Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

SEDIAAN EMUL GEL


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Farmasetika Sediaan Semi Likuida

KELOMPOK : 1
KELAS :E
1. ALDILA AYU WIDYASTUTI (201110400311264)
2. RAHMAT IBRAHIM (201310401311024)
3. NOVIA AYU LESTARI (201310410311045)
4. TRI WIDIA ASTUTI (201310410311054)
5. ASFIYAH (201310410311067)
6. MEILAN HIVIANI (201310410311075)
7. OTIT RISKY UNA (201310410311093)
8. ANDI ILHAM PRATAMA N. (201310410311163)
9. MAYA DWI WULAN SARI (201310410311186)
10. ACH. KHAIRUL HIDAYAT (201310410311198)
11. RAFINA SYFRIDIANA (201310410311264)
12. NURSIKA VENDILASARI (201310410311282)
13. WULAN MEGASARI (201310410311287)

DOSEN PEMBIMBING:
Devita Yoniva., S.Farm.

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
DESEMBER, 2015

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karuniaNya,


sehinggga kami dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum yang berjudul
“Sediaan Emulgel Cajuputi Oil” ini, guna memenuhi salah satu tugas praktikum
Farmasetika Sediaan Semi Likuida.

Kami menyadari penulisan laporan akhir ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati, kami membuka diri bila ada koreksi-
koreksi dan kritikan-kritikan konstruktif dari pembaca laporan akhir ini.

Terakhir kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara tidak
langsung terlibat dalam penulisan laporan akhir ini. Semoga ALLAH SWT,
membalas semua kebaikan dengan pahala dan karuniaNya yang tak terhingga,
serta semoga ALLAH SWT selalu membimbing dan menjaga dalam setiap
langkah kita, sehingga dalam kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dari rahmat
dan karuniaNya. Akhir kata semoga laporan akhir ini dapat berguna bagi pembaca
pada umumnya.

Malang, 23 Desember 2015

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... iii


DAFTAR ISI .....................................................................................................................iv
BAB 1 KARAKTERISTIK BAHAN AKTIF & PEMILIHAN BAHAN AKTIF
1.1 DEFINISI BAHAN AKTIF.................................................................................. 1
1.2 TINJAUAN BAHAN OBAT ............................................................................... 1
1.3 NAMA DAN SINONIM BAHAN OBAT ......................................................... 1
1.4 MONOGRAFI BAHAN OBAT .......................................................................... 2
1.5 KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA .................................................................. 2
1.6 SIFAT KIMIA DAN STABILITAS ................................................................... 2
1.6 TINJAUAN FARMAKOLOGI BAHAN OBAT .............................................. 2
1.7 FARMAKODINAMIK ......................................................................................... 3
1.8 PEMILIHAN BAHAN AKTIF ............................................................................ 3
BAB II PERSYARATAN UMUM SEDIAAN
2. 1 DEFINISI GEL ..................................................................................................... 4
2.2 KEUNTUNGAN SEDIAAN GEL ..................................................................... 4
2.3 KERUGIAN SEDIAAN GEL .............................................................................. 5
2.4 KARAKTERISTIK SEDIAAN GEL .................................................................. 5
2.5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STABILITAS
SEDIAAN GEL...................................................................................................... 6
2.6 KOMPOSISI SEDIAAN GEL ............................................................................. 6
2.7 EVALUASI PRODUK JADI (RUAHAN) ........................................................ 7
BAB III RANCANGAN SPESIFIKASI SEDIAAN HIDROGEL DAN
EMULGEL
3.1 RANCANGAN FORMULA EMULGEL .......................................................... 8
3.2 BAHAN AKTIF TERPILIH ................................................................................ 8
3.3 BAHAN TAMBAHAN ........................................................................................ 9
BAB IV RANCANGAN FORMULA DAN METODE PEMBUATAN ............... 19
BAB V EVALUASI SEDIAAN .................................................................................. 30
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................................ 36

iv
BAB VII KESIMPULAN ............................................................................................. 40
BAB VIII LAMPIRAN ................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 42

v
BAB 1
KARAKTERISTIK BAHAN AKTIF & PEMILIHAN BAHAN AKTIF

1.1 DEFINISI BAHAN AKTIF


Oleum cajuputi atau yang lebih dikenal dengan minyak kayu putih adalah
minyak atsiri yang diperoleh dari destilasi daun segar Melaleuca leucadendra
L dan spesies lain dari Myrtaceae dan dimurnikan melalui destilasi uap.
Tanaman ini dapat berupa belukar atau pohon yang dapat ditemui di
Indonesia Timur dan Australia. Mayoritas produksi mimyak atsiri atay
minyak kayu putih di pulau Buru dan pulau Banda. Minyak ini mengandung
50 – 60% sineol (C10H18O), meol , aseton, terpen, dan sesquiterpen.
Pemerian oleum cajuputi yaitu cairan tidak berwana atau kuning, bau
aromatis, rasa menusuk seperti kamfer diikuti rasa dingin.

1.2 TINJAUAN BAHAN OBAT


Oleum cajuputi mempunyai khasiat untuk penggunan internal maupun
eksternal. Penggunaan eksternal minyak kayu putih sebagai karminatif, obat
sakit perut dan saluran cerna serta ekspektoran pada kasus laringitis dan
bronkhitis. Selain itu, pada penggunaan eksternal oleum cajuputi dapat
memberikan efek antibakteri. Bakteri yang dapat dihambat oleh oleum
cajuputi meliputi bakteri gram positif dan gram negatif. Oleum cajuputi juga
dapat berfungsi sebagai antifungal terhadap C. albicans (Oyedeji et. all,
1999). Meskipun banyak pengobatan tradisional yang menggunakan oleum
cajuputi sebagai analgesik dan anti inflamasi, namun pengujian klinisnya
tidak memberikan hasil yang konsisten dan masih harus diuji lebih jauh lagi
kebenarannya (Silva, Jeane. et all. 2003).

1.3 NAMA DAN SINONIM BAHAN OBAT


Oleum Eucalypti (Minyak Kayu Putih)
Nama Bahan Obat : Oleum Eucalypti (Minyak Kayu Putih)
Sinonim : Oleum cajuputi

1
1.4 MONOGRAFI BAHAN OBAT
Oleum Eucalypti (Minyak Kayu Putih)
1. Berat Bobot : Per ml 0,910 g sampai 9,23 g
2. BJ : 0,912 – 0,925
3. Kemurnian atau kadar : Mengandung sineol, C10H18O, tidak kurang dari
70,0% b/v
4. Organoleptis Bahan Obat
 Warna : Tidak berwarna, kuning atau hijau
 Bau : Bau khas aromatik
 Rasa : Pahit
5. Sifat Fisika Kimia
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian etanol 80% p, jika disimpan
lama kelarutan akan berkurang; mudah larut dalam etanol 90% p (1 : 1-10)

1.5 KARAKTERISTIK FISIKA KIMIA


1. Oleum Eucalypti (Minyak Kayu Putih)
2. Kelarutan
 Larut dalam air tidak larut dalam air
 Larut dalam alkohol 1 : 1-10

1.6 SIFAT KIMIA DAN STABILITAS


1. Oleum Eucalypti (Minyak Kayu Putih) tidak mudah larut dalam air
2. Oleum Eucalypti (Minyak Kayu Putih) umumnya disimpan pada
temperatur kurang dari 25oC
3. Penyimpanan gel sebaiknya dalam wadah terutup baik, dlaam botol mulut
lebar., terlindung dari cahaya, ditempat yang sejuk serta jauh dari
jangkauan anak-anak.

1.6 TINJAUAN FARMAKOLOGI BAHAN OBAT


Oleum cajuputi mempunyai khasiat untuk penggunan internal maupun
eksternal. Penggunaan eksternal minyak kayu putih sebagai karminatif, obat

2
sakit perut dan saluran cerna serta ekspektoran pada kasus laringitis dan
bronkhitis. sebagai agen mukolitik saluran napas, atau anti efek inflamasi,
mengurangi tingkat eksaserbasi pada pasien yang melami penyakit paru
obstruktif kronik dan secara hipotesis dapat memberikan manfaat bagi
penderita asma.

1.7 FARMAKODINAMIK
Pada penggunaan eksternal oleum cajuputi dapat memberikan efek
antibakteri. Bakteri yang dapat dihambat oleh oleum cajuputi meliputi bakteri
gram positif dan gram negatif. Oleum cajuputi juga dapat berfungsi sebagai
antifungal terhadap C. albicans (Oyedeji et. all, 1999). Meskipun banyak
pengobatan tradisional yang menggunakan oleum cajuputi sebagai analgesik
dan anti inflamasi, namun pengujian klinisnya tidak memberikan hasil yang
konsisten dan masih harus diuji lebih jauh lagi kebenarannya (Silva, Jeane. et
all. 2003).
Kontra Indikasi . Untuk penggunaan internal selama kehamilan. Minyak
Eucalyptus dapat mengganggu dengan terapi hipoglikemia yang ada. Minyak
kayu putih harus diencerkan sebelum atau eksternal penggunaan internal.
Efek Samping. Minyak kayu putih eksternal, baik dilusi dinyatakan
secara umum non-toxic, non-kepekaan dan non-ohototoxic. Minyak
Eucalyptus menunjukkan aktivitas anti jamur yang kuat (pada 1,0 microl/ml)
terhadap jamur patogen manusia tanpa efek merugikan pada kulit mamalia
sampai konsentrasi 5%. Minyak kayu putih ternyata dapat bersifat toksik dan
tidak harus diterapkan secara eksternal atau diambil secara internal kecuali
sesuai diencerkan. Sebuah dosis 3,5 ml telah terbukti fatal meskipun ini
bukan hasil biasa keracunan minyak kayu putih-kebanyakan orang/anak-anak
sembuh.

1.8 PEMILIHAN BAHAN AKTIF


 Bahan Aktif terpilih : Oleum Eucalypti (Minyak Kayu Putih)
 Alasan : Hanya tersedia satu macam bahan aktif
 Bentuk sediaan : EMULGEL
 Alasan : Karena untuk pemakaian luar

3
BAB II
PERSYARATAN UMUM SEDIAAN

2. 1 DEFINISI GEL
Definisi gel menurut FI 1V adalah sistem semipadat terdiri dari suspensi
yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang
besar, terpenetrasi oleh suatu cairan.
Jika gel terdispersi homogen dalam bentuk flokulat-flokulat, senyawa
anorganik yang tidak larut serta berwarna yang tidak begitu jernih merupakan
gel dengan sistem dua fase. Misalnya saja Bentonit. Baik gel maupun
bentonit dapat bersifat tiksotropik membentuk semipadat.
Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik tersebar serba sama
dalam suatu cairan sedemikian rupa sehingga tidak terlihat adanya molekul
makro yang terdispersi dalam cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari bahan
sintetik seperti Carbomer amapupun dari bahan alam.
Penyimpanan gel sebaiknya dalam wadah terutup baik, dlaam botol
mulut lebar., terlindung dari cahaya, ditempat yang sejuk serta jauh dari
jangkauan anak-anak.

2.2 KEUNTUNGAN SEDIAAN GEL


a. HIDROGEL
 Efek pendinginan pada kulit saat digunakan.
 Penampilan sediaan yang jernih dan elegan.
 Pada pemakaian di kulit setelah kering meninggalkan film tembus
pandang, elastis, daya lekat tinggi yang tidak menyumbat pori
sehingga pernapasan pori tidak terganggu.
 Mudah dicuci dengan air.
 Pelepasan obatnya baik.
 Kemampuan penyebarannya pada kulit baik.
b. EMULGEL
 Obat hidrofobik dapat dengan mudah dimasukkan.
 stabilitas yang lebih baik.

4
 Emulgels dapat digunakan untuk memperpanjang efek obat yang
memiliki t1/2 yang pendek. Hal ini dapat digunakan untuk kedua obat
hidrofobik (o / w emulgel) dan hidrofilik (w / o) emulgel.
 Kapasitas beban yang lebih baik.
 Kelayakan produksi dan biaya persiapan rendah.
 Tidak ada sonication intensif.
 Pelepasan terkontrol.
 Kepatuhan pasien.

2.3 KERUGIAN SEDIAAN GEL


a. HIDROGEL

 Harus menggunakan zat aktif yang larut di dalam air sehingga


diperlukan penggunaan peningkat kelarutan seperti surfaktan agar gel
tetap jernih pada berbagai perubahan temperatur, tetapi gel tersebut
sangat mudah dicuci atau hilang ketika berkeringat, kandungan
surfaktan yang tinggi dapat menyebabkan iritasi dan harga lebih
mahal.
 Penggunaan emolien golongan ester harus diminimalkan atau
dihilangkan untuk mencapai kejernihan yang tinggi.
b. EMULGEL
 Obat ukuran partikel besar tidak mudah untuk menyerap melalui kulit.
 permeabilitas miskin.
 Iritasi kulit.
 Terjadinya bubble.

2.4 KARAKTERISTIK SEDIAAN GEL


1. Zat pembentuk gel: inert, aman dan tidak bereaksi dengan komponen lain
2. Pemilihan bahan pembentuk gel harus dapat memberikan bentuk padatan
yang baik selama penyimpanan tapi dapat rusak segera ketika sediaan
diberikan kekuatan atau daya yang disebabkan oleh pengocokan dalam
botol, pemerasan tube, atau selama penggunaan topikal.

5
3. Karakteristik gel harus disesuaikan dengan tujuan penggunaan sediaan
yang diharapkan.
4. Penggunaan bahan pembentuk gel yang konsentrasinya sangat tinggi
atau BM besar dapat menghasilkan gel yang sulit untuk dikeluarkan atau
digunakan.
5. Gel dapat terbentuk melalui penurunan temperatur, tapi dapat juga
pembentukan gel terjadi satelah pemanasan hingga suhu tertentu. Contoh
polimer seperti MC, HPMC dapat terlarut hanya pada air yang dingin
yang akan membentuk larutan yang kental dan pada peningkatan suhu
larutan tersebut akan membentuk gel.
6. Fenomena pembentukan gel atau pemisahan fase yang disebabkan oleh
pemanasan disebut thermogelation.

2.5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STABILITAS


SEDIAAN GEL

1. pH lingkungan. pH berpengaruh terhadap stabilitas bahan aktif,


kelarutan, reaksi hidrolisa dan lainnya.
2. Konsentrasi polimer sebagai gelling agents harus tepat sebab saat
penyimpanan dapat terjadi penurunan konsentrasi polimer yang dapat
menimbulkan syneresis (air mengambang diatas permukaan gel)
3. Temperatur dan cahaya. Kedua faktor tersebut berpengaruh terhadap
terjadinya reaksi-reaks sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan
warna, bau, rasa, dan lainnya.
4. Pelarut yang digunakan tidak bersifat melarutkan gel, sebab bila daya
adhesi antar pelarut dan gel lebih besar dari daya kohesi antar gel maka
sistem gel akan rusak.

2.6 KOMPOSISI SEDIAAN GEL


1. Bahan aktif.
2. Gelling agent.
3. Emulgator
4. Humektan

6
5. Co-Solvent
6. Mineral Oil
7. Pengawet
Penggunaan setiap bahan tambahan atau eksipien harus tergantung pada
tujuan/fungsi sehinnga dapat ditentukan konsentrasi yang tepat.

2.7 EVALUASI PRODUK JADI (RUAHAN)


Evaluasi dilakukan setelah karantina, sebelum proses pengisian pada
wadah masing-masing sediaan. Adapun macam-macam evaluasi disesuaikan
dengan standar mutu yang telah ditetapkan (spesifikasi produk) meliputi:
1. Organoleptis (Warna, Bau, Tekstur, Kejernihan).
2. pH
3. Viskositas.
4. Acceptabilitas.
5. Penetapan Daya Sebar.

7
BAB III
RANCANGAN SPESIFIKASI SEDIAAN HIDROGEL DAN EMULGEL

3.1 RANCANGAN FORMULA EMULGEL


EMULGEL Alasan

Bentuk sediaan Emulgel Bahan aktif tidak dapat


larut air tetapi tetap
dikendaki dalam bentuk
gel.

Kadar bahan aktif Olemum Cajuputi 10% Konsentrasi yang dapat


memberikan efek
berdasarkan Formula
Baku.

pH sediaan 4 – 6,5 Untuk menyesuaikan


dengan pH kulit.

ukuran partikel - -

Viskositas - -

Bj - -

Warna TUDAK BERWARNA / Untuk memenuhi


BENING karakteristik sediaan gel.

Bau MINT Untuk meningkatkan


acceptabilitas.

3.2 BAHAN AKTIF TERPILIH

Senyawa Aktif Efek / Khasiat Efek Samping

Oleum Cajuputi Ekspektoran pada -

8
bronchitis kronik,
stimulant rubifacient
pada rematik, gangguan
saluran napas dan hidung
tersumbat.

3.3 BAHAN TAMBAHAN

1. GELLING AGENT
Karakteristik Karakteristik
Bahan Kadar Fungsi
fisika kimia
CMC-Na 3% - 6% Gelling Pemerian : Stabil dalam
(HPE 6th : 119) Agent Berwarna putih air,
0,25%- atau hampir Inkompatibel
1% Emulsifying putih, tidak dengan larutan
agent berbau, tidak asam kuat dan
berasa, bubuk dengan larutan
granul. besi &
Higroskopik beberapa metal,
setelah seperti merkuri,
dikeringkan. alumunium,dan
Kelarutan : zink. Juga
Praktis tidak inkompatibel
larut dalam dengan xanthan
aseton, etanol gum.
(95%), eter,
dan toluene.
Mudah
didispersikan
dalam air
dalam

9
temperatur
berapapun.

Carbomer 0,5 – 2% Gelling agent Pemerian : pH : 2,5 – 4


(HPE 6th : 110) Berwarna dalam 0,2%
0,1 – 0,5 Emulsifying putih, halus, w/v dispersi
% agent asam, bubuk air.
higroskopik
Suspending dengan
0,5 – 1 % agent karakteristik
agak berbau.
Kelarutan :
mengembang
dalam air dan
gliserin, setelah
netralisasi,
pada etanol
(95%).

10
2. SURFAKTAN
Karakteristik Karakteristik
Bahan Kadar Fungsi
Fisika Kimia
Polysorbat 0.1 – 3 % Emulsiflyng Pemerian : Dapat
(HPE 6th : 551) agent, Bau khas, rasa kehilangan
surfaktan pahit, bentuk warna atau
dan warna pada mengendap
suhu 250C yaitu dengan
minyak. bermaam –
Kelarutan : macam bahan
Larut dalam air, terutama fenol,
etanol, larut tars, atau bahan
dalam mineral semacam tars.
oil, dan Dengan
vegetabel oil penambahan
BJ = polysorbate.
1.089/ Aktif
ml
Tween 80 0.5 – 2.5 Surfaktan, Pemerian : pH = 2.0 – 9.5
(HPE : 687) % lubrikan, Kristal putih dibawah pH 2.5
kapsu, akan terhidolisa
wetting menjadi lauryl
agent, alkohol dan
emulsiying salivin Gisulfat
agent

3. ENHANCER
Formulasi ditambahkan enhancer untuk meningkatkan permeabiliitas kulit,
meningkatkan hidrasi kulit.
Karakteristik Karakteristik
Bahan Kadar Fungsi
fisika kimia
Propilenglikol Humekta Antimikroba, Cairan jernih, C3H8O2, BM =

11
(HPE:624) n to picals disinfektan, kental, tidak 76.0
5 % humektan, berwarna, tidak Stabil pada
preservati plasticizer, berbau, agak suhu dingin dan
ve solvent water manis, mudah tertutup
solution, miscible higroskopis. bau. Pada suhu
semisolia solvent Kelarutan : tinggi dan
15 – 30 % Dapat tempat terbuka
solvent bercampur cenderung
atau dengan air, teroksidasi
kosolvent dengan etanol, menjadi
topicals = (95%) dan propionaldehid
5 – 80 % dengan asam laktat,
kloroform P, asam
larut dalam 6 piruvat,stabil
bagian, eter, dengan
dan ddengan etanol(95%)
minyak lemak. dan gliserin dan
air,
incompaktibeili
tas dengan
potasium
permanganat.
Ttik didih =
1880C
Menthol 0,05% - Skin Pemerian : Formula yang
(HPE 6th : 10% penetrant, Kelarutan : mengandung 1
433) flavoring Sangat larut % w/w dlm
agent, dalam etanol cream
terapeutik 95%, dilaporkan
kloroform, eter, stabil hingga 18
minyak lemak, bulan pada
parafin liquid. suhu kamar.

12
Larut dalam
aseton &
benzena.
Sangat sukar
larut dalam
gliserin, praktis
tidak larut
dalam air.

4. HUMEKTAN ( PEMBASAH )
Karakteristik Karakteristik
Bahan Kadar Fungsi
Fisika Kimia
Propilenglikol Humektan Preservative Cairan kental, Pada suhu dingin
(HPE 6th : topical; , lisin, jenuh, tidak dan wadah
592) 15% pectant, berbau, rasa tertutup baik pada
preservativ humektan, agak manis, suhu tinggi dan
e solution, plastilizer, higroskopis, tempat terbuka
semisolid solvent. kelarutan cenderung
15 – 30% dapat teroksidasi
solventon. bercampur menjadi propional
Cosolvent dengan air; dehid, asam
oral dengan etanol asetat, stabil
solution 10 ( 95% ) dan dengan etanol
– 25%, dengan (95%). Gliserin
topical 5 – kloroform p, dan air
80% larut dalam inkompaktibilita
berbagai eter, dengan potasium
tidak dapat permanganate.
bercampur Billing point :
dengan eter 1880C
minyak tanah Density : 1,308

13
p, dengan g/cm2 ( 200C )
minyak lemak.
PEG 400 Ointment, Pemerian : HOCh29CH2OCH
(HPE 6th : plastilizer, bentuk cair 2)m CH2O
517) solvent, (400-600) Ket : m adalah
suppository, berupa cairan jumlah
capsul jenuh, tidak polioksietilen.
lubrikan. berwarna,
cairan kental,
memiliki bau
dan rasa agak
pahit, serta
sedikit rasa
panas.
Density : pada
250C
surfacetensis
mendekati
5nm/m
(55dynes/cm)
untuk cairan
polietilengliko
l mendekat hh
mn/m (55
dynes/cm)
untuk 10%
aqueos
solution
polietilengliko
l padat.
Larutan jenih
tidak

14
berwarna, t
Idak berbau;
kental,
higroskopis,
manis.
Density pada
250C
surfacetensis
mendekati
5nm/m
(55dynes/cm)
untuk cairan
polietilengliko
l mendekati
55nm/m
(55dynes/cm)
untuk 10%.
Aqueos
solution
polietlenglikol
padat larutan
jenih tidak
berwarna,
tidak berbau;
kental,
higroskopis,
manis
Gliserin larutan jenih Sangat larut
(HPE 6th : tidak dalam etanol
283) berwarna, 95%, air,
tidak berbau; methanol, larut
kental, dan eter 1 : 600

15
higroskopis, BJ: tidak kurang
manis dari 1,249

5. CO-SOLVENT
Karakteristik Karakteristik
Bahan Kadar Fungsi
fisika kimia
Propilenglikol Humectan Antimikroba Cairan kental, C3H8O2 BM=
(HPE, hal topical 10 % oral jernih tidak 76,09 stabil pada
592) Preservative preservative, berwarna, suhu dingin dan
solution disinfektan, tidak berbau, wadah tertutup
Solvent co- humectant, rasa agak baik. Pada suhu
solvent oral plasticizer manis, tinggi dan tempat
solution 10– vitamins, higroskopis. terbuka
25 % water Kelarutan : cenderung
Topical 5-80 solvent. Dapat teroksidasi
% bercampur menjadi
dengan air, propionaldehid,
dengan etanol asam laktat,
(95%)p, asam piruvat,
dengan dan asam asetat
kloroform p, stabil dengan
larut dalam 6 etanol (95%)
bagian eter, gliserin dan air.
tidak dapat Inkompaktibilitas
bercampur dengan
dengan eter potassium
minyak tanah permanganate
p, dan dengan titik didih 188 0C
minyak density 1038
lemak. g/cm3 (200C)

16
6. MINERAL OIL
Inkompaktib
Bahan Pemerian Kelarutan Ket. lain
ilitas
Olive Oil Minyak Agak larut Dapat
(HPE 6th : mineral dalam etanol, tersaponifikas
470) yang dapat i oleh alkali
diperoleh dicampur hidroxida.
dari Olea dengan eter,
europaea. kloroform,
Tidak light
berwarna petrolatum
atau kuning, (50o – 70o
cairan C), dan
transparan. karbon
disulfide.

7. PENGAWET
Ditambahkannya pengawet kedalam sediaan karena sediaan mengandung
media air yang merupakan media pertumbuhan mikroba.
Bahan Pemerian Kelarutan Inkompaktibilitas
Benzoat Kristal / granul Air = 1 : 1,8 - Gelatin
(HPE, hal 61) putih, sangat Etanol 95%=1: 75 - Garam ferri
higroskopis, Etanol 90% = 1 : 50 - Garam Ca
amorf Air 100 0C = 1 : 1,4
Metil paraben Kristal putih, Air = 1 : 4000 - Aktifitas
(Nipagin) tidak Air 50 0C = 1 : 5 antimikroba
(HPE, hal berwarna, Air 80 0C = 1 : 30 - Turun dengan
441) tidaka berbau, Propilenglikol = 1 : 5 adanya surfaktan
rasa membakar Gliserin = 1 : 60
Larut bebas dalam
etanol dan eter
Propil Kristal putih, Air = 1 : 2500 - Magnesium

17
paraben tidak berbau, Propilenglikol= 1 : 39 - Alumunium silikat
(Nipasol) tidak berasa Gliserin= 1 : 250 - Magnesium trisiklik
(HPE, hal Etanol= 1 : 1 besi oksida
596) Sangat larut dalam
aseton
Larut bebas dalam
alcohol eter
Propilengliko Jernih, tidak Dapat larut dalam Dengan agen
l berwarna, acetone, chloroform, mengoksidasi
(HPE, hal kental tidak etanol (95%) glycerin KMnO4
592-593) berbau, dengan dan air, dalam eter
rasa sedikit 1:6. Tidak larut dalam
khas pedas mineral oil, atau
mirip gliserin campuran minyak,
tapi akan terlarut
dengan beberapa
esensial oil.

