Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah. Glukosa
darah merupakan glukosa utama yang dihasilkan oleh tubuh dari makanan yang
dikonsumsi. Glukosa dibawa ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah untuk
menghasilkan energi bagi sel-sel didalam tubuh. Tujuan dari praktikum kali ini yaitu,
menentukan kadar glukosa dalam darah dengan reaksi enzimatik. Serta, untuk
mengetahui peranan pemeriksaan kadar glukosa dalam mendiagnosis kondisi
patologis (Kee, 2013).
Spesimen yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu serum. Serum
merupakan bagian cair darah yang bebas dari sel darah dan tanpa fibrinogen. Serum
diperoleh dari spesimen darah yang tidak diberi antikoagulan dan membiarkan darah
dalam tabung membeku dalam waktu 15 sampai 30 menit dan kemudian
disentrifugasi untuk mengendapkan semua sel-sel darah. Cairan berwarna kuning
hasil sentrifugasi itu disebut sebagai serum darah (Ramadhani dkk, 2020).
Pemeriksaan kadar glukosa darah dapat menggunakan darah lengkap seperti serum
atau plasma. Serum lebih banyak mengandung air dari pada darah lengkap, sehingga
serum berisi lebih banyak glukosa dari pada darah lengkap. Sehingga dalam
percobaan ini menggunakan serum (Subiyono,2016).
Metode pengukuran glukosa darah yang digunakan dalam praktikum kali ini
adalah metode enzimatik. Reaksi yang terjadi berupa reaksi oksidasi terhadap glukosa
dalam sampel serum darah dengan bantuan enzim glukosa oksidase (GOD). Glukosa
oksidase akan mengkatalis reaksi oksidasi glukosa dengan oksigen sehingga terbentuk
asam glukanoat dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida yang terbentuk
kemudian dilakukan pengukuran yang dilakukan dengan penambahan senyawa
kromogen dan enzim peroksidase untuk merubahnya menjadi senyawa berwarna.
Hidrogen peroksida yang berikatan dengan kromogen akan diubah oleh enzim
peroksidase menjadi produk berwarna (Sepulveda, 2019).
Pertama-tama disiapkan 3 tabung reaksi (uji, standar dan blanko), sebelum dipakai
mikropipet harus diatur terlebih dahulu dengan cara mengatur sesuai dengan volume yang
diinginkan, lalu kedalam tabung reaksi blanko dimasukan reagen menggunakan
mikropipet. Tabung reaksi kedua yaitu tabung reaksi standar, dimasukan 1 mL reagen + 10
μL larutan standar. Tabung reaksi ketiga atau uji dimasukan 1 mL reagen + 10 μL sampel
berupa serum. Ketiga tabung tersebut didiamkan terlebih dahulu selama 4 menit, tujuan
untuk memberikan waktu pada sampel dan reagen bereaksi. Enzim dapat aktif dalam
keadaan optimum dan berikatan dengan substrat sehingga dapat mengkatalis reaksi redoks
yaitu oksidasi glukosa menjadi asam glukanoat. Ketiga larutan tersebut diberikan
perlakuan yang sama tetapi isi larutan yang terdapat di dalam nya berbeda. Serum dan
plasma memiliki kandungan yang hamper sama seperti protein, hormone, glukosa,
elelktrolit, antibodi, dan zat tertentu lain nya hanya saja serum tidak mengandung faktor
pembekuan darah, serum dapat juga disebut plasma yang tidak mengandung faktor
pembekuan darah.
Setelah diperoleh data kadar glukosa maka dilakukan pula perhitungan standar
deviasi untuk mendapatkan persentase simpangan baku relatif (SBR). Simpangan baku
relatif atau dikenal pula dengan koefisien variasi adalah ukuran presisi relatif yang
dinyatakan dalam persen, dimana untuk mengetahui presisi data hasil pengulangan dalam
pengujian atau lebih. Semakin kecil hasil perhitungan persen RSD maka data hasil
pengulangan suatu pengujian semakin presisi. Nilai standar deviasi yang diperoleh
sebanyak 35.32 mg/dL, sedangkan nilai simpangan baku relatif (SBR) diperoleh sebesar
28 %. Data yang dihasilkan tidak presisi dimana hal ini dikarenakan nilai SBR yang baik
adalah < 2%.
Berdasarkan teori, kadar normal dari glukosa darah sewaktu adalah 110-180mg/dL.
Standar deviasi merupakan salah satu teknik statistik yang digunakan untuk menjelaskan
homogenitas kelompok. Standar Deviasi merupakan variasi sebaran data, semakin kecil
nilai standar deviasi maka semakin homogen data yang didapatkan dan semakin besar nilai
standar deviasi, maka data yang dihasilkan kurang homogen atau bervariasi. Dilihat dari
kadar yang didapat, kadar glukosa sewaktu dari relawan tersebut sangat rendah dengan
standar deviasi yang tinggi. Standar deviasi yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa data
yang dihasilkanbervariasi. Padahal seharusnya dengan sampel dan prosedur yang sama
akandihasilkan standar deviasi yang kecil atau data yang homogen. Kesalahan tersebut
dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti pemipetan serum yang kurangbenar, atau
pencucian alat yang kurang bersih, sehingga masih terkandung banyak pengotor dalam alat
yang dapat mengganggu hasil pengukuran dengan alatspektrofotometri yang sangat
sensitif.
Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan penetepan kadar glukosa dalam darah, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1. Kadar gula darah sewaktu yang didapatkan yakni 0.430 mg/dL, 0.437 mg/dL, dan
0.436 mg/dL Hasil tersebut merupakan hasil dibawah nilai normal yakni <180
mg/dL.
2. Metode yang digunakan pada pengecekan glukosa yaitu metode enzimatik yang
spesifik untuk penentuan kadar glukosa menggunakan enzim GOD (Glukosa
Oksidase).
3. Hasil dari penetapan kadar glukosa dalam darah yang telah ditentukan dapat
digunakan untuk diagnosa dari penyakit hiperglikemia dan juga dapat digunakan
untuk terapi pada penderita Diabetes Melitus.
DAPUS
Kee, L.J. (2013). Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik; Alih bahasa, Sari Kurnianingsih
et al. Edisi 6. Jakarta: EGC.
Ramadhani, Q. A. N., dkk. (2020). Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Menggunakan
Serum dan Plasma EDTA.Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang Vol. 14 No. 2.
Sepulveda AR and Aisner DL. (2019). Molecular Basis of Diseases of the Gastrointestinal
Tract. In: Coleman WB and Tsongalis GJ. Essential Concepts in Molecular Pathology.
Elsevier: Oxford. P.248-60
Yanlinastuti , Syamsul Fatimah. (2016). Pengaruh Konsentrasi Pelarut Untuk Menentukan
Kadar Zirkonium Dalam Paduan U-Zr Dengan Menggunakan Metode Spektrofotometri
Uv-Vis. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional, Serpong,
Banten, Indonesia, 15313. No. 17/Tahun IX. Oktober 2016 ISSN 1979-2409