Anda di halaman 1dari 17

TUGAS VALIDASI HASIL

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN KANTONG DARAH TERHADAP


KADAR HEMOGLOBIN

DOSEN PENGAMPU
Siti sakdiah, SKM, M.Biomed

DISUSUN OLEH
Fahrel Riswandi (PO71341210044)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PRODI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hemoglobin adalah bagian sel darah merah yang membantu sel darah satu
ini mendapatkan bentuk naturalnya, yaitu bulat dan pipih pada bagian tengahnya.
Bentuk ini akan memudahkan sel darah merah mengalir dalam pembuluh
darah. Selain itu, fungsi lain dari hemoglobin adalah membawa oksigen menuju
ke semua jaringan tubuh, serta membawa karbon dioksida dari jaringan dan organ
kembali pada paru-paru. Inilah sebabnya, menjaga kadar hemoglobin tetap pada
angka normal menjadi hal yang sangat penting.

Tes hemoglobin adalah prosedur medis yang digunakan untuk mengukur


jumlah hemoglobin dalam darah seseorang. Hemoglobin adalah protein dalam sel
darah merah yang berperan penting dalam mengangkut oksigen ke seluruh
tubuh.Tes hemoglobin biasanya dilakukan untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan seperti anemia, yang ditandai dengan rendahnya jumlah hemoglobin
dalam darah. Anemia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk
kekurangan zat besi, defisiensi vitamin B12, atau masalah lain yang memengaruhi
produksi atau fungsi sel darah merah.

Prosedur pemeriksaan hemoglobin umumnya melibatkan pengambilan


sampel darah dari vena di lengan dengan menggunakan jarum suntik. Sampel
darah kemudian dianalisis di laboratorium untuk mengukur jumlah hemoglobin.
Hasilnya dinyatakan dalam satuan gram per desiliter (g/dL).Tes hemoglobin dapat
membantu dokter dalam mendiagnosis dan memantau kondisi kesehatan yang
terkait dengan kadar hemoglobin, termasuk anemia dan gangguan lainnya yang
mempengaruhi produksi sel darah merah.Hasil tes ini juga dapat digunakan untuk
merencanakan pengobatan yang sesuai, seperti suplemen zat besi atau perawatan
lain yang diperlukan
II. PEMBAHASAN DAN HASIL
2.1 Pembahasan

A. Pengaruh Lama Penyimpanan Kantong Darah Terhadap Kadar Hemoglobin


Pada
Komponen Whole Blood Di Unit Donor Darah Pmi Kota Palangka Raya

Berdasarkan Penelitian Rusli (2013) syarat donor darah yang harus


mempunyai kriteria seperti umur, berat badan, tekanan darah juga harus melihat
hasil hemoglobin pendonor. Selain karakteristik pendonor perlu juga dilakukan
pengecekan klinik darah meliputi kadar hemoglobin. Penelitian Ranchan
danAditya (2013) pengecekan kadar hemoglobin sebelum donor di lakukan untuk
mengetahui normal atau tidaknya kadar hemoglobin pada saat itu. Penelitian
Rahmania (2017) apabila tidak dilakukan seleksi donor akan memiliki risiko
tinggi seperti darah yang diperoleh merupakan darah yang mempunyai riwayat
penyakit menular, kadar hemoglobin dibawah nilai normal, berat badan dibawah
standar atau tekanan darah dibawah nilai normal, sehingga dapat menyebabkan
terjadinya reaksi transfusi bahkan terjadi reaksi hemolitik termasuk menggigil,
sakit kepala, sakit punggung, dispnea, sianosis, nyeri dada, dan hipotensi.
Sehingga sangat penting dilakukan seleksi donor. Berdasarkan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91 Tahun 2015 Tentang Standar Pelayanan
Transfusi Darah, bahwa pengecekan kadar hemoglobin tidak saja dilakukan pada
seleksi donor namun juga pada saat darah donor disimpan. Berdasarkan hasil
penelitian Susilowati (2017) darah yang disimpan selama berhari-hari akan
mengalami perubahan kadar hemoglobin. Dalam hasil penelitiannya menunjukan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama penyimpanan darah donor
terhadap kadar hemoglobin dimana semakin lama darah disimpan maka semakin
meningkat kadar hemoglobinnya.

Penelitian Sitanggang (2018), menunjukan bahwa semakin lama darah


disimpan maka semakin banyak sel darah merah yang hancur dan semakin kecil
jumlah sel darah merah yang dapat bertahan hidup. Penelitian Naim (2014) darah
yang disimpan terlalu lama akan mengalami pergeseran kurva disosiasi oksigen
kearah kiri. Oksigen terikat kuat dengan hemoglobin dan terlalu sedikit yang
diberikan kepada jaringan, sehingga sel eritrosit banyak yang lisis maka
kemungkinan darah yang disimpan akan mengalami kenaikan kadar hemoglobin.
Relevan dengan penelitian Ranchman dan Aditya (2013) kadar hemoglobin yang
terlalu tinggi, dapat mengakibatkan darah menjadi terlalu pekat atau kental,
sehingga mengakibatkan menambahnya beban kerja jantung pada pasien penerima
tranfusi sehingga hasilnya menjadi tidak optimal. Ranchman dan Aditya (2013)
juga menyebutkan jika kadar hemoglobin kurang dari normal maka transportasi
oksigen keseluruh tubuh akan terganggu. Suminingsih (2017) dalam penelitiannya
menunjukan adanya pengaruh lama simpan kantong darah donor suhu 2-6°C
terhadap kadar hemoglobin. Rerata kadar hemoglobin kantong darah segar setelah
aftaf 13,70 g/dl, sedangkan kadar hemoglobin kantong darah simpan suhu 2-6°C
setelah satu minggu adalah 13,72 g/dl, sehingga dapat disimpulakan bahwa
sesudahdisimpan selama satu minggu sampel mengalami peningkatan kadar
hemoglobin.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode
penelitian yang bertujuan untuk mengambarkan atau mendeskripsikan tentang
suatu keadaan secara objektif, lalu diuraikan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh lama penyimpanan kantong darah terhadap kadar
hemoglobin pada komponen whole blood di Unit Donor Darah PMI Kota
Palangka Raya. Penelitian pengaruh lama penyimpanan kantong darah terhadap
kadar hemoglobin pada komponen whole blood di unit donor darah pmi kota
Palangka Raya sampel yang digunakan adalah ampel darah Whole Blood yang
didapatkan dari kantong darah donor yang ada di Unit Donor Darah Palang Merah
Indonesia Kota Palangka Raya dengan jumlah 737 populasi. Besaran sampel yang
dibutuhkandalam penelitian ini sebanyak 384 sampel hasil dari perhitungan rumus
Lemeshow. Teknik penarikan sampling menggunakan metode sampling jenuh.
Sampel yang didapatkan dari pendonor setelah proses aftaf selesai, darah
dihomogenkan dan disiler. Setelah itu dimasukan kedalam 3 tabung vacutainer
tutup merah. Tabung pertama dilakukan pengukuran kadar hemoglobin di
laboratroium Instrumen Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Tabung kedua
disimpan di refrigerator pada suhu 2-6°C selama tiga hari. Tabung ketiga
disimpan di refrigerator pada suhu 2- 6°C selama lima hari. Data yang diperoleh
dari penelitian, selanjutnya dilakukan uji kenormalan data dengan menggunakn
uji Shapiro-Wilk karena sampel yang digunakan <50. Data yang dihasilkan
terdistribusi normal selanjutnya dilakukan pengujian menggunakan uji Regression
Linear Test.
Hasil Penelitian menunjukan bahwa kadar hemoglobin pada komponen
whole blood yang disimpan di refrigerator dengan suhu 2-6°C mengalami
kenaikan pada hari ketiga dan kelima. Kantong darah donor yang diteliti
berjumlah 30 kantong yang terdiri dari 8 kantong darah golongan darah A, 14
kantong darah golongan darah B, 4 kantong darah golongan darah O dan 4
kantong darah golongan darah AB. Pemeriksaan kadar Hemoglobin dilakukan di
Laboratorium Instrument Universitas Muhammadiyah Palangkaraya. Metode
yang digunakan dalam pemeriksaan kadar hemoglobin yaitu menggunakan
Hematology Analizer, karena merupakan Gold Standard dalam pemeriksaan kadar
hemogloin darah. Durasi waktu yang diperiksa yaitu waktu pertama kali darah
donor diambil, kemudian hari ketiga dan hari kelima. Durasi waktu penelitian
dilakukan berdasarkan rata-rata penyimpanan kantong darah di Unit Donor Darah
Palang Merah Indonesia KotaPalangka Raya dimana penyimpanan minimal 3 hari
dan maksimal 5 hari darah sudah didistribusikan ke pasien. Adapun karakteristik
responden dapat dilihat pada Tabel 1 berikut:

Tabel 1 menunjukan bahwa sebagian besar responden berusia 20-29 tahun


(53,33%), berjenis kelamin laki-laki (86,67%) dan bergolongan darah B
(46,67%). Kelompok usia 20-29 merupakan usia produktif sehingga banyak
pendonor dari kelompok usia tersebut. Pendonor mayoritas adalah laki-laki
dikarena perempuan yang cenderung tidak memenuhi syarat donor seperti
hemoglobin yang rendah. Adapun gambaran kadar hemoglobin dapat dilihat pada
Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2 menunjukan bahwa pada pemeriksaan kadar hemoglobin pada hari


pertama, kadar hemoglobin terendah 11,0 g/dL dan kadar hemoglobin tertinggi
15,9 g/dL dengan rata-rata 13,1 g/dL. Setelah disimpan selama 3 hari sebagian
besar kantong darahmegalami peningkatan kadar hemoglobin dengan kadar
hemoglobin terendah 11,1 g/dL dan kadar hemoglobin tertinggi 16,0 g/dL dengan
rata-rata 13,3 g/dL. Begitupun setelah disimpan selama 5 hari sebagian besar
kantong darah megalami peningkatan kadar hemoglobin dengan kadar
hemoglobin terendah 11,2 g/dL dan kadar hemoglobin tertinggi 16,1 g/dL dengan
rata-rata 13,4 g/dL. Adapun gambaran kadar hemoglobindapat dilihat pada
gambar 1 berikut:

Gambar 1 menunjukan bahwa pada hari pertama terdapat 11 (36,67%) sampel


dengan kadar hemoglobin rendah, terdapat 19 (63,33%) sampel dengan kadar
hemoglobin normal dan tidak terdapat responden dengan kadar hemoglobin
tinggi. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91
Tahun 2015 Tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah calon pendonor harus
memenuhi syarat kadar hemoglobin 12,5 hingga 17,0 g/dL. Berdasarkan hasil
penelitian bahwa terdapat 36,67 % sampel dengan kadar hemoglobin rendah. Hal
ini dimungkinkan karena perbedaan metode pengukuran kadar hemoglobin yang
digunakan oleh peneliti dan Unit Donor Darah PMI Kota Palangkaraya, dimana
peneliti menggunakan hematology analyzer sedangkan Unit Donor Darah PMI
Kota Palangkaraya menggunakan CuSO4. Metode CuSO4 adalah test kualitatif
berdasarkan berat jenis. Darah donor turun ke dalam larutan tembaga sulfat (Cu-
sulfat) dan terbungkus dalam kantong tembaga proteinate yangmencegah setiap
perubahan dalam berat jenis sekirat 15 detik. Jika hemoglobin sama dengan atau
lebih 12,5 gr/dl maka akan tenggelam dalam waktu 15 detik, yang berarti donor
dapat diterima (Kiswari, 2014). Sehingga metode ini memiliki keterbatasan
pengukuran dan tidak akurat dalam pemeriksaan kadar hemoglobin. Penelitian
Ranchan dan Aditya (2013) pengecekan kadar hemoglobin sebelum donor di
lakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya kadar hemoglobin pada saat itu.
Namun pengecekan menggunakan metode CuSO4 ini kurang akurat.
Hasil penelitian ini, peneliti menemukan 36,67% pendonor yang masih
memiliki kadar hemoglobin rendah yang mana metode CuSo4 ini tidak layak
digunakan untuk pengecekan hemoglobin, sedangkan metode hematology
analyzer adalah metode Gold Standard dalam pemeriksaan kadar hemogloin
darah, yg mna mungkin bisa dipertimbangkan metode yang digunakan untuk
pengecekan kadar hemoglobin calon donor dalam periode selanjutnya. Setelah
kantong darah disimpan selama 3 hari terdapat sampel dengan kadar hemoglobin
rendah sebanyak 11 (36,67%), terdapat responden dengan kadar hemoglobin
normal sebanyak 19 (63,33%) dan tidak terdapat responden dengan kadar
hemoglobin tinggi. Setelah kantong darah disimpan 5 hari terdapat sampel dengan
kadar hemoglobin rendah 10 (33,33%), terdapat responden dengan kadar
hemoglobin normal sebanyak 20 (66,67%) dan tidak terdapat responden dengan
kadar hemoglobin tinggi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 91
Tahun 2015 Tentang Standar Pelayanan Transfusi Darah, bahwa pengecekan
kadar hemoglobin tidak saja dilakukan pada seleksi donor namun juga pada saat
darah donor disimpan. Namun hal yang ditemukan oleh peneliti adalah instansi
terkait tidak melakukan pengecekan kadar hemoglobin pada kantong darah yang
sudah disimpan dan saat akan didistribusikan ke resipien. Adapun pengaruh lama
penyimpanan terhadap kadar hemoglobin dapat dilihat pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 menunjukan hasil output Regression Linear Test dari hasil olah data
SPSS. Menurut Santoso (2014) pedoman atau dasar pengambilan keputusan
dalam uji Regression Linear dapat dilakukan dengan cara melihat nilai tabel
output Regression Linear Test dari hasil olah data SPSS. Pengambilan keputusan
untuk uji ini dilakukan dengan membandingkan antara nilai Sig. dengan batas
kritis yakni 0.05. Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa rata-rata peningkatan
kadar hemoglobin pada hari ketiga yaitu paling rendah 0,3 g/dL dan rata-rata
peningkatan tertinggi pada hari ketiga yaitu 1,2 g/dL. Begitupun pada hari kelima
dapat dilihat bahwa rata-rata peningkatan kadar hemoglobin pada hari ketiga yaitu
paling rendah - 0,3 g/dL dan rata-rata peningkatan tertinggi pada hari ketiga yaitu
0,4 g/dL. Berdasarkan tabel 3 pengaruh penyimpanan pada hari ketiga diketahui
bahwa nilai P Value < 0,05 . Dengan demikian dapat dikatakan ada pengaruh
penyimpanan kantong darah donor pada hari ketiga terhadap kadar hemoglobin
pada komponen whole blood. Berdasarkan Tabel 3 pengaruh penyimpanan pada
hari kelima diketahui bahwa nilai P Value > 0,05. Dengan demikian dapat
dikatakan tidak ada pengaruh penyimpanan kantong darah donor pada hari kelima
terhadap kadar hemoglobin pada komponen whole blood.
Pada hari ketiga dikatakan bahwa terdapat pengaruh penyimpanan kantong
darah. Hal ini dikarenakan adanya perubahan kadar hemoglobin pada
kantongdarah yang disimpan selama 3 hari dalam refrigerator. Perubahn kadar
hemoglobin pada kantong darah terjadi dikarenakan efek penyimpanan. Menurut
Setyati (2010) Kerugiaannya darah simpan ialah faktor pembekuan terutama
faktor V dan VIII sudah habis, kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit
menurun disebabkan afinitas hemoglobin terhadap oksigen yang tinggi, sehingga
oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal ini disebabkan penurunan kadar 2,3 DPG,
kadar kalium, amonia dan asam laktat tinggi (Setyati, 2010).
Menurut Naim (2014) pada masa penyimpanan darah akan mengalami
perubahan perubahan komponen darah terutama eritrosit akan mengalami
perubahan bentuk yang cukup bermakna seiring lamanya waktu penyimpanan
darah. Efek penyimpanan darah akan membuat eritrosit banyak yang mati segera
setelah darah ditranfusikan karena terjadi penurunan kadar ATP (Adenosin Tri
Phospat). Setelah darah disimpan selama beberapa hari akan mengalami
pergeseran kurva disosiasi Oksigen kearah kiri. Oksigen terikat kuat dengan
hemoglobin dan terlalu sedikit yang diberikan kepada jaringan. Karena sel
eritrosit banyak yang lisis maka kemungkinan darah yang disimpan akan
mengalami kenaikan kadar hemoglobin. Trombosit akan hilang fungsinya setelah
1 hari darah disimpan, juga faktor-faktor pembeku darah (FV dan FVIII) (Naim,
2014). Berdasarkan pada tebel 3 dapat dilihat bahwa pada hari kelima dikatakan
bahwa tidak terdapat pengaruh penyimpanan kantong darah selama lima hari
terhadap kadar hemoglobin ditunjukan dengan nilai rata-rata peningkatan kadar
hemoglobin pada hari kelima -0,3 g/dL. Hal ini dikarenakan kadar hemoglobin
pada hari kelima tidak terjadi peningkatan kadar hemoglobin yang signifikan.
Berdasarkan penelitian pada hari kelima menunjukan bahwa terjadi peningkatan
pada kadar hemoglobin namun secara statistik hal ini diketahui tidak bermakna
dan tidak ada pengaruh penyimpanan selama penyimpanan lima hari.
B. Pengaruh Penyimpanan Darah Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Komponen
Whole
Blood Darah Donor Sebelum Dan Sesudah Disimpan Selama Satu Minggu Di
Pmi
Kota Medan

Penelitian yang dilakukan Karon et al., dan Spinelli et al., di Amerika


Serikat membuktikan peningkatan kadar Hb bebas dan F2α-isoprostan terjadi
selama penyimpanan PRC. Peningkatan tersebut diperkirakan faktor penyebab
outcome buruk pada resipien transfusi PRC meskipun mekanisme yang
mendasarinya belum sepenuhnya diketahui (Karon et al. 2012; Spinelli et al.
2014). Penyimpanan darah dilakukan mengingat bahwa unit pelayanan darah
tidak setiap saat bisa menyediakan darah segar untuk diberikan kepada pasien
sesuai permintaan dokter yang merawat. Kantong Polyvinyl chlorida plastisized
(PVC) dengan Diethyl hexyl phthalate (DEHP) adalah wadah standar
penyimpanan darah donor. Kantong DEHP mengurangi hemolisis selama
penyimpanan dengan intercalation ke membran RBC (Sulung, 2016). Masa
simpan darah adalah 35 hari dimulai sejak aftaf (pengambilan darah) di UDD
PMI, jadi seringkali darah sampai di BDRS dengan umur darah sudah lebih dari 6
hari. Kantong darah dikeluarkan dari lemari es diusahakan sesuai dengan tanggal
masuknya. Permasalahan yang ada di PMI yaitu dokter biasanya minta darah
segar (fresh whole blood), dimana darah segar tidak selalu tersedia tetapi yang
tersedia adalah darah simpan. Permasalahan ini diatasi dengan donor keluarga
atau donor pengganti yang seringkali sulit dilakukan karena berbagai kendala.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyimpanan darah
terhadap kadar hemoglobin pada komponen whole blood darah donor sebelum
dan sesudah disimpan selama satu minggu di Unit Tansfusi Darah PMI Kota
Medan guna mengetahui kualitas darah sebelum ditransfusikan ke resipien. Pada
Penelitian ini menggunakan Darah Lengkap (Whole Blood) Whole blood atau
darah lengkap adalah darah yang diambil dari donor dengan menggunakan
kantong darah dengan antikoagulan steril dan bebas pyrogen. Darah lengkap ini
berisi sel darah merah, leukosit, trombosit, dan plasma (Astuti dan Laksono
2013).
Bahan untuk penelitian ini adalah semua darah donor yang ada di Bank
darah PMI Kota Medan pada tanggal 21-28 Mei 2018. JumLah sampel untuk
penelitian adalah 30 sampel. Besaran sampel pada penelitian ini menggunakan
total sampel dimana besar sampel tergantung dari jumLah kantong donor darah.
Sampel untuk penelitian ini adalah semua darah donor yang ada di Bank darah
PMI Kota Medan pada tanggal 21-28 Mei 2018. JumLah sampel untuk penelitian
adalah 30 sampel. Besaran sampel pada penelitian ini menggunakan total sampel
dimana besar sampel tergantung dari jumLah kantong donor darah. Sampel dari
kantong darah berupa Whole blood disimpan dalam refrigerator suhu 2-8ºC dan
suhu ini dikontrol setiap hari oleh petugas UTD. Penelitian ini menggunakan data
primer yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui pemeriksaan
hemoglobin menggunakan Hematology Analyzer Sysmex XP-300. Penelitian ini
menggunakan uji normalitas dengan Shapiro Wilk. Datadikatakan normal apabila
nilai p>0,05. Namun, apabila nilai pada data p 0,05 data dianggap tidak
berdistribusi normal digunakan uji alternative dengan wilcoxon (Dahlan, 2014).
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 sampel darah donor yang
diperiksa di Laboratorium PMI Kota Medan pada tanggal 21-28 Mei 2018 maka
diperoleh hasil seperti pada Tabel 1.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Laboratorium PMI Kota Medan,


dimana pada penelitian ini telah diperiksa 30 sampel darah donor sebelum dan
sesudah disimpan selama satu minggu. Maka diperoleh kadar hemoglobin ratarata
darah sebelum disimpan adalah 14,21 g/dL dengan kadar hemoglobin normal
sedangkan kadar hemoglobin rata-rata darah yang telah disimpan selama satu
minggu adalah 16,37 g/dL. Berdasarkan hassil uji-t bahwa nilai P < 0,05
menunjukkan bahwa ada perbedaan pemeriksaan darah segera dan disimpan
selama satu Minggu terhadap kadar hemoglobin, hasil yang sangat berbeda
dimana terjadi peningkatan kadar hemoglobin pada darah donor sebelum dan
sesudah disimpan selama satu minggu seperti tertera dalam tabel. Adapun hasil
penelitian Ayu Priska Anggraini dengan judul “Pengaruh Lama Penyimpanan
Darah Terhadap Kadar Hemoglobin Sebelum dan Sesudah Disimpan Selama Tiga
hari di PMI Pusat Medan Tahun 2013” dalam hasil penelitiannya menyatakan
bahwa terjadi kenaikan kadar hemoglobin pada darah donor yang disimpan
selama tiga hari. Pada penelitian Elvi Zahara Sebayang dengan judul “Pengaruh
Lama Penyimpanan Darah Terhadap Kadar Hemoglobin Sebelum dan Sesudah
Disimpan Selama 3 hari di PMI Medan Tahun 2016” dalam hasil penelitiannya
juga menyatakan bahwa terjadi kenaikan kadar hemoglobin pada darah donor
yang disimpan selama 3 hari. Darah segar yang baru diambil dari pendonor dan
belum disimpan memiliki faktor pembekuan lengkap terutama faktor V dan VIII
serta fungsi eritrositnya masih baik. Sedangkan untuk darah simpan faktor
pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah hampir habis serta kemampuan
transportasi O2 oleh eritrosit telah berubah (afinitas Hb terhadap O2 tinggi)
sehingga O2 sukar dilepas di jaringan karena penurunan kadar 2,3 DPG. Semakin
lama darah disimpan maka semakin banyak sel darah merah yang hancur dan
semakin kecil jumLah sel darah merah yang dapat bertahan hidup. Darah yang
disimpan selama beberapa hari akan mengalami pergeseran kurvadisosiasi
oksigen ke arah kiri. Oksigen terikat kuat dengan hemoglobin dan terlalu sedikit
yang diberikan kepadajaringan. Karena sel eritrosit banyak yang lisis maka darah
akan mengalami kenaikan kadar hemoglobin (Artha, D, 2022).
Pada pemeriksaan ini terjadi peningkatan kadar hemoglobin dikarenakan
semakin lama darah disimpan, maka eritrosit dapat membengkak karena
hilangnya daya hidup sel eritrosit yang disebabkan oleh kekakuan membran dan
hilangnya lipid membran sel eritrosit yang tidak dapat dihindari pada
penyimpanan darah, kekakuan sel eritrosit membuat plasma terperangkap dan hal
ini menyebabkan kadar hemoglobin meningkat pada penyimpanan (Artha, D,
2022).
C. Pengaruh Waktu penyimpanan Darah Terhadap Kadar Hemoglobin Pada
Komponen Whole Blood Darah Donor

Tujuan pemberian produk darah lengkap adalah untuk meningkatkan


oksigenasi pada pasien perdarahan masif, namun apabila darah disimpan
terlalu lama selama 30 hari atau lebih kemungkinan akan mengalami hemolisis
atau kerusakan yang menyebabkan terjadinya perubahan kadar hemoglobin
sehingga upaya untuk meningkatkan oksigenasi menjadi kurang optimal.Selain
itu, apabila kadar hemoglobin kurang dari 12,5 g/dL,maka upaya menaikan
kadar haemoglobin pasien menjadi tidak optimal. Oleh sebab itu
dibutuhkan tambahan volume darah sedangkan hal tersebut akan memicu
over volume cairan tubuh. Keadaan over volume cairan tubuh menyebabkan
penurunan suhu tubuh. Selain itu dapat menyebabkan keracunan sitrat,
peningkatan kalium darah dan gangguan pada pembekuan darah serta komplikasi
pada paru-paru dan lain-lain (James, 2017). Dalam mengatasi
permasalahan tersebut perlu dilakukan penelitian mengenai pengamatan
kadar hemoglobin pada sediaan darah lengkap selama 7hari penyimpanan untuk
mengetahui tingkat perubahan kadar hemoglobin pada sediaan darah lengkap
agar dapat diketahuiusia optimal sediaan darah lengkap yang berkualitas baik.
Pada penelitian ini akan digunakan sediaan darah lengkap untuk mengetahui
tingkat perubahan kadar hemoglobin.

Desain, tempat dan waktu Jenis penelitian ini adalah eksperimen


laboratorik yang menggunakan darah donor sebagai sampel
penelitian.Penelitian ini dilakukan di Unit Transfusi Darah (UTD) PMI
Kabupaten Kudus.Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 01Januari
sampai 01 Februari2021.

Analisa data dilakukan secara diskriptif dan analitik. Analisa data secara
analitik dilakukan untuk mengetahui pengaruh lama penyimpanan darah terhadap
kadar Hemoglobin. Analisa Univariat digunakan untuk mendiskripsikandata
yang diperoleh, kemudian diproses dengan menggunakan analisis deskriptif
yang disajikan dalam bentuk tabel.Analisa bivariat dilakukan untuk mencari
hubungan/pengaruh dua variabel independen dan dependen.Uji One-way Anova
untuk melihat uji kenormalan distribusi data, bila terdapat perbedaan bermakna
dengan nilai p < 0,05apabila sebaran/distribusi data tidak normal maka
digunakan uji Kruskal-Wallis.

Telah dilakukan penelitianpengaruh penyimpanan darah donor terhadap hasil


pemeriksaan hemoglobin pada tanggal 01 Januari s/d 01 Februari 2021 di Unit
Transfusi Darah PMI Kabupaten Kudus, sebanyak 15 kantong darah donor,
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kadar Hemoglobin Pada Masa Simpan
Selama 1 Minggu

Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Penyimpanan Darah Donor Hasil


Pemeriksaan Kadar Hemoglobin
Uji normalitasiniadalah untuk menguji apakah suatu variabel normal
atau tidak normal. Nilai normal berarti mempunyai distribusi data yang
normal. Uji normalitas data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov Test
denganketentuanbilanilai Sig > 0,05 makadistribusi data adalah normal.Dari
tablehasilolah data uji normalitas, nilaisebelumpenyimpanansig 0,200dan
sesudahpenyimpanan sig 0,200 artinya data tersebutmempunyainilai normal
karenadatanya> 0,005. Karena variabel normal, maka selanjutnya diuji dengan uji
T-test (Onesampel T-Test).

Tabel 3 dilakukan uji One Sample T-Test untuk melihat apakah ada perbedaan
yang signifikan (<0.05) antara penyimpanan sampel donor darah pada hari saat
diambil sampel dengan penyimpanan setelah 7 hari. Berdasarkan hasil uji One
Sampel T-Test terdapat ada perbedaan kadar Hb sebelum penyimpanan
dan setelah penyimpanan selama 7hari(0,000).Nilai rata-
ratasebelumpenyimpanan 14,7 gr/dl, sesudahpenyimpanan selama 7hari
18,2gr/dl,haemoglobin tertinggisebelum penyimpanan15,4gr/dl, tertinggi sesudah
penyimpanan18,2gr/dl,sedangkan hemoglobin terendah
sebelumpenyimpanan14,0 gr/dldan sesudah penyimpanan 17,3 gr/dl. Kesimpulan
ada perbedaan yang bermakna antara kadar hemoglobin sebelum
penyimpanan dan seseudah penyimpanan selama 7 hari.
Pemeriksaan kadar hemoglobin ini perlu dilakukan karena kadar
hemoglobin merupakan salah satu indikator kualitas darah sebelum darah
ditransfusikan. Hal ini dilakukan karena darah sebelum ditransfusikan disimpan
berhari-hari mengingat bahwa unit pelayanan darah tidak setiap saat bisa
menyediakan darah segar untuk diberikan kepada pasien sesuai permintaan dokter
yang merawat(Nur’aini, Sepvianti, & CK, 2016). Transfusi darah adalah
prosepemindahan darah atau komponen darah dari seseorang (pendonor)
ke orang lain (resipien). Transfusi darah bertujuan mengatasi anemia
akibat perdarahan, lukabakar, mengatasi syok dan
mempertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi(Saidjao, 2019).Untuk
menjaga kualitas dan mutu darah maka proses penyimpanan darah harus
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh Depkes, yaitu
disimpan dalam refrigerator dengan suhu 2-60C dan suhu ini dikontrol setiap
hari oleh petugas UTD. Darah disimpan dengan sistim First in first
out(FIFO) yaitu suatu sistim yang mengatur pengeluaran darah dimana darah
yang pertama kali masuk maka akan pertama kali dikeluarkan. Masa
penyimpanan darah akan mengalami perubahan-perubahan komponen darah
terutama eritrosit akan mengalami perubahan bentuk yang cukup
bermakna seiring lamanya waktu penyimpanan darah.
Deformabilitas eritrosit juga akan terganggu pada masa menjelang
minggu kedua penyimpanan dan ini berlanjut selama penyimpanan lebih
lanjut. Efek penyimpanan darah akan membuat eritrosit banyak yang mati
segera setelah darah ditranfusikan karena terjadi penurunan kadar ATP
(Adenosin Tri Phospat), darah yang telah disimpan selama 3 minggu 20%
kandungan eritrosit didalamnya akan mati setelah ditranfusikan. Setelah
darah disimpan selama beberapa hari akan mengalami pergeseran kurva
disosiasi Oksigen kearah kiri. Oksigen terikat kuat dengan hemoglobin
dan terlalu sedikit yang diberikan kepada jaringan. Karena sel eritrosit
banyak yang lisis maka kemungkinan darah yang disimpan akan mengalami
kenaikan kadar hemoglobin. Trombosit akan hilang fungsinya setelah 1 hari
darah disimpan, juga faktor-faktor pembeku darah(Naim, 2014).Semakin
besar persentase sel dalam darah, artinya semakin besar hematokrit
semakin banyak gesekan yang terjadi antara berbagai lapisan darah, dan
gesekan ini menentukan viskositas. Karena itu, viskositas darah
meningkat hebat dengan meningkatnyahematokrit (Nuradi & Jangga, 2020).
Berdasarkan hasil data primersecara deskriptif didapatkan hasil dari
15 sampel ditemukankadar hemoglobin sebelum penyimpanan berkisar antara
13,6-16,6 gr/dldan setelah penyimpanan selama 7 hari 15,3-21,4 gr/dl. Pada hasil
penelitian perbedaan kadar hemoglobin sebelum penyimpanan dansetelah
penyimpanan selama 7 hari menggunakan Uji One Sampel T-Test yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (0,000) antara
darah donor sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan selama 7 hari.
Darah yang disimpan selama beberapa hari akan mengalami pergeseran
kurvadisosiasi oksigen ke arah kiri. Oksigen terikat kuat dengan hemoglobin
dan terlalu sedikit yang diberikan kepada jaringan. Karena sel eritrosit
banyak yang lisis maka darah akan mengalami kenaikan kadar hemoglobin.
Pada pemeriksaan ini terjadi peningkatan kadar hemoglobin
dikarenakan semakin lama darah disimpan, maka eritrosit dapat membengkak
karena hilangnya daya hidup sel eritrosit yang disebabkan oleh kekakuan
membran dan hilangnya lipid membran sel eritrosit yang tidak dapat
dihindari pada penyimpanan darah, kekakuan sel eritrosit membuat
plasma terperangkap dan hal ini menyebabkan kadar hemoglobin
meningkat pada penyimpanan(Arifin, 2018). Faktor yang mempengaruhi
darah dalam kantong darah itu adalah keasaman atau pH, lama penyimpanan,
dan temperatur atau suhu. Eritrrosit akan mengalami penghancuran jika tanpa
ada peremajaan dengan proses blood storage yaitusebagai
memperlambatpenghancuran agarketiadaan peremajaan dapat diatasi.
Salah satu caranya adalah menyimpan darah dalam suhu rendah yaitu 2°C -
6°C. Hal ini juga merupakansalah satu cara metabolisme dapat
diperlambat. Dari hasil pemeriksaan ini dapat diketahui bahwa kadar
hemoglobin pada darah segar sampai dengan penyimpanan selama 7 hari
produk darah whole blood masih terjaga dengan baik dan masih dapat
digunakan. Diatas suhu tersebut eritrosit akan mengalami perusakan yang
berlangsung sangat cepat(Vella Zuherni, 2019).
III. KESIMPULAN
Dari ketiga jurnal diatas dapat disimpulkan Penelitian ini menunjukan
bahwa adanya pengaruh penyimpanan pada hari ketiga, sedangkan hasil penelitian
pada hari kelima meski terjadi peningkatan pada kadar hemoglobin namun secara
statistik hal ini diketahui tidak bermakna selama penyimpanan.Sehingga
didapatkan kesimpulan sebagai berikut terdapat perbedaan antara kadar
hemoglobin darah donor sebelum penyimpanan dan setelah penyimpanan yang
artinya lama penyimpanan kantong darah dapat mempengaruhi kadar hemoglobin
yang menyebabkan kadar hemoglobin mengalami peningkatan.
DAFTAR PUSTAKA

W.N RAHMAH (2021) Pengaruh Lama Penyimpanan Kantong Darah Terhadap


Kadar Hemoglobin Pada Komponen Whole Blood Di Unit Donor Darah
Pmi Kota Palangka Raya. Borneo Journal Of Medical Laboratory
Technology (http://journal.umpalangkaraya.ac.id/index.php/bjmltjm) Di
Akses pada 30-03-2024.

Nelma,N.M Adiratna (2023) Pengaruh Penyimpanan Darah Terhadap Kadar


Hemoglobin Pada Komponen Whole Blood Darah Donor Sebelum Dan
Sesudah Disimpan Selama Satu Minggu Di Pmi Kota Medan. Journal of
Indonesian Medical Laboratory and Science (PENGARUH
PENYIMPANAN DARAH TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA
KOMPONEN WHOLE BLOOD DARAH DONOR SEBELUM DAN
SESUDAH DISIMPAN SELAMA SATU MINGGU DI PMI KOTA MEDAN
| Journal of Indonesian Medical Laboratory and Science (JoIMedLabS)
(aiptlmi-iasmlt.id)) Di Akses Pada 30-03-2024.

A.A Saputro (2021) Pengaruh Waktupenyimpanan Darah Terhadap Kadar


Hemoglobin Pada Komponen Whole Blood Darah Donor.Jurnal Analis
Laboratorium Medik (http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/ALM)
di akses pada 30-03-2024

Anda mungkin juga menyukai