DISUSUN OLEH:
KELOMPOK :3
KELAS : 2B
GELOMBANG : 2
2023/2024
PERCOBAAN 7
A. Tujuan Percobaan
B. Dasar Teori
Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme purin yang merupakan hasil buangan dari
purin. Purin adalah zat alami yang merupakan salah satu kelompok struktur kimia
pembentuk DNA dan RNA (Noviyanti, 2015). Kadar asam urat normal pada pria berkisar
antara 3,5-7 mg/dL dan pada wanita 2,6-6 mg/dL (Fitriana, 2015). Jika produksi asam urat
meningkat atau ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat dari dalam tubuh maupun
keduanya, maka kadar asam urat dalam darah akan meningkat. Kondisi ini disebut
hiperurisemia (Dipiro dkk, 2005).
Hiperurisemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat (hingga di atas
7,0 mg/dL untuk pria dan 6,0 mg/dL untuk wanita) dalam tubuh. (Ernst dkk, 2008).
Kelebihan asam urat yang terjadi terus menerus dapat menyebabkan terjadinya penumpukan
kristal monosodium urat. Penumpukan kristal ini dapat terjadi dimana saja terutama pada
sendi. Pengendapan kristal yang terjadi berulang-ulang, akan menyebabkan penumpukan
natrium urat pada bagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga (Smeltzer
dan Bare, 2001). Keadaan ini dapat menimbulkan terjadinya gout, tofus, batu asam urat dan
nefropati urat yang mengganggu penderita hiperurisemia (Lugito, 2013).
Usaha untuk menurunkan kadar asam urat darah dapat dilakukan dengan mengurangi
produksi asam urat atau meningkatkan ekskresi asam urat oleh ginjal (Price dan Wilson,
2002). Alluporinol adalah contoh obat yang bekerja menghambat pembentukan asam urat
melalui penghambatan aktivitas enzim xantin oksidase dan probenesid merupakan contoh
obat urikosurik yang dapat meningkatkan ekskresi asam urat dengan menghambat
reabsorbsi di tubulus ginjal (Price dan Wilson, 2002; Gilman dkk, 2012; Katzung dkk,
2012).
Hiperurisemia adalah keadaan dimana kadar asam urat di dalam darah meningkat dan
mengalami kejenuhan. Hal ini dapat terjadi karena meningkatnya sintesis asam urat tersebut,
penurunan ekskresi asam urat oleh ginjal atau keduanya. Kadar normal asam urat dalam
darah adalah 3,4-7,0 mg/dL pada pria dan 2,4-5,7 mg/dL pada wanita (Hardian, 2014).
Asam urat merupakan hasil akhir dari katabolisme purin. Purin sendiri ialah zat alami
yang merupakan salah satu kelompok struktur kimia pembentuk DNA dan RNA (Noviyanti,
2015).
Peningkatan kadar asam urat dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat badan,
konsumsi makanan tinggi purin, konsumsi alkohol, penggunaan obat-obat tertentu, dan
gangguan fungsi ginjal. Jenis makanan yang mengandung purin tinggi, seperti jeroan (hati,
ginjal, dan paru), udang, kepiting, bayam dan melinjo termasuk jenis makanan yang paling
digemari oleh masyarakat Indonesia (Dira dan Harmel, 2014; Wahyuningsih et al., 2015).
Berdasarkan faktor umur dan jenis kelamin, hiperurisemia cenderung meningkat pada pria
yang berumur 30 tahun dan pada wanita yang berumur 50 tahun, sehingga pria lebih berisiko
daripada wanita (Dipiro et al., 2008). Hal ini berhubungan dengan adanya hormone estrogen
pada wanita (Harrison, 2008). Adanya hormon estrogen dapat membantu meningkatkan
ekskresi asam urat melalui ginjal, sehingga asam urat dalam tubuh dapat dikontrol (Price dan
Wilson, 2005).
1. Alat :
• Sarung tangan
• Masker
• Timbangan gram
• Timbangan ohous
• Beaker glass
• Stamper mortir
• Wadah/toples pengamatan
• Cawan penguap
• Alkohol swabs
• Na cmc 1 %
• Aquadest
D. Monografi Bahan
ALLUPURINOLUM
Alupurinol
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air dan etanol, larut dalam laruta kalium dan natrium
hidroksida, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter
PIROKSIKAM
Pemerian : Serbuk, hampir putih atau coklat terang atau kuning terang ; tidak berbau. Bentuk
monohidrat warna kuning
Kelarutan: Sangat sukar larut dalam air, dalam asam-asam encer dan Sebagian besar pelarut
organic ; sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali mengandung air.
