Anda di halaman 1dari 16

Pemisahan, Identifikasi Fraksi Kurkuminoid dari Rimpang

Temulawak (Curcuma xanthorrhizae Rhizoma) Secara


Kromatografi Kolom

DOSEN PENGAMPU :
Ghani N.F, S.Farm.,Apt

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3 ( TEORI 2 / C )
NAMA ANGGOTA :

1. AYU PRACHILIA S.

( 18123462 A )

2. DEWI LARASWATI

( 18123463 A )

3. RINI PRAMUATI

( 18123464 A )

4. LAILA TASBICHA

( 18123465 A )

5. ANASTASIA HIRYA

( 18123466 A )

6. DOLIK PRASETYO

( 18123467 A )

7. SITI FAIZATUL M.

( 18123468 A )

LABORATORIUM FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2014

PEMISAHAN, IDENTIFIKASI FRAKSI KURKUMINOID DARI RIMPANG


TEMULAWAK (CURCUMA XANTHORRHIZAE RHIZOMA) SECARA
KROMATOGRAFI KOLOM
I.

TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa mampu memahami dan melakukan :
1. Memahami ekstraksi senyawa organik dari simplisia tanaman dengan metode
refluk.
2. Memahami pemisahan komponen-komponen senyawa kimia dengan kromatografi
kolom vakum.
3. Identifikasi senyawa secara kromatografi lapis tpis.

II.

DASAR TEORI
Sistematika tanaman temulawak

Kerajaan : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Ordo
: Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcumae
: Curcuma xanthorrhiza

Spesies

Makroskopis : keping tipis, berbentuk bundar/jarang, keras, rapuh,

permukaan berkerut warna coklat kekuningan, melungkung tidak beraturan.


Mikroskopis : epidermis bergabus dan terdapat sedikit rambut, yang
berbentuk kerucut bersel satu. Hiperdermis agak menggabus, kortek silinder

dan sel parenkimatik terdiri dari sel parenkim berisi butir pati.
Kurkuminoid

Struktur kurkuminoid temulawak

Temulawak mengandung fraksi kurkuminoid, pati, dan minyak atsiri. Fraksi pati
merupakan kandungan terbesar (48,18%-59,64%). Fraksi kurkuminoid 1,602,20%)
yang terdiri atas senyawa berwarna kuning kurkuminoid dan turunannya. Kandungan
kurkuminoid temulawak terdiri dari dua komponen, yaitu kurkumin dan desmetoksi
kurkumin. Minyak atsiri (6,0010,00%) yaitu isofuranogermaken, trisiklin, alloaromadendren, xanthorrizol. Kurkumin bersifat sukar larut dalam air, heksana, dan light
petroleum. Agak sukar larut dalam benzene, kliroform dan eter. Larut dalam alkohol
aseton dan asam asetat glasial.
Kandungan minyak atsiri, kamfer, glukosida, foluymetik karbinol. Dan kurkumin
yang terdapat pada rimpang tumbuhan ini bermanfaat sebagai acnevulgaris, disamping
sebagai anti inflamasi (anti radang) dan anti hepototoksik (anti keracunan empedu).
khasiat temulawak seperti sakit limpa, sakit ginjal, sakit pinggang, asma, sakit kepala,
masuk angin, maag, sakit perut, produksi asi, nafsu makan; sembelit, sakit cangkrang,
cacar air, sariawan, jerawat.
Sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaan tidak murni.
Biasanya senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan senyawa lain. Untuk
beberapa keperluan yang memerlukan bahan baku kimia dalam keaadaan murni, proses
pemisahan perlu dilakukan. Metode pemisahan adalah suatu cara yang digunakan untuk
memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau kelompok senyawa yang
mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala
laboratorium maupun skala industri. Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan
dengan berbagai metode. Metode pemisahan yang dipilih bergantung pada fase
komponen penyusun campuran.
Temulawak ( curcuma xanthorrhiza ) banyak ditemukan di hutan-hutan daerah
tropis. Temulawak juga berkembang biak di tanah tegalan sekitar pemukiman, terutama
pada tanah gembur, sehingga buah rimpangnya mudah berkembang menjadi besar.
Temulawak termasuk jenis tumbuh-tumbuhan herba yang batang pohonnya berbentuk
batang semu dan tingginya dapat mencapai 2 meter. Daunnya lebar dan pada setiap
helaian dihubungkan dengan pelapah dan tangkai daun yang agak panjang. Temulawak
mempunyai bunga yang berbentuk unik (bergerombol) dan berwarna kuning tua.
Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai bahan ramuan obat. Daerah tumbuhnya
selain di dataran rendaah juga dapat tumbuh baik sampai pada ketinggian tanah 1500
meter di atas permukaan laut.
Kurkuminoid dapat diisolasi dari Temulawak, kunyit atau beberapa tanaman lain
yang telah diketakui mengandung Kurkuminoid .Isolasi kurkuminoid dapat dilakukan

dengan berbagai metode dan variasi modifikasi. Kurkuminoid rimpang temulawak


adalah suatu zat yang terdiri dari campuran komponen senyawa yang bernama
kurkumin dan desmetoksi kurkumin, mempunyai warna kuning atau kuning jingga,
berbentuk serbuk dengan rasa sedikit pahit, larut dalam aseton, alkohol, asam asetat
glasial, dan alkali hidroksida. Kurkumin tidak larut dalam air dan dietileter.
Kurkuminoid mempunyai aroma khas tidak bersifat toksik. Kurkumin mempunyai
rumus molekul C21H20O6 (Bobot molekul = 368) sedangkan desmetoksi kurkumin
mempunyai rumus molekul C21H20O6 dengan bobot molekul 385.
Isolasi kurkumin dilakukan melalui beberapa tahap,tahap pertama ekstraksi
dengan metode refluks menggunakan pelarut pertroleum eter dan ampasnya diekstraksi
dengan metanol.kemudian ekstrak pekatnya dikromatografi kolom vakum yang dielusi
dengan campuran n-heksan, etil asetat dan metanol secara gradien. Fraksi yang
mengandung kurkuminoid dikromatografi kolom untuk memisahkan kurkumin dengan
adsorben silika gel dan eluen kloroform-asam asetat glasial (9:1).

METODE YANG DIGUNAKAN DALAM PRAKTIKUM


1) Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan pekat atau kering yang diperoleh dengan mengekstraksi
zat-zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan. Ekstraksi adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Seringkali
campuran bahan padat dan cair (misalnya bahan alami) tidak dapat atau sukar sekali
dipisahkan dengan metode pemisahan mekanis atau termis yang telah dibicarakan.
Misalnya saja, karena komponennya saling bercampur secara sangat erat, peka
terhadap panas, beda sifat-sifat fisiknya terlalu kecil, atau tersedia dalam
konsentrasi yang terlalu rendah (Suparni, 2009).
Ektraksi dapat dilakukan pada daun teh agar dapat menentukan kadar
kafeinnya. Ekstraksi sendiri adalah pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
pembagian sebuah zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk
mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut yang lain. Dalam

melakukan ekstraksi bisa dilakukan dengan tiga metode dasar pada ektraksi cair
yaitu ekstraksi bertahap (batch), ekstraksi kontinyu, dan ekstraksi counter current.
Dalam ekstraksi sering menggunakan hukum distribusi Nerst dalam
analisisnya. Hukum Distribusi Nernst ini menyatakan bahwa solut akan
mendistribusikan diri di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur, sehingga
setelah kesetimbangan distribusi tercapai, perbandingan konsentrasi solut di dalam
kedua fasa pelarut pada suhu konstan akan merupakan suatu tetapan, yang disebut
koefisien distribusi (KD), jika di dalam kedua fasa pelarut tidak terjadi reaksi-reaksi
apapun. Aplikasi ektraksi dalam industri seperti ektraksi phenol dari larutan coal
tar. Selain itu, ektraksi digunakan sebagai operasi komplementer.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRAKSI
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ekstraksi, diantaranya :
1) Suhu dan Kelarutan
Bahan yang diekstraksi biasanya akan meningkat dengan meningkatnya
suhu, sehingga diperoleh laju ekstraksi yang tinggi. Pada beberapa kasus,
batas atas untuk suhu operasi ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah perlunya menghindari reaksi samping yang tidak diinginkan.
2) Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas bidang kontak antara
padatan dan solven, serta semakin pendek jalur difusinya, yang menjadikan
laju transfer massa semakin tinggi.
3) Faktor solven
Kafein biasanya diisolasi dengan ekstraksi menggunakan solven
organik, dan kondisi ekstraksi (solven, suhu, waktu, pH, dan rasio komposisi
solven dengan bahan) dapat mempengaruhi efisiensi ekstraksi kafein.
Ekstraksi dapat dilakukan berbagai cara, yaitu :
a) Ekstraksi padat-cair (Leaching) adalah transfer difusi komponen terlarut
dari padatan inert kedalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang
bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke
keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi
dilakukan

jika

pengekstrak.

bahan

yang

dimaksud

larutnya

dalam

solvent

b) Ekstraksi cair-cair adalah suatu proses transfer massa zat terlarut (solut)
diantara 2 pelarut yang tidak saling campur. Zat yang diekstraksi
terdapat di dalam campuran berbentuk cair. Tujuan utama ekstraksi
pelarut adalah purifikasi. Purifikasi dapat terjadi jika solut memiliki
koefisien partisi besar sedangkan pengotor memiliki koefisien partisi
yang lebih rendah. Kegunaan lainnya untuk pemisahan dua senyawa atau
lebih berdasarkan koefisien distribusinya, hal ini terjadi jika dua
senyawa memiliki sifat kimia sangat berbeda.
2) Kromatografi
Dasar pemisahan yaitu didasarkan atas perbedaan kecepatan migrasi
komponennya atau senyawa-senyawa yang dibawa oleh fase gerak dan ditahan
secara selektif oleh fase diam, yang bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa
dengan waktu yang tidak terlalu lama. Metode kromatografi yang dipakai pada
pratikum ini antara lain :
a) Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan cara pemisahan zat yang cepat
dengan menggunakan bahan berbutir-butir (fase diam) yang ditempatkan
pada penyangga berupa pelat gelas/kaca, logam, atau lapisan lain yang
sesuai. Mekanisme pemisahannya yaitu adsorpsi dan partisi. Penilaian
kromatogram

berdasarkan

angka

Rf

pada

lempeng

KLT.

Jarak

pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan


angka Rf.
b) Kromatografi Kolom merupakan teknik kromatografi yang digunakan untuk
memisahan molekul berdasarkan perbedaan pola pergerakan antara fase
gerak dan fase diam untuk memisahkan komponen (berupa molekul) yang
berada pada larutan. Ditinjau dari mekanismenya kromatografi kolom
merupakan kromatografi serapan atau adsorbsi. Kromatografi kolom
digolongkan kedalam kromatografi cair-padat (KCP) kolom terbuka.
Fasa diam berupa adsorben yang tidak larut dalam fasa gerak, ukuran partikel
fasa diam harus seragam. Adanya pengotor dalam fasa diam dapat
menyebabkan adsorbsi tidak reversible. Sebagai fasa diam digunakan
alumina, silica gel, arang, bauksit, kalsium karbonant, bauksit, magnesium
karbonat, pati, talk, selulose, gula, tanah diatom.

Pengisian fasa diam ke dalam kolom dapat dilakukan dengan cara kering dan cara
basah. Pada cara basah fasa diam dibuat bubur dulu dengan pelarut yang akan
digunakan untuk fasa gerak, baru kemudian dimasukkan kedalam kolom. Fasa gerak
dalam kromatografi kolom dapat berupa pelarut tunggal atau campuran beberapa
pelarut dengan komposisi tertentu. Pelarut dapat polar atau non polar dengan berat
molekul kecil lebih cepat meninggalkan fasa diam. Keterbatasan kromatografi kolomterbuka klasik ialah pemisahan lambat; penjerapan linarut yang tidak bolak-bali; dan
tidak dapat dipakai jika partikel terlalu kecil. Kombinasi antara kromatografi kolom
kering dan kromatografi cair vakum memiliki kelebihan dimana laju pengelusian lebih
tinggi dan memperpendek waktu kontak linarut dengan penjerap.
Analisis rendemen dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
rendemen fraksi=

III.

berat fraksi
x 100
berat eksrak

ALAT DAN BAHAN


1) Ekstraksi
Alat :
- Labu alas bulat
- Kondensor
- Selang air
- Klem dan statif
- Kaki tiga
- Lampu spirtus
- Panci penaangas air
- Kertas saring
- Corong
- Kapas
- Erlenmeyer.
Bahan : serbuk temulawak, petroleum eter, methanol
2) KKV
Alat :
- Kolom
- Vakum
- Beaker glass
- Batang pengaduk
- Botol
Bahan : ekstrak temulawak, heksan, etil asetat, methanol
3) KLT

Alat :
- Bak kromatografi
- Beaker glass
- Kertas saring

- Lempeng KLT silika gel GF254


- Pipa kapiler
- Papan kromatografi

- Beaker glass
Bahan : ekstrak temulawak, fraksi, methanol, heksan, etil asetat, asam asetat

a. Ekstraksi secara refluks

b. Kromatografi lapis tipis

c. Kromatografi kolom

d. Fraksi setelah di KKV

Fraksi 1-5 sebelum diuapkan

Fraksi 1-5 setelah diuapkan

Fraksi 6-11 sebelum diuapkan

Fraksi 6-11 setelah diuapkan

IV.

CARA KERJA
1. Penyiapan Ekstrak
Ekstraksi serbuk rimpang temulawak 50 gsecara refluk dengan 100 ml pelarut
petroleum eter selama 1 jam

Setelah itu saring dan ampas dikeringkan

ekstraksi ampas secara refluk dengan metanol sebanyak 100 ml selama 2 jam.

Saring filtrat kemudian uapkan diatas tangas air pada suhu serendah mungkin
hingga bebas pelarut

Kemudian ambil sedikit dalam wadah vial kecil dan gunakan untuk pemeriksaan
KLT dengan tujuan mencari eluen yang terbaik untuk pemisahan selanjutnya

2. Pemisahan Komponen Senyawa Aktif Dengan KKV


Masukkan adsorben kedalam kolom dalam keadaan kering atau dibuat seperti
bubur dengan pelarut

Pengisian dilakukan demngan bantuan pengaduk untuk menampatkan adsorben


dan glass wool pada dasar kolom

Pengisian haarus dilakukan secara hati-hati sepadat mungkin agar rata sehingga
terhindar dari gelembung-gelembung udara

Masukkan ekstrak yang sudah dikeringkan dengan adsorben dengan hati-hati


keatas kolom kemudian elusi dengan n-hexan, etil asetat, methanol secara
gradien.

Dengan bantuan vakum, masing-masing eluat yang keluar ditampung dalam


wadah, kemudian uapkan

Lakukan identifikasi fraksi secara KLT dengan eluen yang cocok sehingga
diperoleh pemidahan yang baik

Fraksi yang mempunyai Rf sama dengan standar (kurkumin, kurkuminoid)


dikumpulkan

Pemisahan senyawa kurkumin dapat dilanjutkan dengan kromatografi kolom


atau secara kromatografi preparatif

V.

HASIL PERCOBAAN
1) Kromatografi Lapis Tipis
Fase Gerak
: CHCl3 : Etanol 95% : Asam Asetat Glasial = 94 : 5 : 4
Fase Diam
: Silika gel GF254
Deteksi 254 nm : Pada sampel : Peredaman warna ungu.
Pada Standar : peredaman warna ungu.

Deteksi UV 254 nm

Deteksi UV 366 nm

VI.

ANALISIS HASIL
1) Berat kaca arloji + Ekstrak
Berat kca arloji
Berat Ekstrak

= 42,594 gram
= 41,919 gram
= 0,665 gram

Tabel 1.Hasil Analisis Data Setiap Fraksi

No
.

Berat

Botol

Fraksi

Sesudah

Ekstra

Diuapkan

100,567

0,513

77,14 %

86,104

0,295

44,36 %

101,527

0,454

68,27 %

88,954

89,284

0,330

49,62 %

99,102

102,028

2,926

440 %

91,429

94,010

2,851

388,12 %

88,072

91,654

3,573

537,29 %

Berat
Fraksi

Botol
Kosong

Fraksi N-heksan

100,05

100 ml
Fraksi N-

heksan : Etil
Asetat = 8 : 2

% Rendemen
(

Berat

85,809

Berat Fraksi
x 100
Berat Ekstrak

dalam 50 ml
Fraksi N3

heksan : Etil

101,07

Asetat = 6 : 4

dalam 50 ml
Fraksi N4

heksan : Etil
Asetat = 4 : 6
dalam 50 ml
Fraksi N-

heksan : Etil
Asetat = 2 : 8
dalam 50 ml
Fraksi Etil Asetat
50 ml
Fraksi Etil Asetat
: Metanol = 8 : 2
dalam 50 ml
Fraksi Etil Asetat

: Metanol = 6 : 4

84,991

85,887

0,896

134,73 %

dalam 50 ml
Fraksi Etil Asetat

88,347

89,418

1,071

161,05 %

: Metanol = 4 : 6
dalam 50 ml
Fraksi Etil Asetat
10

11

: Metanol = 2 : 8
dalam 50 ml
Fraksi Metanol
100 ml

83,931

86,774

2,843

427,51 %

99,306

103,600

4,294

645,71 %

Tabel 2. Perhitungan Rf dari Setiap Fraksi, Sampel, dan Standar


1) Rf Standar Kurkumin
1,7
A=
=0,226 0,23
7,5
B=

2,9
=0,386 0,39
7,5

2) Rf Fraksi N-heksan (Sampel)


A=

2
=0,266 0,27
7,5

D=

6,1
=0,813 0,81
7,5

B=

2,9
=0,386 0,39
7,5

E=

6,7
=0,893 0,89
7,5

C=

5,2
=0,693 0,69
7,5

F=

7,2
=0,96
7,5

3) Rf Fraksi N-heksan 100 ml


Tidak mengalami elusi
4) Rf Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 8 : 2 dalam 50 ml
A=

6
=0,80
7,5

B=

6,9
=0,92
7,5

5) Rf Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 6 : 4 dalam 50 ml


A=

1,9
=0,253 0,25
7,5

B=

C=

6
=0,80
7,5

6,8
=0,906 0,91
7,5

6) Rf Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 4 : 6 dalam 50 ml


A=

1,9
=0,253 0,25
7,5

7) Rf Fraksi N-heksan : Etil Asetat = 2 : 8 dalam 50 ml


0,7
A=
=0,093 0,09
7,5
B=

1,6
=0,213 0,21
7,5

C=

1,9
=0,253 0,25
7,5

D=

2,7
=0,36
7,5

8) Rf Fraksi Etil Asetat 50 ml


A=

1,5
=0,20
7,5

B=

1,9
=0,253 0,25
7,5

C=

2,7
=0,36
7,5

9) Rf Fraksi Etil Asetat : Metanol = 8 : 2 dalam 50 ml


Tidak mengalami elusi
10) Rf Fraksi Etil Asetat : Metanol = 6 : 4 dalam 50 ml
A=

1,0
=0,13
7,5
B=

1,8
=0,24
7,5

C=

2,8
=0,373 0,37
7,5

11) Rf Fraksi Etil Asetat : Metanol = 4 : 6 dalam 50 ml


A=

1,8
=0,24
7,5

B=

2,5
=0,33
7,5

12) Rf Fraksi Etil Asetat : Metanol = 2 : 8 dalam 50 ml


1,8
A=
=0,24
7,5
13) Rf Fraksi Metanol 100 ml
Tidak mengalami elusi
VII.

PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pemisahan dan identifikasi fraksi

kurkumoid dari rimpang temulawak secara kromatografi kolom.Dalam percobaan ini


dilakukan pemisahan komponen-komponen senyawa kimia dengan kromatografi kolom
vakum ,kemudian dilanjutkan dengan Identifikasi senyawa secara kromatografi lapis
tipis.Pada percobaan ini dilakukan pembacaan noda pada kromatografi lapis tipis dengan
panjang gelombang pada UV 254 nm,lempeng akan berfluoresensi sedangkan sample akan
tampak berwarna gelap. Penampakan noda pada lampu UV 254 nm adalah karena adanya
daya interaksi antara sinar UV dengan indicator fuoresensi yang terdapat pada lempeng
fluoresensi cahaya yang tampak merupakan amisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen
tersebut ketika electron yang teeksitasi dari tingkat enrgi dasar ke tingkat energi yang lebih
tinggi kemudian kembali ke keadaan semula sambil melepaskan energi.Setelah dilakukan
identifikasi fraksi secara KLT (Kromatografi Lapis Tipis) dengan eluen yang cocok sehingga
diperoleh pemindahan yang baik pada sampel.Pada percobaan ini dilakukan identifikasi
senyawa dengan KLT menggunakan Fase Gerak CHCl3 : Etanol 95% : Asam Asetat Glasial =
94 : 5 : 4,Fase Diam Silika gel GF254.Identifikasi ini untuk menentukan nilai Rf dari masingmasing fraksi untuk dibandingkan dengan nilai Rf dari standar Kurkuminod.Dimana nilai Rf
dari elusi masing-masing fraksi yang sama atau mendekati dengan nilai Rf dari standar maka
fraksi tersebut dikatakan mengandung senyawa Kurkuminoid .
Dari pemeriksaan KLT tersebut dilakukan identifikasi dengan menggunakan beberapa
tingkat konsentrasi pelarut dengan masing-masing perbandingan yang berbeda seperti yang
tercantum pada tabel hasil di atas,serta diperoleh dua elusi dengan nilai Rf pada standard
Kurkuminoid sebesar 0,23 dan 0,39 .Dari semua hasil data nilai Rf diatas nilai Rf pada
Fraksi N-heksan (Sampel) elusi B sebesar 0,39.begitu pula pada Rf Fraksi N-heksan : Etil
Asetat = 4 : 6 dalam 50 ml diperolah nilai Rf sebesar 0,25.dimana nilai ini mendekati Rf
standar dari kurkuminoid.Berdasarkan hasil tersebut,nilai Rf eluen yang mendekati standar

adalah pada pelarut yang bersifat polar.Hal ini dikarenakan senyawa Kurkuminod elusinya
lebih mendekati pelarut polara dari pada non polar.

VIII.

IX.

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
Fransiska Leviana.,M.Sc.,Apt.,Mamik Ponco Rahayu.,M.Si.,Apt. 2014. Petunjuk
Praktikum Fitokimia S1 Farmasi. Fakultas Farmasi. Universitas Setia Budi.
Surakarta.
https://hadyherbs.wordpress.com/2011/12/05/kurkumin-dari-rimpang-temulawak/
https://www.google.com/search?
q=temulawak&biw=1366&bih=657&source=lnms&sa=X&ei=vc96VJCWJMWLu
wSe9YJQ&sqi=2&pjf=1&ved+0CAsQ_AUoAA&dpr=1#q=klasifikasi+temulawa
k

Anda mungkin juga menyukai