Tugas 2
NIM :201610410311071
Kelas : FARMASI B
Kelompok :2
2019
TUJUAN
Lerak (S. rarak) merupakan jenis tumbuhan yang berasal dari Asia Tenggara yang
dapat tumbuh dengan baik pada hampir semua jenis tanah dan keadaan iklim,
dari daratan rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 450-1500 m dari
permukaan laut. Menurut Afriastini (1990), bahwa lerak (S. rarak) diklasifikasikan
sebagai berikut. Taksonomi tanaman lerak yaitu:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledons
Sub kelas : Rosidae
Bangsa : Sapindales
Suku : Sapindaceae
Marga : Sapindus
Jenis :Sapindus mukorossi
Komponen utama buah lerak adalah saponin yang mempunyai beberapa sifat antara
lain menurunkan tegangan permukaan, hemolisa sel darah merah, memberikan senyawa
kompleks dengan kolesterol.
Selain saponin buah lerak diduga memiliki kandungan zat aktif antimikroba seperti
alkaloid, polifenol, flavonoid, dan tannin (Udarno,2009). Dari beberapa penelitian
terdahulu diketahui bahwa ekstrak buah lerak memiliki daya antibakteri terhadap
Steptococcus mutans (Irham,2007) yang didukung dengan penelitian fadlina (2007)
tentang ekstrak lerak komersil dan ekstrak lerak 0,01% juga mempunyai efek antibakteri
terhadap Steptococcus mutans yang lebih baik dari NaOCI 5% serta terhadap
Fusobacterium nucleatum dengan MIC 0,25%.
Penggunaan
Buah lerak digunakan untuk mencerahkan warna yang diperoleh dari soga alam/
pewarna alami. Selain itu, juga digunakan untuk mencuci kain batik supaya awet dan
warnanya tetep baik/tidak luntur. Khasiat pembersih ini didapat dari buahnya yang apabila
digosok didalam air panas, bagian luar daging buah akan berbusa seperti sabun
(Heyne,1987)
Komponen utama buah lerak adalah saponin yang mempunyai beberapa sifat antara
lain menurunkan tegangan permukaan, hemolisa sel darah merah, memberikan senyawa
kompleks dengan kolesterol. Selain itu saponin juga berperan sebagai emulgator (detergen)
sehigga saponin dapat digunakan sebagai bahan baku sampo (Estikasari,2002), dan sebagai
bahan irigasi saluran akar gigi (Yatmi,2007).
Menurut struktur aglikon atau sapogenin, saponin dapat dibedakan menjadi dua
macam tipe yaitu tipe steroida dan triterpenoida. Kedua macam senyawa tersebut
mempunyai hubungan glikosidal pada C-3 dan mempunyai asal-usul biogenetika yang
sama melalui asam mevalonat dan satuan isoprenoid (Brotosisworo,1979; Evans,2002).
A. Saponin steroid
B. Saponin triterpenoid
Adanya saponin dalam tanaman juga dapat ditunjukkan dengan beberapa cara antara
lain:
Indeks Buih
Indeks buih menunjukkan angka pengenceran dari zat atau obat yang diperiksa
yang akan memberikan suatu lapisan buh yang tinggi 1 cm sampai 10 cm, bila
larutan digojok dalam gelas ukur selama 15 detik dan selanjutnya dibiarkan dulu
selama 10 menit sebelum dilakukan pembacaan (Anonim,1995).
Haemolisa
Campur bahan yang akan diperiksa dengan larutan dapar fosfat pH 7,4 , panaskan,
dinginkan, saring. Ambil filtrat campur dengan suspensi darah. Diamkan selama 30
menit, terjadi haemolisa total berarti menunjukkan adanya saponin (Anonim,1995)
Reaksi Warna
Reaksi warna dapat digunakan untuk menggolongkan saponin (sapogenin) yang
digunakan untuk membuktikan identitas dari suatu obat, dan jika perlu untuk
memonitor pada waktu pemisahan. Tidak ada reaksi warna yang secara spesifik
untuk tiap jenis saponin. Reaksi berikut ini dapat digunakan yaitu:
1. Dengan menggunakan asam asetat anhidrat dan asam sulfat (disebut reaksi
Lieberman-Burchard)
2. Reaksi Salkowski
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan zat secara cepat dengan
menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan serba rata pada lempeng
kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai kolom kromatografi terbuka dan
pemisahan didasarkan pada penyerapan pembagian atau gabungannya tergantung dari jenis
zat penyerap pembagian atau gabungannya tergantung dari jenis zat penyerap dan cara
pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis pelarut. KLT dengan penyerap penukar ion
dapat digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Harga Rf yang diperoleh pada KLT
tidak tetap jika dibandingkan dengan yang diperoleh pada kromatografi kertas karena itu
pada lempeng yang sama disamping kromatogram dari zat yang diperiksa perlu dibuat
kromatogram dari zat pembanding kimia lebih baik dengan kadar yang berbeda-beda.
Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan 2 bercak dengan harga Rf dan ukuran
yang lebih kurang sama. Ukuran dan intensitas bercak dapat digunakan untuk
memperkirakan kadar. Penetapan kadar yang lebih teliti dapat digunakan dengan cara
densito metri atau dengan mengambil bercak dengan hati-hati dari lempeng, kemudian
disari dengan pelarut yang cocok, dan ditetapkan dengan cara spektrofotometri. Pada KLT
2 dimensi lempeng yang telah dievaluasi diputar 900 dan dievaluasi lagi umumnya
menggunakan bejana lain yang berisi pelarut lain. Alat yang digunakan adalah lempeng
kaca, baki lempeng, rak penyimpanan, zat penyerap, alat pembuat lapisan, bejana
kromatografi, sablon, pipet mikro, alat penyemprot pereaksi, pelarut, dan lampu
ultraviolet. (Materia Medika Indonesia Jilid IV, hal 144).
PROSEDUR KERJA
a) Uji Buih
1. Diambil ekstrak sebanyak 0,2g dimasukkan tabung reaksi, ditambahkan
air suling 10ml, kocok kuat selma kira-kira 30 detik
2. Tes buih positif mengandung saponin bila terjadi buih yang stabil
selama lebih dari 30 menit dengan tinggi 3 cm diatas permukaan
cairan.
b) Reaksi Warna
1. Preparasi sampel :
0,5 gram ekstrak dilarutkan didalam 15 ml etanol, bagi menjadi tiga
bagian masing-masing 5 ml, disebut sebagai larutan IIA, IIB dan IIC.
2. Uji Liebermann-Burchard
Digunakan larutan IIA sebagai blanko, larutan IIB sebanyak 5
ml ditambah 3 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes H2SO4
pekat, amati perubahan warna yang terjadi. Kocok perlahan dan
diamati terjadinya perubahan warna.
Munculnya warna hijau biru menunjukkan adanya saponin
steroid, warna merah ungu menunjukan adanya saponin
triterpenoid dan warna kuning muda menunjukan adanya
saponin triterpenoid/steroid jenuh.
3. Uji Salkowski
Digunakan larutan IIA sebagai blanko, larutan IIC sebanyak 5
ml ditambah 1-2 ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung reaksi.
Adanya steroid tak jenuh ditandai dengan timbulnya cincin
warna merah.
c) Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1) Identifikasi sapogenin steroid/triterpenoid
a) Ekstrak sebanyak 0,5 gram ditambah 5 ml HCl 2N, didihkan dan tutup
dengan corong berisi kapas basah selama 50 menit untuk menghidrolisis
saponin.
b) Setelah dingin, tambahkan ammonia sampai basa, kemudian ekstraksi
dengan 4-5 ml n-heksana sebanyak 2x, lalu uapkan sampai tinggal 0,5 ml,
totolkan pada plat KLT.
Fase diam : Kiesel Gel 254
Fase gerak : n-heksana-etil asetat (4:1)
Penampakan noda : Anisaldehida asam sulfat (dengan pemanasan)
c) Adanya sapogenin ditunjukan dengan terjadinya warna merah ungu (ungu)
untuk anesaldehida asam sulfat.
a. Uji Buih
Ekstrak sebanyak 0.2g (masukan tabung reaksi+ air suling 10ml =>kocok
kuat kira-kira 30 detik
b. Reaksi Warna
1) Preparasi Sampel
2) Uji Liebermann-Burchard
3) Uji Salkowski
Ekstrak sebanyak 0,5g + 5ml HCL Didihkan dan tutup dengan corong
berisi kapas basah selama 50 menit.
Sedikit ekstrak ditambah beberapa tetes etanol, diaduk sampai larut, totolkan
pada fase diam.
b. Reaksi Warna
1) Preparasi Sampel
2) Uji Liebermann-Burchard
Amati Perubahan
warna dan kocok
perlahan
Terbentuknya cincin
merah adanya
steroid tak jenuh
1,4 4,6
= 0,175 𝑐𝑚 = 0,575𝑐𝑚
8 8
2,2 5
= 0,275 𝑐𝑚 = 0,625 𝑐𝑚
8 8
3,07 6,8
= 0,463 𝑐𝑚 = 0,85 𝑐𝑚
8 8
4,2
= 0,525 𝑐𝑚
8
Total= 0,85 cm
2,5
= 0,313 𝑐𝑚
8
Pembahasan
Pada prkatikum kai ini dilakukan identifikasi senyawa golongan glikosida saponin,
triterpenoid dan steroid dari ekstrak tanaman Sapindus rarak DC. Identifikasi ini
dilakukan dengan uji buih, uji reaksi warna (Uji Liebermann- Burchard dan Uji Salkowski)
dan Uji Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Pada uji buih, ekstrak ditambahkan air suling sebanyak 10 ml kemudian dikocok
kuat-kuat. Pada menit pertama terbentuklah buih dengan tinggi 7cm dan pada menit k3-30
buih tetap terbentuk tetapi mengalami penurunan yaitu sampai 5,5cm.
Uji yang kedua yaitu uji reaksi warna. Pada uji reaksi warna, sampel berupa ekstrak
yang dilarutkan terlebih dahulu dengan 15ml etanol, kemudian dibagi menjadi 3 bagian di
tabung reaksi, dimana IIA sebagai blanko, IIB untuk uji Liebermann- Burchard dan IIC
untuk uji salkowski. Pada sampel IIB menunjukkan hasil positif karena ada perubahan
warna menjadi merah ungu setelah sampel dilakukan percobaan sesuai prosedur sehingga
menunjukkan adanya saponin triterpenoid. Pada sampel IIC terdapat cincin berwarna
merah setelah sampel ditambahkan 2ml H2SO4 pekat melalui dinding tabung sehingga
menunjukkan adanya steroid tak jenuh.
Pada uji buih menghasilkan hasil yang positif, karena saat pertama kali dikocok
larutan membentuk buih setinggi 7cm, dan setelah ditunggu 30 meni buih masih
tetap terbentuk dengan tinggi 5,5cm
Pada uji reaksi warna yang dibagi 2, yaitu untuk uji Liebermann- Burchard
menunjukkan hasil positif karena ada perubahan warna menjadi merah ungu,
Sedangkan untuk uji Salkowski juga menunjukkan hasil yang positif karena
terdapat cincin merah.
Pada Uji KLT
Pada pengujian sapogenin steroid/ triterpenoid, setelah plat KLT diamati pada sinar
UV 254 dan UV 365 terdapat noda merah ungu, maka Sapindus rarak DC positif
mengandung senyawa sapogenin steroid/ triterpenoid. Kemudian didapat nilai Rf
0,175; 0,275; 0,463; 0,525; 0,575; 0,625; 0,85.
Pada pengujian terpenoid/steroid plat KLT diamati pada sinar UV 254 dan UV 365
terdapat noda ungu, maka Sapindus rarak DC positif mengandung terpenoid/
steroid, dan didapat nilai Rf= 0,313cm.
Daftar Pustara
Brotosisworo, S, 1979, Obat Hayati Golongan Glikosida, 44-45, Fakultas Farmasi UGM,
Yogyakarta.
Evans, W.C, 2002, Pharmacognosy, fifteenth edition, W.B SAUNDERS, 289-299, New
York.
Fatmawati, Irma, 2014, Efektivitas Buah Lerak (Sapindus rarak DC) sebagai Bahan
Pembersih Logam Perak, Perunggu, dan Besi . Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur
2014