Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asam urat lebih dikenal di masyarakat sebagai sebutan untuk suatu

penyakit, tetapi sebenarnya asam urat merupakan produk akhir metabolisme

purin. Asam urat selalu ada dalam tubuh manusia, yang apabila kadarnya

meningkat dapat menimbulkan beberapa keluhan. Peningkatan kadar asam

urat darah atau hiperurisemia adalah kadar asam urat darah di atas 7 mg/dl

pada laki-laki dan di atas 6 mg/dl pada perempuan (Wortmann, 1995).

Hiperurisemia menimbulkan keluhan kesehatan yang beragam, tetapi terdapat

pula hiperurisemia yang tidak menimbulkan keluhan. Hal ini terjadi karena

terdapat stadium hiperurisemia dan banyak faktor yang dapat mempengaruhi

keadaan tersebut. Keluhan kesehatan itu sendiri merupakan suatu gejala dari

beberapa penyakit, diantaranya gout arthritis akut, pembentukan tofus,

pembentukan batu asam urat pada saluran kencing, dan gagal ginjal (gout

nefropati) (Rudi, 2009).

Kadar asam urat darah dipengaruhi oleh herediter, jenis kelamin, kelainan

enzim spesifik, idiopatik, faktor lingkungan, penyakit tertentu, kegiatan dan

diet. Prevalensi hiperurisemia lebih banyak pada laki-laki dibandingkan pada

perempuan, terutama pada laki-laki dengan usia di atas 40 tahun, sedangkan

pada perempuan terutama saat menopause (Hendri, 2008). Diet merupakan

salah satu faktor yang paling berperan dalam meningkatkan kadar asam urat.

Beberapa contoh diet tersebut adalah daging merah, jeroan, makanan laut,
melinjo, kacang-kacangan, sayuran dan bahan makanan lainnya. Salah satu

diet yang paling dihindari oleh penderita hiperurisemia adalah melinjo, antara

lain bentuk olahannya adalah emping. Konsumsi emping goreng berlebihan

dikhawatirkan dapat meningkatkan kadar asam urat darah (Siswono, 2008).

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik meneliti mengenai

pengaruh konsumsi emping terhadap kadar asam urat darah.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari dilakukan percobaan ini adalah untuk menentukan kadar

asam urat dalam serum dan menginterpretasikannya dengan menggunakan alat

fotometer.

C. Reaksi
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Asam Urat

Asam urat adalah asam yang terbentuk kristal – kristal yang merupakan hasil

akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu

komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel – sel tubuh. Secara alamiah,

purin terdapat di tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel hidup,

yakni makanan dari tanaman (sayuran, buah, kacang –kacangan) ataupun hewan (

daging, jeroan, ikan sarden ) (Indriawan, 2009).

Asam urat adalah produk akhir atau produk buangan yang dihasilkan dari

metabolisme/pemecahan purin. Asam urat sebenarnya merupakan antioksidan dari

manusia dan hewan, tetapi bila dalam jumlah berlebihan dalam darah akan

mengalami pengkristalan dan dapat menimbulkan gout. Asam urat mempunyai

peran sebagai antioksidan bila kadarnya tidak berlebihan dalam darah, namun bila

kadarnya berlebih asam urat akan berperan sebagai prooksi dan (McCrudden

Francis H, 2000).

Asam urat adalah senyawa nitrogen yang dihasilkan dari proses katabolisme

purin baik dari diet maupun dari asam nukleat endogen (asam deoksiribonukleat

DNA). Asam urat sebagian besar dieksresi melalui ginjal dan hanya sebagian

kecil melalui saluran cerna. Ketika kadar asam urat meningkat, disebut

hiperuresemia, penderita akan mengalami pirai (gout). Penyebab hiperuresemia

karena produksi yang berlebihan atau ekresi yang menurun (seperti pada gagal

ginjal). Produksi yang berlebihan didapatkan pada penderita dengan keganasan,


terjadi turnover purin dan DNA sangat tinggi. Penyebab lain hiperuresemia adalah

alkohol, leukemia, karsinoma metastatik, multiple myeloma,

hiperlipoproteinemia, diabetes mellitus, gagal ginjal, stress, keracunan timbal, dan

dehidrasi akibat pemakaian diuretik (Pagana, 2001).

Pada umumnya para pria lebih banyak terserang asam urat, dan kadar asam

urat kaum pria cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan usia, sedangkan

pada wanita prosentasenya lebih kecil, dimana peningkatannya juga cenderung

berjalan sejak dimulainya masa menopause. Ini karena wanita mempunyai

hormon estrogen yang ikut membantu pembuangan asam urat lewat urine.

Sementara pada pria, asam uratnya lebih tinggi karena tidak memiliki hormon

estrogen (Riswanto, 2010).

Asam urat adalah asam yang berbentuk kristal – kristal yang merupakan hasil

akhir dari metabolisme purin ( bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah satu

komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel – sel tubuh (Indriawan, 2009).

Dalam keadaan normalnya 90 % dan hasil metabolit nukleotida adenine,

guanine, dan hipoxantin akan digunakan kembali sehingga akan terbentuk

kembali masing – masing menjadi adenosine monophosphate (AMP), inosine

monophospate (IMP) dan guanosine monophosphate (GMP) oleh adenine

phosribosyl transferase (APRT) dan tipoksantin guanne phosphoribosyl

transferase (HPGAT). Hanya sisanya akan diubah manjadi xantin dan selanjutnya

akan diubah menjadi asam urat oleh enzim xantin oksidase (Sustrani, 2007).
BAB III

METODELOGI

A. Alat Dan Bahan

1. alat 2. bahan

a. spoit a. kapas alkohol

b. turniquet b. reagen asam urat

c. sentrifuge c. serum

d. pipet tetes

e. tabung

B. prosedur kerja

1. disiapkan alat dan bahan yang digunakan

2. masukan larutan blanko 10 ml + larutan standar 10 ml + larutan test 10

ml kedalam tabung reaksi

3. didiamkan pada suhu kamar selama 5 menit

4. masukan serum untuk testnya 10 ml untuk larutan standar 10 ml

5. campurkan dan homogenkan selama 30 dtk, masukan larutan kedalam

alat.

6. baca hasil absorbansi test, dan baca absorbansi test 1terhadap blanko

air pada panjang gelombang tertentu.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan

Sampel hasil Keterangan

Serum 5,1 mg/dl Normal

B. Pembahasan

Asam urat adalah asam yang terbentuk kristal – kristal yang merupakan

hasil akhir dari metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein), yaitu salah

satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel – sel tubuh. Secara

alamiah, purin terdapat di tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan dari sel

hidup, yakni makanan dari tanaman (sayuran, buah, kacang –kacangan) ataupun

hewan (daging, jeroan, ikan sarden).

Pembentukan asam urat dalam darah juga dapat meningkat yang disebabkan

oleh factor dari luar tertama makanan dan minuman yang merangsang

pembentukan asam urat. Adanya gangguan dalam proses ekskresi dalam tubuh

akan menyebabkan penumpukan asam urat di dalam ginjal dan persendian. Jalur

kompleks pembentukan asam urat dimulai dari ribose 5-phosphate, suatu pentose

yang berasal dari glycidic metabolism, dirubah menjadi PRPP (phosphoribosyl

pyrophosphate) dan kemudian phosphoribosilamine, lalu ditransformasi menjadi


inosine monophosphate (IMP). Dari senyawa perantara yang berasal dari

adenosine monophosphate (AMP) dan guanosine monophosphate (GMP), purinic

nucleotides digunakan untuk sintesis DNA dan RNA, serta inosine yang kemudi

an akan mengalami degradasi menjadi hypoxanthine, xanthine dan akhirnya

menjadi uric acid.

Sebelum dilakukan pengujian dilakukan terlebih dahulu darah disentrifuge

selama 15 menit dengan kecepatan 6000 rpm, hal ini dilakukan untuk

memisahkan antara serum dan sel-sel darah.

Pada percobaan ini yang diambil adalah serumnya setelah darah

disentrifuge, alasan pengambilan serum karena di bagian serum itu terdapat asam

urat dan apa bila bagian yang mengendapnya diambil sulit untuk dibaca oleh alat

spektrofometer.

Adapun cara kerjanya yaitu pertama disiapkan larutan blanko lalu dipipet 10

µL aquadest ke dalam kuvet lalu ditambahkan 10 µL reagen R Asam urat lalu

diinkubasi pada suhu 37o selama 5 menit diukur absorban pada spektrofotometer

dengan panjang gelombang 550 nm. Setelah itu dilakukan pengukuran absorban

standar, pertama disiapkan alat dan bahan lalu dipipet10 µL larutan standar ke

dalam kuvet kemudian ditambahkan 10 µL reagen, diinkubasi pada suhu 37oC

selama 5 menit lalu diukur absorban pada spektrofotometer dengan panjang

gelombang 550 nm. Kemudian untuk pengukuran absorban sampel, pertama

disiapkan alat dan bahan lalu dipipet 10 µL serum ke dalam kuvet ditambahkan 10

µL reagen lalu diinkubasi pada suhu 37oC selama 5 menit lalu diukur absorban

pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 550 nm.


Alasan penggunaan reagen R karena reagen R merupakan reagen yang

spesifik untuk pengukuran asam urat dan alasan dilakukan inkubasi pada suhu

ruangan selama beberapa menit, hal ini dimaksudkan agar reagen dan sampel

dapat bercampur dengan baik.

Nilai rujukan yang digunakan dalam analisis kuantitatif asam urat, yaitu

untuk laki – laki 3,5 – 7,0 mg/dl dan perempuan 2,5 – 6,0 mg/dl.

Dari hasil praktikum dapat diperoleh nilai kadar asam urat kelompok 4 yaitu

5,1 mg/ dl, kadar asam urat tersebut dikategorikan normal pada pasiean laki- laki.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penentuan kadar asam urat dalam serum dapat ditentukan dengan

reagen asam urat dan menggunakan alat fotometer. Berdasarkan hasil

pratikum dilaboratorium didapatkan kadar asam urat pada sampel pria

yaitu 5,1 mg/dl, kadar tersebut dikategorikan normal.

B. Saran

Dalam melakukan praktikum sekiranya memakai APD ( alat

pelindung diri) untuk tidak terjadi sesuatu yang tidak di inginkan dan

sekiranya praktikam harus berhari hati dalam melakukan pemeriksaan dan

melakukan praktikun sesuai prosedur yang ada.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015, Penuntun Praktikum Kimia Klinik, Universitas Muslim

Indonesia,Makassar.

Ganong, W. F., 2000. Fisiologi Kedokteran, terjemahan Adrianto, P., Buku

Kedokteran EGC, Jakarta

Hamadani. 2012. Kadar asam urat normal dalam darah. Yogyakarta.

Hamdani, S, 2012, Diktat Praktikum Kimia Analisis, Sekolah Tinggi Farmasi

Indonesia, Bandung

http://repository.maranatha.edu/2032/3/0610013_Chapter1.pdf

Indriawan,2009.Penyakit.asamurat/gout.unikom.ac.id/repo/sector/kampus/view/bl

og/key/.../Penyakit.

McCrudden, Francis H. 2000, Uric Acid. Penterjemah Suseno Akbar Salemba

Medika: Yogyakarta.

Pagana KD, Mosby’s, 2001, Diagnostic and Laboratory Test Reference 5thEd.

Mosby, Inc. St. Louis

Price and Wilson. 2005. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Vol.2

Riswanto, 2010, Pemeriksaan Laboratorium asam urat. Diakses 11 juni 2015 dari

http://labkesehatan.blogspot.com/ 2010/10/asam-urat.html

Sylvia, A., 2006, Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Ed.6,

EGC, Jakarta

Sustrani, 2007, Asam urat, Jakarta, PT Gramedia, Pustka Utama

Anda mungkin juga menyukai