SALURAN PENCERNAAN
DISENTRI
DISUSUN OLEH
KELOMPOK C-I FKK 2
Eko Sarwono
17113215A
Nining Anugrah WS
18123421A
Aina Kurnia JS
18123431A
Yeni Andani
18123437A
18123438A
18123439A
DOSEN PENGAMPU
Inaratul RH., M.Sc., Apt
Hari, tanggal praktikum : Rabu, 7 Oktober 2015
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2015
I.
PENDAHULUAN
A. Definisi
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron(usus), yang
berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air besar dengan
tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur
lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus). Disentri merupakan peradangan
pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus
menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah.
Disentri adalah penyakit pencernaan berupa infeksi usus atau radang usus yang
disebabkan oleh bakteri, yang menyebabkan diare yang cukup parah.
B.
Epidemiologi
Di Amerika serikat, insiden disentri amoeba mencapai 1-5 % sedangkan disentri
basiler dilaporkan kurang dari 500.000kasus tiap tahunnya. Sedangkan kejadian disentri
amoeba di Indonesia sampai saat ini masih belum ada, akan tetapi untuk disentri basiler
dilaporkan 5% dari 3848 orang penderita diare berat menderita disentri basiler.
Di dunia sekurangnya 200 juta kasus dan 650.000 kematian terjadi akibat disentri basiler
pada anak-anak dibawah usia 5 tahun. Kebanyakan kuman penyebab disentri basiler
ditemukan di Negara berkembang dengan kesehatan lingkungan yang masih kurang. Disentri
amoeba hampir menyebar di seluruh dunia terutama di Negara yang berkembang yang berada
didaerah tropis. Hal ini dikarenakan faktor kepadatan penduduk, hygiene individu, sanitasi
lingkungan dan keadaan sosial ekonomi serta cultural yang menunjang. Penyakit ini biasa
menyerang anak dengan usia lebih dari 5 tahun. Spesies Entamoeba menyerang 10% populasi
di dunia. Prevalensi yang tinggi mencapai 50% di Asia, Afrika, dan Amerika selatan.
Sedangkan pada Shigella di Amerika serikat menyerang 150.000 kasus dan di Negara-negara
yang berkembang Shigella flexeneri dan S. dysentriae menyebabkan 600.000 kematian per
tahun. Infeksiamuba(amubiasis)menempatiurutanke3penyebabkematiankarenainfeksi
parasit di dunia setelah malaria dan schistosomiasis. Amubiasis terjadi pada sekitar 12%
penduduk dunia atau 50% penduduk di daerah tropis dan subtropis. Diperkirakan angka
kematian40.000100.000terjadipada4050jutapasienamubiasistiaptahun.Kejadianitu
seperti fenomena gunung es karena hanya I020% pasien amubiasis memberikan gejala
klinis.InsidensamubiasistinggidinegaraberkembangantaralainMeksiko,AfrikaSelatan
danBarat,AmerikaSelatandanTengah,Bangladesh,Thailand,IndiasertaVietnam.
C.
Klasifikasi
Berdasarkanpenyebabnyadisentridapatdibedakanmenjadidua:
lubang ).
Disentri basiler, penyebabnya adalah bakteri
Faktor Resiko
Disentri basiler ini umumnya terjadi ditempat-tempat dimana sanitasi lingkungan dan
kebersihan perorangan rendah seperti di penjara, tempat penitipan anak, panti asuhan, rumah
sakit jiwa dan pada tempat pengungsi yang padat. Shigellosis endemis pada daerah iklim
tropis maupun iklim sedang, kasus-kasus yang dilaporkan hanyalah sebagian kecil saja dari
kasus, yang sebenarnya terjadi.
Entamoeba histolytica tersebar sangat luas di dunia. Penularan umumnya terjadi
karena makanan atau minuman yang tercemar oleh kista ameba. Penularan tidak terjadi
melaluibentuktrofozoit,sebabbentukiniakanrusakolehasamlambung.KistaEntamoeba
histolyticamampubertahanditanahyanglembabselama812hari,diair930hari,dandiair
dingin(4C)dapatbertahanhingga3bulan.Kistaakancepatrusakolehpengeringandan
pemanasan50C.
II.
PATOFISIOLOGI
Transmisi : fecal-oral, melalui : makanan / air yang terkontaminasi, kontak dari orang
ke orang.
Disentri basiler
Shigella dan EIEC
MO --> kolonisasi di ileum terminalis/kolon, terutama kolon distal invasi ke sel epitel
mukosa usus --> multiplikasi --> penyebaran intrasel dan intersel --> produksi enterotoksin
--> cAMP --> hipersekresi usus (diare cair, diare sekresi).--> produksi eksotoksin (Shiga
toxin) --> sitotoksik --> infiltrasi sel radang --> nekrosis sel epitel mukosa --> ulkus-ulkus
kecil --> eritrosit dan plasma keluar ke lumen usus --> tinja bercampur darah.--> invasi ke
lamina propia --> bakteremia (terutama pada infeksi S.dysenteriae serotype 1)
Salmonella
MO --> kolonisasi di jejunum/ileum/kolon --> invasi ke sel epitel mukosa usus -->
invasi ke lamina propia --> infiltrasi sel-sel radang --> sintesis Prostaglandin --> produksi
heat-labile cholera-like enterotoksin --> invasi ke Plak Peyeri --> penyebaran ke KGB
mesenterium -->hipertrofi --> penurunan aliran darah ke mukosa --> nekrosis mukosa -->
ulkus menggaung --> eritrosit dan plasma keluar ke lumen --> tinja bercampur darah.
Campylobacter jejuni
MO --> kolonisasi di jejunum/ileum/kolon --> invasi ke sel epitel mukosa usus -->
invasi ke lamina propia --> infiltrasi sel-sel radang --> Prostaglandin --> produksi heat-stabile
cholera-like enterotoksin --> produksi sitotoksin --> nekrosis mukosa --> ulkus --> eritrosit
dan plasma keluar ke lumen --> tinja bercampur darah --> masuk ke sirkulasi (bakteremia).
Disentri amoeba
Bentuk histolitika (trofozoit) --> invasi ke sel epitel mukosa usus --> produksi enzim
histolisin nekrosis jaringan mukosa usus --> invasi ke jaringan submukosa --> ulkus
amoeba --> ulkus melebar dan saling berhubungan membentuk sinus-sinus submukosa -->
kerusakan permukaan absorpsi malabsorpsi --> massa intraluminal --> tekanan osmotik
intraluminal --> diare osmotik.
A. Patogenesis
Bakteri dapat tersebar dan menular melalui makanan dan air yang sudah terkontaminasi
kotoran dan bakteri yang dibawa oleh lalat. Lalat merupakan serangga yang hidup di tempat
yang kotor dan bau, sehingga bakteri dengan mudah menempel di tubuhnya dan menyebar di
setiap tempat yang dihinggapi. Bakteri masuk ke dalam organ pencernaan mengakibatkan
pembengkakan hingga menimbulkan luka dan peradangan pada dinding usus besar. Inilah
yang menyebabkan kotoran penderita sering kali tercampur nanah dan darah. Gejala yang
akan dialami penderita disentri biasanya berupa mencret dan perut mulas, bahkan sering kali
penderita merasakan perih di anus akibat terlalu sering buang air.
B. Etiologi.
1. Bakteri (Disentri basiler)
o Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering ( 60% kasus
disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan
mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella.
o Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
o Salmonella
o Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
2. Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada anak
usia > 5 tahun.
C. Gejala
Gejala-gejala disentri antara lain adalah:
Buang air besar dengan tinja berdarah
Diare encer dengan volume sedikit
Buang air besar dengan tinja bercampur lender(mucus)
Nyeri saat buang air besar (tenesmus)
D. Manifestasi Klinik
Disentri basiler
Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis,
pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama,
dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam
tinja.
Muntah-muntah.
Anoreksia.
Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit
kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).
Disentri amoeba
Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus).
