PERCOBAAN II
UJI ANTIHIPERKOLESTEROLEMIA
Disusunoleh :
Kelompok 2
2020 – 2021
PERCOBAAN II
UJIANTIHIPERKOLESTEROLEMIA
A. LATAR BELAKANG
Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana kolesterol dalam darah
meningkat melebihi batas ambang normal yang ditandai dengan meningkatnya kadar
kolesterol LDL dan kolesterol total. Penggolongan hiperlipidemia primer dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hiperkolesterolemia dengan peningkatan kadar
Low density lipoprotein (LDL) dan kolesterol total. Kolesterol tidak larut dalam air,
sehingga dalam darah diangkut sebagai lipoprotein. Gangguan terhadap metabolisme
kolesterol terutama kadar LDL dan kolesterol total dapat meningkatkan resiko
aterosklerosis dan akhirnya menyebabkan penyakit jantung coroner.
Penyakit jantung koroner disebabkan ketika arteri menjadi sempit oleh
penumpukan lemak di dinding pembuluh darah. Pengobatan secara Farmakologi
yaitu menggunakan obat – oabt golongan antihiperkolesterolemia seperti
penghambat 3- hidroksi – 3 metil-glutaril coenzim A reduktase ( HMG CoA
redukase ), niasin, fibrat, resin terikat asam empedu, dan penghambat absorbsi
kolesterol. Atorvastatin adalah salah satu golongan obat dari statin yang digunakan
untuk terapi hiperkolesterolimea
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana mengetahui efek hipokolesterolemia dari golongan obat statin
berdasarkan perbedaan dosis yang diberikan pada tikus terinduksi diet tinggi lemak.
C. TUJUAN PERCOBAAN
Mampumengetahui efek hipokolesterolemia dari golongan obat statin berdasarkan
perbedaan dosis yang diberikan pada tikus terinduksi diet tinggi lemak.
D. TINJAUAN PUSTAKA
Hiperkolesterolemia adalah kondisi dimana kolesterol dalam darah
meningkat melebihi batas ambang normal yang ditandai dengan meningkatnya kadar
kolesterol LDL dan kolesterol total. Penggolongan hiperlipidemia primer dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu hiperkolesterolemia dengan peningkatan kadar
Low density lipoprotein (LDL) dan kolesterol total. Kolesterol tidak larut dalam air,
sehingga dalam darah diangkut sebagai lipoprotein. Gangguan terhadap metabolisme
kolesterol terutama kadar LDL dan kolesterol total dapat meningkatkan resiko
aterosklerosis dan akhirnya menyebabkan penyakit jantung coroner. Statin adalah
kelas obat penurun lipid. Statin menghambat secara kompetitif koenzim 3-hidroksi-
3-metilglutaril (HMG-CoA) reduktase, yakni enzim yang berperan pada sintesis
kolesterol, terutama dalam hati. Penghambatan enzim ini menyebabkan penurunan
konsentrasi kolesterol seluler sementara, yang kemudian mengaktifkan kaskade
sinyal seluler dan berpuncak pada aktivasi protein pengikat elemen regulasi sterol
(SREBP), faktor transkripsi yang mengatur ekspresi gen yang mengkodekan reseptor
LDL.Selain menurunkan LDL, statin terbukti bermanfaat dalam pencegahan primer
maupun pencegahan sekunder penyakit kardiovaskular, serta menurunkan morbiditas
dan mortalitas penyakit kardiovaskular bagi pasien yang memiliki faktor resiko
tinggi. Atorvastatin adalah salah satu golongan obat dari statin yang digunakan untuk
terapi hiperkolesterolemia. Rentang dosis yang dianjurkan adalah dari 10 mg sampai
80 mg. Target utama atau target primer terapi responden sebesar≥50%. Sedangkan
target sekunder adalah non-HDL seperti trigeliserida dan kolesterol total. Target
sekunder ini banyak dilakukan untuk responden hipertrigliserida yang disertai
dengan DM, sindrommetabolik, dan Penyakit Ginjal Kronik (PGK). Pada penelitian
Wang(2013) didapatkan bahwa penggunaan atorvastatin dapat menurunkan risiko
hyperlipidemia terutama pada metabolisme lipid dan metabolisme protein secarain
vivo dengan percobaan melalui mencit. Penelitian sadeghi (2014) didapatkan dengan
responden hiperkolesterolemia pada manusia didapatkan bahwa atorvastatin dengan
dosis 40 mg dapat meningkatkan kadar HDL secara signifikan akan tetapi tidak
berpengaruh signifikan untuk kadar non-HDL. Obat golongan statin dapat
memberikan efek samping pada dosis tinggi walaupun kejadiannya jarang terjadi.
