Anda di halaman 1dari 20

ASAM-BASA EBP, PENGAMBILAN SAMPEL DARAH ABG DAN

INTERPRETASI pH DARAH

OLEH KELOMPOK 2 :
1. Asti P. Y. Wabang PO.530321118926
2. Betrice Amelia Benu PO.530321118928
3. Ambrosius Adobala PO.53032

TINGKAT 4/SEMESTER VII PROGRAM SARJANA TERAPAN


PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES KUPANG
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya kami dapat diberi kesempatan untuk dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini. Dimana makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
kelompok dari mata kuliah Keperawatan Kritis dengan topik “Asam-Basa
Ebp, Pengambilan Sampel Darah Abg Dan Interpretasi pH Darah”.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan juga dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari bahwa tentunya masih
terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat
dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.
Harapan kami, kiranya makalah ini dapat bermanfaat dalam
menambah ilmu pengetahuan pembaca mengenai “Asam-Basa Ebp,
Pengambilan Sampel Darah Abg Dan Interpretasi pH Darah”.

Kupang, November 2021

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................
2
DAFTAR ISI..................................................................................................................
3
BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................................
4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................
4
1.2 Tujuan.......................................................................................................................
4
1.2.1 Tujuan Umum.................................................................................................
4
1.2.2 Tujuan Khusus................................................................................................
4
BAB II : TINJAUAN TEORI......................................................................................
6
2.1 Evidance Based Practice Asam Basa................................................................
6
2.2 Pengambilan Sampel Darah ABG (Analisis Blood Gas).................................
12
2.3 Interpretasi pH Darah.........................................................................................
18
BAB III: PENUTUP.....................................................................................................
26
3.1 Kesimpulan........................................................................................................
26
3.2 Saran..................................................................................................................
26
Daftar Pustaka..............................................................................................................
27

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sel tubuh dalam aktivitasnya membutuhkan asam dan basa yang
seimbang. Pengukuran asam dan basa yang seimbang dapat diukur
dengan derajat keasaman atau yang disebut pH. pH normal cairan tubuh
manusia adalah 7,35-7,45. Sisten Buffer dengan proses metabolisme
dapat menjaga keseimbangan asam dan basa diseluruh tubuh.
Keseimbangan asam basa adalah suatu kondisi dimana produksi ion
hidrogen sama dengan pengeluaran konsentrasi ion hidrogen pleh sel
(Abramowitz, 2014). Pada umumnya tingkat molekular, proses
keseimbangan asam dan basa berhubungan dengan asam lemah dan basa
lemah. Dengan kata lain adalah kondisi keseimbangan hidrogen yang
terus diproduksi dan menghasilkan sangat banyak ion hidrogen akan
tetapi konsentrasi ion hidrogen dapat tetap dipertahankan pada kadar pH
7,4 (Seifer, 2014). Rentang normal derajat keasaman (pH) darah
manusia antara 7,35 hingga 7,45 (Hidayat, Alimul Aziz dan Uliyah,
2015).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menjelaskan asam-basa dan Arterial Blood Gas (ABG)
1.2.2 Tujuan Khusus
Menguraikan tentang :
1. Asam Basa Evidence Based Practice
2. Pengambilan Sampel Darah ABG, dan
3. Interpretasi pH Darah.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

3.1 Evidence Based Practice Asam Basa


3.1.1 Profil Pemberian Cairan Perioperatif Serta Pengaruhnya Terhadap
Keseimbangan Asam Basa, Elektrolit, dan Kadar Glukosa darah.

P: 61 subyek yang menjalani tindakan bedah elektif di RSCM, Jakarta.

I: Pemberian cairan perioperatif

C: Pemeriksaan laboratorium sebelum dan setelah tindakan bedah, dan 6 jam


setelah pemberian cairan perioperatif

O: Mengetahui Profil Pemberian Cairan Perioperatif Serta Pengaruhnya


Terhadap Keseimbangan Asam Basa, Elektrolit, dan Kadar Glukosa darah.

T: Maret-Juni 2015

Penulis dan tahun:


Puspita, A, dkk. Tahun 2016.
Judul:
Profil Pemberian Cairan Perioperatif Serta Pengaruhnya Terhadap Keseimbangan
Asam Basa, Elektrolit, dan Kadar Glukosa darah.
Metode Penelitian:
Studi deskriptif kohort prospektif pada anak yang menjalani tindakan bedah elektif
di RSCM. Pada subyek dilakukan pemeriksaan laboratorium sesaat sebelum dan
setelah tindakan bedah, serta 6 jam setelah pemberian cairan postoperatif.
Ringkasan dan Hasil
1) Pada subyek penelitian diberikan cairan perioperatif sesuai instruksi dokter
penanggung jawab pasien. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan analisis gas
darah, elektrolit (Na+, Cl-), dan gula darah serum sesaat sebelum dilakukan
tindakan bedah, ketika tiba di ruang perawatan setelah tindakan bedah, serta
pada jam ke-6 setelah dimulainya pemberian cairan postoperatif.
Pemeriksaan darah dilakukan di laboratorium 24 jam RSCM dengan alat
yang menjalani kendali kualitas (quality control) setiap hari.

6
2) Terdapat 61 subyek, 65,6% tidak mendapat cairan preoperatif. Cairan
terbanyak digunakan intraoperatif adalah ringer asetat malat (RAM) (77%)
dan untuk postoperatif adalah kristaloid hipotonik (83,6%). Jumlah cairan
preoperatif dan postoperatif sebagian besar sesuai formula Holliday-Segar.
Subyek yang mendapat cairan preoperatif D10 1/5 NS + KCl (10) lebih
banyak mengalami hiponatremia (13,4% vs 5%) dan gangguan kadar gula
darah (20% vs 0%) dibandingkan dengan yang tidak mendapat cairan.
Asidosis metabolik kelompok cairan intraoperatif RAM (36,2%) maupun
Ringer asetat (36,4%). Hiponatremia pasca cairan postoperatif 57,1%
subyek yang tidak mendapat cairan, 44,4% pada kelompok KA-EN3B®,
dan 21,9% pada kelompok D10 1/5 NS + KCl (10). Hiperglikemia 15,6%
subyek yang mendapat D10 1/5 NS + KCl (10).
3) Pada pemeriksaan darah sebelum tindakan bedah terdapat angka kejadian
asidosis metabolik, hiponatremia, serta gangguan kadar gula darah (hipo/
hiperglikemia) yang lebih tinggi pada kelompok D10 1/5 NS + KCl (10).
Penjelasan yang mungkin untuk kondisi ini adalah bahwa tubuh anak
memiliki kemampuan homeostasis yang baik sehingga sekalipun dalam
kondisi puasa, tubuh dapat menjaga keseimbangannya. Studi membuktikan
bahwa pada anak yang masa puasanya kurang dari 8 jam tidak memiliki
risiko hipoglikemia. Pemberian intervensi cairan justru dapat membuat
gangguan homeostasis tersebut.
4) Pengaruh pemberian cairan intraoperatif yang dinilai melalui pemeriksaan
laboratorium pasca tindakan bedah menunjukkan bahwa kejadian asidosis
metabolik hiperkloremik lebih tinggi pada kelompok RAM.
Kelebihan:
Kelebihan dalam artikel ini adalah isi abstrak singkat, padat dan jelas yang
didalamnya terdapat poin: latar belakang, metode, hasil, dan kesimpulan. Serta
dicantumkan waktu penelitian dan tempat dilakukannya penelitian.
Kekurangan:
Dalam jurnal tidak dicantumkan implikasi serta saran yang dapat digunakan dalam
tindakan.

7
3.1.2 Keseimbangan asam-basa tubuh dan kejadian sindrom metabolik pada remaja
obesitas

P: 40 remaja di Kota Semarang. Populasi terjangkau dalam penelitian ini yaitu


siswa obesitas di SMA Negeri 1 Semarang dan SMA Negeri 12 Semarang.

I: pengukuran antropometri, tekanan darah, dan pemeriksaan sampel darah.

C: -

O: Mengetahui hubungan keseimbangan asam-basa tubuh dengan komponen-


komponen sindrom metabolik

T: Bulan Agustus hingga September 2016

Penulis dan tahun:


Firdananda F. J, dan Nurmasari W. Tahun 2016.
Judul:
Profil Pemberian Cairan Perioperatif Serta Pengaruhnya Terhadap Keseimbangan
Asam Basa, Elektrolit, dan Kadar Glukosa darah.
Metode Penelitian:
1) Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan
pendekatan cross-sectional yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Semarang
dan SMA Negeri 12 Semarang.
2) Pemilihan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling. Besar
sampel dihitung menggunakan rumus estimasi proporsi untuk suatu
populasi.
3) Kriteria inklusi subjek adalah bersedia menjadi sampel penelitian dengan
mengisi informed consent, mengalami obesitas, tidak sedang mengkonsumsi
obat-obatan (parasetamol, metformin, nukleosida, lithium, cylosporine,
obat-obatan antihipertensi, NSAIDs, dan obat-obatan diuretik) dan
multivitamin, tidak sedang menjalankan diet tertentu, tidak sedang
mengalami ISK, tidak merokok, dan tidak memiliki penyakit diabetes
melitus.
4) Variabel bebas dalam penelitian ini adalah keseimbangan asam-basa yang
diukur menggunakan skor PRAL (dietary acid load) dan pH urin.

8
5) Data asupan diperoleh melalui wawancara kebiasaan konsumsi makanan
menggunakan formulir food recall selama 3 hari.
6) Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian sindrom metabolik
yang ditentukan berdasarkan kriteria dari National Cholesterol Education
Program Adult Treatment Panel III (NCEP ATP III).
Ringkasan dan Hasil
1) Ada hubungan yang signifikan antara skor PRAL dengan LP (r=0,347;
p=0,028); tekanan darah sistolik (r=0,590; p=<0,001); tekanan darah
diastolik (r=0,668; p=<0,001); dan kadar trigliserida (r=0,362; p=0,022).
Tidak ada hubungan antara pH urin dengan semua komponen sindrom
metabolik.
2) Diketahui subjek dengan skor PRAL yang lebih dari rerata, terdapat 14
subjek (78%) yang masuk dalam kriteria sindrom metabolik. Pada penelitian
ini, dietary acid load dikaitkan dengan kejadian sindrom metabolik, sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang melaporkan bahwa skor PRAL
berkaitan dengan hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2
Kesimpulan:
Tingginya dietary acid load merupakan salah satu faktor risiko terjadinya sindrom
metabolik
Kelebihan:
Kelebihan dalam artikel ini adalah isi abstrak singkat, padat dan jelas yang
didalamnya terdapat poin: latar belakang, metode, hasil, dan kesimpulan. Serta
dicantumkan waktu penelitian dan tempat dilakukannya penelitian.
Kekurangan:-

3.2 Pengambilan Sampel Darah ABG (Arterial Blood Gas)


3.2.1 Pengertian
Sampel darah dapat digunakan untuk memeriksa beberapa fungsi sistem
tubuh. Analis gas darah (AGD) digunakan untuk menilai tingkat keseimbangan
asam basa, mengetahui kondisi fungsi pernapasan dan kardiovaskuler, dan
menilai kondisi fungsi metabolisme tubuh. Sampel darah untuk prosedur ini
diambil dari arteri.

9
Analisis Gas Darah (AGD) atau Arterial Blood Gas (ABG) test adalah
tes yang digunakan untuk mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan tingkat
asam basa (pH) di dalam darah.

3.2.2 Indikasi Analisis Gas Darah


Analisa gas darah umumnya dilakukan untuk memeriksa fungsi organ
paru yang menjadi tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Tes ini juga
dapat dilakukan pada pasien yang sedang menggunakan alat bantu napas untuk
memonitor kondisi serta mengetahui apakah pengaturan alat sudah sesuai.
Selain itu, tes ini dapat dilakukan untuk memeriksa kondisi organ
jantung dan ginjal, serta memeriksa gejala yang disebabkan oleh gangguan
distribusi oksigen dan karbon dioksida, atau keseimbangan pH dalam darah,
seperti sesak napas, kesulitan bernapas, mual, pusing, dan penurunan kesadaran.
Analisa gas darah dilakukan untuk mengetahui apabila darah terlalu
asam (asidosis) atau terlalu basa (alkalosis), serta untuk mengeahui apakah
tekanan oksigen dalam darah terlalu rendah (hipoksemia) atau tekanan karbon
dioksida terlalu tinggi (hiperkarbia).
.

3.2.3 Hal Yang Tidak Boleh Dilakukan Dalam Pengambilan Sampel Darah AGD
Sampel darah untuk Analisa Gas Darah berasal dari pembuluh darah
arteri yang terletak lebih dalam daripada pembuluh darah vena. Oleh karena itu,
teknik pengambilan darah akan berbeda pada umumnya. Teknik ini juga
mungkin akan menimbulkan perasaan kurang nyaman.
Pengambilan sampel darah bisa dilakukan bisa dilakukan di beberapa
lokasi yang pembuluh darah arterinya paling mudah untuk diakses. Namun, ada
beberapa kondisi yang membuat pengambilan darah arteri tidak boleh dilakukan
pada sebuah lokasi, antara lain:
1) Terdapat gangguan aliran darah,
2) Terdapat penyakit arteri perifer,
3) Terdapat saluran abnormal (fistula) pada pembuluh arteri, baik yang
timbul karena penyakit atau disengaja dibuat atau dicangkok untuk akses

10
cuci darah (cimino),
4) Terdapat infeksi, luka bakar, atau bekas luka.

Pasien perlu menyampaikan apabila memiliki gangguan pembekuan


darah, atau sedang mengonsumsi obat pengencer darah (antikoagulan) guna
mengurangu risiko pendarahan. Pasien juga perlu memberitahukan semua obat-
obatan, termasuk produk herbal, vitamin, dan suplemen yang sedang
dikonsumsi.

3.2.4 Prosedur Analisa Gas Darah


NO PROSEDUR
1. Fase Pra Interaksi
 Persiapan pasien
1. Perhatikan indikasi dilakukannya tindakanarterial puncture
2. Cek permintaan dokter terhadap tujuan dilakukannya tindakan
3. Hubungi pihak laboratorium untuk memberitahukan bahwa
specimen darah akan dikirim untuk melihat hasil AGD
4. Siapkan alat

 Persiapan alat
1. Sabun
2. Tissue
3. Handscoon
4. Perlak dan pengalas
5. Handuk kecil
6. Nierbeken
7. Spuit 3cc
8. Heparin
9. Povidine iodine
10. Alcohol
11. Alcohol swab
12. Lidocain spray atau injeksi
13. Kacamata dan masker
14. Label untuk syringe
15. Termos berisi es batu
2. Fase orientasi:
1. Gunakan komunikasi terapeutik . Ucapkan salam dan perkenalkan
diri
Rasional : Membina trust antara pasien-perawat, menunjukan
sikap terbuka perawat untuk menerima kondisi dan menghargai
pasien.

11
2. Identifikasi pasien
Rasional : Mengidentifikasi pasien memastikan bahwa pasien
yang menjalani prosedur adalah pasien yang benar dan
mendapatkan tindakan yang sesuai dengan kondisi pasien.
Identifikasi pasien juga dapat mencegah hiperventilasi akibat
ansetas yang menimbulkan perubahan sementara pada gas darah

3. Jelaskan tujuan dilakukannya pengambilan specimen darah arteri


dan prosedur pelaksanannya kepada pasien dan keluarganya.
Rasional : Penjelasan yang adekuat dapat menurunkan tingkat
kecemasan dan mspersepsi pada pasen maupun keluargannya.

4. Kontrak waktu dan tempat


Rasional : Kesepakatan berkaitan dengan kesediaan pasien untuk
berkomunikasi dan bekerjasama selama dlaksanakan proses
tindakan keperawatan.

5. Jaga privasi pasien


Rasional : menjaga privasi dan agar pasien tetap dalam keadaan
nyaman dengan lingkukan sekitar

6. Cuci tangan
Rasional : menjaga kebersihan tangan dapat mengurangi transmisi
mikroorganisme dan mengurangi resiko infeksi nosokomial

7. Dekatkan alat
Rasional : mempermudah perawat dan lebih mengefektifkan
waktu serta mengurangi resiko kontaminasi dan kecelakaan
3 Fase kerja:
1. Pertahankan teknik aseptic ketika membuka kemasan. Bilas spuit
3cc dengan sedikit heparin dan kemudian kosongkan spuit. Biarkan
heparin membasuh spuit dan jarum
Rasional : Teknik aseptic sangat penting dalam mencegah
penyebaran mkroorganisme. Heparin di dalam jarum mencegah
pembekuan sampel darah. Kelebihan heparin dalam spuit dapat
mempengaruhi nilai pH sampel darah .

2. Tanyakan pada pasen tentang penggunaan aspirin atau


antikoagulan
Rasional : obat-obatan jens ni dapat mempengaruhi hasil AGD,
oleh karena itu perlu didokumentasikan.

3. Gunakan sarung tangan bersih

4. Palpasi arteri radialis

12
Rasional : arteri radialis diplih karena arteri ini memliki sirkulasik
kolateral , tidak berhubungan dengan vena yang besar dan terdapat
pada daerah permukaan tubuh

5. Lakukan Allen’s Test


Rasional : menentukan perfusi kolateral yang adekuat ke tangan
a. Minta pasien untuk mengepalkan tangan dengan kuat
Rasional : memindahkan darah sebanyak mungkin ke tangan
b. Berkan tekanan langsung pada arteri radialis dan arteri ulnaris
Rasonal : Menghambat aliran darah ke arteri tangan
c. Minta pasien untuk membuka dan mengepalkan tangannya
beberapa kali
Rasional : jari dan tangan yang pucat mengindikasikan
berkurangnya alir an darah arteri
d. Lepaskan tekanan dari arteri ulnaris, observasi warna jari, ibu
jari, dan telapak tangan
Rasional : warna kemerahan yang kembali dalam waktu ≤ 15
detik mengindikasikan bahwa Allen’s Test positif, begitu pula
sebaliknya. Jika hasilnya negative maka hindari melakukan
pungsi di area tersebut

6. Hiperekstensikan pergelangan tangan di atas gulungan handuk


Rasional : mempertahankan arteri radialis berada pada posisi
superficial

7. Palpasi arteri radialis yang akan dilakukan pungsi

8. Lakukan desinfeksi yang akan dilakukan tindakan dengan gerakan


sirkular

9. Insersikan needle dengan membentuk sudut antara 45◦-90◦

10. Biarkan darah mengisi spuit dengan sendirinya, ambil darah sesuai
yang dibutuhkan dan hinder melakukan aspirasi

11. Cabut needle dan letakan kapas alcohol di area insersi tadi

12. Berikan penekanan untuk homeostatis

13. Segera tutup needle dan beri label

14. Tutup area insersi dengan kapas alcohol dan plester.


4. Fase terminasi:
1. Jelaskan pada klien bahwa prosedur telah selesai dilakukan
2. Tanyakan pada klien adanya nyeri atau ketidaknyamanan yang
berhubungan dengan tindakan yang dilakukan

13
Rasional : nyeri dapat mengindikasikan adanya komplkasi
3. Lakukan kontrak pertemuan selanjutnya untuk mengobservasi
klien
Rasional : observasi 30 menit pertama
4. Akhiri dengan salam terapeutik
5 Dokumentasi:
Dokumentasikan dalam catatan keperwatan dan respon pasien terhadap
tindakan yang telah dilakukan

3.2.5 Analisa Gas Darah (AGD) Arteri


Nilai Normal Hasil Analisa Gas Darah
No Parameter Sampel arteri
1 pH 7,35 – 7,45
2 PaCO2 35-45 mmHg
3 PaO2 80-100 mmHg
4 Saturasi Oksigen 95-100%
5 HCO3 22-26 mEq/L

1) pH
mengukur konsentrasi H+ untuk menunjukkan status asam-basa darah. Nilai
menunjukkan apakah pH arteri normal (7,40), asam (< 7,40), atau alkalotik
(> 7,40). Karena kemampuan mekanisme kompensasi untuk menormalkan
pH, nilai hampir-normal tidak meniadakan kemungkinan dari gangguan
asam-basa.
2) PaCO2
Tekanan parsial karbon dioksida pada arteri. PaCO 2 merupakan komponen
pernapasan dari pengaturan asam-basa dan diatur oleh perubahan frekuensi
dan kedalaman ventilasi pulmoner. Hiperkapnia (PaCO2 >45 mmHg)
menunjukkan hipoventilasi alveolar dan asidosis respiratori. Hiperventilasi
mengakibatkan pada PaCO2<35 mmHg dan alkalosis respiratori.
Kompensasi respiratori terjadi dengan cepat pada ketidakseimbangan asam-
basa metabolik. Bila ada abnormalitas pada PaCO2 terjadi, ini penting untuk
menganalisa parameter pH dan HCO3- untuk menentukan gangguan
pernapasan atau respons kompensasi terhadap abnormalitas asam-basa
metabolik.

14
3) PaO2
Tekanan oksigen parsial dalam dalam arteri. PaO 2 tidak mempunyai peran
pengaturan asam-basa bila terdapat dalam rentang normal. Adanya
hipoksemia dengan PaO2 <60 mmHg dapat menimbulkan metabolisme
anaerobik, mengakibatkan produksi asam laktat dan asidosis metabolik.
Terdapat penurunan normal pada PaO2 sesuai pertambahan usia. Hipoksemia
juga dapat menyebabkan hiperventilasi menyebabkan alkalosis respiratori.
4) Saturasi Oksigen
Mengukur derajat hemoglobin tersaturasi oleh oksigen. Saturasi ini dapat
dipengaruhi oleh perubahan suhu, pH, dan PaCO2. Bila PaO2 turun dibawah
60 mmHg. Maka terjadi penurunan yang besar pada saturasi.
5) Kelebihan atau Kekurangan Basa
Menunjukkan, dalam istilah umum, terdapatnya sejumlah buffer darah
(hemoglobin dan bikarbonat plasma). Nilai yang tinggi secara abnormal
menggmbarkan alkalosis, nilai rendah menggambarkan asidosis. Nilai
normal ±2.
6) HCO3-
Bikarbonat serum merupakan ginjal mayor ddari pengaturan asam-basa.
HCO3- diekskresi atau dihasilkan oleh ginjal untuk mempertahankan
lingkungan asam-basa normal. Penurunan kadar bikarbonat (<22 mEq/L)
merupakan indikasi asidosis metabolik (jarang terlihat sebagai mekanisme
kompensasi untuk alkalosis respiratori); peningkatan kadar bikarbonat (>26
mEq/L) menggambarkan alkalosis metabolik – juga sebagai gangguan
metabolik primer atau sebagai perubahan kompensatori pada respons
terhadap asidosis respiratori.

3.3 Interpretasi pH Darah


Pengukuran asam dan basa yang seimbang dapat diukur dengan derajat
keasaman atau yang disebut pH. pH normal cairan tubuh adalah 7,35-7,45.
Keseimbangan asam basa adalah suatu kondisi dimana produksi konsentrasi ion
hidrogen oleh sel (Abramowitz, 2014).

15
Pada umumnya tingkat molekular, proses keseimbangan asam dan basa
berhubungan dengan asam lemah dan basa lemah. Dengan kata lain adalah kondisi
keseimbangan hidrogen yang terus diproduksi dan menghasilkan sangat banyak ion
hidrogen akan tetapi konsentrasi ion hidrogen dapat tetap dipertahankan pada kadar
pH 7,4 (Seifer, 2014). Rentang normal derajat keasaman (pH) darah manusia antara
7,35 hingga 7,45 (Hidayat, Alimul Aziz dan Uliyah, 2015).

Gangguan-gangguan asam-basa yang terjadi antara lain:


No Gangguan PaCO2 HCO3 pH
1 Asidosis respiratorik ↑ Normal atau ↑ ↓
2 Asidosis metabolik Normal atau ↓ ↓ ↓
3 Alkalosis respiratorik ↓ Normal atau ↓ ↑
4 Alkalosis metabolik Normal atau ↑ ↑ ↑

1. Asidosis respiratorik
Asidosis respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukkan CO2 dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk
atau pernapasan yang lambat (Hawfield A, 2010). Setiap kondisi yang
menurunkan ventilasi dapat meningkatkan konsentrasi CO2 dan berdampak
adanya peningkatan asam karbonat atau biasa disebut asidosis respiratorik.
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan pH menurun, PaCO2
meningkat, HCO3- normal tetapi kemudian meningkat karena kompensasi, dan
pH urine <6,0. Kompensasi yang dilakukan oleh tubuh adalah produksi
bikarbonat oleh ginjal meningkat. Untuk meningkatkan pengeluaran CO2 yang
dilakukan dengan latihan napas dalam dan purse lips breathing.

2. Asidosis Metabolik
Asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan ditandai
dengan kompensasi rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan
keasaman melebihi sistem buffer pH dan tidak mampu untuk
mengkompensasinya, maka darah akan menjadi asam dan timbullah asidosis
metabolik (Hawfield A, 2010).

16
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan pH menurun, PaCO2
normal lama-kelamaan akan menurun karena proses kompensasi, HCO 3-
menurun, dan pH urine < 6,0, serta pH darah <7,35. Kompensasi yang dilakukan
oleh tubuh dalam keadaan tersebut adalah hiperventilasi untuk mengeluarkan
CO2.

3. Alkalosis Respiratorik
Alkalosis respiratorik adalah suatu kondisi dimana darah menjadi basa
karena pernapasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar
karbondioksida menurun dalam darah. Hiperventilasi adalah pernapasan yang
cepat dan dalam yang mengakibatkan jumlah karbon dioksida terlalu banyak
dikeluarkan dari aliran darah. Penderita alkalosis respiratorik biasanya merasa
cemas dan mengeluhkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika tidak cepat
ditangani dan kondisi semakin memburuk, dapat menyebabkan kejang otot dan
kesadaran menurun (Hawfield A, 2010).
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan pH darah meningkat,
PCO2 menurun, HCO3- normal tetapi kemudian menurun karena kompensasi, pH
urine >7,0. Kompensasi yang dilakukan oleh tubuh adalah dengan ginjal
meningkatkan ekskresi ion-ion HCO3-, dan menurunkan kecepatan dan
kedalaman bernapas.

4. Alkalosis Metabolik
Alkalosis metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan
basa dikarenakan kadar bikarbonat yang meningkat (Hawfield A, 2010). Hasil
pemeriksaan laboratorium menunjukkan pH darah meningkat, PaCO 2 normal
tetapi akan mulai naik, HCO3-meningkat, dan pH urine >7,0.
Adapun penyebab utama dari alkalosis metabolik adalah sebagai
berikut:
1) Berlebihan dalam menggunakan diuretik, seperti tiazid, furosemide,
asam etakrinat.
2) Muntah atau pengosongan lambung yang mengakibatkan kehilangan
asam.

17
3) Cushing Syndrome atau penggunaan obat kortikosteroid disebabkan
kelenjar adrenal yang terlalu aktif.

Tabel 2. Manifestasi Klinis Gangguan Keseimbangan Asam dan Basa


No Gangguan Asam Manifestasi Klinis
Basa
1. Asidosis Respiratorik Klinis CO2narcosis yaitu sakit kepala, letargi,
mengamtuk, koma, peningkatan nadi,
penurunan responsivitas, papiledema, dispnea
(bisa ada, bisa tidak).
2. Asidosis Metabolik Pernapasan kusmaul, penurunan tekanan darah,
letargi, mual dan muntah.
3. Alkalosis Respiratorik Gejala tidak spesifik, mengeluh pusing, kebas,
kesemutan ekstremitas, kram otot, tetani,
kejang, peningkatan refleks tendon dalam,
aritmia, dan hiperventilasi.
4. Alkalosis Metabolik Gejala tidak spesifik, refleks hiperaktif, tetani,
hipertensi, kram otot, dan kelemahan.

18
BAB III
PENUTUP

2
3
3.1 Kesimpulan
Analisis Gas Darah (AGD) atau Arterial Blood Gas (ABG) test adalah tes yang
digunakan untuk mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan tingkat asam basa
(pH) di dalam darah. Analisa gas darah dilakukan untuk mengetahui apabila darah
terlalu asam (asidosis) atau terlalu basa (alkalosis), serta untuk mengeahui apakah
tekanan oksigen dalam darah terlalu rendah (hipoksemia) atau tekanan karbon
dioksida terlalu tinggi (hiperkarbia).
Pengukuran asam dan basa yang seimbang dapat diukur dengan derajat
keasaman atau yang disebut pH. pH normal cairan tubuh adalah 7,35-7,45.
Keseimbangan asam basa adalah suatu kondisi dimana produksi konsentrasi ion
hidrogen oleh sel. Ada 4 gangguan yang dapat terjadi karena tidak seimbangnya
asam dan basa di dalam darah, yaitu asidosis respiratorik, asidosis metabolik,
alkalosis respiratorik, alkalosis metabolik.

3.2 Saran
Pemahaman mengenai keseimbangan asam basa dan komponen keseimbangan
dalam darah lainnya bukan hanya perlu diketahui oleh tenaga kesehatan yang
merupakan petugas laboratorium saja, tetapi hal ini juga perlu diketahui oleh tenaga
keperawatan. Hal ini dikarenakan saat terjadi ketidakseimbangan komponen darah,
maka tubuh akan menunjukkan manifestasi klinis yang buruk.
Oleh karena itu pembelajaran ini butuh untuk dipahami oleh seorang tenaga
keperawatan baik mahasiswa maupun profesi perawat, agar dapat membantu dalam
penanganan pasien baik secara mandiri maupun dengan tindakan kolaboratif.

19
DAFTAR PUSTAKA

Nurachma, E, dan Sudarsono, R. S.,2000.,BUKU SAKU PROSEDUR


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH., Jakarta, EGC.

Horne, M. M, dan Swearingen, P. L.,2001.,KESEIMBANGAN CAIRAN,


ELEKTROLIT, DAN ASAM BASA, Edisi 2.,Jaakarta, EGC.

Asih, N. G. Y, dan Effendy, C.,2004.,KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH: Klien


dengan Gangguan Sistem Pernapasan.,Jakarta, EGC.

Nareza M.,2021.,Analisa Gas Darah dan Hal-Hal Penting yang Ada di


Dalamnya.,Alodokter.com (https://www.alodokter.com/analisa-gas-darah-dan-
hal-hal-penting-yang-ada-di-dalamnya)

20

Anda mungkin juga menyukai