Anda di halaman 1dari 7

JLK 1 (1) (2017)

JURNAL LABORATORIUM
KHATULISTIWA
e-ISSN : 2597-9531
p-ISSN : 2597-9523

PENGGUNAAN ANTIKOAGULAN NaF PADA PENGUKURAN


KADAR GLUKOSA DARAH SELAMA 2 JAM
Etiek Nurhayati, Suwono, Everiandi Nur Fiki
Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Pontianak

E-mail : etieknur@yahoo.com
Submitted : 5 Oktober 2017; Revised : 8 November 2017; Accepted : 29 November 2017
Published : 30 November 2017

Abstract
NaF or Sodium Fluoride are anticoagulants which often used for sampling tests of blood glucose lev-
els, because NaF is considered to inhibit the process of glycolysis. The purpose of this study was to
determine the difference of blood glucose level that delayed for 2 hours using NaF anticoagulant and
without using NaF anticoagulant at students of Medical Laboratory Pontianak. This research method
was in the form of Cross Sectional research. Sampling technique by random sampling with 39 people
in total. Glucose examination method used was method of glucose oxidase using blood serum. The
result was the average value of blood glucose level using anticoagulant NaF was 80,256 mg/dl. While
the average of blood glucose levels without the use of NaF anticoagulants was 73,589 mg/dl. The data
obtained were analyzed statistically using paired t-test result (p = 0,001 <a 0,05). It can be concluded
that there was a difference of blood glucose level when using NaF anticoagulant and without using
NaF anticoagulant on students of Medical Laboratory Pontianak.

Keywords: Anticoagulant, NaF, Blood Glucose Level

Antikoagulan NaF atau Natrium Flourida adalah antikoagulan yang sering digunakan untuk sampling
bahan pemeriksaan kadar glukosa darah, karena NaF dianggap mampu menghambat proses glikolisis.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kadar glukosa darah sewaktu yang ditunda selama
2 jam menggunakan antikoagulan NaF dan tanpa menggunakan antikoagulan NaF pada mahasiswa/i
Analis Kesehatan Pontianak. Desain penelitian menggunakana Cross Sectional. Teknik pengambilan
sampel dengan cara simple random sampling dengan jumlah 39 orang. Metode pemeriksaan glukosa
yang digunakan adalah metode glucose oxidase menggunakan serum darah Hasil penelitian adalah
rata–rata nilai kadar glukosa darah yang menggunakan antikoagulan NaF adalah 80,256 mg/dl. Se-
dangkan rata-rata kadar glukosa darah yang tanpa menggunakan antikoagulan NaF adalah 73,589
mg/dl. Data yang diperoleh dianalisis statistik menggunakan uji t-berpasangan didapatkan hasil (p
= 0,001<a 0,05). Dapat disimpulkan terdapat perbedaan kadar glukosa darah sewaktu menggunakan
antikoagulan NaF dan tanpa menggunakan antikoagulan NaF pada mahasiswa /i Analis Kesehatan
Pontianak.

