penilaian terhadap parameter-parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan dalam penggunaannya. Tujuan utama validasi adalah untuk menjamin metode analisis yang digunakan mampu memberikan hasil yang cermat dan handal serta dapat dipercaya. Validasi metode analisis pada matriks biologis biasanya disebut sebagai validasi metode bioanalisis. Validasi metode bioanalisis ini digunakan dalam pengujian bioavailabilitas dan bioekuivalensi, serta dalam uji farmakokinetika. Validasi metode bioanalisis meliputi dua fase yaitu fase prestudi yang terdiri dari enam sampel validasi dan fase studi yaitu validasi pada saat proses analisis Parameter yang diuji dalam validasi meliputi akurasi, presisi, linearitas, rentang, limit deteksi, limit kuantitasi, spesifikasi, ketangguhan, kekuatan, stabilitas dan uji kesesuaian sistem. Untuk validasi metode bioanalisis, parameter yang paling pokok meliputi akurasi, pesisi, selektivitas, perolehan kembali, kurva kalibrasi dan stabilitas analit dalam sampel. Dalam validasi dokumentasi memegang peranan penting untuk memastikan kinerja metode yang cocok dan handal dalam aplikasi analisis. Suatu data analisis dapat diterima atau tidak berhubungan langsung dengan kriteria parameter validasi yang terpenuhi syaratnya. Ketika perubahan/modifikasi dalam metode analisis terjadi dari metode sebelumnya, maka metode yang baru harus memenuhi persyaratan parameter validasi untuk menunjukkan keabsahan kerja analisis yang dilakukan Jenis dan Tingkat Validasi 1. Validasi Lengkap (Full Validation) 2. Validasi Sebagian (Parsial Validation) 3. Validasi Silang (Cross Validation) Validasi Lengkap (Full Validation) Validasi Lengkap dilakukan ketika mengembangkan dan menerapkan metode bioanalisis untuk pertama kalinya Valiadsi lengkap dilakukan dalam menganalisis obat baru Validasi lengkap dilakukan dalam uji bioanalisis suatu molekul obat yang metabolitnya mengganggu. Validasi Sebagian (Parsial Validation) Validasi parsial adalah modifikasi dari metode bioanalisis yang sudah tervalidasi Validasi parsial dialakukan dari yang paling sedikit yaitu parameter akurasi dan presisi sampai pada validasi lengkap Perubahan-perubahan metode bioanalisis yang melakukan validasi parsial antara lain : 1. Transfer metode antar laboratorium atau perubahan dalam metodologi analisis (mis; perubahan sistem deteksi) 2. Perubahan antikoagulan dalam pengambilan cairan biologis 3. Perubahan pada matriks dalam satu spesies (mis. Plasma manusia menjadi urine manusia) 4. Perubahan pada spesies dalam satu matriks (mis. Plasma mencit menjadi plasma tikus) 5. Perubahan konsentrasi dalam rentang yang relevan 6. Perubahan dalam instrument dan atau platform software 7. Jumlah sampel yang sedikit ( mis. Studi pd anak) 8. Matriks yang langka (mis. Cairan otak) 9. Selektifitas suatu analit baik dengan adanya obat lain secara bersamaan 10. Selektifitas suatu analit baik dengan adanya metabolit Validasi Silang (Cross Validation) Validasi silang adalah perbandingan parameter validasi ketika dua/lebih metode bioanalisis digunakan untuk menghasilkan data dalam studi yang sama atau berbagai kajian berbeda. Metode bioanalisis yang sudah tervalidasi digunakan sebagai referensi dan metode bioanalisis yang direvisi adalah komparator. Perbandingan harus dilakukan dua arah. Ketika analisis sampel dalam studi tunggal yang dilakukan lebih dari satu laboratorium, validasi silang dengan standar dan sampel matriks harus dilakukan disetiap laboratorium untuk membangun kehandalan antar laboratorium. Validasi silang juga dilakukan ketika data yang dihasilkan menggunakan teknik analisis yang berbeda (mis. LC-MS menjadi ELISA) 1. Selektivitas (Selectivity) Selektivitas adalah kemampuan metode analisis untuk mengukur kadar analit secara cermat dan seksama dengan adanya komponen-komponen lain dalam sampel (cairan biologis). Adanya gangguan pada pengukuran disebabkan oleh tidak efektifnya tahap ekstraksi dan tidak selektif/spesifik nya metode yang digunakan. Untuk selektivitas analisis dalam matriks biologi harus diperoleh dari sedikitnya enam sumber. Setiap sampel blangko harus diuji interferensinya pada batas terendah dari limit kuantitasi (LLOQ) dan selektivitas harus menjamin tidak ada interferensi pada LLOQ Selektivitas seringkali dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan. Cara penentuan: Selektivitas metode ditentukan dengan membandingkan hasil analisis sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya atau pembawa plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa penambahan bahan-bahan tadi. Penyimpangan hasil jika ada merupakan selisih dari hasil uji keduanya. Jika cemaran dan hasil urai tidak dapat diidentifikasi atau tidak dapat diperoleh, maka selektivitas dapat ditunjukkan dengan cara menganalisis sampel yang mengandung cemaran atau hasil uji urai dengan metode yang hendak diuji lalu dibandingkan dengan metode lain untuk pengujian kemurnian seperti kromatografi, analisis kelarutan fase, dan Differential Scanning Calorimetry. Derajat kesesuaian kedua hasil analisis tersebut merupakan ukuran selektivitas. Pada metode analisis yang melibatkan kromatografi, selektivitas ditentukan melalui perhitungan daya resolusinya (Rs). 2. Kecermatan (Accuracy) Akurasi adalah suatu metode analisis yang menggambarkan kedekatan hasil penetapan yang diperoleh dengan kadar analit sesungguhnya. Untuk akurasi dalam matriks biologi dilakukan minimum lima kali pengukuran untuk setiap kadar, menggunakan minimal tiga rentang kadar yaitu, rendah, sedang dan tinggi. Pengukuran dapat dilakukan intra assay (dalam satu run) dan inter assay (day to day variation). Pengukuran akurasi memenuhi syarat jika nilai rata-rata % diff yang diperoleh tidak lebih dari ±15% dan untuk pengukuran pada konsentrasi LLOQ nilai rata-rata yang diperoleh tidak lebih dari ±20% Kecermatan suatu metode analisis menggambarkan kedekatan tindakan individu ketika prosedur diterapkan berulang kali untuk beberapa aliquot analit dari volume homogen matriks biologi. Kecermatan hasil analis sangat tergantung kepada sebaran galat sistematik di dalam keseluruhan tahapan analisis. Oleh karena itu untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi galat sistematik tersebut seperti menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan suhu, dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai prosedur. 3.Keseksamaan (Precision) Presisi adalah suatu metode analisis menunjukkan kedekatan antara hasil pengujian dengan hasil pengujian lainnya. Presisi diukur minimal lima kali pengukuran untuk tiap konsentrasi, minimal digunakan tiga konsentrasi berbeda yaitu pada konsentrasi rendah, sedang dan tinggi. Pengukuran presisi dilakukan secara intra assay (dalam satu run) dan inter assay (day to day variation). Suatu metode dikatakan presisi jika nilai koefisien variasi (KV) untuk masing-masing tingkat konsentrasi tidak boleh ≥ 15%. Kecuali jika pengukuran dilakukan pada konsentrasi LLOQ, maka koefisien variasi tidak boleh ≥ 20% 4. Kurva Kalibrasi, Linieritas Kurva kalibrasi adalah hubungan antara respon instrumen dengan konsentrasi analit yang diketahui. Persiapan kurva kalibrasi dilakukan sama dengan sampel dalam matriks biologis yang diuji dengan mencampur matriks dengan konsentrasi analit yang diketahui. Kurva kalibrasi harus terdiri dari satu sampel blanko (matriks tanpa baku dalam), satu sampel zero (matriks dengan baku dalam), dan enam sampai delapan sampel yang mencakup kisaran pengukuran (termasuk konsentrasi pada LLOQ) Linieritas adalah kemampuan metode yang memberikan respon secara langsung, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Linieritas diperoleh dari koefisien korelasi (r) pada analisis regresi linier yang di dapat dari kurva kalibrasi. Dengan dilakukan uji ini, maka dapat diketahui batas-batas konsentrasi dari analit yang memberikan respon detektor yang linier. Analisis harus dilakukan pada konsentrasi yang telah dilakukan. Rentang metode adalah pernyataan konsentrasi terendah dan tertinggi analit yang dianalisis memberikan kecermatan, keseksamaan dan linieritas yang dapat diterima. Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blanko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi diartikan sebagai kuantitas terkecil sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Pada analisis instrumen, batas deteksi dihitung dengan mengukur respon blanko beberapa kali lalu dihitung simpangan baku respon blanko . Cara lain yang digunakan untuk mengukur LOD dan LOQ melalui penentuan rasio S/N (signal to noise) yaitu menghitung jarak antara lembah dengan lembah kromatogram yang harus sama dengan tiga agar cukup memenuhi untuk menentukan batas deteksi dan untuk batas kuantitasi diharapkan harga S/N sama dengan 10. LOD = [3 sy/x] / b
LOQ = [10 sy/x] / b
LLOQ = Lower Limit of Quantification
5. Perolehankembali (recovery) Uji perolehan kembali merupakan perbandingan antara respon detektor analit yang diekstraksi dari sampel biologis dengan respon detektor kadar yang sebenarnya dari standar murni. Uji perolehan kembali dari analit tidak perlu 100%, tetapi perolehan kembali dari analit dan baku dalam presisi dan keberulangan harus konsisten. Uji perolehan kembali dilakukan dengan membandingkan hasil analisis dari ekstraksi sampel pada tiga konsentrasi berbeda (konsentrasi rendah, sedang, tinggi) dengan standar yang tidak diekstraksi, dimana uji perolehan kembalinya 100%. Persyaratan uji perolehan kembali adalah 85-115%, kecuali bila pengukuran pada LLOQ maka uji perolehan kembali 80-120% Integritas Pengenceran Pengenceran sampel dalam analisis seharusnya tidak mempengaruhi akurasi dan presisi. integritas pengenceran harus mencakup pengenceran yang diterapkan pada sampel penelitian. Integritas pengenceran dilakukan dengan mencampur matriks dengan konsentrasi analit di atas ULOQ dan mengencerkan sampel ini dengan matriks blanko (minimal lima kali penentuan per faktor pengenceran). Akurasi dan presisi harus berada dalam kriteria yang ditetapkan, yaitu ±15%. Penggunaan matriks lain dapat diterima, asalkan telah menunjukkan bahwa tidak mempengaruhi presisi dan akurasi. Efek Matriks Efek matriks harus diperiksa ketika menggunakan metode spektrometri massa, menggunakan setidaknya 6 matriks blanko individu yang berbeda. (Campuran matriks sebaiknya tidak digunakan). Untuk setiap analit dan baku dalam, faktor matriks (MF) harus dihitung untuk setiap lot matrik, dengan menghitung rasio luas puncak analit dengan matriks (diukur dengan menganalisis matriks blanko yang dicampur dengan analit setelah ekstraksi), terhadap luas puncak analit tanpa matriks (larutan murni dari analit). Faktor matriks (MF) untuk baku dalam juga harus dihitung dengan membagi MF analit dengan MF baku dalam. Nilai KV dari MF baku dalam yang dihitung dari 6 lot matriks harus lebih kecil dari 15%. Penentuan ini dilakukan pada konsentrasi rendah (maksimum 3 kali LLOQ) dan konsentrasi tinggi (mendekati ULOQ). 6. Stabilitas (stability) Berbagai kondisi seperti panas, cahaya, kelembaban dan pH yang berbeda, kandungan kimia dari obat, matriks serta wadah penyimpanannya dapat mempengaruhi kestabilan obat. Prosedur stabilitas harus ditentukan selama sampel dikumpulkan dan penangganannya, setelah waktu lama (disimpan pada suhu rendah) dan waktu pendek (suhu kamar) 1. Stabiitas larutan standar (stock solution stability) Stabilitas larutan stok sampel dan larutan baku dalam harus diuji pada suhu kamar di jam ke-6 dan disimpan pada lemari pendingin untuk dianalisis pada hari ke-7 sampai hari ke-14 atau periode waktu yang ditentukan. 2. Stabilitas beku dan cair (freeze and thaw stability) Stabilitas sampel harus ditentukan setelah tiga kali siklus pembekuan dan pencairan. Pada tiap-tiap konsentrasi rendah, sedang dan tinggi harus disimpan pada suhu -20 oC atau suhu yang direkomendasikan selama 24 jam dan biarkan pada suhu kamar. Setelah meleleh sempurna, sampel dibekukan kembali selama 12 sampai 24 jam pada kondisi yang sama. Sampel baru dianalisis setelah siklus yang ketiga. Jika sampel tidak stabil pada suhu yang direkomendasikan, sampel disimpan pada suhu - 70 oC dan dianalisis setelah tiga kali siklus pembekuan dan pencairan. 3. Stabilitas jangka pendek (short-term temperature stability) Pada tiap-tiap konsentrasi rendah, sedang dan tinggi dianalisis pada suhu kamar dan tetap dijaga pada kondisi tersebut untuk jangka waktu 4-24 jam.
4. Stabilitas jangka panjang (long-term stability)
Waktu penyimpanan dan evaluasi stabilitas jangka panjang harus ditentukan lamanya, antara tanggal awal sampel dikumpulkan sampai selesai dianalisa. Stabilitas jangka panjang ditentukan pada tiap-tiap konsentrasi rendah, sedang dan tinggi yang disimpan pada suhu -20 oC atau suhu yang direkomendasikan. 5. Stabilitas pasca-preparasi (Post-Preparative Stability) Stabilitas sampel olahan, termasuk didalamnya waktu tinggal sampel pada autosampler stabilitas obat dan standar internal harus dinilai selama proses analisis berlangsung. Proses penilaian stabilitas dengan membandingkan konsentrasi sampel terhadap standar kalibrasi Dasar perhitungan untuk suatu komponen zat yang dianalisis adalah dengan mengukur luas puncak kromatogramnya. Ada beberapa metode yang dapat digunakan, yaitu : Metode baku luar Dibuat kurva kalibrasi antara luas puncak terhadap konsentrasi dari berbagai macam konsentrasi larutan sampel yang akan dianalisis disuntikkan dan diukur luas puncaknya. Kadar sampel diperoleh dengan cara memplot luas puncak sampel pada kurva kalibrasi atau perbandingan langsung. Kekurangan metode ini adalah diperlukan baku murni serta ketelitian dalam pengenceran dan penimbangan. Metode baku dalam Pada metode ini sejumlah baku dalam ditambahkan ke dalam sampel dan baku pembanding. Kemudian larutan campuran komponen baku pembanding dan baku dalam dengan konsentrasi tertentu disuntikkan dan dihitung perbandingan luas puncak keduanya. Kurva kalibrasi dibuat dengan menghubungkan perbandingan luas puncak terhadap konsentrasi komponen baku pembanding. Kadar sampel diperoleh dengan memplot perbandingan luas puncak komponen sampel dengan baku dalam pada kurva standar. Keuntungan menggunakan cara ini