Anda di halaman 1dari 4

RANGKUMAN VALIDASI METODE ANALISIS

I. Validasi metode analisis

Definisi :
 Proses pembakuan suatu metode analisis dengan cara studi laboratorium agar
karakteristik metode dapat memenuhi syarat untuk penggunaan analisis yang dimaksud.
 Proses peninjuaan ulang prosedur analisis secara berkala untuk memastikan bahwa
prosedur tersebut masih sesuai bila digunakan untuk menyajikan/memperoleh hasil uji
yang dapat dipercaya.

Tujuan :

Memastikan dan mengonfirmasi bahwa metode analisis tersebut sudah sesuai untuk tujuan
penggunaannya.

Alasan metode analisis perlu divalidasi :

 Metode tidak baku yaitu metode tidak resmi/ metode yang tidak berasaldari
kompendial / buku farmakope Indonesia, buku rujukan resmi lainnya.
- Metode non kompedial harus divalidasi sesuai validasi prosedur dalam farmakope
dan dapat dibuktikan memberikan validitas yang lebih baik
- Apabila prosedur lain memberikan hasil yang berbeda dengan farmakope, maka
yang dianggap benar adalah hasil dari prosedur farmakope
 Sebelum diterapkan untuk penggunaan rutin
 Bila kondisi berubah, dilihat dari tujuan metode tersebut divalidasi (missal : instrument
dengan karakteristik yang berdeda)
 Metode baku yang berubah / dimodifikasi
 Bila control kualitas mengindikasikan bahwa metode baku tersebut berubah dengan
berubahnya waktu
 Ada maksud untuk membuktikan kesetaraan antara dua metode (metode baru dan
metode baku)

Alasan metode analisis perlu direvalidasi :

Ketika sebuah metode yang dirancang untuk bekerja pada sampel yang berbeda, misalnya
metode untuk urin diterapkan untuk darah.

II. Verifikasi metode analisis


Jika metode yang diacu berasal dari metode standar (FI,USP,BP,dll)
Contoh penggunaan :
- Modifikasi reagen yang digunakan
- Kolom kromatografi dari sifat yang berbeda atau dimensi yang digunakan.
III. Karakteristik kinerja analitik /parameter untuk memvalidasi metode analisis
1. Akurasi
Kesuaian antara hasil uji yang diperoleh dan nilai sebenarnya yang diterima. Dilihat dari
nilai % recovery. Penetapan akurasi inimal menggunakan 3 konsentrasi dan masing-
masing direplikasi 3 kali. Umumnya menggunakan pembanding baku sekunder/adisi
standar.

2. Presisi
Derajat ripibilitas atau reprodusibilitas (ketertiruan) suatu metode analisis di bawah
kondisi operasi normal atau ukuran kemampuan suatu metode untuk mendapatkan
hasil yang reprodusible (kedekatan suatu nilai dengan nilai lainnya).

Prosedur :
a) Minimal 9 kali pengujian, mencakup range tertentu.
Misal : 3 kali macam konsentrasi dan masing2 direplikasi 3 kali
b) Minimal 6 kali penentuan pada 100% konsentrasi yg diuji.

Presisi dapat dinyatakan sebagai :

a. Keterulangan (repeatability)
Keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analisis yang sama
pada kondisi sama dan dalam interval waktu yang pendek.
Untuk mengetahui konsistensi analit, tingkat kesulitan metode dan
kesesuaian metode.
b. Presisi antara (intermediet precision)
Menggambarkan variasi dalam laboratorium yang sama, namun berbeda
waktu, analis dan alat
c. Ketertiruan (reprodubility)
Keseksamaan metode jika dikerjakan pada kondisi yang berbeda, di lab ang
berbeda menggunakan alat, pereaksi, pelarut dan analis yang berbeda. Analisis
dilakukan terhadap sampel-sampel yang diduga identic yang dicuplik dari batch
yang sama.
3. Linearitas
Kemampuan metode analisis memberikan respon proporsional terhadap konsentrasi
dalam sampel (cth: abs, luas area, tinggi puncak). Sebagai parameter hub. Linear
menggunakan koefisien korelasi (r) pada analisis regresi linier y = a + bx, dimana r = +1
atau -1 (hub. Linear ideal) bergantung pada arah garis dan nilai a menunjukkan
kepekaan analisis terutama instrument yg digunakkan.
Prosedur:
Minimal 5 konsentrasi zat standar (dapat dari pengenceran larutan induk atau dari
masing2 penimbangan zat standar)
Syarat : nilai koef. Korelasi ≥0,9970

4. LOD & LOQ


LOD
Jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi dan masih mmberikan respon
signifikan dibanding dengan blangko (tidak perlu tepat dan teliti). LOD biasanya
digunakan sbg parameter uji batas.

LOQ
Kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan
seksama.

Cara menentkan LOD dan LOQ


- Signal-to-nose
Puncak ke puncak kebisingan disekitar waktu retensi analit diukur, konsentrasi
analit yang akan menghasilkan sinyal sama dengan nilai tertentu dari kebisingan
untuk sinyal rasio diperkirakan. Kebisingan diukur secara manual pada printout
kromatogram. Sinyal-to-noise ratio (S/N) dari 3 umumnya diterima untuk
memperkirakan LOD dan rasio signal-to-noise dari 10 digunakan untk LOQ
- Penentuan blangko
Diterapkan ketika analisis blangko memberikan hasil standar deviasi tidak nol.
LOD = x + 3Sb x = konsentrasi rata2 blangko
LOQ = x + 10Sb Sb = standar deviasi dari blangko
- Kurva kalibrasi
Dapat dinyatakan dalam model y = bx + a untuk menghitung sensivitas b dan
LOD & LOQ.
LOD = 3Sa/b Sa = standar deviasi
LOQ = 10 Sa/b b = slope

5. Spesifitas
Kemampuan metode analisis untuk mengukur analit yang diinginkan dalam campuran
matrik. Misal pada HPLC yang digambarkan dengan nilai resolusi

6. Robustness terhadap pengaruh eksternal


Misal untuk menunjukkan ketahanan prosedur HPLC dapat mencakup :
 Perubahan komposisi organiik fase gerak (1%)
 pH fase gerak (± 0,2 unit)
 perubahan temperature kolom (± 2-3’C)
APAKAH SEMUA PENGUJIAN HARUS DILAKUKAN ?
parameter yang diperlu dilakukan berdasarkan kategori2nya
kategori 1 : analisis kuantitatif sedian jadi.
Kategori 2 : analisis detrminasi ketidakmurnian
Kategori 3 : determinasi karakteristik kerja
Kategori 4 : identifikasi

Anda mungkin juga menyukai