Seperti dalam penelitian dalam Damianus Journal of Medicine Tahun 2013 bahwa
statin dengan dosis tinggi menyebabkan miopati dan rabdomiolisis terutama pada
responden dengan penyakit hati dan ginjal. Efektivitas pemberian atorvastatin dalam
menurunkan kadar kolesterol baik kolesterol LDL, HDL, dan trigeliserida salah
satunya sangat bergantung pada dosis pemberiannya. Statin (atorvastatin, fluvastatin,
pravastatin, rosuvastatindan simvastatin) menghambat secara kompetitif koenzim 3-
hidroksi-3 metilglutaril (HMG CoA) reduktase, yakni enzim yang berperan pada
sintesis kolesterol, terutama dalam hati. Obat-obat ini lebih efektif dibandingkan
obat-obat hypolipidemia lainnya dalam menurunkan kolesterol-LDL tetapi kurang
efektif disbanding fibrat dalam menurunkan trigliserida.
E. HIPOTESIS PERCOBAAN
Cara kerja obat antihiperkolesterol atorvastatin 50mg memiliki efek yang lebih cepat
dibandingkan atorvastatin 20mg & 30mg dalam menurunkan kadar kolesterol pada tikus.
F. METODOLOGI
a. Alat, bahandanhewanuji
Alat:
1. Mortirdan stamper
2. Gelas beaker
3. Magnetic stirrer
4. Labutakar
5. Batang pengaduk
6. Kertas timbang
7. Timbangan digital
8. Spuit oral
9. Syringe 2-5ml
10. Cholesterol meter dan kit
11. Silet/ bisturi (pisaubedah)
12. Kandang hewan
13. Penangas air atau kompor listrik
Bahan :
1. Akuades
2. Alcohol 70%
3. Pakan lemak tinggi / campuran lemak sapi dan minyak goreng dengan rasio 1:5
4. Obat antihiperkolesterolemia : atorvastatin
5. CMC-Na
Hewan uji :
1. Tikus putih
Prosedur Kerja:
PembuatanPakanTinggiLemak
Konfirmasikondisihiperkolesterolemiatikusdenganmengukurkadarko
lesterolnya
Tikus I
0,157 kg X 20 mg/ml
=
5 mg/ml
= 0,63 ml
Tikus II
0,172 kg X 20 mg/ml
5 mg/ml
= 0,68 ml
Tikus III
0,169 kg X 20 mg/ml
5 mg/ml
= 0,68 m
0,2 kg X 50 mg/kg
0,15 ml−1 ml
= 10mg/ml-26mg/ml
Atorvastatin 50mg/ml
Tikus I
0,19 kg X 50 mg/ml
=
11 mg/ml
= 0,86 ml
Tikus II
0,174 kg X 50 mg/ml
11 mg/ml
= 0,79 ml
Tikus III
0,168 kg X 50 mg/ml
11 mg/ml
=0,76 ml
Atorvastatin adalah salah satu golongan obat dari statin yang digunakan
untuk terapi hiperkolesterolemia. Atorvastatin bekerja dengan cara menghambat
koenzim 3- hidroksi-3-metilglutaril (HMG-CoA) reduktase, yakni enzim yang
berperan pada sintesis kolesterol dan dengan rentang dosis yang dianjurkan adalah
dari 10 mg sampai 80 mg (Pionis,2015). Target utama atau target primer terapi
responden adalah menurunkan kadar LDL pada responden sebesar >50%. Sedangkan
target sekunder adalah non-HDL seperti trigeliserid dan kolesterol total. Target
sekunder ini banyak dilakukan untuk responden hipertrigliseridemia yang disertai
dengan DM, sindrom metabolik, dan Penyakit Ginjal Kronik (PGK).
Dalam praktikum ini dilakukan percobaan terhadap hewan uji tikus (rattus
norvegicus) yang telah diinduksi diet tinggi lemak. Penelitian ini menggunakan tikus
sebagai hewan uji karena mempunyai kemiripan dengan manusia dalam hal fisiologi,
anatomi, nutrisi, patologi dan metabolisme. tikus yang dipilih adalah yang berjenis
kelamin jantan dan dibagi menjadi 4 kelompok.
Dosis lazim atorvastatin pada manusia adalah 20 mg/kg. Konversi dosis yang
digunakan adalah dosis manusia ketikus dengan berat badan rata-rata 200 g factor
koreksi yang digunakan dari manusia ke tikus adalah 6, dalam praktikum ini
diberlakukan dosis uji coba yaitu 10 mg/kg,20 mg/kg,dan 50 mg/kg .
Pada minggu ke- 6 pemberian obat pada kelompok control dilihat tidak terjadi
penurunan berat badan yang signifikan yaitu rata-rata 0,71% dengan penurunan rata-
rata kolesterol 2,36%, begitu juga pada kelompok Atorvastatin 10 mg mengalami
penurunan BB 3,48% dengan penurunan rata-rata kolesterol 5,18%, dan kelompok
Atorvastatin 20 mg mengalami penurunan berat badan yang cepat dan signifikan
yaitu rata-rata 19,12% dengan penurunan rata-rata kolesterol 20,87%, sedangkan
pada kelompok atorvastatin 50 mg terjadi penurunan berat badan yang tidak
signifikan yaitu rata-rata 9,6% dengan penurunan kolesterol rata-rata 10,62%.
Data hasil penurunan kadar kolesterol total dilakukan sebanyak 3 kali yakni kolestrol
sebelum perlakuan hari ke-0,kolestrol setelah diinduksi diet tinggi lemak hari ke-4,
dan pengukuran kolestrol setelah pemberian obat hari ke-6. Pengukuran kadar
kolesterol total dilakukan dengan cara mengambil sample darah dari ekor tikus yaitu
serangkaian pemeriksaan laboratorium sederhana menggunakan alat cholesterol
meter.
Klasifikasi kadar lipid plasma menurut NCEP ATP III menjelaskan apabila kadar
kolesterol total < 200 mg/dl dapat dikatakan kolesterol normal dan sebaliknya jika
kolesterol total > 200 mg/dl maka dikatakan kolesterol total tinggi pada manusia.
Perubahan rata-rata kolestrol total dari tikus yang diinduksi diet tinggi lemak
dengan pemberian dosis obat atorvastatin 10mg/kg,20mg/kg,50mg/kg ,pada induksi
diet tinggi lemak didapatkan hasil peningkatan kolestrol pada minggu ke-4
,pemberian pakan tinggi lemak dihentikan pada akhir minggu ke-4 ,dan pemberian
obat dilanjutkan sampai minggu ke-2 dari hasil yang diperoleh metunjukan
kelompok control negative yaitu cmc-na tidak terjadi penurunan kadar kolestrol
yang signifikan ,dan pada kelompok atorvastatin 10 mg dan 50 mg terjadi
penurunan kolesterol namun tidak terlalu rendah, pada pemberian atorvastatin 20
mg penurunan kolesterol sangat maksimal dan hampir menunjukan kolestrol
mampu turun dengan cepat yaitu 20,875% (SD=0,0145) dan hampir menunjukan
kadar normal kolestrol total.
Dari hasil praktikum tidak sesuai dengan literatur yang ada yang menyatakan bahwa
semakin besar dosis atorvastatin yang diberikan memiliki efektivitas lebih baik dan
lebih cepat dalam menurunkan kolesterol total pada tikus yang diinduksi diet tinggi
lemak. Pada saat praktikum pemberian atorvastatin 20 mg pada tikus lebih efektif
masuk kedalam tubuh tikus, sedangkan pada atorvastatin 10 mg dan 50 mg pada
saat pemberian tidak semua dosis masuk kedalam tubuh tikus karena tidak tertelan
dengan baik atau dimuntahkan sehingga mengurangi jumlah dosis dan efektifitas
dari atorvastatin 10 mg dan 50 mg dalam menurunkan kadar kolesterol.
I. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum tidak sesuai dengan literatur yang ada yang menyatakan bahwa
semakin besar dosis atorvastatin yang diberikan memiliki efektivitas lebih baik dan lebih
cepat dalam menurunkan kolesterol total pada tikus yang diinduksi diet tinggi lemak.
Penggunaan dosis obat Atorvastatin yang berbeda memiliki efektifitas yang berbeda
dalam percobaan ini. Dalam percobaan ini dapat dilihat bahwa dosis Atorvastatin 10 mg
dan 50 mg mampu menurunkan kolestrol namun tidak signifikan karena pada saat
pemberian dosis tidak tertelan dengan baik atau dimuntahkan sedangkan dosis
Atorvastatin 20 mg memiliki efektifitas lebih baik dan lebih cepat dalam menurunkan
kolestrol total karena pada saat pemberian dosis lebih efektif masuk kedalam tubuh tikus
yang diinduksi diet tinggi lemak.
K. DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2004. Prinsip – Prinsip Ilmu Gizi . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
American Heart Association (AHA). 2007. 1-3 – Scientific Position, Risk Factors And
Coronary Heart Disease, AHA Scientific Position.
American Society Of Health System Pharmacists. 2011. Ahfs Drug Information. United
States Of America.
Charles, F., Lora, L., Marton, P., And Leonard, L. 2009. Drug Information Handbook, 18th
Edition, American: Lexi-Comp.
City, Ardhilla And Noni, Oktaviani, 2013. Diaskol Jantroke (Diabetes Millitus, Asam Urat,
Kolesterol, Jantung, Dan Stroke). Yogyakarta: Azna Books. Hal 30-35.
Dipiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. And Dipiro C. V. 2015. Pharmacotherapy
Handbook, Ninth Edit. Inggris: Mcgraw-Hill Education Companies.
Ditjen Pom. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Ri.
Hal. 748.
Goodman & Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi. Edisi Bahasa Indonesia. Amalia
Hanif Et Al, Ed. 10. Jakarta: Egc
Katzung B.G. 2002. Farmakologi Dasar Dan Klinik Ed 8. Jakarta: Selemba Medika.
Laurentia, Ys. 2012. Dislipidemia Pada Obesitas Dan Tidak Obesitas Di Rsup Dr. Kariadi
Dan Laboratorium Klinik Swasta Di Semarang.[Jurnal]. Semarang: Fk Undip, Hal: 3
Mayes P.A. 2003. Lipid Yang Memiliki Makna Fisiologis. Dalam: Murray R.K., Granner
D.K., Mayes P.A., Rodwell V.W., Ed: Biokimia Harper. Edisi 25. Jakarta: Egc. Hal
148-159.