Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

“UJI TOLERANSI GLUKOSA”

Disusun oleh :
Aprilya Tri Wahyuningsih 2443016014
Ricky 2443016023
Irlin Ayu Tri Yanuaristi 2443016124
Tania Anggela Anggraini 2443016200
I Gusti Agung Ayu P. 2443016243

PROGRAM STUDI S1
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2018
BAB 1
TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan dari praktikum ini adalah :


1. Untuk memahami efek insulin pada kadar gula darah.
2. Untuk mengenal metode uji antidiabetik dengan uji toleransi glukosa (GTT).
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1. Insulin
Insulin adalah suatu hormon dengan struktur molekul insulin yang terdiri atas 2 rantai
peptida yaitu rantai A dan rantai B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh 2 ikatan disulfide.
Insulin merupakan hormonyang juga mengendalikan glukosa dari darah ke dalam sebagian
besar sel terutama sel otot dan lemak. Oleh karena itu, kesimbangan hormon insulin
mempengaruhi segala bentuk diabetes mellitus. Insulin dilepaskan ke dalam darah oleh sel
beta (β-sel) yang berada di pankreas, sebagai respons atas kenaikan tingkat gula darah,
biasanya setelah makan. Insulin digunakan oleh sekitar dua pertiga dari sel-sel tubuh yang
menyerap glukosa dari darah untuk digunakan sel-sel sebagai bahan bakar, untuk konversi ke
molekul lain yang diperlukan, atau untuk penyimpanan atau dengan kata lain sel pada tubuh
yang memerlukan gula untuk bekerja. Namun, sel-sel tidak dapat langsung mengubah gula
menjadi energi. Maka dari itu, saat mengkonsumsi glukosa maka kadar gula dalam darah
meningkat. Pankreas memberi sinyal untuk melepaskan insulin ke aliran darah. Hormon
insulin membantu sel menyerap glukosa dari aliran darah dengan menempelkan diri ke sel-sel
dan memberi sinyal sel untuk menyerap gula. Insulin juga merupakan sinyal kontrol utama
untuk konversi dari glukosa ke glycogen untuk penyimpanan internal dalam hati dan sel
otot.  Insulin adalah sinyal utama dalam mengkonversi banyak bidirectional proses
metabolisme dari rangkaian jalur metabolisme untuk membongkar molekul-molekul ke
dalam bentuk unit yang lebih kecil dan melepaskan energi ke anabolik, dan sebaliknya.
Kelebihan berat badan akan semakin melemahkan sensitivitas tubuh terhadap insulin. Tidak
sensitif terhadap insulin berarti insulin tidak akan mengubah glukosa darah menjadi
energi. Fungsi insulin yang utama adalah untuk melawan beberapa fungsi hormon yang
menyebabkan hiperglikemia dan sekaligus bersamaan dalam mempertahankan jumlah
glukosa dalam darah agar tetap normal.

Mekanisme Sekresi Insulin


Insulin disekresikan dari sel-β pancreas dalam menanggapi peningkatan dalam glukosa
plasma. Hormon insulin menurunkan produksi glukosa dari hati, dan meningkatkan
penyerapan glukosa, pemanfaatan dan penyimpanan lemak dan otot. Sel lemak penting dalam
regulasi metabolisme, kemudian melepaskan asam lemak bebas yang mengurangi penyerapan
glukosa dalam otot, sekresi insulin dari sel-β, dan meningkatkan produksi glukosa dari hati.
Mekanisme Kerja Insulin
Mekanisme kerja insulin dimulai dengan berikatnya insulin dengan reseptor glikoprotein
yang spesifik pada permukaan sel sasaran. Reseptor ini terdiri dari subunit yaitu :

