Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI 2

UJI AKTIVITAS MUKOLITIK SECARA IN VITRO

DOSEN PEMBIMBING PRAKTIKUM : RATNA WIDYASARI, M.FARM-


KLIN., APT (K)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK C3 (2)
1. NUR INTAN SARI 209693
2. NURUL FADILAH 209696
3. OKVIANTY CELICA 209699

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
AKADEMI FARMASI YARSI
PONTIANAK 2022
PERCOBAAN 1

UJI AKTIVITAS MUKOLITIK SECARA IN VITRO

I. Tujuan Praktikum

Mahasiswa diharapkan dapat terampil bekerja pada percobaan uji mukolitik secara in
vitro dengan baik

II. Dasar Teori

Mukolitik (mucolytic) adalah suatu jenis obat yang digunakan untuk mengencerkan mukus
(dahak) yang kental sehingga mudah dikeluarkan. Obat ini bekerja dengan cara melepas
ikatan gugus sulfidril pada mucoprotein dan mukopolisakarida sehingga menurunkan
viskositas mucus. Sebagai hasil akhir, dahak tidak lagi bersifat kental dan dengan begitu
mudah dikeluarkan dari tenggorokan sehingga membuat saluran nafas bebas dari dahak.
Maka dari itu praktikum ini dilakukan guna untuk mengetahui uji aktivitas mukolitik pada
hewan uji mencit.

Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh disaluran pernapasan dan merupakan gejala
suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi ditenggorokan karena adanya lendir,
makanan, debu, asap, dan sebagainya. Untuk meringankan dan mengurangi frekuensi batuk
diberikan terapi simptomatik dengan obat-obat pereda batuk. Salah satunya adalah mukolitik
yang dapat membantu mengurangi kekentalan dahak sehingga mudah dikeluarkan. Mukolitik
adalah obat yang digunakan dalam obat batuk yang bekerja dengan cara mengurangi
kekentalan lendir. Mukolitik mampu memutus ikatan disulfida dan berpotensi mengurangi
viskositas mucus. Air dan larutan garam isotonis juga merupakan obat yang bekerja
mukolitik. Obat mukolitik yang biasa digunakan dalam obat batuk ialah asetilsistein dan
karboksimetilsisten. Obat batuk yang mengandung asetilsistein atau karboksimetilsistein,
didapat dengan resep dokter. Selain itu, obat batuk juga sering mengandung zat antihistamin.
Mucus diproduksi oleh saluran pernafasan yang merupakan cairan kompleks berupa selaput
gel mukoprotein dan mukopolisakarida. Komposisi mukus adalah 95% air dan 5%
glikoprotein. Komposisi mukus intestinal mamalia adalah 97,5% air, 0,8% protein, 0,73%
substansi organik lain dan 0,88% garam organik.
Batuk sendiri dapat dibedakan  atas dua jenis, yaitu Batuk akut dan batuk kronis. Batuk akut
adalah batuk yang berlangsung kurang dari 14 hari, serta dalam 1 episode. Bila batuk telah
lebih dari 14 hari, atau terjadi dalam 3 episode selama 3 bulan berturut-turut, maka disebut
batuk kronis berulang.

Menurut tjay, batuk dibedakan atas 2 jenis, yaitu : (Tjay, 2015)

1. Batuk produktif, merupakan suatu mekanisme dengan fungsi mengeluarkan zat asing
(kuman, debu, dan sebagainya) dan dahak dari batang tenggorokan. Untuk meringankan dan
mengurangi batuk umumnya dilakukan terapi simtomatis dengan obat batuk (antitusif) yaitu
zat pelunak, ekspektoran, mukolitik.

2. Batuk non-produktif,  bersifat kering, tanpa adanya dahak, misalnya pada batuk rejan
(pertussis, kinkhoest) atau juga karna pengeluarannya memang tidak mungkin, seperti tumor.
Batuk menggelitik ini tidak ada manfaatnya, menjengkelkan dan sering kali mengganggu
tidur (Tjay, 2015)

Batuk terjadi secara reflektoris karna rangsangan pada reseptor batuk yang dialirkan melalui
serabut aferen (serat sensorik) ke pusat batuk dan kemudian diteruskan ke serabut aferen
(serat motorik). Reseptor batuk terutama terdapat pada saluran nafas. Rangsangan yang dapat
mencetuskan terjadinya refleks batuk dapat berasal dari dalam paru, seperti inflamasi (edema
mukosa dengan sekret trakeabronkus), alergi zat kimia dan termal, seperti asap rokok, gas
iritan, dan udara yang sangat panas atau sangat dingin juga rangsangan mekanik (kompresi
saluran nafas seperti tumor). Kelemahan dari refleks batuk dapat menimbulkan komplikasi
pada paru, seperti atelektatis obstruksi, dan aspirasi pneumonia. Mekanisme batuk
memerlukan adanya penutupan glotis dan peningkatan  tekanan intratoraks (sebagai elemen
eksplosif). Jika terdapat kelumpuhan pita suara, elemen eksplosif batuk tidak terjadi dan
keadaan seperti ini disebut sebagai bovine cough.