18
BAB IV
RANCANGAN FORMULA DAN METODE PEMBUATAN

 FORMULA 1 EMULGEL O/W

% Rentang % Yang Jumlah 20


No Nama Bahan Fungsi
Pemakaian Dipakai gram

1 Cajuputi Oil Bahan Aktif - 10 % 2g

2 CMC-Na Gelling Agent 3–6% 4% 0,8 g

3 Glycerin Humektan < 30% 15% 3,78 g

4 Propilen Glikol Enhancer 1 – 10 % 10% 2,076 g

Emulgator
5 Tween 80 0,5 – 10 % 7,36% 1,4723 g
Fase Air

Emulgator
6 Span 20 1 – 10 % 3,35% 0,6698 g
Fase Minyak

7 Nipagin Pengawet 0,015 - 0,2 % 0,2% 0,04 g

8 Nipasol Pengawet 0,01 - 0,02% 0,1% 0,02 g

9 BHT Antioksidan 0,007 – 0,1 % 0,1% 0,02 g

10 Olive Oil Mineral Oil - 10 % 1,822 g

11 Aquadest Solvent - - 7 ml

A. Perhitungan Penimbangan Emulgator


10
1. Rencana rentang penggunaan emulgator 10%, maka 100 𝑥 20 𝑔 = 2𝑚𝑙

2. HLB sediaan membentuk emulsi o/w adalah 8-18


3. Tween membentuk emulsi o/w pada HLB >8 atau 9,6 – 16,7
4. Rentang HLB terpilih adalah 13
5. HLB Tween 80 dan Span 20 yang digunakan adalah 15 dan 8,6
19
4,4
Tween 80 (15) (4,4) 𝑥 2𝑚𝑙 = 1,375 𝑚𝑙
6,4

(13)
2
Span 8,6 (8,6) (2) 𝑥 2𝑚𝑙 = 0,625 𝑚𝑙
6,2

B. Perhitungan Berat Glycerin yang Harus Ditimbang


1. Bj Glycerin : 1,26 g/ml
2. Massa : 1,26 g/ml x 3 ml = 3,78 g
C. Perhitungan Berat Propilen Glikol yang Harus Ditimbang
1. Bj Propilen Glikol : 1,038 g/ml
2. Massa : 1,038 g/ml x 2 ml = 2,076 g
D. Perhitungan Berat Tween 80 yang Harus Ditimbang
1. Bj Tween 80 : 1,07 g/ml
2. Massa : 1,07 g/ml x 1,375 ml = 1,4723 g
E. Perhitungan Berat Span 20 yang Harus Ditimbang
1. Bj Span 20 : 1,07 g/ml
2. Massa : 1,07 g/ml x 0,625 ml = 0,6698 g
F. Perhitungan Olive Oil yang Harus Ditimbang
3. Bj Olive Oil : 0,911 g/ml
4. Massa : 0,911 g/ml x 2 ml = 1,822 g

G. CARA PERACIKAN FORMULA 1 EMULGEL O/W


1. Ditimbang semua bahan, kemudian disisihkan.
2. Kalibrasi beaker glass 7 ml.
3. Tuang air panas ke dalam beaker glass ad 7ml, pindahkan ke dalam mortir.
4. Taburkan CMC-Na di atas air panas dalam mortir secara merata. Tunggu
ad mengembang atau menjadi gelling dan aduk ad homogen.
5. Pisahkan bahan yang masuk ke dalam fase air dan fase minyak,
a. Fase Air : PG, Glycerin, Nipagin, Nipasol dan Tween 80.
b. Fase Minyak : Cajuputi oil, Olive oil, BHT dan Span 20.

20
6. Campur bahan-bahan yang masuk ke dalam fase air satu per satu sambil
diaduk homogen, dimulai dari PG – Glycerin – Nipagin – Nipasol –
Tween 80.
7. Campur bahan-bahan yang masuk ke dalam fase minyak satu per satu
sambil diaduk homogen, dimulai dari Cajuputi oil - Olive oil - BHT - Span
20.
8. Masukkan fase air ke dalam mortir yang berisi gelling CMC-Na sedikit
demi sedikit dan aduk ad homogen
9. Masukkan Fase minyak ke dalam mortir no.9 sedikit demi sedikit dan
aduk ad homogen.
10. Masukkan kedalam pot emulgel.

21
H. SKEMA KERJA FORMULA 1 EMULGEL O/W

CMC-Na dikembangkan
dengan air panas

Fase air: PG, Glycerin,


Dalam mortir
Nipagin, nipasol dan tween
80 dicampur homogen.

Sedikit demi sedikit

Fase minyak: Cajuputi Aduk ad homogen


oil, Olive oil, BHT dan
Span 20.

Sedikit demi sedikit

Masukkan ke dalam pot


emulgel.

22
 FORMULA 2 EMULGEL O/W

% Yang % Yang Jumlah 20


No Nama Bahan Fungsi
Dibutuhkan Dipakai gram

1 Cajuputi Oil Bahan Aktif - 10 % 2g

Gelling
2 Carbomer 0,5 – 2 % 0,8% 0,16 g
Agent

3 PEG 400 Humektan - 10% 3,384 g

4 Propilen Glikol Enhancer 1 – 10 % 10% 2,076 g

Emulgator
5 Tween 80 0,5 – 10 % 7,36% 1,712g
Fase Air

Alkaline
6 TEA 2–4% 2% 0,4 g
Agent

7 Nipagin Pengawet 0,015 - 0,2 % 0,2% 0,04 g

8 Nipasol Pengawet 0,01 - 0,02% 0,1% 0,02 g

9 BHT Antioksidan 0,007 – 0,1 % 0,05% 0,01 g

Anti-
10 EDTA Chelating 0,005 - 0,1 % 0,05 0,01 g
Agent

11 Olive Oil Mineral Oil - 10% 1,822 g

12 Aquadest Solvent - - 8,2 ml

A. Perhitungan Berat PEG 400 yang Harus Ditimbang


1. Bj PEG 400 : 1,128 g/ml
2. Massa : 1,128 g/ml x 2 ml = 2,076 g
B. Perhitungan Berat Propilen Glikol yang Harus Ditimbang
23
1. Bj Propilen Glikol : 1,038 g/ml
2. Massa : 1,038 g/ml x 2 ml = 2,076 g
C. Perhitungan Berat Tween 80 yang Harus Ditimbang
1. Bj Tween 80 : 1,07 g/ml
2. Massa : 1,07 g/ml x 1,6 ml = 1,712 g
D. Perhitungan Olive Oil yang Harus Ditimbang
1. Bj Olive Oil : 0,911 g/ml
2. Massa : 0,911 g/ml x 2 ml = 1,822 g g

E. CARA PERACIKAN FORMULA 2 EMULGEL O/W


1. Ditimbang semua bahan, kemudian disisihkan.
2. Kalibrasi beaker glass 8,2 ml.
3. Tuang air panas ke dalam beaker glass ad 8,2 ml, pindahkan ke dalam
mortir.
4. Taburkan carbomer di atas air panas dalam mortir secara merata. Tunggu
ad mengembang atau menjadi gelling dan aduk ad homogen.
5. Tambahkan TEA ke dalam mortir no. 4 sedikit demi sedikit dan aduk ad
homogen. Periksa pH dengan menggunakan kertas pH Indikator untuk
mengecek apak pH carbomer telah netral (pH= 7) atau belum. Jika belum
adjust dengan menggunakan TEA ad dicapai pH netral, catat kebutuhan
TEA.
6. Pisahkan bahan yang masuk ke dalam fase air dan fase minyak,
a. Fase Air : PG, PEG 400, Nipagin, Nipasol, EDTA dan
Tween 80.
b. Fase Minyak : Cajuputi oil, Olive oil, BHT dan Span 20.
7. Campur bahan-bahan yang masuk ke dalam fase air satu per satu sambil
diaduk homogen, dimulai dari PG –Nipagin – Nipasol – EDTA – PEG 400
Tween 80.
8. Campur bahan-bahan yang masuk ke dalam fase minyak satu per satu
sambil diaduk homogen, dimulai dari Cajuputi oil - Olive oil - BHT - Span
20.

24
9. Masukkan fase air ke dalam mortir yang berisi gelling carbomer sedikit
demi sedikit dan aduk ad homogen
10. Masukkan Fase minyak ke dalam mortir no.9 sedikit demi sedikit dan
aduk ad homogen.
11. Masukkan kedalam pot emulgel.

25
I. SKEMA KERJA FORMULA 2 EMULGEL O/W

Ditambahkan TEA ad pH Carbomer dikembangkan


netral (pH=7) dengan air panas.

Dalam Mortir

Aduk ad homogen Fase air: PG, nipagin,


nipasol, EDTA, PEG 400
dan tween 80 dicampur
Fase minyak: Cajuputi .homogen.
oil, Olive oil, dan BHT.

Sedikit demi sedikit

Sedikit demi sedikit

Masukkan ke dalam pot


emulgel.

26
 FORMULA SCALE UP EMULGEL O/W

% Rentang % Yang Jumlah 300


No Nama Bahan Fungsi
Pemakaian Dipakai gram

1 Cajuputi Oil Bahan Aktif - 10 % 30 g

2 CMC-Na Gelling Agent 3–6% 4% 12 g

3 Glycerin Humektan < 30% 15% 56,7 g

4 Propilen Glikol Enhancer 1 – 10 % 10% 31,14 g

Emulgator
5 Tween 80 0,5 – 10 % 7,36% 22,08 g
Fase Air

Emulgator
6 Span 20 1 – 10 % 3,35% 10,05 g
Fase Minyak

7 Nipagin Pengawet 0,015 - 0,2 % 0,2% 0,6 g

8 Nipasol Pengawet 0,01 - 0,02% 0,1% 0,3 g

9 BHT Antioksidan 0,007 – 0,1 % 0,1% 0,09 g

10 Aquadest Solvent - - 137 ml

A. Perhitungan Penimbangan Emulgator


10
1. Rencana rentang penggunaan emulgator 10%, maka 100 𝑥 300 𝑔 = 30𝑚𝑙

2. HLB sediaan membentuk emulsi o/w adalah 8-18


3. Tween membentuk emulsi o/w pada HLB >8 atau 9,6 – 16,7
4. Rentang HLB terpilih adalah 13
5. HLB Tween 80 dan Span 20 yang digunakan adalah 15 dan 8,6
4,4
Tween 80 (15) (4,4) 𝑥 30𝑚𝑙 = 20,625 𝑚𝑙
6,4

(13)
2
Span 8,6 (8,6) (2) 𝑥 30𝑚𝑙 = 9,375 𝑚𝑙
6,2

27
B. Perhitungan Berat Glycerin yang Harus Ditimbang
1. Bj Glycerin : 1,26 g/ml
2. Massa : 1,26 g/ml x 45 ml = 56,7 g
C. Perhitungan Berat Propilen Glikol yang Harus Ditimbang
1. Bj Propilen Glikol : 1,038 g/ml
2. Massa : 1,038 g/ml x 30 ml = 31,14 g
D. Perhitungan Berat Tween 80 yang Harus Ditimbang
1. Bj Tween 80 : 1,07 g/ml
2. Massa : 1,07 g/ml x 20,625 ml = 22,08 g
E. Perhitungan Berat Span 20 yang Harus Ditimbang
1. Bj Span 20 : 1,07 g/ml
2. Massa : 1,07 g/ml x 9,3755 ml = 10,03 g
F. CARA PERACIKAN FORMULA 1 EMULGEL O/W
1. Ditimbang semua bahan, kemudian disisihkan.
2. Kalibrasi beaker glass 137 ml.
3. Tuang air panas ke dalam beaker glass ad 137ml, pindahkan ke dalam
mortir.
4. Taburkan CMC-Na di atas air panas dalam mortir secara merata. Tunggu
ad mengembang atau menjadi gelling dan aduk ad homogen.
5. Pisahkan bahan yang masuk ke dalam fase air dan fase minyak,
6. Fase Air : PG, Glycerin, Nipagin, Nipasol dan Tween 80.
7. Fase Minyak : Cajuputi oil, BHT dan Span 20.
8. Campur bahan-bahan yang masuk ke dalam fase air satu per satu sambil
diaduk homogen, dimulai dari PG – Glycerin – Nipagin – Nipasol –
Tween 80.
9. Campur bahan-bahan yang masuk ke dalam fase minyak satu per satu
sambil diaduk homogen, dimulai dari Cajuputi oil - BHT - Span 20.
10. Masukkan fase air ke dalam mortir yang berisi gelling CMC-Na sedikit
demi sedikit dan aduk ad homogen
11. Masukkan Fase minyak ke dalam mortir no.9 sedikit demi sedikit dan
aduk ad homogen.
12. Masukkan kedalam pot emulgel.

28
SKEMA KERJA FORMULA SCALE UP EMULGEL O/W

CMC-Na dikembangkan
dengan air panas.

Fase air: PG, Glycerin,


Dalam mortir
Nipagin, nipasol dan tween
80 dicampur homogen.

Sedikit demi sedikit


Fase minyak: Cajuputi
oil, Olive oil, BHT dan Aduk ad homogen
Span 20.

Sedikit demi sedikit

Aduk ad homogen

Masukkan ke dalam pot


emulgel.

29
BAB VI
EVALUASI SEDIAAN
1. Organoleptis
Meliputi rasa, bau dan warna
2. Penetapan pH
Alat : pH meter
Prosedur :
a. Siapkan pH meter.
b. Bilas elektroda dengan dengan aqua dest lalu keringkan dengan tisu.
c. Kalibrasi pH meter dengan pH standar.
d. Bilas elektroda.
e. Timbang 2g sediaan dan tambahkan aqua ad 20 ml. Aduk ad larut dan
homogen.
f. Celupkan elektroda kedalam sediaan ad tenggelam.
g. Baca pH yang tertera.
3. Uji Viskositas
Alat : Viskometer cup and bob
Cara Kerja :
a. Alat dinyalakan.
b. Gunakan spindle yang sesuai.
c. Tentukan kecepatan yang digunakan.
d. Tombol pemutar alat dinyalakan, jarum penunjuk viskositas dibaca,
jika telah konstan dicatat.
e. Viskositas terbaca (deal reading) dikalikan faktor pengali untuk
menghitung viskositas sediaan.
f. Lakukan replikasi 3x.
4. Daya Sebar
Alat : 2 lempeng kaca dan anak timbangan
Cara Kerja :
a. Timbang sediaan 2g.
b. Dioleskan dikaca bagian bawah.

30
c. Timbang kaca bagian atas dan tutupkan di atas sediaan. Ukur
diameternya.
d. Tambahkan anak timbangan 5g, 10g, 15g, 20g, 30g dan seterusnya
sampai diameter sebaran sediaan telah jenuh.
e. Buat grafik dan tentukan nilai slob (B) sebagai kecepatan sebaran
sediaan.
5. Tipe Emulsi
Alat : Mikroskop, cover dan object glass.
Cara kerja :
a. Encerkan sediaan secukupnya dengan air.
b. Tetesi dengan Methilen Blue dan Sudan.
c. Oleskan sedikit pada object glass dan tutup dengan cover glass.
d. Amati tipe emulsinya dengan menggunakan mikroskop.
6. Acceptabilitas
Alat Pengambilan Data : Quisioner
Cara Kerja :
a. Dibuat quisioner kriteria akseptabilitas yang akan diuji, antara lain:
bau, warna, sensasi, tekstur, mudah dioleskan, mudah dicuci,
kelengketan, dan kemudahan penggunaan.
b. Gunakan subjek dengan kriteria tertentu. Semakin banyak jumlah
responden maka semakin baik.
c. Dijelaskan kepada responden hal yang harus dilakukan agar hasil tidak
bias.
d. Dilakukan perhitungan data.
e. Tampilkan data dalam bentuk grafik.

31
Hasil Evaluasi Sediaan Syrup
1. Organoleptis
a. Bau : minyak kayu putih
b. Warna : putih susu

2. Uji PH
Hasil :

PH 1 6,3

PH 2 6,3

PH 3 6,3

Rata-rata 6,3

KESIMPULAN
pH sediaan masuk ke dalam rentang pH kulit.
3. Viskositas
Hasil :
Dial reading Cps
No Factor
(0,6 rpm)

1 38 10.000 380.000

2 45 10.000 450.000

3 52 10.000 520.000

Rata-rata 450.000

32
4. Tipe Emulsi
Hasil :

KESIMPULAN
Tipe emulsi o/w
5. Daya Sebar
Hasil

NO Beban (gram) Ʃ Beban Diameter (cm)

Kaca bagian atas 179,819 3,5


1
179,819

2 Anak timbangan 5 184,819 4,3

3 Anak timbangan 10 194,819 4,4

4 Anak timbangan 15 209,819 4,7

5 Anak timbangan 20 229,819 4,8

6 Anak timbangan 25 252,819 5,0

7 Anak timbangan 30 284,819 5,3

8 Anak timbangan 35 319,819 5,5

9 Anak timbangan 40 359,819 5,6

33
10 Anak timbangan 45 404,819 5,7

Diameter (cm) vs Beban (mg)


7
6
Diameter (cm)

5
4
3
Linear (Diameter (cm))
2
1 y = 0,0079x + 2,8065
R² = 0,8034
0
150 200 250 300 350 400
Beban (mg)

KESIMPULAN
Kecepatan daya sebar sediaan emulgel dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan regresi. Kemiringan atau slob (B) merupakan
kecepatan emulgel untuk menyebar. Jadi pada sediaan emulgel ini
kecepatan daya sebarnya adalah 7,91 x 10-3.

6. Acceptabilitas

SKOR Ʃ
KRITERIA 1 2 3 4 SKOR MAKS % KLASIFIKASI
BAU 4 6 24 40 60 Baik
TEKSTUR 2 3 4 1 20 40 50 Baik
WARNA 1 3 3 3 19 40 47,5 Jelek
MUDAH DICUCI 3 6 1 23 40 57,5 Baik
KELENGKETAN 1 2 7 21 40 52,5 Baik
MUDAH DIOLES 4 3 3 21 40 52,5 Baik
MUDAH
DIGUNAKAN 4 5 1 21 40 52,5 Baik
SENSASI 4 6 24 40 60 Baik

34
TOTAL 173 240 72,08333 Baik

70
60
50
40
%
30
20
10
0

KRITERIA

KETERANGAN:
1. Tidak suka
2. Agak suka
3. Suka
4. Sangat suka

KLASIFIKASI ACCEPTABILITAS SEDIAAN

1. 0 % - 25 % : Sangat jelek
2. 25% - 50 % : Jelek
3. 50 % - 75% : Baik
4. 75% - 100% : Sangat baik

KESIMPULAN

Secara keseluruhan sediaan emulgel memiliki acceptabilitas yang baik,


karena total persentase uji acceptabilitas yang dilakukan pada 10
responden masuk ke dalam rentang klasifikasi sangat baik, yaitu 72,08 %.

35
BAB VII
PEMBAHASAN

HASIL PENGAMATAN FORMULASI KECIL

FORMULASI
EVALUASI
I II

pH 6,0 6,5

HASIL PENGAMATAN SCALE UP

FORMULASI SCALE
EVALUASI
UP

ORGANOLEPTIS

a. WARNA a. Putih susu

b. BAU b. Minyak kayu putih

c. TEKSTUR c. Lembut, bebas rasa


pasir

pH 6,3

TIPE EMULSI O/W

VISKOSITAS (cps) 450.000

DAYA SEBAR 7,91 x 10-3

ACCEPTABILITAS Baik

36
Gel adalah sediaan semisolid yang terdiri dari suspensi yang terbuat dari partikel
anorganik kecil atau molekul organik besar, terpenetrasi oleh suatu cairan (FI IV
hal 7, 1995). Suspensi yang tidak larut terdiri dari partikel anorganik kecil atau
molekul organik besar, contohnya CMC-Na. Air akan menempati rongga-rongga
dalam CMC-Na, untuk itulah obat harus larut dalam air. Untuk obat yang larut
dalam air dan dibuat dalam sediaan gel disebut dengan hidrogel, hidrogel hanya
terdiri dari atas fase air. Sedangkan untuk obat-obatan yang tidak larut dalam air
tetapi dikendaki dalam sediaan gel, maka dapat dibuat emulgel. Emulgel terdiri
dari dua fase yaitu fase atau basis gel dan fase emulsi.

Spesifikasi pH sediaan yang ingin dibuat adalah 4,5 – 6,8 dengan kandungan
cajuputi oil 10%. Untuk membentuk sediaan emulgel yang stabil digunakan
beberapa bahan tambahan yang tepat, bahan tambahan tersebut terdiri dari:

1. Gelling agent.
2. Humectant.
3. Enhancer.
4. Emulgator.
5. Pengawet.
6. Antioksidan.
7. Pelarut.

Cajuputi oil merupakan golongan minyak atsiri yang tidak larut air dan ingin
dibuat sediaan gel. Bentuk sediaan gel yang paling tepat adalah emulgel, dengan
penggunaan kombinasi emulgator akan terbentuk sistem emulsi stabil yang dapat
mencampurkan cajuputi oil dengan air. Kelarutan suatu bahan obat dalam air
sangat penting dalam pembuatan gel, karenaa air akan menempati rongga dari
basis yang mempengaruhi homogenitas bahan obat tersebut. Emulgel dapat
merupakan emulsi tipe o/w atau w/o, tetapi pada sediaan yang ingin dibuat adalah
emulsi tipel o/w. Perbandingan emulgator emulsi o/w, emulgator fase air harus
lebih besar dari emulgator fase minyak. Mengapa karena hal tersebut akan
berpengaruh terhadap afinitas antara basis dengan bahan obat. CMC-Na
merupakan basis gel yang bersifat lipofilik, jika fase minyak lebih besar bahan
obat akan sulit terlepas dari sediaan yang dapat memperlambat pelepasan bahan

37
obat. Perlu diingat kembali bahwa bahan obat yang dibuat dalam bentuk sedian
semisolid dapat memberikan efek jika bahan obat tersebut terlepas dari basisnya.

Perbedaan dari kedua formula tersebut terletak pada emulgator dan gelling agent
yang digunakan serta konsentrasi penggunaannya.

1. Formula I menggunakan gelling agent CMC-Na, kombinasi emulgator 7,36%


tween 80 dan 3,35% span 20.
2. Formula II menggunakan geling agent carbomer dan emulgator tunggal 8%
tween 80. Karbomer bersifat asam (pH= 2,5) dan dapat bekerja jika pH
carbomer netral (6-7) umtuk itu ditambahkan alkaline agent (TEA) untuk
meningkatkan pH karbomer. Selain itu, karbomer dapat menumbuhkan spora
logam yang dapat bersifat sebagai oksidator, penyelesaiaannya adalah dengan
menambahkan chelating agent untuk mengikat spora logam tersebut.

Dari hasil evaluasi pH tiap formulasi, didapatkan formulasi I yang paling baik.
Formulasi II juga memiliki pH yang masuk rentang pH kulit tetapi lebih
mendekati ke batas terakhir dari pH kulit yaitu 6,5. Sehingga untuk scale up
diputuskan menggunakan formulasi I dengan pH 6,0. pH berkaitan dengan
efektivitas dan stabilitas suatu sediaan. Jika pH sediaan tidak masuk ke dalam
rentang pH perencanaan maka efektivitas dan stablitas sediaanpun akan menurun
bahkan dapat menimbulkan iritasi dari kulit.

Hasil evaluasi scale up formulasi I emulgel bertipe o/w, sesuai dengan


perencanaan. Hasil evaluasi lain juga memberikan hasil yang baik. pH yang
diperoleh tidak jauh berbeda dengan pH formulasi kecil dan masuk ke dalam
rentang pH kulit (4,5 - 6,8). Daya sebar dan viskositas berbanding terbalik,
semakin besar viskositas maka daya sebar akan semakin kecil. Untuk sediaan
semisolid memang dihendaki tidak memiliki viskositas yang tidak terlalu tinggi,
karena semakin kecil viskositas maka daya sebar semakin tinggi. Dengan begitu
semakin banyak dan cepat pula obat yang terpenetrasi sehingga efektivitas obat
akan meningkat. Tetapi tidak terlalu rendah pula yang dapat menurunkan
acceptabilitas sediaan, jadi berada pada tingkat middle sehingga memenuhi
acceptabilitas maupun efektivitas sediaan.

38
Uji acceptabilitas yang diambil dari data hasil quisioner terhadap 10 responden
dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kriteria acceptabilitas, didapatkan data
sebagai berikut:

KRITERIA KLASIFIKASI
BAU Baik
TEKSTUR Baik
WARNA Jelek
MUDAH DICUCI Baik
KELENGKETAN Baik
MUDAH DIOLES Baik
MUDAH
DIGUNAKAN Baik
SENSASI Baik
KESELURUHAN Baik

Jadi secara umum sediaan emulgel ini dapat diklasifikasikan sebagai sediaan yag
acceptabilitasnya baik.

Pada evaluasi organoleptis, sediaan emulgel ini berwarna putih susu dan berbau
khas minyak kayu putih dan tidak berbau tengik. Sesuai dengan spesifikasi yang
diinginkan, sediaan emulgel berwarna putih susu dan tidak bening karena pada
sediaan mengandung fase minyak.

39
BAB VI
KESIMPULAN

1. Formulasi scale up dipilih dari formulasi kecil yang terbaik, yaitu formula
I.
2. Nilai r sebanding dengan slob jika r medekati 1 maka daya sebar dapat
dikatakan baik.
3. Secara keseluruhan sediaan emulgel memiliki acceptabilitas yang baik,
karena total persentase uji acceptabilitas yang dilakukan pada 10
responden masuk ke dalam rentang klasifikasi sangat baik, yaitu 72,08 %.
4. Dari hasil evaluasi pH tiap formulasi, didapatkan formulasi I yang paling
baik.
5. Pada evaluasi organoleptis, sediaan emulgel ini berwarna putih susu dan
berbau khas minyak kayu putih dan tidak berbau tengik. Sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan, sediaan emulgel berwarna putih susu dan
tidak bening karena pada sediaan mengandung fase minyak.

40
BAB VII
LAMPIRAN
A. KEMASAN

B. BROSUR

41
DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan makanan


Farmakope Indonesia Edisi ke IV. 1995. Jakarta: Departemen Kesehatan.
2. Rowe, C., Raymond., Paul J. Sheskey and Marian E. Quinn. Handbook of
Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. 2009. USA: Pharmaceutical Press
and American Pharmacist Assotiation.

42

Anda mungkin juga menyukai