Anda di halaman 1dari 4

HIPERLEUKOSITOSIS

Definisi:
1. Leukosit 50 x 109/L – 100 x 109/L (dengan komplikasi dianggap
kegawatdaruratan)
2. Leukosit > 100 x 109/L (kegawatdaruratan onkologi)

Komplikasi:
1. Leukostasis, biasanya terjadi pada Limfoid Myeloid Akut (LMA) karena sel
blastnya lebih besar, lebih kaku, lebih keras sehingga mempunyai
tendensi untuk terjadi:
- Sumbatan mikrovaskular dan jaringan sehingga terjadi metabolism
anaerob yang menyebabkan asidosis.
- Perfusi oksigen terganggu dapat menyebabkan perdarahan otak dan
paru.
- Hiperviskositas dapat menyebabkan DIC

2. Tumor lisis sindrom, biasanya terjadi terjadi pada Limfoid Limfoblastik


Akut (LLA) karena sel blastnya lebih mudah lisis atau rapuh.
Lisis sel DNA  purin  peningkatan asam urat, fosfat dan kalium
disertai dengan penurunan kalsium karena diikat oleh fosfat.
- Hiperkalemia: aritmia, kelemahan otot berat atau kelumpuhan
- Hiperfosfatemia: deposisi kristal kalsium fosfat di parenkim ginjal
- Hiperuricemia: gout, nefrolitiasis
- Hiperuricosuria
- Hipokalsemia: kejang, papiledema dan miopati
- Nefropati asam urat akut yang disebabkan oleh hiperfosfatemia dan
- Gagal ginjal akut hiperuricamia
LLA resiko tinggi bila:
- Ada riwayat leukositosis leukosit > 50.000
- Ada massa di mediastinum
- Hasil BNP L3  limfoma burkit
- Infiltrasi ke tesis
- Ada riwayat relaps

Manifestasi Klinis:
1. Gejala pernapasan yaitu sesak dan hipoksia
2. Gejala neurologis yaitu perubahan pada pengelihatan, sakit kepala,
pusing, tinnitus, gait instability, confusion, somnolen dan paling jarang
koma.
3. Demam yang bisa disebabkan oleh inflamasi terkait leukostasis atau
kemungkinan infeksi

Pemeriksaan Laboratorium:
1. Darah perifer lengkap per 24 jam
- Pemantauan kadar Hb untuk persiapan kemoterapi dengan syarat:
o Hb ≥ 8 g/dl dengan klinis baik
o Hb > 10 g/dl dengan klinis kurang baik
- Pemantuan kadar leukosit untuk penentuan terapi, kelanjutan terapi
atau perubahan terapi
2. Analisis gas darah + elektrolit
3. Urinalisis per 12 jam: fokus kepada pH dan berat jenis urin sebagai
parameter pemantauan keberhasilan alkalinisasi
*Untuk pengawasan ketat DPL, AGD+elektrolit dan UL per 6 jam, untuk UL bisa diperiksa 2–4 jam untuk

pemantauan lebih ketat.

4. Ureum, kreatinin, asam urat darah


5. Rontgen thorax: jika terjadi respiratory distress
Terapi:
1. Hidrasi menggunakan formula 1,5 maintenance dengan KaEN 1 B atau
3000 cc/m2 dengan monitoring:
- Darah perifer lengkap
o Jika leukosit > 50.000 µ/L maka lanjutkan terapi
o Jika leukosit > 20.000 π/L maka lakukan hidrasi maintenance biasa,
anak direkomendasikan untuk banyak minum.

- Urinalisis:
o Jika pH < 7.5 maka lanjutkan terapi
o Jika pH > 7.5 maka lakukan hidrasi maintenance biasa, anak
direkomndasikan banyak minum.

2. Alkalinisasi dengan bicnat 25 mEq dengan pemberian 28 tetes


makro/menit (± 5 mEq sesuai dengan pH urin menggunakan target pH
7.5) dengan monitoring:
- Urinalisis:
o Jika pH < 7.5 maka lanjutkan terapi
o Jika pH > 7.5 maka stop alkalinisasi karena akan pH akan menjadi
terlalu basa sehingga akan terbentuk kristal fosfat.

3. Atasi hiperurisemia dengan allopurinol 10 mg/kgbb/hari dibagi dalam 3


dosis pemberian atau urikase.

4. Monitoring ketat:
- Klinis
- Tanda vital
- Balans diuresis
- Pemeriksaan laboratorium

Informasi penting
1. Hipokalsemia dikoreksi bila terdapat manifestasi klinis seperti kejang.
Koreksi kalsium akan menyebabkan peningkatan kadar Ca sehingga
meningkatkan pembentukan kristal kalsium fosfat. (Ca normal 0.9–1.1)
2. Hipokalemia dikoreksi bila K > 7 mEq/L atau ada manifestasi klinis pada
organ jantung.
3. Transfusi packed red cell (PRC) jika Hb < 8 g/dl, dengan target Hb 8 g/dl.
Transfusi PRC dan penggunaan diuretic dapat memperparah kondisi
pasien karena meningkatkan viskositas darah.
4. Konsultasikan ke PICU.

Anda mungkin juga menyukai