Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendonor

2.1.1 Pengertian

Pendonor darah atau penyumbang darah adalah proses pengambilan darah dari

seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah sebagai stok darah untuk

kemudian digunakan untuk transfusi darah. Terdapat dua jenis donor darah, yaitu

donor darah pengganti, dan donor darah langsung. (Daradjatun, 2011).

Pendonoran darah biasa dilakukan rutin di Unit Donor Darah (UDD) PMI Pusat

maupun UDD di daerah. dan setiap beberapa waktu, ada pula penggalangan

penyumbangan darah yang diadakan di tempat-tempat keramaian, seperti di pusat

perbelanjaan, perusahaan tempat ibadah, serta sekolah dan universitas secara

sukarela. Pada acara ini, para calon penyumbang datang dan menyumbang tanpa

harus mengkhususkan diri mendatangi pusat penyumbangan darah dengan

memanfaatkan sistem informasi atau secara online. Selain itu, PMI sudah mempunyai

mobil bank darah (mobile unit) yang digunakan untuk tempat pengambilan darah

pada pendonor. (Yuli Astuti, 2017)

2.1.2 Syarat Menjadi Pendonor

Untuk dapat menyumbangkan darah, seseorang mengisi formulir pendaftaran

dan secara umum harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (PMI, 2019) : Sehat

jasmani dan rohani, Calon penyumbang harus berusia 17-65 tahun, Berat badan

1
minimal 45 kg, Kadar hemoglobin >12,5 gr% sampai dengan 17,0g%, Tekanan darah

(sistol) 100 -150 mmHg ]]) dan (diastol) 70-90 mmHg, Suhu tubuh antara 36,6-37,5

derajat Celcius, Tidak mengalami gangguan pembekuan darah (hemofilia), Denyut

nadi antara 50-100 kali/menit, Rentang waktu penyumbang minimal 8-10 minggu

atau 2 bulan sejak donor darah sebelumnya (maksimal 6 kali dalam 1 tahun).

2.1.3 Larangan Menjadi Pendonor Darah

Larangan menjadi pendonor darah adalah sebagai beikut (WHO, 2015) :

Mempunyai penyakit jantung dan paru paru, Menderita kanker, Menderita tekanan

darah tinggi (hipertensi), Menderita Diabetes Melitus, Memiliki kecenderungan

perdarahan abnormal atau kelainan darah lainnya, Menderita epilepsi dan sering

kejang, Menderita atau pernah menderita (Hepatitis B atau C. Sifilis), Ketergantungan

narkoba, Kecanduan alcohol, Mengidap atau beresiko tinggi terhadap HIV/AIDS,

Dokter menyarankan untuk tidak menyumbangkan darah karena alasan kesehatan.

2.1.4 Panduan untuk Pendonor yang akan Menyumbangkan Darah

Panduan untuk calon pendonor yang akan mendonorkan darahnya adalah

sebagai berikut (Yuli Astuti, 2017) : Tidur minimal 4 jam sebelum menyumbang,

Makanlah 3 - 4 jam sebelum menyumbangkan darah. jangan menyumbangkan darah

dengan perut kosong, Minum lebih banyak dari biasanya pada hari

menyumbangkankan darah (paling sedikit 3 gelas), Setelah menyumbang beristirahat

paling sedikit 10 menit sambil menikmati makanan penyumbang, sebelum kembali

beraktivitas, Kembali bekerja setelah menyumbangkan darah, karena tidak berbahaya

untuk kesehatan, Untuk menghindari bengkak di lokasi bekas jarum, hindari

2
mengangkat benda berat selama 12 jam, Banyak minum sampai 72 jam ke depan

untuk mengembalikan stamina dan pulih.

2.2 Hemoglobin

2.2.1 Pengertian Hemoglobin

Hemoglobin (Hb) adalah protein yang kaya akan zat besi, memiliki afinitas

(daya gabung) terhadap oksigen dengan membentuk oxihemoglobin di dalam sel

darah merah, dam melalui fungsi hemoglobin tersebut dibawa dari paru-paru ke

jaringanjaringan (Pearce, 2009). Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen

pada sel darah merah yang dapat diukur secara kimia dan jumlah hemoglobin/100 mL

darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah

(Brooker, 2001). Hemoglobin memiliki fungsi mengatur pertukaran oksigen dengan

karbondioksida di jaringan tubuh. Hemoglobin mengambil oksigen dari paru-paru

kemudian dibawa ke seluruh jaringan tubuh untuk digunakan sebagai bahan bakar.

Hemoglobin membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil

metabolisme ke paru-paru untuk dibuang (Riswanto, 2013).

Kadar Hemoglobin merupakan kadar zat protein yang ditemukan dalam sel

darah merah (erytrosit), yang memberi warna merah pada darah yang dinyatakan

dalam gr/dl. Kadar hemoglobin normal dalam darah manusia berbeda-beda sesuai

kategori jenis kelamin dan usia, yaitu bayi yang baru lahir 17–22 g/dl, anak-anak 11–

13 g/dl, pria dewasa 14–18 g/dl, wanita dewasa 12–16 g/dl. (Ria Syafitri, 2017)

3
2.2.2 Struktur Hemoglobin

. Struktur Hb terdiri atas satu golongan heme dan globin yang merupakan empat

rantai polipeptida yaitu asam amino yang terdekat terangkai dengan urutan tertentu.

Molekul-molekul hemoglobin terdiri dari dua pasang rantai polipeptida (globin) dan

empat gugus heme identik yang melekat pada 4 rantai globin (Hofbrand, 2013)

Gambar 2.1 Struktur Hemoglobin (Hofbrand, 2013)

1. Heme, struktur ini melibatkan empat atom besi dalam bentuk Fe2+ dikelilingi oleh

cicin protoporfirin IX, karena zat besi dalam bentuk Fe3+, tidak dapat mengikat

oksigen. Protoporfirin IX adalah produk akhir dalam sintesis molekul heme. Besi

bergabung dengan protoporfirin untuk membentuk heme molekul yang lengkap

2. Globin, terdiri dari asam amino yang menghubungkan dan membentuk rantai

polipeptida. Hemoglobin dewasa terdiri atas rantai alfa dan rantai beta. Rantai alfa

memiliki 141 asam amino, sedangkan rantai beta memiliki 146 rantai asam amino.

Heme dan globin dari molekul hemoglobin dihubungkan oleh ikatan kimia

4
3. Struktur tambahan, yang mendukung molekul hemoglobin adalah 2,3-

difosfogliserat (2,3-DPG), suatu zat yang dihasilkan melalui jalur Embden-

Meyerhof yang anaerob selama proses glikolisis. Struktur ini berhubungan erat

dengan afinitas oksigen dari hemoglobin

2.2.3 Sintesis Hemoglobin

Peran dan fungsi normal sel darah merah sangat tergantung pada normalnya

hemoglobin di dalamnya baik secara kualitatif. Mengingat hemoglobin mengandung

dua unsur penyusun yaitu heme dan globin, maka normalnya molekul hemoglobin

juga di pengaruhi oleh sintesis normal heme dan globin. Gangguan pada sintesis dari

salah satu unsur akan berakibat terbentuknya stuktur hemoglobin yang kurang atau

tidak mampu berfungsi optimal.

Sebagai contoh, sintesis molekul heme memerlukan unsur mineral yaitu zat besi

(Fe). Bila ketersediaan Fe dalam tubuh kurang, maka heme yang terbentuk juga akan

berkurang, akibatnya meskipun sintesis globin berlangsung normal, hemoglobin yang

seharusnya terbentuk dari penggabungan globin dan heme juga akan terganggu.

Sebaliknya sintesis heme berlangsung normal, maka sintesis protein globin dapat juga

terganggu. Bila globin yang tersedia kurang, meskipun heme tersedia normal, maka

penggabungan antara heme dan globin juga akan terganggu (Sofro, 2012).

5
2.2.4 Jenis Hemoglobin

Ada tiga jenis Hb yaitu 1) HbA merupakan kebanyakan dari Hb orang dewasa,

mempunyai rantai globulin 2α dan 2β.. 2) HbA2 merupakan minoritas Hb pada orang

dewasa, mempunyai rantai globulin 2α dan 2β. 3) HbF merupakan Hb fetal, yang

mempunyai rantai globulin 2α dan 2γ (Tarwoto & Wasnidar, 2007)

Hemoglobin mulai diproduksi pada usia 5-6 bulan kehidupan intra uterin janin,

pada usia 6 bulan konsentrasi Hb A mencapai 99% hemoglobin terdiri dari 2 rantai α

dan β. Hb F (fetus janin) mulai ditemukan dalam darah pada minggu ke 20 usai

kehamilan. Pada bayi yang baru lahir masih dapat dijumpai 55-85% Hb F dan

sebelum usia 2 tahun jumlah Hb F tinggal sedikit digantikan oleh Hb A. Karena

sifatnya resisten terhadap alkali, Hb F ini masih mudah dipisahkan (Sofro, 2012)

2.2.5 Pemeriksaan Kadar Hemoglobin

Kadar Hemoglobin merupakan kadar zat protein yang ditemukan dalam sel

darah merah (erytrosit) yang memberi warna merah pada darah dan dinyatakan

dalamgr/dl. Pemeriksaan kadar hemoglobin dapat dilakukan dengan beberapa metode

seperti metode fotoelektrik (hemoglobin-sianida, oksihemoglobin), sahli, skala warna,

(Tallquist), cupri sulfat dan otomatis (Gandasoebrata, 2013). Metode pemeriksaan

secara otomatis dapat dilakukan menggunakan Hb meter dan hematology analyzer).

Dari beberapa metode pemeriksaan Hemoglobin tersebut metode CyanmetHb yang

dianjurkan Internasional Committeefor Standardization in Hematology (ICSH)

sebagai gold standart pemeriksaan. (Person & Pincus, 2001)

6
1. Cara Sahli, hemoglobin diubah menjadi asam hematin, kemudian warna yang

terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat. Cara sahli ini banyak

dipakai di Indonesia, walaupun cara ini tidak tapat 100%, akan tetapi masih

dianggap cukup baik untuk mengetahui apakah seseorang kekurangan darah.

Kesalahan dalam melakukan pemeriksaan ini kira-kira 10%. Kelemahan cara sahli

ini adalah asam hematin yang dihasilkan bukan merupakan larutan sejati dan juga

alat hemoglobinometer sukar distandarisasi. Selain itu, tidak semua macam

hemoglobin dapat diubah menjadi hematin.

2. Cara Cyanmethemoglobin, hemoglobin diubah menjadi Cyanmeth hemoglobin

dalam larutan Drabkin yang berisi Kalium Sianida dan Kalium Ferisianida.

Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 540 nm. Larutan Drabkin

dipakai untuk mengubah hemoglobin menjadi Cyanmeth hemoglobin. Larutan

Drabkin terdiri dari Natrium Biokarbonat 1 gram, Kalium Sianida 50 mg, kalium

Ferisianida 200 mg, aquades 1000 mL.

3. Cara Tallquist, membandingkan darah asli dengan suatu skala warna yang

bertingkat tingkat mulai dari warna merah sampai warna merah tua.

4. Cara Cuprisulfat, cara ini hanya dipakai untuk menetapkan kadar hemoglobin dari

donor yang diperlukan untuk kebutuhan tranfusi darah. Merupakan metode

pemeriksaan hemoglobin yang berdasarkan grafitasi spesifik dari darah. Dasar dari

pemeriksaan ini adalah tetesan darah diteteskan kedalam larutan cupri sulfat

dengan ekuavalensi grafitasi spesifik, Hasil metode ini adalah persen hemoglobin.

Kadar hemoglobin dari seorang donor cukup kira-kira 80 % hemoglobin. Kadar

7
minimum ini ditentukan dengan setetes darah yang tenggelam dalam larutan cupri

sulfat dengan berat jenis 1,053 (Gandasoebrata, 2013).

5. Hb Meter merupakan alat hemoglobinometer dengan metode POCT (Point of Care

Testing) yang dirancang untuk pemeriksaan kadar hemoglobin dengan sampel

whole blood bukan untuk sampel serum atau plasma (Aziz, 2013). Alat

pengukuran metode POCT menggunakan prinsip reflectance (pemantulan) dengan

membaca warna yang terbentuk dari sebuah reaksi antara sampel darah dengan

reagen yang ada pada tes strip. Reagen yang ada pada tes strip akan menghasilkan

warna dengan intensitas tertentu yang berbanding lurus dengan kadar Hemoglobin

yang ada di dalam sampel. Selanjutnya warna yang terbentuk dibaca oleh alat.

Kelebihan pemakaian Hb Meter antara lain hasil yang diperoleh lebih cepat dan

mandiri, prosedur pemakaian yang mudah dengan jumlah sampel yang sedikit

serta pengambilan sampel yang tidak sulit, sehingga memudahkan instansi

kesehatan dalam melakukan pemeriksaan. (Suwandi, 2013).

2.3 Pemeriksaan Hemoglobin Metode Cupri sulfat.

Cara ini sebagai screening untuk donor darah, dipakai untuk menetapkan kadar

hemoglobin dari pendonor yang diperlukan untuk kebutuhan tranfusi darah.

Merupakan metode yang berdasarkan perbedaan berat jenis darah dengan berat jenis

suatu larutan cupri sulfat. Hasil metode ini adalah persen hemoglobin.

