DISUSUN OLEH :
1. TESSA.P.P. RIANTIARNO ( 27216649A )
2. RAISSA I.R. WIBOWO ( 27216662A )
3. ZEFANYA .K. NUGRAHA ( 27216661A )
4. AWANDA RUSMIN ( 27216663A )
5. MILAF NUR FATUROHMAH ( 27216648A )
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktikum ini disusun sebagai tugas harian sekaligus hasil dari
praktikum pemeriksaan kadar hemoglobin yang telah dilaksanakan pada Rabu, 08
Juni 2022.
NILAI
Mengetahui,
Dosen Pengampu
VI. Pembahasan
Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya
gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam
sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru- paru ke
jaringan-jaringan. Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung
karbondioksida Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus heme yang
mengandung besifero dan empat rantai globin.
Pada praktikum pemeriksaan hemoglobin ini kami hana menggunakan metode
sahli yang mengandalkan pembentukan asam hematin yang kemudian diukur kadarnya
dengan cara membandingkan warna hasil pengenceran dengan warna standar.
Pada langkah-langkah cara kerja menggunakan metode Sahli, teteskan HCl 0,1N
sampai tanda merah (tabung reaksi sahli), tambahkan 20 μl darah dengan cara
mengambilnya menggunakan pipet hisap, diamkan selama 3 menit, tambahkan lagi
aquades tetes demi tetes hingga berwarna sesuai standar. Penggunaan HCl dipraktikum
ini, bertujuan untuk meliliskan eritrosit sehingga Hb yang terdapat dalam eritrosit dapat
keluar dan bereaksi dengan HCl membentuk asam hematin. Dari hasil praktikum
penentuan kadar Hb menggunakan metode Sahli, kelas kami mendapatkan hasil yakni
probandus fany 12,1 gr% (normal), probandus widia 12,6 g% (normal) dan probandus
fafa 12 g% (normal). Metode Sahli membutuhkan ketelitian visualisasi praktikan dalam
membandingkan warna yang diperoleh dari pengenceran dengan warna standar.
Dikarenakan membutuhkan ketelitian visualitas pada metode ini, ada beberapa
sumber kesalahan :
1. Tidak semua hemoglobin berubah menjadi hematin asam seperti
karboksihemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin
2. Cara visual mempunyai kesalahan inheren sebesar 15-30%, sehingga tidak
dapat menghitung indeks eritrosit
3. Sumber kesalahan yang sering terjadi:
a. Kemampuan untuk membedakan warna tidak sama
b. Sumber cahaya kurang baik
c. Kelelahan mata
d. Alat-alat kurang bersih
e. Ukuran pipet kurang tepat, perlu kalibrasi
f. Warna gelas standar pucat/kotor dan lain sebagainya
g. Penyesuaian warna larutan yang diperiksa dalam komparator kurang
VII. Kesimpulan
Dalam pennetuan kadar HB, berdasar literatur metode Cyanmethemoglobin lebih
akurat dibandingkan metode Sahli, disebabkan karena metode sahli membutuhkan
ketelitian visualisasi dalam mebandingkan warna yang diperoleh, sedangkan metode
Cyanmethemoglobin keakuratan lebih bagus dan sudah menggunakan alat canggih
sehingga menjadi metode rujukan.
Dari metode percobaan yang dilakukan yakni Sahli, dapat disimpulkan bahwa
semua probandus tidak mengalami anemia karena kadar hemoglobin (Hb) nya normal.