Anda di halaman 1dari 28

Materi 5

Pengujian Efek Diuretik


Dosen Pengampu :
apt. Nurhidayati Harun, M.Farm
apt. Nia Kurniasih, M.Sc
Kelompok 3 :
1. Adi Arifin
01 (2104277002)
2. Bella Rahayu Hermawan (2104277010)
3. Hilmi Nurul Aeni (2104277019)
4. Ine Seri Irmanda (2104277021)
5. Khofifah Zanuar (2104277023)
6. Rifki Nabil Atollah (2104277033) 04
7. Selviana Putri Dewi (2104277039)
8. Ryyas Dzakiyyah (2114277003)
Tinjauan Pustaka
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin. Istilah diuretik
mempunyai 2 pengertian, pertama menunjukan adanya penambahan volume urin yang diproduksi
dan yang ke dua menunjukan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat yang terlarut dalam air. Fungsi
utama diuretik adalah untuk memobiisasi cairan edema, yang berarti mengubah keseimbangan
cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal (Departemen
Farmakologi dan Terapeutik, 2007).
Golongan obat diuretik yang umum diresepkan contohnya HCT (hydrochlor orthiazide) dan
Spironolakton. Efek samping dari penggunaan jangka panjang bisa berupa hipokalemi (kadar kalium
rendah dalam darah), dan hiperurisemia (kadar asam urat meningkat dalam darah). Penggunaan
diuretik harus dihindari pada pasien tekanan darah tinggi disertai kencing manis (diabetes) atau
pada pada penderita kolesterol. (Departemen Farmakologi dan Terapeutik, 2007).
Pengaruh diuretik terhadap eksresi zat terlarut penting artinya untuk menentukan
tempat kerja diuretik dan sekaligus untuk meramalkan akibat penggunaan suatu diuretik.
Secara umum diuretik dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu (Ganiswara,2007) :
1. Diuretik osmotik
2. Penghambat mekannisme transport elektrolit
Dan secara khusus, obat diuretik yang dapat menghambat transport elektrolit ditubuli
ginjal terdiri atas (Ganiswara.2007)
1. Penghambat karbonik anhidrase
2. benzotiadiazid
3. Diuretik hemat kalium
4. Diuretik kuat
Metodologi
A. Alat dan Bahan

Alat Bahan Obat

- Spuit injeksi 1 ml - Marmut (jumlah 2 ekor), - CMC Na 1 %


bobot tubuh ± 180 g
- Timbangan hewan - Injeksi furosemid 40 mg

- Corong gelas - Tablet furosemid 40 mg

- Beaker glass - Tablet spironolakton 50


mg
- Gelas ukur - Tablet hidroklortiazid 25
mg
- Sonde oral
B. Prosedur kerja

Puaskan marmot selama 12-16 jam, tetapi tetap diberikan air minum

Sebelum pemberian obat, berikan air hangat peroral sebanyak 50 ml/kgBB marmot

Tikus dibagi menjadi 3 kelompok dimana masing-masing kelompok terdiri dari 2 ekor
marmot dengan perbedaan dosis obat yang diberikan :
Kelompok 1 : CMC Na 1 % secara oral
Kelompok II : Furosemid 40 mg/ 70 kgBB manusia secara IV
Kelompok III : Furosemid 40 mg/ 70 kg/BB manusia secara oral
Atau
Kelompok 1 : CMC Na 1 % secara oral
Kelompok II : Spironolakton 50 mg/ 70 kgBB manusia secara oral
Kelompok III : Hidroklortiazid 25 mg/ 70 kg/BB manusia secara oral
Hitung dosis dan volume pemberian obat dengan tepat untuk masing-masing

Berikan larutan obat sesuai kelompok masing-masing

Tempatkan marmot kedalam kandang diuretik

Kumpulkan urine selama 2 jam, catat frekuensi pengeluaran urine dan jumlah
urine setiap kali dieksreksikan

Hitung presentase volume kumulatif urine yang dieksreksikan


Hasil pengamatan
A. Perhitungan dosis
1. Furosemid 40 mg
 Dosis konversi
0,031 x 40 mg = 1,24 mg
 Dosis per berat hewan
x 1,24 mg = 1,038 mg
 Dosis stok 70 ml
x 1,24 mg = 8,68 mg
- x 10 ml = 9,40 ml
- x 10 ml = 6,35 ml
2. Hidroklortiazid 25 mg
 Dosis konversi
0,031 x 25 mg = 0,775 mg
 Dosis per berat hewan
x 0,775 mg = 0,64 mg
 Dosis stok 70 ml
x 0,775 mg = 5,42 mg
- x 10 ml = 6,71 ml
- x 10 ml = 8,89 ml
3. Aquadest
- x 10 ml = 10 ml
- x 10 ml = 8,05 ml
Pembahasan
Praktikum kali ini merupakan pengujian obat-obat yang berkhasiat sebagai diuretik.
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urine sehingga
mempercepat pengeluaran urine dari dalam tubuh. Fungsi utama diuretika adalah untuk
memobilisasi cairan udem, yang berarti mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa
sehingga volume cairan ekstra sel kembali menjadi normal.

