FITOKIMIA
TUGAS III
“ Identifikasi Senyawa Golongan Flavonoida
(Ekstrak Psidium guajava ) “
DOSEN PEMBIMBING :
Drs. Herra Studiawan, M.Si.,Apt
Siti Rofida, M.Farm.,Apt.
Amaliyah Dina Anggraeni, M.Farm., Apt.
3.1 TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan
flavonoida dalam tanaman
3.2.3.2 Flavon
Flavon berbeda dengan flavonol dimana pada flavon tidak terdapat
gugusan 3-hidroksi. Hal ini mempunyai serapan UV-nya, gerakan kromatografi, serta
reaksi warnanya. Flavon terdapat juga sebagai glikosidanya lebih sedikit daripada jenis
glikosida pada flavonol. Flavon yang paling umum dijumpai adalah apigenin dan luteolin.
Luteolin merupakan zat warna yang pertama kali dipakai di Eropa. Jenis yang paling
umum adalah 7-glukosida dan terdapat juga flavon yang terikat pada gula melalui ikatan
karbon-karbon. Contohnya luteolin 8-C-glikosida. Flavon dianggap sebagai induk dalam
nomenklatur kelompok senyawa flavonoid.
3.2.3.3 Isoflavon
Isoflavon merupakan isomer flavon, tetapi jumlahnya sangat sedikit dan
sebagai fitoaleksin yaitu senyawa pelindung yang terbentuk dalam tumbuhan sebagai
pertahanan terhadap serangan penyakit. Isoflavon sukar dicirikan karena reaksinya tidak
khas dengan pereaksi warna manapun. Beberapa isoflavon (misalnya daidzein)
memberikan warna biru muda cemerlang dengan sinar UV bila diuapi amonia, tetapi
kebanyakan yang lain tampak sebagai bercak lembayung yang pudar dengan amonia
berubah menjadi coklat.
3.2.3.4 Flavanon
Flavanon terdistribusi luas di alam.Flavanon terdapat di dalam kayu, daun
dan bunga. Flavanon glikosida merupakan konstituen utama dari tanaman genus prenus
dan buah jeruk; dua glikosida yang paling lazim adalah neringenin dan hesperitin, terdapat
dalam buah anggur dan jeruk.
3.2.3.5 Flavanonol
Senyawa ini berkhasiat sebagai antioksidan dan hanya terdapat sedikit
sekali jika dibandingkan dengan flavonoid lain. Sebagian besar senyawa ini diabaikan
karena konsentrasinya rendah dan tidak berwarna.
3.2.3.6 Katekin
Katekin terdapat pada seluruh dunia tumbuhan, terutama pada tumbuhan
berkayu. Senyawa ini mudah diperoleh dalam jumlah besar dari ekstrak kental Uncaria
gambir dan daun teh kering yang mengandung kira- kira 30% senyawa ini. Katekin
berkhasiat sebagai antioksidan.
3.2.3.7 Leukoantosianidin
Leukoantosianidin merupakan senyawa tan warna, terutama terdapat pada
tumbuhan berkayu. Senyawa ini jarang terdapat sebagai glikosida, contohnya melaksidin,
apiferol.
3.2.3.8 Antosianin
Antosianin merupakan pewarna yang paling penting dan paling tersebar
luas dalam tumbuhan. Pigmen yang berwarna kuat dan larut dalam air ini adalah penyebab
hampir semua warna merah jambu, merah marak, ungu, dan biru dalam daun, bunga, dan
buah pada tumbuhan tinggi. Secara kimia semua antosianin merupakan turunan suatu
struktur aromatik tunggal yaitu sianidin, dan semuanya terbentuk dari pigmen sianidin ini
dengan penambahan atau pengurangan gugus hidroksil atau dengan metilasi atau
glikosilasi.
3.2.3.9 Khalkon
Khalkon adalah pigmen fenol kuning yang berwarna coklat kuat dengan
sinar UV bila dikromatografi kertas. Aglikon flavon dapat dibedakan dari glikosidanya,
karena hanya pigmen dalam bentuk glikosida yang dapat bergerak pada kromatografi
kertas dalam pengembang air. (Harborne, 1996)
3.2.3.10 Auron
Auron berupa pigmen kuning emas yang terdapat dalam bunga tertentu dan
briofita. Dalam larutan basa senyawa ini berwarna merah rose dan tampak pada
kromatografi kertas berupa bercak kuning, dengan sinar ultraviolet warna kuning kuat
berubah menjadi merah jingga bila diberi uap amonia. (Robinson, 1995)
Menurut Harborne (1996), dikenal sekitar sepuluh kelas flavonoid dimana
semua flavonoid, menurut strukturnya, merupakan turunan senyawa induk flavon dan
semuanya mempunyai sejumlah sifat yang sama yakni:
3.2.4 Flavonoid Pada Tanaman Psidium Guajava
Tanaman jambu biji (Psidium guajava) dalam sistematika dunia
tumbuhan diklasifikasikan menjadi seperti di bawah ini:
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava, L.
( Cronquist, 1981).
Menurut Taiz dan Zeiger (2002) metabolit sekunder yang dihasilkan
tumbuhan merupakan bagian dari sistem pertahanan diri. Senyawa tersebut berperan
sebagai pelindung dari serangan infeksi mikroba patogen dan mencegah pemakanan oleh
herbivora. Metabolit sekunder dibedakan menjadi tiga kelompok besar yaitu terpen,
fenolik, dan senyawa mengandung nitrogen terutama alkaloid.
Tanin pada tanaman jambu biji dapat ditemukan pada bagian buah, daun
dan kulit batang, sedangkan pada bunganya tidak banyak mengandung tanin. Daun
tanaman jambu biji selain mengandung tanin, juga mengandung zat lain seperti asam
ursolat, asam folat, asam guajaverin, minyak atsiri dan vitamin (Thomas, 1989). Daun-
daun jambu biji memiliki kandungan zat-zat penyamak (psiditanin) sekitar 9%, minyak
atsiri berwarna kehijauan yang mengandung eganol sekitar 0,4%, damar 3%, minyak
lemak 6%, dan garam-garam mineral (Kartasapoetra, 2004).
Bagian tanaman yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya,
karena daunnya diketahui mengandung senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak
lemak dan asam malat (Depkes, 1989). Daun jambu biji mempunyai khasiat sebagai
antidiare, astringen, sariawan dan menghentikan pendarahan. Sebagai obat anti diare
telah dipasarkan dalam bentuk jamu modern atau pil, bahkan industri farmasi
seperti “Kimia Farma” telah memformulasikan menjadi obat fitofarmaka yang sudah
banyak beredar dipasaran dengan nama “Fitodiar”, produk lainnya dari pabrik “Soho”
yaitu Diapet. Selain daunnya, buah jambu batu terutama dari jenis berwarna merah
sering digunakan untuk mengobati penyakit demam berdarah. Sedangkan senyawa
kimia yang terkandung didalam buah jambu adalah benzaldehid, D-ribosa, Larabinosa,
D-ramnosa, D-glukosa, D-galaktosa, D-fruktosa dan sukrosa Quersetin adalah senyawa
golongan flavonoid jenis flavonol dan flavon, senyawa ini banyak terdapat pada tanaman
famili myrtaceae dan solanacea. Telah dikenal sejumlah glikosida flavonol yaitu
turunan dari quersetin, diantaranya adalah quersetin -3-L-rhamonoside atau quersitrin
yang digunakan untuk pewarna tekstil, quersetin–3-rutinoside yang biasa disebut rutin
dan quersetin-3-glukoside atau isoquersitrin yang berkhasiat diantaranya untuk mengobati
kerapuhan pembuluh kapiler pada manusia. Senyawa rutin terdapat dalam tanaman
tembakau dari famili Solanaceae dan Eucalyptus macrorynh dari familia Myrtaceae
(Harborne, 1987).
Angka Rf berjangka antara nol koma nol dan hanya ditentukan dua
desimal. hRf adalah angka Rf dikalikan factor 100 (h), menghasilkan nilai berjangka nol
sampai 100, tetapi karena angka Rf mempunyai fungsi sejumlah faktor, angka ini dianggap
sebagai petunjuk saja, harga hRf lah yang dicantumkan untuk menunjukan letak suatu
senyawa pada kromatogram (Stahl, 1985).
3.3 PROSEDUR KERJA
3.3.1 Preparasi Sampel
1. 0,3 g ekstrak di kocok dengan 3ml n-heksan berkali-kali dalam tabung reaksi
sampai ekstrak n-heksan tidak berwarna
2. Residu dilarutkan dalam 20 ml etanol dan dibagi menjadi 4 bagian, masing-
masing disebut sebagai IIIA,IIIB,IIIC dan IIID
3.3.2 Reaksi Warna
3.3.2.1 Uji Bate-Smith dan Metcalf
1. Larutan IIIA sebagai belangko, larutan IIIB ditambahkan 0,5 ml HCl pekat dan
diamati perubahan warna yang terjadi, kemudian dipanaskan diatas penangas
air dan diamati lagi perubahan warna yang terjadi
2. Bila perlahan-lahan menjadi warna merah terang atau ungu menunjukkan
adanya senyawa leukoatosianin (bandingkan dengan blangko)
3.3.2.2 Uji Wilstater
1. Larutan IIIA sebagai blangko, IIIC ditambahkan 0,5 ml HCl pekat dan 4
potong magnesium
2. Diamati perubahan warna yang terjadi diencerkan dengan 2 ml air suling
kemudian ditambahkan 1 ml butanol
3. Diamati warna yang terjadi disetiap lapisan. Perubahan warna jingga
menunjukkan adanya flavon, merah pucat menunjukkan adanya flavonol,
merah tua menunjukkan adanya flavanon
3.3.3 Kromatografi Lapis Tipis
1. Larutan IIID ditotolkan pada fase diam
2. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan :
3. Adanya flavonoid ditunjukkan dengan timbulnya noda warna kuning intensif
Fase diam : lapis tipis selulosa (diganti Kiesel Gel 254)
Fase gerak : Kloroform:aseton:asam formiat (6:6:1)
Penampak noda : - pereaksi sitrat borat atau uap amonia atau asam
sulfat 10%
4. Noda kuning yang ditimbulkan oleh uap ammonia akan hilang secara perlahan
ketika amonianya menguap meninggalkan noda
5. Sedangkan noda kuning yang ditimbulkan oleh pereaksi sitrat-borat sifatnya
permanen
3.4 SKEMA KERJA
3.4.1 Preparasi Sampel
III A
III C
III D
Amati perubahan
warna
IIIA sebagai IIIB ditambahkan
blangko 0,5 ml HCl pekat
Amati perubahan
warna diencerkan
2 ml air suling
dan ditambahkan
IIIA sebagai IIIC ditambahkan 0,5
1 ml etanol
blangko ml HCl pekat dan4
potong Mg
Di eluasi dengan
kloroform:aseton:asam
fomiat (6:6:1)
Larutan IIID
ditotokan pada Liat noda di sinar
fase diam UV 254 dan 356
Semprot dengan
penampak noda
Adanya timbul Liat noda di sinar
noda kuning UV 254 dan 356
menujukkan
adanya flavonoid
DAFTAR PUSTAKA