1. Subunit besar yang meluas ekstraseluler terlibat pada pengikatan molekul insulin.
2. Subunit lebih kecil yang dominan di dalam sitoplasma mengandung suatu kinase
yang akan teraktivasi pada pengikatan insulin dengan akibat fosforilasi terhadap
subunit itu sendiri.
Reseptor insulin yang sudah terfosforilasi melakukan reaksi fosforilasi terhadap substrat
reseptor insulin IRS-1. IRS-1 yang terfosforilasi akan terikat dengan domain SH-2 pada
sejumlah protein yang terlibat langsung dalam pengantara berbagai efek insulin yang
berbeda. Dua jaringan sasaran insulin yang utama yaitu otot lurik dan jaringan adiposa,
serangkaian proses fosforilasi yang berawal dari daerah kinase
teraktivasi tersebut akan merangsang protein-protein intraseluler, termasuk glukosa
Transpoter untuk berpindah ke permukaan sel.
Selainan reseptor insulin dalam jumlah, afinitas ataupun keduanya akan berpengaruh
terhadap kerja insulin. Down regulation adalah fenomena dimana jumlah ikatan
reseptorinsulin jadi berkurang sebagai respon terhadap kadar insulin dalam sirkulasi yang
meninggikronik, contohnya pada keadaan adanya korsitol dalam jumlah berlebihan.
Sebaiknya jika kadar insulin rendah, maka ikatan reseptor akan mengalami peningkatan.
Untuk pemberian intensif biasanya dianjurkan insulin injeksi subkutan 3-4 kali sehari dan
dapat juga disesuaikan dengan kadar gula dalam darah.
- Glukosa darah < 4 mmol/liter, diberikan 8 unit/liter;
- Glukosa darah 4–15 mmol/liter, diberikan 16 unit/liter;
- Glukosa darah 15–20 mmol/liter, diberikan 32 unit/liter;
- Glukosa darah > 20 mmol/liter, dikaji dahulu.
(Indah, M. 2004 . Mekanisme Kerja Hormon. www.scribd.com.)
BAB 3
METODE PENILITIAN

3.1 Alat dan Bahan


Alat
1. Stopwatch
2. Alat suntik
3. Advantage meter-strip test
4. Restrainer
5. Silet
Bahan
1. Insulin 0,05 IU/200 gBB ; 0,10 IU/200 gBB ; 0,15 IU/200 gBB
2. Glukosa 1 gram/200 gBB
3. Insulin yang tersedia : 1000 IU/10 mL

3.2 Perhitungan Dosis


Kontrol
o Glukosa 1 g / 200 gBB
Larutan : 65%
BB tikus : 110 gram
1 1000 mg
x x 110 g=0,846 ml−0,85 ml
mg 200 g
650
ml
Insulin 0,05 IU
o Glukosa 1 g / 200 gBB
Larutan : 65%
BB tikus : 150 gram
1 1000 mg
x x 150 g=1,15 ml
mg 200 g
650
ml

o Insulin 0,05 IU/200 gBB


Larutan obat : 1000 IU/10mL
BB tikus : 150 gram
1 0,05 IU
x x 150 g=0,000375 ml
IU 200 g
100
ml
Dilakukan pengenceran : 150x
0,00035
x 7,5=0,0525 ml Diambil obat 0,05 mL ad 7,5 ml disuntikan 0,0525 ml
0,05
Insulin 0,10 IU
o Glukosa 1 g / 200 gBB
Larutan : 65%
BB tikus : 130 g
1 1000 mg
x x 130 g=1,0 ml
mg 200 g
650
ml

o Insulin 0,10 IU/200 gBB


Larutan obat : 1000 IU/10mL
BB tikus : 130 gram
1 0,1 IU
x x 130 g=0,00065 ml
IU 200 g
100
ml
Dilakukan pengenceran : 85x
0,00065
x 4,25=0,055ml Diambil obat 0,05 mL ad 4,25 ml disuntikan 0,06 ml
0,05

Insulin 0,15 IU
o Glukosa 1 g / 200 gBB
Larutan : 65%
BB tikus : 110 gram
1 1000 mg
x x 110 g=0,85 ml
mg 200 g
650
ml

o Insulin 0,10 IU/200 gBB


Larutan obat : 1000 IU/10mL
BB tikus : 110 gram
1 0,15 IU
x x 110 g=0,000825 ml
IU 200 g
100
ml
Dilakukan pengenceran : 50x
0,000825
x 0,05 x 65=0,053 ml Diambil obat 0,05 mL ad 3 ml disuntikan 0,05 ml
0,05
3.3 Klasifikasi Hewan Coba
Jenis hewan coba : Tikus jantan
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Ratus
Spesies : Rattus sp.

3.4 Skema Kerja

Pembuluh darah vena di ekor


Tikus dipuaskan 18 Mencit dimasukan
dibersihkan & didilatasi
jam sebelumnya dalam restrainer dengan kapas beralkohol

Glukosa diberikan secara per oral.


Dan tikus dibiarkan selama 15 Ujung ekor dipotong setipis mungkin
menit, kemudian diukur kembali dan darah yang keluar ditetskan pada
kadar glukosa darah. (T15) strip uji dan diperiksa dengan alat (T0)

Insulin disuntikan Kadar gula darah tikus diukur


secara subkutan pada menit ke-45 dan 75
3.5. Tabel Perlakuan
Kelompok Perlakuan (Pemberian Dosis)
I Insulin 0,05 IU/200gBB
II Insulin 0,10 IU/200gBB
III Insulin 0,15 IU/200gBB
IV Kontrol
BAB 4.
HASIL PRAKTIKUM

Dosis Kadar gula darah


Kelompok
Insulin 0 menit 30 menit 60 menit 90 menit

kelompok 4 (110 g) kontrol 120 118 128 116

kelompok 1 (150 g) 0.05 IU 151 171 130 162

kelompok 2 (130 g) 0.10 IU 112 135 71 61

kelompok 3 (110 g) 0.15 IU 83 70 75 37


Tabel 4.1 Kadar gula darah tikus dengan dosis insulin 0.00, 0.05, 0.10 dan 0.15 IU pada
menit ke-0, 30, 60 dan 90
BAB 5.
PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian efek insulin pada kadar gula darah,
terdapat 4 kelompok dengan pembagian kelompok 4 sebagai kontrol, kelompok 1 dosis
insulin 0.05 IU, kelompok 2 dosis insulin 0.10 IU, kelompok 3 dosis insulin 0.15 IU.
Sebelum dilakukan pengujian tikus dipuasakan dahulu dan dicek kadar gula darahnya.
Didapatkan hasil kadar gula darah kelompok 1 memiliki kadar gula darah paling tinggi
karena memiliki berat badan yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok lainnya
disusul kelompok 2, kelompok 1 dan kelompok 3 kemudian diberikan glukosa ditunggu
selama 30 menit dan dicek kadar gula darahnya.
Setelah pengecekan kadar gula darah kemudian tikus di injeksi dengan
menggunakan insulin lalu dicek kadar gula darahnya pada menit ke 60 dan 90.
Sedangkan kontrol hanya diberikan glukosa saja tanpa diberikan insulin. Pada
kelompok 4 sebagai kontrol didapatkan hasil kadar gula darah naik turun seharusnya
kadar gula darah meningkat semakin bertambahnya waktu. Pada kelompok 1 setelah
pemberian insulin kadar gula darah menurun pada menit ke 60 tetapi kadar gula darah
meningkat kembali saat di cek pada menit ke 90 hal ini kemungkinan kadar obat insulin
dalam darah yang diberikan telah turun sehingga kadar gula darah meningkat, selain itu
kadar gula darah puasa pada awal pengecekan terlalu tinggi bisa jadi tikus telah
mengalami diabetes.
Kemudian pada kelompok 2 semakin lama kadar gula darah menurun setelah
pemberian insulin dari awal setelah diberikan glukosa kadar gula darah 135 kemudian
diberi insulin lalu dicek pada menit ke 60 menjadi 71 dan pada menit ke 90 menjadi 61,
tikus harus cepat diberi glukosa kembali karena tikus telah mengalami hipoglikemi.
Pada kelompok 3 kadar gula darah tikus setelah diberikan glukosa menurun dari
awalnya 83 menjadi 71, kemudian setelah diinjeksikan insulin kadar gula darah
meningkat pada menit ke 60 menjadi 75 dan pada menit ke 90 menurun menjadi 37. Hal
ini kemungkinan diakibatkan karena dari genetiknya tikus pada fungsi metabolisme
mengalami kelainan dan juga efek insulin mungkin belum tercapai pada menit ke 60
sehingga kadar gula darah meningkat dan menurun tajam pada menit ke 90 sehingga
tikus harus diberi glukosa lagi karena telah mengalami hipoglikemi.
Pada penyakit diabetes terjadi kelainan pada sekresi insulin, masalah yang dapat
terjadi pada sintesis insulin antara lain: 1) ketidakmampuan pulau-pulau Langerhans
untuk menghasilkan insulin dan 2) adanya stres pada RE yang melibatkan the un-folded
protein response (UPR). Ketidak-mampuan pulau-pulau Langerhans untuk
menghasilkan insulin mengakibatkan insulin yang keluar dari sel beta dan beredar di
dalam darah kurang atau bahkan tidak ada. Ketidakmampuan tersebut terjadi karena
proses autoimun sel beta yang ditemukan pada diabetes melitus tipe 1 (DMT1). Untuk
mengatasi DMT1 ini harus diberikan preparat insulin agar dapat langsung bekerja di
dalam darah, salah satu insulin yang bekerja cepat yaitu rapid action . insulin kerja
cepat-
Tiga jenis insulin kerja cepat yang disuntikkan yaitu insulin lispro, insulin aspart,
dan insulin glulisine tersedia secara komersial. Insulin kerja cepat memungkinkan
penggantian insulin prandial yang lebih fisiologis karena onset cepat dan aksi
puncaknya yang lebih awal lebih mirip dengan sekresi insulin prandial normal endogen
daripada insulin biasa, dan mereka memiliki manfaat tambahan memungkinkan skresi
insulin segera sebelum makan tanpa mengorbankan kontrol glukosa. Durasi kerjanya
jarang lebih dari 4-5 jam, yang menurunkan risiko hipoglikemia pasca-makan yang
terlambat. Insulin kerja cepat yang diinjeksi memiliki variabilitas penyerapan terendah
(sekitar 5%) dari semua insulin komersial yang tersedia (dibandingkan dengan 25%
untuk insulin reguler dan 25% hingga lebih dari 50% untuk formulasi analog kerja
panjang dan insulin intermediet, masing-masing). Mereka adalah insulin yang disukai
untuk digunakan dalam perangkat infus dan insulin subkutan.
Dari hasil diatas dapat diketahui bahwa kadar gula darah seseorang dapat
dipengaruhi oleh berat badan, berat badan lebih besar maka kadar gula darahnya tinggi.
Bisa juga dipengaruhi jenis kelamin, selain itu terutama pada makanan yang dimakan.
Jika makanan yang dimakan mengandung banyak gizi serta karbohidrat dan protein
seperti nasi, telur ceplok maka kadar gulanya akan meningkat lebih banyak
dibandingkan dengan memakan makanan yang mengandung sedikit protein.
BAB 6.
KESIMPULAN

6.1. Insulin bekerja dengan merangsang sel di seluruh tubuh untuk mengambil glukosa
dari aliran darah ke salam sel sehingga kadar gula darah akan menurun.
6.2. Metode uji antidiabetik dengan uji toleransi glukosa merupakan salah satu cara uji
yang dilakukan dokter untuk memastikan diagnose diabetes tipe 2 karena hasil yang
diperoleh merupakan seberapa baik tubuh mampu mengatur tingkat insulin dengan
glukosa darah yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Banjarnahor, E dan Wangko,S .2012. Jurnal biomedik “ Sel Beta Pankreas Sintesis
dan Sekresi Insulin “. Volume 4.
Katzung, B.G. 2012, Farmakologi Dasar & Klinik Edisi 12, Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai