Anda di halaman 1dari 5

Farmakologi Furosemide

Struktur Kimia
Furosemid dan obat diuretik loop lainnya seperti bumetanid dan torsemid merupakan
diuretic loop golongan sulfonamide. Selain itu ada juga asam etakrinat yang bukan golongan
sulfonamide tetapi derivat asam fenoksiasetat yang mengandung gugus keton dan metilen.
Furosemid memiliki rumus molekul C12H11CIN2O5S, dengan berat molekul 330,745 g/mol.
Lasix merupakan nama dagang paling dikenal di Amerika Serikat, merujuk pada rxlist dan
drugbank. Lasix adalah diuretik yang merupakan turunan asam antranilat. Lasix tablet untuk
pemberian oral mengandung furosemid sebagai bahan aktif dan bahan aktif berikut : laktosa
monohidrat NF , magnesium stearat NF , NF pati , talk USP , dan koloid silikon dioksida NF.
Rumus kimia IUPAC adalah asam 4 - kloro - N - furfuril - 5 - sulfamoylanthranilic. Struktur
kimia dari furosemide akan diperlihatkan pada gambar di bawah ini:

Indikasi
Furosemide tablet diindikasikan pada pasien dewasa dan anak-anak untuk pengobatan
edema yang dihubungkan dengan gagal jantung kongestif, sirosis hati, dan penyakit ginjal,
termasuk syndrome nephritic. Furosemide tablet juga digunakan pada dewasa untuk
pengobatan hipertensi.
Efek Samping
Setiap obat mempunyai efek samping, tetapi beberapa orang ada yang tidak
menunjukkan efek samping, ada yang sedikit yang menunjukkan efek samping, dan ada yang
menunjukkan efek samping. Furosemide menimbulkan efek samping sebagai berikut
:anemia, sensasi abnormalitas kulit, kejang kandung kemih, penglihatan kabur,
konstipasi/sembelit, kram, pusing, demam, iritasi mulut dan lambung, kemerahan, sedikit

ikterik, kejang otot, telinga berdengung, fotosensitivitas, inflamasi vena, mual, jaundice.
Biasanya frekuensi urin maksimal sampai enam jam setelah dosis pertama, dan akan menurun
setelah mengkonsumsi furosemide dalam waktu beberapa minggu.
Dosis
Pemberian injeksi dosis Minimal/Maximal untuk dewasa adalah 10 mg/600mg. untuk
anakanak dosis Minimal/Maximal adalah 0.5mg/kg / 6 mg/kg. Sedangkan untuk pemberian
secara oral untuk dewasa dosis Minimal/Maximal adalah 20mg / 600mg, dan untuk anakanak dosis Minimal/ Maximal adalah 0.5mg/kg / 6mg/kg.Untuk pengobatan edema, pada
dewasa bisa digunakan Furosemide 20-80 mg sigle dose. Jika dibutuhkan, pada dosis yang
sama dapat diberikan 6-8 jam berikutnya atau dosis bisa ditingkatkan.
Dosis bisa ditingkatkan 20 atau 40 mg dan tidak diberikan kurang dari 6-8 jam
berikutnya. Pasien dengan sigle dose harus diberikan satu atau dua kali sehari (misal : pada
jam 8 pagi dan 2 siang). Untuk anak-anak dapat juga diberikan per oral tablet dengan dosis 2
mg/kg BB diberikan single dose. Jika respon diuretik tidak juga hilang maka dosis dinaikkan
1-2 mg/kg BB diberikan 6-8 jam setelah pemberian sebelumnya, asalkan pemberian dosis
tidak mencapai kadar minimal yaitu lebih dari 6n mg/kgBB.
Pada pengobatan hipertensi dapat juga diberikan furosemide tablet 80 mg, biasanya
dibagi menjadi 40 mg dan diberikan dua kali sehari. Jika respon tidak begitu memuaskan,
dapat ditambahkan agen antihipertensi yang lain. Tetapi perubahan tekanan darah harus selalu
dimonitor ketika furosemide diberikan dengan agen antihipertensi yang lain. Untuk
mencegah tekanan darah yang turun secara mendadak, dosis agen-agen yang lain harus
dikurangi minimal 50% ketika furosemide tablet ditambahkan ke dalam regimen. Durasi
furosemide adalah 6-8 hari dimana waktu paruhnya adalah 2 hari, sehingga pemberian ulang
dosis setiap dua hari jika perlu. Obat diekskresikan lewat urin.
Sediaan dan Posologi
Furosemida tersedia dalam bentuk tablet 20, 40, 80 mg dan preparat suntikan.
Umumnya pasien membutuhkan kurang dari 600 mg/hari. Dosis anak 2 mg/kg BB, bila perlu
dapat ditingkatkan menjadi 6 mg/kg BB (Ganiswara,1995).

Cara Kerja

Furosemida adalah suatu derivat asam antranilat yang efektif sebagai diuretik. Efek
kerjanya cepat dan dalam waktu yang singkat. Mekanisme kerja furosemid adalah
menghambat penyerapan kembali natrium oleh sel tubuli ginjal. Furosemida meningkatkan
pengeluaran air, natrium, klorida, kalium dan tidak mempengaruhi tekanan darah yang
normal. Pada penggunaan oral, furosemida diabsorpsi sebagian secara cepat dan
diekskresikan bersama urin dan feses (Lukmanto,2003)
Farmakokinetik
Absorpsi
Bioavailbilitas furosemid adalah sekitar 43%-69%. Absorbsi furosemid berlangsung
selama sekitar 2-3 jam. Awal kerja obat terjadi dalam 0,5-1 jam setelah pemberian oral,
dengan masa kerja yang relatif pendek 6-8 jam. Absorpsi furosemida dalam saluran cerna
cepat, ketersediaan hayatinya 60-69 % pada subyek normal, dan 91-99 % obat terikat oleh
plasma protein. Kadar darah maksimal dicapai 0,5-2 jam setelah pemberian secara oral,
dengan waktu paruh biologis 2 jam (Siswandono,1995).
Distribusi
Sebagian besar senyawa obat akan terikat dengan protein plasma, utamanya albumin.
Konsentrasi plasma berkisar 1- 400 mg/mL yang terikat pada orang sehat sekitar 91 99 %
dan fraksi tak terikat rata-rata 2,3 4,1% pada konsentrasi terapeutik. Pada orang usia lanjut,
fraksi yang terikat dengan albumin akan berkurang sehingga meningkatkan konsentrasi obat
bebas dalam plasma yang menyebabkan peningkatan efek obat.
Metabolisme
Sekitar 35% ekskresi dilakukan melalui metabolisme di hati. Beberapa penelitian
berfokus pada metabolisme senyawa ini oleh CYP2C9 dan CYP2D6, dua isoform Sitokrom
P450 yang inhibis salah satu atau keduanya dapat menyebabkan peningkatan efek yang
berujung pada toksisitas pada pasien. Furosemide glukuronida metabolit dalam urin dari 10
% sampai 20 % dari zat yang direabsorbsi. Dosis yang tersisa, mungkin diikuti dengan
sekresi empedu diekskresikan melalui feses .
Reabsorbsi
Resorpsinya dari usus hanya lebih kurang 50%, t plasmanya 30-60 menit.
Ekskresi

