“OBAT FUROSEMIDE”
Makalah ini disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Genap Biofarmasi
Disusun Oleh :
Dosen pengampu
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur yang dalam penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
kemurahan-NYA makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah
ini penulis membahas “Farmakologi obat Furosemide”, yang meliputi farmakodinamik,
farmakokinetik, dan resistensinya.
Makalah ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi Ujian Akhir Semester genap
Biofarmasi di jurusan Farmasi Institut Sains dan Teknologi Al Kamal Jakarta.
Penulis menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Furosemide merupakan obat golongan loop diuretik yang banyak digunakan untuk
berbagai macam indikasi, diantaranya: antihipertensi, asites, sindrom kekurangan hormone
antidiuretik, hiperalemia, serta dapat mengurangi odem perifer dan odem paru pada kompensasi
gagal jantung menengah sampai berat.
Furosemide disukai penggunaannya karena memiliki awal mula kerja cepat dengan durasi
agak pendek, mekanisme kerja furosemide adalah menghambat reabsorbsi natrium dan klorida di
tubulus proksimal pada bagian naik yang tebal pada loop of Henie. Bagian ini memiliki kapasitas
reabsorbsi NaCl tinggi sehingga furosemide memiliki efek dieresis yang lebih besar
dibandingkan diuretik lain. Efek dieresis ini akan semakin besar pada loop diuretik generasi
terbaru misalnya torasemide dan bumetanid. Namun efek terapi yang besar tersebut juga diikuti
dengan efek samping yang besar pula sehingga pemakaian furosemide tetap menjadi pilihan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. FARMAKODINAMIK
Farmakodinamik Furosemide terjadi pada segmen tebal pars asedens lengkung henle.
Mekanisme kerja
Furosemide bekerja pada bagian segmen tebal pars asedens lengkung henle
dengan menghambat kotransporter Na+/K+/Cl- ( disebut NKCC2 ) pada membran
luminal tubulus. Kerja NKCC2 mereabsorpsi ketiga elektrolit natrium, kalium, dan
klorida. Paska kembali ke lumen tubular. Hal ini memicu reabsorpsi kation ( Mg2+,
Ca2+ ) ke dalam cairan interstisial via jalur paraseluler. Akibatnya pemberian
Furosemide akan menghambat reabsorpsi natrium, dan klorida.
Selain meningkatkan eksresi NaCl, obat ini juga meningkatkan eksresi
magnesium dan kalsium. Penurunan reabsorpsi tersebut akan meningkatkan
konsentrasi zat terlarut yang dihantarkan ke bagian distal nefron serta penurunan
osmolaritas interstisium medulla ginjal. Penurunan osmolaritas medulla ginjal
mengakibatkan reabsorpsi cairan pada duktus koligentes menurunkan serta memicu
penurunan absorpsi air dari pars desendensa henle. Pada akhirnya tak hanya eksresi
ion-ion tersebut yang meningkat tetapi eksresi air dalam urin juga meningkat.
Furosemide juga meningkatkan kadar prostaglandin E2 yang berperan pada
inhibisi reabsorpsi Na+ dan transport air pada tubulus kolektivus yang dimediasi oleh
ADH.
2. FARMAKOKINETIK
Aspek farmakokinetik Furosemide dengan onset kerja 5-60 menit, dan didistribusikan
dalam tubuh berikatan dengan albumin.
Absorbsi
Bioavailabilitas Furosemide pada saluran cerna 50% dengan rentang 10-100%. Onset
diuresis terjadi sekitar 5 menit apabila diberikan secara intravena, 30 menit apabila
diberikan secara intramuscular, dan 30-60 menit apabila diberikan per oral. Pada
edema paru, perbaikan gejala dapat terlihat pada 15-20 menit.
Efek puncak furosemide yang diberikan per oral terjadi setelah 1-2 jam. Durasi kerja
Furosemide adalah 2 jam apabila intravena, dan 6-8 jam pada pemberian per oral.
Distribusi
Metabolisme
Ekskresi
3. RESISTENSI
Studi menunjukkan terdapat kasus resistensi diuretik yang ditandai dengan tidak
tercapainya efek yang diharapkan walaupun pemberian dosis Furosemide maksimal.
Pada pasien dewasa dengan resistensi Furosemide disarankan untuk mengganti
Furosemide menjadi bumetanide atau torasemide. Pilihan lainnya menggunakan
kombinasi 2 diuretik yakni Furosemide disertai diuretik golongan thiazide atau
Mineral Corticoid Receptor Antagonist ( MRA ).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN