Anda di halaman 1dari 4

Retorika Muslihat

Bayang ku kerap menyapa damai


Hitam putih terhias pada tiap bilik
Takut dan gelisah
Membutakan orang – orang tidak bersalah

Langkah kaki menghentikan ego yang menyambar


Tapi tidak untuk memberitakan pada hati
Rongrongan suara kini membeku
Orang - orang menarik kait jendela
Bunyi menggertak mengusik ditelingaku
Tetaplah terdiam

Dunia ini hanyalah angin yang sesaat berhembus


Dan hanyalah panggung pentas drama anak – anak riang
Dengan jubah mewarnai harinya

Sayang, dirimu telah menggapai benar


Menggenggam jujur mematahakan kebohongan
Kamu telah merenggut kasih sayang mereka
Menjadi saksi air mata yang terlontar

Tak harus menggembok ambisi


Dan memenjarakan ego dalam – dalam
Kamu hanya harus bangkit, dan bangkit

Biarkan aktor – aktor mahir yang berperan,


Tak harus merasakan hiruk pikuk ini
Cacian, amarah bahkan pukulan

Mungkin drama ini akan tiada tergerogoti oleh takdir


“Apa yang ingin kau tanyakan ?”
“Apa yang dapat dirampok pada ruang dengan isi menjadi besi?”
Besi yang kuat hingga tak mampu terkikis oleh karat debu
“Apalagi yang kau inginkan ?”
Retorika mu bahkan tlah terselimuti oleh bangkai amarah
Orang – orang tercengang, namun membisu

Namun sayang, aku tetap menyelam lebih dalam


Membawa rantai yang terus menggiring aku kedasar
“Tidak!”
Ambisimu hanya akan menggiring mu dalam jurang bergejolak

Alunan musik, kadang menyadarkanku


Alunan musik, kadang membuat sesal
Tapi, tangan kita telah terbalut debu
Jiwa kita satu per satu telah berdosa dan terpukul

Diriku hanya kau anggap bagai bunga yang layu termakan musim
Aku tebarkan wangi berarti
Hingga waktu menetapkan aku menjadi mati akan musim
Kau biarkan aku
Hingga aku sudah tak mampu untuk mengharumi mu
Setiap hari
Kawan, sadarlah
Diriku telah menghilang, tanpa kau mencari
Diriku takkan mampu menanggungnya, tak akan pernah mampu
Diriku kesulitan membuka jeruji bejana yang telah kau tancapkan
Yang hanya akan membuatku terkubur bersama dengan ambisiku
“Kembalilah sayang!”
“Kembali, katamu?”
Itu menyakitkan
Itu menyedihkan
Itu memilukan, “tidakah kau tau itu?”

Setelah ini, biarkan burung – burung menyampaikan kabar


“Aku tidak apa – apa”
Dan kau akan terbangun dan membuka lembaran lawas
Membuka daftar kenangan yang pernah kita buat bersama
Dan membawa dirimu kedalam dunia tanpa ilusi
Namun dunia yang sebenarnya
Dan kau akan tersadar dengan sesal

Biarkan kamu mengerti semuanya


Dan aku akan kembali menjemput harapan ku
Yang sudah lama termakan waktu.
Nama Lengkap : Agus Pratiwi
Alamat Domisili : Jl. Sunan Muria V/B-1 No. 30 Kec. Lowokwaru, Kel. Dinoyo, Malang
Email : aguspratiwi01@gmail.com
No. Telepon Aktif : 081331587873
No. WhatssApp : 081331587873
Instagram : agus_pratiwi

Anda mungkin juga menyukai