E. Diagnosis
Diagnosis klinis dapat ditegakkan semata-mata dengan menemukan tinja bercampur
darah. Diagnosis etiologi biasanya sukar ditegakkan. Penegakan diagnosis etiologi melalui
gambaran klinis semata sukar, sedangkan pemeriksaan biakan tinja untuk mengetahui agen
penyebab seringkali tidak perlu dilakukan karena memakan waktu lama (minimal 2 hari) dan
umumnya gejala membaik dengan terapi antibiotika empiris.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan :
Pemeriksaan tinja
Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan bentuk
trofozoit dalam tinja.
Benzidin test.
Mikroskopis : leukosit fecal (petanda adanya kolitis), darah fecal.
Biakan tinja :
III.
SASARAN TERAPI
Dehidrasi dan kehilangan cairan elektrolit
Gejala yang menyertai disentri
Faktor penyebab disentri
PENCEGAHAN
(environmental hygiene)
Kebersihan perorangan antara lain adalah mencuci tangan dengan bersih sesudah mencuci
anus dan sebelum makan.
Kebersihan lingkungan meliputi : memasak air minum, mencuci sayuran sampai bersih
atau memasaknya sebelum dimakan, buang air besar dijamban, tidak menggunakan tinja
manusia untuk pupuk, menutup dengan baik makanan yang dihidangkan untuk
menghindari kontaminasi oleh lalat dan lipas, membuang sampah ditempat sampah yang
kebersihan suplai air minum. Hal ini akan berhubungan dengan jarak jamban dari sumur.
Menghindari penggunaan pupuk tinja untuk tanaman.
TERAPI FARMAKOLOGI
A. Rehidrasi
Bila pasien kehilangan cairan yang banyak dan dehidrasi, penatalaksanaan yang agresif
seperti cairan intravena atau rehidrasi oral dengan cairan isotonik mengandung elektrolit dan
gula atau strach harus diberikan. Terapi rehidrasi oral murah, efektif, dan lebih praktis
daripada cairan intravena. Cairan oral antara lain; pedialit, oralit, cairan infus (ringer laktat).
Cairan diberikan 50 200 ml/kgBB/24 jam tergantung kebutuhan dan status hidrasi.
Idealnya, cairan rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g
Natrium bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air. Cairan seperti itu
tersedia secara komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan dengan mencampurkan
dengan air.
Jika sediaan secara komersial tidak ada, cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat
dengan menambahkan sendok teh garam, sendok teh baking soda, dan 2 4 sendok
makan gula per liter air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti
kalium. Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak mereka merasa haus
pertama kalinya.
B. Pengobatan amoebiasis
Emetin/dehidroemetin
Klorokuin
Absorbsi klorokuin di usus halus sangat baik dan lengkap (kadar di hati 200-700 kali
di plasma), sehingga kadar dalam kolon sangat rendah. Oleh karena itu perlu ditambah
amebisid luminal untuk menghindari relaps.
Pada penelitian ditemukan bahwa kadar klorokuin setelah diabsorbsi tertinggi di
dalam jaringan hati; maka sangat baik untuk terapi abses hati amebiasis. Dosis klorokuin
untuk dewasa dengan amebiasis ekstra intestinal 4x250 mg (garam klorokuin), atau 150 mg
basa klorokuin sehari selama 2 hari pertama kemudian dilanjutkan dengan 2x250 mg/hari
selama 2-3 minggu
Obatinimerupakanamoebisidjaringan,berkhasiatterhadapbentukhistolytica.Efek
sampingdanefektoksiknyabersifatringanantaralain,mual,muntah,diare,sakitkepala.
Dosisuntukorangdewasaadalah1gramsehariselama2hari,kemudian500mgsehari
selama2sampai3minggu.
Derivat 8-hidroksikuinolin
Beberapa derivat ini yang berperan dalam pengobatan amebiasis adalah diyodohidroksikuin
(iodokuinol), yodoklorhidroksikuin (kliokuinol), broksikuinolin, klorkuinadol dan kiniofon.
Golongan amebisid ini memperlihatkan efeknya langsung terhadap E.histolytica dalam lumen
usus dan tidak efektif untuk amebiasis jaringan. Namun efektif untuk trofozoid maupun
kista. Jadi baik sekali untuk pengobatan carrier/cyst passer. Di antara golongan ini,
diyodohidroksikuin yang masih digunakan secara luas. Amebisid ini dikontraindikasikan
kepada penderita dengan gangguan visus, anak-anak, gangguan fungsi hati serta intoleransi
yodium (penderita penyakit gondok). Sehingga, pemakaian amebisid ini secara rutin tidak
dianjurkan jika masih tersedia amebisid lain yang lebih aman. Dosis yodokuinol yang
rasional 3x600-650mg sehari selama 20 hari (maksimum 2g/hari), dan yodoklorohidroksikuin
3x250 mg/hari selama 10 hari .
Golongan nitroimidazol
Yang mempunyai efek amebisid adalah metronidazol, tinidazol dan ornidazol. Dua
obat terakhir mempunyai efek samping yang lebih ringan dibanding metronidazol selain half
timenya yang cukup panjang (14 jam dan 12-13 jam). Golongan ini merupakan obat pilihan
untuk amebiasis intra dan ekstra intestinal. Amebisid ini efektif untuk amebiasis hati, namun
jika absesnya besar, tetap memerlukan aspirasi untuk mengeluarkan pus. Keuntungan lain,
adalah mampu membunuh kuman-kuman anaerob yang sering terdapat pada kasus-kasus
abses. Efek samping yang sering dijumpai ialah mual, muntah, nyeri ulu hati, pusing, glositis,
stomatitis, penurunan nafsu makan, dan gangguan darah terutama jika diberikan pada orang
muda dan penderita yang rendah daya tahannya serta lama pemberian lebih dari 7 hari.
Kontraindikasi pada penderita dengan riwayat penyakit darah, ibu hamil trimester pertama.
Dosis pemberian metronidazol 35-50 mg./kgbb./hari atau 3 x 500-750 mg/hari selama 10
hari, tinidazol 2 g/hari selama 2-3 hari atau 50 mg/kgbb./hari dan ornidazol 50-60 mg/kg
bb./hari atau 2 g/hari selama 3 hari.
Metronidazolmerupakanobatpilihan,karenaefektifterhadapbentukhistolyticadan
bentukkista.Efeksampingringan,antaralain,mual,muntahdanpusing.Dosisuntukorang
dewasaadalah2gramsehariselama3hariberturutturutdandiberikansecaraterbagi.
Diklosanit furoat
Saat ini merupakan amebiasid luminal terbaik, karena efektif membunuh trofozoid dan kista
di lumen usus (80%- 85%), dengan efek samping yang relatif kecil. Bahkan pada carrier,
amebisid ini digunakan secara tunggal untuk kasus-kasus amebiasis ekstra intestinal
dikombinasi dengan amebisid jaringan. Dosis pemberian 3x500 mg/hari selama 10 hari atau
20 mg/kgbb./hari dalam dosis terbagi .
Tetrasiklin
Tetrasiklin mempunyai efek terapi yang kurang kuat terhadap E. histolytica, namun efeknya
terhadap kuman-kuman usus besar cukup berguna untuk mengobati amebiasis intestinal
ringan sampai sedang. Dosis yang dianjurkan 4x250mg/hari selama 5 hari, dilanjutkan
dengan 4x500 mg selama 5 hari. Sebaiknya tidak diberikan pada ibu hamil serta anak kurang
dari 8 tahun.
Paromomisin.
Merupakan golongan aminoglikosida yang berasal dari Streptomyces rimosus yang
absorbsinya di usus, sehingga konsentrasi di lumen usus cukup tinggi untuk membunuh
E.histolytica. Karena merupakan antibiotika, maka memiliki juga efek antibakterial di dalam
kolon. Efek sampingnya antara lain: mual, muntah, ototoksik, dan nefrotoksik; sehingga
dikontraindikasikan pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal dan pendengaran. Dosis
pemberian 25-35 mg/kg berat badan./hari atau 3 x 500 mg/hari selama 5-10 hari
VI.
PENYELESAIAN KASUS
KASUS
Bapak A, berumur 40 tahun, mengalami diare 10x per hari. Dengan konsistensi cair, berlendir
dan berdarah, perut terasa sangat melilit. Kemudian membeli obat di apotik yaitu diapet, dan
kaolin pectin syrup 1 sendok teh setiap BAB. Pada hari kedua beliau menjadi demam, lalu
pergi ke dokter. Hasil pemeriksaan feses menunjukkan bapak A mengalami Entamoeba
disentri.
PENGEMBANGAN KASUS
Pasien merasa haus dan ingin minum banyak, mulut terasa kering, mata cekung dan gelisah.
Pemeriksaan tanda vital : BP 116/72 mmHg, HR 80/menit, RR 18/menit, T : 390C
Hasil yang bersangkutan Test laboratorium:
Na
:132 mmol/L
: 2,7 mmol/L
Cl
: 100 mmol/L
ANALISIS KASUS :
Penyelesaian kasus dengan menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective,
Assesment, dan Plan) pada kasus ini adalah sebagai berikut :
SUBYEKTIF
Nama
: Bapak A
umur
: 40 tahun
: Mengalami diare 10x per hari, dengan konsistensi cair, berlendir dan
berdarah, perut terasa sangat melilit, pasien juga merasa haus, mulut terasa kering dan
gelisah. Pada hari kedua beliau menjadi demam, lalu pergi ke dokter. Hasil pemeriksaan feses
menunjukkan bapak A mengalami Entamoeba disentri.
OBYEKTIF
Pemeriksaa
n
Tekanan
Darah
Data pasien
Nilai normal
Keterangan
116/72 mmHg
90 -140 mmHg
(systolic)
60-90 mmHg
(diastolic)
16-20 x per menit
60-80 x per menit
36-37C
Normal
RR
18 x per menit
HR
100 x per menit
Suhu
39C
Data laboratorium :
Normal
Normal
Febris
Nilai normal
Keterangan
135-153 mmol/L
Dibawah normal
Klorida
50 mmol/L
Kalium
2,7 mmol/L
ASSESMENT
95 105 mmol/L
3,5 5,1 mmol/L
Dibawah normal
Dibawah normal
Air putih dalam tubuh sangat berguna untuk mendetoks atau mengeluarkan racun, bakteri
ataupun kuman, sehingga air putih sangat efektif untuk mengatasi penyakit disentri, oleh
sebab itu jika Anda mengalami penyakit disentri, maka konsumsilah air putih sebanyak
mungkin, semakin banyak Anda mengonsumsi air putih akan semakin baik.
2. Hindari makanan manis dan pedas
Makanan yang memiliki gula tinggi seperti yang terdapat pada makanan manis sangat
tidak baik bagi kesehatan usus besar, terutama jika bagian organ tersebut sedang
mengalami peradangan seperti pada penderita penyakit disentri. Selain makanan manis,
hindari pula makanan yang memiliki rasa pedas, makanan yang memiliki rasa pedas akan
membuat usus besar menjadi terluka dan bahkan bisa mengakibatkan pendarahan akut
atau kronis.
3. Konsumsi makanan berserat
Sudah tidak asing lagi makanan berserat sangat efektif untuk merawat dan menjaga
kesehatan pencernaan, seperti yang terdapat pada usus besar. maka dari itu jika Anda
mengalami peradangan usus atau penyakit disentri, akan sangat penting untuk
mengonsumsi makanan yang kaya akan kandungan serat, misalkan buah, sayur dan
masih banyak lagi.
4. Hindari alkohol
Alkohol merupakan musuh terbesar terhadap penyakit disentri, karena alkohol mampu
membuat komplikasi menjadi muncul pada peradangan usus, dan bahkan alkohol juga
dapat membuat kanker usus. Oleh sebab itu jika Anda mengalami penyakit disentri, lebih
baik hindari alkohol sejak sedini mungkin saat pertama kali tubuh Anda merasakan
gejala penyakit disentri, selain alkohol hindari pula kopi, coklat, capuccino dan rokok.
Karena pada dasarnya konsumsi hal semacam itu sangat tidak baik untuk sistem
pencernaan tubuh.
TERAPI FARMAKOLOGI
Penggunaan obat rasional
Analisis rasionalitas terapi dilakukan dengan melakukan analisis obat-obat yang digunakan.
Berikut ini adalah uraian analisis rasionalitas obat yang digunakan :
Rehidrasi oral
Terapi rehidrasi oral yang digunakan adalah oralit dimana oralit merupakan terapi
pertama pada pengobatan diare akut. Karena pengobatan dehidrasi pasien disentri amuba
mengikuti diare akut. Tujuannya adalah mencegah atau mengatasi pengeluaran cairan
secara berlebih dan oralit tidak menghentikan diare tetapi mengganti cairan tubuh yang
hilang bersama tinja. Dengan menggantikan cairan tubuh tersebut, terjadinya dehidrasi
dapat dihindari. Tersedia dalam bentuk serbuk, dilarutkan dalam 200 ml atau 1 gelas air
matang hangat dan dalam bentuk larutan. Komposisi oralit 200: Glukosa anhidrat 4 g,
Natrium klorida 0,7 g, Natrium dihidrat 0,58 g, Kalium klorida 0,3 g.
Antipiretik
Obat-obat antipiretik contohnya seperti aspirin, ibuprofen, parasetamol. Parasetamol
tidak memiliki sifat antiinflamasi seperti aspirin dan ibuprofen. Jadi parasetamol tidak
tergolong dalam obat jenis AINS. Dimana obat-obatan jenis AINS mempunyai efek
samping mengiritasi lambung.
Antispasmodik
Untuk mengobati gejala seperti perut terasa sangat melilit, dapat diberikan obat
antispasmodik yaitu hyoscyamin yang digunakan bila perlu.
(amoebiasis).
Harga : Dos 10x10 tablet 500 mg Rp. 17.425
2. Parasetamol
Indikasi : meredakan nyeri dan demam
Dosis : Dewasa 500 mg maksimal, 3xsehari bila perlu
Efek samping : reaksi kulit, alergi, penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan
kerusakan hati.
Interaksi obat : tidak ada interaksi dengan obat lain yang digunakan
Alasan pemilihan : Parasetamol digunakan untuk mengatasi demam pasien dengan
menghambat produksi prostaglandin yang memacu peningkatan suhu lewat
3. Oralit
Indikasi : untuk mengatasi dehidrasi
Dosis : 2800 ml/hari atau 14 gelas/hari diberikan setiap selesai BAB 3 jam pertama
diberikan 12 gelas oralit. Selanjutnya 2 gelas setiap kali selesai berak/mencret
4. Buscopan
Indikasi : Kejang perut, Kejang saluran pencernaan, kejang dan dyskinesia dari sistem
Alasan pemilihan : Untuk mengobati gejala seperti perut terasa sangat melilit, dapat
terjadinya resistensi
Jangan lupa minum obat secara teratur sesuai dengan aturan dan
dosisnya
Disarankan untuk memakan makanan yang bersifat relatif lembek untuk mengurangi
kerja usus
Jawaban
:
Makanan berserat sangat efektif untuk merawat dan menjaga kesehatan pencernaan,
seperti yang terdapat pada usus besar, maka dari itu jika mengalami peradangan usus
atau penyakit disentri, akan sangat penting untuk mengonsumsi makanan yang kaya
akan kandungan serat, misalkan buah, sayur.
VIII.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari pemaparan di atas mengenai kasus yang diperoleh yaitu :
Pada kasus ini pasien didiagnosis disentri amuba (amoebiasis), yang pengobatannya
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Murdani M. Adi Firmansyah. 2013. Clinical Approach and Management of
Chronic Diarrhea, Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine University of
Indonesia-Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta, Indonesia. Vol. 45, Number 2.
Anonim. 2008. ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan.
Setiawan B. 2006. Diare akut karena infeksi, Dalam: Sudoyo A, Setyohadi B, Alwi I dkk.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi IV. Jakarta. Departemen IPD FK UI.
Sukandar, E.Y., et al. 2008. ISO Farmakoterapi Buku I. Jakarta : PT. ISFI Penerbitan.
Wells, Barbara G. dkk. 2009. Pharmacotherapy Handbook. 7th edition. The McGraw Hill
Companies