BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
(Cronquist, 1981).
mencapai 2,4 m. Batang berwarna merah, berbentuk bulat dan berbulu. Bunga
tunggal, kuncup bunga tumbuh dari bagian ketiak daun, berbentuk lonceng;
mahkota bunga berlepasan, mahkota bunga berbentuk bulat telur terbalik (Backer
and Bakhuizen, 1963). Tanaman bunga Rosela ditunjukkan pada gambar 2.1.
5
6
Kandungan kimia tanaman ini adalah alohidroksi asam sitrat lakton, asam
malat dan asam tartrat. Antosianin yang menyebabkan warna merah pada tanaman
glukosida. Ekstrak kental bunga rosela berwarna merah hati dan rasa asam
(Depkes RI, 2011). Struktur kimia dari sianidin-3-O-glukosida dapat dilihat pada
gambar 2.2.
7
tropis. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Eropa (Jones and Luchsinger, 1986).
Secara tradisional, setiap bagian tanaman ini memiliki beberapa manfaat. Serat
batang rosela secara tradisional digunakan sebagai bahan pembuatan karung goni,
daun digunakan untuk kosmetik dan makanan, sedangkan bijinya untuk peluruh
air seni, gangguan pencernaan dan makanan (Kasahara and Hemmi, 1995).
Kelopak bunga rosela berkhasiat sebagai obat mual, memperlancar buang air
besar, mengurangi nafsu makan, gangguan pernafasan yang disebabkan flu, dan
rasa tidak enak di perut (Syamsuhidayat dan Hutapea, 2000; Cronquist, 1981;
Penelitian yang telah dilakukan oleh Alaga et al. (2014) menunjukkan bahwa
aktivitasnya terhadap beberapa patogen uji seperti pada penyakit diare, disentri,
serta infeksi mulut dan gigi. Selain itu, efek farmakologi dari rosela antara lain
antioksidan (Alaga et al. 2014; Arellano et al., 2007; Hirunpanich et al., 2006;
2.2 Antosianin
dari kelompok pigmen utama pada tanaman. Pigmen antosianin sebagian besar
terdapat pada tanaman yang berbunga dan menghasilkan warna merah tua, ungu
dan biru pada bunga, buah dan daun (Harborne and Grayer, 1988). Molekul
satu atau lebih gula (glikon). Antosianin memiliki warna yang kuat dan relatif
arabinosa. Gugus gula ini bisa dalam bentuk mono atau disakarida dan dapat
9
diasilasi dengan asam fenolat atau asam alifatis (Cretu et al., 2013). Rantai
Jenis Antosianin R1 R2
Delfinidin -OH -OH
Petunidin -OH -OCH3
Malvidin -OCH3 -OCH3
Sianidin -OH -H
Peonidin -OCH3 -H
Pelargonidin -H -H
Antosianin merupakan senyawa yang tidak stabil dalam suasana netral atau
menggunakan pelarut asam yang dapat merusak jaringan tanaman (Andersen dan
Markham, 2006).
menyebutkan bahwa peningkatan paparan cahaya, pH, dan suhu dapat merusak
antosianin, dimana dalam suasana asam akan berwarna merah dan suasana basa
berwarna biru. Antosianin lebih stabil dalam suasana asam daripada dalam
2004).
Flavonoid yang
No. Pereaksi Hasil Reaksi
mungkin
1. Uap Amonia Bercak jingga hingga Antosianin
(NH3) lembayung menjadi biru
Sinar UV366 : bercak merah Antosianin 3-
jingga redup atau merah glikosida
menjadi biru
Sinar UV366nm : bercak Sebagian besar
merah jambu atau flouresensi antosianidin 3,5-
kuning menjadi biru diglikosida
2. Pereaksi semprot Sinar UV366nm : bercak 5-hidroksi flavonoid
AlCl3 5% berflouresensi kuning
Terjadi pergeseran Antosianin
bathokromik pada spektrum
Pereaksi Sinar UV366nm : Flavonoid
3.
Sitroborat berflouresensi kuning intensif
2.3 KLT-Spektrofotodensitometri
bahan dan instrumen maka pemisahan yang sangat efisien dan kuantifikasi akurat
dan tepat dapat tercapai (Sherma dan Fried, 2005). Prinsip umum KLT yaitu
11
Fase diam yang paling sering digunakan pada KLT adalah silika gel dan
perpindahan solut dari fase diam ke fase gerak atau sebaliknya) yang utama pada
Kromatografi Lapis Tipis adalah partisi dan adsorbsi (Rohman, 2009). Jarak
migrasi senyawa pada plat silika gel tergantung pada polaritasnya. Senyawa yang
paling polar bergerak naik dengan jarak paling dekat dari titik awal penotolan,
sedangkan senyawa dengan polaritas paling kecil bergerak paling jauh dari titik
awal penotolan tersebut. Silika gel merupakan fase diam polar yang paling sering
digunakan, meskipun demikian silika gel juga banyak dijumpai dalam bentuk
Fase gerak pada KLT dipilih dari pustaka, sistem yang paling sederhana
dapat terjadi secara optimal. Pada saat pemilihan fase gerak, fase gerak harus
mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
merupakan teknik pemisahan yang sangat sensitif. Daya elusi dari fase gerak yang
dijenuhkan dengan uap fase gerak (Rohman, 2009). Plat dicelupkan dalam fase
gerak kira kira 0,5 cm. Untuk meyakinkan bahwa bejana kromatografi telah
jenuh, maka dinding dalam bejana dapat dilapisi dengan lembaran kertas saring
faktor, seperti plat KLT yang digunakan, kadar analit yang ditotolkan, jarak
yang praktis, sederhana, efektif, cepat, tervalidasi dan sensitif (Flanagan et al.,
2007).
2.3.2 Spektrofotodensitometri
peralatan dan program evaluasi serta data hasil yang berupa angka dan grafik
(Deinstrop, 2007).
elektromagnetik dari sinar UV-Vis dengan analit yang merupakan noda pada plat.
13
Radiasi elektromagnetik yang datang pada plat diabsorpsi oleh analit, ditransmisi
atau diteruskan jika plat yang digunakan transparan. Radiasi elektromagnetik yang
diabsorpsi oleh analit atau indikator plat dapat diemisikan berupa flouresensi dan
Sinyal yang didapat kemudian diplotkan sebagai sebuah fungsi dari jarak yang
ditempuh analit dan konsentrasi analit dalam bercak, sehingga didapatkan suatu
Beberapa faktor yang dapat menjadi parameter baik atau tidaknya suatu
kromatogram pada umumnya adalah daya pisah atau resolusi (Rs) dan faktor
a. Resolusi (Rs)
sempurna dari puncak lainnya dengan sedikit tumpang tindih (overlapping) atau
tidak ada tumpang tindih sama sekali. Tingkat pemisahan antara puncak-puncak
dan lebar puncak yang berhubungan. Untuk puncak Gaussian, hal ini cukup
digambarkan dengan resolusi atau daya pisah puncak (Gandjar dan Rohman,
komponen dalam kromatografi tergantung pada waktu retensi relatif (tR) pada
sistem kromatografi tertentu dan tergantung pada lebar puncak (Wb). Untuk
mempengaruhinya (Gandjar dan Rohman, 2008). Harga Rs yang baik adalah > 1,5
Suatu situasi yang menunjukkan kinerja kromatografi yang kurang baik adalah
menyebabkan puncak tidak simetris. Jika puncak yang akan dikuantifikasi tidak
asimetri muncul karena berbagai faktor. Peningkatan puncak yang asimetri akan
Gambar 2.4. Perhitungan Tailling Factor (Tf) (Ahuja and Dong, 2005).
Berdasarkan gambar tersebut, nilai Tailling Factor (Tf) dapat dihitung dengan
persamaan 2.
puncak dapat mengalami tailing. Seperti ditunjukkan dalam Gambar 2.4, Tailling
factor (Tf) adalah ukuran dari puncak asimetri. Dalam perhitungan ini digunakan
lebar puncak pada ketinggian puncak 5% (W0,05). Tailling factor untuk sebagian
besar puncak harus jatuh antara 0,9 dan 1,4, dengan nilai 1,0 mengindikasikan
puncak simetris sempurna. Puncak tailing biasanya disebabkan oleh adsorpsi atau
interaksi kuat lain dari analit dengan fase diam sementara puncak sepertinya dapat
disebabkan oleh kolom overloading, reaksi kimia atau isomerisasi selama proses
untuk standardisasi produk herbal di negara maju dalam upaya kontrol kualitas
herbal yang diperoleh dari CFP seperti: integritas, kejelasan, dan kualitas dari
produk herbal yang diteliti (MacLennan, 2002). Jumlah konstituen aktif dalam
kendali mutu dan konsistensi dari suatu produk herbal (Liang et al., 2004). CFP
dapat menggambarkan persamaan dan perbedaan yang ada pada suatu ekstrak
tanaman dari variasi tanaman dan identifikasi keaslian dari suatu tanaman dapat
identifikasi dari suatu bahan herbal atau ekstrak. Teknik kromatografi seperti High
(TLC) atau Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan Gas Chromatography (GC) serta
metode spektroskopi seperti IR, NMR, dan UV juga dapat digunakan untuk
fingerprint (Gautam et al., 2010). KLT merupakan metode yang paling banyak
Fingerprint
dari plat KLT tersebut (Liang et al. 2004). Data CFP yang dapat direkam
spektrum, panjang gelombang maksimum dan noda dengan penampak bercak. Hal
tersebut merupakan profil sidik jari (fingerprint) sampel dalam KLT (Liang et al.,
2004).
menentukan tingkat kesamaan sampel herbal yang dianalisis. Setiap puncak pada
kromatogram memiliki rasio luas puncak yang berperan penting dalam fingerprint
(Feng dan Runyi, 2006). Selain kromatogram, spektrum UV-Vis suatu senyawa
maksimum, rasio absorbansi dan jumlah puncak yang muncul (Feng dan Runyi,
2006).
18
Fingerprint (CFP)
............................................................................................ (3)
Dimana xi dan yi adalah harga absorban unit dari dua spektrum yang
(CFP)
kedekatan antara dua vektor dalam hal ini adalah hubungan kedekatan antara dua
buah sampel. Fungsi kosinus ini diterapkan dalam kromatografi fingerprint untuk
menentukan hubungan kedekatan sampel yang satu dengan sampel yang lainnya
terdiri dari puncak-puncak yang menyajikan komposisi yang unik dari suatu
terdeteksi oleh instrumen untuk dianalisis. Hal ini juga ditetapkan bahwa sampel
dengan pola kimia yang sama mungkin memiliki sifat yang mirip. Pengukuran
tetapan Euclidean, koefisien korelasi Pearson, atau kosinus sudut dan rasio
karakteristik untuk setiap senyawa penyusun sampel. Korelasi antar sampel dapat
kosinus. Hubungan antar sampel ditentukan oleh koefisien korelasi antar sampel
(Esseiva et al., 2003). Hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai sudut pada
Gambar 2.5. Sketsa Sudut Diantara Dua Vektor (Esseiva el al., 2003).
yang terdapat di antara dua vektor tersebut. Perhitungan fungsi kosinus dilakukan
dengan aturan vektor untuk memperkirakan kedekatan antara dua vektor, sudut
yang ada di antara kedua vektor tersebut dihitung. Dengan mengikuti aturan
vektor, nilai korelasi antara dua kromatogram dapat dihitung dengan persamaan 4.
................................. (4)
Dimana a1, a2, a3, , an menyatakan besaran atau nilai dari variabel 1-n
untuk kromatogram a, dan b1, b2, , bn menyatakan besaran variabel 1-n untuk
20
kromatogram b. Nilai korelasi adalah angka tanpa dimensi, auto normalized, dan
mandiri dari panjang vektor yang menunjukkan aturan dari sampel (Esseiva et al.,
antar sampel dengan memanfaatkan korelasi fungsi kosinus (C). Sampel yang
memiliki hubungan kedekatan yang baik adalah yang memberikan nilai korelasi C
mendekati 100 (Dufey et al., 2006). Fungsi kosinus memiliki keuntungan yaitu
mudah memproses hasil dari perhitungan dan memberikan nilai data tunggal
dibandingkan nilai hasil grafik. Hasil perhitungan fungsi kosinus ini secara
langsung akan menunjukkan hubungan antara suatu sampel dengan sampel yang