Anda di halaman 1dari 22

KIMIA ORGANIK BAHAN ALAM

FLAVONOID 1

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3

Sitti Masita

H31112252

Usman

H31112007

Nur Aqlia

H31112287

Gisella Tamara

H31112259

Jefri Siregara

H31112010

Arya firsty S

H31111

Hanung Rohani

H31112001

Krisnanopi M.M

H31111

Desri Labilangi

H31112013

Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin
Makassar
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menyertai
khususnya selama pembuatan makalah ini. Tak lupa juga penyusun mengucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penyusunan
makalah ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Dosen untuk mata kuliah
Kimia Organik Bahan Alam. Penyusun berharap agar makalah ini kelak dapat
dimanfaatkan sebaik-baiknya. Penyusun menyadari makalah ini tidaklah,
sempurna untuk itu jika ada kesalahan penyusunan, kata, atau nama, penyusun
memohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk kita semua.

Makassar, Oktober 2014

Penyusun

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tumbuhan tinggi, flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetative
maupun dalam bunga. Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna,
rasa, bau, serta kualitas nutrisi makanan. Tumbuhan umumnya hanya
menghasilkan senyawa flavonoid tertentu. Keberadaan flavonoid pada tingkat
spesies, genus atau familia menunjukkan proses evolusi yang terjadi sepanjang
sejarah hidupnya. Bagi tumbuhan, senyawa flavonoid berperan dalam pertahanan
diri terhadap hama, penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi dengan mikrobia,
dormansi biji, pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada berbagai
jalur transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan.
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa fenolik alam, dikenal
pula sebagai senyawa aromatik alam karena memiliki kerangka dasar aromatik.
Kelompok senyawa ini tersebar secara meluas di alam terutama pada dunia
tumbuhan tingkat tinggi. Sejauh ini diketahui bahwa flavonoid tidak dapat
diproduksi oleh hewan, kalaupun ada flavonoid ditemukan pada hewan tertentu,
misalnya yang ditemukan pada sayap kupu-kupu dan propolis madu. Flavonoid
yang ditemukan pada kedua hewan ini ternyata bersumber dari makanan hewan
itu sendiri (Usman, 2012).
Senyawa flavonoid adalah senyawa yang mengandung C15 yang terdiri atas
dua inti fenolat yang dihubungkan dengan tiga satuan karbon. Cincin A memiliki
karakteristik bentuk hidroksilasi phloroglusinol atau resosinol, dan cincin B
biasanya 4-, 3,4- atau 3,4,5-terhidoksilasi. (Sastrohamidjojo, 1996).
Dari berbagai hasil kajian menunjukkan beberapa fungsi utama dari
flavonoid pada tumbuhan antara lain: melindungi tubuh dari radiasi sinar
ultraviolet maupun sinartampak, berperan dalam pengaturan metabolisme hormon
tumbuhan, dan sebagainya (Usman, 2012). Disamping itu telah banyak pula
ditemukan flavonoid yang menunjukkan fungsi farmakologi dan sangat
bermanfaat bagi manusia. Berdasarkan uraian di atas, maka disusunlah makalah
kimia organik bahan alam tentang flavonoid untuk mengkaji lebih jauh bagaimana
biosintesia flavonoid dan berbagai hal yang berkaitan dengan senyawa flavonoid.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon yang
umumnya tersebar di dunia tumbuhan. Senyawa flavanoid merupakan suatu
kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawasenyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, dan biru serta sebagai zat warna
kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Pada tumbuhan tinggi, flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetatif
maupun dalam bunga. Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna,
rasa, bau, serta kualitas nutrisi makanan. Tumbuhan umumnya hanya
menghasilkan senyawa flavonoid tertentu. Keberadaan flavonoid pada tingkat
spesies, genus atau familia menunjukkan proses evolusi yang terjadi sepanjang
sejarah hidupnya. Bagi tumbuhan, senyawa flavonoid berperan dalam pertahanan
diri terhadap hama, penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi dengan mikrobia,
dormansi biji, pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada berbagai
jalur transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan.
2.2 Kerangka dasar dan ciri struktur Molekul Flavonoid
Kerangkan dasar flavonoid dibangun dari 15 atom karbon yang terdiri dari
dua bagian cincin benzen yang dihubungkan oleh rantai karbon propan, secara
sederhana dapat dituliskan sebagai C6-C3-C6. Formula ini dapat membentuk
konfigurasi yang menghasilkan tiga macam struktur dasar berupa 1,3 diarilpropan
yang dikenal sebagai flavonoid, 1,2-diarilpropan dikenal sebagai isoflavonoid dan
1,1-diarilpropan disebut neoflavonoid (Usman, 2012).

Gambar 2.1 Kerangka dasar flavonoid, isoflavonoid dan neoflavonoid.


(Sumber : http://uj3n9.blogspot.com/2011/10/sedikit-tentang-flavonoid.html)

Penggolongan selanjutnya didasarkan pada ada tidaknya tambahan cincin


heterosiklik oksigen. Kelompok Calkon memiliki kerangka molekul dengan dua
cincin benzena A dan B yang dihubungkan oleh n-profil, sedangkan kelompo
flavon dicirikan oleh tiga cincin yang terdiri dari dua cincin benzena A, B dan satu
cincin heterosiklik- oksigen cincin C. Nama flavonoid yang berasal dari kata
flavon kemudian diberikan kepada semua kelompok senyawa ini karena flavon
adalah jenis yang paling besar jumlahnya dan paling banyak ditemukan
(Usman, 2012).
2.2 Klasifikasi Flavonoid
Jika dilihat dari struktur dasarnya flavonoid terdiri dari dua cincin benzen
yang terikat dengan 3 atom carbon (propana). Dari kerangka ini flavonoid dapat
dibagi menjadi 3 struktur dasar yaitu Flavonoid atau 1,3-diarilpropana,
isoflavonoid atau 1,2-diarilpropana, dan neoflafonoid atau 1,1-diarilpropana.
Nama flavonoid sendiri berasal dari kata Flavon yang merupakan senyawa fenol
yang banyak terdapat di alam. Senyawa flavon ini memiliki struktur yang mirip
dengan struktur dasar flavonoid tetapi pada jembatan propana terdapat oksigen
yang membentuk siklik sehingga memiliki 3 cincin heterosiklik.
Berdasarkan kerangka dasar molekul flavonoid dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu
a. Normal flavonoid
b. Iso-lavonoid
c. Neo- flavonoid
2.2.1 Normal Flavonoid
Normal flavonoid secara umum disebut flavonoid, dapat dibedakan aras
beberapa jenis menurut kerangka dasar, ikatan rangkap, pola dan tingkat oksidasi.
Kelompok calkon memiliki kerangka dasar molekul dengan dua cincin benzena A
dan B yang dihubungkan oleh n-propil, sedangkan kelompok flavon dicirikan oleh
tiga cincin yang terdiri dari dua cincin benzen A, B dan satu cincin heterosiklikoksigen cincin C. Keragaman molekul dan pengelompokkan flavonoid
berdasarkan kerangka dasar dan pola oksigenasinya dapat digambarkan sebagai
berikut:

a. Calkon
OH

HO

OH

OH

OH

HO

OH

OH

Florentin
(naringenin calkon)

dihidrocalkon

b. Flavanon
R1

OH

HO

O
R2

OH

R1

OH

HO

O
R2

OH
OH

Flavanon
(dihidrofavon)

Flavanonol
(dihidroflavonol)

R1=R2=H : Narigenin

R1=R2=H : aromadendrin (dihidrokaemperol)

R1=H, R2=H : Eriodiktiol

R1=H, R2=OH : taksifolin (dihidrokuersetin)


R1=R2=OH : ampelopsin (dihidromirisetin)

R1=R2=OH : dihidrotrisetin
c. Flavon
R1

R1

OH

HO

OH

HO

O
R2

R2

OH
OH

OH

Flavon

Flavonol

R1=R2=H : Apigenin

R1=R2=H: Kaemperol

R1=H, R2=OH : Luteonin

R1=H, R2=OH : Kuersetin

R1=R2=OH : Trisetin

R1=R2=OH : Mirisetin

d. Flavan

R1

OH

HO

O
R2

OH
OH

R1

OH

HO

O
R2

OH
OH

OH

Flavanol

Flavandiol

R1=R2=H: Afzelesin

R1=R2=H : leukopelargonidin

R1=H, R2=OH : Katekin

R1=H, R2=OH : leukosianidin


R1=R2=OH : leukodelpinidin

R1=R2=OH : Gallokatekin
e. Flavilium

R1

OH

HO

OH

HO

O
R2
OH

OH

OH

Flavilium

Antosianidin
R1=R2=H : pelargonidin
R1=H, R2=OH : sianidin
R1=R2=OH : delpinidin

2.2.2 Isoflavonoid
Isoflavonoid memiliki kerangka dasar 1,2-diarilpropana. Kelompok
senyawa ini yang sekali ditemukan. Beberapa contoh isoflavonoid telah
ditemukan, antara lain angolesin adalah isodihidrocalkon yang ditekukan pada
kayu cendana. Pterokarpin adalah salah satu senyawa dari kelompok
pterokarpanoid yang menarik, beberapa diantaranya menunjukkan efek fungisida,
alergen dan estrogen. Retenon adalah suatu insektisida turunan isoflavonoid yang
didapatkan pada akar tumbuhan Derris.
H3CO

HO
CH3

OH

O
OCH3

Angolesin

Pterokarpin

HO

O
OH

R2

R3
R1

Isoflavon

OH

Kumestan

R=OH : deidzein

R1= R3=H, R2=OH : Kumestrol

R=OH : genistein

R1= R3=H, R2=OCH3 : Medelolakton

2.2.3 Neoflavonoid
Neoflavonoid memiliki kerangka dasar 1,1-diarilpropana. Terdapat bebarapa
neoflavonoid menunjukkan kerangka molekul sebagai 4-fenilkumarin, antara lain
Dalbergin dan kalofiloida sebagai turunan dalbergin yang telah terisoprenilasi.

H3CO

HO

H3CO

R2
R1

CH3
O

CH3
O

CH3

CH3

4-Arilkumarin

Kalofiloid

R1=R2=H : Dalbergin
R1= OH, R2 =OCH3

2.3 CIRI STRUKTUR FLAVONOID


Masing-masing jenis Flavonoid mempunyai struktur dasar tertentu. Di
samping itu, Flavonoid mempunyai beberapa ciri struktur yang lain. Pada
umumnya cincin A dari struktur flavonoid mempunyai pola oksigenasi yang
berselang-seling, yakni pada posisi 2, 4 dan 6 dari struktur terbuka calkon.
Cincin B flavonoid mempunyai 1 gugus fungsi oksigen pada posisi para atau 2
pada posisi para dan meta atau 3 pada posisi 1 di para dan 2 di meta.

HO

HO

OH

OH

OH

OH

HO

O
OH

OH

OH

OH

OH

+
O

HO

HO

OH
OH

OH
epikatecin

kaemferol

apigenin

floretin

HO

OH

O
C
H

OH
OH
pelargonidin

OH

O
sulfuretin

A. ASAL-USUL BIOGENETIK DAN BIOSINTETIK


Birch, pertama kali mengusulkan gagasan tentang pola biosintesis molekul
flavonoid. Bahwa tahap awal biosintesis flavonoid dimulai dari kombinasi antara
unit C6-C3 dengan tiga unit C2. Pola oksigenasi dan posisi gugus fungsi oksigen
pada kerangka 15 atom karbon yang dihasilkan dari kombinasi tersebut
menggambarkan asal-usul kelompok senyawa flavonoid. Cincin A dari flavonoid
berasal dari poliketida melalui kondensasi tiga unit asetat yang dihasilkan melalui
asetat yang dihasilkan melalui jalur asetat malonat, sedangkan cincin B dan tiga
atom karbon dari rantai propanon merupakan kerangka fenilpropanoid adalah
berasal dari jalur sikimat.

OH

Jalur Asetat-malonat

Jalur Shikimat
OH

SCoA
O

O
+

C
SCoA

CH3

SCoA

p-Kumaril-CoA

HO
O
O
O

O
SCoA

OH

CoAS

CoAS
Asetil-CoA

O
OH

SCoA

OH
B

HO

OH
A

O
Calkon

OH

B
HO

OH

Flavanon

Dengan demikian, kerangka dasar karbon dari flavanoid dihasilkan dari


kombinasi antara dua jalur biosintesa yang utama untuk cincin aromatik, yakni
jalur sikimat dan jalur asetat-malonat.
Menurut

biosintesa

ini,

pembentukan

flavonoid

dimulai

dengan

memperpanjang unit fenilpropanoid (C6-C3) yang berasal dari turunan sinamat


seperti asam p-kumarat. Kadang-kadang asam kafeat, asam furalat, atau asam
sinapat. Percobaan-percobaan juga menunjukkan bahwa calkon dan isomer flavon
yang sebanding juga berperan sebagai senyawa antara dalam biosintesis berbagai

jenis flavonoid lainnya. Adapun hubungan biogenetik antara berbagai jenis


flavonoid dapat dilihat pada gambar 6 berikut:
Transformasi molekuler flavanoid dalam patron biogenetik berlangsung
melalui mekanisme biosintesis yang melibatkan berbagai reaksi kimia yang
lumrah, seperti reaksi kondensasi, adisi, eliminasi, subtitusi, oksidasi, reduksi,
serta berbagai reaksi yang melibatkan interelasi dan interkonfersi gugus fungsi.
Semua itu dimulai dari memperpanjang unit fenilpropanoid yang berasal dari
turunan sinamat seperti asam p-kumarat. Calkon yang dihasilkan sebagai produk
awal dari biosintesis flavanoid tersebut ternyata bertindak sebagai senyawa antara
dalam biosintesis berbagai jenis flavanoid lainnya. Secara sederhana ditunjukkan
seperti pada gambar dibawah ini.

R1
OH

HO

OH
R2

OH

Calcon

R1
OH

HO

R2

OH

Flavanon

R1
OH

HO

OH
R2
O

OH

R1
OH

HO

R1

R1

OH

OH

HO

HO

R2

R2

R2

OH
OH

OH

Flavon

OH

OH

Flavononol

R1
OH

R1
HO

OH

HO

R2
OH

R2

OH

OH

Katekin

R1
OH

HO

R2
OH
OH

Auron

Flavonol
R1
OH

HO

HO

R2

R1

OH

OH

OH
R2

OH

Antosianidin

Isoflavonoid

Flavandiol

R1
OH

HO

O
R2

OH
OH

OH

Mekanisme biosintesis dalam transformasi molekul flavonoid telah


dibuktikan melalui beberapa percobaan. Gisebach telah melakukan pengamatan

terhadap penggunaan radioisotop 14C pada kalkon yang diinkubasikan ke dalam


tumbuhan, menemukan bahwa kalkon tersebut digunakan dalam biosintesis
beberapa flavanoid seperti apigenin, kuersetin, ketakin, dan sianidin.
OH

HO

OH

HO

OH
OH

OH

Kuersetin

Apegenin
OH

HO

OH

OH

OH

Florentin
(calkon)
OH

HO

HO

O
OH
OH

Sianidin

OH
OH

Ketakin

Gambar 7. Pembuktian biosintesis dan transformasi molekul beberapa flavanoid


yang dimulai dari radioisotop calkon.
B. Reaksi Flavon dan Flavonol
Sebagaimana telah dikemukakan, flavon dan flavonol adalah dua jenis
flavonoid yang banyak ditemukan di alam. Flavon memunyai struktur dari 2fenilbenzopiran-4-on,
hidroksiflavon.

sedangkan

flavonol

dapat

dianggap

sebagai

3-

Flavon : R = H
Flavonol : R = OH

Oleh karena flavon adalah juga benzopiranon, maka flavon dan flavonol
dengan asam mineral menghasilkan garam benzopirilium yang berwarna, yang
disebut juga garam flavilium. Garam ini bila diperlakukan dengan basa
menghasilkan kembali senyawa flavon semula.
5'
6'
8
7

O 2
4

6
5

3'
2'

3 R

OH

OH
4'

HCl

+
O
Cl:

NaOH

OH

R= H
flavon
R=OH flavonol

Dengan adanya gugus hidroksil (atau metoksil) pada posisi 5, 7, atau 4


yang mampu menampung muatan positif pada posisi-posisi ini, maka struktur
yang terlibat dalam resonansi dari garam flavilium akan bertambah. Dengan kata
lain, dengan adanya gugus hidroksil (atau metoksil) pada posisi-posisi tersebut,
maka ion flavilium akan menjadi stabil, yang berarti pula bahwa kebasaan flavon
tersebut akan bertambah. Reaksi pembentukannya adalah sebagai berikut.

5'
6'
8
7

6
5

4'

3'
2'

OH

OH
+
O
1. LiAlH4
2. HCl

Cl:
R

R= H
flavon
R=OH flavonol

Bila flavon (atau flavonol) direduksi menjadi senyawa 4-hidroksi yang sebanding,
dan selanjutnya diperlakukan dengan asam mineral, dihasilkan garam flavilium
atau antosianidin.

Flavon yang mengandung gugus metoksil (hidroksil) pada posisi 5, bila


dipanaskan dengan asam iodida akan mengalami demetilasi, diikuti oleh penataan
ulang sebagai akibat terbukanya cincin flavon dan resiklisasi. Proses ini disebut
penataan ulang Wessley-Moser. Selanjutnya bila cincin B dari flavon mengandung
gugus metoksil (atau hidroksil) pada posisi 2, maka penataan ulang wessleymoser dari senyawa flavon ini akan menghasilkan suatu flavon, dimana cincin B
dari flavon semula berubah menjadi cincin A dari flavon yang baru terbentuk.
Reaksi penataan ulang ini secara umum adalah sebagai berikut:

5'

OMe

4
5

3'
2'

OH

4'

OH

6'

HI
- MeOH

OH
OH O

OH

OMe O

OH
OH O

O
HO

HI
R

OH

OH
5

HO

R
OH

C. Isolasi Flavonoid
Isolasi dan identifikasi flavonoid didasarkan pada jurnal ISOLASI DAN
IDENTIFIKASI FLAVONOID PADA DAUN KATU (Sauropus androgynus (L.)
Merr) oleh Sri Harsodjo Wijono S. Dalam jurnal ini, isolasi flavonoid dapat
dilakukan dengan metode Charaux-Paris. Berikut adalah tahapannya:
1. Maserasi
Ekstraksi dilakukan secara maserasi bertingkat dengan menggunakan
pelarut mula-mula n-heksana kemudian etanol 95%. Sejumlah 1 kg serbuk kering
daun katu pertama-tama diekstrasi dengan n-heksana berkali-kali sampai filtrat
jernih. Ampas dikeringkan kemudian diekstraksi dengan etanol 95% berkali-kali
hingga filtrat jernih. Masing-masing ekstrak dipekatkan dengan penguap putar
vakum sehingga diperoleh ekstrak kental. Pada penelitian ini yang digunakan
adalah ekstrak etanol.
2. Metode Charaux-Paris
Ekstrak pekat etanol dilarutkan dalam air panas, disaring kemudian
diekstraksi dengan n-heksana, fraksi n-heksana dikumpulkan dan di pekatkan,

diperoleh fraksi n-heksana pekat. Fraksi air diekstraksi dengan kloroform, fraksi
kloroform dikumpulkan dan dipekatkan diperoleh fraksi kloroform pekat. Fraksi
air diekstrasi lagi dengan etil asetat, fraksi etil asetat dikumpulkan dan dipekatkan,
diperoleh fraksi etil asetat pekat. Kemudian fraksi air diekstraksi dengan nbutanol, fraksi n-butanol dikumpulkan dan dipekatkan, sehingga diperoleh fraksi
n-butanol pekat. Ekstraksi dengan n-butanol dilakukan 3 kali, setiap kali dengan
pelarut n-butanol yang baru, sehingga diperoleh fraksi n-butanol I, fraksi nbutanol II dan fraksi n-butanol III.
Identifikasinya dilakukan dengan cara:
1. Kromatografi
Untuk melihat profil kromatografi dari setiap fraksi. digunakan cara
kromatografi kertas. Masing-masing fraksi ditotolkan pada kertas Wathman no. 1,
dielusi menggunakan cairan pengembang n-butanol - asam asetat air (60 : 22:
1,2 ). Setelah diketahui bahwa fraksi yang mengandung jenis flavonoid terbanyak
adalah fraksi n-butanol I, maka dilakukan isolasi senyawa flavonoid dengan cara
kromatografi kertas preparatif.
- Cairan pengembang yang digunakan : n-butanolasam asetatair (4:1:5)
- Jarak rambat : 40 cm
- Teknik pengembangan : Menurun.
- Penotolan : Bentuk pita.
- Pendeteksi : Sinar UV 254/ 366
Masing-masing pita kromatogram dipisahkan, dipotong kecil-kecil dan
diekstraksi dengan metanol. Untuk pemurnian isolat dilakukan pengembangan
kedua secara kromatografi kertas preparatif.
- Cairan pengembang : Asam asetat 2 % dalam air
- Jarak rambat : 20 cm
- Teknik pengembangan : Menurun
- Penotolan : Bentuk pita
- Pendeteksi : Sinar UV 254/366
Setiap pita kromatogram yang diperoleh kemudian diekstraksi dengan metanol,
sehingga diperoleh beberapa isolat dari senyawa flavonoid.
2. Spektrofotometri UV-Vis
Kemudian dengan menggunakan spektrofotometer ultraviolet dilihat
geseran batokromik setelah setiap isolat dalam larutan metanol diberikan pereaksi
geser natrium hidroksida, aluminium klorida, asam klorida, natrium asetat, dan
asam borat secara bergantian. Dengan melihat geseran batokromik tersebut dapat
diidentifikasi jenis flavonoid.

BAB III
KESIMPULAN
1. Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari dari 15 atom karbon.
2. Flavonoid dapat dibagi menjadi 3 struktur dasar yaitu Flavonoid, isoflavonoid,
dan neoflafonoid.
3. Flavonoid merupakan golongan filifenol sehingga memiliki sifat kimia
senyawa fenol.
4. Cincin A dari struktur flavonoid berasal dari jalur poliketida sedangkan cincin
B berasal dari jalur fenilpropanoid (jalur sikimat).
5. Identifikasi flavonoid dapat d
ilakukan dengan kromatografi dan
spektrofotometri UV-Vis.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, online, Flavonoid, (online), (http://uj3n9.blogspot.com/2011/10/sedikittentang-flavonoid.html, diakses pada 17 Oktober 2014 pukul 14.00.
Ahmad, Sjamsul A., 1986, Kimia Organik Bahan Alam. Penerbit Karunika,
Jakarta.
Dwi A. S., Flavonoid, Universitas Mataram.
Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, ITB, Bandung.
Rodney C., Toni M. K., dan Norman G. L., 2000, Biochemistry & Molecular
Biology of Plants.
Sovia L., 2006, Senyawa Flavonoida Fenilpropanoida dan Alkaloida, Medan.
Sri H. W. S., 2003, Isolasi Dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun Katu (Sauropus
androgynus (L.) Merr), Makara sains, Jakarta, 7(2): 2-6
Usman H., 2012, Dasar-dasar Kimia Organik Bahan Alam, dua satu press,
Makassar.

Anda mungkin juga menyukai