidannya sangat kuat berdasarkan literatur.
Diketahui bahwa buah lontar (Borassus flabellifer L.) merupakan suatu jenis tanaman yang
merupakan genus dari family Arecaceae. Buah lontar telah banyak digunakan untuk pengobatan
oleh masyarakat dalam bentuk alami.. Buah lontar banyak mengandung flavonoid, tanin, asam
askorbat dan zat-zat lain yang berkhasiat obat, sehingga sangat baik mencegah berbagai penyakit
degenerative. Berdasarkan kandungan kimia buah lontar (Borassus flabellifer L.) antara lain
vitamin C dan flavonoid yang merupakan senyawa yang dapat berpotensi sebagai antioksidan
maka perlunya dilakukan analisis aktivitas antioksidan dari sampel buah lontar yang berasal dari
bone dengan menggunakan metode DPPH.
Metode DPPH adalah metode yang dapat digunakan untuk menentukan aktivitas
antioksidan dalam sampel yang akan diujikan dengan melihat kemampuannya dalam menangkal
radikal bebas DPPH. Kelebihan metode DPPH ini yaitu metodenya yang sederhana, mudah,
cepat, peka, serta memerlukan sedikit sampel. Mudah diterapkan karena senyawa radikal yang
digunakan bersifat relatif stabil dibanding metode lainnya. Prinsip dari metode ini adalah adanya
donasi atom hidrogen dari substansi yang diujikan kepada radikal DPPH menjadi senyawa non
radikal difenilpikrilhidrazin yang akan ditunjukkan oleh perubahan warna.
Perubahan warna yang akan terjadi adalah perubahan dari larutan yang berwarna coklat
menjadi berwarna kuning, intensitas perubahan warna ini kemudian diukur pada spektrum
absorpsi antara 514-520 nm pada larutan organik methanol. Namun peneliti lebih memilih
methanol sebagai pelarutnya dikarenakan methanol dapat melarutkan Kristal-kristal DPPH dan
senyawa-senyawa non polar.
Penelitian ini menggunakan buah lontar yang berasal dari kota bone, Makassar untuk
kemudian dianalisis untuk memperoleh data ilmiah aktivitas antioksidannya. Hal pertama yang
dilakukan adalah pengambilan sampel uji, kemudian sampel buah lontar (Borassus flabellifer
L.), di cuci dan dipotong kecil-kecil kemudian di blender setelah itu di ekstraksi dengan cara
maserasi menggunakan pelarut etanol 96% selama 3x24 jam sambil sesekali di aduk, ekstrak
yang diperoleh kemudian di keringkan menggunakan rotavapor hingga mengental dan dihitung
rendamennya.
Setelah itu dilakukan uji kualitatif pada sampel buah lontar untuk membuktikan ada
tidaknya kandungan antioksidan pada sampel. Pengujiannya dengan cara dipipet sebanyak 1 mL
larutan sampel ke dalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 4 mL larutan DPPH 50 µM sedikit
demi sedikit dan amati perubahan warnanya. Adapun warna yang terbentuk dari masing-masing
sampel uji adalah warna kuning, adanya kandungan antioksidan dalam sebuah sampel uji
ditandai dengan perubahan warna dari larutan yang berwarna coklat menjadi berwarna kuning.
Pada pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan alat spektro UV-Vis pada panjang
gelombang maksimum 514,850 nm. Pada penelitian ini digunakan pembanding yaitu kuarsetin
dan sampel uji buah lontar (Borassus flabellifer L.). Dimana untuk sampel pembanding
dilakukan pengukuran sebanyak 5 seri konsentrasi yaitu konsentrasi (0.1, 0.2, 0.3, 0.4, 0.5 ppm).
dimana masing-masing konsentrasi dipipet sebanyak 1 mL larutan dengan pipet mikro dan
masukan kedalam tabung reaksi, kemudian tambahkan 4 ml larutan DPPH. Campuran
dihomogenkan dan dibiarkan selama 30 menit ditempat gelap, serapan diukur dengan
spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 514,850 nm.
Pada pengujian sampel dilakukan dengan membuat 5 seri konsentrasi yaitu 200 ppm, 400
ppm, 600 ppm, 800 ppm dan 1000 ppm dimana masing-masing konsentrasi dipipet sebanyak 1
mL larutan sampel dengan pipet mikro dan masukan ke dalam tabung reaksi, kemudian
tambahkan 4 mL larutan DPPH 50 µM. Campuran dihomogenkan dan dibiarkan selama 30 menit
ditempat gelap, serapan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang
514,850 nm. Dibuat 3 replikasi untuk pengujian sampel dari awal penimbangan untuk
meminimalisir kesalahan.