Obat-obatan yang digunakan pada praktikum kali ini ialah furosemid, Hidroklortiazid dan
kontrolnya menggunakan aquadest. Golongan diuretik kuat dengan mekanisme kerja
menghambat penyerapan kembali natrium oleh sel tubulu ginjal. Furosemid meningkatkan
pengeluaran air, natrium, klorida, kalium dan tidak mempengaruhi tekanan darah normal.
Hidroklortiazid merupakan golongan benzotiazida dengan mekanisme kerjanya adalah
untuk menghambat ginjal untuk menahan cairan. Hidroklortiazid bekerja dengan cara
menghambat simporter Na +, Cl ditubulus distal. Mekanisme kerja hidroklortiazid yaitu inhibisi
reabsorpsi pada tubulus ginjal, akibatnya eksreksi Na dan air meningkat.

Jadi marmot yang diberikan furosemid memberikan efek diuresis yang lebih tinggi daripada
marmot yang diberikan hidroklortiazid (Mycek,1997)
Kesimpulan
1. Efek utama dari obat efek diuretik ialah meningkatkan volume urine yang
diproduksi serta meningktakan jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dan air.
2. Mekanisme kerja obat diuretik yaitu menghambat reabsorsi elektolit Na+ pada
bagian-bagian nefron yang berbeda, akibatnya Na+ dan ion lain seperti Cl
memasuki urine dalam jumlah yang banyak dibandingkan bila dalam keadaan
normal bersama-sama air, yang menyangkut secara pasif untuk mempertahankan
keseimbangan osmotik sehingga meningkatkan volume urine.
3. Pada praktikum kali ini marmot yang diberikan furosemid memberikan efek
diuresis yang lebih tinggi daripada marmot yang diberikan hidroklortiazid
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Sulistia Gan, Ganiswara, V. HS., R. Setiabudy, D. F Suyatno, Nafrialdi,2007,
Farmakologi dan Terapi Edisi V , Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran,
Universitas Indonesia, Penerbit EGC : Jakarta , 571-573.
Mycek,M.J., Harvey, R.A., Champer,P.C., 1997, Farmakologi Ulasan Bergambar Edisi
kedua, Penerbit Widiya Medika: Jakarta, Hal 230-231
Neal, M.J., 2010, Ata Glance Farmakologi Medis, Penerbit Erlangga : Jakarta
Tan Hoan , Tjay, Kirana Rahardja, 2007,0bat-obatan penting Edisi 6,PT. Elex Media
Komputindo : Jakarta
Materi 6
Pengujian Efek Hipolipidemik
Tinjauan pustaka
Hipolipidemik adalah obat yang digunakan untuk menurunkan kadar lipid plasma.
Tindakan menurunkan kadar plasma merupakan salah satu tindakan yang ditunjukan untuk
menurunkan resiko penyulit enterosklerosis (Mardjono,2007).

Kolesterol adalah zat alamiah dengan sifat fisik serupa lemak tetapi berumus steroida
seperti banyak senyawa alamiah lainnya. Kolesterol merupakan bahan bangun esensial bagi
tubuh untuk sintesa zat zat penting seperti membrane sel dan bahan isolasi sekitar saraf, begitu
pula hormone empedu (Tjay,2002).

Hiperlipidemia adalah keadaan dimana kadar lipoprotein darah meningkat. Dapat


dibedakan antara dua jenis (Tjay, 2002).

1. Hiperkolesterolimia dengan peningkatan LDL

2. Hipertrigliseridemia, dimana kadar TG meningkat


Penggolongan obat hipolipidemik yaitu :

1. Asam Fibrat

Contohnya klofibrat dan Gemfibrozil. Mekanisme kerja nya peningkatan kolesterol plasma
dengan cara menurunkan LDL

2. Resin

Contohnya Kolestiramin , kolestipol. Mekanisme kerjanya : Menurunkan kadar kolesterol plasma


dengan cara menurunkan LDL.

3. Penghambat HMG –coA reduktase

Contohnya Merastatin, lorastatin, pravastatin, dan simvastatin. Mekanisme : Menurunkan


dengan kuat kolesterol total, LDL , dan VLDL lebih ringan sedangkan HDL dinaikan

4. Asam nikotinat

Perifer berkurang sehingga kadar kolesterol plasma nya meningkat. Peningkatan kadar kolesterol
sebagian disalurkan ke dalam makrofag yang akan membenhtuk sel busa.
Metodologi
1. Alat dan bahan

Alat Bahan Obat

- Timbangan hewan - Mencit (jumlah 2 ekor) - Propiltiourasil (PTU)


perkelompok
- Corong gelas - Minyak nabati/lipomed

- Beaker glass - Simvastatin

- Gelas ukur - Gemfibrosil

- Sonde oral

- Tes kolesterol

- Trigliserid
2. Cara kerja

Hewan diinduksi secara oral dengan dosis propiltiourasil (PTU) 10 mg/kgBB


selama 7 hari

Diberi air minum yang mengandung 0,01 % PTU dalam air minum selama 7 hari.
Pada hari ke 8 obat uji diberikan kepada hewan secara oral

Kelompok obat uji dibagi dalam 3 kelompok yaitu :


Kelompok I : Aquadest 1 ml
Kelompok II : Simvastatin 20 mg/kgBB per oral
Kelompok III : Gemfibrozil 600 mg/kgBB per oral
Satu jam setelah pemberian obat uji, hewan diberi larutan kolesterol dosis tinggi
dalam minyak nabati 400 mg/kgBB. Kadar kolesterol total serum diukur setiap 1
jam setelah pemberian kolesterol selama 6 jam
Hasil pengamatan
A. Perhitungan dosis
1. Simvastatin
 Dosis konversi
0,0026 x 10 mg = 0,026 mg
 Dosis per berat hewan
x 0,0026 mg = 0,035 mg
 Dosis stok 70 ml
x 0,026 mg = 0,52 mg
- x 0,5 ml = 0,40 ml
- x 0,5 ml = 0,29 ml
2. Gemfibrozil
 Dosis konversi
0,0026 x 300 mg = 0,78 mg
 Dosis per berat hewan
x 0,78 mg = 1,05 mg
 Dosis stok 70 ml
x 0,78 mg = 15,6 mg
- x 0,5 ml = 0,29 ml
- x 0,5 ml = 0,37 ml
3. Aquadest
- x 0,5 ml = 0,5 ml
- x 0,5 ml = 0,35 ml
Jenis obat Hewan Kadar kolesterol Kadar kolesterol
setelah diinduksi
1 2 3 4 5 6

Gemfibrozil Mencit 128 mg/dl 118 110 90 87 80 75

Gemfibrozil Mencit 196 mg/dl 160 145 135 125 115 84

Simvastatin Mencit 194 mg/dl 180 165 155 135 115 95

Simvastatin Mencit 137 mg/dl 121 117 110 105 98 90

Aquadest Mencit 189 mg/dl 184 175 166 150 145 140

Aquadest Mencit 160 mg/dl 155 148 143 137 132 125
Pembahasan
Obat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah simvastatin, gemfibrosil dan aquadest
sebagai kontrol. Sedangkan penginduksi yang digunakan adalah propiltiorasil (PTU).
Gemfibrozil menghambat lipolisis perifer dan menurunkan asam lemak bebas yang
diekstraksi oleh hepar, sehingga mengurangi produksi trigliserida. Gemfibrozil juga menghambat
sintesa dan menaikan bersihan apolipoprotein B pembawa VLDL sehingga memberi manfaat untuk
mengurangi produksi VLDL.
Adapun mekanisme kerja obat simvastatin. Simvastatin merupakan obat antiherlipidemik
golongan penghambat HMG CoA reduktase. Ini merupakan obat yang menurunkan kadar
kolesterol.
Berdasarkan data pengamatan, dapat disimpulkan bahwa obat gemfibrozil lebih efektif dalam
menurunkan kadar kolesterol dibandingkan dengan simvastatin. Namun kedua obat ini tetap
memberikan efek antihiperlipidemik spesifik, sedangkan aquadest tidak memberikan efek
antihiperlipidemik
Kesimpulan

Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa obat gemfibrozil lebih efektif
dalam menurunkan kadar kolesterol dibandingkan dengan simvastatin, namun ke dua
obat ini tetap memberikan efek antihiperlipidemik yang spesifik. Sedangkan aquadest
tidak memberikan efek antihiperlipidemik.
Daftar Pustaka
Mycek 2002,N,P,O,2017. Gambaran Kadar kolesterol pada pecandu rokok usla
dewasa dikelurahan atotowo kecamatan landano kabupaten konowe selatan
provinsi Sulawesi Tenggara : Politeknik Kesehatan kemenkes kendari
Mardjono, 2007, perbedaan kadar trigliserida darah pada perokok dan bukan
perokok,Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Tjay, H,T, and Rahardja,k,2007, obat-obatan penting, khasiat, pengguna dan efek
sampingnya ,Edisi 6. 570-573,PT Elex Media komputindo, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai