Anda di halaman 1dari 60

Tonisitas Larutan

Isotonis
Jika suatu larutan konsentrasinya sama besar
dengan konsentrasi dalam cairan tubuh, sehingga
tidak terjadi pertukaran cairan di antara keduanya,
maka larutan dikatakan isotonis (ekivalen dengan
larutan 0,9% NaCl).
Hipotonis
Keadaan tekanan osmosanya lebih rendah dari
cairan tubuh, sehingga menyebabkan cairan akan
melintasi membran semipermiabel memperbesar
volume sel dan menyebabkan peningkatan tekanan
dalam sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan
pecahnya sel.
Hipertonis
Keadaan dimana tekanan osmosanya lebih tinggi
dari cairan tubuh, sehingga menyebabkan cairan
keluar dari sel melintasi membran semipermeabel
dan mengakibatkan terjadinya penciutan.
CARA PERHITUNGAN TONISITAS

Penurunan Titik Beku

Kesetaraan dengan garam natrium klorida.

Kesetaraan Volume Isotonik.

Perhitungan dengan tetapan L iso.


1. Penurunan Titik Beku
Metode paling teliti dan mudah
Penurunan titik beku darah –0,52 oC
Penurunan titik beku suatu larutan tergantung
dari jumlah bagian dalam larutan tersebut, untuk
larutan encer penurunan titik beku sebanding
dengan tekanan osmosa.
Cara perhitungan penurunan titik beku dibagi
menjadi 2 cara:
1.Penurunan titik beku molar
2.Penurunan titik beku berdasarkan Tabel.
Penurunan titik beku molar
Untuk zat zat bukan elektrolit larutan yang sama
molaritasnya adalah isotonis, misalnya larutan
glukosa 1 molar isotonis dengan larutan fruktosa 1
molar
Akan tetapi tidak isotonis dengan larutan natrium
klorida 1 molar, karena dalam air terionisasi menjadi
2 ion.
Jadi tekanan osmosa dan penurunan titik beku
adalah fungsi jumlah bagian zat dalam larutan.
Bila 1 gmol zat dilarutkan dalam 100 g pelarut,
menunjukkan penurunan titik beku yang tetap
disebut penurunan titik beku molar.
Untuk air tetapannya 18,6oC untuk 100 g pelarut.
Jadi untuk larutan yang mengandung 1 g
zat/liter adalah 1,86oC.
 
Misal:

Glukosa (BM=180) dilarutkan dalam air, maka larutan
glukosa isotonis mengandung:
Glukosa = 180
= 50,3 gr/L atau 5 gr/100mL
= 5%
Dengan kondisi glukosa dalam air tidak terionisasi
Untuk NaCl (larutan elektrolit) yang terionisasi
dalam air. Penurunan titik beku selain ditentukan
oleh jumlah molekul juga tergantung dari jumlah
ion dalam larutan
1 gmol NaCl (BM 58,5) dengan derajat ionisasi
0,67 dalam 1 liter air.
Bila, 100 mol NaCl ada 67 mol terionisasi menjadi
67 ion Na dan 67 ion Cl ditambah 33 mol NaCl,
total 167 ion dan molekul.
  
Penurunan titik beku NaCl:
oC = jumlah ion dan molekul/mol x tetapan ptb air
= 167/100 x 1,86 = 3,1oC
Jadi larutan isotonis NaCl:
Kadar= 58,5
= 9,8 gr/L atau 0,98 gr/100mL
= 0,9 %
Dianggap NaCl terionisasi 100%
Contoh soal :
R/ Pilokarpin nitrat 100 mg
Natrii.Chlorida qs
Aq ad 10 ml
Mf sol. Isot.
Diketahui :
penurunan titik beku molar air 18,6oC untuk 100g
air
BM Pilokarpin 271, terionisasi dalam 2 ion.
 
Perhitungan:

1 gr pilokarpin nitrat menyebabkan penurunan titik
beku sebesar:
oC = 18,6

= 0,136oC
Selisih ptb NaCl:
oC = 0,52 – 0,136

= 0,384oC
  jumlah NaCl yang harus ditambahkan agar
Jadi

memperoleh larutan isotonis:
NaCl 0,52 = 0,9%
0,384 = x
NaCl =
= 0,664 g untuk 100 ml.
untuk 10 ml 0,0664 g
Penurunan titik beku
berdasarkan tabel

W= 0,52-a x 100%
b
W : Jumlah zat pengisotonis yang diperlukan (%)
a : Penurunan titik beku larutan yang disebabkan oleh
1% larutan zat aktif
b : Penurunan titik beku larutan yang disebabkan oleh
1% zat pengisotonis
Contohsoal:
 
Pilokarpin Nitrat 0,1 ptb = 1% = 0,132
NaCl q.s ad isotonis ptb = 1% = 0,576
Aq ad 10ml C pilokarpin = =1%

Perhitungan :

B =
= 0,674 g/100 mL

Maka NaCl yang harus ditambahkan untuk 10 mL = 0,0674 gr


Contohsoal:
 
Efedrin HCl 2% ptb 1% = 0,165
Asam sitrat 60mg ptb 1% = 0,09
Dextrosa anh q.s ad isotonis ptb 1% = 0,101
Aq ad 100ml C Efedrin = 2%
C As. Sitrat = =0,06%
Perhitungan :

B =
= 1,83 g/100 mL

Maka dekstrosa anhidrat yang harus ditambahkan 1,83 gr


2. Kesetaraan dengan NaCl
Definisi :
Ekivalensi dengan NaCl (E) adalah sejumlah
NaCl yang memberikan efek osmosa yang
sama dengan 1 gram zat terlarut. Angka ini
berlainan untuk setiap zat
Contoh :
Amfetamin sulfat E = 0,22 artinya 1 gram
amfetamin sulfat dalam larutan memberikan
efek osmosa yang sama dengan 0,22 NaCl
1 g Amfetamin sulfat ~ 0,22 g NaCl
 
Contoh perhitungan:

Pilokarpin nitrat 1 % (E = 0,23)


Buat isotonik dengan NaCl
Aquadest ad 10 mL

harga E zat dilihat dari buku (Farmakope ed 3 atau 4)


Perhitungan :
1. Gram Pilokarpin nitrat 1 % X 10 ml = 0,1 gr
2. E Pilokarpin nitrat = 0,23 g NaCl
3. Jadi jumlah NaCl yang diperlukan 0,1 X 0,23 =
0,023 g
4. Larutan 10 ml memerlukan NaCl 0,9% X 10 ml
= 0,09 g
5. Kekurangan NaCl 0,09 g - 0,023 g = 0,067 gr
3. Kesetaraan dengan Volume ISOTONIS
Perhitungan
   berdasarkan metode White-Vincent dimana
dengan mengkalikan berat obat dan ekivalen NaCl nya akan
diperoleh larutan isotonis, yang selanjutnya dapat diencerkan
dengan larutan isotonik 0,9% NaCl atau larutan isotonik
dekstrosa untuk menggenapkan volumenya.
Rumus:
V = WE x = 111,1 WE

V = Volume larutan obat yang dicari


W = Masa bahan obat (g) dan larutan yang dibuat
E = Harga ekivalensi terhadap NaCl
111,1 = Volume larutan isotonik (ml) yang mengandung 1 gr
NaCl
Contoh perhitungan :
Pilokarpin nitrat 1 %
Buat larutan isotonik
Aquadest q.s. ad 10 ml
Cara penyelesaian :
1. Gram Pilokarpin nitrat 1 % = 1% x 10 ml = 0,1 gr
2. Air yang dibutuhkan membuat larutan pilokarpin
= 0,1 gr x 0,23 x 111,1 ml/g = 2,56 ml
3. Volume larutan isotonik yg dibutuhkan yaitu 10
– 2,56 = 7,44 ml
Untuk membuktikan perhitungan benar tidaknya,
jumlah ekivalen NaCl yang ditambahkan 7,44 x 0,9% =
6,7 g/100mL
= 0,67/10mL
4. Perhitungan dengan tetapan L iso
 
 
Contoh:

Pilokarpin nitat 1 %
Aquadest q.s. ad 10 ml
*Buat larutan isotonis dengan Natrium klorida
 
5. Selisih dengan penurunan titik beku = 0,52-0,14 =
0,38oC

6. Dari tabel penurunan titik beku NaCl 1%= 0,576 oC

7. Jadi NaCl yang ditambahkan adalah (0,38/ 0,576)


X 1 % = 0,66 %

8. Larutan 10 ml memerlukan NaCl = 0,66 % X 10 ml


= 0,066 g
WADAH STERIL

LIDYA AMELIANA
Interaction between product and pack may involve:
• surface interactions
• leaching or migration of material from the pack
into the product
• loss of constituents in the product into the pack,
i.e. container or closure.
GELAS

PLASTIK
WADAH SEDIAAN
STERIL

KARET

METAL
A. Gelas
Menurut USP ada 4 tipe gelas sebagai wadah, antara lain:

Tipe I : gelas netral atau gelas borsilikat


TipeII : gelas soda dengan permukaan diberi
“perlakuan”
Tipe III : gelas soda dgn pembatasan kadar alkali
NP : gelas soda (untuk wadah non parenteral), Ketahanan
terhadap sifat kimiawi gelas tergantung pada :
1. Komposisi kimia dari gelas
2. Suhu kontak
3. Lamanya kontak
4. Cara Pembuatan
Gelas tipe I, II dan III dimaksudkan untuk produk
parenteral
Gelas tipe NP dimaksudkan untuk produk non
parenteral dan untuk penggunaan oral dan topikal
Masing-masing tipe gelas dites menurut daya
tahannya terhadap serangan air
KOMPOSISI KIMIA GELAS
Gelas dapat dikelompokkan berdasarkan sifat reaktivitas  dari
komponen (formulasi) gelas.
Gelas Komposisi Sifat-sifat Aplikasi

Tipe 1 Borosilikat Resistensi terhadap Sediaan parenteral asidik dan netral,


hidrolisis tinggi,eksporasi bisa juga untuk sediaan alkali yang
termal rendah sesuai

Tipe II Kaca soda kapur Resistensi hidrolitik  Sediaan parenteral asidik dan netral,
(diperlukan relatif tinggi bisa juga untuk sediaan alkali yang
dealkalisasi) sesuai

Tipe III Kaca soda kapur Sama dengan tipe II, tapi sediaan parenteral jika sesuai
(tidak mengalami dengan pelepasan oksida
perlakuan

Tipe NP Kaca soda kapur Resistensi hidrolitik Hanya digunakan untuksediaaan non
(penggunaan sangat rendah parenteral (oral, topikal, dsb)
umum)
SIFAT GELAS/KACA
Tembus pandang
Kuat
Mudah dibentuk
Lembam
Tahan pemanasan
Pelindung terbaik terhadap kontaminasi dan flavor
Tidak tembus gas, cairan dan padatan
Dapat diberi warna
Dapat dipakai kembali (returnable)
Relatif murah
Pewarnaan gelas
Bentuk Kemasan gelas/Kaca yaitu :
Botol (leher tinggi, mulut sempit)
Jar (leher pendek, mulut lebar)
Jugs (leher pendek, ada pegangan)
Vial dan ampul (ukuran kecil, untuk
obat/bumbu/zat kimia, dll.)
B.Plastik
Wadah plastik memiliki keunggulan dibandingkan
dengan wadah gelas dalam beratnya yang ringan
dan daya tahannya terhadap benturan, dengan
demikian biaya pengangkutan lebih murah dan
resiko pecahnya wadah lebih kecil.
Wadah plastik memiliki beranekaragam desain dan
penerimaan pasie terhadap wadah plastik ini cukup
baik.
Termoplastik (misalnya harsa, fenol, poliester).
Termoplastik menjadi plastis jika dipanaskan dan
dalam keadaan seperti ini dapat dibentuk
menjadi kerangka dasar yang dikehendaki. Pada
saat pendinginan, material membeku dan
bentuknya stabilpolietilen (PE), polistiren (PS),
polikarbonat (PC)
Duroplastik : bahan sintetik yang tidak akan
lunak dengan bertambahnya suhu, contoh :
aminoplastik, phenoplastik, polyester dan resin
epoxid
Caps atau penutup umumnya dibuat
dari Polypropylene (PP) dan pada
dasarnya penutup wadah digunakan
untuk mencegah kontaminasi atau
kebocoran produk.
Jenis plastik
 polietilen digunakan untuk bentuk sediaan oral kering
yang tidak akan direkonstitusi menjadi bentuk larutan.
 polietilen tereftalat (PET). PET adalah polimer kondensasi
berbentuk kristalin yang  dibuat dari reaksi asam tereftalat
dengan etilenglikol, digunakan terutama sebagai kemasan
minuman berkarbonasi dan untuk pengemasan sediaan oral.
 polipropilen (PP). PP adalah polimer yang termasuk
poliolefin, dibuat melalui cara polimerisasi propilen.
Digunakan untuk pengemasan padat kering atau sediaan
cair oral.
 polivinil khlorida (PVC). PVC adalah salah satu kemasan
obat yang umum digunakan di Amerika Serikat  setelah
HDPE. Digunakan terutama untuk bentuk kemasan kaku
dan produksi film (sebagian besar sebagai kantong untuk
cairan intravena)
interaksi antara material pengemas dan bahan yang
diisikan tergantung dari:
Sifat fisika dan bahan kimia yang diisikan,
Sifat kimia dan fisika materi pengemas,
Ukuran dan luas permukaan yang kontak dari
bahan yang diisikan dan bahan pengemas.
Lama kontak
Suhu
Faktor yang mempengaruhi stabilitas sediaan farmasi saat
penyimpanan
1. Permeabilitas
2. Adsorpsi
3. Reaktivitas
4. Kemampuan sterilisasi
1.      Permeabilitas
Permeabilitas dapat menyebabkan hilangnya bahan
obat. Dalam hal ini, wadah gelas lebih unggul
dibandingkan bahan sintetis. Wadah gelas tidak
menunjukan permeasi isinya melalui gelas atau
sebaliknya, sedangkan hal tersebut terjadi pada
wadah plastik kedua arah.
2.       Adsorbsi
Adsorbsi diartikan sebagai penimbunan gas , uap
atau bahan terlarut pada wadah bahan sintetis.
Sorpsi tersebut dipengaruhi oleh :
Struktur material plastik,
Ukuran luas permukaan wadah sebelah dalam
Konsentrasi, jenis komponen dan harga-pH
larutan
Suhu

EFEKNYA APA???
3. Reaktivitas
Pewarnaan dalam material plastik dapat
merupakan hasil reaksi bahan tambahan plastik
dengan komponen larutan, dimana larutan sendiri
juga dapat berubah warna.
Peristiwa seperti permeasi, sorpsi, dan reaktivitas
kimia mempunyai pengaruh yang pasti terhadap
sifat fisika plastik. Pada polietilen teramati adanya
pembengkakan atau kerapuhan yang disebabkan
oleh perpindahan gas atau uap dari kandungannya.
4. Kemampuan sterilisasi
Dalam teknologi pengemasan farmasetik, kemampuan
sterilisasi bahan pengemas merupakan suatu problem
besar. Jenis berikut berada dalam deretan pertama:
Polietilen tekanan rendah
Polipropilen
Poliamid
Polikarbonat
Poliester (ester  asam politereftalat).
Polivinilklorida (khusus PVC-keras).
c. KARET
Definisi  polimer elastik (elastomer) dan
dapat dibuat dari bahan alam maupun
bahan sintetik.
 Dari alam : dispersi koloidal (latex) dari Hevea
brasiliensis, terdiri dari 30 – 60 % hidrokarbon
karet
 Proses pembuatan karet alam biasa
ditambahkan vulkanisator, aktivator,
antioksidan, pengisi, pigmen (pewarna),
pelembut (softener,) dll.
Persyaratan Karet
Karet sebagai penutup vial harus memenuhi syarat (British
Pharmacopeia) :
1. Harus elastis
2. Bila ditusuk jarum suntik, dapat menutup rapat kembali
bila jarum tsb, dicabut kembali
3. Tidak boleh ada yang tertinggal atau melekat pada
jarum
4. Selama menjadi penutup harus dapat menjaga terhadap
kontaminasi mikroorganisme sehingga karet dapat
menjadi tutup yang baik
5. Harus memenuhi syarat uji permeabilitas
Jenis Elastik

a.  Karet alam


komposisi karet alam umumnya tidak seragam.
Karet mentah terdiri dari hidrokarbon 93,3-93,6 %.
Seluruh jenis karet alam merupakan polisopren
dengan rumus kimia(C5H8)n dengan konfigurasi
cis- 1,4 yang jumlahnya nyaris 100% dan memiliki
berat molekul antara 300.000 dan 700.000
Karet mentah diperoleh dari lateks ( getah) Hevea
brasiliensis dan Euphorbiaceae lainnya. Tumbuhan
penghasil penghasil karet juga termasuk famili
Apocyaceae, Moraceae dan Compositae.
b. Produk perubahan dari karet alam
1.Karet Klor
Karet klor diperoleh melalui pengklorinasian karet mentah
dalam karbon tetraklorida pasa suhu 80-110 oC. Kandungan
klor berjumlah sampai 65 % pada suhu di atas 80 0C terjadi
penguraian( pemisahan HCl). Keuntungannya terletak pada
kekerasanny, tidak mudah terbakar dan memiliki
kemantapan yang lebih baik dalam alkali dan asam
2.Karet siklo
Produk siklinisasi terbentuk melalui pemanasan karet
mentah dengan asam sulfonilat atau sulfoklorida. Karet
siklo stabil terhadap lemak, asam encer, dan alkali, akan
tetapi rusak oleh hodrokarbon alifatik dan aromatik.
Digunakan untuk membuat salutan pada material wadah.
3.      Karet sintetis
Karet sintetis memiliki kemiripan dengan karet
alam dalam bangun kimianya atau sifat fisika
kimianya. Karet jenis ini juga digunakan dalam
campuran dengan karet alam.
Polimerisat campur polibutadiena dan butadiena
Polimerisat butadiena-stiren
Polimerisat Butadiena-akrilnitril
  pengujian Untuk Plastik dan Elastik
Pengujian secara fisika dan
kimia
warna, bau, rasa pengotor tak larut
sifat pemukaan harga pH
kemudahan penembusan amonium
fragmentasi ion logam berat, seng,
kemudahan menutup klorida
kembali ion sulfat, ion sulfida
kemantapan terhadap
senyawa timah organik
minyak pengotor mereduksi
indeks bias
sisa penguapan
Pengujian secara biologis
bahan pirogen
bahan yang berkerja hemolitik
tersatukan pada tikus
tersatukan pada jantung
katak terisolasi
tersatukan pada kutu air
tersatukan lokal pada kulit
tersatukan lokal pada mata
tersatuak lokal setelah implantasi
tidak permeabilitas untuk     mikrorganisme
D.       Metal
Tiga metal yang biasa digunakan untuk kemasan
farmasi ialah timah, aluminium, dan baja. Oleh
karena mudah teroksidasi dan membentuk korosi
(karet), baja harus digalvanisasi atau disalut
dengan  epoksi sebelum digunakan. Aplikasinya
terutama untuk tromol atau drum, ruahan
material dimana diperlukan kekuatan yang besar.
Metal dapat pula dibentuk menjadi silinder
bertekanan tinggi untuk menyimpan produk gas.
Timah sering digunakan untuk produksi kaleng
erosol dengan cara electroplating menjadi bentuk
lembaran baja untuk meningkatkan resistensi
terhadap korosi dan untuk memfasilitasi
penyolderan.
Sebaliknya aluminium digunakan dalam bentuk
murni sebagai foil. Sering aluminium foil digunakan
sebagai lapisan impermeable dalam laminat
multilapis yang dapat menyertakan pula kertas dan
plastic. Foil aluminium dapat dibentuk menjadi
kontener kaku, kontener semi kaku, konstruksi olister
atau laminat.
Seperti gelas, metal hampir secara total
impermeabel terhadap gas dan air. Sebagai
tambahan, kontener metal sangat kuat dan tahan
remuk. Untuk aplikasi yang memerlukan
pengempaan seperti tube kolapsibel, metal
memberikan kemudahan dalam manufacturing
dan penggunaan.
 Metal dapat pula dibentuk menjadi system penghantaran
obat yang lebih kompleks,seperti inhaler bertahanan
dosis, inhaler serbuk kering, alat untuk pemberian
aerosol, bahkan jarum yang siap untuk digunakan.
 Metal lebih mahal harganya, dan lebih sulit untuk
dibentuk menjadi kemasan yang dapat dimanfaatkan.
Untuk bentuk foil (lembaran tipis), banyak dihasilkan
kemasan cacat dikarenakan adanya lubang halus yang
terbentuk selama proses manufacturing sehingga sifatnya
sangat tidak menguntungkan sebagai penghalang
(terutama pada foil yang sangat tipis).

Anda mungkin juga menyukai