Anda di halaman 1dari 28

Nama : Ni Putu Dian Wela Kusuma

NIM : P07134019082
Kelas : III B
Dosen : Jannah Sofi Yanty, S.Si., M.Si

Teknologi Bahan Alam


AKTIVITAS SENYAWA BIOAKTIF SELADA LAUT (Ulva lactuca) SEBAGAI
ANTIOKSIDAN PADA MINYAK IKAN

Penelitian Tahap I
1. Ekstraksi (U. lactuca) dengan metode Maserasi menggunakan pelarut etanol 96% dan
mengetahui kandungan metabolit sekunder (fenol dan flavonoid) serta aktivitas antioksidannya.
Prosedur ekstraksi mengacu pada penelitian Husni et al. (2015) dengan modifikasi.
2. Selada Laut (U. lactuca) kering sebanyak 100 g dipotong kecil-kecil dengan gunting dan
dimasukkan ke dalam botol kaca.
3. Simplisia dimaserasi dengan pelarut etanol 96% (polar) sebanyak 400 ml sampai seluruh
simplisia terendam di dalam botol kaca yang telah ditutup menggunakan alumunium foil.
4. Maserasi selama 2 x 24 jam pada suhu ruang, kemudian disaring dengan kertas saring untuk
memisahkan filtrat dengan residu.
5. Filtrat hasil maserasi selanjutnya dievaporasi dengan rotary evaporator pada suhu 40 oC (±1 jam)
hingga terbentuk ekstrak yang sudah tidak tercium bau pelarut.
Setelah itu dilakukan uji fenol
1. Sebanyak 1 mg ekstrak ditambahkan 1 ml etanol 95%, lalu dicampur. ambil 0,1 ml larutan
ekstrak tersebut dan ditambahkan 0,1 ml reagen Follin-Ciocalteu 50%, selanjutnya diaduk lagi
dan ditambahkan 2 ml Na2CO3 2%
2. Selanjutnya campuran tersebut diinkubasi selama 30 menit.
3. Absorbansi sampel dibaca dengan panjang gelombang 750 nm. Kandungan total fenolik dari
ekstrak dihitung dengan menggunakan kurva standar asam galat
UJI FITOKIMIA, KANDUNGAN TOTAL FENOL DAN AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN MIKROALGA Spirulina sp., Chlorella sp., DAN
Nannochloropsis sp.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biakan murni mikroalga jenis Spirulina sp.
Nannochloropsis sp., dan Chlorella sp. Etanol p.a. (Merck), metanol p.a. (Merck), 2,2-diphenyl-1
picrylhydrazyl (DPPH) (Sigma-Aldrich), folin ciocialteu, 2,4,6-tri-piridil-s-triazin (TPTZ) (Sigma-
Aldrich), pereaksi Dragendroff, dan pereaksi Mayer.

Mikroalga diekstraksi dengan menambahkan etanol dengan perbandingan biomassa dan etanol 1
: 10, dimaserasi satu hari dan disentrifuse dengan kecepatan 2455 G, dan suhu 10 oC, selama 10 menit.
Supernatan yang berwarna pekat dikumpulkan dan kemudian dipekatkan menggunakan rotavapor
vakum (Buchi R-205 dan Buchi R-215 ) sampai tidak ada pelarut yang tersisa. Kemudian ekstrak yang
mengering dalam labu rotavapor dimasukan kedalam botol gelap dan dikeringkan dengan bantuan gas
nitrogen. Proses ekstraksi ini diulang sebanyak 3 kali.
Pengujian total fenol ekstrak mikroalga diuji berdasarkan metode Chatatikun et al. (2013).
Ekstrak mikroalga dilarutkan dalam aquades dan dibuat pada konsentrasi 10.000 ppm. Sebanyak 50 μl
ekstrak ditambahkan aquades sebanyak 50 μl. Larutan kemudian ditambah 50 μl larutan folin 10 % dan
50 l larutan bicarbonat (60 g/L). Mikroplat selanjutnya diinkubasi pada suhu ruang selama 60 menit.
Absorbansi dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 750 nm. Standar asam
galat dibuat dengan melarutkan asam galat dalam aquades dan dibuat pada kosentrasi 3,125; 6,25; 12,5;
25; 50; 100 (g/ml). Aquades juga digunakan sebagai blanko. Untuk standar dan blanko diuji dengan cara
yang sama seperti sampel. Total fenol dikalibrasi terhadap standar asam galat dan diekspresikan sebagai
mg gallic acid equivalent (G.A.E.) g-1D.W.
Hasil uji menunjukan bahwa Spirulina sp. memiliki aktivitas antioksidan terkuat yang ditandai
dengan nilai IC50 terkecil sebesar 518,94 ppm (Tabel 2) Hal ini dapat disebabkan karena kandungan
total fenol dari Nannochloropsis sp. dan Chlorella sp. lebih rendah dibanding Spirullinasp. (Tabel 2).
Jurnal !

UJI FITOKIMIA, KANDUNGAN TOTAL FENOL DAN AKTIVITAS

ANTIOKSIDAN MIKROALGA Spirulina sp., Chlorella sp., DAN


Nannochloropsis sp.

Phytochemical Screening, Total Phenol Content and Antioxidant


Activity of Microalgae Spirulina sp., Chlorella sp. and
Nannochloropsis sp.

Diini Fithriani1*, Sri Amini1, Susiana Melanie1, dan Rini Susilowati1


1
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan,
Jl. K.S. Tubun Petamburan VI, Jakarta Pusat, Indonesia

* Korespondensi Penulis:

diini_fithriani@yahoo.com Diterima: 20 Agustus

2015; Disetujui: 3 November 2015

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan fitokimia, total fenol, dan
aktivitas antioksidan dari mikroalga Spirulina sp., Nannochloropsis sp., dan Chlorella sp.
Mikroalga diekstrak dengan ekstraksi tunggal menggunakan etanol. Skrining fitokimia
dilakukan secara kualitatif. Analisis total fenol dilakukan secara spektrofotometri dengan
metode Folin-Ciocalteu. Analisis antioksidan dilakukan dengan metode 2,2-diphenyl-1-
picrylhydrazyl (DPPH) dan Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP). Skrining fitokimia
menunjukkan keberadaan tanin, flavonoid, steroid, glikosida, dan alkaloid pada ekstrak etanol
ketiga jenis mikroalga, sedangkan saponin hanya terdeteksi pada ekstrak etanol Spirulina sp.
dan Chlorella sp., adapun triterpenoid tidak terdeteksi pada ekstrak etanol ketiga jenis
mikroalga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kandungan total fenol, aktivitas antioksidan (IC50 ), dan kapasitas antioksidan (FRAP) tertinggi
diperoleh pada ekstrak etanol Spirulina sp. dengan nilai berturut turut sebesar 0,32 0,025 mg
GAE g-1 D.W., 518,94 ppm, dan 49,95 2,02 ( mol Fe2+ eq.g-1 D.W). Dalam penelitian ini diketahui

bahwa kandungan fenol total memiliki korelasi yang kuat dengan kapasitas antioksidan metode
FRAP (R 2 = 0,84), dan aktivitas antioksidan metode DPPH (R 2 = 0,79).

KATA KUNCI: mikroalga, DPPH, FRAP, uji fitokimia, kandungan total fenol

ABSTRACT

This study investigated the phytochemical composition and antioxidant activity of the ethanol
extracts of microalgae Spirulina sp., Nannochloropsis sp. and Chlorella sp. Microalgae was
extracted using a one-step extraction with ethanol. Phytochemical screening was conducted
qualitatively. Analysis of total phenolic content was carried out using spectrofotometry with
Folin- Ciocalteu method. The antioxidant assays was analyzed by 2.2-diphenyl-1-picrylhydrazyl
(DPPH) and Ferric Reducing Antioxidant Power (FRAP). Method the phytochemical screening
revealed the presence of tannin, flavonoid, steroid, glycoside and alkaloid in all microalga, while
saponin was only detected in Spirulina sp. and Chlorella sp. and triterpenoid was not detected
in any species microalgae. The result showed that etanolic extract of Spirulina sp. has the higest
content of total phenolic content, antioxidant activity and antioxidant capacity i.e. 0.32 0.025
mg GAE g-1 D.W, 518.94 ppm and 49.95 2.02 mol Fe 2+ eq.g -1 D.W) respectively. Total phenolic
content had strong correlation to the antioxidant capacity of FRAP method (R2 =0.84) and
antioxidant activity of DPPH method (R 2 =0.79).

KEYWORDS: microalgae, DPPH, FRAP, phytochemical test, total phenolic conte nt

PENDAHULUAN penduduk dunia menjadikan pengobatan herbal untuk


Banyak orang percaya bahwa produk dengan label menjaga kesehatan primer mereka (Erlich, 2011).
Eksplorasi bahan hayati dan potensinya sebagai obat
“alami” lebih aman dan baik untuk tubuh. Organisasi
herbal saat ini banyak dilakukan. Salah satu
kesehatan dunia (WHO) mengestimasi bahwa 80%
komoditas yang belum banyak dieksplorasi di
Indonesia dan mempunyai potensi tinggi dalam
di antaranya pada Botryococcus (Rao et al., 2006),
pengembangan obat herbal adalah mikroalga.
Dunaliella (Herrero et al., 2006), Haematococcus (Cerón
Mikroalga kaya akan sumber karbohidrat, protein,
et al., 2007) dan 32 mikroalga terpilih (Goiris et al.,
enzim dan serat. Di samping itu mikroalga
mengandung vitamin dan mineral seperti vitamin 2012). Penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa
A,C,B1,B2,B6, niasin, iodin, kalium, besi, magnesium mikroalga memiliki potensi sebagai antioksidan.
dan kalsium (Priyadarshani & Rath, 2012).
Pengujian antioksidan dapat menggunakan
Mikroalga adalah jenis rumput laut atau alga yang metode 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) dan
berukuran mikroskopis. Dalam siklus makanan di ferric reducing antioxidant power (FRAP). Perbedaan
perairan, mikroalga berperan sebagai produsen utama. antara kedua metode tersebut adalah metode FRAP
Diperkirakan bahwa 40% fotosintesis secara global merupakan uji antioksidan yang langsung mengukur
dilakukan oleh mikroalga (Aung et al., 2013). total antioksidan dalam suatu bahan. Sebaliknya,
Mikroalga dapat menjadi alternatif sumber produk alami metode DPPH, tidak secara langsung mengukur total
yang kontinyu dan terpercaya, karena mikroalga antioksidan, melainkan mengukur kemampuan
dapat dikultivasi dalam bioreaktor dalam skala besar antioksidan untuk bereaksi dengan radikal bebas yang
(Chen, 1996). Selain itu kondisi sel mikroalga dapat dihasilkan dalam sistem pengujian. Pada tumbuhan
dikontrol, dengan menggunakan media yang bersih terrestrial, kelas antioksidan yang penting adalah
dalam pertumbuhannya, sehingga mereka tidak senyawa fenolik, yang menunjukkan beberapa
terkontaminasi herbisida, pestisida dan substansi mekanisme antioksidan (Pietta, 2000). Antioksidan
toksik lainnya (Lubian et al., 2000). Mikroalga telah dari senyawa fenolik yang bersumber dari tanaman
dikenal sebagai sumber berbagai pigmen berharga meliputi senyawa flavonoid, asam cinamat, kumarin,
yaitu chlorophyl a, zeaxanthin, canthaxanthin and tokoferol, kerotenoid dan asam polifungsional organik
astaxanthin (Rocha et al., 2003). Saat ini beberapa (Shahidi & Wanasundara 1992).
spesies mikroalga sudah di produksi dalam skala
besar yaitu Spirulina sp. dan Chlorella sp. untuk Dalam upaya eksplorasi obat herbal dari mikroalga
konsumsi multivitamin manusia dan Nannochloropsis maka dilakukan penelitian terhadap tiga spesies yang
mudah dikultivasi yaitu Spirulina sp., Nannochloropsis
sp. untuk pakan ikan.
sp., dan Chlorella sp. Penelitian ini bertujuan
Spirulina sp. adalah mikroalga berbentuk spiral mempelajari kandungan fitokimia, kandungan total
yang karena sifatnya yang bernutrisi tinggi dan fenol dan aktivitas antioksidan dari tiga spesies
kehadiran senyawa bioaktif seperti phycocyanin mikroalga tersebut.
menjadi salah satu mikroalga yang banyak dipelajari
(Moraes et al.,2011). Chlorella sp. oleh Bold & Wynne
(1985) dikategorikan ke dalam kelompok alga hijau BAHAN DAN METODE
yang memiliki jumlah genus sekitar 450 dan jumlah
spesies lebih dari 7500. Nannochloropsis sp. adalah Bahan
alga hijau uniseluler berbentuk bola dengan diameter
sekitar 2–5 m, kelas Eustigmatophyceae. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Nannochloropsis sp. memainkan peranan penting biakan murni mikroalga jenis Spirulina sp.
dalam sistem rantai makanan, umumnya digunakan Nannochloropsis sp., dan Chlorella sp. Etanol p.a.
sebagai pakan dan secara luas dikultivasi untuk (Merck), metanol p.a. (Merck), 2,2-diphenyl-1-
budidaya ikan dan udang (Gwo et al., 2005) picrylhydrazyl (DPPH) (Sigma-Aldrich), folin ciocialteu,
Skrining fitokimia merupakan metode yang 2,4,6-tri-piridil-s-triazin (TPTZ) (Sigma-Aldrich),
sederhana, cepat, serta sangat selektif, yang dapat pereaksi Dragendroff, dan pereaksi Mayer.
digunakan untuk mengidentifikasi golongan senyawa
Metode
serta mengetahui keberadaan senyawa-senyawa aktif
biologis yang terdistribusi dalam jaringan tanaman
(Nohong, 2009; Uddin, 2011). Menurut Sani et al. Kultivasi dan pemanenan mikroalga jenis
(2014) hasil uji skrining fitokimia pada jenis mikroalga Nannochloropsis sp., Chlorella sp. dan Spirulina sp.
Tetrachelmis chui, menunjukkan bahwa ekstrak etanol
Tetraselmis chui mengandung senyawa fitokimia Pada media air laut steril diberikan biakan
golongan alkaloid, flavonoid, dan glikosida flavonoid. mikroalga Nannochloropsis sp., Chlorella sp. dan
Spirulina sp. dengan kepadatan awal masing–masing
Mikroalga diduga juga memiliki kemampuan 1 x 104 sel/ml, kemudian ditambahkan pupuk conway
aktivitas antioksidan. Banyak penelitian tertarik untuk (Amini,1990). Kultivasi mikroalga dilakukan selama
mengeksplorasi kemampuan antioksidan mikroalga 5-7 hari. Pemanenan dilakukan pada umur Spirulina
sp. 5–7 hari pemeliharaan yaitu pada f ase
Pemeriksaan steroid dan triterpenoid dilakukan
eksponensial (fase pertumbuhan). Biomassa
dengan reaksi Lieberman-Burchard. Terbentuknya
mikroalga dipanen dengan menggunakan sentrifuse cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan
untuk Nannochloropsis sp. dan Chlorella sp. dan menunjukkan adanya triterpenoid, sedangkan bila
penyaringan dengan kain satin untuk Spirulina sp. muncul cincin biru kehijauan menunjukkan adanya
Biomassa kemudian dicuci dengan air dengan steroid (Ciulei, 1984).
perbandingan 1 : 20 (biomassa : air) dan disentrifuse
menggunakan sentrifuse dengan kecepatan 2455 G, Pemeriksaan glikosida dilakukan dengan Uji
temperatur 10 °C, selama 10 menit. Supernatan Liebermann-Burchard. Terjadinya warna biru atau hijau
dibuang dan endapan biomassa dicuci kembali dengan menunjukkan adanya glikosida (reaksi Liebermann-
air. Pencucian ini diulang hingga biomassa memiliki Burchard) (Anon., 1989).
pH 7. Biomassa hasil pencucian kemudian Pemeriksaan flavonoid terhadap ekstrak etanol
dikeringkan dengan freeze dryer hingga diperoleh mikroalga dilakukan dengan uji Taubeck. Larutan
bubuk mikroalga. berfluoresensi kuning di bawah UV 366 nm, intensif
menunjukkan adanya flavonoid (Anon., 1989).
Ekstraksi mikroalga
Uji aktivitas antioksidan
Mikroalga diekstraksi dengan menambahkan
etanol dengan perbandingan biomassa dan etanol 1 : Aktivitas antioksidan ekstrak etanol mikroalga diuji
10, dimaserasi satu hari dan disentrifuse dengan berdasarkan 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH)
kecepatan 2455 G, dan suhu 10 oC, selama 10 menit. menurut Li et al. (2006). Sebanyak 10 mg sampel
Supernatan yang berwarna pekat dikumpulkan dan dilarutkan dalam metanol PA kemudian dibuat seri
kemudian dipekatkan menggunakan rotavapor vakum konsentrasi dari 100; 200; 400; 800 ppm. Sebanyak
(Buchi R-205 dan Buchi R-215 ) sampai tidak ada 160 µl ekstrak dari tiap seri konsentrasi sampel,
pelarut yang tersisa. Kemudian ekstrak yang ditambah 40 µl larutan DPPH. Setelah 30 menit pada
mengering dalam labu rotavapor dimasukan kedalam suhu ruang, absorban diukur pada panjang gelombang
botol gelap dan dikeringkan dengan bantuan gas 517 nm. Sebagai kontrol negatif digunakan metanol
nitrogen. Proses ekstraksi ini diulang sebanyak 3 kali. dengan pengerjaan yang sama dan sebagai blanko
digunakan 200 µl metanol p.a. tanpa penambahan
Uji fitokimia larutan DPPH
Persen penghambatan dihitung dengan rumus:
Pembuatan larutan uji untuk skrining fitokimia
(alkaloid, saponin, tanin, steroid, triterpenoid, (A–B) – (C-D)
glikosida) dilakukan dengan melarutkan ekstrak % Hambatan = x 100%
mikroalga Spirulina sp., Chlorella sp., dan (A-D)
Nannochloropsis sp. dalam etanol p.a. dengan
Dimana : A = Absorbansi kontrol negatif
perbandingan 1 : 10. B = Absorbansi Blanko
Pemeriksaan alkaloid dilakukan dengan C = Absorbansi kontrol ekstrak
mereaksikan larutan uji dengan pereaksi Dragendroff D= Absorbansi ekstrak
dan larutan uji dengan pereaksi Mayer. Terbentuknya
endapan jingga pada reaksi dengan pereaksi Data persentase penghambatan digunakan untuk
Dragendroff dan endapan kuning pada reaksi dengan mencari nilai Inhibition Concentration 50 dalam ppm,
pereaksi Meyer menunjukkan adanya alkaloid Nilai IC 50 ditentukan dengan analisis probit
(Farnsworth, 1966). menggunakan microsoft software excel 2007.
Pemeriksaan saponin dilakukan dengan Uji Kapasitas antioksidan
mengamati pembentukan busa setelah pengocokan.
Busa setinggi 1–10 cm yang stabil selama tidak Kapasitas antioksidan ekstrak etanol mikroalga
kurang dari 10 menit, dan tidak hilang pada diuji menggunakan ferric reducing antioxidant power
penambahan 1 tetes HCl 2N menunjukkan adanya (FRAP) menurut Varga et al. (1998) dan Szôllôsi &
saponin (Anon., 1995). Varga, (2002) yang dimodifikasi.Sebanyak 20 µl
Pemeriksaan tanin dilakukan dengan mereaksikan ekstrak (1000 ppm), ditambah 150 µl reagen Frap.
3 ml larutan uji dengan 5 tetes NaCl 1 % dan 3 tetes Setelah 10 menit pada suhu 37 °C, absorban diukur
larutan gelatin. Apabila terbentuk endapan maka pada panjang gelombang 595 nm. Sebagai standar
larutan ekstrak positif mengandung tanin (Robinson, digunakan FeSO4.7H2O dengan pengerjaan yang
1991, Sarker et al., 2005 ). sama. Standar dibuat dengan melarutkan FeSO4.7H2O
dalam aquades dan dibuat pada konsentrasi 1; 0,9;
0,8; 0,7; 0,6; 0,5; 0,4; 0,3; 0,2; dan 0,1 mol/l. (Procházková et al., 2011). Flavonoid saat ini menjadi
Kapasitas antioksidan dikalibrasi terhadap standar
FeSO .7H O dan diekspresikan sebagai mol Fe2+ fokus perhatian karena potensinya yang
4 2
menguntungkan terhadap kesehatan dan flavonoid

eq.g-1D.W) dilaporkan mengandung anti virus, anti alergi, anti


platelet, anti inflamasi, anti tumor, dan aktivitas
Uji total fenol antioksidan (Heim et al., 2002). Posisi grup hidroksil
dan grup lain dalam struktur kimia flavonoid sangat
Pengujian total fenol ekstrak mikroalga diuji
penting untuk mencegah radikal bebas (Buhler &
berdasarkan metode Chatatikun et al. (2013). Ekstrak
Miranda, 2002). Alkaloid digunakan sebagai agen
mikroalga dilarutkan dalam aquades dan dibuat pada
anastesi dan banyak ditemukan pada tanaman obat
konsentrasi 10.000 ppm. Sebanyak 50 µl ekstrak
(Herouart, 1988 dalam Wadood et al., 2013). Hasil uji
ditambahkan aquades sebanyak 50 µl. Larutan
fitokimia menunjukkan bahwa Spirulina sp. dan
kemudian ditambah 50 µl larutan folin 10 % dan 50
Chlorella sp. mengandung saponin. Saponin memiliki
l larutan bicarbonat (60 g/L). Mikroplat selanjutnya
diinkubasi pada suhu ruang selama 60 menit. efek terhadap level kolesterol, kanker, kesehatan
Absorbansi dibaca dengan spektrofotometer pada tulang, dan menstimulasi sistem imun. Bagian bukan
panjang gelombang 750 nm. Standar asam galat gula dari saponin juga memiliki aktivitas antioksidan
dibuat dengan melarutkan asam galat dalam aquades yang memiliki manfaat seperti menurunkan risiko
dan dibuat pada kosentrasi 3,125; 6,25; 12,5; 25; kanker dan penyakit hati.
50; 100 (g/ml). Aquades juga digunakan sebagai Hasil uji kandungan total fenol menunjukkan bahwa
blanko. Untuk standar dan blanko diuji dengan cara total fenol bervariasi antara 0,1062 ± 0,003–0,3172 ±
yang sama seperti sampel. Total fenol dikalibrasi 0,06 mg GAE g-1D.W. Pada mikroalga Chlorella sp.
terhadap standar asam galat dan diekspresikan nilai yang diperoleh yaitu 0,1062 ± 0,003 mg GAE g-
sebagai mg gallic acid equivalent (G.A.E.) g-1D.W. 1
D.W berada di bawah kisaran total fenol yang diteliti
terhadap 6 batch Chlorella sp. oleh Goiris et al. (2012)
Analisis statistik yaitu 0,25 ± 0,09 – 3,04 ± 0,20 mg GAE g-1D.W. Total
fenol yang dihasilkan mikroalga Nanochloropsis sp.
Penelitian dilakukan dengan tiga kali ulangan dan
hasil diekspresikan sebagai nilai rata rata dengan adalah 0,2613 ± 0,09 lebih rendah daripada mikroalga
standar deviasi. Korelasi antara total fenol dan Nannochloropsis yang diteliti Goiris et al. (2012) yaitu 1,65
kapasitas antioksidan dihitung dengan menggunakan ± 0,10 – 2,17 ± 0,03 mg GAE g-1D.W. Adanya
microsoft software excel 2007.
perbedaan total fenol pada spesies yang sama
dimungkinkan karena total fenol dipengaruhi beberapa
HASIL DAN BAHASAN faktor di antaranya stres. Menurut Reyes & Zevallos
(2003) cahaya matahari adalah salah satu bentuk
Hasil uji fitokimia dari biomassa mikroalga Spirulina sp., pemicu stres yang dapat meningkatkan biosintesis
Nannochloropsis sp., dan Chlorella sp. kandungan senyawa fenol pada jaringan tanaman.
menunjukkan bahwa Spirulina sp., Nannochloropsis sp., Lebih jauh cahaya matahari memegang peranan
dan Chlorella sp. mengandung senyawa tanin, penting dalam anthocyanin biosynthetic pathway.
flavonoid, steroid, glikosida dan alkaloid. Namun, Kandungan total fenol pada tanaman dipengaruhi
saponin hanya terdeteksi pada Spirulina sp. dan beberapa faktor yaitu genetik, lingkungan dan
Chlorella sp. sedang triterpenoid tidak terdeteksi pada teknologi yang diterapkan setelah proses pemanenan
ketiga jenis mikroalga (Tabel 1). (Barberán & Espin, 2001).
Hasil uji aktivitas antioksidan metode DPPH
Kandungan senyawa fitokimia dipengaruhi disajikan pada Gambar 1 dan Tabel 2. Pada Gambar
berbagai faktor yaitu spesies, varietas, kondisi 1 persentase penghambatan tertinggi diperoleh dari
pertumbuhan, variasi musim, metode pengolahan dan mikroalga Spirulina sp. pada konsentrasi 800 ppm
penyimpanan (Pyo et al., 2014). Tanin berfungsi dengan hambatan sebesar 60,027% ± 0,07%.
sebagai antioksidan sekunder, karena tanin memiliki Chlorella sp. menunjukkan aktivitas penghambatan
kemampuan mengkelat ion besi dan memperlambat terkecil dengan nilai hambatan sebesar 32,84 ± 0,91
oksidasi (Amarowicz, 2007). Flavonoid adalah pada konsentrasi 800 ppm. Sedangkan
senyawa yang terdapat secara luas di alam dan Nannochloropsis sp. menunjukkan persentasi
dikategorikan menurut struktur kimia ke dalam hambatan sebesar 44,27 ± 0,64.
flavonol, flavon, flavonon, isoflavon, katekin, antosianin, Data persentase hambatan setiap konsentrasi ini,
dan kalkon (Buhler & Miranda, 2002). Flavonoid adalah selanjutnya digunakan untuk menghitung nilai IC50
salah satu dari banyak molekul yang digunakan oleh dengan menggunakan analisis probit. Nilai IC50 dapat
sel untuk melindungi bahaya reaktif oksigen spesies didefinisikan sebagai besarnya konsentrasi yang dapat
menghambat aktivitas radikal bebas sebanyak 50%. Nannochloropsis pada penelitian ini sebesar 25,39 ±
Semakin kecil nilai IC50 menunjukkan semakin besar 3,5 µmol Fe2+ eq.g-1D.W). sedangkan dua batch
aktivitas antioksidan pada suatu bahan (Molyneux, mikroalga Nannochloropsis sp. yang diteliti oleh Goiris et
2004). Dalam uji DPPH, nilai IC50 mikroalga bervariasi al. (2012) menghasilkan nilai FRAP 40,68 ± 1,6–
antara 518,94–1388,85 ppm. Hasil uji menunjukan
bahwa Spirulina sp. memiliki aktivitas antioksidan 40,80 ± 1,05 µmol eq trolox.g-1D.W.
terkuat yang ditandai dengan nilai IC50 terkecil sebesar Hasil uji aktivitas antioksidan (DPPH) dan hasil uji
518,94 ppm (Tabel 2). Aktivitas antioksidan ekstrak kapasitas antioksidan (FRAP) untuk mikroalga
etanol Spirulina sp. pada penelitian ini masih lebih Nannochloropsis sp. dan Chlorella sp. cenderung lebih
rendah dari penelitian Yudiati et al. (2011), dengan rendah dari Spirullina sp. Hal ini dapat disebabkan
IC 50 sebesar 383 ppm. Hal ini dimungkinkan karena karena kandungan total fenol dari Nannochloropsis
senyawa antioksidan mikroalga memiliki polaritas sp. dan Chlorella sp. lebih rendah dibanding Spirullina
yang berbeda beda (Li et al., 2007). Metanol dapat
sp. (Tabel 2). Hasil analisis korelasi antara kapasitas
mengekstrak zat yang ada pada Spirulina sp. lebih
antioksidan (FRAP) dan total fenol adalah R2= 0,84
banyak dibandingkan etanol. Hal ini disebabkan
sedangkan dari hasil analisis korelasi antara aktivitas
karena metanol mempunyai kemampuan melarutkan
antioksidan (DPPH) dan total fenol diperoleh R2= 0,79
solute yang lebih besar dibandingkan etanol. Metanol
(Gambar 2). Hasil ini menunjukkan bahwa kandungan
mempunyai parameter polarity ( ET ) sebesar 55,4
total fenol berkontribusi positif dan kuat terhadap
sedangkan nilai ET etanol sebesar 51,9 (Buchori,
aktivitas maupun kapasitas antioksidan baik dengan
2007).
metode DPPH maupun metode FRAP. Hal ini sesuai
Hasil uji kapasitas antioksidan FRAP (Tabel 2) dengan beberapa penelitian yang menyimpulkan
menunjukkan bahwa kapasitas antioksidan bervariasi bahwa fenolik menjadi antioksidan utama di banyak
antara 25,39 ± 3,5–49,95 ± 2,02 µmol Fe2+ eq.g-1D.W spesies tanaman tingkat tinggi seperti, sayuran, buah
dengan nilai kapasitas antioksidan tertinggi pada dan tanaman medis (Jimenez-Escrig et al., 2001; Cai
Spirulina sp. dan terendah pada Chlorella sp. Uji FRAP et al., 2004; Soong & Barlow, 2004; Li et al., 2007).
didasarkan pada reaksi transfer elektron dari Senyawa fenolik dapat berperan sebagai antioksidan
antioksidan ke senyawa Fe 3+-TPTZ (Ou et al., 2000). karena kemampuannya untuk mendonasikan atom
Nilai FRAP yang diperoleh pada mikroalga Chlorella hidrogen atau elektron untuk membentuk intermediat
sp. adalah 25,39 ± 3,5 (µmol Fe2+ eq.g-1D.W). Pada radikal bebas yang stabil (Karunamoorthy et al.,
penelitian Goiris et al. (2012) yang meneliti enam 2012). Hasil ini sejalan dengan penelitian
batch Chlorella sp. diperoleh kapasitas antioksidan Hajimahmoodi et al. (2009) serta Shetty (2015) yang
sebesar 6,37 ± 0,24 – 64,65 ± 5,80 µmol eq trolox.g- menyimpulkan bahwa fenol merupakan kontributor
1D. W. Nilai FRAP yang diperoleh oleh utama terhadap aktivitas antioksidan mikroalga. Hasil
penelitian Goiris et al. (2012) pada mikroalga

Tabel 1. Hasil uji fitokimia pada ekstrak etanol Spirulina sp., Nannochloropsis sp., dan Chlorella sp.

Table 1. Result of phytochemical test on the etanol extract of Spirulina sp., Nannochloropsis sp. and Chlorella sp.

Uji Fitokimia/ Spirulina Nannochloropsis sp. Chlorella


Phytochemical Test sp. sp. Keterangan/Description

Tanin + + + Terjadi endapan/Formation of a precipitation


Fluores ensi kuning intensif/Intensive yellow
Flavonoid + + +
fluorescence
Steroid + + + Cincin kehijauan/Greeny ring
Glikosida + + + Warna biru atau hijau/Blue or green colour
Alkaloid + + + Endapan jingga/Orange precipitation
Saponin + - + Busa permanen/Permanent foam
Triterpenoid - - - Cincin coklat/Brown ring
menujukkan bahwa ada korelasi antara kapasitas
Dalam penelitian ini jika dilihat dari nilai uji DPPH
antioksidan dan kandungan fenol, tetapi dengan nilai (Tabel 2), mikroalga yang diuji tidak cukup potensial
R2 yang lebih rendah (0,541). Sedangkan menurut sebagai sumber antioksidan karena tingginya nilai IC50
Reyes & Zevallos (2003) antioksidan utama yang yang diperoleh. Bahan dikatakan sebagai antioksidan
terdapat pada jaringan tanaman adalah senyawa sangat kuat apabila memiliki nilai IC50 kurang dari 50
fenolic, vitamin C dan E, dan karotenoid. ppm, kuat apabila nilai IC50 antara 50–100 ppm,
Selain kandungan fenol yang lebih rendah, lebih sedang apabila nilai IC50 antara 10–150 ppm, lemah
rendahnya aktivitas dan kapasitas antioksidan pada apabila memiliki nilai IC50 antara 150–200 ppm, dan
Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp dapat pula sangat lemah apabila memiliki nilai IC50 lebih dari 200
disebabkan dinding sel Chlorella sp. dan ppm (Molyneux, 2004).
Nannochloropsis sp. yang cenderung lebih kuat Berbeda dengan hasil uji DPPH yang menunjukkan
dibandingkan Spirulina sp., sehingga proses ekstraksi potensi antioksidan yang sangat lemah, hasil uji FRAP
tidak secara optimal mengeluarkan seluruh zat aktif pada penelitian ini (Tabel 2) menunjukkan tiga spesies
dari mikroalga Chlorella sp. dan Nannochloropsis sp. mikroalga yang dipelajari berada pada kategori
Sebagian dinding sel mikroalga mengandung selulosa medium dengan nilai 25,39 ± 3,5–49,95 ± 2,02 µmol
dan beberapa spesies memiliki tambahan tri-laminar Fe2+ eq.g-1D.W. Bahan dikatakan sebagai antioksidan
sheat (TLS) yang mengandung algaenan, substansi sangat kuat apabila memiliki nilai kapasitas
yang dikenal memiliki ketahanan terhadap degradasi antioksidan lebih dari 500 µmol Fe (II) g-1, kuat apabila
(Versteegh & Blokker, 2004). memiliki nilai kapasitas antioksidan antara 100–500
70

60
Percentage of inhibition
Persen penghambatan/

Spirulina sp. Nannochloropsis


50
sp. Chlorella sp.
(%)

40

30

20

10

0
100 200 400 800
Konsentrasi/Concentration (ppm)

Total Fenol/Total Phenolic Content IC50 (ppm) FRAP


Spesies/Species
(mg GAE g-1D.W) (μmol Fe2+ eq.g-1D.W)

Nannochloropsis sp. 0.2613 ± 0.09 906.96 26.00 ± 2.75


Spirulina sp. 0.3172 ± 0.06 518.94 49.95 ± 2.02
Chlorrella sp. 0.1062 ± 0.003 1388.85 25.39 ± 3.5
(a) (b)
Kapasitas antioksidan/Antioxidant
capacity (¼mol Fe2+ eq.g-1D.W)

Percent inhibition (%)


Persen hambatan/
Kandungan fenol/Phenol content mg Kandungan fenol/Phenol content mg
GAE g-1 D.W GAE g-1 D.W

Gambar 2. Korelasi antara kandungan total fenol dengan kapasitas antioksidan metode FRAP (a) dan aktivitas
antioksidan metode DPPH (b).
Figure 2. Correlation between total phenolic content with antioxidant capacity using FRAP method (a) and
antioxidant activity using DPPH method (b).

µmol Fe (II) g-1, medium apabila nilai kapasitas saponin hanya terdeteksi pada ekstrak Spirulina sp.
antioksidan antara 10–100 µmol Fe (II) g-1 dan apabila dan Chlorella sp. Adapun triterpenoid tidak terdeteksi
memiliki nilai kapasitas antioksidan kurang dari 10 pada ketiga jenis ekstrak mikroalga. Aktivitas
termasuk lemah (Wong et al., 2006).
antioksidan (IC50), kapasitas antioksidan (uji FRAP)
Kurangnya aktivitas antioksidan pada uji DPPH dan kandungan total fenol terbaik ditemukan pada
dapat disebabkan karena tidak semua senyawa ekstrak etanol Spirulina sp. dengan nilai berturut turut
antioksidan bereaksi positif terhadap DPPH. Dalam 518,94 ppm, 49,95 ± 2,02 (µmol Fe2+ eq.g-1D.W) dan
uji DPPH, antioksidan dengan sifat hidrofobik kuat, 0,32 ± 0,0025 mg GAE g-1D.W. Dalam penelitian ini
menunjukkan reaktivitas rendah (Nenadis & Tsimidou, diketahui bahwa kandungan total fenol memiliki
2002; Musialik & Litwinienko, 2005; Sharma & Bhat, korelasi yang kuat dengan kapasitas antioksidan
2009). Ekstrak Nannochloropsis sp. berwarna hijau metode FRAP dengan R2 = 0,84 dan aktivitas
kekuningan yang menunjukkan adanya pigmen antioksidan metode DPPH dengan R 2 = 0,79.
karoten yang terekstrak, karoten bersifat hidrofobik.
Menurut Lubian et al. (2000) Nannochloropsis sp.,
UCAPAN TERIMA KASIH
salah satu mikroalga laut yang biasa digunakan dalam
budidaya, telah dikenal luas sebagai sumber Ucapan terima kasih disampaikan pada Bapak
karotenoid. Muhammad Nursid selaku pembimbing penulisan juga
Beberapa komplikasi juga dapat disebabkan oleh disampaikan kepada Ibu Emi Rusyani yang membantu
ionisasi sebagian dari senyawa yang diuji, yang dalam perolehan kultur.
mempengaruhi laju reaksi mereka dengan DPPH,
sehingga tergantung pH (Musialik & Litwinienko,
DAFTAR PUSTAKA
2005). Pada sampel yang mengandung antosianin
memicu kerancuan dalam pengukuran aktivitas A mar o wicz, R. (200 7 ). Tannins: the new natural
antioksidan. Antioksidan fenolik bereaksi secara antioxidants?. E uro pe an J ou rn al of Lipid Science and
lambat dengan DPPH, mencapai kondisi stabil pada Technology. 109, 549–551.
1–6 jam atau lebih lama (Bondet et al., 1997).
Anonim. (1989). Materia Medika Indonesia. Jilid V.
Departe m en K esehatan R ep ublik Ind on esia, Jakarta.
KESIMPULAN
Anonim. (1995). Materia Medika Indonesia. Jilid VI.
Hasil skrining fitokimia menunjukkan keberadaan Departe m en K esehatan R ep ublik Ind on esia, Jakarta.
tanin, flavonoid, steroid, glikosida dan alkaloid pada
ekstrak etanol ketiga jenis mikroalga. Sedangkan Amini, S. (1990 ). The biochemical composition of Isochrysis
galbana clone Tahiti (T. iso). Jurnal Penelitian Budidaya
Pantai, 6(1), 53–62.
Aung,W.L., Kyaw, N. & Nway, N.H. (2013). Biosorption of Lead Gwo, J.C., Chiu, J.Y., Chou, CC, & Cheng, H.Y. (2005).
(Pb2+) by using Chlorella vulgaris. International Journal of
Chemical, Environmental & Biological Sciences, 1(2), 2320– Cryopreservation of a marine microalga, Nannochloropsis oculata
4087. (Eustigmatophyceae). Cryobiology, 50(3), 338–43.

Barberá n, F.A.T. & Espín, J.C. (2001 ). Ph e nolic Hajimahmoodi, M. Faramarzi, M. A., Mohammadi, N., Soltani, N., Oveisi, M.R., &
compounds and related enzymes as determinants of Varcheh, N.N. (2010). Evaluation of antioxidant properties and total phenolic
quality in fruits and vegetables. Journal of the Science
of Food and Agriculture, 81(9), 853–876.

Buchori, L. (2007). Pembuatan gula non karsinogenik non


kalori dari daun stevia. Reaktor. 11(2), 57–60.

Benbrook, C.M. (2005). Elevating antioxidant levels in food


through organic farming and food processing. Organic
Center State of Science, New York.

Bondet, V., Brand-W illiams, W., & Berset, C. (1997). Kinetics


and mechanisms of antioxidant activity using the DPPH
free radical method. Lebensmitt Wissenschaft Technologie
Food Science Technology, 30, 609–615.

Bold, H.C. & Wynne, M.J. (1985). Introduction to the algae:


Structure and reproduction. 2nd ed. Prentice Hall,
Inc.[dalam bahasa Indonesia]. Englewood Cliffs.

Buhler & Miranda, C. (2000). Antioxidant activities of


flavonoids. Oregon. Department of Environmental and
Molecular Toxicology Oregon State University.

Cai, Y. Z., Luo, Q., Sun, M., & Corke, H. (2004). Antioxidant
activity and phenolic comp ounds of 112 Chinese
medicinal plants associated with anti cancer. Life
Sciences. 74, 2157–2184.

Cerón, M.C, García-Malea, M.C, Rivas, J., Acien, F.G,


Fernández, J.M, Del Río E., Guerrero, M.G, & Molina, E.
(2007). Antioxidant activity of Haematococcus
pluvialis cells grow n in continuo us culture as a
function of their carotenoid and fatty acid content.
Applied Microbial and Cell Physiology. 74, 1112– 1119.

Chatatikun, M., & Chiabchalard, A. (2013). Phytochemical


screening and free radical scavenging activities of orange
baby carrot and carrot (Daucus carota Linn.) root cru d e
extracts. J ou rn al of Ch e mi cal and Pharmaceutical
Research. 5(4), 97–102.

Chen, F. (1996). High cell density culture of microalgae in


heterotrophic growth. Trends in Biotechnology, 14, 421–
426.

Ciulei, J. (1984). Methodology for Analysis of Vegetables and


Drugs. Faculty of Pharmacy, Bucharest

Erlich, S.D. (2011). Herbal medicine. Retrieved from


umm.edu/health/medical/altmed/treatmen/herbal-
medicine.

Goiris, K., Muylaert, K., Fraeye, I., Foubert, I., Brabanter, J.D.,
& De Cooman, L. (2012).Antioxidant potential of
microalgae in relation to their phenolic and carotenoid
content. Journal of Applied Phycology., 24, 1477– 1486.
content of some strain of microalgae. Molyneux, P. (2004). The use of the stable free radical
Journal of Applied Phycology. 22(1), 43– diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) for estimating antioxidant
50. activity. Songklanakarin Journal of Science and
Technology, 26(2), 211–219.
Heim, K.E., Tagliaferro, A.R., & Bobilya. D.J.
(2002). Flavonoid antioxidants: Moraes, C.C., Sala, L., Cerveira, G.P. & Kalil, S.J. (2011). C-
chemistry, metabolism and structure- phycocyanin extraction from Spirulina platensis wet
activity relationships. Journal of biomass. Brazilian Journal of Chemical Engineering. 28,
Nutritional Biochemistry, 13(10), 572– 45–49.
584.
Musialik, M. & Litwinienko, G. (2005) Scavenging of dpph
Herrero, M., Jaime, L., Martin-Alvarez, P.J., radicals by vitamin E is accelerated by its partial ionization:
Cifuentes, A., & Ibanez, E. (2006). the role of sequential proton loss electron transfer.
Optimization of the Extraction of Organic Letter, 7(22), 4951–4954.
Antioxidants from Dunaliella salina
Microalga by Pressurized Journal of Nenadis, N. & Tsimidou, M. (2002). Observation on the
agricultural and food chemistry, 54, estimation of scavenging activity of phenolic compounds
5597–5603. using rapid 1 ,1-diphenyl-2 - picrylhydrazyl (DPPH) tests.
Journal of the American Oil Chemists Society. 79, 1191–
Jimenez-Escrig, A., Jimenez-Jimenez, I., 1195.
Pulido,R., & Saura-Calixto, F. (2001).
Antioxidant activity of fresh and Nohong. (2009 ). Skrining fitokimia tumbuhan Ophiopogon
processed edible seaweeds. Journal of jaburan lodd dari kabupaten kolaka provinsi Sulawesi
the Science of Food and Agriculture, 81, tenggara. Jurnal Pembelajaran Sains, 5(2), 172–178.
530–534.
Ou, B., Huang, D., Woodill, M.H., Flanangan J.A., & Deemer,
Jones, W.P., & Kinghorn, A.D. (2006). E.K. (2000). Analysist of antioxidant activities
Extraction of Plant Secondary
Metabolites. In Sarker, S. D., Latif, Z.
and Gray, A. I. (eds.). Natural products
isolation (pp. 341– 342). 2 nd Ed.
Humana Press, New Jersey.

Karunamoorthy, M., Perumal, A., &


Thangavel, B. (2012.) Evaluation of
antioxidant properties of marine
microalga Chlorella marina (Butcher,
1952). Asian Pacific Journal of Tropical
Biomedicine, 342–S346.

Li, H.B., Cheng, K.W., Wong, C.C., Fan, K.W.,


Chen, F. & Jiang, Y. (2007). Evaluation of
antioxidant capacity and total phenolic
content of different fractions of
selected microalgae. Food Chemistry,
102, 771–776.

Li, Y., Li, X., Lee, U., Kang, J.S., Choi, H.D., & Son,B.W.

(2006). A new radical scavenging


antracene Glycosie, Asperflavin
Ribofuranoside, and Polyketides from
Marine Isolate of the Fungus
Microsporum.Chemical and
Pharmaceutical Bulletin, 54(6), 882–
883.

Lubian, L.M., Montero, O., Moreno-Garido,


I.,Huertas, E., Sobrino, C., Valle, G.,M.,
& Pares, G. (2000 ). Nannochloropsis
(eustigmatopyceae) as source of
commercially valuable pigment. Journal
of Applied Pycology., 2(3-5), 249–255.
of common vegetables employing oxygen radical absorbancy capacity (ORAC) and Ferric reducing antioxidant power (FRAP) : a
comparative study. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 50, 3122– 3128.

Pietta, P.G. (2000). Flavonoids as antioxidants. Journal of Natural Products, 63, 1035–042.

Priyadarshani, I. & Rath, B. (2012). Commercial and industrial applications of micro algae – A review. Journal Algal Biomass Utilization,
3(4), 89–100.

Procházková, D., Boušová, I., & Wilhelmová, N. (2011). Antioxidant and prooxidant properties of flavonoids. Fitoterapia, 82, 513–523.

Pyo,Y.H., Jin,Y.J., & Hwan, J.Y. (2014). Comparison of the effect of blending and juicing on phytochemical content and antioxidant
capacity of typical korean kernel fruit juice. Preventive Nutrition and Food Science. 19(2), 108–114.

Robinson, T. (1991). Kandungan organik tumbuhan Tingkat Tinggi. Penerbit ITB, Bandung.

Rocha, G.J.M.S., Garcia, J.E.C., & Henriques, M.H.F. (2003). Growth aspects of the marine microalga Nannochloropsis. Biomolecular
Engineering. 20, 237–242.

Reyes, L.F., & Zevallos, L.C. (2003). Wounding stress increases the phenolic co ntent and antioxidant capacity of purple-flesh
p otato es (S ol a nu m tuberosum L.). Journal of Agricultural and Food Chemistry, 51, 5296–5300.

Rao, A.R., Sarada, R., Baskaran, V., & Ravishankar G.A. (2006). Antioxidant activity of Botryococcus braunii extract elucidated in vitro
models. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 54, 4593–4599.

Sani, R. N., Nisa, F.C., Andriani, R.D., & Maligan, J.M. (2014). Analisis rendemen dan skrining fitokimia ekstrak etanol mikroalga laut
Tetraselmis chuii. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2(2), 121–126.
Shahidi, F., & Wanasundara, P.K. (1992). Phenolic antioxidants. Critical reviews in Food Science and Nutrition. 32, 67–103.

Sharma, O.P. & Bhat, T.K. (2009). DPPH antioxidant assay revisited. Food Chemistry. 113, 1201–1205.

Shetty, V., Mokashi, K. & Sibi,G. (2015).Variation among antioxidant profiles in lipid and phenolic ekstrak of microalgae fro m
different growth medium.Jounal of Fisheries and Aquatic Science, 10(5), 367–375.

Szôllôsi, R., & Varga, I. S. (2002). Total antioxidant power in some species of Labiatae (Adaptation of FRAP method). Acta
Biologica Szegediensis. 46(3–4), 125–

127.

Soong, Y. Y. & Barlow, P.J. (2004). Antioxidant activity and ph en olic co nte nt of selected fruit seeds. Fo od Chemistry, 88,
411–417.

Uddin, G., Rauf, A., Shaheen, B., Siddiqui, & Shah, S. Q. (20 11). Preliminary comparative phytochemical screening of
Diospyros lotus Stewart. Middle-East Journal of Scientific Research, 10(1), 78–81.

Versteegh, G.J.M., & Blokker, P. (2004). Resistant macromolecules of extant and fossil microalgae. Phycological Research, 52,
325–339.

Varga, I.S.Z., Matkovics, B., Sasvári, M., & Salgó, L. (1998). Comparative study of plasma antioxidant status in normal and
pathological cases. Current Topics in Biophysics, 22, 219–224.

Wadood, A., Ghufran M., Jamal, S.B., Naem M, & Khan A. (2013). Phytochemical analysis of medicinal plant occuring in
local area of Mardan. Biochemistry & analitical biochemistry, 2, 144.

Wong, C.C., Li, H.B., Cheng, K.W., & Chen, F. (2006). A

systematic survey of antioxidant activity of 30 Chinese medicinal plants using the ferric reducing antioxidant power assay.
Food Chemistry, 97, 705–711.

Yudiati, E., Sejati, S., Sunarsih, & Agustian, R. (2011). Aktivitas antioksidan dan toksisitas ekstrak metanol dan pigmen kasar
Spirulina sp. Indonesian Journal of Marine Sciences. 16(4).
Jurnal 2
Available online at Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology (IJFST)
Website: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/saintek

Saintek Perikanan Vol.12 No.1: 12-18, Agustus 2016

AKTIVITAS SENYAWA BIOAKTIF SELADA LAUT (Ulva lactuca) SEBAGAI


ANTIOKSIDAN PADA MINYAK IKAN

The Activity of Bioactive Compounds from Sea Lettuce (Ulva lactuca) as Antioxidant in Fish Oil

Basyrowi Arbi, Widodo Farid Ma’ruf dan


Romadhon Program Studi Teknologi Hasil Perikanan,
Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang, Jawa Tengah – 50275,
Telp/Fax. +6224 7474698 E-mail: basyrowi@gmail.com,
romi_thp@yahoo.co.id

Diserahkan tanggal 12 Juli 2016, Diterima tanggal 9 Agustus 2016

ABSTRAK

Minyak ikan adalah produk perikanan yang mempunyai asam lemak tak jenuh tinggi yang rentan akan
oksidasi. Penghambatan oksidasi dilakukan dengan penambahan antioksidan pada minyak. Penggunaan
bahan alami sebagai antioksidan dari U. lactuca mampu menghambat oksidasi tersebut. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui efektifitas antioksidan selada laut (U. lactuca) dalam menghambat oksidasi. Materi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak U. lactuca, dan minyak ikan. Metode penelitian yang
digunakan adalah experimental laboratories dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial
yaitu faktor konsentrasi ekstrak U. lactuca (0%; 0,1%; 0,2% dan 0,3%) dan faktor lama penyimpanan (hari ke-
0, hari ke-5 dan hari ke-10). Data peroxide value (PV) dan thiobarbituric acid (TBA) dianalisis menggunakan
uji ANOVA, dilakukan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ), jika ada interaksi perlakuan. Hasil penelitian
pendahuluan didapatkan rendemen ekstrak U. lactuca dengan pelarut etanol 96% sebesar 13,549%, nilai
fenol 4,59%, flavonoid 0,59% dan aktivitas antioksidan IC 50 sebesar 60,975 ppm (kuat). Hasil uji asam lemak
pada minyak ikan dengan GC-MS menunjukkan kandungan asam lemak yang paling banyak adalah asam
lemak tak jenuh (asam linoleat (omega -6) dan (omega-3)). Hasil penelitian utama didapatkan nilai PV berkisar
antara 20,141 sampai 38,196 mEq/kg, dan nilai TBA berkisar antara 10,794 sampai 32,592 mg
malonaldehid/kg pada hari ke-0. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya interaksi antara
konsentrasi ekstrak U. lactuca dan lama penyimpanan berpengaruh nyata (P<0,05). Ekstrak U. lactuca 0,2%
menghasilkan angka peroksida terendah yaitu 25,606±0,116 mEq/kg, dan 0,1% menghasilkan angka TBA
terendah yaitu 26,802 ±0,309 malonaldehide/kg pada hari ke-10.

Kata kunci: Ekstrak U. lactuca, Oksidasi, Minyak Ikan, Antioksidan

ABSTRACT

Fish oil is a fishery product that contains high amount of unsaturated fatty acids, which was easily oxidated. This oxidation process
can be inhibited by adding antioxidants. The use of natural antioxidants from U. lactuca known can inhibits the oxidation. The aim of
this research was examinated the effectiveness of antioxidants from sea lettuce (U. lactuca) in inhibiting oxidation. Materials used in
this research were U. lactuca extract, and fish oil. The methods used are experimental laboratories, and analyzed using Completely
Randomized Design (CRD) factorial pattern is divided by a factor of U. lactuca extract concentrations (0%, 0.1%, 0.2% and 0.3%) and
factor storage time (days 0, day 5 and day 10). The peroxide value (PV) and thiobarbituric acid (TBA) were analyzed using ANOVA
test, then further carried test Honestly Significant Difference (HSD), a treatment interaction. Preliminary results obtained were the
yield of U. lactuca extract with 96% ethanol was 13.549%, the phenol content was 4.59%, flavonoids was 0.59%, and the antioxidant
activity of IC50 was 60.975 ppm (strong). The results analyzing of fatty acids in fish oil by GC-MS showed that the fatty acid content is
at most unsaturated fatty acids. The main research results were PV values obtained were range from 20.141 to 38.196 mEq/kg, and
TBA values were ranged from 10.794 to 32.592 mg/kg. Based on the research results show that the interaction between

U. lactuca extract concentration and storage time significantly (P<0,05) . The result of 0,2% U. lactuca exctract contain peroxide
value 25,606±0,116 mEq/kg, and 0,1 % exctract containt TBA value 26,802±0,309 malonaldehide/kg in the tenth day.

Keywords: U. lactuca, Oxidation, Fish Oil, Antioxidant

PENDAHULUAN
dimanfaatkan oleh masyarakat dibeberapa wilayah
Ulva lactuca merupakan salah satu jenis alga
sebagai bahan pangan dalam keadaan segar (salad)
hijau yang termasuk dalam father seaweed yaitu
dan olahan (nori). Belum banyak publikasi kajian
rumput laut yang dapat dimakan, mempunyai
antioksidan dari spesies U. lactuca dan
kandungan antioksidan, antibakteri, antijamur dan
pengaplikasian ke produk pangan maupun non
antitumor. Saat ini U. lactuca hanya
pangan, sehingga diperlukan kajian mengenai
efektifitas Selada
©
Copyright by Saintek Perikanan (Indonesian Journal of Fisheries Science and Technology), ISSN : 1858-4748 12
laut (U. lactuca) sebagai antioksidan. Menurut Tamat penggunaan
et al., (2007), bahwa rumput laut hijau secara umum bahan alami tumbuhan laut sebagai senyawa
mengandung senyawa fenol, flavonoid serta antioksidan mampu menghambat radikal tersebut.
senyawa karoten yang berfungsi sebagai Flavonoid yang ada dalam ganggang hijau memiliki
antioksidan. Salah satu alga yang memiliki aktivitas aktivitas antioksidan menurut beberapa penelitian
antioksidan dan mudah didapatkan adalah Selada yang telah dilakukan. Khotimah et al, (2013),
Laut (U. lactuca). Penambahan ekstrak dari Sargassum fillipendula
Komponen bioaktif senyawa fenol dan dapat mencegah terjadinya kerusakan pada minyak
flavonoid dapat diperoleh dengan ekstraksi Ikan Lemuru dengan konsentrasi terbaik atau
menggunakan pelarut. Pada prinsipnya ekstraksi konsentrasi optimum sebesar 0,2%. Tujuan penelitian
dilakukan dengan cara mempertemukan bahan yang ini adalah untuk mengetahui efektifitas dan pengaruh
akan diekstrak dengan pelarut selama waktu perbedaan konsentrasi ekstrak U. lactuca terhadap
tertentu, diikuti pemisahan filtrat dari residu bahan nilai Peroxide Value (PV) dan Thiobarbituric Acid
yang diekstrak dengan evaporasi. Ekstraksi dapat (TBA) selama penyimpanan suhu ruang. Parameter
dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya oksidasi minyak ikan akan dilihat dengan pengujian
adalah maserasi. Maserasi dilakukan dengan PV dan TBA.
merendam simplisia dalam pelarut kemudian
disimpan dalam waktu tertentu dalam ruang yang
gelap dan sesekali diaduk. Pemilihan pelarut yang
akan dipakai harus memperhatikan sifat kandungan
senyawa yang akan diekstraksi misalnya polaritas.
Etanol banyak dipakai sebagai pelarut dalam dunia
farmasi dan industri makanan karena lebih aman
dibandingkan dengan jenis pelarut lainnya. Etanol
merupakan jenis pelarut polar. Pada prinsipnya
suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang
sama polaritasnya (Hanna et al., 2009).
Minyak ikan memiliki kandungan asam lemak
tak jenuh paling tinggi dibandingkan dengan jenis
minyak lainnya. Karena kandungan inilah yang
menyebabkan minyak ikan menjadi kurang stabil,
sebab mudah teroksidasi. Proses oksidasi akan
semakin meningkat dengan adanya panas, cahaya
dan oksigen (Irianto et al., 2002). Kerusakan oksidasi
minyak ikan diawali oleh autooksidasi asam lemak
tidak jenuh dengan terbentuknya radikal-radikal
bebas yang disebabkan oleh cahaya, panas dan
peroksida lemak. Radikal-radikal bebas ini kemudian
bereaksi dengan oksigen membentuk senyawa
peroksida aktif yang akhirnya mempengaruhi sifat-
sifat fisik dan kimia dari minyak ikan (Ketaren, 2008).
Penghambatan oksidasi dapat dilakukan dengan
menambahkan antioksidan ke dalam minyak ikan.
Antioksidan adalah senyawa kimia yang dapat
menyumbangkan satu atau lebih elektron kepada
radikal bebas, sehingga radikal bebas tersebut dapat
diredam. Adanya kemampuan antioksidan dalam
menangkap radikal bebas, maka diperlukan
penelitian terhadap kandungan antioksidan pada
selada laut (U. lactuca) mengingat Selada Laut
belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Oleh
karena itu, dengan penelitian uji aktivitas senyawa
bioaktif U. lactuca pada minyak ikan nantinya dapat
diketahui kemampuannya dalam menghambat
oksidasi.
Berdasarkan penelitian Hanna et al. (2009),
et al., 2013) Sampel ekstrak dengan berbagai
METODE PENELITIAN
konsentrasi diambil sebanyak 3 ml, selanjutnya
Materi Penelitian dimasukkan 1 ml larutan DPPH 0,1 mM. Mulut
tabung ditutup dengan alumunium foil dan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dihomogenkan. Larutan sampel diinkubasi selama
adalah Selada Laut (U. lactuca) dari Pantai Krakal, 30 menit pada suhu 37 oC. Kemudian serapannya
Gunung Kidul, Yogyakarta. Minyak ikan diperoleh diukur pada panjang
dari Madiun, Jawa Timur. Bahan-bahan lain yang gelombang 517 nm menggunakan spektrofotometer
digunakan antara lain etanol 96%, reagen Folin UV-Vis.
Ciocalteu (Sigma-Aldrich), Na2CO 3 (Sigma- Aldrich),
DPPH (Sigma-Aldrich). Peralatan utama yang
digunakan dalam penelitian ini antara lain Rotary
Evaporator (Eyela N-1100), Spektrofotometer UV- Keterangan: Ao : Absorbansi awal DPPH
Vis (Hitachi U-1800), dan GC-MS (Shimadzu QP-
2010S).

Metode Penelitian
Penelitian Tahap I
Penelitian tahap I dilakukan dengan tujuan
untuk ekstraksi Selada Laut (U. lactuca) dengan
metode Maserasi menggunakan pelarut etanol 96%
dan mengetahui kandungan metabolit sekunder
(fenol dan flavonoid) serta aktivitas antioksidannya.
Prosedur ekstraksi mengacu pada penelitian Husni
et al. (2015) dengan modifikasi. Selada Laut (U.
lactuca) kering sebanyak 100 g dipotong kecil-kecil
dengan gunting dan dimasukkan ke dalam botol
kaca. Simplisia dimaserasi dengan pelarut etanol
96% (polar) sebanyak 400 ml sampai seluruh
simplisia terendam di dalam botol kaca yang telah
ditutup menggunakan alumunium foil. Maserasi
selama 2 x 24 jam pada suhu ruang, kemudian
disaring dengan kertas saring untuk memisahkan
filtrat dengan residu. Filtrat hasil maserasi
selanjutnya dievaporasi dengan rotary evaporator
pada suhu 40 oC (±1 jam) hingga terbentuk ekstrak
yang sudah tidak tercium bau pelarut. Ekstrak hasil
evaporasi digunakan untuk penambahan ekstrak U.
lactuca sebagai antioksidan pada minyak ikan.
Setelah itu dilakukan uji fenol, uji flavonoid dan uji
antioksidan metode DPPH. Serta dilakukan uji
asam lemak dengan Gas Chromatography - Mass
Spectrometry (GC-MS) untuk mengetahui
kandungan asam lemak pada minyak ikan

Penelitian Tahap II
Penelitian tahap II pada penelitian ini adalah
ekstraksi
U. lactuca dan penambahan pada minyak ikan
sebagai antioksidan dengan konsentrasi 0%; 0,1;
0,2% dan 0,3%. Pengujian TBA dan bilangan
peroksida (PV) dilakukan pada hari ke-0, ke-5, dan
ke-10 untuk mengetahui tingkat oksidasi pada
minyak ikan. Setelah dilakukan penyimpanan dan
pengujian akan diketahui pengaruh penambahan
ektrak U. lactuca dalam menghambat oksidasi pada
minyak ikan.

Parameter Pengujian
Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH (Djapiala
100 ml aquadest lalu centriguge). Encerkan menjadi
A : Absorbansi sampel + DPPH setelah 10 ml menggunakan methanol. Tera pada panjang
diinkubasi 30 menit gelombang 520 nm. Perhitungan nilai peroksida
dilakukan dengan persamaan berikut:

Dari nilai persen inhibisi sebagai absis (x) dan


konsentrasi ekstrak sebagai ordinat (y) maka dengan Uji Thio Barbituric Acid (TBA) (Khotimah et al., 2013) Sebanyak
metode LR (Linear Regression) diperoleh 5 ml sampel minyak ikan ditambahkan 10 ml
persamaan garis dan ditentukan konsentrasi saat
persen inhibisi 50% (IC 50). CCl 3COOH 20%, divortex sampai homogen,
kemudian disentrifuge selama 10 menit. Selanjutnya,
Uji Kadar Fenolik Metode Folin-Ciocalteu (Hardiana ambil 5 ml sampel bening kemudian ditambahkan 5
et al., 2012) ml asam thio barburat (TBA) 0,02 M. Selanjutnya
Sebanyak 1 mg ekstrak ditambahkan 1 ml didiamkan selama 15 menit, diukur absorbannya
etanol 95%, lalu divortex. Setelah itu, diambil 0,1 ml dengan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang
larutan ekstrak tersebut dan ditambahkan 0,1 ml
reagen Follin-Ciocalteu 50%, selanjutnya divortex
lagi dan ditambahkan 2 ml Na 2CO 3 2% lalu divortex
kembali. Selanjutnya campuran tersebut diinkubasi
selama 30 menit. Absorbansi sampel dibaca dengan
panjang gelombang 750 nm. Kandungan total fenolik
dari ekstrak dihitung dengan menggunakan kurva
standar asam galat.

Uji Total Flavonoid (Rohaeti et al., 2011)


Ekstrak kental yang setara dengan 200 mg
simplisia ditimbang dan dimasukkan ke labu bulat.
Sistem hidrolisis yang digunakakan yaitu 1 ml larutan
heksametilentetramina 0,5% b/v, 20 ml aseton, dan 2
ml HCl 25% ditambahkan ke dalamnya. Selanjutnya,
ekstrak dihidrolisis dengan pemanasan hingga
mendidih selama 30 menit. Campuran hasil hidrolisis
disaring dengan kapas ke dalam labu ukur 100 ml.
Residunya kemudian ditambahkan 20 ml aseton dan
didihkan. Sebanyak 20 ml filtrat hasil hidrolisis dan
20 ml aquades dimasukkan ke dalam corong pisah,
lalu diekstraksi dengan etil asetat Sebanyak 10 ml
larutan fraksi etil asetat dimasukkan ke dalam labu
ukur 25 ml lalu direaksikan dengan 1 ml larutan
berisi 2 g AlCl3 dalam 100 ml larutan asam asetat
glasial 5% v/v (dalam metanol) dan ditera dengan
larutan asam asetat glasial 5% v/v. Pengukuran
dilakukan pada panjang gelombang maksimum
370,8 nm. Kurva kalibrasi dibuat menggunakan
standar kuersetin dengan konsentrasi 3, 6, 12, 15,
dan 24 ppm. Kadar flavonoid total diperoleh dari
persamaan garis kurva kalibrasi yang diperoleh.

Uji Bilangan Peroksida (PV) (Muresan et al., 2010)


Penentuan angka peroksida menggunakan
metode spektrofotometri. Sampel ditimbang
sebanyak 1-2 g. Larutkan sampel menggunakan
Petroleum Ether (PE) hingga volume 10 ml. Ambil 1
ml larutan induk, panaskan dalam waterbath hingga
tersisa minyak. Tambahkan 0,1 ml Amonium
Thiocyanat 30%. Tambahkan 0,1 ml FeCl 2 0,02M
(500 Mgr FeSO 4 + 400 Mgr BaCl 2 encerkan dengan
dan perbandingan bahan dan pelarut. Menurut Rezki
gelombang 528 nm. Absorbansi yang diperoleh et al, (2015), rendemen ekstrak yang dihasilkan
digunakan sebagai angka pembanding tingkat cenderung meningkat dengan peningkatan
ketengikan. konsentrasi pelarut, dimana dapat dilihat pada

Uji Kandungan Asam Lemak dengan Gas Chromatography -


Mass Spectrometry (GC-MS) (Khamidinal et al., 2007) konsentrasi pelarut 96% menghasilkan rendemen
ekstrak yang lebih banyak. Semakin lama waktu
Kandungan asam lemak dianalisa
ekstraksi, maka % hasil yang diperoleh semakin
menggunakan Gas Chromatography - Mass
besar. Hal ini disebabkan karena waktu kontak
Spectrometry (GC-MS) dengan terlebih dahulu
antara simplisia dengan pelarutnya semakin lama.
minyak ditransesterifikasi menjadi ester asam
lemak atau FAME. Tranesterifikasi dilakukan pada
Uji Metabolit Sekunder (Fenol dan Flavonoid)
atmosfir gas nitrogen. Minyak dihidrolisis dengan
Uji metabolit sekunder yang dilakukan yaitu uji
NaOH dalam metanol, kemudian ditambahkan BF 3 fitokimiawi fenol dan flavonoid total secara
didalam metanol pada suhu 60 oC, selanjutnya kuantitatif. Hasil uji fenol dan flavonoid total pada
ditambahkan NaCl jenuh dan n heksana. Lapisan n ekstrak U. lactuca dengan pelarut etanol 96% tersaji
heksana selanjutnya dipisahkan kemudian dalam Tabel 1.
ditambahkan Na 2SO 4. N heksana kemudian
diuapkan dengan rotary evaporator sehingga
diperoleh FAME. FAME selanjutnya dianalisis
dengan menggunakan perangkat GC-MS.

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan
yaitu perlakuan pertama dengan konsentrasi 0%,
0,1%, 0,2% dan 0,3%. Sedangkan untuk faktor
kedua menggunakan masa simpan selama 0 hari, 5
hari dan 10 hari dengan ulangan sebanyak tiga kali.
Pengujian normalitas dan homogenitas dilakukan
terlebih dahulu sebelum analisa ANOVA, agar
dapat diketahui sifat data sehingga dapat dilakukan
sidik ragam atau tidak. Metode analisa yang
digunakan adalah sidik ragam ANOVA dengan uji
lanjut untuk menentukan nilai yang berpengaruh
maupun yang tidak dengan Uji BNJ (Beda Nyata
Jujur).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian Tahap I

Ekstraksi Selada Laut (U.lactuca)

Hasil rendemen ekstrak U. lactuca yang


diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96%
sebesar 13,549%. Jumlah rendemen ekstrak yang
dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
ukuran simplisia, jenis pelarut, dan lama maserasi.
Penggunaan pelarut etanol 96% (polar) selain lebih
aman dibanding pelarut lainnya karena sifat
kepolarannya yang dapat menarik senyawa fenol
dan flavonoid. Menurut (Saragih et al,. 2010),
ekstraksi dipengaruhi oleh beberapa hal, misalnya
ukuran simplisia, pelarut yang digunakan, waktu
ekstraksi, suhu ekstraksi, metode yang digunakan
Tabel 1. Hasil uji fenolik dan flavonoid total secara minyak ikan didominasi oleh asam lemak tak jenuh
kuantitatif (PUFA). Kandungan asam lemak pada minyak ikan
yaitu asam lemak jenuh (SFA) sebesar 19,87%, asam
Analisa Hasil (%)
lemak tak jenuh ikatan tunggal (MUFA) sebesar
Fenol 4,59 ± 0,0042 22,22% dan asam lemak tak jenuh jamak (PUFA)
Flavonoid 0,59 ± 0,0007 sebesar 57,93%. Hal ini sesuai dengan pendapat
Keterangan: Data merupakan hasil rata-rata dari Sartika (2008), bahwa asam lemak tak jenuh jamak
dua ulangan ± standar deviasi (Poly Unsaturated Fatty Acid/PUFA) adalah asam
lemak yang mengandung dua atau lebih ikatan
Berdasarkan hasil uji fenolik dan flavonoid rangkap. Asam lemak ini banyak ditemukan pada
total ekstak minyak ikan. Contoh PUFA adalah asam linoleat
U. lactuca menunjukkan bahwa Selada Laut positif (omega-6) dan omega-3, tergolong dalam asam
mengandung senyawa fenol dan flavonoid. Besarnya lemak rantai panjang (LCFA) yang banyak ditemukan
kandungan senyawa bioaktif pada ekstrak tersebut pada minyak ikan.
adalah 4,59% (fenol) dan 0,59% (flavonoid). Menurut
Septiana dan Asnani (2012), bahwa komponen
fenolik dapat menghambat oksidasi lipid dengan
menyumbangkan atom hidrogen kepada radikal
bebas. Menurut pendapat dari Dewi et al. (2014),
bahwa senyawa flavonoid memiliki potensi sebagai
antioksidan karena memiliki gugus hidroksil yang
terikat pada karbon cincin aromatik sehigga dapat
menangkap radikal bebas yang dihasilkan dari reaksi
peroksidasi lemak. Senyawa flavonoid akan
menyumbangkan satu atom hidrogen untuk
menstabilkan radikal peroksi lemak.

Uji Antioksidan Metode DPPH


Berdasarkan hasil uji aktivitas antioksidan
ekstrak U. lactuca dengan metode DPPH diperoleh
hasil IC50 sebesar 60,975 ppm. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak U.
lactuca tergolong kuat. Kandungan antioksidan pada
ekstrak U. lactuca yang tinggi diharapkan mampu
menghambat kerusakan pada minyak ikan. Menurut
Ulfa et al. (2014), bahwa suatu bahan mempunyai
aktivitas antioksidan jika mempunyai nilai IC 50 kurang
dari 200 ppm. Suatu senyawa dikatakan sebagai
antioksidan sangat kuat jika IC50 kurang dari 50 ppm,
kuat untuk IC50 sebesar 50-100 ppm, sedang jika IC 50
sebesar 100-150 ppm, dan lemah apabila IC 50
sebesar 151-200 ppm.
Menurut Khamidinal et al. (2007), bahwa
kerusakan minyak atau lemak yang disebabkan oleh
reaksi oksidasi dapat dicegah dengan penambahan
antioksidan. Antioksidan mampu menghambat
terbentuknya radikal bebas pada tahap inisiasi dan
menghambat kelanjutan reaksi autooksidasi pada
tahap propagasi. Hal ini disebabkan karena
antioksidan memiliki energi aktivasi yang rendah
untuk melepaskan satu atom hidrogen kepada
radikal lemak, sehingga tahap oksidasi lebih lanjut
dapat dicegah.

Uji Asam lemak GC-MS


Hasil analisa kandungan asam lemak dalam
malonaldehida. Peroksida bersifat kurang stabil dan
Penelitian Tahap II
Uji PV (Peroxide Value) rentan sekali mengalami perubahan lanjut
menghasilkan produk oskidasi sekunder seperti
Peroxide value (PV) adalah indeks untuk aldehid, koton, hidrokarbon, dan polimer lainnya.
mengetahui produk primer pada oksidasi minyak. Menurut Rosari (2014), bahwa punurunan nilai
Hasil analisa varian PV pada konsentrasi 0%; 0,1%; peroksida yang signifikan setelah mencapai nilai
0,2% dan 0,3% menunjukkan perbedaan yang maksimum menunjukkan bahwa peroksida adalah
nyata. Uji ANOVA dari perlakuan lama komponen yang kurang stabil dan sangat rentan
penyimpanan menunjukkan perbedaan yang nyata. untuk mengalami perubahan lanjutan yang
Interaksi antara konsentrasi dan lama penyimpanan menghasilkan produk oksidasi sekunder, seperti
berbeda nyata. Terdapat interaksi antara aldehid, keton, hidrokarbon, dan polimer lainnya. Hal
konsentrasi ekstrak yang diberikan (Faktor A) ini ditambahkan oleh pendapat Maulana et al.
dengan lama penyimpanan (Faktor B) terhadap nilai (2014), bahwa parameter mutu suatu minyak ikan
PV (P<0,05). juga ditunjukkan dari besaran angka peroksida.
Hasil uji BNJ pengaruh konsentrasi Angka peroksida memperlihatkan tingkat kerusakan
penambahan ekstrak antioksidan U. lactuca (0%; dari suatu minyak ikan,
0,1%; 0,2%; dan 0,3%) pada minyak ikan terhadap
lama penyimpanan menunjukkan pengaruh yang
berbeda nyata (P < 0,05). Bilangan peroksida pada
minyak ikan dengan konsentrasi 0% (kontrol)
memiliki nilai yang tertinggi dibandingkan minyak
ikan dengan penambahan ekstrak U. lactuca (0,1%;
0,2%; dan 0,3%) karena minyak ikan tersebut
teroksidasi tanpa adanya agent penghambat untuk
meminimalisir terjadinya oksidasi. Minyak ikan
tanpa penambahan antioksidan mudah sekali
teroksidasi karena tidak adanya agent penghambat.
Hal ini sesuai dengan penelitian Khotimah et al.
(2013), bahwa rata-rata bilangan peroksida pada
konsentrasi 0% disebabkan karena pada sampel
minyak ikan lemuru tersebut teroksidasi akibat
paparan dengan oksigen dan suhu. Tanpa adanya
agent penghambat atau berupa senyawa aktif dari
Sargassum fillipendula tersebut menyebabkan
minyak Ikan Lemuru mudah teroksidasi.
Flavonoid dapat mereduksi radikal hidroksil,
superperoksida dan radikal peroksida pada minyak
ikan, sehingga dapat menghambat terjadinya
oksidasi. Antioksidan berperan dalam menetralkan
radikal bebas dengan cara memberikan satu
elektronnya kepada radikal bebas, sehingga
menjadi non radikal. Laju kenaikan bilangan
peroksida dapat dihambat dengan penambahan
antioksidan. Menurut Satria (2005), bahwa
flavonoid mempunyai khasiat dalam menghambat
oksidasi serta mampu bertindak sebagai pereduksi
radikal hidroksil, superoksida dan radikal peroksil.
Sama halnya dengan penelitian Sarah et al. (2010),
bahwa kenaikan nilai PV yang lebih lambat
diperoleh dari sampel yang diberi perlakuan larutan
bawang bombay dan ekstrak teh hijau, berbeda
dengan peningkatan yang cepat pada nilai PV pada
sampel kontrol selama penyimpanan.
Penurunan nilai PV disebabkan karena
senyawa oksidasi primer (hidroperoksida) yang
terbentuk sudah semakin terdekomposisi menjadi
produk oksidasi sekunder (malonaldehid). Setelah
mencapai nilai maksimum nilai peroksida akan
menurun dan terdekomposisi menjadi
dimana semakin besar angka peroksida maka Turunan radikal antioksidan memiliki keadaan yang
kualitas minyak ikan semakin rendah. lebih stabil dibandingkan radikal lipid.
Dengan adanya penambahan antioksidan, Menurut Raharjo (2006), bahwa pengukuran
antioksidan memberikan atom hidrogen atau angka peroksida pada dasarnya adalah mengukur
elektron pada radikal bebas (R*, ROO*), kadar peroksida dan hidroperoksida yang terbentuk
mengubahnya kebentuk yang lebih stabil yaitu RH. pada tahap awal reaksi oksidasi lemak. Bilangan
Sementara turunan radikal antioksidan (A*) memiliki peroksida yang tinggi mengindikasikan lemak atau
keadaan lebih stabil dibanding radikal semula (R*). minyak sudah mengalami oksidasi. Namun, pada
Tanpa adanya penambahan antioksidan, reaksi akan angka yang lebih rendah bukan selalu berarti
berlanjut sampai tahap terminasi, sehingga radikal menunjukkan kondisi oksidasi yang masih dini.
bebas dapat saling bereaksi membentuk senyawa Angka peroksida rendah bisa disebabkan laju
yang kompleks. Penambahan antioksidan dapat pembentukan peroksida baru lebih kecil
menghambat oksidasi pada tahap inisiasi maupun dibandingkan dengan laju degradasinya menjadi
propagasi. Antioksidan memberikan atom hidrogen senyawa lain, mengingat kadar peroksida cepat
secara cepat ke radikal lipida atau mengubahnya mengalami degradasi dan bereaksi dengan zat lain.
kebentuk yang stabil.

Tabel 2. Hasil pengujian PV (mEq/kg) pada minyak ikan dengan perbedaan konsentrasi ekstrak U. lactuca
Lama Penyimpanan Konsentrasi Ekstrak U.lactuca

(hari) 0% 0,1% 0,2% 0,3%


0 hari 23,871±0,014d 21,836±0,032c 21,099±0,036b 20,141±0,020a
5 hari 38,196±0,008l 32,476±0,063j 29,352±0,144i 27,705±0,013f
10 hari 36,841±0,055k 28,325±0,072g 25,606±0,116e 29,057±0,085h
Ket: ± Merupakan nilai standar deviasi dengan 3 ulangan. Supercript dengan huruf berbeda menunjukkan
berbeda nyata (P<0,05).

Tabel 3. Hasil Pengujian TBA (mg malonaldehid/kg) pada Minyak Ikan dengan Perbedaan Konsentrasi Ekstrak U.
lactuca
Lama Penyimpanan Konsentrasi Ekstrak U.lactuca

(hari) 0% 0,1% 0,2% 0,3%


0 hari 18,165±0,055d 13,996±0,19c 11,592±0,143b 10,794±0,146a
5 hari 32,592±0,342j 24,317±0,254e 28,519±0,094h 25,840±0,145f
10 hari 31,458±0,192i 26,802±0,309g 27,714±0,145g 31,864±0,093i
Ket: ± Merupakan nilai standar deviasi dengan 3 ulangan. Supercript dengan huruf berbeda menunjukkan
berbeda nyata (P<0,05).
Uji TBA (Thio Barbituric Acid) (Faktor B) terhadap nilai TBA (P<0,05).
Hasil uji BNJ (Lampiran 2) pengaruh konsentrasi
Nilai TBA adalah indeks untuk menentukan penambahan ekstrak antioksidan U. lactuca (0%;
derajat oksidasi lemak yang dihitung berdasarkan 0,1%; 0,2%; dan 0,3%) pada minyak ikan terhadap
jumlah Malonaldehid (MDA) dalam minyak ikan. lama penyimpanan menunjukkan pengaruh yang
Malonaldehid terbentuk karena adanya serangan berbeda nyata (P<0,05). Angka TBA pada minyak
radikal bebas pada ikatan tak jenuh dari suatu asam ikan menunjukkan nilai tertinggi pada semua
lemak terutama asam lemak tak jenuh berantai konsentrasi di hari ke-5 kecuali minyak ikan dengan
banyak (PUFA). penambahan ekstrak konsentrasi 0,3% yang memiliki
Hasil analisa varian TBA pada konsentrasi 0%; nilai TBA tertinggi pada hari ke-10.
0,1%; 0,2%; dan 0,3% menunjukkan perbedaan Semakin banyak ikatan rangkap yang ada pada
yang nyata Hasil analisa varian dengan sidik ragam minyak maka laju kecepatan oksidasinya juga
ANOVA dari perlakuan lama penyimpanan semakin meningkat, kemudian laju oksidasi akan
menunjukkan perbedaan yang nyata, serta adanya menurun karena telah membentuk senyawa-senyawa
interaksi antara konsentrasi dan lama penyimpanan yang lain. Menurut Dewi et al. (2011), bahwa reaksi-
yang berbeda. Hasil uji ANOVA menunjukkan reaksi yang terjadi selama degradasi asam lemak
terdapat interaksi antara konsenterasi ekstrak yang didasarkan atas penguraian asam lemak. Semakin
diberikan (Faktor A) dengan lama penyimpanan banyak
ikatan rangkap dari minyak yang dipakai maka laju
kecepatan oksidasinya juga semakin meningkat.
Penambahan ekstrak antioksidan U. lactuca
pada minyak ikan dapat menghambat pembentukan
senyawa malonaldehida karena sifat antioksidan
yang memiliki fungsi untuk memutuskan atau
menghentikan radikal bebas. Semakin rendah nilai
absorbansi malonaldehida menunjukkan efektifitas
antioksidan dalam menghambat pembentukan
senyawa malonaldehida. Nilai TBA minyak ikan
dengan penambahan ekstrak U. lactuca lebih
rendah dibandingkan minyak ikan tanpa
penambahan ekstrak (kontrol) mengindikasikan
bahwa pembentukan senyawa malonaldehida
terhambat karena adanya antioksidan. Menurut
pendapat Prawira et al. (2015), bahwa pengukuran
senyawa malonaldehida dalam suatu sistem dapat
menjadi tolak ukur untuk aktivitas antioksidan.
Senyawa antioksidan dapat menghambat
pembentukan senyawa malonaldehida. Banyaknya
senyawa malonaldehida dalam campuran minyak
ikan ditunjukkan dengan besarnya nilai absorbansi.
Semakin rendah nilai absorbansi malonaldehida
menunjukkan semakin efektifnya ekstrak dalam
menghambat pembentukan senyawa
malonaldehida.
Senyawa peroksida bersifat tidak stabil dan
dapat terdekomposisi menjadi senyawa yang lebih
sederhana seperti malonaldehid. Semakin tinggi
nilai TBA (kandungan malonaldehid) maka tingkat
oksidasi minyak semakin tinggi. Reaksi oksidasi
dimuali dengan terbentuknya peroksida dan
peroksida pada minyak sebagai produk awal
terbentuknya malonaldehida. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Aryani et al. (2009), bahwa peningkatan
nilai TBA berhubungan dengan peningkatan
peroksida sebagai produk awal terbentuknya
malonaldehid. Reaksi oksidasi biasanya dimulai
dengan pembentukan peroksida dan hidroperoksida Apriyantono, A., D. Fardiaz, N. L. Puspitasari.,
pada dasarnya tidak berbau dan berasa namun Sedarnawati. dan S. Budiyanto. 2002.
komponen tersebut sangat labil dan dengan cepat Pengaruh Pengolahan Terhadap Nilai Gizi dan
teroksidasi lebih lanjut menghasilkan berbagai Keamanan Pangan.
komponen organik berantai pendek seperti aldehid, Ariyani, F., N.S. Saputri. dan L. Nurhidayati. 2009. Efektivitas
keton, asam dan komponen lain yang berkontribusi Daun Cincau Hijau (Cyclea barbata Miers) Sebagai
pada bau tengik. Menurut Apriantono et al. (2002), Produk Antioksidan Alami Produk Jambal Patin
bahwa perubahan angka TBA selama penyimpanan (Pangaius hypopthalmus). Jurnal Pasca Panen dan
menunjukkan hasil yang fluktuatif. Hal ini diduga Bioteknologi Kelautan dan Perikanan. 4(2): 169-175.
bahwa malonaldehid bersifat sangat labil dan sangat
reaktif terhadap protein dan asam amino karena
malonaldehid merupakan hasil dekomposisi
hidroperoksida.
Selama penyimpanan perubahan nilai TBA
pada minyak ikan tidak stabil dan fluktuatif.
Malonaldehida adalah produk sekunder dari oksidasi
asam lemak tak jenuh. Malonaldehida bersifat
sangat reaktif terhadap protein dan asam amino.
Malonaldehid dibentuk melalui hidroperoksida yang
merupakan produk awal hasil reaksi asam lemak
tidak jenuh rantai panjang dengan oksigen.
Perubahan angka TBA selama penyimpanan
menunjukkan hasil yang fluktuatif. Hal ini diduga
bahwa malonaldehid bersifat sangat labil dan sangat
reaktif terhadap protein dan asam amino karena
malonaldehid merupakan hasil dekomposisi
hidroperoksida. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Dewi et al. (2011), bahwa menurunnya nilai TBA
pada akhir pengamatan bukan berarti nilainya sama
dengan nilai TBA pada awal pengamatan, tetapi
diduga hidroperoksida telah terurai menjadi senyawa
lain pada proses oksidasi lemak lebih lanjut.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini


adalah sebagai berikut:
1. Ekstrak U. lactuca terbukti memiliki aktivitas
antioksidan yang tinggi dan dapat menghambat laju
oksidasi minyak ikan.
2. Konsentrasi terbaik ekstrak U. lactuca yang
diaplikasikan ke minyak ikan yaitu 0,1%.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan


kepada Dr.Ir. Eko Nurcahya Dewi, M.Sc yang
mberikan arahan selama penyusunan artikel ini.
Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan FPIK-
UNDIP dan Laboratorium Teknologi Pangan UGM
yang telah membantu kelancaran penelitian. Fatin
Hidayati yang telah bekerjasama dan membantu
penelitian.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, E. N., R. Ibrahim. dan N. Yuaniva. 2011. Daya Simpan Maulana, I. T., Sukraso. dan S. Damayanti. 2014. Kandungan
Abon Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus Asam Lemak dalam Minyak Ikan Indonesia. Jurnal Ilmu
Trewavas) yang Diproses dengan Metoda dan Teknologi Kelautan Tropis. 6 (1): 121-130.
Penggorengan Berbeda. Jurnal Saintek Perikanan.
6(1): 6-12. Muresan, V., S. Muste., E. Racolta., C.A. Semeniuc.,
S, Man.,
Dewi, N.W.O.A.C., N.M. Puspawati., I.M.D. A. Birou. dan C. Chircu. 2010. Determination
Swantara., of Peroxide Value in Sunflower Halva using a
I.A.R.A. Asih. dan W.S. Rita. 2014. Aktivitas Spectrophotometric Method. Bulletin UASVM
Antioksidan Senyawa Flavonoid Ekstrak Etanol Biji Agriculture, 67(2). Raharjo, S., 2006.
Terong Belanda (Solanum betaceum, syn) dalam Kerusakan Oksidatif pada Makanan. Gadjah
Menghambat Reaksi Peroksidasi Lemak pada Plasma Mada University Press.Yogyakarta.
Darah Tikus Wistar. Cakra Kimia (Indonesian E-
Journal of Applied Chemistry). 2(1): 7-16.

Djapiala, F.Y., A.D.Y. Lita., Montolalu. dan M.


Feny. 2013. Kandungan Total Fenol Dalam
Rumput Laut Caulerpa racemosa yang
Berpotensi Sebagai Antioksidan. JMTHP
Unsrat.
Hanaa, H., A. El-Baky., K. Farouk. dan G. S. E. Baroty, 2009,
Potential Biological Properties of Sulphated
Polysaccharides Extracted from Macroalgae Ulva
Lactuca L., Academic Journal of Cancer Research. (1):
01-11.

Hardiana, R., Rudiyansyah. dan T.A. Zaharah.


2012. Aktivitas Antioksidan Senyawa
Golongan Fenol dari Beberapa Jenis
Tumbuhan Famili Malvaceae. JKK. 1(1): 8-
13.
Husni, A., M. Madalena. dan Ustadi. 2015.
Aktivitas Antioksidan dan Tingkat
Penerimaan Konsumen pada Yoghurt yang
Diperkaya dengan Ekstrak Sargassum
polycystum. JPHPI, 18(2).
Irianto, H.E., Suparno., J.T. Murtini. dan Sunarya.
2002. Kandungan Asam Lemak Omega-3
Beberapa Jenis Ikan dan Produk Olahan
Tradisional. Prosiding Widyakarya Nasional
Khasiat Makanan Tradisional, Jakarta 9-11
Juni 1995, p.176-181, Kantor Menteri
Negara Urusan Pangan, Jakarta.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak
dan Lemak Pangan. Edisi Pertama. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.
Khamidinal, H. Ngatidjo. dan Mudasir. 2007.
Pengaruh Antioksidan Terhadap Kerusakan
Asam Lemak Omega-
3 pada Proses Pengolahan Ikan Tongkol.
Kaunia, 3(2):119-138.
Khotimah, K., Darius dan B.B. Sasmito. 2013. Uji Aktivitas
Senyawa Aktif Alga Coklat (Sargassum fillipendulla)
Sebagai Antioksidan Pada Minyak Ikan Lemuru
(Sardinella longiceps). THPi Student Journal. I(1): 10-
20.
Prawira, J. A. W., L.I. Momuat. dan V.S. Kamu. 2015. Perbandingan Aktivitas Antioksidan Ekstrak
Etanol dan Heksana dari Daun Gedi Merah (Abelmoschus manihot). Jurnal MIPA UNSRAT.
4(1): 5-9.
Rezki, R.S., A. Dwimas. dan M.Z. Siswarni. 2015. Ekstraksi Multi Tahap Kurkumin dari Kunyit
(Curcuma domestica Valet) Menggunakan Pelarut Etanol. Jurnal Teknik Kimia USU.
Rohaeti, E., R. Heryanto., M. Raffi., A. Wahyuningrum. dan L.
K. Darussalam. 2011. Prediksi Kadar Flavonoid Total Tempuyung (Sonchus arvensis L.)
Menggunakan Kombinasi Spektroskopi IR dengan Regresi Kuadrat Terkecil Parsial. Jurnal
Kimia. 5(2): 101-108.
Rosari, M. I., W. F. Ma’aruf. dan T. W. Agustini. 2014. Pengaruh Ekstrak Kasar Buah Mahkota Dewa (Phaleria
macrocarpa) sebagai Antioksidan pada Fillet Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) Segar. Jurnal Pengolahan dan
Bioteknologi Hasil Perikanan, 3(2): 34-43.

Saragih, J., J. Assa. dan T. Langi. 2010. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Jahe Merah (Zingiber officinale var. rubrum)
Menghambat Oksidasi Minyak Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). JMTHP Unsrat.

Sarah, H., K. Hadiseh., A. Gholamhossein. dan S. Bahareh. 2010. Effect of Green Tea ( Camellia
sinenses) Extract and Onion (Allium cepa) Juice on Lipid Degradation
and Sensory Acceptance of Persiansturgeon (Acipenser persicus) Fillets. International Food Research Journal.
17: 751 –761.

Sartika, R. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh, Tidak Jenuh dan Asam Lemak Trans terhadap Kesehatan. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional. 2(4): 154-160.

Satria E. 2005. Potensi Antioksidan dari Daging Buah Muda dan Daging Buah Tua Mahkota
Dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl.). [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Septiana, A. T. dan A. Asnani. 2012. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Rumput Laut Sargassum duplicatum. Jurnal
Teknologi Pertanian. 14(2): 79-86.

Tamat, S.R., T. Wikanta. dan L.S. Maulina. 2007. Aktivitas Antioksidan dan Toksisitas Senyawa Bioaktif dari Ekstrak
Rumput Laut Hijau Ulva reticulata Forsskal. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia. 5(1): 31-36.

Ulfa, F., A. D. Anggo. dan Romadhon. 2014. Uji Potensi Aktivitas Antioksidan Dengan Metode Ekstrasi Bertingkat Pada
Lamun Dugong (Thalassia hemprichii) di Perairan Jepara. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan.
3(3): 32-39.

Anda mungkin juga menyukai