Definisi :
Proses pembakuan suatu metode analisis dengan cara studi laboratorium agar
karakteristik metode dapat memenuhi syarat untuk penggunaan analisis yang dimaksud.
Proses peninjuaan ulang prosedur analisis secara berkala untuk memastikan bahwa
prosedur tersebut masih sesuai bila digunakan untuk menyajikan/memperoleh hasil uji
yang dapat dipercaya.
Tujuan :
Memastikan dan mengonfirmasi bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai untuk tujuan
penggunaannya.
Metode tidak baku yaitu metode tidak resmi/ metode yang tidak berasaldari
kompendial / buku farmakope Indonesia, buku rujukan resmi lainnya.
- Metode non kompedial harus divalidasi sesuai validasi prosedur dalam farmakope
dan dapat dibuktikan memberikan validitas yang lebih baik
- Apabila prosedur lain memberikan hasil yang berbeda dengan farmakope, maka
yang dianggap benar adalah hasil dari prosedur farmakope
Sebelum diterapkan untuk penggunaan rutin
Bila kondisi berubah, dilihat dari tujuan metode tersebut divalidasi (missal : instrument
dengan karakteristik yang berdeda)
Metode baku yang berubah / dimodifikasi
Bila control kualitas mengindikasikan bahwa metode baku tersebut berubah dengan
berubahnya waktu
Ada maksud untuk membuktikan kesetaraan antara dua metode (metode baru dan
metode baku)
Ketika sebuah metode yang dirancang untuk bekerja pada sampel yang berbeda, misalnya
metode untuk urin diterapkan untuk darah.
2. Presisi
Derajat ripibilitas atau reprodusibilitas (ketertiruan) suatu metode analisis di bawah
kondisi operasi normal atau ukuran kemampuan suatu metode untuk mendapatkan
hasil yang reprodusible (kedekatan suatu nilai dengan nilai lainnya).
Prosedur :
a) Minimal 9 kali pengujian, mencakup range tertentu.
Misal : 3 kali macam konsentrasi dan masing2 direplikasi 3 kali
b) Minimal 6 kali penentuan pada 100% konsentrasi yg diuji.
a. Keterulangan (repeatability)
Keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analisis yang sama
pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek.
Untuk mengetahui konsistensi analit, tingkat kesulitan metode dan
kesesuaian metode.
b. Presisi antara (intermediet precision)
Menggambarkan variasi dalam laboratorium yang sama, namun berbeda
waktu, analis dan alat
c. Ketertiruan (reprodubility)
Keseksamaan metode jika dikerjakan pada kondisi yang berbeda, di lab ang
berbeda menggunakan alat, pereaksi, pelarut dan analis yang berbeda. Analisis
dilakukan terhadap sampel-sampel yang diduga identic yang dicuplik dari batch
yang sama.
3. Linearitas
Kemampuan metode analisis memberikan respon proporsional terhadap konsentrasi
dalam sampel (cth: abs, luas area, tinggi puncak). Sebagai parameter hub. Linear
menggunakan koefisien korelasi (r) pada analisis regresi linier y = a + bx, dimana r = +1
atau -1 (hub. Linear ideal) bergantung pada arah garis dan nilai a menunjukkan
kepekaan analisis terutama instrument yg digunakkan.
Prosedur:
Minimal 5 konsentrasi zat standar (dapat dari pengenceran larutan induk atau dari
masing2 penimbangan zat standar)
Syarat : nilai koef. Korelasi ≥0,9970
LOQ
Kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan
seksama.
5. Spesifitas
Kemampuan metode analisis untuk mengukur analit yang diinginkan dalam campuran
matrik. Misal pada HPLC yang digambarkan dengan nilai resolusi