FITOKIMIA
TUGAS 5
Identifikasi Senyawa Golongan Antrakinon
(Ekstrak Rheum officinale L., )
Disusun Oleh :
DOSEN PEMBIMBING :
Drs. Herra Studiawan, M.Si.,Apt.
Siti Rofida, M.Farm., Apt.
Amaliyah Dina Anggraeni, M.Farm., Apt.
5.1 TUJUAN
Mahasiswa mampu melakukan identifikasi senyawa golongan
antrakinon dalam tanaman.
5.2 TINJAUAN PUSTAKA
5.2.1 Tanaman Klembak (Rheum officinale L.,)
5.2.1.1 Klasifikasi
Klasifikasi tanaman kelembak adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Polygonales
Famili : Polygonaceae
Genus : Rheum
Spesies : Rheum officinale Baill
Timbulnya noda warna kuning, kuning coklat, merah ungu atau hijau
ungu menunjukkan adanya senyawa antrakinon
5.4 SKEMA KERJA
5.4.1 Reaksi Warna
5.4.1.1 Uji Borntrager
Ekstrak sebanyak
0,3 gram
diekstraksi dengan
saring, lalu
10 ml aquadest
didapatkan filtrat
Diekstraksi dalam
corong pisah. 5 ml
(ekstraksi dilakukan 2 filtrat
toluena
kali)
VA VB VA
dibagi menjadi VA sebagai
Fase toluene blanko
dua bagian
1 ml VB
Timbulnya warna merah ammonia
menunjukkan adanya pekat dan
senyawa antrakinon kocok
5.4.1.2 Uji Modifikasi Borntrager
Ekstrak sebanyak
0,3 gram
Asetat
filtrat Dipanaskan selama
glasial saring 5 menit
VIA VIB
diekstraksi
dengan 5 dibagi menjadi
Fase toluene dua bagian
ml toluena
Timbulnya warna
1 ml VIB VIA
merah atau merah
ammonia VA sebagai
muda pada lapisan pekat
alkalis menunjukkan blanko
antrakinon
5.4.1.3 Pemeriksaan KLT
Fase gerak :
- Toluena 75
Fase Diam Kiesel Gel
- Etil Asetat 24
254
- Asam asetat glasial 1
dieluasi
Jika timbul warna kuning, kuning coklat, merah ungu atau hijau
ungu menunjukan adanya senyawa antrakinon pada sampel
5.4 HASIL dan PEMBAHASAN
Rf Warna Noda
1. 0,17 1. biru
2. 0,44 2. ungu
3. 0,57 3. kuning
4. 0,92 4. coklat - kuning
- uji KLT
Rf Warna Noda
1. 0,17 1.biru
2. 0,28 2.ungu
3. 0,32 3.hijau
4. 0,45 4.coklat
5. 0,56 5.coklat
6. 0,89 6.kuning
Uji untuk reaksi warna yang kedua yaitu Uji Modifikasi Borntrager. Pada uji
modifikasi borntrager pada larutan yang diuji ditambahkan dengan KOH yang
bertujuan untuk menghidrolisis glikosida antron dan antranol serta membentuk garam
kalium dengan aglikon. Dan juga pada larutan uji ditambahkan H 2O2 yang digunakan
untuk mempercepat oksidasi antron/antranol menjadi antrakuinon. Setelah dilakukan
penambahan dengan KOH dan H2O2. Dipanaskan selama 5 menit dan disaring
Pemanasan bertujuan untuk menaikkan suhu larutan karena antrakuinon larut dalam
pelarut organik yang panas. Setelah dilakukan pemanasan larutan uji ditambahkan
dengan asam asetat glasial sebanyak 1 tetes. Penambahan Asam asetat glasial
digunakan untuk menetralkan larutan uji yang ada. Setelah itu ditambahkan dengan
5ml toluena yang bertujuan untuk mengesktraksi senyawa antrakinon saja. Fase
toluena diambil dan dibagi menjadi dua sebagai larutan VIA ( larutan blanko ) dan
VIB sebagai larutan yang akan diuji dan pada larutan ini ditambahkan dengan 1 ml
amonia pekat yang menunjukkan perubahan warna menjadi merah muda yang
menandakan adanya senyawa golongan antrakuinon. Hal ini terjadi karena gugus
phenol yang ada pada antrakuinon jika bereaksi dengan ammonia akan membentuk
komplek phenate yang berwarna merah.
Cara Identifikasi senyawa antrakinon yang terkahir yaitu Kromatografi Lapis
Tipis. Diambil sedikit ekstrak Rheum officinale kemudian dilarutkan dalam ethanol
sebanyak 0,5 ml. Fungsi penambahan ethanol adalah untuk melarutkan ekstrak
sehingga ekstrak yang digunakan berupa cairan bukan padatan. Untuk identifikasi kali
ini eluen yang digunakan adalah toluena-etil asetat-asam asetat glasial dengan
perbandingan 75:24:1. Eluen yang sudah jadi dimasukkan ke dalam chamber sebagai
fase gerak. Plat KLT yang sudah dieluasi lalu disemprot dengan penampak noda
larutan KOH 10% dalam metanol untuk memperjelas noda yang tampak. Warna noda
setelah penyemprotan adalah merah keunguan. Selain merah keunguan noda yang
tampak yaitu kuning dan kuning kecoklatan dari pengamatan yang diperoleh tersebut
menunjukkan bahwa sampel yang diuji positif mengandung senyawa antrakinon,
Penampak noda yang tampak diamati dengan sinar UV 254nm dan 365 nm.
karena berdasarkan literatur, jika sinari UV 254 nm banyak senyawa organik yang
dapat berflouresensi. Pada lampu UV 254 nm noda yang tampak berwarna gelap
(ungu) karena yang berflouresensi adalah lempengnya yang mengandung indikator
sedangkan sampelnya tidak. Sedangkan pada lampu UV 365 nm warna noda yang
tampak adalah terang atau tampak jelas karena lempengnya tidak berflouresensi tetapi
sampelnya.
Saat disinari UV 365 nm dan 254 nm, warna noda tampak fluorescent kuning,
kuning coklat, merah ungu atau hijau ungu. Semua aglikon menunjukkan fluorescent
pada 254 nm dan umumnya kuning atau fluorescent orange-coklat pada UV 365 nm
(Wagner dan Bladt, 1996). Warna kuning yang tampak menunjukkan senyawa
antrakinon yang dalam isomernya yaitu senyawa antron sedangkan warna kuning
kecoklatan yang tampak menunjukkan adanya senyawa antranol yang juga
merupakan isomer dari senyawa antrakinon
Berdasarkan hasil dari uji KLT diperoleh nilai Rf pada masing – masing noda
yaitu pada sampel diperoleh nilai Rf dan warna noda sebagai berikut :
*Uji borntrager * Uji KLT
Rf Warna Noda Rf Warna Noda
5. 0,1 5. biru 1. 0,17 1.biru
7 6. ungu 2. 0,28 2.ungu
6. 0,4 7. kuning 3. 0,32 3.hijau
4 8. coklat - kuning 4. 0,45 4.coklat
7. 0,5 5. 0,56 5.coklat
7 6. 0,89 6.kuning
8. 0,9
2
Berdasarkan, literasi nilai Rf pada senyawa antrakinon yaitu berkisar 0,03-0,91. Dan
dinyatakan kemungkinan pada Rf yang sama terdapat senyawa yang sama pula
(Medicamento, 2017).
5.6 KESIMPULAN
1. Pada saat uji borntranger ekstrak tanaman Rheum officinale menimbulkan adanya
perubahan warna dari kuning menjadi merah. Menunjukkan positif mengandung
senyawa antrakinon
2. Pada saat uji modifikasi borntranger ekstrak tanaman Rheum officinale
menimbulkan adanya lapisan alkalis berwarna merah muda yang menunjukkan
positif mengandung senyawa antrakinon.
3. Pada uji KLT adanya senyawa antrakinon pada ekstrak Rheum officinale
dibuktikan dengan adanya warna kuning, kuning coklat dan merah ungu pada plat
setelah diberi penampak noda dan dapat diperoleh nilai Rf dari masing – masing
noda yang tampak.
DAFTAR PUSTAKA
Backer, A and Van Den Brink, B., 1965, Flora of Java (Spermatophytes Only),Volume I,
N.V.P. The Nederlands, Noordhoff-Groningen.
Depkes. 2010. Isolasi senyawa dari akar kelembak,
Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20837/4/Chapter%20II.pdf. (diaskes 14
april 2018).
Nyiredy Sz. 2002. Planar Chromatographic Method Development Using The Prisma
Optimization System and FlowCharts. Jurnal ChromatografiScientific.
Sastroamidjojo, Seno. 2001.Obat Asli Indonesia. Dian rakyat.Jakarta.
Stanitsky, Conrad L. 2003. Chemistry in Context. New York: Mc Graw-Hill.
Stahl, E., 1985. Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi. Diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro, Bandung. Penerbit ITB.
Wagner, H., and Bladt, S., 2001, Plant Drug Analyses: A Thin Layer Chromatography
Atlas, 2ndEd., 149-191, Springer-Verlag, Berlin.
Lampiran – lampiran