1. Pembuatan Larutan stock (larutan Cupri Sulfat)

Larutan stok berfungsi untuk mempermudah agar tidak dilakukan

penimbangan yang berulang- ulang setiap kali pemeriksaan dilakukan, larutan stok

8
dibuat dari CuSO4 Pa. Ditimbang kupersulfat (CuSO4 Pa) sebanyak 159,60 gram,

di masukkan dalam becker glass kemudian ditambahkan dengan aquadest sedikit

demi sedikit supaya lebih mudah larut, diaduk sampai homogen, kemudian di

pindahkan dalam labu ukur 1000 ml (1 liter) dengan cara penambahan aquadest di

adkan sampai batas garis dan dihomogenkan kembali.

Kemudian ukur suhu (menggunakan termometer) dan BJ larutan dengan

menggunakan urinometer (BJ 1,100). Berat Jenis terbaca : 1,099. Suhu larutan

30oC dan suhu urinometer 27oC. Cara mengukur perbedaan suhu, bila suhu larutan

dengan suhu terra urinometer naik 30oC keatas, tambahkan 0,001. Dan bila turun

30oC kebawah kurangi 0,001. Maka Berat Jenis sesungguhnya

= BJ + (suhu larutan - suhu tera urinometer) X 0,001


3

= 1,099+ (30 - 27) X 0,001 = 1,100


3

Jadi Berat Jenis Sesungguhnya = 1,100

2. Pembuatan Larutan Kerja (Larutan CuSO4 BJ 1,053)

Larutan kerja diambil dari larutan stok karena larutan stok memiliki

konsentrasi yang lebih tinggi sehingga dapat diencerkan kembali menjadi larutan

kerja. Diambil larutan stock 52ml, masukkan dalam becker glass 100ml, kemudian

di tambahkan dengan 48ml aquadest, dan dihomogenkan. Didapatkanlah Larutan

CUSO4 dengan BJ 1,052

9
Ukur suhu larutan dengan termometer, dan ukur BJ larutan dengan urinometer

(BJ 1,052). Cara mengukur perbedaan suhu, bila suhu larutan dengan suhu terra

urinometer naik 30oC keatas, tambahkan 0,001. Dan bila turun 30oC kebawah

kurangi 0,001. Maka Berat Jenis sesungguhnya

= BJ + (suhu larutan - suhu tera urinometer) X 0,001


3

= 1,052+ (30 - 27) X 0,001 = 1,053


3

Jadi Berat Jenis Sesungguhnya = 1,053

2.4 Pemeriksaan Hemoglobin Metode Hemocue Hb meter

Merupakan alat pengukuran dengan metode POCT (Point of Care Testing) yang

dirancang untuk pemeriksaan kadar hemoglobin dengan sampel whole blood bukan

untuk sampel serum atau plasma (Aziz, 2013). Alat pengukuran metode POCT

menggunakan reflectance (pemantulan) dengan membaca warna yang terbentuk dari

sebuah reaksi antara sampel darah dengan reagen yang ada pada tes strip. Reagen

yang ada pada tes strip akan menghasilkan warna dengan intensitas tertentu yang

berbanding lurus dengan kadar Hemoglobin yang ada di dalam sampel. Selanjutnya

warna yang terbentuk dibaca oleh.alat. (Manohar et al, 2010).

Mekanisme kerja alat stik (Hb meter) adalah dengan meneteskan sampel darah

pada strip khusus sesuai pemeriksaan, sehingga terjadi reaksi antara bahan kimia

yang ada di dalam darah dengan reagen yang ada di dalam strip. Reaksi ini akan

dapat menghasilkan arus listrik yang besarnya setara dengan kadar bahan kimia yang

10
ada dalam darah. Kandungan yang ada dalam elektroda biasanya logam platinum atau

emas. Elektroda ini memiliki sistem amperometri (Belluzo, 2008). Elektroda kerja

berperan juga sebagai katoda yang merupakan tempat terjadinya reduksi oksigen

(Wardah, 2012).

Stik Hemocue (Hb meter) merupakan alat yang salah satunya menggunakan

prinsip metode amperometri. menggunakan teknologi biosensor. Muatan listrik pada

teknologi biosensor ini terjadi karena reaksi dari interaksi kimia antara zat tertentu

dalam darah dan zat kimia pada reagen kering (strip) akan diukur lalu dikonversikan

menjadi angka yang dihasilkan setara dengan kadar hb dalam gr/dl. (Suwandi, 2013).

Gambar 2.2 Alat Hemocue

Kelebihan dari metode hemocue adalah penggunaannya yang praktis, mudah

serta efisien, membutuhkan sampel yang sedikit sehingga meminimalisir kesalahan

pada tahap pra-analitik, hasil yang cepat. Namun kekurangan dari metode ini adalah

11
proses QC (Qualiity Control) yang masih kurang baik sehingga akurasi dan

presisinya belum sebaik hasil dari alat hematologi analyzer.

12

Anda mungkin juga menyukai