Obat-obat yang digunakan untuk mengobati batuk

1. Antitussiva (L tussif = batuk) digunakan untuk pengobatan batuk sebagai gejala dan dapat
dibagi dalam sejumlah kelompok dengan mekanisme kerja yang sangat beraneka ragam,
yaitu : (Tjay, 2015)

a. Zat pelunak batuk (emolliensia Lmollis = lunak), yang memperlunak rangsangan


batuk, melumas tenggorokan agar tidak kering dan melunakkan mukosa yang teriritasi.
Untuk tujuan ini banyak digunakan sirop (Thymi dan Altheae). Zat-zat lendir (Infus
carrageen) dan gula-gula seperti drop (akar manis, succus liquiritiae), permen, pastilles,
hisap (memperbanyak sekresi ludah) dan sebagainya.

b. Ekspektoransia (L.ex = keluar; prectus = dada) minyak terbang, guatikol, radix lpeca
(dalam tablet/pulvis Doveri)dan amoniumklorida (dalam obat batuk hitam). Zat-zat ini
memperbanyak produksi dahak (encer) dan dengan demikian mengurangi kekentalannya,
sehingga mempermudah pengeluarannya melalui batuk. Mekanisme kerjanya adalah
merangsang reseptor-reseptor di mukosa lambung yang kemudian meningkatkan kegiatan
kelenjar sekresi dari saluran lambung-usus dan sebagai refleks memperbanyak sekresi dari
kelenjar yang berada di saluran pernafasan. Diperkirakan bahwa kegiatan ekspektoransia
juga dapat dipicu dengan meminum banyak air.

c. Mukolitika : asetisistein, mesna, bronheksin,dan ambroxol. Zat-zat ini berefek


merombak dan melarutkan dahak (L. Mucus = lendir, lusis = melarutkan) sehingga
viskositasnya dikurangi dan pengeluarannya dipermudah. Lendir memiliki gugus sulfihidril
(-SH) yang saling mengikat makromolekulnya. Senyawa-sistein dan mesna efektif membuka
jembatan disulfida ini. Bromheksin dan ambroxol bekerja dengan memutuskan serat-serat
(rantai panjang) dari mukopolisakarida. Mukolitika digunakan dengan efektif pada batuk
dengan dahak yang kental sekali, seperti pada bronchitis, emfisema dan mucoviscidosis
(cystic fibrosis). Tetapi pada umumnya zat-zat ini tidak berguna bila gerakan bulu getar
terganggu seperti pada perokok atau akibat infeksi.

2. Codein merupakan terapi emas untuk penekan batuk karna riwayat ketersediaan dan
penggunaannya yang panjang. Codein menurunkan sensivitas pusat batuk dalam sistem saraf
pusat terhadap stimulus perifer dan menurunkan sekresi mukosa. Efek terapeutik ini terjadi
dalam dosis yang lebih rendah dibanding yang diperlukan analgesia, tetapi masih
mendatangkan efek samping yang lazim, seperti konstipasi, disforia, dan kelelahan, ditambah
potensi kecanduannya.

Albumin adalah protein paling banyak di putih telur ayam. Diklasifikasikan sebagai
phosphoglycoprotein, selama penyimpanan, diubah menjadi s-ovalbumin (5% pada saat
peletakan) dan dapat mencapai 80% setelah enam bulan penyimpanan dingin. Larutan
ovalbumin tahan panas. Suhu denaturasi sekitar 84°C, namun dapat dengan mudah
didenaturasi pada temperatur 62°C dan dengan tekanan fisik, terdiri dari 4 lapisan, lapisan
terdalam paling encer disebut chalazaferous, lapisan kental encer dalam, lapisan kental luar,
dan lapisan encer luar. Berdasarkan fisikokimia itulah putih telur dipilih sebagai media uji
aktivitas mukolitik.
III. Alat dan Bahan

Alat:

1. Timbangan analitik

2. Beker glass

3. Labu ukur

4. Batang pengaduk

5. Cawan penguap

6. Mortir dan stamper

7. Viskometer brookfield

Bahan:

1. Putih telur bebek

2. Aquades

3. Asetilsistein 200mg

4. Sirup ambroksol 1% (15 mg ambroksol HCL dalam 5 ml sirup)

PERHITUNGAN DOSIS DAN PENIMBANGAN BAHAN

 Na CMC 0,5%

0,5 gram x 100 ml = 0,5 gram / 100 ml

100 ml

 0,5mg /100 ml

Air korpus = 10 x berat Na.cmc yang ditimbang

= 10 x 0,5 g

= 5 ml
IV. Cara Kerja

Sampel

-Disiapkan telut ayam terlebih dahulu


-Dipecahkan lalu dipisahkan putih telur dan kuning telur
-Dibuat larutan uji 1 : 1
Kel 1 (100ml putih telur + aquades 100ml)
Kel 2 (100ml putih telur + Na CMC 0,5% 100ml)
Kel 3 (100ml putih telur + asetilsistein 0,2% 100ml)
Kel 4 (100ml putih telur + sirup ambroksol 1% 100ml)
-Diukur viskositasnya interval 0,3 dan 60’
-Dihitung % efek mukolitiknya

Hasil

% efek mukolitik = 100 – viskositas sampel


viskositas kontrol negatif x 100%

Perhitungan
 % Efek Mukolitik = 100 – Vis sampel x 100 %

Vis control

 % efek mukolitik kelompok (3) Asetilsistein


 Menit 0 = 100 - 20 x 100 %

= 100 – 0 % = 100 %
 Menit 30 = 100 – 20 x 100 %
0

= 100 – 0 % = 100 %
 Menit 60 = 100 – 0 x 100 %

= 100 – 0 % = 100 %

 Rata – rata = 100 % + 100 % + 100 % = 100 %

 % efek mukolitik kelompok (4) Ambroksol


 Memit 0 = 100 - 20 x 100 %

=100 – 0 = 100 %
 Menit 30 = 100 – 10 x 100 %

=100 – 0 = 100 %
 Menit 60 = 100 – 0 x 100 %

=100 – 0 % = 100 %
 Rata – rata = 100 % + 100 % + 100 % = 100%

V. Hasil Pengamatan

HASIL PRAKTIKUM TABEL HASIL SKALAPENGUKURAN VISKOSITAS

Kelompok Pengukuran
Menit 0 menit 30 menit 60
Kelompok 1 2 0,5 0
Kelompok 2 0 0 0,5
Kelompok 3 2 2 0
Kelompok 4 2 1 0

TABEL HASIL PENGUKURAN VISKOSITAS


Kelompok Pengukuran
Menit 0 menit 30 menit 60
Kelompok 1 2 0,5 0
Kelompok 2 0 0 0,5
Kelompok 3 2 2 0
Kelompok 4 2 1 0

TABEL HASIL PENGUKURAN % EFEK MUKOLITIK


Kelompok % Mukolitik

Menit 0 Menit 30 Menit 60

Kelompok 1 - - -

Kelompok 2 - - -

Kelompok 3 100% 100% 100%

Kelompok 4 100% 100% 100%

Perhitungan
 % Efek Mukolitik = 100 – Vis sampel x 100 %
Vis control

 % efek mukolitik kelompok (3) Asetilsistein


 Menit 0 = 100 - 20 x 100 %
0
= 100 – 0 % = 100 %
 Menit 30 = 100 – 20 x 100 %
0
= 100 – 0 % = 100 %
 Menit 60 = 100 – 0 x 100 %
5
= 100 – 0 % = 100 %
 Rata – rata = 100 % + 100 % + 100 % = 100 %
3

 % efek mukolitik kelompok (4) Ambroksol


 Memit 0 = 100 - 20 x 100 %
0
=100 – 0 = 100 %
 Menit 30 = 100 – 10 x 100 %
0
=100 – 0 = 100 %
 Menit 60 = 100 – 0 x 100 %
5
=100 – 0 % = 100 %
 Rata – rata = 100 % + 100 % + 100 % = 100%
3

VI. Pembahasan
Pada uji percobaan kali ini kami melakukan uji aktivitas mukolitik dilakukan dengan
menggunakan viskometer Brookfield. Putih telur diencerkan dengan Na CMC.

Pada percobaan mengenai aktivitas mukolitik ini bertujuan untuk melihat seberapa efektif
suatu obat mukolitik dalam hal ini menurunkan viskositas suatu lendir. mukolitik
merupakan obat yang dapat mengencerkan sekret saluran napas dengan jalan memecah
benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum.

Alat yang dibutuhkan pada percobaan ini yaitu timbangan analitik, beaker glass, labu ukur,
batang pengaduk, cawan penguap, mortir dan stamper, viskometer brookfield. Sedangkan
bahan yang diperlukan yaitu putih telur bebek, aquadest, asetilsistein 200mg, sirup
ambroksol 1% (15mg ambroksol HCl dalam 5ml sirup). Adapun prosedur percobaannya
yaitu siapkan alat dan bahan, selanjutnya pecahkan telur (pisahkan putih telurnya) dan
dimasukkan ke dalam gelas ukur. Kemudian dimasukkan Na CMC 100ml.

Dalam percobaan ini yang digunakan adalah putih telur bebek karena viskositasnya sama
dengan lendir yang dihasilkan manusia. Putih telur yang telah dicampur dengan Na CMC di
viskometer brookfield selama 1 menit, kemudian diamati kekentalannya sebelum dan
sesudah.

Hasil yang diperoleh setelah di viskometer brookfield 1 menit yaitu putih telur lebih encer
bila dibandingkan sebelum penambahan Na CMC. Jadi dapat diketahui bahwa obat Na CMC
dapat mengencerkan dahak.

Adapun faktor kesalahan pada percobaan ini yaitu pengukuran viskositasnya buruk
dikarenakan hasilnya 0,5. Kekentalannya dianggap buruk, karena dianggap baik jika
pengukuran viskositasnya tidak tinggi, semakin tinggi nilai viskositasnya dinyatakan buruk.

VII. Kesimpulan

Mukolitik yaitu obat yang dapat mengencerkan sekret saluran napas dengan jalan memecah
benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum. Pada percobaan ini
menggunakan obat Na CMC kemudian dicampur dengan putih telur dan diviskometer
brookfield hingga 1 menit. Setelah 60 menit hasil akhir yang didapat yaitu putih telur yang
sudah diaduk dengan obat Na CMC lebih encer dibandingkan sebelumnya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa obat Na CMC dapat mengencerkan dahak.

VIII. Daftar Pustaka

Bakta, Made. 1999. Gawat darurat di bidang penyakit dalam. PT buku kedokteran EGC :
Jakarta

Djojodibroto, Darmanto. 2009. Respirologi (respiratory medicine). Penerbit buku


kedokteran: Jakarta

Harvey, Richard A. 2016. Farmakologi ulasan bergambar. Penerbit buku kedokteran :


Jakarta

Ikatan Apoteker Indonesia. 2017. Informasi Spesialite Obat Indonesia. PT. ISFI Penerbitan :
Jakarta

Pribadi Gutama.2008. Penggunaan Mencit dan Tikus Sebagai Hewan Model Penelitian
Nikotin.Institut Pertanian Bogor : Bogor

Staf pengajar departemen farmakologi. 2009. Kumpulan kuliah farmakologi. Penerbit buku
kedokteran : Jakarta
IX. Pertanyaan

1) Apa yang dimaksud dengan viskositas, jelaskan?

2) Zat menurut sifat alirnya dibagi menjadi berapa macam, jelaskan?

Jawaban :

1) Viskositas adalah ukuran resistensi fluida yang mengalir. Ini menggambarkan


gesekan internal fluida bergerak. Cairan dengan viskositas besar menahan gerakan
dengan kuat karena susunan molekulnya memberikannya banyak gesekan internal.
Cairan dengan viskositas rendah mengalir dengan mudah karena susunan
molekulnya menghasilkan sedikit gesekan saat bergerak.

2) Sifat suatu zat dibedakan menjadi dua, yaitu secara fisika dan kimia.

Sifat Fisika Zat

Sifat fisika suatu zat berkaitan dengan penampilan atau keadaan fisis zat tersebut, di
antaranya:

1. Wujud zat

Masih ingat dengan percobaan di atas? Dari percobaan di atas tadi kita jadi tahu ya kalau
wujud suatu zat terbagi menjadi tiga, yaitu padat, cair, dan gas. Nah, wujud zat juga dapat
berubah ke wujud lain. Apa aja sih bentukperubahannya? Eits! Tahan dulu ya. Kita akan
membahasnya di bagian perubahan bentuk zat. Jadi, pastikan kamu membaca artikel ini
sampai tuntas.

2. Warna

Warna merupakan salah satu sifat fisika yang dapat kamu amati secara langsung, nih. Setiap
zat memiliki warna yang berbeda-beda. Bahkan, warna bisa menjadi faktor yang digunakan
untuk membedakan antara zat satu dengan zat yang lainnya. Contohnya, batu bara berwarna
hitam, kayu berwarna coklat, besi berwarna abu-abu keperakan, dan masih banyak lagi.

3. Kelarutan

Kelarutan adalah kemampuan suatu zat untuk larut dalam pelarut. Air merupakan pelarut
untuk zat-zat terlarut. Apakah semua zat dapat larut? Jawabannya, enggak. Kita ambil dua
contoh kasus, misalkan ada dua gelas berisi air. Gelas pertama, kamu campur dengan garam,
sedangkan gelas kedua kamu campur dengan minyak. Lalu, aduk dan lihat perbedaannya.
Hasilnya, garam pada gelas pertama lama kelamaan akan hilang karena larut dengan air.
Sementara itu, minyak pada gelas kedua tidak dapat larut dengan air, sehingga membentuk
dua lapisan terpisah.

4. Daya hantar listrik

Suatu zat atau benda digolongkan menjadi dua berdasarkan kemampuannya dalam menghantarkan
listrik, yaitu konduktor dan isolator. Benda yang dapat menghantarkan listrik dengan baik
disebut konduktor. Contohnya benda-benda yang terbuat dari logam, seperti besi,
alumunium, tembaga, kawat, dsb.

Sementara itu, benda yang tidak dapat menghantarkan listrik disebut isolator. Contohnya, benda-
benda non-logam, seperti kain, plastik, karet, kayu, dsb.

5. Kemagnetan

Berdasarkan sifat kemagnetannya, benda juga digolongkan menjadi dua, yaitu benda magnetik dan
benda non-magnetik. Benda magnetik adalah benda yang dapat ditarik oleh magnet,
sedangkan benda non-magnetik adalah benda yang tidak dapat ditarik oleh magnet.
Umumnya, benda-benda logam akan memiliki sifat magnetik dan kebalikannya, benda non-
logam akan memiliki sifat non- magnetik.

Sifat Kimia Zat

Sifat kimia suatu zat berkaitan dengan perubahan kimia yang dialami oleh zat tersebut, antara lain:

1. Mudah terbakar

Coba sebutkan benda apa aja yang memiliki sifat mudah terbakar? Kertas, kayu, kain, bensin,
minyak tanah, gas elpiji, dan masih banyak lagi, ya. Umumnya, benda-benda tersebut
terbakar karena adanya interaksi langsung dengan api. Bahan-bahan yang mudah terbakar
merupakan bahan yang mudah bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran.
Bahkan, jika reaksi kebakaran yang ditimbulkan amat cepat, hal ini dapat menyebabkan
ledakan, loh.

2. Berkarat

Reaksi antara logam dengan air dan oksigen dapat menimbulkan karat pada logam tersebut. Oleh
karena itu, sesuatu yang terbuat dari logam, seperti besi dan seng akan mudah berkarat bila
terkena air dan udara pada waktu yang cukup lama. Contohnya pada pagar besi. Siapa yang
pagar rumahnya terbuat dari besi? Kalau kamu perhatikan, seiring waktu, pagar itu akan
berkarat. Nah, biasanya, pagar besi selalu dilapisi cat untuk memperlambat proses
pengaratan.

3. Mudah meledak

Interaksi antara zat yang mudah meledak dengan udara, api, atau cahaya matahari dapat
menimbulkan ledakan. Pernah nggak kamu membaca peringatan “simpan di tempat yang
terhindar dari sinar matahari” pada kemasan botol parfum? Hayo, kira-kira apa alasannya,
ya? Ternyata, parfum yang seringkamu pakai itu mengandung bahan kimia yang mudah
terbakar, lho. Jadi, harus disimpan pada suhu ruangan yang rendah. Jika terlalu banyak
terkena sinar matahari, hati-hati, botol parfum bisa meledak.

4. Beracun

Beberapa zat bisa berubah menjadi sangat beracun ketika mengalami reaksi kimia tertentu.
Contohnya adalah gas karbon monoksida (CO). Gas ini dihasilkan dari pembakaran tidak
sempurna dari atom karbon. Gas karbon monoksida sulit sekali dideteksi karena wujudnya
yang tidak berwarna dan tidak berbau. Apabila seseorang menghirup gas karbon monoksida,
maka akan menyebabkan aliran oksigen dalam darah tidak lancar, gagal bernafas, hingga
kematian.

X. Lampiran

Kelompok 1 Na CMC 0,5%


KELOMPOK 2 GLIBENKLAMID

KELOMPOK 3 ACARBOSE

KELOMPOK 4 METFORMIN
HASIL PENGAMATAN Bahan Kelompok 1 Na CMC 0,5%
PERHITUNGAN BAHAN KELOMPOK 2 GLIBENKLAMID

Anda mungkin juga menyukai