Kata kunci: Antikoagulan, NaF, Kadar Glukosa Darah

33
Nurhayati dkk, Penggunaan Antikoagulan NaF Pada Pengukuran Kadar Glukosa Darah...

PENDAHULUAN Sampel mengalami penundaan dengan ala-


san-alasan tertentu. Kadar glukosa darah dapat
Pemeriksaan laboratorium klinik merupa- mengalami proses penguraian atau proses gliko-
kan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang lisis. Kadar glukosa dalam sampel dapat men-
penting dalam membantu menegakkan diag- galami perubahan-perubahan oleh enzim yang
nosa dan terapi suatu penyakit. Penyakit tidak ada di dalam darah tersebut, sehingga bila darah
hanya dapat diketahui dari keluhan pasien dan dibiarkan lama sebagian glukosa dalam darah
gejala-gejala klinik yang tampak, sehingga pe- sudah pecah dan nilai yang diperoleh menja-
meriksaan laboratorium mutlak diperlukan oleh di kurang dari nilai yang seharusnya (Permana,
dokter maupun petugas kesehatan untuk memas- 2011).
tikan diagnosa. Mutu hasil pemeriksaan yang Pengumpulan darah dalam tabung bekuan
dikeluarkan harus terjamin keandalan dan kuali- untuk analisis kimiawi serum memungkinkan
tasnya, baik kualitas produknya maupun kualitas terjadinya metabolisme glukosa dalam sampel
pelayanannya sehingga memenuhi harapan atau oleh sel-sel darah sampai terjadi pemisahan mel-
kepuasan pasien atau dokter (Scanlon, 2006). alui pemusingan. Hitung sel darah yang sangat
Proses pemeriksaan laboratorium berper- tinggi dapat menyebabkan glikolisis berlebihan
an penting dalam diagnosa medis, hal ini mer- dalam sampel sehingga terjadi penurunan kadar
upakan salah satu penunjang untuk mengetahui glukosa yang bermakna. Suhu lingkungan tem-
penyebab penyakit yang diderita. Pemeriksaan pat darah di simpan sebelum pemisahan juga me-
yang dilakukan dalam laboratorium seperti pe- mengaruhi tingkat glikolisis. Pada suhu lemari
meriksaan di laboratorium klinik yang meliputi pendingin glukosa tetap stabil selama beberapa
trigliserida, kolesterol, asam urat, glukosa, dan jam di dalam darah. Pada suhu kamar diperkira-
pemeriksaan lainnya (Kurnianingsih, 2011). kan terjadi penurunan 1 sampai 2 % glukosa /
Glukosa merupakan monosakarida yang jam (Sacher dkk, 2004).
paling dominan dalam tubuh manusia selain Masalah ini dapat diatasi dengan menggu-
fruktosa, dan galaktosa. Pemeriksaan laboratori- nakan tabung berisi flourida yang menghambat
um glukosa darah banyak dilakukan mengingat glikolisis sehingga kadar glukosa dapat diper-
kepentingan diagnostik klinis yang luas dalam tahankan dalam suhu kamar. Natrium Flourida
bidang kedokteran. Kadar glukosa darah bergan- adalah antikoagulan yang sering digunakan un-
tung pada waktupengukuran, jenis makanan dan tuk sampling bahan pemeriksaan kadar glukosa
metode yang digunakan dalam pemeriksaanya darah, karena NaF dianggap mampu mengham-
(Permana, 2011). bat proses glikolisis (Sacher, dkk, 2004; Ganda-
Tubuh manusia mengandung glukosa darah, soebrata, 2004).
atau yang biasa disebut adalah gula darah. Glu- Kemampuan NaF dalam menghambat
kosa darah adalah gula utama yang dihasilkan proses glikolisis belum diketahui secara jelas.
oleh tubuh dari makanan yang dikonsumsi. Glu- Pemeriksaan kadar glukosa menggunakan NaF
kosa dibawa keseluruh tubuh melalui pembuluh juga sering menggunakan sampel serum (Gan-
darah untuk menghasilkan energi ke semua sel di dasoebrata, 2004). Kesalahan dalam pemakaian
dalam tubuh (Anonim, 2010). bahan tambahan dapat mempengaruhi hasil pe-
Dahulu pengukuran glukosa darah dilaku- meriksaan. Bahan tambahan yang dipakai harus
kan terhadap darah lengkap, tetapi sekarang memenuhi persyaratan, yaitu tidak meganggu
sebagian besar laboratorium melakukan pen- atau mengubah kadar zat yang akan diperiksa
gukuran kadar glukosa dalam serum. Eritrosit (Depkes RI, 2004).
memiiliki kadar protein yang lebih tinggi dari-
pada serum, serum memilki kadar air yang lebih METODE PENELITIAN
tinggi sehingga bila dibandingkan dengan darah
lengkap serum melarutkan lebih banyak glukosa Penelitian ini menggunakan desain Cross
(Sacher, dkk, 2004). Sectional yaitu hanya melakukan observasi dan
Permasalahan yang sering terjadi di labora- pengukuran variabel pada suatu saat tertentu
torium adalah pengumpulan sampel yang tidak saja. Penelitian dilakukan di Laboratorium Juru-
dikerjakan dengan pemeriksaan langsung. san Analis Kesehatan Poltekkes Kemenkes Pon-