Sekitar 65% ekskresi dilakukan melalui urin (Goodman & Gillman:748). Obat
golongan diuretic loop diabsorbsi dan dieliminasi oleh ginjal secara cepat melalui filtrasi
glomerulus dan sekresi tubulus, mengingat berat molekulanya yang kecil. Obat furosemid ini
difiltrasi di glomerulus ginjal sama seperti filtrasi pada umumnya. Lalu kemudian diabsorbsi
selama 2-3 jam di lumen tubulus. Oleh sebab itu, durasi efek furosemid biasanya sama seperti
waktu absorbsinya yaitu 2-3 jam. Namun proses reabsorpsi di renal ini akan sangat
bergantung dengan pH urin yang akan mempengaruhi disasosiasi senyawa obat yang bersifat
asam menjadi kation, seperti diketahui bahwa proses reabsorpsi di ginjal sebagian besar
tergantung pada sifat fisikokimiawi senyawa obat. Kation bersifat polar dan sulit menembus
epitel tubular. Waktu paruhnya bergantung pada fungsi ginjal. Eliminasi furosemid terutama
terjadi melalui sekresi pada tubulus proksimal. 60% sampai 70% dari dosis dimasukkan ke
ginjal dengan cara ini, hal ini nantinya akan berkaitan dengan proses kerja obat pada segmen
naik tebal ansa henle.
Farmakodinamik
Furosemide bekerja dengan menghalangi penyerapan natrium, klorida, dan air dari
cairan yang disaring dalam tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan ekskresi urin (diuresis).
Obat dari golongan diuretik loop bekerja dengan menghambat NKCC-2 yaitu transporter
Na+/K+/2Cl- di lumen, dalam cabang asenden tebal ansa Henle. Dengan menghambat
transporter ini, diuretik loop menurunkan reabsorbsi dari NaCl dan mengurangi potensial
positif di lumen akibat dari siklus kembalinya K+. Potensial positif ini normalnya memicu
reabsorbsi kation divalen ansa Henle, dengan menurunnya potensial ini, diuretic loop akan
meningkatkan ekskresi dari Mg2+ dan Ca2+ (pada beberapa pasien, penggunaan yang
berlebihan dapat menyebabkan hipomagnesium). Karena absorbs Ca2+ di usus yang dipicu
vitamin D dapat ditingkatkan dan Ca2+ aktif direabsorbsi di Tubulus Kontortus Distal,
diuretik loop umumnya tidak menyebabkan hipokalsemia. Di bawah ini adalah gambar jalur
transport ion di dalam lumen yang berkaitan dengan kinerja dari diuretik loop : Onset relatif
cepat dan diuresis berumur pendek, yang merupakan diuretik kuat (highcelling diuretic), hal
ini dikarenakan sekitar 25% beban Na+ yang difiltrasi secara normal direabsorbsi oleh bagian
naik yang tebal. Selain itu, segmen-segmen nefron sebelum bagian naik yang tebal tidak
mempunyai kapasitas reabsorptif yang cukup untuk mendapatkan kembali berlimpahnya
senyawa yang keluar dari bagian naik yang tebal.
Furosemide memblokir sistem memblokir symport Na+K+2Cl- pada segmen naik
tebal ansa henle. Dengan demikian, efektivitas furosemide melalui mekanisme transportasi

anion tergantung pada ketercapaian obat pada lumen tubulus. Efek utama inhibisi ini adalah
natriuresis. Efek sekunder dari peningkatan ekskresi natrium adalah ekskresi urin (karena
tekanan osmotic berhubungan dengan perpindahan air), dan peningkatan ekskresi kalsium
(melalui inhibisi symport) dan sekresi di tubulus distal. Furosemide mengganggu mekanisme
umpan balik tubulo-glomerular makula densa karena menghambat transpor garam ke dalam
makula densa. Sebagai akibatnya, tidak ada penurunan aktivitas. Stimulasi dosis furosemid
tergantung dari sistem renin-angiotensinaldosteron. Selain aktivitas diuretiknya, golongan
loop ini mempunyai efek langsung pada aliran darah melalui beberapa dasar vaskular.
Furosemid mampu meningkatkan aliran darah pada ginjal juga terbukti menurunkan kongesti
paru dan tekanan pengisian ventrikel kiri pada gagal jantung sebelum terjadi peningkatan
keluaran urin yang nyata dan pada penderita anefrik. Perlu diingat bahwa obat ini
menghambat simporter Na/K/2Cl, jadi cenderung tidak menyebabkan hiperkalemia karena
tidak terjadi tahanan kalium di sitosol sel epitel. Obat ini malah cenderung menetralkan efek
hiperkalemia oleh Spironolacton dan Captopril.

Daftar Pustaka
Katzung, B.G, 2002, Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 8, buku 2, Penerbit Salemba Medika :
Jakarta, halaman: 441-444
Neal, M.J, 2006, At Glance Farmakologi Medis, ed.5, Penerrbit Erlangga: Jakarta, halaman: 4647
Tjay, T.H, Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting, ed. 5, Penerbit PT Elex Media Komputindo:
Jakarta, halaman: 536-546
Departemen farmakolog dan terapeutik FK UI, 2012, Farmakologi dab Terapi, ed.5, FKUI:
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai