Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pemeriksaan kadar asam urat
yang bertujuan agar praktikan dapat memahami metode enzimatik dalam
penentuan pemeriksaan kadar asam urat, dapat menentukan kadar asam urat dalam
sampel dan dapat menentukan kadar asam urat dalam penentuan diagnosis kondisi
patologis untuk melihat keberhasilan terapi. Pemeriksaan kadar asam urat sangat
penting dilakukan untuk penegakan diagnosa suatu penyakit sehingga terapi dapat
dilakukan dengan tepat. Asam urat adalah asam yang terbentuk dari kristal-kristal
yang merupakan produk akhir metabolisme purin (bentuk turunan nukleoprotein)
yang berasal dari metabolisme dalam tubuh atau faktor endogen (genetik) dan dari
luar tubuh atau faktor eksogen (sumber makanan). Asam urat sangat erat
kaitannya dengan pola makan. Umumnya karena pola makan yang tidak
seimbang, salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kadar asam urat adalah
makanan yang mengandung tinggi purin (Azari RA ,2014).
Urikase
Asam urat + H2O + O2 Allantoin + CO2 +H2O2
hidogen peroksidase
DHBS + 4-aminoantipirin + 2H2O2 Quinoneimina + 3H2O
(Barhannuddin, 2014).
Pemeriksaan kadar asam urat menggunakan metode enzimatik karena
memiliki kelebihan yaitu mempunyai presisi tinggi, spesifik, relatif bebas dari
gangguan (kadar hematikrit, vitamin C, lipid, volume sampel dan suhu). Adapun
kekurangan pada metode enzimatik yaitu memiliki ketergantungan pada reagen,
membutuhkan sampel darah yang banyak, pemeliharaan alat dan reagen
memerlukan tempat khusus dan membutuhkan biaya yang cukup mahal (Lingga
L, 2012).
Hal yang dilakukan pertama adalah pengambilan sampel yaitu berupa darah
seorang praktikan. Bagian yang digunakan untuk pemeriksaan yaitu serum
(spesimen), karena serum tidak terdapat fibrinogen, protombin, faktor VIII, V dan
XIII dan juga untuk mencegah pencemaran antikoagulan terhadap specimen.
Apabila menggunakan darah lengkap kandungan paling banyak berupa air dan
protein atau hemoglobin dan bukan pembentuk faktor koagulasi sedangkan serum
memiliki kandungan glukosa yang lebih besar (Kiswari R, 2014). Maka untuk
memisahkan plasma dengan serum atau filtrat darah bebas protein maka dilakukan
sentrifugasi untuk memisahkan larutan gula dengan protein. Protein akan
terkumpul di bagian bawah disebut juga pellet sedangkan larutan gula menjadi
supernatan (berwarna bening). Sampel darah dalam tabung ditambahkan
antikoagulan yang mampu menghambat proses glikolisis sehingga dapat
mempertahankan stabilitas kadar asam urat dalam sampel dengan menghambat
kerja enzim xantin oksidase. Kemudian sampel di sentrifugasi selama 10 menit
dengan kecepatan 3000 rpm dan dipisahkan serum yaitu lapisan jernih
(supernatan) dengan menggunakan pipet tetes pada tabung reaksi yang lain.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Ganong W.F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Editor Edisi Bahasa
Indonesia, H.M., Amalia, H. Edisi 10. Jakarta : EGC.
Lingga L. (2012). Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta : Agromedia
Pustaka.
Luk, A.J. dan Peter A.S. (2005). Epidemiology of Hiperuricemia and Gout. The
American Journal Of Managed Care, 11(15): 435-442.