JUDUL
B. RUANG LINGKUP
C. LATAR BELAKANG
dapat dihasilkan dari hasil metabolisme tubuh dan faktor eksternal seperti
asap rokok, hasil penyinaran ultraviolet, zat kimiawi dalam makanan, dan
polutan lain. Penyakit yang disebabkan oleh radikal bebas bersifat kronis,
nyata.
sehingga timbulah sel-sel mutan. Bila perubahan DNA ini terjadi bertahun-
1
tidak cukup untuk menetralkan radikal bebas yang masuk ke dalam tubuh
yang dihasilkan akibat radikal bebas. Contoh radikal bebas yang banyak
terdapat dalam tubuh manusia adalah radikal hidroksil (.OH) yang mudah
arakhidonat, asam linoleat, dan asam linolenat. Senyawa ini pada lapisan
baik, sebab pada pemaparan yang lama dapat menyebabkan efek negatif
2
fenolik tersebut bersifat sebagai penangkap radikal bebas dan peredam
3
serta sering ditemukan di tepi sungai yang terbuka maupun yang agak
tersebut.
bahwa dari ekstrak etil asetat bagian aerial tumbuhan paku perak
dkk., 2009) dan dari ekstrak metanol batang tumbuhan paku Chingia
4
sebagai donor proton kepada radikal, ketika OH fenolik pada flavonoid
mendonorkan protonya kepada radikal struktur ini akan tetap stabil karena
5
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang akan dijawab
E. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:
1. Menentukan struktur molekul senyawa flavonoid dari ekstrak aseton
F. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Menambah data baru tentang aktivitas antioksidan senyawa flavonoid dari
calomelanos) yang selama ini merupakan tanaman liar dan tanaman hias
6
a. Bagian aerial tumbuhan paku adalah bagian dari tumbuhan paku yang
dilakukan dengan cara uji kualitatif dari sifat fisikanya, yaitu dengan
penentuan titik leleh dan uji kualitatif dari sifat kimianya, yaitu dengan
7
alam berupa zat warna merah, ungu, biru dan sebagian zat warna
kuning.
2. Asumsi
3. Batasan Masalah
a. Sampel tumbuhan yang diteliti adalah bagian aerial dari tumbuhan
H. KAJIAN PUSTAKA
1. Kedudukan Tumbuhan Paku Perak (Pityrogramma calomelanos)
8
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Familia : Polypodiaceae
Genus : Pityrogramma
karena memiliki spora berwarna putih perak. Tumbuhan paku ini tumbuh
terutama diseluruh air terjun Cibereum dan sekitar Kebun Raya Cibodas,
batang paku tihang, terutama yang sudah mati. Dapat tumbuh di tanah liat
9
tersusun oleh anak daun yang menyirip ganda. Panjang entalnya mencapai
perak.
Amerika tropika, tetapi saat ini sudah tersebar luas di daerah Asia tropika.
terbuka, pada tempat yang berbatu di lereng-lereng bukit, dan pada bekas-
bekas tembok tua serta sering ditemukan di tepi sungai yang terbuka
maupun yang agak terlindungi. Jenis paku ini lebih banyak digunakan
10
Salah satu golongan senyawa fenolik yang banyak ditemukan
dari 15 atom karbon, di mana dua cincin benzena (C6) terikat pada suatu
neoflavonoid.
bunga, dan buah. Senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru,
Kerangka C15 yang dihasilkan dari kombinasi ini telah mengandung gugus-
11
gugus fungsi oksigen pada posisi-posisi yang diperlukan. Cincin A dari
struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida, yakni kondensasi dari tiga
unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan tiga atom karbon dari
antara dua jalur biosintesis yang utama untuk cincin aromatik, yakni jalur
8 1 B
9 O 2
7 1' 5'
A C 6'
6 3
10
5 4
12
Berbagai jenis senyawa flavonoid baik dalam bentuk glikosida
(Markham & Wallace, 1980 dalam Burhan & Zetra, 1997). Mateucinol (1)
(Suyatno & Zaini, 2003). Sementara itu dari Cyrtomium falcatum telah
1968).
glukosida (7). Di samping itu, Imperato (1996, 1997, dan 1998) telah
13
yakni rhamnetin-3-O-laminaribiosida (8), kaemferol-3-O-(6”-feruloylglu-
noid kaemferol dan apigenin (11). Senyawa flavonoid jenis calkon yakni
yang dapat dipisahkan dari ekstrak metanol yang dipartisi dengan ekstrak
14
pada Pseudophegopteris bukoensis Holtt telah diisolasi senyawa (20),
H
OCH3
CH3
CH3
HO O
HO O
H3C
H3C
OH O OH O
1 2
OH OH
CH3
HO O HO O
OH
H3C
OH O OR O
3 4 (R = glukopiranosil)
5 (R = 6-O-malonil-D-glukopiranosil)
OH OH
OH OH
RO O RO O
OH
OH OH
OH O OH O
6 (R = glukosil) 7 ( R = glukosil)
OH OH
OH
HO O
H3CO O
15
OR
OR
OH O
OH O
9 (R = 6-feruloilglukosil)
8 (R = 3-beta-D-Glucosyl-D-glucose)
10 (R = 6-p-kumaroilglukosil)
)
15 (R = glukosil)
OH
MeO O
HO O
Me
Me
OH O O
11 12
OH
HO O
OH
O
OH
OH
O OH OH
O
OH
HO
HO OH
13
OH
O H3CO O
OH
OH
16
OH OH O
14 16
O O
H3CO O H3CO O
OH OH
OH O
OH O
17 18
OH
H3CO O
OH
OH O
19
O
H3CO O
20 (R1 = H; R2 = H)
OH
CH2OR2 22 (R1 = Ac; R2 = H)
O
OH O OH 23 (R1 = H; R2 = Ac)
OH
OR1
OH
H3CO O
OH
17
OH O
21
elektron yang terikat oleh senyawa radikal bebas tersebut bersifat ionik,
apabila elektron yang terikat radikal bebas berasal dari senyawa yang
Akibat reaksi tersebut, molekul donor menjadi radikal baru yang tidak stabil
18
Demikian seterusnya terjadi reaksi berantai perpindahan elektron (Windono,
ikatan kovalen yang stabil. Sebaliknya, bila radikal bebas bertemu dengan zat
yang bukan radikal bebas, akan terjadi 3 kemungkinan: (a) radikal bebas akan
bukan radikal bebas; (b) radikal bebas menerima elektron (oksidator) dari
senyawa bukan radikal bebas; (c) radikal bebas bergabung dengan senyawa
bukan radikal bebas (Halliwell, et al., 1992). Dalam tubuh, radikal bebas akan
berinteraksi dengan bagian tubuh maupun sel-sel tertentu yang tersusun atas
Sumber radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh kita sendiri
(endogen), ataupun dari luar tubuh (eksogen). Radikal endogen timbul akibat
berbagai proses kimia kompleks dalam tubuh (Reynertson, 2007), berupa hasil
sampingan dari proses oksidasi atau pembakaran sel yang berlangsung pada
(Machlin, 1992). Sedangkan radikal bebas eksogen berasal dari polusi udara,
asap kendaraan bermotor, asap rokok, radiasi ultraviolet, makanan yang terlalu
19
dan tahap terakhir (terminasi), yaitu pemusnahan atau pengubahan menjadi
Tidak selamanya spesi oksigen reaktif yang terdapat di dalam tubuh itu
dalam tubuh.
20
Antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (elektron donor)
atau reduktor. Menurut Vaya & Aviram (2001), senyawa ini dalam konsentrasi
radikal yang bermanfaat apabila setelah bereaksi dengan radikal bebas, akan
menghasilkan radikal baru yang stabil atau senyawa bukan radikal (Windono,
2000).
reaktivitas radikal bebas, yang secara kontinyu dibentuk sendiri oleh tubuh.
Apabila jumlah spesi oksigen reaktif ini melebihi jumlah antioksidan dalam
(Winarsi, 2007).
yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang disintesis dari reaksi kimia) dan
alami). Antioksidan sintetik yang sering digunakan untuk makanan antara lain
butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil galat, dan ter-
21
(kerusakan hati) dan meningkatkan terjadinya karsinogenesis. Sementara itu
5. Aktivitas Antioksidan
dipilih karena metode ini adalah metode sederhana untuk evaluasi aktivitas
antioksidan dari senyawa bahan alam (Fagliano, 1999). Senyawa yang aktif
dinyatakan dengan EC50 yaitu besarnya konsentrasi larutan uji yang mampu
(Minami, 1996). Uji Aktivitas Antioksidan dengan DPPH dilakukan setelah uji
DPPH oleh antioksidan cukup sederhana, yaitu berupa donasi proton (Gambar
NO2 NO2
H
O 2N N N F-OH O2N N N 22 F-O
NO2 NO2
ekstraksi yang tepat bergantung pada tekstur dan kandungan lain pada
tumbuhan yang diekstraksi dan juga pada jenis senyawa yang diisolasi.
penelitian ini adalah ekstraksi bertahap yaitu proses ekstraksi dimana pada
setiap tahap selalu dipakai pelarut yang berbeda sampai proses selesai.
membran sel akibat perbedaan tekanan antara didalam dan diluar sel
23
sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan terlarut
dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat
sekunder.
b. Pemisahan
lapisan zat cair. Serbuk yang paling umum digunakan antara lain silika gel,
selulosa, dan alumina (Harborne, 1987). Fase gerak dapat berupa segala
fase gerak. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan dua fase
24
Kromatografi lapis tipis adalah metode analisis kualitatif dan
kuantitatif yang melibatkan dua peubah yaitu sifat fase diam atau
campuran melalui sistem dua fasa, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase
diam sebagai zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan secara
merata pada lempeng kromatografi yang berupa plat gelas, logam atau
lapisan yang cocok. Fase diam yang biasa digunakan adalah silika gel.
sehingga disebut silika gel GF-254, selain itu juga bisa digunakan
Fase gerak adalah medium angkut dan terdiri atas satu atau
beberapa pelarut yang bergerak di dalam fase diam karena adanya gaya
maksimal 3 komponen.
penyerap padat yang diletakkan pada piat gelas atau plastik dan fasa
25
Sebagai teknik pemisahan cair-padat, KLT merupakan bentuk
salah satu komponen terserap lebih kuat oleh fasa padat dari pada
didefinisikan sebagai rasio jarak noda terhadap titik awal dengan jarak
26
pengembangan pelarut merupakan faktor utama dalam menentukan
dalam fase gerak cair. Dalam hal ini harga Rf akan tinggi. Jika
Kloroform 4,806 61
Dietil eter 4,840 35
Etil asetat 6,020 77
Aseton 20,70 56
Etanol 24,30 79
Metanol 33,62 65
Air 80,37 100
(Sastrohamidjojo, 1985)
27
Kromatografi Cair Vakum merupakan salah satu macam dari
tografi kolom, hanya saja pada kromatografi ini digunakan alat vakum
dan divakum lagi. Kolom kemudian dihisap sampai kering dan siap
langsung pada bagian atas kolom atau pada lapisan pra-penjerap dan
agar dihasilkan kolom kemas yang serba sama. Jika kolom tidak
28
kemasan kolom dibuat didahului dengan membuat bubur absorben
dalam gelas piala dengan memakai pelarut yang sama, lalu dituangkan
hati agar tidak terjadi gelembung udara. Setelah itu kemasan dibiarkan
turun dan pelarut keluar dengan laju aliran kurang lebih 50 ml/menit.
Oleh karena laju aliran terlalu tinggi dan waktu pemisahan pendek,
1995).
4) Kromatografi Kilat
7-15 cm. Alat yang digunakan berupa sebuah kolom gelas dengan
dimasukkan langsung pada bagian atas kolom atau pada lapisan pra-
29
penjerap. Kolom dielusi dengan campuran pelarut yang cocok secara
c. Pemurnian
perbedaan kelarutan antara zat yang akan dimurnikan dengan kelarutan zat
pengotornya.
pelarut tertentu pada atau dekat titik leleh, menyaring larutan panas dari
30
partikel bahan tak terlarut, dan mendinginkan larutan sehingga zat terlarut
mudah kristal senyawa yang dimurnikan dan harus mempunyai daya larut
yang tinggi untuk zat yang dimurnikan pada suhu yang dinaikkan dan daya
larut yang rendah pada suhu laboratorium atau lebih rendah dari suhu
laboratorium.
d. Identifikasi
1) Uji Kualitatif
a) Pengukuran Titik Leleh Senyawa
keseimbangan antara fase padat dan fase cair dari zat tersebut. Titik
leleh suatu zat menjadi lebih rendah dan rentang titik lelehnya
(Sing, 1980).
31
Untuk menguji tingkat kemurnian senyawa dilakukan
titik leleh pada awal dan akhir menunjukkan perbedaan yang tajam
test terbuat dari HCl pekat ditambah beberapa potong pita Mg. Jika
ungu.
2) Metode Spektoskopi
a) Spektroskopi Serapan Ultraviolet-Tampak (UV-Vis)
32
Dengan melibatkan 3 jenis elektron yaitu : sigma, phi, dan non
dari :
absortivitas molar.
absortivitas molar.
33
Pengukuran Spektrofotometer ultraviolet ditunjukkan untuk
(*) diberikan oleh ikatan rangkap dua atau tiga seperti alkena
* (Antibonding)
E n (non bonding)
N
E (bonding)
R (bonding)
G
I Gambar 6. Eksitasi elekton dalam spektroskopi UV-VIS
34
Spektroskopi UV–Vis merupakan metode yang berguna
35
inframerah adalah untuk mengetahui gugus fungsional seperti
36
c) Kromatografi Gas dan Spektroskopi Massa
suatu fasa diam berupa padatan dan fase gerak berupa gas.
37
kromatografi gas-cairan (KCG) atau Gas Liquid
38
retensi. Pada kondisi tertentu (jenis dan laju alir gas
bukan FID.
39
sederhana adalah dengan cara mengalikan tinggi puncak (h)
resolusi adalah :
(tr2 tr1 )
R2
( w1 w2 )
40
bergerak cepat yang dipisahkan berdasarkan perbandingan
d) Spektroskopi NMR
41
apabila molekul ini berada dalam medan magnet yang kuat.
NMR yaitu NMR proton atau 1H-NMR dan NMR karbon atau 13C-
42
Tabel 5. Absorpsi spektrum 1H–NMR untuk atom hidrogen
43
I. KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN
Fakta: Harapan:
- Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya Pada tumbuhan paku perak dapat
ditemukan sebagai senyawa fenolik atau polifenolik diperoleh senyawa flavonoid yang
yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam
digunakan sebagai antioksidan alami
sinamat, kumarin, tokoferol, dan asam-asam organik
polifungsional.
- Senyawa fenolik tersebut bersifat sebagai penangkap
radikal bebas
- Pityrogramma calomelanos (L.) Link merupakan
tumbuhan liar yang melimpah di Indonesia
- Belum ada penelitian tentang kandungan senyawa
flavonoid tumbuhan paku perak dari ekstrak aseton yang
digunakan sebagai antioksidan alami
Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Aseton pada Bagian aerial
Tumbuhan Paku Perak (Pityrogramma calomelanos (L) Link) Dan Uji Aktivitas
Pendahuluannya Sebagai Antioksidan
44
J. METODOLOGI PENELITIAN
1. Sasaran Penelitian
2. Jenis Penelitian
struktur molekul senyawa flavonoid hasil isolasi dari ekstrak aseton bagian
pendahuluan.
4. Instrumen Penelitian
a. Alat
45
KLT, seperangkat alat kromatografi cair vakum, dan seperangkat
b. Bahan
63-200 m, pelat KLT kieselgel 60 GF-254, pita logam Mg, HCl
5. Prosedur Penelitian
Perak
46
Sebanyak 640 g serbuk kering bagian aerial tumbuhan paku
Isolat yang sudah murni diuji kualitatif dengan pereaksi FeCl3 dan
Shinoda test.
kromofornya.
fungsinya.
47
1
3) Dianalisis dengan spektroskopi H–NMR untuk memberikan
Isolasi
ditotolkan pada pelat kromatografi lapis tipis dan di elusi dengan eluen
48
6. Kerangka Operasional Penelitian
49
7. Teknik Analisis Data
8. Jadwal Penelitian
Bulan ke –
No. Jenis Kegiatan
1 2 3 4 5 6
1. Pembuatan proposal
3. Ekstraksi
6. Penyusunan laporan
DAFTAR PUSTAKA
50
Abdurahim, D. 2006. Paku-pakuan_Tugas Tanaman dan Sistem Ruang Terbuka
Hijau. http://www.freewebs.com/arl_ipb_2006. Diakses tanggal 3 Maret
2009.
Anwar, C., Purwono, B., Pranowo, H. T., & Wahyuningsih, T. D. 1994. Pengantar
Praktikum Kimia Organik. Yogyakarta: FMIPA UGM.
Belitz, H.D. & Grosch, W. 1987. Food Chemistry. New York: Marcel Dekker. Inc.
Burhan, R. Y. P., & Zetra, Y. 1997. Pencarian Bahan-bahan Kimia Berguna dari
Tumbuhan Paku-pakuan Sebagai Sumber Prekursor Senyawa Penanda
Biologik. Laporan Penelitian. Surabaya: Lembaga Penelitian ITS Surabaya.
Fessenden, R. J., & Fessenden, J. S. 1986. Kimia Organik. Jilid 1. Edisi Ketiga.
Penerjemah: Aloysius Hadyana Pudjaatmaka. Jakarta: Erlangga.
Fagliano, V. 1999. Method for Measuring Antioxidant Activity and Its Application
to Monitoring the Antioxidant Capacity of Wine. J. Agric. Food. Chem. 4.
1035-1040.
Halliwell, B., Gutteridge, J.M.C., & Cros, C.E. 1992. Free Radicals, Antioxidant
and Human Disease. Journal of Laboratory Clinical Medicine. 119 (6) 598-
620.
Hendayana, S., Asep K., A. A. Sumarna, & Asep, S. 1994. Kimia Analitik
Instrumen. Edisi I. Semarang: IKIP Semarang Press.
51
Hostettmann, K., Hostettmann, M., & Marston, A. 1995. Cara Kromatografi
Preparatif. Penggunaan Pada Isolasi Senyawa Alam. Penerjemah: Kosasih
Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB.
Machlin, L.J. 1992. Implication for the Biomedical Field. Antioxidant: Chemical,
Physiological, Nutritional, and Toxicological Aspect, Pricenton, NJ: Priceton
Scientific Publishing. 1992: 383-387 In: Langseth, L. 1995. Oxidant,
Antioxidant, and Disease Prevention. International Life Science Institute
press. Belgium.
52
Piggot, A.G. 1988. Fern of Malaysia. Kuala Lumpur. Malaysia.
Pratt, D.E. & Hudson, B.J.F. 1990. Natural Antioxidants not Exploited
Comercially. In Food Antioxidants. Hudson B. J. F. (Ed). London: Elsevier
Applied Science.
Said, M., Sastrawijaya, A. T., Habiburrahman, Hanida, S., Arbi, M., Astutik, S. P.,
Suharman, Surodjo, S., Sudhinna, K., Sugiarto, B., Syarief, S. H., Zaen, W.,
Yamamoto, M., & Yamada, K. 1985. Penentuan Struktur Molekul. Surabaya:
Jurusan Kimia IKIP Surabaya.
Suyatno, Hidajati, N., & Effin, A.Y. 2009. Senyawa Dihidrocalkon dari Tumbuhan
Paku Perak (Pityrogramma calomelanos). Prosiding Seminar Nasional
Kimia. Jurusan Kimia FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
53
Sutoyo, S., Indrayanto, G., &n Zaini, NC. 2007. Chemical Constituents of
Chingia sakayensis (Zeiller) Holtt. Natural Product Communications. 2 (5)
579-580.
Suwarso, W.P. 2004. Lichen, Tanaman Suku Rendah yang Berpotensi sebagai
Sumber Senyawa Nimia Bahan Alam Baru yang Berkhasiat sebagai Obat.
Depok : Universitas Indonesia.
Vassange, M., Liu, B., Welchi, C. J., Kolfsen, W., & Bohlin, L. 1997. the
Flavonoid Constituents of Two Polypodium sp. (Calaguala) and their Effect
on the Elastase Release in Human Neutrophils. Planta Medica. 63. 511-517.
Veit, M., Abou–Mandour, A. A., & Czygan, F.C. 1991. Phenolics from
Gametophytes of Equisetum arvense. Planta Medica. 57. A 36.
Wada, H., Fujita H., Murakami, T., Saiki, Y., & Chen Chiu–Ming. 1987. Chemical
and Chemotaxonomical Studies of Ferns. New Flavonoids with Modified B–
Ring from the Genus Pseudopteris (Thelypteridaceae). Chem. Pharm. Bull.
35 (12) 4757–4762.
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami & Radikal Bebas (Potensi dan Aplikasinya
dalam Kesehatan). Yogyakarta: Kanisius.
54