34
JLK 1 (1) (2017) hlm. 33 - 39

tianak.Populasi pada penelitian ini adalah maha- jika nilai p>0,05.Pada uji normalitas data den-
siswa D.III tingkat 2 Analis Kesehatan Pontianak gan menggunakan uji Saphiro-Wilk di atas dapat
yang berjumlah 48 orang. Sampel adalah sebagi- dilihat nilai sig hitung pada kadar glukosa darah
an dari populasi yang mewakili suatu populasi. yang ditunda selama 2 jam dengan mengguna-
Penentuan jumlah sampel dengan menggunakan kan antikoagulan NaF dan tidak menggunakan
rumus penarikan sampel cross sectional menurut antikoagulan NaF adalah 0,366 dan 0,211. Jika
Lameshow yaitu : 39 orang.Teknik pengambilan sig hitung > 0,05 berarti data berdistribusi nor-
sampel yang digunakan adalah simple random mal. Pada penelitian ini mengguanakan uji para-
sampling,dimana prinsip mekanisme teknik acak metrik, yaitu Uji t dependen.
sederhana dilakukan seperti undian, yaitu semua
individu berpeluang untuk diambil sebagai Tabel 2. Hasil uji t Dependen untuk membandingkan
sampel. Metode Pemeriksaan glukosa darah di Perbedaan Kadar Glukosa Darah Sewaktu Menggunakan
Antikoagulan NaF dan Tanpa Menggunakan Antikoagulan
laboratorium menggunakan metode enzima-
NaF pada mahasiswa /i Analis Kesehatan Pontianak.
tik kolorimetri dengan menggunakan pereaksi
GOD-PAP (glucose oksidase-para amino phena- Variabel Mean SD SE Value N
zone) (Anonim, 2014). Antikoagulan
NaF
80,256 6,995 1,120

HASIL DAN PEMBAHASAN Tanpa 0,001 39


Antikoagulan 73,589 6,430 1,029
Naf
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
Kimia Klinik Analis Kesehatan Pontianak terh- Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa
adap 39 sampel pemeriksaan kadar glukosa darah rata-rata pemeriksaan glukosa darah yang meng-
sewaktu yang ditunda selama 2 jam mengguna- gunaan antikoagulan NaF adalah 80,256 mg/dl
kan antikoagulan NaF dan tanpa menggunakan dengan standar deviasi 6,995 mg/dl. Pada pemer-
antikoagulan NaF pada mahasiswa/i Analis iksaan glukosa darah yang tanpa menggunakan
Kesehatan Pontianak. Pada pengambilan darah antikoagulan NaF rata-ratanya adalah 73,589
setiap satu orang sampel diambil 9 ml darah. mg/dl dengan standar deviasi 6,430 mg/dl. Terli-
Suhu ruang tempat penelitian merupakan salah hat nilai mean perbedaan antar pemeriksaan ka-
satu faktor penganggu suhu ruang pada saat pe- dar glukosa darah yang mengggunkan antikoag-
nelitian adalah 18oC suhu ruang tersebut dapat ulan NaF dan tidak menggunakan antikoagulan
dikendailkan. Pengambilan dan pengukuran ka- NaF adalah 6,667 dengan standar deviasi 2,812.
dar glukosa darah dalam penelitian ini dilakukan Hasil uji statistik didapatkan nilai p = 0,001
pada saat bulan puasa. Sebelum dilakukan pe- yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna
meriksaan darah sampel, terlebih dahulu dilaku- pada kadar glukosa darah sewaktu menggunakan
kan pemeriksaan dengan kontrol serum untuk antikoagulan NaF dan tanpa menggunakan an-
menjamin hasil pemeriksaan valid. tikoaggulan NaF pada mahasiswa/i Analis Kes-
ehatan Pontianak.
Tabel 1. Distribusi Hasil Pemeriksaan Perbedaan Kadar Gluko-
sa Darah Sewaktu Menggunakan Antikoagulan NaF dan Tanpa Hasil rata-rata kadar glukosa darah yang
Menggunakan Antikoagulan NaF pada mahasiswa /i Analis menggunakan antikoagulan NaF adalah 80,256
Kesehatan Pontianak. mg/dl, sedangkan rata-rata yang tanpa meng-
gunakan antikoagulan NaF adalah 73,589 mg/
Antikoagulan N Valid Mean Min Max
dl. Data yang diperoleh diuji statistik dengan
NaF 39 80,256 67 94
uji t Dependen didapatkan p = 0,001 (p < 0,05)
Tanpa
Antikoagulan 39 73, 589 63 86 yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna
NaF pada kadar glukosa darah sewaktu menggunakan
antikoagulan NaF dan tanpa menggunakan an-
Pengolahan data secara analisa bivariat ber- tikoaggulan NaF pada mahasiswa/i Analis Kes-
tujuan untuk mengetahui perbedaan antar varia- ehatan Pontianak.
bel bebas dan variabel teriakt. Untuk mengetahui Berdasarkan penelitian oleh Kurnianingsih
uji yang digunakan terlebih dahulu uji normal- pada tahun 2011, yang berjudul Perbandingan
itas data. Data dikatakan berdistribusi normal Hasil Pemeriksaan Glukosa Darah Mengguna-

35
Nurhayati dkk, Penggunaan Antikoagulan NaF Pada Pengukuran Kadar Glukosa Darah...

kan Antikoagulan NaF dan EDTA didapatkan Tanpa penambahan zat penghambat glikoli-
pada spesimen sampel NaF ataupun sampel sis, maka komponen yang ada dalam darah terse-
EDTA yang diperiksa segera terjadi penurunan but antara lain eritrosit, leukosit, trombosit, dan
kadar 3,2 %. Sedangkan pada spesimen sampel juga mungkin adanya kontaminasi bakteri akan
NaF ataupun sampel EDTA yang ditunda 2 jam mempertahankan hidupnya, sehingga gula yang
pemisahan dan pemeriksaanya terjadi penurunan ada dalam sampel darah digunakan sebagai sum-
4,9 %. Pada spesimen sampel NaF yang segera ber makanannya dan menyebabkan kadar gula
diperiksa ataupun sampel NaF yang ditunda 2 menurun. Suhu dan masa penyimpanan disamp-
jam pemisahan dan pemeriksaanya terjadi pe- ing itu juga dapat mempengaruhi (Widyaastuti,
nurunan kadar 1,8 %. Untuk spesimen sampel 2009).
EDTA yang segera diperiksa ataupun sampel Glikolisis merupakan salah satu dari empat
EDTA yang ditunda 2 jam pemisahan dan pe- jalur metabolisme glukosa. Glikolisis, yaitu pe-
meriksaanya terjadi penurunan kadar 3,5%. rubahan glukosa menjadi asam piruvat. Glikoli-
Perbedaan yang terjadi itu dikarenakan an- sis dapat dipandang sebagai tahap pertama pros-
tikoagulan NaF mampu menahan glikolisis. Te- es respirasi (aerobik) di dalam sel yang terjadi di
ori mengatakan menggunakan tabung berisi flou- dalam sitosol, dimana glukosa dioksidasi menja-
rida dapat menghambat glikolisis sehingga kadar di asam piruvat atau sebagai proses pembentu-
glukosa dapat dipertahankan dalam suhu kamar. kan energi (ATP) dalam keadaan anaerobik. Glu-
Normalnya darah untuk pemeriksaan gula dic- kosa kemudian dioksidasi menjadi asam piruvat,
ampur dengan flourida yang menghambat gliko- yang kemudian diubah menjadi asam laktat dari
lisis. Sifat dari antikoagulan ini menghambat proses glikolisis ini akan dihasilkan 2 ATP. Hati
glikolisis yang dipakai untuk pemeriksaan kadar dapat mengubah asam laktat tersebut menjadi
gula darah. Bila tidak digunakan antikoagulan glukosa (Deddy Muchtadi, 2009).
tersebut kadar gula darah turun 10 m (Wirawan, Sedangkan 3 jalur lain metabolisme kar-
2011; D.N. Baron, 1995). bohidrat adalah glukoneogenesis, glikogenesis
Glukosa menggunakan plasma atau da- dan glikogenolisis. Glukoneogenesis, yaitu sin-
rah lengkap yang menggunakan antikoagulan. tesis glukosa dari sumber non karbohidrat (asam
Ketika darah dikumpulkan sel-sel tidak segera lemak, asam amino, asam organik). Glukoneo-
mati. Sel-sel tersebut lanjut memetabolisme genesis adalah biosintesa glukosa atau glikogen
dan menggunakan sebagai sumber energi, mel- dari senyawa-senyawa nonkarbohidrat, misalnya
alui proses glikolisis. Glukosa menghilang dari gliserol, asam laktat dan asam amino glikogenik.
darah lengkap selama periode waktu tertentu. Gliserol secara terus menerus diproduksi oleh
Glikolisis dapat dicegah dengan sebuah enzim jaringan adiposa. Melalui beberapa tahap, glise-
penghambat. Penghambat umum yang sering di- rol yang terbentuk ini dapat diubah menjadi glu-
gunakan untuk tujuan ini adalah natrium flourida kosa dan glikogen. Glukoneogenesis memenuhi
yang biasanya digunakan dalam hubungannya kebutuhan glukosa tubuh jika karbohidrat dari
dengan antikoagulan kalsium oksalat. Flourida makanan atau cadangan glikogen kurang mema-
sebenarnya menghambat enzim enolase yang dai. Pasokan glukosa merupakan hal yang esen-
dimana ditemukan pada jalur metabolic glu- sial terutama bagi sistem saraf dan eritrosit. Ke-
kosa dan mempunya sedikit efek pada glukose gagalan glukoneogenesis biasanya bersifat fatal
oksidase dan enzim peroksidase (Spencer, dkk, (Deddy Muchtadi, 2009).
2012). Glikogen adalah karbohidrat simpanan uta-
Flourida sebenarnya menghambat enzim ma pada hewan, setara dengan pati/kanji pada
enolase yang dimana ditemukan pada jalur me- tumbuhan glikogen adalah polimer bercabang
tabolik glukosa dan mempunya sedikit efek pada alpha-D-glukosa. Zat ini terutama ditemukan
glukose oksidase dan enzim peroksidase (Spen- dihati dan otot, meskipun kandungan glikogen
cer, dkk, 2012). Jika sampel darah setelah dike- lebih besar daripada kandungan glikogen otot,
luarkan dari dalam tubuh tidak segera dilakukan namun karena massa otot tubuh jauh lebih ban-
pemeriksasan, maka akan terjadi penurunan ka- yak daripada massa hati, sekitar tiga-perempat
dar (Widyaastuti, 2009). glikogen tubuh total berada di otot (K. Murray,
dkk, 2006).

36
JLK 1 (1) (2017) hlm. 33 - 39

Glikogenesis proses biosentesis glikogen hati berperan penting dalam mendistribusikan


dari glukosa. Perubahan kimia secara enzimatik glukosa untuk menghasilkan energi, disimpan,
ini tidak berjalan spontan, tetapi bertahap. Reaksi serta tujuan-tujuan struktural lain. Persedian
diawali dengan proses fosforilasi glukosa menja- glikogen menipis dan glukosa yang ada tidak
di glukosa-6-fosfat dengan bantuan enzim glu- cukup untuk memenuhi kebutuhan energi, hati
kokinase. Selanjutnya, glukosa-6-fosfat diubah dapat membentuk glukosa dari asam lemak, dan
menjadi isomernya,glukosa-1-fosfat, dibawah juga dari asam amino (glukoneogenesis) (Sach-
pengaruh enzim fosfoglukomutase (Sumardjo, er, dkk, 2004).
2006). Energi untuk sebagian besar fungsi sel dan
Glikogenolisis, yaitu pemecahan glikogen jaringan berasal dari glukosa. Pembentukan en-
menjadi glukosa. Glikogen yang ada didalam sel ergi alternatif dapat berasal dari metabolisme
dapat diubah menjadi glukosa. Proses perubahan asam lemak, tetapi jalur ini kurang efisien dib-
ini dikenal sebagai proses glikogenolisis. Glikog- andingkan dengan pembakaran langsung gluko-
enolisis tidak berjalan spontan, tetapi melalui be- sa dan juga menghasilkan metabolit-metabolit
berapa tahap. Tahap pertama adalah proses fos- asam yang dapat berbahaya apabila dibiarkan
forilase glikogen oleh pengaruh enzim glikogen menumpuk. Glukosa di dalam darah dikendali-
fosforilase sehingga dilepaskan glukosa-1-fosfat. kan oleh beberapa mekanisme homeostatik yang
Glukosa-1-fosfat diubah menjadi glukosa-6-fos- dalam keadaan sehat, mempertahankan kadar da-
fat oleh enzim fosfoglukomutase. Langkah ter- lam rentang 70 sampai 110 mg/dl dalam keadaan
akhir adalah defosforilasi glukosa-6-fosfat oleh puasa. Ingesti makanan yang mengandung ban-
pengaruh enzim glukosa-6-fosfatase sehingga yak glukosa, secara normal kadar glukosa darah
terbentuk glukosa (Deddy Muchtadi, 2009; Su- tidak melebihi 170 mg/dl. Banyak hormon ikut
mardjo, 2006). serta dalam mempertahankan kadar glukosa da-
Pengetahuan tentang metabolisme normal rah yang adekuat baik dalam keadaan normal
sangat penting untuk memahami kelainan yang maupun sebagai respon terhadap stres. Pen-
mendasari penyakit. Metabolisme normal men- gukuran glukosa darah sering dilakukan untuk
cakupi adaptasi terhadap masa kelaparan, aktiv- memantau keberhasilan mekanisme-mekanisme
itas fisik, kehamilan, dan menyusui. Kelainan regulatorik ini. Penyimpangan yang berlebihan
metabolisme dapat terjadi karena defisiensi gizi, dari normal, baik terlalu tinggi atau terlalu ren-
defisiensi enzim, sekresi abnormal hormon, atau dah, mengisyaratkan gangguan homeostasis dan
efek obat dan toksi (K. Murray, dkk, 2006). seyogyanya mendorong kita melakukan pemer-
Metabolisme oksidatif glukosa menghasil- iksaan untuk mencari etiologinya (Sacher, dkk,
kan sebagian besar energi yang digunakan di 2004).
dalam tubuh.Metabolisme glukosa menghasil-
kan asam piruvat, asam laktat, dan asetilkoen- PENUTUP
zim A (asetil-KoA). Oksidasi lengkap glukosa
menghasilkan karbondioksida, air,dan energi Dari hasil penelitian dan pengolahan data
yang disimpan sebagai senyawa fosfat berenergi menggunakan uji t untuk sampel yang berpasan-
tinggi Adenosine Trifosfat (ATP) (Sacher, dkk, gan terhadap 39 sampel dapat disimpulkan se-
2004). bagai berikut : Rata-rata nilai kadar glukosa da-
Apabila tidak segera dimetabolisasi untuk rah yang menggunakan antikoagulan NaF adalah
menghasilkan energi, glukosa dapat disimpan 80,256 mg/dl. Rata-rata kadar glukosa darah
di hati atau otot sebagai glikogen, suatu polim- yang tanpa menggunakan antikoagulan NaF ada-
er yang terdiri dari banyak residu glukosa dalam lah 73,589 mg/dl.
bentuk yang dapat dibebaskan dan dimetabolisasi Hasil pengolahan data dengan uji t de-
sebagai glukosa. Hati juga dapat mengubah glu- penden menggunakan program komputerisasi
kosa melalui jalur-jalur metabolik lain menjadi diperoleh nilai probabilitas p = 0,001 (p < 0,05)
asam lemak, yang disimpan sebagai trigliserida, dengan derajat ketelitian 95%. Berarti terdapat
atau menjadi asam amino yang digunakan untuk perbedaan kadar glukosa darah sewaktu meng-
membentuk protein. Besarnya volume dan kand- gunakan antikoagulan NaF dan tanpa menggun-
ungan enzim untuk berbagai konversi metabolik, kan antikoagulan NaF pada mahasiswa/i Analis
Kesehatan Pontianak.

37
Nurhayati dkk, Penggunaan Antikoagulan NaF Pada Pengukuran Kadar Glukosa Darah...

DAFTAR PUSTAKA Kurnianingsih, Unik. (2011). “Perbandin-


gan hasil pemeriksaan glukosa darah
Anonim. (2010). American Diabetes(http://care. menggunakan Antikoagulan Naf dan
diabetesjournals.org/content/33/Supple- NaEDTA”. Skripsi. (http://digilib.un-
ment_1 /S11.full), diakses tanggal 07 imus.ac.id/files /disk1 /125 /jtptuni-
januari 2015 jam 22.13 mus-gdl-unikkurnia-6239-1-babi.pdf)
Anonim. (2014). Petunjuk Penggunaan Aim diakses pada 10 januari 09.27.
Glucose Oxidase 5 Reagent Kit (Meto- Marks, dkk. (2004). Biokimia Kedokteran Dasar.
deGOD-PAP, End Point). PT. Akurat In- Buku Kedokteran. ECG: Jakarta.
tan Madya: Jakarta. Michael E.J. Lean. (2013). Ilmu Pangan, Gizi
Baughman, Diane C dan Joann C. Hackley. Dan Kesehatan. Pustaka Pelajar: Yogy-
(2009). Keperwatan Medikal-Bedah akarta.
: Buku Saku Dari Brunner Dan Sud- Permana, Chiarul. (2011). “Perbedaan Hasil
darth., alih bahasa oleh Yasmin Asith. Dari Pemeriksaan Glukosa Darah Yang
EGC: Jakarta. Diperiksa Secara Langsung Dengan Di-
Budiman. (2013). Penelitian Kesehatan. PT Re- tunda Selama 1 jam Pada Suhu Ruang”.
fika Aditama: Bandung. Skripsi. http://digilib.unimus.ac.id/
Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofi- files/disk1/125/jtptunimus-gdl-chair-
siologi Edisi 3, alih bahasa oleh Nike ulper-6215-1-babi.pdf/ diakses pada 06
Budhi, Subekti. BukuKedokteran EGC: januari 13.20
Jakarta. Sacher, Ronald A, Richard A.McPherson.
D.N. Baron. (1995). Kapita Selekta Patologi (2004). Tinjauan Klinis Hasil Pemer-
Klinik. Buku Kedokteran ECG: Jakar- iksaan Laboratorium, Ed/11.
ta. Diterjemahkan oleh: Brahm U. Pendit,
Deddy Muchtadi, M.S. (2009). Pengantar Ilmu Dewi Wulandari. Peneribit Buku Ke-
Gizi. Alfabeta: Bandung. dokteran. EGC: Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Saryono. (2009). Metodologi Penelitian Kese-
2004. Pedoman Praktek Laboratorium hatan Penuntun Praktis Bagi Pemula.
yang Benar. Cetakan 3. Departemen Mitra Cendikia Pres: Jogjakarta.
Kesehatan Republik Indonesia: Jakar- Scanlon, Valerie C. (2006). Buku Ajar Anatomi
ta. dan Fisiologi Edisi 3. Buku Kedokteran
Gandasoebrata, R (2004). Penuntun Laboratroi- EGC: Jakarta.
um Klinik. cet.11. Dian Rakyat: Jakar- Spencer N. C. O., Sunday J. J., Kingsley O.,
ta. Uche O. C., Adeniyi S. A. and Chi-
Hidayat, A.Aziz Alimul. Tahun (2010). Metode nenye O. (2012). International Journal
Penelitian Kesehatan Paradigma Kuan- of Pharmaceutical and Clinical Science.
titatif Cetakan Ke-II. Health Books Pub- “Effects of Anticoagulants on Fasting
lishing: Surabaya. Blood Glucose of Diabetics and Non-Di-
J. Laura, Harper, dkk. (2009). Pangan, Gizi Dan abetics Individuals, as well as Random
Pertanian. Universitas Indonesia: Ja- Blood Glucose of Apparently Healthy
karta. Individuals, Determined by One Touch
K. Murray, Robbert, dkk. (2006). Biokimia Ultra Glucometer”. (http://urpjournals.
Harper’s. Buku Kedokteran EGC: Ja- com/tocjnls/23_12v2i4_1.pdf) diakses
karta. pada tanggal 23 maret 2015 20.03
Kamila, Laila. (2013). Penuntun Praktikum Sriyanto. Evaluasi Pelaksanaan Phlebotomy Di
Kimia Klinik 2. Analis Kesehatan: Instalasi Gawat Darurat RSUD Kudus.
Pontianak. (http://digilib. unimus.ac.id/gdl. php?
Kee. (2007). Pedoman Pemeriksaan Laboratori- mod= browse&top = read&id = jtp-
um & Diagnostik, alih bahasa oleh Sari tunimus-gdl-sriyantoni-7096.) Diakses
Kurnianingsih. Edisi ke-6. Buku Ke- pada tanggal 24 februari 10.15
dokteran EGC: Jakarta.

38
JLK 1 (1) (2017) hlm. 33 - 39

Sumardjo, Damin. (2006). Pengantar Kimia :


Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Ke-
dokteran Dan Program Strata 1 Fakul-
tas Bioeksata. Buku Kedokteran ECG:
Jakarta.
Suryaatmadja, April (2011). Pemeriksaan Lab-
oratorium Pada Penatalaksanaan Dia-
betes Melitus. Jakarta :Buletin Labora-
torium Amerind Bio-Clinic, Volume 13,
Nomor 2.
Tandra, Hans. (2007). Panduan Lengkap Men-
genal dan Mengatasi Diabetes dengan
Cepat dan Mudah. PT Gramedia Pusta-
ka Utama: Jakarta.
Widyaastuti, Ika. (2009). Pengaruh Penambahan
Natrium Flourida (Naf) Terhadap Ka-
dar Gula Darah Yang Segera Diperiksa
Dan Ditunda 36 Jam. Skripsi. (http://
digilib.unimus.ac.id/files/disk1/125/jtp-
tunimus-gdl-ikawidyast-6203-3-babii.
pdf) diakses pada tanggal 06 januari
06.28
Wijayakusuma, Hembing. (2008). Bebas Diabe-
tes Mellitus Ala Hembing. Puspa Swara
Anggota IKAPI: Jakarta.
Wirawan, Riadi. (2011). Pemeriksaan Laborato-
rium Hematologi.FKUI: Jakarta.

39

Anda mungkin juga menyukai