Anda di halaman 1dari 3

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Furosemid
Furosemid atau dengan nama lain asam 2-furfurilamino-4-kloro-5-sulfamoilbenzoat
merupakan salah satu contoh obat golongan diuretik loop. Diuretik ini bekerja secara selektif
menghambat reabsorpsi NaCl di CAT. Karena segmen ini pula, furosemid memiliki kapasitas
absorbsi NaCl yang besar dan efek diuretiknya tidak dibatasi oleh asidosis, sehingga menjadi
diuretic yang paling efektif yang tersedia (Katzung, B.G. dan Trevor, A.J., 2015)

(a) (b)
Gambar 2.1. (a) Struktur dari Furosemid 2 dimensi (b) Struktur dari Furosemid 3
dimensi (https://www.drugbank.ca/drugs/DB00695, diakses 28 April 2018)

Farmakokinetik
Golongan diuretik loop sangat cepat diabsorpsi dan dieliminasi oleh ginjal melalui
filtrasi glomerulus dan sekresi tubulus. Absorbsi furosemide umumnya sekitar 2-3 jam dan
dengan durasi efek biasanya 2-3 jam pula, Absorbsinya hamper prnuh pada pemberian
intravena. Waktu paruh furosemid tergantung pada fungsi ginjal tiap individu. Karena agen
loop bekerja pada sisi lumen tubulus, aktivitas diuretiknya berkaitan dengan sekresi di tubulus
proksimal. (Katzung, B.G. dan Trevor, A.J., 2015)

Farmakodinamik
Obat ini menghambat NKCC2, yaitu transporter Na+/K+/2Cl- di lumen, dalam cabang
asenden tebal di ansa henle. Dengan menghambat pada transporter ini, maka diuretic loop
bekerja dengan menurunkan reabsorpsi NaCl dan juga mengurangi potensial positif di lumen
akibat siklus kembali K+. Potensial ini umumnya akan memicu reabsorpsi kation divalent di
ansa Henle dan dengan menurunkan potensial ini, maka golongan diuretic loop meningkatkan
sekresi Mg2+ dan Ca2+ (Katzung, B.G. dan Trevor, A.J., 2015).

Gambar 2.2. Jalur transport ion di sepanjang membrane lumen dan basolateral sel
cabang asenden tebal. (Katzung, B.G. dan Trevor, A.J., 2015)

Penggunaan furosemide umumnya diindikasikan untuk edema paru akut, keadaan


edema lain, dan hiperkalsemia akut. Selain itu sering pula digunakan untuk hyperkalemia,
gagal ginjal akut dan overdosis anion (Katzung, B.G. dan Trevor, A.J., 2015). Dosis
pemberian furosemid yang dianjurkan adalah 20-80 mg 2-3 kali sehari dan untuk kasus gagal
jantung dan gagal ginjal dapat ditingkatkan sampai 240 mg/hari. Furosemide ini memiliki
bentuk sediaan tablet 40 mg dan ampul 20 mg (Gunawan, S.G., Setiabudy R. dan Nafrialdi,
2012). Toksisitas yang dapat terjadi pada penggunaan furosemid ini dapat berupa alkalosis
metabolic hipokalemik, ototoksisitas, hiperurisemia, hipomagnesemia dan reaksi alergi
lainnya. Furosemid juga dapat memperlihatkan reaksivitas-silang energik pada penderita
sensitive terhadap sulfonamid, namun sangat jarang terjadi (Katzung, B.G. dan Trevor, A.J.,
2015).
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, S.G., Setiabudy, R., dan Nafriadi, 2012, Farmakologi dan Terapi Edisi 5,
Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.

https://www.drugbank.ca/drugs/DB00695, diakses 28 April 2018.

Katzung, B.G. dan Trevor, A.J., 2015, Basic & Clinical Pharmacology 13th Edition,
McGraw-Hill Education, San Francisco.

Anda mungkin juga menyukai