KELAS A
Makalah ini dibuat untuk memenuhui kebutuhan tugas mata kuliah Farmakoterapi II oleh
dosen pengampu :
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB I
PENDAHULUAN
15. Azlosilin
Azlosilin adalah turunan Ampisilin dimana gugus amina tersubstitusi dan
merupakan asilureidopenisilin. Garam natriumnya berupa bubuk hablur berwarna
kuning pucat yang larut dalam air, methanol dan dimetilformamida serta larut
sedikit dalam etanol dan isipropanol. Azlosilin peka terhadap β-laktamase yang
diproduksi oleh Enterobacteriaceae atupu terhadap penisilinase yang diproduksi
oleh Staphylococcus aureus.
16. Mezlosilin
Mezlosilin diperoleh secara semi sintetik seperti Azlosilin kecuali pada inti
imidazolidin N-heterossiklik tersustitusu gugus metil sulfonil. Garam natrium
monohidrat Mezlosilin berbentuk hablur kuning pucat yang larut dalam air,
methanol dan dimetilformamida, tidak larut dalam aseton dan etanol.
17. Piperasilin
Piperasilin merupakan turunan dari penisilin. Piperasilin mempunyai
spectrum antimikroba yang identik dengan Mezlosilin. Piperasilin juga peka
terhadap β-laktamse yang diproduksi oleh gonokokus (Wattimena, 1991).
e. Contoh Obat yang Beredar di Pasaran
Amoxsillin Clavamox Farmoxyl Intermoxil Metacilin
Amoxsan Danoxilin Goxalin Kalmoxilin Nufamox
Bellamox Erlacyclin Hufanoxil Lapimox Omemox
B. SEFALOSPORIN
Sefalosporin dan analog 7-metoksinya, sefamisin seperti cefoxitin (se FOX i
tin), cefotetan (se foe TEE tan), dan cefmetazole (sef MET a zol) adalah antibiotik
beta-laktam yang berkaitan erat dengan penislin secara struktur dan fungsional.
Kebanyakan sefalosporin dihasilkan secara 17 semisintetik dengan pengikatan kimia
pada rantai samping asam 7-aminosefalosporanat.
a. Farmakologi
Aktivitas farmakologi dari sefalosporin sama dengan penisilin, diekskresi
sebagian besar melalui ginjal. Kemampuan sefalosporin melintas sawar otak sangat
rendah kecuali pada kondisi inflamasi; sefotaksim merupakan sefalosporin yang baik
untuk infeksi sistem saraf pusat (misalnya meningitis).
Dari sifat farmakokinetik, sefalosporin dibedakan menjadi 2 golongan.
Sefaleksin, sefradin, sefaklor dan sefadroksil dapat diberikan per oral karena
diabsorpsi melalui saluran cerna. Sefalosporin lainnya hanya dapat diberikan
parenteral. Sefalotin dan sefapirin umumnya diberikan secara intravena karena
menimbulkan iritasi pada pemberian intramuskular. Beberapa sefalosporin generasi
ketiga misalnya moksalaktam, sefotaksim, seftizoksim dan seftriakson mencapai
kadar yang tinggi dalam cairan serebrospinal, sehingga bermanfaat untuk pengobatan
meningitis purulenta. Selain itu sefalosporin juga melewati sawar plasenta, mencapai
kadar tinggi dalam cairan sinovial dan cairan perikardium. Pada pemberian sistemik,
kadar sefalosporin generasi ketiga dalam cairan mata relatif tinggi, tapi tidak
mencapai vitreus. Kadar dalam empedu umumnya tinggi, terutama sefoperazon.
Kebanyakan sefalosporin diekskresi dalam bentuk utuh ke urin, kecuali sefoperazon
yang sebagian besar diekskresi melalui empedu. Oleh karena itu dosisnya sebaiknya
disesuaikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
b. Spektrum
Sefalosporin aktif terhadap kuman gram positif maupun garam negatif, tetapi
spektrum masing-masing derivat bervariasi.
c. Mekanisme Kerja
Sefalosporin dan sefamisin mempunyai mekanisme kerja sama dengan
penislin dan dipengarungi oleh mekanisme resistensi yang sama, tetapi obat−obat
tersebut lebih cenderung menjadi lebih resisten dibandingkan penislin terhadap beta-
laktam (Mycek et al, 2001).
Sefalosporin biasanya bakterisida terhadap bakteri dan bertindak dengan
sintesis mucopeptide penghambat pada dinding sel sehingga penghalang rusak dan
tidak stabil. Mekanisme yang tepat untuk efek ini belum pasti ditentukan, tetapi
antibiotik beta-laktam telah ditunjukkan untuk mengikat beberapa enzim
(carboxypeptidases, transpeptidases, endopeptidases) dalam membran sitoplasma
bakteri yang terlibat dengan sintesis dinding sel. Afinitas yang berbeda bahwa
berbagai antibiotic beta-laktam memiliki enzim tersebut (juga dikenal sebagai
mengikat protein penisilin; PBPs) membantu menjelaskan perbedaan dalam spektrum
aktivitas dari obat yang tidak dijelaskan oleh pengaruh beta-laktamase. Seperti
antibiotik beta-laktam lainnya, sefalosporin umumnya dianggap lebih efektif terhadap
pertumbuhan bakteri aktif.
d. Klasifikasi atau Turunan Sefalosporin
Golongan sefalosporin diklasifikasikan berdasarkan generasi, yang terdiri dari
generasi I, generasi II, generasi III, dan generasi IV. Tampak pada tabel berikut:
C. KARBAPENEM
Karbapenem merupakan antibiotik lini ketiga yang mempunyai aktivitas
antibiotik yang lebih luas daripada sebagian besar beta-laktam lainnya. Spektrum
dengan aktivitas menghambat sebagian besar Gram-positif, Gram negatif, dan anaerob
(Kemenkes, 2011).
a. Farmakologi
Fakmakokinetik Imipenen diberikan secara intervena dan penetrasinya baik
ke jaringan dan cairan tubuh termasuk cairan serebrospinaslis terutama bila di
meningen ada inflamasi. Obat ini diekskresikan melalui filtrasi glomerulus dan
mengalami pembelahan oleh dihidropeptidase yang dijumpai pada tubulus
proksimal ginjal memebentuk metabolit inaktif yang bersifat nefrotoksik.
Kombinasi imipenem dan silastatin (suatu penghambat dihidropeptidase),
melindungi imipenem untuk tidak membelah sehingga pembentukan metabolit
toksis tidak terjadi. Hal ini meyebabkan obat tersebut aktif untuk pengobatan
infeksi saluran kemih (Mycek et al., 2001).
b. Spektrum
Karbapenem merupakan antibiotik lini ketiga yang mempunyai aktivitas
antibiotik yang lebih luas daripada sebagian besar beta-laktam lainnya. Spektrum
dengan aktivitas menghambat sebagian besar Gram-positif, Gram negatif, dan
anaerob (Kemenkes, 2011).
Spektrum bakteri imipenemin/solastatin merupakan preparat antibiotik
beta-laktam berspektrum paling luas yang tersedia saat ini. Obat ini menunjukkan
peranan dalam terapi empirik karena obat ini aktif terhadap organisme gram positif
penghasil penisilinase dan organisme gram negatif, anaerob dan Pseudomonas
aeruginosa , meskipun strain pseudomunas lainnya resisten (Mycek et al, 2001).
c. Klasifikasi dan Turunan Karbapenem
1. Meropenem
Mekanisme kerja : menghambat sintesis dindimg sel
Tipe efek : bakterisid
Spektrum Aktivitas : sedikit kurang aktif terhadap organisme gram positif.
Menghambat sebagian besar gram positif, gram negatif
dan anaerob. Ketiganya sangat tahan terhadap beta-
laktamase.
Farmakokinetika
Meropenem mempunyai waktu paruh sekitar 1 jam dan ini dapat
diperpanjangpada pasien dengan gangguan ginjal dan juga sedikit menjadi lebih
panjang pada anak- anak. Meropenem secara luas didistribusikan ke jaringan
tubuh dan cairan termasuk CSF dan empedu. Meropenem terikat dalam protein
plasma sekitar 2% . Sekitar 70% dari dosis ditemukan tidak berubah dalam urin
selama 12 jam dan konsentrasi dalam urin di atas 10 mikcrogram/ml, setelah 5
jam pemberian dosis 500mg.
Dosis
Injeksi intravena, 500 mg tiap 8 jam. Dapat ditingkatkan dua kali lipat
pada infeksi nosokomial (pneumonia, peritonitis, septikemia dan infeksi pada
pasien dengan netropenia). Anak 3 bulan sampai 12 tahun, 10-20 mg/kg bb tiap
8 jam. Berat badan lebih dari 50 kg diberikan dosis dewasa. Meningitis, 2 g tiap
8 jam. Anak 40 mg/kg bb tiap 8 jam. Infeksi saluran napas bawah kronik pada
fibrosis kistik, 2 g tiap 8 jam. ANAK 4-12 tahun, 25-40 mg/kg bb tiap 8 jam.
2. Imipenem
Imipenem merupakan suatu karbapenem, memiliki aktifitas spektrum
yang luas yang termasuk terhadap Gram positif anaerob dan aerob dan bakteri
Gram negatif. Imipenem, sebagian mengalami inaktivasi secara enzimatik
di ginjal, oleh karena itu diberikan bersama dengan silastatin, suatu penghambat
enzim spesifik, yang menghambat metabolismenya di ginjal.
Efek samping
Serupa dengan antibiotik beta-laktam lainnya. Neurotoksisitas pernah
dilaporkan pada dosis sangat tinggi dan pada pasien dengan gagal ginjal.
Indikasi
Infeksi gram positif dan gram negatif, aerobik dan anaerobik, profilaksis bedah.
Tidak dianjurkan untuk infeksi SSP.
Dosis
Injeksi Intramuskuler : Infeksi ringan dan sedang 500-750 mg tiap 12 jam.
Uretritis dan servisitis gonokokus, 500 mg dosis
tunggal.
Injeksi intravena : 1-2 gram per hari (dalam 3-4 kali pemberian). Untuk
kuman yang kurang sensitif, 50 mg/kg bb/hari
(maksimum 4 g/hari). ANAK di atas 3 bulan, 60
mg/kgbb (maksimum 2 g/hari) dibagi dalam 3-4 dosis.
Profilaksis bedah : 1 gram intravena, pada waktu induksi anestesi,
diulangi 3 jam kemudian. Pada operasi dengan risiko
infeksi tinggi (misal: kolorektal) dilanjutkan 500 mg, 8
dan 16 jam setelah induksi.
3. Ertapenem
Ertapenem memiliki spektrum luas terhadap organisme Gram positif,
Gram negatif dan anaerob. Diindikasikan untuk mengatasi infeksi kandungan
dan perut dan untuk community acquired pneumonia, namun tidak aktif
terhadap patogen atypical respiratory dan aktivitasnya terbatas terhadap
pneumokokus yang resisten terhadap penisilin. Juga diindikasikan unuk
mengatasi infeksi kulit dan jaringan lunak pada kaki pasien diabetes melitus.
Tidak seperti imipenem dan meropenem, ertapenem tidak aktif
terhadap Pseudomonas atau Acinetobacter spp. Penggunaan karbapenem pada
anak umumnya dibatasi pada infeksi nosokomial serius yang tidak responsif
terhadap pengobatan standar.
Indikasi
Terapi infeksi sedang hingga berat pada pasien dewasa yang disebabkan oleh
strain mikroorganisme yang peka dan diduga atau terbukti resisten terhadap
antibiotik lain, atau pasien yang tidak dapat mentolerir antibiotik lain pada
infeksi intra abdominal yang kompleks, infeksi kulit dan struktur kulit yang
kompleks, Community Acquired Pneumonia (CAP), infeksi saluran kemih yang
kompleks termasuk pielonefritis, infeksi pelvis akut termasuk endomiometritis
postpartum, infeksi pasca bedah ginekologi dan abortus septik.
Efek Samping
Umum : sakit kepala, komplikasi area vena, flebitis/tromboflebitis,
diare, mual, muntah, ruam, vaginitis.
Tidak umum : pusing, somnolen, insomnia, kejang, bingung, ekstravasasi,
hipotensi, sesak napas, kandidiasis mulut, konstipasi,
regurgitasi asam, C. difficile karena diare, mulut kering,
dispepsia, anoreksia, eritema, pruritus, nyeri abdomen,
gangguan pengecapan, astenia/letih, kandidiasis,
udem/bengkak, nyeri, nyeri dada, pruritus vagina, reaksi
alergi, malaise, infeksi jamur.
Tidak diketahui : reaksi anafilaksis, perubahan status mental (agitasi, agresi,
mengigau, disorientasi), penurunan tingkat kesadaran,
diskinesia, gangguan cara berjalan, halusinasi, mioklonus,
tremor, gigi berwarna, urtikaria, Drug Rash with Eosinophilia
and Systemic Symptoms (DRESS syndrome), lemah otot.
uji laboratorium: peningkatan ALT, AST alkalin fosfat dan angka platelet.
Dosis
Dosis lazim dewasa 1 gram sekali sehari. Diberikan melalui infus intravena atau
injeksi intramuskular. Bila diberikan intravena, ertapenem harus diinfus selama
lebih dari 30 menit. Penggunaan intramuskular dapat digunakan sebagai
alternatif dari pemberian intravena pada kondisi dimana terapi intramuskular
merupakan cara yang sesuai.
Lama terapi ertapenem biasanya 3-14 hari tapi dapat bervariasi tergantung dari
jenis infeksi dan patogen penyebabnya (lihat indikasi). Jika diindikasikan secara
klinis, perpindahan ke antibiotik oral dapat dilakukan jika terlihat perbaikan
klinis.
Pasien dengan gangguan ginjal ringan hingga sedang (bersihan kreatinin > 30
mL/min/1,73 m2) : tidak perlu penyesuaian dosis. Gangguan ginjal
berat (bersihan kreatinin < 30 mL/min/1,73 m2) termasuk yang mendapatkan
hemodialisis, harus mendapatkan 500 mg sehari.
Pasien hemodialisi dosis harian 500 mg ertapenem diberikan dalam 6 jam
sebelum hemodialisis, dosis tambahan 150 mg dianjurkan diberikan setelah
hemodialisis, namun jika ertapenem diberikan setidaknya 6 jam sebelum
hemodialisis, dosis tambahan tidak diperlukan. Gangguan fungsi hati tidak perlu
penyesuaian dosis.
d. Contoh Obat yang Beredar di Pasaran
Meropenem Ertapenem
Imipenem Imipenem
Doripenem Meropenem
C. MONOBAKTAM
a. Mekanisme Kerja
Antibiotik beta-laktamase bekerja membunuh bakteri dengan cara
menginhibisi sintesis dinding selnya. Pada proses pembentukan dinding sel, terjadi
reaksi transpeptidasi yang dikatalis oleh enzim transpeptidase dan menghasilkan
ikatan silang antara dua rantai peptida–glukan. Enzim transpeptidase yang terletak
pada membran sitoplasma bakteri tersebut juga dapat mengikat antibiotik beta-laktam
sehingga menyebabkan enzim ini tidak mampu mengkatalisis
reaksi transpeptidasi walaupun dinding sel tetap terus dibentuk. Dinding sel yang
terbentuk tidak memiliki ikatan silang dan peptidoglikan yang terbentuk tidak
sempurna sehingga lebih lemah dan mudah terdegradasi. Pada kondisi normal,
perbedaan tekanan osmotik di dalam sel bakteri gram negatif dan di lingkungan akan
membuat terjadinya lisis sel. Selain itu, kompleks protein transpeptidase dan
antibiotik beta-laktam akan menstimulasi senyawa autolisin yang dapat mendigesti
dinding sel bakteri tersebut. Dengan demikian, bakteri yang kehilangan dinding
selmaupun mengalami lisis akan mati. Antibiotik beta-laktam mengganggu sintesis
dinding sel bakteri, dengan menghambat langkah terakhir dalam sintesis
peptidoglikan, yaitu heteropolimer yang memberikan stabilitas mekanik pada dinding
sel bakteri (Kemenkes, 2011).
b. Contoh Obat Monobactam
1. Aztreonam.
Merupakan antibiotik beta-laktam monosiklik (monobaktam) dengan
spektrum antibakteri terbatas pada kuman aerob Gram negatif
termasuk Pseudomonas aeruginosa, Neisseria meningitidis dan Hemophilus
influenzae. Tidak boleh diberikan tunggal untuk terapi tanpa dasar diagnosa,
karena obat ini tidak efektif untuk kuman Gram positif. Aztreonam juga efektif
untuk Neisseria gonorrhoeae, tapi tidak untuk infeksi klamidia yang
menyertainya.
Efek samping
Serupa dengan beta-laktam pada umumnya, meskipun aztreonam kurang
menimbulkan reaksi hipersensitif pada pasien yang sensitif terhadap penisilin.
Mual, muntah, diare, kram abdomen, gangguan pengecapan, ulkus mulut,
ikterus dan hepatitis, gangguan darah (trombositopenia dan netropenia),
urtikaria dan ruam.
Indikasi
Infeksi Gram negatif, termasuk Pseudomonas aeruginosa, Hemophilus
influenzae dan Neisseria. meningitides.
Dosis
Injeksi intramuskuler atau injeksi intravena selama 3-5 menit atau infus
intravena. 1 g tiap 8 jam atau 2 g tiap 12 jam untuk infeksi berat. Dosis lebih
dari 1g hanya diberikan secara intravena. Bayi di atas 1 minggu: 30 mg/kg
bb, intravena tiap 8 jam. Anak di atas 2 tahun atau infeksi berat, 50 mg/kg bb
tiap 6-8 jam, maksimum 8 g per hari. Infeksi saluran kemih, 0,5-1 g tiap 8-12
jam. Gonore dan sistitis, 1 g dosis tunggal.
A. VANCOMYCIN
PABA
Asam dihidrofolat
Asam tetrahidrofolat
Purin
DNA
c. Spektrum antibakteri
Pada kuman gram positif dan negatif, kuman sensitif terhadap sulfa secara
in vitro ialah Strep.pyogenes, Strep. Pneumoniae, beberapa galur Bacillus antracis
dan Corynebacterium diptheriae, Haemophilus influenza, Brucella, vibrio cholerae,
Nocardia, Actinomyces, Chlamydia thracomatis dan beberapa protozoa. Beberapa
kuman enterik juga dihambat. E.coli penyebab infeksi saluran kemih telah resisten
dengan sulfonamid, karena itu sulfonamid bukan merupakan obat pilihan lagi
untuk penyakit ini. Banyak galur meningokokus, pneumokokus, streptokokus,
stafilokokus, dan gonokokus yang sekarang telah resisten terhadap sulfonamid.
d. Mekanisme kerja
Kuman memerlukan PABA (p aminobenzoic acid) untuk membuat asam
folat yang digunakan untuk sintesis purin dan asam-asam nukleat. Sel-sel mamalia
tidak dipengaruhi oleh sulfonamid karena menggunakan folat jadi yang terdapat
dalam makanan (tidak mensintesis sendiri senyawa tersebut). Dalam proses sintesis
asam folat, bila PABA digantikan oleh sulfonamid, maka akan terbentuk analog
asam folat yang tidak fungsional.
e. Contoh sediaan sulfonamid:
1. Sistemik : Sulfadimidin, Sulfadimetoxin, Sulfathiazol, Sulfamerazin
2. Enteric : Suksinilsulfatiazol
3. Topical : Sulfasetamid
2.2.2 TRIMETHOPRIM
2.2.3 METRONIDAZOLE
e. Efek samping
Gangguan GI, misalnya dyspepsia, mual, muntah, diare, nyeri abdomen,
konstipasi, pusing, sakit kepala, gangguan daya penglihatan, ruam dan gangguan
ginjal.
f. Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap metronidazol, turunan nitroimidazol, atau
komponen yang ada dalam sediaan, kehamilan (trimester pertama – didapatkan efek
karsinogenik pada tikus)
g. Interaksi
1. Efek Cytochrome P450 : menghambat CYP2C8/9 (lemah), 3A4
(moderate).
2. Meningkatkan efek/toksisitas : Etanol dapat menyebabkan reaksi seperti
disulfiram. Warfarin dan metronidazol dapat
meningkatkan bleeding time (PT) yang
menyebabkan perdarahan. Simetidin dapat
meningkatkan kadar metronidazol.
3. Metronidazol dapat menghambat metabolisme cisaprid, menyebabkan
potensial aritmia, hindari penggunaan secara bersamaan. Metronidazol dapat
meningkatkan efek/toksisitas lithium. Metronidazol dapat meningkatkan
efek/toksisitas benzodiazepin tertentu, calcium channel blocker, siklosporin,
turunan ergot, HMG-Coa reduktase inhibitor tertentu, mirtazapine, nateglinid,
nefazodon, sildenafil, takrolimus, venlafaxine, dan substrat CYP3A4 yang
lain.
4. Menurunkan efek fenobabital, fenobarbital (inducer enzim yang lain), dapat
menurunkan efek dan waktu paro metronidazol NSAIDs: meningkatkan efek
samping
5. Dengan makanan Konsentrasi puncak serum antibiotik diturunkan dan terjadi
delay (terlambat), tetapi jumlah total obat yang diabsorbsi tidak dipengaruhi.
h. Contoh sediaan metronidazole: (https://www.drugbank.ca)
1. Metrogel
2. Florazole
3. Metrocream
4. Flagyl cream
2.2.4 QUINOLON
2.3.2 MAKROLIDA
Macrolide merupakan suatu kelompok senyawa yang
berhubungan erat, dengan ciri suatu cincin lakton ( biasanya
terdiri dari 14 atau 16 atom ) di mana terkait gula gula deoksi.
Antibiotika golongan makrolida yang pertama ditemukan adalah
Pikromisin, diisolasi pada tahun 1950 .
Macrolide merupakan salah satu golongan obat antimikroba
yang menghambat sintesis protein mikroba. Untuk kehidupannya,
sel mikroba perlu mensintesis berbagai protein. Sintesis protein
berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan tRNA. Pada
bakteri, ribosom terdiri atas atas dua subunit, yang berdasarkan
konstanta sedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S.
untuk berfungsi pada sintesis protein, kedua komponen ini akan
bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi ribosom 70S. Kerja
dari makrolida ini adalah berikatan pada ribosome sub unit 50S dan
mencegah pemanjangan rantai peptida.
a. Farmakokinetika
Dalam penjelasan farmakokinetik berikut akan dijelaskan
mekanisme farmakokinetik 3 antibiotik turunan makrolida yaitu
eritromycin, Claritromycin, dan azitromycin.
1. Eritromycin
Ertromycin basa dihancurkan oleh asam lambung dan
harus diberikan dengan salut enteric. Stearat dan ester cukup
tahan pada keadaan asam dan diabsorbsi lebih baik. Garam
lauryl dan ester propionil ertromycin merupakan preprata oral
yang paling baik diabsorbsi. Dosis oral sebesar 2 g/hari
menghasilkan konsentrasi basa ertromycin serum dan
konsentrasi ester sekitar 2 mg/mL. Akan tetapi, yang aktif
secara mikrobiologis adalah basanya, sementara konsentrasinya
cenderung sama tanpa memperhitungkan formulasi.
Waktu paruh serum adalah 1,5 jam dalam kondisi normal dan
5 jam pada pasien dengan anuria. Penyesuaian untuk gagal
ginjal tidak diperlukan. Ertromycin tidak dapat dibersihkan melalui
dialysis. Jumlah besar dari dosis yang diberikan diekskresikan
dalam empedu dan hilang dalam fases, hanya 5% yang
diekskresikan dalam urine. Obat yang telah diabsorbsi
didistribusikan secara luas, kecuali dalam otak dan cairan
serebrospinal. Ertromycin diangkut oleh leukosit polimorfonukleus
dan makrofag. Oabt ini melintasi sawar plasenta dan mencapai
janin.
2. Claritromycin
Dosis 500 mg menghasilkan konsentrasi serum sebesar
2-3 mg/mL. Waktu paruh claritromycin (6 jam) yang lebih
panjang dibandingkan dengan eritromycin memungkinkan
pemberian dosis 2 kali sehari. Claritromycin dimetabolisme
dalam hati. Metabolit utamanya adalah 14-
hidroksiclaritromycin, yang juga mempunyai aktivitas antibakteri.
Sebagian dari obat aktif dan metabolit utama ini dieliminsai dalam
urine, dan pengurangan dosis dianjurkan bagi pasien-pasien
dengan klirens kreatinin dibawah 30 mL/menit.
3. Azitromycin
Azitromycin berbeda dengan eritromycin dan juga
claritromycin, terutama dalam sifat farmakokinetika. Satu dosi
Azitromycin 500 mg dapat menghasilkan konsentrasi serum yang
lebih rendah, yaitu sekitar 0,4 µg/mL. Akan tetapi Azitromycin
dapat melakukan penetrasi ke sebagian besar jaringan dapat
melebihi konsentrasi serum sepuluh hingga seratus kali lipat.
Obat dirilis perlahan dalam jaringan-jaringan (waktu paruh
jaringan adalah 2-4 hari) untuk menghasilkan waktu paruh
eliminasi mendekati 3 hari. Sifat-sifat yang unik ini memungkinkan
pemberian dosis sekali sehari dan pemendekan durasi
pengobatan dalam banyak kasus.
Azitromycin diabsorbsi dengan cepat dan ditoleransi
dengan baik secara oral. Obat ini harus diberikan 1 jam
sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Antasida
aluminium dan magnesium tidak mengubah bioavaibilitas,
namun memperlama absorbsi dan dengan 15 atom (bukan 14
atom), maka Azitromycin tidak menghentikan aktivitas enzim-
enzim sitokrom P450, dan oleh karena itu tidak mempunyai
interaksi obat seperti yang ditimbulkan oleh eritromycin dan
claritmycin.
b. Mekanisme Kerja
Golongan makrolida menghambat sintesis protein bakteri
pada ribosomnya dengan jalan berikatan secara reversibel
dengan Ribosom subunit 50S,. Sintesis protein terhambat karena
reaksi-reaksi translokasi aminoasil dan hambatan pembentuk
awal sehingga pemanjangan rantai peptide tidak berjalan.
Macrolide bisa bersifat sebagai bakteriostatik atau bakterisida,
tergantung antara lain pada kadar obat serta jenis bakteri yang
dicurigai. Efek bakterisida terjadi pada kadar antibiotika yang
lebih tinggi, kepadatan bakteri yang relatif rendah, an
pertumbuhan bakteri yang cepat. Aktivitas antibakterinya
tergantung pada pH, meningkat pada keadaan netral atau sedikit
alkali.
Meskipun mekanisme yang tepat dari tindakan makrolid tidak
jelas, telah dihipotesiskan bahwa aksi mereka makrolid
menunjukkan dengan menghambat sintesis protein pada bakteri
dengan cara berikut:
1. Mencegah Transfer peptidil tRNA dari situs A ke situs P.
2. Mencegah pembentukan peptida tRNA
3. Memblokir peptidil transferase.
4. Mencegah perakitan ribosom
Antibiotik macrolida terikat di lokasi P-dari subunit 50S
ribosom. Hal ini menyebabkan selama proses transkripsi, lokasi P
ditempati oleh makrolida. Ketika t-RNA terpasang dengan rantai
peptida dan mencoba untuk pindah ke lokasi P, t-RNA tersebut
tidak dapat menuju ke lokasi P karena adanya makrolida, sehingga
akhirnya dibuang dan tidak dipakai. Hal ini dapat mencegah
transfer peptidil tRNA dari situs A ke situs-P dan memblok
sintesis protein dengan menghambat translokasi dari rantai
peptida yang baru terbentuk. Makrolida juga memnyebabkan
pemisahan sebelum waktunya dari tRNA peptidal di situs A.
Mekanisme kerja makrolida, selain terikat di lokasi P dari
RNA ribosom 50S, juga memblokir aksi dari enzim peptidil
transferase. Enzim ini bertanggung jawab untuk pembentukan
ikatan peptida antara asam amino yang terletak di lokasi Adan
P dalam ribosom dengan cara menambahkan peptidil melekat
pada tRNA ke asam amino berikutnya. Dengan memblokir
enzim ini, makrolida mampu menghambat biosintesis protein dan
dengan demikian membunuh bakteri.
c. Efek Samping
1. Efek-efek gastrointestinal
Anoreksia, mual, muntah dan diare sesekali menyertai
pemberian oral. Intoleransi ini disebabkan oleh stimulitas
langsung pada motilitas usus.
2. Toksisitas hati
Dapat menimbulkan hepatitis kolestasis akut (demam, ikterus,
kerusakan fungsi hati), kemungkinan sebagai reaksi
hepersensitivitas.
3. Interaksi-interaksi obat
Menghambat enzim-enzim sitokrom P450 dan meningkatkan
konsentarsi serum sejumlah obat, termasuk teofilin,
antikoagulan oral, siklosporin, dan metilprednisolon.
Meningkatkan konsentrasi serum digoxin oral dengan jalan
meningkatkan bioavailabilitas.
d. Contoh sediaan makrolida :
Erythromycin Azithomycin Spiramycin Clarithromycin Roxythromycin
2.4. AKTIVITAS MENGIKAT SUBUNIT RIBOSOM 30S
2.4.1 AMINOGLIKOSIDA
Aminoglikosida merupakan antibiotik yang diisolasi dari bakteri tanah
Streptomyces griseusin pada tahun 1944 dan termasuk golongan antibiotik penting
berikutnya yang ditemukan setelah antibiotik penisilin. Antibiotik aminoglikosida
merupakan antibiotik yang banyak digunakan untuk pengobatan infeksi berat bakteri
gram negatif seperti pneumonia atau bakteremia, sering dikombinasikan dengan
antibiotik β-laktam.
Aminoglikosida juga digunakan pada infeksi gram positif seperti infektif
endokarditis. Antibiotik ini paling baik bekerja pada kondisi pH basa + peningkatan
absobsi melalui membran luar bakteri. Berikatan dengan subunit ribosom 30S dan
digunakan untuk mengobati infeksi bakteri aerob. Aminoglikosida lain yang diisolasi
dari genus Streptomyces antara lain kanamycin, neomycin, paromomycin, gentamicin,
tobramycin dan spectinomycin (yang terakhir berbeda secara kimia dan mikrobiologis).
Sisomisin, Netilmicin dan Amikacinare merupakan contoh aminoglikosida semisintetik
Saat dikombinasikan dengan penisilin, sinergi antibiotik diperlukan untuk pembunuhan
bakteri yang optimal. Antibiotik aminoglikosida yang umum digunakan termasuk
gentamisin, tobramycin, netilmicin, dan amikasin.
Antibiotik aminoglikosida bersifat bakterisidal, dan konsentrasi obat
menunjukkan konsentrasi pembunuhan bakteri (Ackerman BH, Vannier AM, Eudy EB.
Analysis of vancomycin time-kill studies with Staphylococcus species by using a curve
stripping program to describe the relationship between concentration and
pharmacodynamic response. Antimicrob Agents Chemother. 1992;36(8):1766–1769).
Antibiotik yang bersifat concentration-dependent memiliki ciri khas dapat membunuh
bakteri pada tingkat yang lebih cepat bila konsentrasi obat lebih tinggi. Aminoglikosida
juga memiliki efek postantibiotik yang bergantung konsentrasi. Efek postantibiotik
adalah fenomena pembunuhan bakteri terus berlanjut meskipun konsentrasi serum telah
turun dibawah konsentrasi hambat minimum (MIC). Karena efek postantibiotiknya sifat
concentration-dependent pada aminoglikosida, konsentrasi obat yang lebih tinggi
menyebabkan efek postantibiotik lebih lama.
a. Farmakokinetik
Salah satu anti biotic golongan aminoglikosida yaitu amikasin memiliki MIC
yang lebih tinggi untuk dibanding antibiotic golongan aminoglikosida lainnya. Karena
sifat farmakokinetik yang sama untuk semua obat golongan antibiotik ini, dosis
amikasin yang lebih tinggi dibutuhkan untuk mengobati infeksi. Metode konvensional
pemberian antibiotik aminoglikosida adalah untuk mengelola beberapa dosis harian
(biasanya setiap 8 jam) (Zaske DE, Cipolle RJ, Rotschafer JC, et al. Gentamicin
pharmacokinetics in 1,640 1982;21:407–411) patients: method for control of serum
concentrations. Antimicrob Agents Chemother. Untuk memperoleh keuntungan dari
antibiotik yang bersifat concentration-dependent dan efek postantibiotik maka
diperlukan perpanjangan interval (biasanya dosis harian total diberikan sekali per hari)
administrasi aminoglikosida yang juga merupakan pemilihan dosis (Nicolau DP,
Freeman CD, Belliveau PP, et al. Antimicrob Agents Chemother. 1995;39:650–655).
Karena kedua metode pemberian dosis yang berbeda ini penting untuk mengidentifikasi
mana yang digunakan saat membahas pemantauan konsentrasi serum.
Aminoglikosida dieliminasi hampir seluruhnya (≥ 90%) dan dalam bentuk tidak
berubah dalam urin terutama dengan filtrasi glomerulus (10,13,16). Antibiotik ini
biasanya diberikan melalui infus intravena intermiten jangka pendek (1 / 2-1 jam),
walaupun bisa diberikan secara intramuskular. Bila aminoglikosida diberikan secara
intramuskular mereka menunjukkan ketersediaan hayati yang sangat baik yaitu
mendekati100% dan cepat diserap dengan konsentrasi maksimal sekitar 1 jam setelah
diberikan suntikan. pada pasien yang menderita hipotensi dan obesitas terdapat
pengecualian untuk situasi ini. Pemberian secara oral memiliki ketersediaan hayati yang
buruk (<10%) sehingga infeksi sistemik tidak dapat diobati melalui administrasi lewat
rute ini. Aminoglikosida memiliki mengikat protein plasma <10%.
Dosis yang direkomendasikan untuk dosis konvensional pada pasien dengan
fungsi ginjal normal adalah 3-5 mg / kg / hari untuk gentamisin dan tobramycin, 4-6
mg / kg / d untuk netilmicin, dan15 mg / kg / d untuk amikasin. Jumlah ini dibagi
menjadi tiga dosis harian yang sama untuk gentamisin, tobramycin, atau netilmicin, atau
dua atau tiga dosis harian yang sama untuk amikasin. Perpanjangan interval dosis yang
diperoleh dari literatur untuk pasien dengan fungsi ginjal normal adalah 4-7 mg / kg / d
forgentamicin, tobramycin, atau netilmicin dan 11-20 mg / kg / d untuk amikasin.
b. Spektrum Aktivitas
Aminoglikosid aktif melawan bakteri aerobik Gram-bacilli tetapi kurang aktif
melawan gram bakteri dari vecocci ibandingkan antibiotik golongan β-laktam. Selain
itu, antibiotik ini tidak aktif terhadap bakteri anaerob (karena aminoglikosida
memerlukan sistem transportasi yang bergantung pada oksigen untuk masuk ke dalam
sel). Kombinasi yang umum digunakan:
1. Aminoglikosida + β-laktam = memiliki efek sinergisme (dinding sel yang rusak
meningkatkan penetrasi aminoglikosida)
2. Carbenicillin + Gentamicin
3. Penicillin G + streptomisin digunakan untuk infeksi Enterococci (endokarditis).
4. Aminoglikosid juga memiliki aktivitas yang baik melawan P. Aeruginosa bila
dikombinasikan dengan penisilin.
c. Mekanisme Aksi
Antibiotic aminoglikosida bekerja dengan cara berikatan ke subunit 30S dari
ribosom bakteri, yang kemudian akan menghambat inisiasi sintesis protein sehingga
menghambat proses pembacaan pesan genetic dan menimbulkan pembacaan protein
yang salah.
1. Aminoglikamin yang mengandung deoxystretamin (menghasilkan kesalahan baca
pada dosis rendah dan penghambatan inisiasi pada dosis tinggi).
2. Aminoglikosida yang mengandung streptomisin (menghasilkan kesalahan baca
dan penghambatan inisiasi).
3. Spektinomisin (penghambatan inisiasi saja).
4. Semua aminoglikosida bersifat bakteriostatik (dengan dosis lebih rendah) dan
bakterisida dengan dosis tinggi, kecuali spectinomycin yang hanya bersifat
bakteriostatik. Selain itu, konsentrasi tinggi, biosintesis protein eukariotik juga
dapat dihambat.
d. Contoh sediaan aminoglikosida :
Gentamycin Kanamycin Tobramycin Neomycin
Amikacin Streptomycin Netilmycin
2.4.2 TETRASIKLIN
Tetrasiklin ditemukan pada tahun 1940an merupakan family antibiotik yang
bekerja dengan cara menghambat sintesis protein yaitu mencegah penempelan
aminoasil-tRNA ke tempat akseptor ribosom. Tetracyclines adalah agen dengan
spektrum yang luas. Antibiotik ini menunjukkan aktivitas melawan berbagai bakteri
gram positif dan gram negatif, organisme atipikal seperti klamidia, mikoplasma,
rickettsiae, dan parasit protozoa. Sifat yang menguntungkan dari antimikroba golongan
agen ini ialah tidak adanya efek samping yang merugikan sehingga penggunaannnya
yang ekstensif untuk terapi infeksi pada manusia dan hewan. Mereka juga digunakan
sebagai profilaksis untuk pencegahan malaria yang disebabkan oleh mefloquine yang
resisten Plasmodium falciparum.
Chlortetracycline dan oxytetracycline merupakan antibiotik pertama dari
golongan tetrasiklin. Keduanya ditemukan pada akhir tahun 1940-an. Molekul-molekul
ini adalah dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens dan S. Rimosus S. viridofaciens
dan demethylchlortetracycline dari S. aureofaciens, atau sebagai produk yang bersifat
hampir semisintetik, misalnya, methacycline, doksisiklin, dan minocycline. Contoh
antibiotic lain dari golongan tetrasiklin antara lain Chlortetracycline, Oxytetracycline,
Demethylchlortetracycline, Rolitetracycline, Limecycline.
Secara umum farmakodinamik tetrasiklin dapat dipahami melalui perbandingan
dengan beberapa kelas obat-obatan seperti b-lactams, fluoroquinolones dan
aminoglikosida. Pola dari efek antibakteri doksisiklin, minocycline dan tigecycline
telah dipelajari dengan menggunakan metode kurva time-kill.
a. Farmakokinetik
Secara umum tetracyclines dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan
sifat farmakokinetik dan antibakterinya.
1. Kelompok ini terdiri dari agen lama yang kurang dapat diabsorbsi dan kurang
lipofilik dibandingkan obat baru di kelompok 2. Contohnya adalah tetrasiklin,
oxytetracycline, chlortetracycline,demeclocycline (demethyl chlorotetracycline),
lymecycline,methacycline dan rolitetracycline. Semua obat yang masuk kelompok
ini dapat diberikan secara oral kecuali rolitetracycline.
Absorbi antibiotik kelompok ini bervariasi antara 0% sampai hampir 90%;
namun,untuk sebagian besar berada pada kisaran 25-60%. Konsentrasi serum
meningkat perlahan setelah pemberian oral dengan absorbsi yang terjadi diperut,
duodenum dan usus halus. Cmaks (mg / L) tergantung pada dosis, namun
umumnya berkisar 1-5 mg / L (Tabel 1). Tmax berada di kisaran 2-4 jam kecuali
demeclocycline dengan Cmax-nya yang tertunda sampai 4-6 jam
2. Obat ini kurang dapat diserap hingga lengkap dan bersifat lipofilik 3-5 kali lebih
besar daripada obat pada kelompok 1. hal ini yang kemungkinan dapat
memperbaiki distribusi jaringan antibiotik kelompok ini namun tidak terdapat data
yang meyakinkan. kelompok ini tersedia dalam formulasi oral dan
intravena.Contohnya adalah doksisiklin dan minocycline.
3. Kelompok ini mencakup senyawa pengembangan dari aminomethylcyclines
(misalnya BAY73-6944 / PTK 0796) yang belum memasuki uji klinis dan yang
baru disetujui ialah glycylcycline tigecycline. Antibiotik ini aktif secara in vitro
dalam melawan bakteri dengan resistensi terhadap tetrasiklin.
b. Mekanisme Kerja
Tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri dengan mencegah asosiasi
aminoasil tRNA dengan bakteri ribosom. Oleh karena itu, untuk berinteraksi dengan
targetnya molekul ini perlu melintasi satu atau lebih sistem membran tergantung pada
apakah organisme yang rentan tersebut berupa gram positif atau gram negatif.
Tetracyclines melintasi membran luar bakteri gram negative melalui saluran ompF dan
OmpC porin,sebagai kation bermuatan positif (magnesium) membentuk tetracycline
kompleks.
Kationik antibiotik ion logam kompleks tertarik dengan potensi Donnan di
seluruh membran luar, yang menyebabkan akumulasi dalam periplasma,dimana
kompleks ion-tetrasiklin logam terdisosiasi untuk membebaskan tetrasiklin yang tidak
bermuatan, molekul lipofilik yang lemah mampu berdifusi melalui daerah lipid bilayer
bagian dalam(sitoplasma) membran. Demikian pula elektroneutral, bentuk lipofilik
diasumsikan sebagai jenis yang ditransfer melewati membran sitoplasma bakteri gram
positif.
Serapan tetrasiklin di seluruh membran sitoplasma adalah energi yang
tergantung dan didorong oleh komponen DpH kekuatan proton. Di dalam sitoplasma,
molekul tetrasiklin cenderung menjadi kelat dimulai ketika pH internal dan konsentrasi
ion logam divalen lebih tinggi dari pada luar sel. Adanya kemungkinan jenis obat aktif
yang mengikat ribosom adalah kompleks magnesium tetracycline. Tetrasiklin berikatan
dengan ribosom secara reversibel sehingga memberikan penjelasan tentang efek
bakteriostatik dari antibiotik ini.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Hal yang perlu diperhatikan sewaktu menggunakan antibiotika Penisilin :
a. Amati tanda-tanda alergi Penisilin, seperti ruam atau gatal, yang timbul dalam waktu
20 menit (atau setelah beberapa hari). Waspadalah terutama bila terjadi kesulitan
bernafas, rasa tercekik, pusing, cemas, lemah, dan berkeringat. Laporkan segera pada
dokter gejala-gejala tersebut.
b. Minumlah semua obat anda, walaupun anda sudah merasa sembuh, menghentikan
pengobatan lebih awal dapat menyebabkan kekambuhan.
c. Jika anda lupa minum obat satu dosis, minumlah segera mungkin. Lalu jarak minum
dosis obat yang tersisa pada hari itu diperpendek semuanya untuk memperbaiki dosis
yang terlupa. Penisilin bekerja efektif bila kadar Penisilin dalam tubuh anda tetap.
d. Hindari makanan yang asam (jeruk asam, vitamin c) yang akan mengurangi
keefektifan Penisilin.
2. Cephalosporin (masih segolongan dengan Beta-laktam) memiliki mekanisme kerja yang
hampir sama yaitu dengan menghambat sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri.
Normalnya sintesis dinding sel ini diperantarai oleh PBP (Penicillin Binding Protein)
yang akan berikatan dengan D-alanin-D-alanin, terutama untuk membentuk jembatan
peptidoglikan. Namun keberadaan antibiotik akan membuat PBP berikatan dengannya
sehingga sintesis dinding peptidoglikan menjadi terhambat.
3. Macrolide, meliputi Erythromycin dan Azithromycin, menghambat pertumbuhan bakteri
dengan cara berikatan pada subunit 50S ribosom, sehingga dengan demikian akan
menghambat translokasi peptidil tRNA yang diperlukan untuk sintesis protein. Peristiwa
ini bersifat bakteriostatis, namun dalam konsentrasi tinggi hal ini dapat bersifat
bakteriosidal. Macrolide biasanya menumpuk pada leukosit dan akan dihantarkan ke
tempat terjadinya infeksi. Macrolide biasanya digunakan untuk Diphteria, Legionella
mycoplasma, dan Haemophilus.
4. Aminoglycoside meliputi Streptomycin, Neomycin, dan Gentamycin, merupakan
antibiotik bakterisidal yang berikatan dengan subunit 30S/50S sehingga menghambat
sintesis protein. Namun antibiotik jenis ini hanya berpengaruh terhadap bakteri gram
negatif.
5. Chloramphenicol merupakan antibiotik bakteriostatis yang menghambat sintesis protein
dan biasanya digunakan pada penyakit akibat kuman Salmonella.
6. Polypeptida meliputi Bacitracin, Polymixin B dan Vancomycin. Ketiganya bersifat
bakterisidal. Bacitracin dan Vancomycin sama-sama menghambat sintesis dinding sel.
Bacitracin digunakan untuk bakteri gram positif, sedangkan Vancomycin digunakan
untuk bakteri Staphilococcus dan Streptococcus. Adapun Polymixin B digunakan untuk
bakteri gram negatif.
7. Obat untuk semua antibiotic seharusnya diminum sesuai aturan ,dan dihabiskan untuk
menghindari terjadinya resistensi terhadap antibiot
DAFTAR PUSTAKA
Aberg, J,A., et al, 2009, Drug Information Handbook17th Edition, Lexi-Comp for the
American pharmacist Assosiation.
Ackerman BH, Vannier AM, Eudy EB. Analysis of vancomycin time-kill studies with
Staphylococcus species by using a curve stripping program to describe the relationship
between concentration and pharmacodynamic response. Antimicrob Agents Chemother.
1992;36(8):1766–1769
Anderson, P.O., Knoben, J.E., and Troutman, W.G., 2002, Handbook of Clinical Drug Data,
10th edition, , McGraw-Hill Companies, Inc., Sandego, California, P:326-327.
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Dirjend POM, Departemen
Kesehatan, Jakarta.
Buku farmakologi dan Terapi, edisi 4, Bagian farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia 1995.
Butterfield JM, Patel N, MP Pai, Rosano TG, Drusano GL, Lodise TP: Memurnikan estimasi
pengikatan protein vancomycin: Identifikasi faktor klinis yang mempengaruhi pengikatan
protein. Agen antimikroba Chemother. 2011 Sep; 55 (9): 4277-82. Doi: 10.1128 / AAC.
01674-10. Epub 2011 13 Jun. [PubMed: 21670191]
Crueger, W., dan Crueger, A., 1988, Bioteknology: Textbook of industrial Mikcrobiology,
Madison Inc., New York
Hoan Tjay, Tan,Drs,dkk. 2002. Obat-Obat Penting Edisi V. Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia. Jakarta.
ISFI (2008). Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia, Volume 43. Penerbit Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia.
Katzung BG, Trevor AJ, Masters SB. Pharmacology Examination and Board Review. 8th ed.
New York: McGraw-Hill Education;2008:301.
Matzke GR, Zhanel GG, Guay DR: Farmakokinetik klinis dari vankomisin. Klinik
Farmakokinetik. 1986 Jul-Aug; 11 (4): 257-82. Doi: 10.2165 / 00003088-198611040-00001. [
PubMed: 3530582]
Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC. Farmakologi Ulasan Bergambar. Jakarta: Widya
Medika;200:407-415.
Nicolau DP, Freeman CD, Belliveau PP, et al. Experience with a once-daily aminoglycoside
program administered to 2,184 adult patients. Antimicrob Agents Chemother. 1995;39:
650–655
Sarah, M. 2002. Parameter Metabolik Dalam Pembuatan Penisilin. Medan: USU digital
library. Hal 1-2.
Setyabudi, Rianto. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. 2007. Jakarta: Gaya Baru hal 700-702
Sweetman, S. C., 2009, Martindale 36th Edition The Complete Drug Reference,
Pharmaceutical Press, London, 458
Yagiela JA, Dowd FJ, Neidle EA, eds. Pharmacology and Therapeutics for Dentistry. 6 th ed.
Mosby. ST. Louis, Missouri. 2011
Zaske DE, Cipolle RJ, Rotschafer JC, et al. Gentamicin pharmacokinetics in 1,640 patients:
method for control of serum concentrations. Antimicrob Agents Chemother. 1982;21:407–411
http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-5-infeksi/51-antibakteri/512-sefalosporin-dan-antibiotik-
beta-laktam-lainnya/5122 Diakses pada hari Rabu, 087Maret 2018 pukul 12.05 WIB.
https://www.drugbank.ca Diakses pada hari Kamis, 08 Maret 2018 pukul 19.21 WIB.
https://www.drugs.com Diakses pada hari Kamis, 08 Maret 2018 pukul 19.30 WIB.