Setelah itu diukur absorbansi pembanding kuarsetin dan masing-masing sampel pada alat
spektrofotometri UV-Visible. Kemudian dilakukan perhitungan % inhibisi dari absorban yang
telah ada dari pembanding kuersetin dan masing-masing sampel yang digunakan. Adapun %
inhibisi dari pembanding kuersetin dari konsentrasi 0,1 ppm yakni 3,88%; 0,2 ppm (7,22%); 0,3
ppm (12,03%); 0,4 ppm (16,48%); dan 0,5 ppm (21,85%).
Sedangkan % inhibisi dari sampel buah lontar dari konsentrasi 100 ppm yakni 18,890 %;
150 ppm (27,729%); 200 ppm (36,566%); 250 ppm (45,407%); dan 300 ppm (54,246%).
Dari hasil % inhibisi yang diperoleh dari pembanding dan sampel selanjutnya dilakukan
analisis data sehingga diperoleh hasil antara lain nilai IC50 sebesar 5,633 μg/mL, dan kuersetin
sebagai pembanding dengan nilai aktivitas antioksidannya sebesar 1,1345 µg/mL.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa sampel buah lontar (Borassus flabellifer L.).
memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat, serta kuersetin yang digunakan sebagai pembanding
memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat pula. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah
penelitian Najib (2010), bahwa aktivitas antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 < 50 μg/mL, kuat
jika nilai IC50 50-100 μg/mL, sedang jika IC50 bernilai 100-150 μg/mL, sedangkan jika IC50
bernilai 151–200 μg/mL dikatakan antioksidannya rendah dan jika IC50 bernilai > 200 μg/mL
maka aktivitas antioksidan yang dimiliki sangat rendah.
Ahmad (2012). “Re_posironing Desa Sejuta Lontar Berdasarkan Analisis SWOT, Jurnal MIPA
Universitas 45 Surabaya.
Filbert dkk. (2014) “penentuan Aktivitas Antioksidan Berdasarkan IC 50 Ekstrak Metanol dan
Fraksinasi Partisinya Pada kulit Biji Pinang Yaki (Areca vestiaria Giseke), Jurnal MIPA
UNSRAT, Hal : 149-154
Kuncahyo (2007). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Belimbing Wuluh (averrhoa bilimbi l)
Terhadap DPPH, Yogyakarta, Universitas Setia Budi
Mu’nisa, Wresdiyati T., Kusumorini N. & Manalu W. (2008). Perbaikan aktivitas antioksidan
pada jaringan kelinci hiperkolesterolemia dengan pemberian ekstrak daun cengkeh.
Jurnal Veteriner (9):182-187
Najib. (2010). isolasi dan identifikasi senyawa aktif inhibitor alfa glukosidase dari fraksi n-
butanol Rimpang (Acorus calamus L)., FMIPA UI., Jakarta
Pramod K., Ansari SH & Ali J (2010). Eugenol: A Natural Compound With Versatile
Pharmacological Actions. Natural Product Communications 5(12) : 1999-2006.
Resi & Andis. (2009). “Makalah Kimia Organik” Flavanoid (Quercetin), Program S2 Kimia
Universitas Hasanuddin.
Rena A. & Mitarlis. (2012) “Pemanfaatan Kulit Buah Lontar Borassus Flabalifer L sebagai
Bahan dasar Perbuatan Furfural, Jurusan Kimia MIPA Universitas Negri Surabaya,
Surabaya.
Suhartono E. & Fujiati I. (2002). Ocygen Toxicity by Radiation and Effect of Glutamicpiruvat
Transamine (GPT) Activity Rat Plasma After Vitamin C Treatment. Diajukan pada
International Seminar on Enviromental Chemistry and Toxycology, Yogyakarta.
Sukma & Nurul. (2015). “ekstrak fraksinasi n-heksan, aseton dan etanol pada buah lontar
(borassus flabellifer l) asal kabupaten bone (sul-sel) yang berpotensi sebagai
antioksidan. Diajukan Pada Penelitian Dosen Pemula, Universitas Muslim Indonesia,
Makassar.
LAMPIRAN
Tabel 1. Data analisis kualitatif flavonoid sebagai antioksidan sampel buah lontar
Tabel 2. Data analisis kuantitatif antioksidan buah lontar dengan metode DPPH
Buah Lontar
80
70
60
50
% Inhibisi
40
y = 8.839x + 10.051
30 R² =
20 Series1
10
0
200 400 600 800 1000
konsentrasi (ppm)
100
80
% Inhibisi
60
Series1
40
Linear (Series1)
20
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 y = 45.185x - 1.2593
R² = 0.9944
Konsentrasi
a b