Natrium Karboksimetilselulosa
Pemerian : Serbuk atau butiran ; putih atau putih kuning gading ; tidak berbau atau hamper tidak
berbau ; higroskopik
Kelarutan: Mudah mendispersi dalam air, membentuk suspense koloidal ; tidak larut dalam
etanol (95%) p, dalam eter p dan dalam pelarut organik
AQUA DESTILLATA
Air Suling
Mencit
Habituasi Selesai
2.Prosedur Percoban
Mencit
Hewan percobaan yang telah dikelompokkan sebelumnya, ditimbang berat badannya lalu
dicatat
Siapkan aquadest dan buat suspensi kalium osonat, suspensi alopurinol, suspensi
kolkisin, suspensi piroksikam
Semua hewan percobaan diukur kadar asam urat darah dibagian ekor sebagian ekor
kadar awal (normal)
Semua hewan uji diberikan suspensi kalium oksonat sebagai penginduksi hiperusemia
secara IP 1 ml ( sesuaikan berat badan mencit)
Satu jam kemudian, semua hewan percobaan diukur kembali kadar asam urat
darahnya.
Seluruh hewan percobaan diberi larutan uji dengan dosis yang sesuai dan dengan
ketentuan sebagai berikut:
• Kelompok 1 sebagai kontrol negatif, diberikan aquadest secara po
• Kelompok 2 sebagai kelompok allpurinol, diberikan suspensi allopurinol secara
po
• Kelompok 3 sebagai kelompok kolkisin, diberikan suspensi kolkisin secara po
• Kelompok 4 sebagai piroksikam, diberikan suspensi pirosikam secara po
Kadar asam urat hewan percobaan diukur pada menit ke – 30, 60, 90 dan 120setelah
pemberian larutan uji
Hitung persentase penurunan kadar asam urat darah
selesai
F.PERHITUNGANBAHAN
Diketahui :
- Dosis terapi kolkisin 1 × pakai untuk manusia dengan berat badan 70 kg = 0,5 m
- Na.Cmc 1 %
Dijawab :
G. PERTANYAAN
Jawab :
Kalium oksanat merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat enzim xanthine
oxidase. Xanthine oxidase berperan dalam metabolisme purin, yaitu mengubah xanthine menjadi
asam urat.Dengan terhambatnya kerja enzim xanthine oxidase, maka xanthine tidak dapat diubah
menjadi asam urat. Sehingga xanthine akan terakumulasi di dalam tubuh.Adanya akumulasi
xanthine dalam jumlah besar akan merangsang jalur metabolisme purin alternatif, yaitu jalur
enzim guanase. Enzim guanase berfungsi mengubah guanin menjadi xantin.Peningkatan kerja
dari jalur enzim guanase ini menyebabkan produksi xanthine semakin masif. Xanthine yang
berlebihan ini kemudian akan dikonversi menjadi asam urat melalui jalur non-enzimatik
Peningkatan produksi asam urat inilah yang mengakibatkan terjadinya
hiperurisemia(peningkatan kadar asam urat dalam darah).Jadi, kalium oksanat menyebabkan
hiperurisemia melalui mekanisme penghambatan kerja enzim xanthine oksidase, memacu jalur
metabolisme purin alternatif enzim guanase, sehingga produksi xanthine dan asam urat
meningkat drastis.
Jawab :
Asam urat terbentuk dari metabolisme purin. Purin merupakan senyawa nitrogen yang
terdapat dalam tubuh yang berasal dari asupan makanan maupun sintesis tubuh.Dalam
metabolisme purin, senyawa purin seperti adenin dan guanin diubah menjadi hipoksantin oleh
enzim purin nukleosida fosforilase (PNP).Selanjutnya hipoxantin dioksidasi oleh enzim xantin
oksidase menjadi xantin.Xanthine kemudian dioksidasi lagi oleh enzim xanthine oxidase menjadi
asam urat.Asam urat yang terbentuk sebagian dikeluarkan dari tubuh melalui urin dan sebagian
lagi matiarkan dalam darah.Bila produksi asam urat berlebihan atau pengeluarannya terganggu,
maka kadar asam urat darah akan meningkat (hiperurisemia) yang dapat memicu terbentuknya
Jadi, secara singkat asam urat terbentuk dari metabolisme purin dalam tubuh dengan bantuan
beberapa enzim termasuk xanthine oxidase. Tingginya asam urat darah dapat menimbulkan
masalah kesehatan seperti asam urat (asam urat).
3. Tuliskan kelarutan, onset, t ½, waktu puncak, durasi, mekanisme kerja obat dan efek samping
obat allopurinol, kolkisin dan piroksikam!
Jawab:
Allopurinol
Kelarutan : Larut dalam alkali hidroksida dan asam mineral encer. Tidak larut dalam
udara atau organik.
t1/2 : 1-3 jam
Waktu puncak : 1-2 jam
Mekanisme kerja : Inhibitor xanthin oksidase. Menghambat pembentukan asam urat.
Efek samping : Setahun pertama dapat menyebabkan serangan arthritis, demam ringan,
ruam kulit, nefritis interstisial, nekrosis hepatitis. Setelahnya dapat menyebabkan mual,
diare, dan sakit kepala.
Kolkisin
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan alcohol
t1/2 : Sekitar 10 jam
Waktu puncak : 1-2 jam
Mekanisme kerja : Menghambat migrasi dan fagositosis leukosit ke area inflamasi dan
deposisi kristal urat.
Efek samping : Mual, diare, kehilangan nafsu makan, cemas, sakit kepala, dan ruam.
Piroksikam
Kelarutan : Kurang larut dalam udara, sangat larut dalam etanol dan metanol.
t1/2 : 50 jam
Waktu puncak : 3-5 jam
Mekanisme kerja : Inhibitor enzim siklooksigenase dan pengurangan prostaglandin yang
menyebabkan nyeri dan inflamasi.
Efek samping : Perut kembung, mual, diare, dan nyeri perut. Jarang menyebabkan ulkus
lambung atau usus.
H. HASIL PENGAMATAN
No BB Volume Volume
Kelompok Hewan Pemberian Pemberian
Percobaan Replikasi Uji larutan Obat Kalium Oksanat
(g) (mL) (mL)
1 17,8 0,89 0,89
1. Kontrol Negatif
2 22 1 1
3 14,6 0,73 0,73
1 15,2 0,76 0,76
2. Allopurinol
2 16 0,8 0,8
3 21,4 1 1
1 14,2 0,71 0,71
3. Kolkisin
2 14,75 0,73 0,73
3 14,6 0,73 0,73
1 15,1 0,75 0,75
4. Piroksikam
2 14 0,7 0,7
3 18 0,9 0,9
Berat Badan
Berat toples kosong : 55,7gram
Berat mencit 1 : 69,9 gram - 55,7 gram = 14,2 gram (Jantan)
Berat mencit 2 : 70,45 gram - 55,7 gram = 14,75 gram (Jantan)
Berat mencit 3 : 70,3 gram - 55,7 gram = 14,6 gram (betina)
Volume Pemberian IP dan PO
14 , 2 gram
Mencit 1 : × 1=0 , 71 mL
20
14 , 75 gram
Mencit2 : × 1=0 , 73 mL
20
14 , 6 gram
Mencit3 : ×1=0 ,73 mL
20
Kontrol Negatif
t 0−t ak h ir
Mencit 1 : × 100 %
t0
3−2 , 6
: × 100 %
3
: 13,33 %
t 0−t ak h ir
Mencit2 : × 100 %
t0
11, 8−10 , 1
: × 100 %
11, 8
: 14,40 %
t 0−t ak h ir
Mencit 3 : × 100 %
t0
3−2 , 6
: × 100 %
3
: 13,33 %
Allopurinol
Mencit 1 : −¿
t 0−t ak h ir
Mencit 2 : × 100 %
t0
3 ,5−3 , 5
: × 100 %
3,5
:0%
t 0−t ak h ir
Mencit3 : × 100 %
t0
2 ,6−2 , 6
: × 100 %
2,6
:0%
Kolkisin
t 0−t ak h ir
Mencit 1 : × 100 %
t0
3 ,5−3 , 5
: × 100 %
3,5
:0%
t 0−t ak h ir
Mencit2 : × 100 %
t0
3 ,5−3 , 5
: × 100 %
3,5
:0%
t 0−t ak h ir
Mencit3 : × 100 %
t0
8 ,2−2 , 6
: × 100 %
8 ,2
: 68,29 %
Piroksikam
t 0−t ak h ir
Mencit 1 : × 100 %
t0
2 ,6−2 , 6
: × 100 %
2,6
:0%
t 0−t ak h ir
Mencit2 : × 100 %
t0
2 ,6−2 , 6
: × 100 %
2,6
:0%
t 0−t ak h ir
Mencit3 : × 100 %
t0
31, 4−2, 6
: × 100 %
31 , 4
: 23,52%
I. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini melakukan uji efek obat antihiperurisemia pada hewan uji yaitu mencit.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menganalisis efek antihiperurisemia dari allopurinol,kolkisin dan
piroksikam pada hewan percobaan.
Larutan uji yang digunakan pada percobaan ini adalah aquadest sebagai kontrol negatif,
Allopurinol,kolkisin, dan piroksikam sebagai kontrol positif. Larutan uji diberikan pada mencit secara
peroral, pemberian secara peroral ini ditujukan supaya larutan uji bisa langsung masuk ke dalam saluran
pencernaan mencit, sehingga sesuai dengan tujuan praktikum yaitu mengamati efek antihiperurisemia
yang terjadi pada mencit.
Pada praktikum ini dibagi menjadi 4 kelompok, setiap kelompok menggunakan 3 ekor mencit untuk
pengujian kali ini. Kemudian tiap kelompok diberi perlakuan dimana kelompok 1 sebagai kontrol negatif
yaitu larutan aquadest, kelompok 2,3 dan 4 sebagai kontrol positif yaitu Allopurinol,kolkisin, dan
piroksikam. Kemudian menimbang berat badan mencit terlebih dahulu untuk dapat menyesuaikan dosis
peroral yang akan diberikan dengan berat badan mencit. Setelah ditimbang dan disesuaikan dosis nya,
kemudian diukur kadar asam urat darah dibagian ekor sebagai kadar awal (normal) dengan cara
mensayat ekor menggunakan silet kemudian diambil darahnya dan diukur menggunakan alat pengukur
asam urat. Kemudian diberikan suspensi kalium oksonat sebagai penginduksi hiperurisemia secara IP
1mL (sesuai dengan berat badan mencit). Setelah diberikan larutan penginduksi diukur kembali kadar
asam urat darahnya setelah 1 jam.Setelah 1 jam kemudian diberikan larutan uji yaitu aquadest,
allopurinol,kolkisin dan piroksikam pada tiap kelompok secara peroral pada mencit. Setelah diberikan
larutan uji, diukur kadar asam urat mencit pada menit ke 30,60,90 dan 120 setelah pemberian larutan
uji. Setelah diberikan larutan uji diukur kadar asam urat mencit pada menit ke 30, dan 60
Pada kelompok 1 larutan uji yang digunakan yaitu aquadest sebagai kontrol negatif, larutan aquadest
diberikan secara PO. Pada mencit 1 diberikan kalium oksonat sebanyak 0,95ml dan aquadest sebanyak
0,95ml. Kadar asam urat darah pada mencit 1 ta= 2,6 to=2,6 pada menit ke 30=2,6 dan menit ke 60=6,2.
Pada mencit 2 diberikan kalium oksonat sebanyak 0,99ml dan aquadest sebanyak 0,99ml.Kadar asam
urat darah pada mencit 2 ta= 2,6 to=3,3 pada menit ke 30=10,6 dan menit ke 60=2,6. Pada mencit 3
diberikan kalium oksonat sebanyak 0,82ml dan aquadest sebanyak 0,82ml.Kadar asam urat darah pada
mencit 3 ta= 3,5 to=3,5 pada menit ke 30=3,5 dan menit ke 60=3,5. Didapatkan % rata-rata penurunan
kadar asam urat darah yaitu -39,08 %.
Pada kelompok 2 larutan uji yang digunakan yaitu allopurinol sebagai kontrol positif,diberikan
allopurinol secara PO. Pada mencit 1 diberikan kalium oksonat sebanyak 0,95ml dan allopurinol
sebanyak 0,95mL.Kadar asam urat darah pada mencit 1 ta=3,5 to=6,6 pada menit ke 30=3,5 dan menit
ke 60= 3,5.Pada mencit 2 diberikan kalium oksonat sebanyak 0,95ml dan allopurinol sebanyak
0,95mL.Kadar asam urat darah pada mencit 2 ta=3,5 to=3,5 pada menit ke 30=3,5 dan menit ke 60= 3,5
menit.Pada mencit 3 diberikan kalium oksonat sebanyak 0,67ml dan allopurinol sebanyak 0,67mL. Kadar
asam urat darah pada mencit 3 ta=2,6 to=3,9 pada menit ke 30=2,6 dan menit ke 60= 2,6
menit.Didapatkan % rata-rata penurunan kadar asam urat darah yaitu 26,76 %.
Pada kelompok 3 larutan uji yang digunakan yaitu Kolkisin sebagai kontrol positif, larutan kolkisin
diberikan secara PO. Pada mencit 1 diberikan kalium oksonat sebanyak 0,705 ml dan kolkisin sebanyak
0,705 mL. Kadar asam urat darah pada mencit 1 ta=3,5 to=2,6 pada menit ke 30=3,6 dan menit ke 60=
2,6 menit.Pada mencit 2 diberikan kalium oksonat sebanyak 0,84ml dan kolkisin sebanyak 0,84mL. Kadar
asam urat darah pada mencit 2 ta=3,5 to=3,8 pada menit ke 30=6,0 dan menit ke 60= 7,2 menit.Pada
mencit 3 diberikan kalium oksonat sebanyak 0,705 ml dan kolkisin sebanyak 0,705 mL. Kadar asam urat
darah pada mencit 3 ta=3,5 to=3,3 pada menit ke 30=2,6dan menit ke 60= 2,6 menit. Didapatkan %
rata-rata penurunan kadar asam urat darah yaitu -22,75 %.
Pada kelompok 4 larutan uji yang digunakan yaitu piroksikam sebagai kontrol positif, larutan piroksikam
diberikan secara PO. Pada mencit 1 diberikan kalium oksonat sebanyak 0,95ml dan piroksikam sebanyak
0,95mL. Kadar asam urat darah pada mencit 1 ta=2,6 to=2,6 pada menit ke 30=6,6 dan menit ke 60= 3,6
menit .Pada mencit 2 diberikan kalium oksonat sebanyak 0,85ml dan piroksikam sebanyak 0,85mL.Kadar
asam urat darah pada mencit 2 ta=3,5 to=3,5 pada menit ke 30=3,5 dan menit ke 60= 5,2 menit.Pada
mencit 3 diberikan kalium oksonat sebanyak 0,90 ml dan piroksikam sebanyak 0,90 mL. Kadar asam urat
darah pada mencit 3 ta=3,5 to=3,5 pada menit ke 30=8,0 dan menit ke 60= 3,3 menit.Didapatkan %
rata-rata penurunan kadar asam urat darah yaitu -27,10 %.
Berdasarkan data pengamatan pada tabel diatas, mencit yang diberikan larutan kolkisin sebagai kontrol
positif menunjukkan kadar asam urat yang paling sedikit sedangkan pada mencit yang diberikan larutan
uji sebagai kontrol negatif memiliki kadar asam urat yang paling banyak.Pada mencit yang diberikan
obat Allopurinol, memberikan kadar asam urat yang paling sedikit dibandingkan dengan Kolkisin dan
Piroksikam dengan rata-rata penurunan kadar asam urat pada darah sebesar 26,76%.
J. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa Hiperurisemia adalah
keadaan dimana terjadi peningkatan kadar asam urat (hingga di atas 7,0 mg/dL untuk pria dan 6,0
mg/dL untuk wanita) dalam tubuh. Asam urat adalah hasil akhir dari katabolisme purin yang merupakan
hasil buangan dari purin.Peningkatan kadar asam urat dapat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, berat
badan konsumsi makanan tinggi purin, konsumsi alkohol, penggunaan obat-obat tertentu dan gangguan
fungsi ginjal.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, diketahui pada mencit yang diberikan larutan aquadest
sebagai kontrol negatif menghasilkan kadar asam urat yang paling besar dibandingkan dengan mencit
yang diberikan larutan obat sebagai kontrol positif.
DAFTAR PUSTAKA
Anies. 2018. Penyakit Degeneratif : Mencegah dan Mengatasi Penyakit Degeneratif dengan
Perilaku dan Pola Hidup Modern yang Sehat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim,
Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat, Jakarta, UI Press.
Departemen Kesehatan RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III, Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI, 2014. Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta : Departemen
Kesehatan RI.
Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, dan Posey. 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiological
Approach. Edisi 7. New York: Mc Graw Hill.
Dira dan Harmely. 2014. Uji Aktivitas Antihiperurisemia Ekstrak Etanol Sambiloto
(Androgravis paniculata Nees), Brotowali (Tinospora crispa (L.) Hook. & Thomson),
Manggis (Garcinia mangostana L.), Lada Hitam (Piper nigrum L.) dan Jahe Merah
(Zingiber officinale Rosc.) secara In Vivo. Prosiding Seminar Nasional dan Workshop
“Perkembangan Terkini Sains Farmasi dan Klinik IV”.
Haidari, F., Keshavarz, S. A., Rashidi, M. R. & Shahi, M. M., 2009, Orange Juice and
Hesperetin Supplementation to Hyperuricemic Rats Alter Oxidative Stress Markers and
Xanthine Oxidoreductase Activity, J. Clin. Biochem. Nutr., 45 (3), 285-291.